Anda di halaman 1dari 33

Pengertian Statistik

1. Secara Etimologis
Kata statistic berasal dari kata statas yang berasal dari bahasa latin yang mempunyai
persamaan arti dengan kata stats yang berasal dari bahasa Inggris atau kata staat dari bahasa
Belanda. Pada mulanya kata “statistic” diartika sebagai kumpulan bahan keterangan (data),
baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka (data penting
dan kegunaannya yang besar bagi suatu Negara). Namun, pada perkembangan selajutnya
hanya dibatasi pada kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka saja. Dalam kamus
bahasa Inggris terdapat kata statistics artinya “ilmu statistik”, sedangkan kata statistik
diartikan sebagai ukuran yang diperoleh atau yang berasal dari sampel.

2. Dari segi tertimologi


a. Statistik kadang diberi pengertian sebagai “data statistik” yaitu kumpulan bahan
keterangan yang berupa angka atu bilangan dengan istilah lain, statistik adalah deretan
atau kumpulan angka yang menunjukkan keterangan mengenai cabang kegiatan hidup
tertentu.
Misalnya : statistik penduduk, statistik pertanian dan statistik pendidikan.
Dengan demikian istilah statistik dengan pengertia sebagai data kuantitatif adalah data
angka yang dapat memberikan gambaran mengenai keadaan peristiwa atau gejala
tertentu.
b. Istilah statistik juga sering diartikan sebagai kegiatan statistik atau penstatikan.
c. Istilah statistik kadang-kadang juga dimaksudkan atau dikandung pengertian sebagai
metode statistik yaitu cara-cara tertentu yang perlu ditempuh dalam rangka
mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan, menganalisis dan memberikan
interpretasi terhadap sekumpulan bahan keterangan yang berupa angka sedemikian rupa
sehingga kumpulan bahan keterangan yang berupa angka itu “dapat berbicara” atau dapat
memberikan pengertian dan makna tertentu.
d. Istilah statistik, dewasa ini juga dapat diberi pengetian sebagai ilmu statistik. Ilmu
statistik adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan mengembangkan secara ilmiah
tahap-tahap yang ada dalam kegiatan statistik.

3. Penggolongan Statistik
a. Statistik deskriptif
Adalah statistik yang tikat pekerjaannya mencakup cara-cara menghimpu, menyusun
atau mengatur, mengolah, menyajikan dan menganalisis data angka agar dapat
memberikan gambaran yang teratur, ringkas dan jelas mengenai suatu gejala atau
peristiwa tertentu.

b. Statistik Inferensial
Adalah statistik yang menyediakan aturan atau cara yang dapat dipergunakan sebagai
alat dalam rangka mencoba menarik kesimpulan yang bersifat umum dari sekumpulan
data yang telah disusun dan diolah.

4. Fungsi dan Kegunaan Statistik


a. Fungsi Statistik
Fungsi statistik adalah sebagai alat bantu untuk mengolah, menganalisis dan menyimpulakan
hasil yang telah dicapai dalam kegiatan penilaian tersebut. Statistik sebagai ilmu pengetahuan
dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu statistik deskriptif dan inferensial. Berdasarkan
penggolongan statistik tersebut, maka fungsi statistik adalah :
1) Fungsi statistik deskriptif adalah untuk dapat memahami, medeskripsikan, menerangkan
data atau peristiwa yang dikumpulkan dalam suatu penelitian dan tidak sampai pada
generalisasi atau pengambilan kesimpulan mengenai keseluruhan populasi yang
diselidiki.
2) Fungsi statistik inferensial adalah untuk meramalkan dan mengontrol. Statistik
inferensial ini mempelajari tata cara penarikan kesimpulan mengenai keseluruhan atau
populasi berdasarkan data atau gejala dan peristiwa yang ada dalam suatu penelitian.

b. Kegunaan Statistik
1) memperoleh gambaran baik gambaran secara khusus maupun gambaran secara umum
tentang suatu gejala, keadaan atau peristiwa.
2) Mengikuti perkembangan atau pasang surut mengenai gejala, keadaan atau peristiwa
tersebut dari waktu ke waktu.
3) Melakukan pengujian, apakah gejala yang satu berbeda dengan gejala yang lain ataukah
tidak, jika terdapat perbedaan itu merupakan perbedaan yang berarti atau perbedaan itu
terjadi hanya secara kebetulan saja.
4) Mengetahui apakah yang satu ada hubungannya dengan gejala lain.
5) Menyusun laporan yang berupa data kuantitatif dengan teratur, ringkas dan jelas.
6) Menarik kesimpulan secara logis, mengambil keputusan secara tepat dan mantap.

5. Data Statistik
a. Pengertian Data Statistik
Data statistik adalah data yang berwujud angka atau bilangan tapi tidak semua angka data
statistik karena untuk dapat disebut data-data statistik angka itu harus memenuhi persyaratan
tertentu yaitu bahwa angka tadi haruslah menunjukkan suatu ciri dari suatu penelitian yang
bersifat agregatif serta mencerminkan suatu kegiatan dalam bilangan atau lapangan tertentu.

b. Penggolongan Data Statistik


1) Penggolongan data statistic berdasarkan sifatnya.
Ditijuan dari segi sifat angkanya, data statistic dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu
data kontiniyu yaitu data statistic yang angka-angkanya merupakan deretan angka yang
sambung menyambung dan data diskrit yaitu statistic yang tidak mungkin berbentuk pecahan.

2) Penggolongan data statistic berdasarkan cara menyusun angkanya


a. Data nominal adalah data statistic yang menyusun angkanya didasarkan atas
penggolongan atau klasifikasi tertentu. Data nominal juga sering disebut data
hitungan, dikatakan demikian karena data itu diperoleh dengan cara menghitung.
b. Data ordinal juga sering disebut data urutan yaitu data statistic yang cara menyusun
angkanya didasarkan atas urutan kedudukan atau ranking.
c. Data interval adalah data statistic dimana terdapat jarak yang sama diantara hal-hal
yang sedang diselediki atau dipersoalkan.

3) Penggolongan data statistic berdasarkan bentuk angkanya


a. Data tunggal adalah data statistic yang masing-masing angkanya merupakan satu
unit (satu kesatuan) dengan kata lain data tunggal ialah data statistic yang angka-
angkanya tidak dikelompok-kelokpokkan.
b. Data kelompok adalah data statistic yang tiap-tiap unitnya terdiri dari sekelompok
angka.

4) Penggolongan data statistic berdasarkan sumbernya


a. Data primer adalah data statistic yang diperoleh atau bersumber dari tangan
pertama.
b. Data skunder adalah data statistic yang diperoleh atau bersumber dari tangan kedua.

5) Penggolongan berdasarkan waktu pengumpulannya.


a. Data seketika adalah data statistic yang mencerminkan keadaan pada satu waktu
saja.
b. Data urutan waktu adalah data statistic yang mencerminkan keadaan atau
perkembangan mengenai sesuatu hal dari satu waktu ke waktu yang lain secara
berurutan. Data ini juga dikenal dengan istilah historical data.

c. Sifat Data Statistik


1) Data statistic memiliki nilai relatif atau nilai semu. Nilai relatif dari suatu angka atau
bilangan adalah nilai yang ditunjukkan oleh angka atau bilangan itu sendiri.
2) Data statistic memiliki nilai nyata dari suatu angka atau nilai sebenarnya. Nilai nyata
dari suatu angka adalah daerah tertentu dalam suatu deretan angka yang diwakili oleh
nilai relatif.
3) Data statistik memiliki batas bawah relatif, batas atas relatif, batas bawah nyata dan
batas atas nyata.
4) Data statistic yang berbentuk data kelompok memiliki nilai tengah. Yang dimaksud
dengan nilai tengah adalah bilangan yang terletak di tengah-tengah deretan bilangan
tersebut.
5) Data statistic sebagai data angka dalam proses penghitungannya tidak menggunakan
sistem pecahan melainkan menggunakan sistem desimal.
6) Data statistik sebagai data angka. Dalam proses penghitunganya tidak menggunakan
sistem pembulatan angka tertentu. Dalam hubungan ini perlu dikemukakan bahwa
walaupun dalam pembulatan angka yang terletak dibelakang tanda decimal tidak selalu
sama, namun pada dasarnya pembulatan tersebut dilakukan sampai dengan tiga buah
angka dibelakang angka decimal dengan catatan :
a. Jika setelah tiga angka di belakang tanda desimal terdapat bilangan yang besarnya
50 atau kurang dari 50 maka dianggap 0.
b. Jika setelah angka di belakang tanda desimal terdapat bilangan yang besarnya 51
atau lebih, maka bilangan 51 atau bilangannya lebih besar dari 51 itu dianggap sama
dengan satu dan bilangan 1 ditambahkan pada bilangan nomor 3 yang terletak di
belakang tanda desimal.

Konsep Dasar Penelitian Kualitatif

Moleong (2013: 6) setelah melakukan analisis terhadap beberapa definisi penelitian kualitatif
kemudian membuat definisi sendiri sebagai sintesis dari pokok-pokok pengertian penelitian kualitatif.
Menurut Moleong, penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi , tindakan, dan
lain-lain. secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dahn dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Sementara itu, Mulyana (2008: 151) mendeskripsikan penelitian kualitatif sebagai penelitian
dengan menggunakan metode ilmiah untuk mengungkapkan suatu fenomena dengan cara
mendeskripsikan data dan fakta melalui kata-kata secara menyeluruh terhadap subjek penelitian.
Nana Syaodi (2013: 94) menyebutkan bahwa penelitian kualitatif (qualitative research) adalah
suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,
aktivitas social, sikap, kepercayaan, persepsi pemikiran orang secara individual maupun kelompok.
Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang
mengarah pada penyimpulan. Penelitian kualitatif bersifat induktif yaitu peneliti membiarkan
permasalahan-permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Data
dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetail
disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan catatan-
catatan. Penelitian kualitatif berangkat dari filsafat konstruktivisme, yang memandang kenyataan itu
berdimensi jamak, interaktif, dan menuntut interpretasi berdasarkan pengalaman sosial.
Sukardi (2013: 19) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian berdasarkan
mutu atau kualitas dari tujuan sebuah penelitian itu. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang di
desain secara umum yaitu penelitian yang dilakukan untuk objek kajian yang tidak terbatas dan tidak
menggunakan metode ilmiah menjadi patokan.
Penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan perspektifnya di dalam
dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti. (Bungin,
2001: 24) Misalkan dapat berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat dan perilaku seseorang.
Rancangan penelitian kualitatif dalam pendidikan penelitiannya bersifat sementara, karena ketika
penelitian berlangsung, peneliti secara terus menerus menyesuaikan rancangan tersebut dengan proses
penelitian dan kenyataan yang terjadi di lapangan khususnya di dalam dunia pendidikan.
Pendekatan kualitatif merupakan salah satu pendekatan yang secara primer menggunakan
paradigma pengetahuan berdasarkan pandangan konstruktivist (seperti makna jamak dari pengalaman
individual, makna yang secara sosial dan historis dibangun dengan maksud mengembangkan suatu
teori atau pola) atau pandangan advokasi/partisipatori (seperti orientasi politik, isu, kolaboratif, atau
orientasi perubahan) atau keduanya.(Emzir, 2009: 28)
Penelitian kualitatif menggunakan pendekatan atau metode kualitatif. Menurut Sugiyono
(2012: 15) bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah ekperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel
sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dengan triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada generalisasi.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks yang alamiah dan
dengan menggunakan metode kualitatif, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

B. Tahapan Penelitian Kualitatif


Bahwa prosedur penelitian kualitatif memiliki perbedaan dengan penelitian kuantitatif.
Penelitian kualitatif biasanya didesain secara longgar, tidak ketat, sehingga dalam pelaksanaan
penelitian berpeluang mengalami perubahan dari apa yang telah direncanakan. Hal itu dapat terjadi
bila perencanaan ternyata tidak sesuai dengan apa yang dijumpai di lapangan. Meski demikian, kerja
penelitian mestilah merancang langkah-langkah kegiatan penelitian. Paling tidak terdapat tiga tahap
utama dalam penelitian kualitatif, yaitu:
1. Tahap deskripsi atau tahap orientasi. Pada tahap ini, peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat,
didengar dan dirasakan. Peneliti baru mendata sepintas tentang informasi yang diperolehnya.
2. Tahap reduksi. Pada tahap ini, peneliti mereduksi segala informasi yang diperoleh pada tahap
pertama untuk memfokuskan pada masalah tertentu.
3. Tahap seleksi. Pada tahap ini, peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi lebih
rinci kemudian melakukan analisis secara mendalam tentang fokus masalah. Hasilnya adalah
tema yang dikonstruksi berdasarkan data yang diperoleh menjadi suatu pengetahuan, hipotesis,
bahkan teori baru. (Sugiyono, 2012: 43)
Secara spesifik, ketiga tahap tersebut dapat djabarkan dalam tujuh langkah penelitian
kualitatif yaitu: 1) Identifikasi masalah, 2) Pembatasan masalah, 3) Penetapan fokus masalah, 4)
Pelaksanaan penelitian, 5) Pengolahan dan pemaknaan data, 6) Pemunculan teori, dan 7) Pelaporan
hasil penelitian. (Sudjana dan Ibrahim, 2001: 62).
Sementara itu, Danim (2002: 80) mengemukakan bahwa secara garis besar tahapan penelitian
kualitatif adalah:
1. Merumuskan masalah sebagai fokus penelitian.
2. Mengumpulkan data di lapangan.
3. Menganalisis data.
4. Merumuskan hasil studi.
5. Menyusun rekomendasi untuk pembuatan keputusan.

C. Corak Penelitian Kualitatif


Penelitian dengan pendekatan kualitatif dapat dibedakan menjadi tujuh tipe utama, yaitu :
phenomenology, ethnography, action research, biography, grounded theory, design and development
research, and case studi and field research.(Jonhson dan Wichern, 2005: 8)
1. Penelitian Etnografi
Etnografi adalah suatu bentuk penelitian yang berfokus pada makna sosiologi melalui
observasi lapangan tertutup dari fenomena sosiokultural. Biasanya para peneliti etnografi
memfokuskan penelitiannya pada suatu masyarakat (tidak selalu secara geografis, juga memerhatikan
pekerjaan, pengangguran, dan masyarakat lainnya). Penelitian etnografi khusus menggunakan tiga
macam pengumpulan data yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian ini menghasilkan
tiga jenis data: kutiapan, uraian, dan kutipan dokumen menghasilkan dalam suatu produk: uraian
naratif.
2. Penelitian Grounded Theory “Teori Dasar”
Strauss dan Corbin dalam Sugiyono (2012: 191) mendefinisikan grounded theory (tori dasar)
adalah suatu teori yang secara induktif diperoleh dari pengkajian fenomena yang mewakilinya.
Menurut Strauss dan Corbin, penelitian grounded theory mempunyai tujuan untuk membangun teori
yang dapat dipercaya dan menjelaskan wilayah di bawah studi.
3. Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan (action research) adalah suatu proses yang dirancang untuk
memberdayakan semua partisipan dalam proses (siswa, guru, dan peserta didik lainnya) dengan
maksud untuk meningkatkan praktik yang diselenggarakan di dalam pengalaman pendidikan.
Penelitian tindakan bertujuan untuk memberikan konstribusi kepada kepedulian praktis dari orang
dalam situasi problematis secara langsung dan untuk tujuan lebih lanjut dari ilmu sosial secara
serempak. (Sugiyono, 2012: 235).
4. Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan (design and development research) adalah salah satu jenis
penelitian pragmatik yang menawarkan suatu cara untuk menguji teori dan memvalidasi parktikyang
terus-menerus dilakukan secara esensial melalui tradisi yang tidak menantang. Suatu cara untuk
menetapkan prosedur-prosedur, teknik-teknik, dan peralatan-peralatan baru yang didasarkan pada
suatu analisis metodik tentang kasus-kasus spesifik.
5. Penelitian Kasus dan penelitian lapangan (Case Studi and field research)
Yin dalam Bungin (2005: 173) menyatakan bahwa studi kasus merupakan suatu inquiry
empiris yang mendalami fenomena dalam kehidupan yang nyata, ketika batas antara fenomena dan
konteks tak tampak dengan jelas (Herdiansyah, 2010:76). Tujuan penlitian kasus dan penelitian
lapangan adalah untuk mempelajari secara instensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan
interaksi lingkungan suatu unit sosial. Macam-macam penelitian studi kasus, antara lain:
a. Studi kasus intrinsik (intrinsic case study)
Studi kasus ini dilakukan untuk memahami secara lebih baik dan mendalam tentang suatu
kasus tertentu. Studi atau kasus dilakukan karena alasan peneliti ingin mengetahui secara intrinsik
fenomena, keteraturan, dan kekhususan kasus, bukan untuk alasan eksternal lainnya.
b. Studi kasus instrumental (instrumental case study)
Studi kasus instrumental merupakan studi atas kasus untuk alasan eksternal, bukan karena
ingin mengetahaui hakikat suatu kasus tersebut. Kasus hanya dijadikan sebagai sarana untuk
memahami hal lain di luar kasus seperti untuk membuktikan suatu teori yang sebelumnya sudah ada.
c. Studi kasus kolektif (collective case study)
Studi kasus ini dilakukan untuk menarik kesimpulan atau generalisasi atas fenomena atau
populasi dari kasus-kasus tersebut. Studi kasus kolektif ingin membentuk suatu teori atas dasar
persamaan dan keteraturan yang diperoleh dari setiap kasus yang diselidiki.
6. Biografi
Biogafi (biography) merupakan study terhadap seseorang atau individu yang dituliskan oleh
peneliti atas permintaan individu tersebut atau atas keinginan peneliti yang bersangkutan. Denzin dan
Lincoln (1994) dalam Herdiansyah (2010: 65) mendefinisikan biografi sebagai suatu studi yang
berdasarkan kepada kumpulan dokumen-dokumen tentang kehidupan seseorang yang melukiskan
momen penting yang terjadi dalam kehidupannya tersebut. Sehingga dalam penelitian ini yang
dijadikan sebagai subyek dalam penelitian dapat berupa orang yang masih hidup ataupun orang yang
sudah meninggal dunia, sepanjang data yang relevan dapat diperoleh peneliti dari dokumen yang
tersedia.
7. Fenomenologi
Polkinghorne (1989) dalam Herdiansyah (2010: 67) mendefinisikan fenomenologi sebagai
sebuah studi untuk memberikan gambaran tentang arti dari pengalaman-pengalaman beberapa
individu mengenai konsep tertentu.
Fenomenologi dapat bersifat individu misalnya seseorang mengalami malam lailatul qadar
yang dialami oleh beberapa orang Muslim pada bulan Ramadhan atau seseorang yang mengalami
near-death experiences atau dapat disebut dengan pengalaman terhadap kematian menyatakan bahwa
pengalaman tersebut merupakan pengalaman yang luar biasa fenomenal sepanjang hidupnya dan
dirasakan sangat ekstrim yang mendekati kematiannya.
Contoh tersebut merupakan contoh yang bersifat individual yang hanya dialami oleh
perseorangan. Selanjutnya pengalaman yang bersifat masal yaitu misalnya pada saat terjadinya
tsunami di Aceh pada tahun 2004 lalu yang menewaskan ratusan ribu orang.

D. Dimensi-Dimensi Penelitian Kualitatif


Penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik, metode fenomenologis, metode
impresionistik, dan metode postpositivistic. Adapun karakteristik penelitian jenis ini adalah sebagai
berikut:
1. Menggunakan pola berpikir induktif (empiris rasional atau bottomup). Metode kualitatif sering
digunakan untuk menghasilkan grounded theory, yaitu teori yang timbul dari data bukan dari
hipotesis seperti dalam metode kuantitatif. Atas dasar itu penelitian bersifat generating theory,
sehingga teori yang dihasilkan berupa teori substansif.
2. Perspektif emic/partisipan sangat diutamakan dan dihargai tinggi. Minat peneliti banyak tercurah
pada bagaimana persepsi dan makna menurut sudut pandang partisipan yang diteliti, sehingga
bias menemukan apa yang disebut sebagai fakta fenomenologis.
3. Penelitian kualitatif tidak menggunakan rancangan penelitian yang baku. Rancangan penelitian
berkembang selama proses penelitian.
4. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami, mencari makna di balik data, untuk
menemukan kebenaran, baik kebenaran empiris sensual, empiris logis, dan empiris logis.
5. Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, sumber data yang dibutuhkan, dan alat pengumpul
data bisa berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan.
6. Pengumpulan data dilakukan atas dasar prinsip fenomenologis, yaitu dengan memahami secara
mendalam gejala atau fenomena yang dihadapi.
7. Peneliti berfungsi pula sebagai alat pengumpul data sehingga keberadaanya tidak terpisahkan
dengan apa yang diteliti.
8. Analisis data dapat dilakukan selama penelitian sedang dan telah berlangsung.
9. Hasil penelitian berupa deskripsi dan interpretasi dalam konteks waktu serta situasi tertentu.
(Sudjana dan Ibrahim, 2001: 11-12)

E. Tujuan Penelitian Kualitatif


Atas dasar penggunaanya, dapat dikemukakan bahwa tujuan penelitian kualitatif dalam
bidang pendidikan yaitu untuk:
1. Mendeskripsikan suatu proses kegiatan pendidikan berdasarkan apa yang terjadi di lapangan
sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk menemukenali kekurangan dan kelemahan pendidikan
sehingga dapat ditentukan upaya penyempurnaannya.
2. Menganalisis dan menafsirkan suatu fakta, gejala dan peristiwa pendidikan yang terjadi di
lapangan sebagaimana adanya dalam konteks ruang dan waktu serta situasi lingkungan
pendidikan secara alami.
3. Menyusun hipotesis berkenaan dengan konsep dan prinsip pendidikan berdasarkan data dan
informasi yang terjadi di lapangan (induktif) untuk kepentingan pengujian lebih lanjut melalui
pendekatan kualitatif. (Sudjana dan Ibrahim, 2001: 15)

F. Data Penelitian Kualitatif


Dalam hubungannya dengan data penelitian kualitatif, Sugiyono, (2012: 226) menyebutkan
terdapat 4 macam teknik pengumpulan data, yaitu:
1. Observasi
Menurut S. Margono dalam Zuriah (2009: 173) observasi diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan
pencatatan dilakukan terhadap objek di tempat terjadi, karena penting untuk melihat perilaku dalam
keadaan (setting) alamiah, melihat dinamika, dan gambaran perilaku berdasarkan situasi yang ada.
2. Wawancara/Interview
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Menurut Zuriah (2009: 179)
wawancara ialah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan
untuk dijawab secara lisan pula. Dalam penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik observasi
partisipatif dengan wawancara mendalam.
3. Dokumentasi
Menurut Zuriah (2009: 191), dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis seperti arsip, termasuk juga buku tentang teori, pendapat, dalil atau hukum, dan
lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
4. Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi teknik, berarti peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data-data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber
yang sama. Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi
lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang ditemukan.
Sementara itu, dalam permasalahan teknis analisis data dalam penelitian kualitatif, dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Analisis data sebelum di lapangan
Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang digunakan
untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara,
dan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan.
2. Analisis data di lapangan model Miles and Huberman
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hak
yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
b. Data Display (penyajian data)
Penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan natar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan
data dala penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dalam melakukan display data,
selain teks naratif, juga dapat berupa, grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart.
c. Conclusion Drawing/verification
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya
belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya
masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan
kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. (Sugiyono, 2012: 245-252)

Konsep Dasar Penelitian Kuantitatif


Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup
lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini
disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini
sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit,
obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena
dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru.
Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah
sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain
penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak
menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data
tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan penelitian
akan lebih baik bila disertai dengan gambar, table, grafik, atau tampilan lainnya. Penelitian
kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yg menekankan fenomena fenomena objektif dan
dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi objektivitass desain penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan terkontrol.
(sukmadinata, N, 2013)
Menurut Sugiyono (14:2015), metode penelitian kuantitatif merupakan metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara
random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Filsafat positivisme memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan,
relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Penelitian
pada umumnya dilakukan pada populasi atau sampel tertentu yang representatif. Proses
penelitian bersifat deduktif, di mana untuk menjawab rumusan masalah digunakan konsep
atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis. Hipotesis tersebut selanjutnya diuji melalui
pengumpulan dan lapangan. Untuk mengumpulkan data digunakan instrumen penelitian.
Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan
statistik deskriptif sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang dirumuskan terbukti atau tidak.
Penelitian kuantitatif pada umumnya diambil sampel random, sehingga kesimpulan hasil
penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil.
Penelitian kuantitatif merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas nilai(value
free). Dengan kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan prinsip-prinsip
objektivitas. Objektivitas itu diperoleh antara lain melalui penggunaan instrumen yang telãh
diuji validitas dan reliabilitasnya. Peneliti yang melakukan studi kuantitatif mereduksi
sedemikian rupa hal-hal yang dapat membuat bias, misalnya akibat masuknya persepsi dan
nilai-nilai pribadi. Jika dalam penelaahan muncul adanya bias itu, penelitian kuantitatif akan
jauh dari kaidah-kaidah teknik ilmiah yang sesungguhnya (Sudarwan Danim, 2002: 35)
dalam (musafa nanang, 2012)
Dalam hal pendekatan, penelitian kuantitatif lebih mementingkan adanya variabel-
variabel sebagai objek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam
bentuk operasionalisasi variable masing-masing. Reliabilitas dan validitas merupakan syarat
mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen
tersebut akan menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan replicasi serta
generalisasi penggunaan model penelitian sejenis. Selanjutnya, penelitian kuantitatif
memerlukan adanya hipotesa dan pengujian yang kemudian akan menentukan tahapan-
tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan
digunakan. Juga, pendekatan ini lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan
penafsiran angka statistic bukan pada makna secara kebahasaan dan kulturalnya. (musafa
nanang, 2012).
1. Penggunaan Metode Kuantitatif
Menurut Sugiono (2015:34) Metode Kuantitatif digunakan apabila:
a. Bila masalah yang merupakan titik tolak penelitian sudah jelas. Masalah adalah
penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang terjadi, antara aturan dengan
pelaksanaan, antara teori dan praktek, antara rencana dengan pelaksanaan.
b. Bila peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi. Metode
penelitian kuantitatif cocok digunakan untuk mendapatkan informasi yang luas tetapi
tidak mendalam.
c. Bila ingin diketahui pengaruh perlakuan/treatment tertentu terhadap yang lain. Untuk
kepentingan ini metode eksperimen paling cocok digunakan.
d. Bila peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian.
e. Bila peneliti ingin mendapatkan data yang akurat.
f. Bila ingin menguji terhadap adanya keragu-raguan tentang validitas pengetahuan, teori,
dan produk tertentu.

2. Kompetensi Peneliti Kuantitatif


a. Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang pendidikan yang akan
diteliti.
b. Mampu melakukan analisis masalah secara akurat, sehingga dapat ditemukan masalah
penelitian pendidikan yang betul-betul maslah.
c. Mampu menggunakan teori pendidikan yang tepat sehingga dapat digunakan untuk
memperjelas masalah yang diteliti, dan merumuskan hipotesis penelitian.
d. Memahami berbagai jenis metode penelitian kuantitatif, seperti metode survey,
eksperimen, action research, expost facto, evaluasi dan R & D.
e. Mampu menyusun instrument baik test maupun nontest untuk mengukur berbagai
variabel yang diteliti, mampubmenguji validitas dan reliabilitas instrumen.
f. Mampu mengumpulkan data dengan kuesioner, maupun dengan wawancara, observasi,
dan dokumentasi.
g. Mampu menyajikan data, menganalisis data secara kuantitatif untuk menjawab
rumusan masalah dan menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan.
h. Mampu memberikan interpretasi terhadap data hasil penelitian maupun hasil pengujian
hipotesis.
i. Mampu membuat laporan secara sistematis, dan menyampaikan hasil penelitian ke
pihak-pihak yang terkait.
j. Mampu membuat abstraksi hasil penelitian, dan membuat artikel untuk dimuat ke
dalam jurnal ilmiah.
k. Mampu mengkomunikasikan hasil penelitian kepada masyarakat luas.
Dalam penelitian kuantitatif diyakini adanya sejumlah asumsi sebagai dasar dalam
melihat fakta atau gejala. Asumsi-asumsi yang dimaksud adalah:
1. objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, baik bentuk, struktur, sifat
maupun dimensi lainnya.
2. suatu benda atau keadaan tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu.
3. Suatu gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan, melainkan
merupakan akibat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya (Jonathan Sarwono, 2011).
Sejalan dengan penjelasan di atas, secara epistemologi paradigma kuantitatif
berpandangan bahwa sumber ilmu terdiri dari dua hal, yaitu pemikiran rasional dan empiris.
Karenaitu, ukuran kebenaran terletak pada koherensi(sesuai dengan teori-teori terdahulu) dan
korespondensi (sesuai dengan kenyataan empiris). Kerangka pengembangan ilmu itu dimulai
dengan proses perumusan hipotesis yang dideduksi dari teori, kemudian diuji kebenarannya
melalui verifikasi untuk diproses lebih lanjut secara induktif menuju perumusan teori baru.
Jadi, secara epistemologis pengembangan ilmu itu berputar mengikuti siklus, logico,
hipotetico dan verifikatif.
Ada tiga hal mendasar yang harus diketahui dalam penelitian kuantitatif yaitu aksioma,
karakteristik penelitiandan proses penelitian.
a. Aksioma(PandanganDasar)
Aksioma meliputirealitas, hubungan peneliti dengan yang diteliti, hubungan variable,
kemungkinan generalisasi dan peranan nilai.
AksiomaDasar MetodeKuantitatif
Dapat diklasifikasikan, konkrit, teramati,
Sifatrealitas
terukur
Hubungan Independen, supaya terbangun
peneliti dengan yang diteliti obyektivitas
Hubungan variabel Kausalitas (sebab-akibat)
Kemungkinan generalisasi Cenderung membuat generalisasi
Peranan nilai Cenderung bebas nilai

b. KarakteristikPenelitian
Menurut sugioni (2015:23-24) Penelitian kuantitatif memiliki beberapa karakteristik
berikut:
1) Desain
a) Spesifik, jelas, rinci
b) Ditentukan secara mantap sejakawal
c) Menjadi pegangan langkah demi langkah.
2) Tujuan
a) Menunjukkan hubungan antar variable
b) Mengujiteori
c) Mencari generalisasi yang memiliki nilai prediktif
3) Tehnik Pengumpulan data
a) Kuesioner
b) Observasi dan wawancara terstruktur
4) InstrumenPenelitian
a) Tes, angket, wawancara terstruktur
b) Instrument yang telah terstandar
5) Data
a) Kuantitatif
b) Hasil pengukuran variable yang dioperasionalkan dengan menggunakan instrument
6) Sampel
a) Besar
b) Representatif
c) Sedapat mungkin random
d) Ditentukan sejak awal
7) Analisis
a) Setelah sèlesai pengumpulan
b) Deduktif
c) Menggunakan statistik
8) Hubungan dengan Responden
a) Dibuat berjarak, bahkan sering tanpa kontak supaya obyektif
b) Kedudukan peneliti lebih tinggi daripada responden
c) Jangka pendek sampai hipotesis dapat ditemukan.
9) Usulan Desain
a) Luas dan rinci
b) Literatur yang berhubungan dengan masalah dan variabel yang diteliti.
c) Prosedur yang spesifik dan rinci langkah-langkahnya
d) Masalah dirumuskan dengan spesifik dan jelas
e) Hipotesis dirumuskan dengan jelas
f) Ditulis secara rinci danjelas sebelum terjun ke lapangan
10) Kapan penelitian dianggap selesai?
a) Setelah semua kegiatan yang direncanakan dapat diselesaikan
11) Kepercayaan terhadap hasil Penelitian
a) Pengujian validitas dan realiabilitas instrument

Prosedur Penelitian Kuantitatif


Menurut sugiono (2015:49-51) prosedur penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut:
Dalam penelitian kuantitatif, masalah yang dibawa oleh peneliti harus sudah jelas.
Menurut Tuckman, setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari
masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian merupakan hal yang paling
sulit dalam proses penelitian (Sugiyono: 52).
Langkah ke 1, rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan
jawabannya melalui pengumpulan data. Dengan pertanyaan ini maka akan dapat memandu
peneliti untuk kegiatan penelitian selanjutnya.
Langkah ke 2, landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar
yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan coba-coba. Adanya landasan teori merupakan ciri
bahwa penelitian itu cara ilmiah untuk mendapatkan data. Teori yang digunakan berfungsi
untuk memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis dan
sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian.
Langkah ke 3, hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori
yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data. Bila dilihat dari eksplanasinya, bentuk hipotesis penelitian yaitu hipotesis
deskripsi (variabel mandiri), komparatif (perbandingan), dan asosiatif (hubungan). Hipotesis
deskripsi adalah jawaban sementara terhadap masalah deskriptif yang berkenaan dengan
variabel mandiri, hipotesis komparatif adalah jawaban sementara terhadap masalah
komparatif (variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya berbeda atau keadaan itu terjadi
pada waktu yang berbeda), hipotesis asosiatif adalah adalah jawaban sementara terhadap
masalah asosiatif (yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih).
Langkah ke 4, hipotes yang masih merupakan jawaban sementara, selanjutnya harus
dibuktikan kebenarannya dengan pengumpulan data. Pengumpulan data dapat dilakukan
melalui wawancara (apabila peneliti ingin menemukan permasalahan yang harus diteliti dan
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam serta jumlah respondennya
sedikit/kecil), angket (teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya) dan
observasi (digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-
gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar).
Pengumpulan data dilakukan pada populasi tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-
benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari
populasi harus betul-betul representatif (mewakili).
Meneliti adalah mencari data yang teliti/akurat. Untuk itu peneliti perlu menggunakan
instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut
variabel penelitian. Variabel-variabel dalam ilmu alam misalnya panas, maka instrumennya
adalah calorimeter, variabel panjang maka instrumennya adalah mistar (meteran), variabel
berat maka instrumennya adalah timbangan berat. Sedangkan instrumen penelitian dalam
bidang sosial, khususnya bidang pendidikan yang sudah baku sulit ditemukan. Untuk itu,
peneliti harus mampu membuat instrumen yang akan digunakan untuk penelitian.
Menetapkan variabel-variabel yang diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi
operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan di ukur. Dari indikator ini
kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan
penyusunan instrumen, maka perlu digunakan “matrik pengembangan instrumen” atau “kisi-
kisi instrumen”.
Agar instrumen dapat dipercaya, maka harus diuji validitas dan reabilitasnya. Terdapat
tiga cara pengujian validitas instrumen, yaitu pengujian validitas konstrak, pengujian validitas
isi dan pengujian validitas eksternal.
1. Pengujian validitas konstrak
Untuk menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat dari ahli. Para ahli diminta
pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. setelah pengujian konstrak dari para
ahli dan berdasarkan pengalaman empiris di lapangan selesai, maka diteruskan dengan uji
coba instrumen. Instrumen tersebut dicobakan pada sampel dari mana populasi diambil.
Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis
faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan
mengkorelasikan antar skor faktor dengan skor total.
2. Pengujian validitas isi
Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen
dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Untuk instrumen yang akan mengukur
efektivitas pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan. Secara
teknis pengujian validitas isi menggunakan kisi-kisi instrumen. Pada setiap instrumen baik
test maupun non test terdapat butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk menguji validitas
butir-butir instrumen lebih lanjut, setelah dikonsultasikan dengan ahli, selanjutnya
diujicobakan, dan dianalisis dengan analisis item atau uji beda.
3. Pengujian validitas eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari
kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di
lapangan.
Sedangkan pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal dan
internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan rest-retest, equivalent, dan
gabungan keduanya.
a. Test-retest
Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan tes-retest dilakukan dengan cara
mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Instrumennya sama, respondennya
sama dan waktunya yang berbeda. Bila koefisien korelasi positif dan siginfikan maka
instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.
b. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi
maksudnya sama. Pengujian reliabilitas instrumen dengan cara ini cukup dilakukan sekali,
tetapi instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu sama, instrumen berbeda.
Reliabilitas instrumen dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu
dengan data instrumen yang dijadikan equivalent. Bila korelasi positif dan signifikan, maka
instrumen dinyatakan reliabel.
c. Gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang
equivalent beberapa kali, ke responden yang sama. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan
mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelaksikan pada pengujian kedua, dan
selanjutnya dikorelasikan secara silang.
Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu berbeda, akan dapat dianalisis enam
koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya positif dan siginfikan,
maka dapat dinyatakan bahwa instrumen tersebut reliabel.
Secara internal pengujian dapat dilakukan dengan menganalisis konsistensi butir-butir
yang ada pada instrumen tertentu. Pengujian reliabilitas dengan internal consistency,
dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian yang data diperoleh
dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi
reliabilitas instrumen.
Langkah ke 5, setelah data terkumpul selanjutnya dianalisis. Analisis diarahkan untuk
menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan. Teknik analisis data dalam
penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat berupa statistik
deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan
statistik nonparametris.
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik
deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak
ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil.
Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data
sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan bila
sampel diambil dari populasi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dari populasi itu
dilakukan secara random.
Pada statistik inferensial terdapat statistik parametris dan nonparametris. Penggunaan
statistik parametris dan nonparametris tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan
dianalisis. Statistik parametris memerlukan terpenuhi banyak asusmsi. Asumsi yang utama
adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan
salah satu test mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang diuji harus homogen, dalam
regresi harus terpenuhi asumsi lineritas. Statistik nonparametris tidak menuntut terpenuhi
banyak asumsi, misalnya data yang akan dianalisis tidak harus berdistribusi normal. Statistik
parametris mempunyai kekuatan yang lebih daripada statistik nonparametris,bila asumsi yang
melandasi dapat terpenuhi. Statistik parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis
data interval dan rasio, sedangkan statistik nonparametris digunakan untuk menganalisis data
nominal, ordinal.
Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian data
dapat menggunakan tabel, tabel distribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, piechart
(diagram lingkaran), dan pictogram.
Langkah ke 6, setelah hasil penelitian diberikan pembahasan, maka selanjutnya dapat
disimpulkan. Kesimpulan berisi jawaban singkat terhadap setiap rumusan masalah
berdasarkan data yang telah terkumpul. Apabila rumusan masalah ada lima, maka
kesimpulannya juga ada lima. Peneliti juga harus memberikan saran-saran. Melalui saran-
saran tersebut diharapkan masalah dapat terpecahkan. Saran yang diberikan harus
berdasarkan kesimpulan hasil penelitian.
Apabila hipotesis penelitian yang diajukan tidak terbukti, maka perlu di cek apakah ada
yang salah dalam penggunaan teori, instrumen, pengumpulan, analisis data, atau rumusan
masalah yang diajukan.
C. Dimensi-dimensi Penelitian Kuantitatif
Menurut Sudarto, A (2013) dimensi dimensi penelitian kuantitatif ialah sebagai
berikut:
1. Penelitian survey
Penelitian survey merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pertanyaan
terstruktur yang sama pada setiap orang, kemudian semua jawaban yang diperoleh peneliti
dicatat, diolah, dan dianalisis. Pertanyaan terstruktur disebut kuesioner. Kuesioner berisi
pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada responden untuk mengukur variabel-
variabel, berhubungan diantara variabel yang ada, serta dapat berupa pengalaman dan
pendapat dari responden. Dalam pelaksanan survei, kondisi penelitian tidak dimanipulasi oleh
peneliti.
Metode survei biasanya digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang
alamiah, namun peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data (kuesioner, test,
wawancara, dan sebagainya), perlakuan yang diberikan tidak sama pada eksperimen.
Penelitian survei memiliki berbagai macam variasi dalam pelaksanaannya. Di bidang
pendidikan dan tingkah laku penelitian survei minimal dapat dikelompokkan menjadi lima
macam bentuk, yaitu, survei catatan (sirvey of record) merupakan penelitian yang
menggunakan sumber-sumber berupa catatan dan informasi nonreaksi. Survei menggunakan
angket dengan memanfaatkan jasa pos (biasanya didistribusikan kepada responden dengan
bantuan jasa pos), survei melalui telepon (biasanya menggunakan buku petunjuk telepon
untuk menghubungi responden), survei dengan wawancara kelompok (biasanya hasil survey
lebih merefleksikan tingkah laku kelompok dan merupakan hasil consensus antar responden),
dan wawancara individual (survey model ini menggunakan pendekatan konvensional, dengan
wawancara perorangan). Demikian penjabaran mengenai pengertian penelitian baik itu
kuantitaif maupun kualitatif, pendekatan survey pada penelitian kuantitatif, langkah-langkah
dalam penelitian survey, serta jenis-jenisnya.

2. Penelitian eksperimen
Menurut Solso & MacLin dalam (Sudarto, A, 2013), penelitian eksperimen adalah
suatu penelitian yang di dalamnya ditemukan minimal satu variabel yang dimanipulasi untuk
mempelajari hubungan sebab-akibat. Oleh karena itu, penelitian eksperimen erat kaitanya
dalam menguji suatu hipotesis dalam rangka mencari pengaruh, hubungan, maupun
perbedaan perubahan terhadap kelompok yang dikenakan perlakuan.
Menurut Yatim Riyanto dalam (Sudarto, A, 2013), penelitian eksperimen merupakan
penelitian yang sistematis, logis, dan teliti didalam melakukan kontrol terhadap kondisi.
Dalam pengertian lain, penelitian eksperimen adalah penelitian dengan melakukan percobaan
terhadap kelompok eksperimen, kepada tiap kelompok eksperimen dikenakan perlakuan-
perlakuan tertentu dengan kondisi-kondisi yang dapat di kontrol.
Wiersma dalam (Sudarto, A, 2013), mendefinisikan eksperimen sebagai suatu situasi
penelitian yang sekurang-kurangnya satu variabel bebas, yang disebut sebagai variabel
eksperimental, sengaja dimanipulasi oleh peneliti.
Arikunto dalam (Sudarto, A, 2013), mendefinisikan eksperimen adalah suatu cara
untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja
ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-
faktor lain yang mengganggu.
Jadi, dengan kata lain, suatu penelitian eksperimen pada prinsipnya dapat didefinisikan
sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab
akibat (causal-effect relationship). Contoh hubungan sebab akibat dibidang pendidikan
misalnya, seorang mahasiswa yang mempunyai nilai matematika tinggi cenderung berhasil
dalam menyelesaikan mata kuliah merencana mesin. Penelitian eksperimen pada umumnya
dilakukan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan sesuatu jika
dilakukan pada kondisi yang dikontrol dengan teliti, maka apa yang akan terjadi?. Disamping
itu, penelitian eksperimen dilakukan oleh peneliti dengan tujuan mengatur situasi dimana
pengaruh beberapa variabel terhadap satu atau variabel terikat dapat diidentifikasi.
Ciri utama penelitian eksperimen yang membedakannya dengan semua jenis penelitian
lainnya adalah perlakuan atau manipulasi ternadap variabel bebas untuk mengetahui efeknya
terhadap variabel terikat. Variabel yang dilibatkan, yaitu variabel bebas dan variabel terikat,
sudah ditetapkan secara tegas oleh peneliti sejak awal penelitian. Variabel bebas (disebut juga
variabel perlakuan, variabel independen, atau variabel penyebab) adalah variabel yang
dimanipulasisecara sistematis dalam eksperimen. Contoh variabel bebas adalah metode
pembelajaran, ienis-jenis penguatan, frekuensi penguatan media pembelajaran, iingkungan
belajar, mater pembelajaran, jumlah kelompok belajar, dan sebagainya. Sedangkan variabel
terikat (disebut iuga variabel kriteria atau variabel dependen) adalah variabel yang diukur
sebagai akibat adanya perlakuan terhadap variabel bebas. Contoh variabel terikat dalam
penelitian pendidikan, antara lain adalah hasil belajar siswa, kesiapan belajar siswa,
kemandirian belajar, dan/atau skor tes.
Menurut Christensen dalam (Sudarto, A, 2013), penelitian eksperimen memiliki
beberapa ciri khas, yaitu:
a. Variabel penelitian dan situasi perlakuan diatur secara ketat, dengan menetapkan
perlakuan, kontrol. dan pengacakan.
b. Adanya kelompok pergendali sebagai pembanding bagi kelompok eksperimen.
c. Mengendalikan variansi untukmemaksimalkan variansi variabel yang berkaitan
dengan hipotesis penelitian, meminimalisir variansi variabel pengganggu yang mungkin
mempengaruhi hasil eksperimen. juga meminimalisir variansi kekeliruan. termasuk
kekeliruan pengukuran. Pemilihan dan penentuan subyek serta penempatan subyek dalam
kelompok perlakuan dan kelompok pengendalian jugadilakukan secara acak.
d. Validitas internal diperlukan pada desain eksperimen guna mengetahui apakah
manipulasi benar-benar berdampak pada perbedaan hasil yang dicapai.
e. Validitas eksternal berkaitan dengan bagaimana keterwakilan populasi dan
ketergeneralisasian hasil eksperimen.
Eksperimen dalam bidang pendidikan berdasarkan lokasinya dapat dibedakan atas dua
bentuk, yaitu eksperimen di laboratorium dan eksperimen di luar laboratorium. Eksperimen
di laboratorium dilaksanakan Peneliti dalam sebuah ruangan tertutup atau dalam kondisi
tertentu untuk meningkatkan akurasi hasil penelitian. Sedangkan eksperimen di luar
laboratorium (juga disebut eksperimenlapangan) biasanya dilakukan oleh peneliti guna
mendapatkan hasil eksperimen dalam lingkungan yang sebenamya, misalnya di kelas atau di
masyarakat.
Dari kedua bentuk penelitian eksperimen tersebut eksperimen diluar laboratorium
adalah bentuk eksperimen yang paling banyak dilakukan, karena mempunyai beberapa
keunggulan, misalnya:
1) lebih mudah dalam pemberian perlakuan;
2) memungkinkan untuk melakukan eksperimen pada kondisi yang sebenarnya;
3) hasil eksperimen lebih sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh para pendidik.
Sedangkankelemahan utamanya adalah sulit untuk mengendalikan variabel-variabel luar yang
mengancam validitas internal dan validitas eksternal hasil eksperimen.
Eksperimen laboratorium memiliki keunggulan utama, yaitu sangat cocok untuk
mendalami masalah yang berkaitandengan pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk
ilmu pendidikan. Dalam pelaksanaan eksperimen ini memungkinkan untuk mengendalikan
variabel-variabel luar yang mengancam validitas internal dan validitas eksternal hasil
eksperimen. Namun karena ketatnya pengendalian terhadap variabel-variabel luar, sehingga
hasil eksperimen ini adakalanya tidak memungkinkan untuk diterapkan pada kondisi yang
sebenarnya.
Ada tiga hal yang menjadi karakteristik penelitian eksperimental:
a) Manipulasi, dimana peneliti menjadikan salah satu dari sekian variabel bebas untuk
menjadi sesuai dengan apa yang diinginkan oleh peneliti, sehingga variabel lain dipakai
sebagai pembanding yang bisa membedakan antara yang memperoleh perlakuan/manipulasi
dengan yang tidak memperoleh perlakuan/manipulasi.
b) Pengendalian, dimana peneliti menginginkan variabel yang diukur itu mengalami
kesamaan sesuai dengan keinginan peneliti dengan menambahkan faktor lain ke dalam
variabel atau membuang faktor lain yang tidak diinginkan peneliti dari variable.
c) Pengamatan, dimana peneliti melakukan suatu kegiatan mengamati untuk mengetahui
apakah ada pengaruh manipulasi variabel (bebas) yang telah dilakukannya terhadap variabel
lain (terikat) dalam penelitian eksperimental yang dilakukannya.
Selain itu, dalam penelitian eksperimen ada tiga unsur penting yang harus
diperhatikan dalam melakukan penelitian ini, yaitu kontrol, manipulasi, dan pengamatan.
Variabel kontrol disini adalah inti dari metode eksperimental, karena variabel control inilah
yang akan menjadi standar dalam melihat apakah ada perubahan, maupun perbedaan yan
terjadi akibat perbedaan perlakuan yang diberikan. Sedangkan manipulasi disini adalah
operasi yang sengaja dilakukan dalam penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini, yang
dimanipulasi adalah variabel independent dengan melibatkan kelompok-kelompok perlakuan
yang kondisinya berbeda. Setelah peneliti menerapkan perlakuan eksperimen, ia harus
mengamati untuk menentukan apakah hipotesis perubahan telah terjadi (Observasi).
Dari beberapa penjelasan diatas secara garis besar dapat kita simpulkan karakteristik
penelitian eksperimen adalah antara lain :
a. Menggunakan kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk dibandingkan dengan
kelompok yang dikenai perlakuan eksperimental.
b. Menggunakan sedikitnya dua kelompok
c. Harus mempertimbangkan kesahihan ke dalam (internal validity).
d. Harus mempertimbangkan kesahihan keluar (external validity)

3. Penelitian analisis data sekunder


Analisis data sekunder merupakan analisis data survei yang telah tersedia. Analisis ini
mencakup interpretasi, kesimpulan atau tambahan pengetahuan dalam bentuk lain. Semua itu
ditunjukkan melalui hasil penelitian pertama secara menyeluruh. Analisis bentuk ini
merupakan analisis ulang (re-analysis) dalam bentuk atau sudut pandang berbeda dari laporan
pertama Thomas dalam (Mubah, S, 2007). Hasil dari penelitian pertama itu disaring melalui
pengertian peneliti kedua, tergantung dari konteks dan situasi sosialnya.
Dari data sekunder didapat dua manfaat yang menyertainya. Penelitian sekunder dapat
menjadi alternatif untuk mendapat jawaban yang tidak didapat dari penelitian primer. Dari
data sekunder peneliti juga mendapat manfaat dengan menjadikanya alat komparasi dengan
data yang telah ada untuk mencari perbedaan dengan temuan yang baru.
Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber yang mudah diakses, seperti
perpustakaan. Bentuknya juga beragam, dari bentuk dokumentasi seperti surat, kontrak, dan
memo. Peneliti juga bisa menggunakan jasa penyedia info dan CD ROM. Namun, yang perlu
diperhatikan adalah terkadang data sekunder in bersifat subyektif dan memihak, tergantung
penyedianya. Kent dalam (Mubah, S, 2007). memaparkan bahwa setidaknya ada empat tipe
berbeda dari data sekunder:
a. jurnal, artikel, buku dan koran yang dipublikasikan.
b. data statistik dari pemerintah atau sumber lain.
c. data dari rumah produksi, penelitian pasar atau iklan.
d. data hasil dari operasional sehari-hari.
Keuntungan yang didapat dari penggunaan data sekunder antara lain:
1) peneliti baru mendapat info setelah penelitian usai sehingga data didapat menyeluruh,
tidak setengah-setengah.
2) bukan hanya jadi alternatif sumber bahan, tetapi dapat juga menjadi sumber data utama
3) data jenis ini dapat memberi data dengan kualitas lebih tinggi dengan mengusulkan
hipotesis, formulasi masalah dan metode penelitian yang sebaiknya dilakukan
4) data sekunder telah melalui proses analisis yang baik.
Selain empat keuntungan di atas, peneliti pengguna data sekunder hendaknya juga perlu
memerhatikan beberapa kelemahannya seperti:
a) data yang terkadang bias dan tidak sesuai dengan tujuan penelitian yang spesifik,
b) data terlampau luas sehingga bisa terjadi misinterpretasi,
c) biasanya tidak up to date sehingga kadang perlu analisis ulang dengan tambahan
data tertentu,
d) data lama inilah yang terkadang dapat mengurangi validitasnya.
Kesimpulannya, penggunaan data sekunder dalam penelitian bisa menjadi pilihan. Selain
kemudahan akses sehingga dapat menghemat waktu dan biaya, data jenis ini juga cukup
memadai bagi penelitian oleh mahasiswa. Namun, yang perlu dijadikan catatan adalah bahwa
data sekunder cenderung bias sehingga tidak akurat atau tidak sesuai dengan penelitian yang
akan dilakukan. Tetapi, secara keseluruhan penggunaan data sekunder lebih banyak
keuntungannya sehingga tak heran jika data ini banyak dipakai.

4. Penelitian analisis isi


Analisis isi (Content Analysis) adalah tekhnik penelitian untuk membuat inferensi –
inferensi yang dapat ditiru (replicable), dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya.
Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi. Logika dasar dalam
komunikasi, bahwa setiap komunikasi selalu berisi pesan dalam sinyal komunikasinya itu,
baik berupa verbal maupun nonverbal. Sejauh ini, makna komuniaksi menjadi amat dominan
dalam setiap peristiwa komunikasi.
Analisis isi; penelitian ini dilakukan bukan kepada orang, tetapi lebih kepada simbol,
gambar, film, dan sebagainya. Pada material yang dianalisis, misalnya surat kabar, dihitung
berapa kali tulisan tentang topik tertentu muncul, lalu dengan alat bantu statistik dihitung
STUDI KEPUSTAKAAN

A. Pengertian studi kepustakaan ( Library Research).


Studi kepustakaan dapat diartikan sebagai suatu langkah untuk memperoleh informasi
dari penelitian terdahulu yang harus dikerjakan, tanpa memperdulikan apakah sebuah
penelitian menggunakan data primer atau data sekunder, apakah penelitian tersebut
menggunakan penelitian lapangan ataupun laboratorium atau didalam museum.
Pengertian studi kepustakaan menurut beberapa Ahli yaitu:
Menurut M. Nazir dalam bukunya yang berjudul ‘Metode Penelitian’ mengemukakan
bahwa yang dimaksud dengan:
“Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan
terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.”(Nazir,1988: 111).1[1]
Selanjutnya menurut Nazir (1998 : 112) studi kepustakaan merupakan langkah yang
penting dimana setelah seorang peneliti menetapkan topic penelitian, langkah selanjutnya
adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan topik penelitian.
Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari
kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari: buku,
jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang
sesuai (internet, koran dll). Bila kita telah memperoleh kepustakaan yang relevan, maka
segera untuk disusun secara teratur untuk dipergunakan dalam penelitian. Oleh karena itu
studi kepustakaan meliputi proses umum seperti: mengidentifikasikan teori secara sistematis,
penemuan pustaka, dan analisis dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan
topik penelitian.

Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu
penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan diteliti dapat ditemukan
dengan melakukan studi kepustakaan. Selain itu seorang peneliti dapat memperoleh informasi
tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya dengan penelitiannya. Dan penelitian-
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat
memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan penelitiannya.
Untuk melakukan studi kepustakaan, perpustakaan merupakan suatu tempat yang tepat
guna memperoleh bahan-bahan dan informasi yang relevan untuk dikumpulkan, dibaca dan
dikaji, dicatat dan dimanfaatkan (Roth 1986). Seorang peneliti hendaknya mengenal atau tidak
merasa asing dilingkungan perpustakaan sebab dengan mengenal situasi perpustakaan, peneliti akan
dengan mudah menemukan apa yang diperlukan. Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan
peneliti mengetahui sumber-sumber informasi tersebut, misalnya kartu katalog, referensi umum dan
khusus, buku-buku pedoman, buku petunjuk, laporan-laporan penelitian, tesis, disertasi, jurnal,
ensiklopedi, dan bahan-bahan khusus lain. Dengan demikian peneliti akan memperoleh informasi
dan sumber yang tepat dalam waktu yang singkat.
B. Empat ciri utama studi kepustakaan :
setidaknya ada empat ciri utama penelitian kepustakaan yang perlu diperhatikan oleh
mahasiswa atau calon peneliti dan keempat ciri itu akan mempengaruhi sifat dan cara kera
penelitian yaitu:2[2]
1. Peneliti berhadapan langsung dengan teks (nash) atau data angka dan bukan
dengan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi mata (eye witness) berupa kejadian,
orang, atau benda lainnya. Teks memiliki sifat-sifatnya sendiri dan memerlukan pendekatan
tersendiri pula. kritik teks merupakan metode yang biasa dikembangkan dalam studi
fisiologi, dll. Jadi perpustakaan adalah laborat peniliti kepustakaan dan karena itu teknik
membaca teks ( buku, artikel, dan dokumen) menjadi bagian yang fundamental dalam
penilitian kepustakaan.
2. Data pustaka bersifat siap pakai (ready mode): peneliti tidak kemana-mana
kecuali hanya berhadapan langsung dengan bahan sumber yang sudah tersedia di
perpustakaan.ibarat orang belajar naik sepeda, orang tak perlu membaca buku artikel atau
buku tentang bagaimana teori naik sepeda, begitu pula halnya dengan riset pustaka. Untuk
melakukan riset pustaka, orang tidak perlu menguasai ilmu perpustakaan. Satu-satunya cara
untuk belajar menggunakannya perpustakaan dengan tepat ialah langsung
menggunakannya. Meskipun demikian, calon peneliti yang ingin memanfaatkan jasa
perpustakaan, tentu masih perlu mengenal seluk-beluk studi perpustakaan untuk kepentingan
penelitian atau pembuatan makalah.
3. Data perpustakaan umummnya sumber sekunder artinya: bahwa peniliti
memperoleh bahan dari tangan kedua dan bukan data orisinil dari tangan pertama di
lapangan.
4. Bahwa kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Peneliti
berhadapan dengan info statis: tetap artinya kapanpun Ia datang dan pergi data tersebut tidak
akan berubah karena ia sudah merupakan data “mati” yang tersimpan dalam rekaman tertulis
(teks, angka, gambar, rekaman tape atau film).
Sistematika dalam studi literature dimaksudkan sebagai proses penelitian dengan
menggunakan metode, pendekatan, cara, serta alat analisis dengan terancang dan diterapkan
dengan tepat.
Mengenai alat analisi yang harus digunakan tentu saja pendekatan dengan studi
kepustakaan ini berbeda pola kerjanya bila dibandingkan dengan studi Non pustaka. Alat-
alat analisis dalam studi kepustakaan adalah :3[3]
1. Analisi komparasi yaitu : dengan cara membandingkan objek penelitian dengan konsep
pembanding. Dalam penelitian ini akan dihasilkan 2 kemungkinan:
a. Simpulan menyatakan bahwa konsep yang diteliti sama dengan konsep
pembandingnya, dan
b. Simpulan yang diteliti menyatakan ketidaksamaan.
Tujuan utama penelitian semacam ini adalah membandingkan apakah kasus yang diteliti
mempunyai kesamaan dengan konsep pengujinya.
2. Analisis historis yaitu : dengan cara melakukan analisis kejadian-kejadian dimasa yang
lalu untuk mengetahui kenapa dan bagaimana suatu peristiwa itu telah terjadi. Hasil yang
ditemukan bermanfaat untuk menentukan apakah rentetan kejadian tersebut sangat penting
untuk menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
C. Sistem Klasifikasi Perpustakaan

Sulistyo Basuki (1991) mengatakan bahwa klasifikasi berasal dari kata Latin
“classis”. Klasifikasi adalah proses pengelompokan, artinya mengumpulkan benda/entitas
yang sama serta memisahkan benda/entitas yang tidak sama. Secara umum dapat dikatakan
bahwa batasan klasifikasi adalah usaha menata alam pengetahuan ke dalam tata urutan
sistematis.4[4]
Towa P. Hamakonda dan J.N.B. Tairas (1995) mengatakan bahwa klasifikasi adalah
pengelompokan yang sistematis daripada sejumlah obyek, gagasan, buku atau benda-benda
lain ke dalam kelas atau golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama
Secara umum, klasifikasi bahan pustaka terbagi dalam dua jenis, yaitu:

1. Klasifikasi artifisial (artificial classification)


berdasarkan sifat-sifat/ciri-ciri fisik yang secara kebetulan ada pada bahan pustaka
tersebut.Misalnya,berdasarkan warna buku atau tinggi buku.
2. Klasifikasi fundamental (fundamental classification)
berdasarkan isi atau subjek buku, yaitu sifat yang tetap pada bahan pustaka meskipun bentuk
fisiknya berganti-ganti atau formatnya diubah.

System klasifikasi perpustakaan yang paling umum digunakan yaitu:


a. System library of congress.
 Klasifikasi besar (kelas utama) dinyatakan dengan huruf dan klasifikasi spesifiknya
dinyatakan dengan angka.

Kelas Utama menurut sistem Library of Congress yaitu:

b. sistem Dewey ( Dewey decimal clasificasi system).


Diciptakan oleh seorang pustakawan Ambhers College bernama Melvil Dewey (1851–1931).
Ada 10 kelas utama dalam klasifikasi Dewey. Sistem ini membagi koleksi perpustakaan
dalam 10 kelompok utama yang dirinci secara sistem desimal menjadi 1000 kategori mulai
dari No 000 a.d. 999. ke 10 kelompok utama.

D. Alat Bantu Bibliografis


Berbagai macam jenis koleksi perpustakaan yang disebutkan diatas diklasifikasikan,
disimpan dan dipajang dalam system klasifikasi tertentu. Tetapi apapun system yang
dipakai, mahasiswa atau calon peniliti sebaiknya mengenal bebrapa koleski terpilih, yang
dalam studi pustaka disebut alat bantu bibliografis.5[5]
1. Buku-buku referensi ( reference books) yaitu koleksi buku yang memuat info spesifik
dan paling umum serta sering dirujuk untuk keperluan cepat. Biasanya tidak untuk dibaca
tamat secara keseluruhan, melainkan hanya untuk kebetuhan mencari jawaban tentang suatu
persoalan secara singkat dan terfokus. Yang Buku-buku referensi antara lain:
a. Kamus ( kamus umum dan khusus menurut displin tertentu).
b. Ensiklopedi ( umum dan khusus).
c. Sarana bibliografis dalam bentuk indeks dan abstrak,serta bibliografi khusus
dalam bentuk tercetak, seperti Indeks Biologi dan Pertanian Indonesia, Abstrak Hasil
Penelitian Pertanian Indonesia, Bibliografi Karet, Bibliografi Khusus Cengkeh,
Gulma, dan PerananWanita.
d. Sarana bibliografi elektronis dalam bentuk CD-ROM (AGRICOLA, KBI, Tropag
& Rural), disket data (CCOD), serta indeks dari basisdata e journal fulltext seperti
TEEAL (off-line) dan Pro-Quest (online).6[6]
2. Bibliografis buku-buku teks.
Setiap disiplin ilmu/ sub disiplin ilmu tertentu pastilah memiliki buku standar
dibidangnya/ buku rujukan yang khusus mengenai aspek tertentu, seperti buku tentang studi
islam di Indonesia dapat dilihat misalnya buku klasik karya Dr. G.F. Pijper, studien over De
Geschiedens Van de islam in Indonesia, (1900-1950), ( leiden.E.J, Brill 1977).dll
3. Indeks dokumen
perpustakaan besar yang standar biasanya juga menyimpandokumen-dokumen yang
telah diterbitkan. Ada dokumen resmi pemerintah dan dokumen swasta/pribadi. Laporan
resmi pemerintah daerah seperti sumatera barat dalam angka yang diterbitkan tiap tahun oleh
(pemda) Bapeda sumatera barat hanya salah satu contoh saja.
4. Indeks manuskrip.
Adalah semua naskah yang belum diterbitkan, termasuk dokumen laporan penelitian dan
naskah kuno local/ copy transkip dari dokumen sejarah lama. Perpustakaan perguruan tinggi
juga menyimpan manuskrip berupa karya kesarjanaan berupa skripsi, tesis dan disertasi.

E. Langkah-langkah dalam studi kepustakaan:


Ada dua langkah yang harus ditempuh oleh seorang peneliti dalam melakukan penelitian
studi pustaka yaitu:7[7]

1. Mendaftar semua variable yang perlu diteliti.

2. Mencari setiap variable pada "subject encyclopedia".

3. Memilih deskripsi bahan-bahan yang diperlukan dari sumber-sumber yang tersedia.


4. Memeriksa indeks yang memuat variable-variabel dan topik masalah yang diteliti.
5. Selanjutnya yang menjadi lebih khusus adalah mencari artikel-artikel, buku-buku, dan
biografi yang sangat membantu untuk mendapatkan bahan-bahan yang relevan
dengan masalah yang diteliti.
6. Setelah informasi yang relevan ditemukan, peneliti kemudian "mereview" dan
menyusun bahan pustaka sesuai dengan urutan kepentingan dab relevansinya dengan
masalah yang sedang diteliti.
7. Bahan-bahan informasi yang diperoleh kemudian dibaca, dicatat, diatur, dan ditulis
kembali. Untuk keperluan ini biasanya peneliti dapat menggunakan dua macam kartu,
yaitu kartu bibliografi (bibliography card) dan kartu catatan (content card). Agar dapat
dibedakan, kedua kartu tersebut dapat berbeda wamanya. Kartu bibliografi dibuat untuk
mencatat keterangan tentang judul buku, majalah , surat kabar, dan jurnal. Catatan
pada kartu bibliografi berisikan nama pengarang, judul buku, penerbit, dan tahun
penerbitannya. Sedangkan pada kartu catatan atau content card, peneliti dapat menulis
kutipan (quotation) dari tulisan tertentu, saduran, ringkasan, tanggapan atau komentar
peneliti terhadap apa yang telah dibaca.
8. Dalam langkah terakhir,yaitu proses penulisan penelitian dari bahan-bahan yang
telah terkumpul dijadikan satu dalam sebuah konsep penlitian.
F. Tujuan Studi Kepustakaan
Peneliti akan melakukan studi kepustakaan, baik sebelum maupun selama dia
melakukan penelitian. Studi kepustakaan memuat uraian sitematis tentang kajian literatur
dan hasil penelitian sebelumnya yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan
dan diusahakan menunjukkan kondisi mutakhir dari bidang ilmu tersebut (the state of the art).
Studi kepustakaan yang dilakukan sebelum melakukan penelitian bertujuan untuk:8[8]
1. Menemukan suatu masalah untuk diteliti.
2. Mencari informasi yang relevan dengan masalah yang akan diteliti.
3. Mengkaji beberapa teori dasar yang relevan dengan masalah yang akan diteliti..
4. Untuk membuat uraian teoritik dan empirik yang berkaitan dengan faktor, indikator, variable
dan parameter penelitian yang tercermin di dalam masalah-masalah yang ingin dipecahkan.
5. Memperdalam pengetahuan peneliti tentang masalah dan bidang yang akan diteliti.
6. Mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan
dilakukan. Artinya hasil penelitian terdahulu mengenai hal yang akan diteliti dan atau mengenai
hal lain yang berkaitan dengan hal yang akan diteliti.
7. Mendapat informasi tentang aspek-aspek mana dari suatu masalah yang sudah pernah diteliti
untuk menghindari agar tidak meneliti hal yang sama. (Kasihani Kasbalah, 1992 , juga Bintarto,
1992).9[9]

G. Fungsi Studi Kepustakaan ( library research).

Studi pustaka mempunyai tiga fungsi penting yaitu :

1. Memberikan gambaran tentang topic masalah kepada pembaca.


2. Meyakinkan pembaca bahwa penulis mengetahui banyak hal tentang topic masalah yang
sedang diteliti.
3. Mengembangkan wawasan tentang bidang studi yang diteliti. ( Weissberg & Buker 1990
: 41-45).

H. Hambatan dalam melakukan studi kepustakaan.


Studi kepustakaan tidak selalu "mulus" pelaksanaannya. Beberapa hambatan umum
yang sering menyebabkan ketidak lancaran kegiatan ini antara lain:

1. Kurangnya buku atau sumber kepustakaan lain, terutama yang bersifat ilmiah.
Sampai saat ini masih terasa sangat kurang bahan kepustakaan ilmiah di Indonesia. Demikian
pula bahan kepustakaan ilmiah dari luar negeri juga sulit diperoleh.
2. Kelemahan peneliti untuk memahami tulisan-tulisan dalam bahasa asing, terutama
bahasa Inggris. Ketidakmampuan membaca buku referensi dalam bahasa asing menyebabkan
peneliti tidak dapat memanfaatkan informasi ilmiah dari luar negeri. Penguasaan bahasa
asing, terutama bahasa Inggris, akan sangat membantu peneliti untuk mengikuti
perkembangan informasi ilmiah. Hasil-hasil penelitian dan teori-teori yang sudah
dikembangkan dan tertulis dalam bahasa Inggris tidak dimanfaatkan oleh peneliti yang mau
memperdalam pengetahuan yang relevan dengan bidangnya bila dia tidak mampu membaca
bahasa asing.
3. Rendahnya minat pada banyak peneliti untuk membaca tulisan ilmiah untuk dapat
mengikuti perkembangan ilmu di bidangnya masing-masing. Kelihatannya kegemaran
membaca karya ilmiah masih perlu digalakkan agar peneliti selalu dapat mengikuti
perkembangan ilmu yang ada.10[10]
I. Manfaat Studi Kepustakaan.
Dengan melakukan kaji literature peneliti akan memperoleh beberapa manfaat yaitu:
1. Peneliti akan mengetahui apakah permasalahan yang dipilih untuk
dipecahkan melalui penilitian belum pernah diteliti oleh orang-orang pendahulu.
2. Dapat mengetahui masalah-masalah lain yang mungkin lebih menarik
dibanding masalah yang sedang diteliti.
3. Peneliti dapat melancarkan menyelesaikan kerjaannya dengan melakukan
kaji literature.11[11]

Anda mungkin juga menyukai