Anda di halaman 1dari 8

Nama Anggota Kelompok :

1. Erlina Fazli Y - 142180074


2. Salsabilla Aurelia A - 142180096
3. Amelia Dhesti K - 142180098
4. Lizaldi Chandra - 142180105
5. Felania Nabilah - 142180108
6. Chatarina M Zaneta - 142180116

KEWAJIBAN LANCAR DAN KONTINJENSI

(CURRENT LIABILITIES AND CONTINGENCY)

Pengertian Kewajiban

Kewajiban adalah kemungkinan pengorbanan masa depan atas manfaat ekonomi yang
muncul dari kewajiban saat ini dari entitas tertentu untuk mentransfer aktiva atau
menyediakan jasa kepada entitas lainnya di masa depan sebagai hasil dari transaksi atau
kejadian masa lalu.

Dengan kata lain, suatu kewajiban memiliki tiga karakteristik :

1. Merupakan kewajiban saat ini yang memerlukan penyelesaian dengan kemungkinan


transfer masa depan atau penggunaan kas, barang atau jasa

2. Merupakan kewajiban yang tidak dapat dihindari

3. Transaksi atau kejadian yang menciptakan kewajiban itu harus telah terjadi

Pengertian Kewajiban Lancar

Kewajiban lancar adalah kewajiban yang likuidasinya diperkirakan secara layak


memerlukan penggunaan sumber daya yang ada, yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar,
atau penciptaan kewajiban lancar lain atau kewajiban yang penyelesaiannya dalam satu siklus
operasi biasanya 1 tahun.

Beberapa contoh kewajiban lancar :

1. Hutang Usaha

2. Wesel Bayar

3. Jatuh Tempo Berjalan Hutang Jangka Panjang

4. Kewajiban Jangka Pendek yang diharapkan akan didanai kembali


5. Hutang Dividen

6. Uang Muka Pelanggan dan Deposito yang dapat dikembalikan

7. Pendapatan diterima dimuka

8. Hutang Pajak Penjualan

9. Hutang PPh

10. Kewajiban yang berhubungan dengan karyawan

A. Hutang Usaha

Hutang Usaha atau Hutang Dagang merupakan saldo yang terhutang kepada pihak lain atas
barang, perlengkapan atau jasa yang dibeli dengan akun terbuka atau secara kredit. Hutang
Usaha muncul karena adanya kesenjangan waktu antara penerimaan jasa atau akuisisi hak
aktiva dan pembayaran atasnya. Periode perluasan kredit ini biasanya ditemukan dalam
persyaratan penjualan (2/10, n/30 atau 1/10 E.O.M) dan biasanya adalah 30 hari hingga 60
hari.

B. Wesel Bayar

Wesel Bayar adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada saat tanggal
tertentu di masa depan dan dapat berasal dari pembelian, pe,biayaan atau transaksi lainnya.
Wesel diklasifikasikan sebagai jangka pendek atau jangka panjang tergantung pada tanggal
jatuh temponya dan dapat juga diklasifikasikan sebagai wesel berbunga dan wesel tanpa
bunga.

C. Jatuh Tempo Berjalan Hutang Jangka Panjang

Pepsico melaporkan obligasi, wesel hipotik dan hutang jangka panjang lainnya yang jatuh
tempo dalam tahun fiscal beriktunya. Jatuh tempo saat ini dari hutang jangka panjang sebagai
kewajiban lancar. Perusahaan seperti Pepsico, tidak mencatat hutang jangka panjang yang
akan jatuh tempo saat ini sebagai kewajiban lancar jika akan :

1. Ditarik atau dilunasi dengan aktiva yang terakumulasi untuk tujuan tersebut yang secara
layak tidak ditunjukkan sebagai aktiva lancar

2. Didanai kembali atau dilunasi dari hasil penerbita hutang baru

3. Dikonversi menjadi modal saham


D. Kewajiban Jangka Pendek yang diharapkan akan didanai kembali

Kewajiban jangka pendek adalah hutang yang dijadwalkan akan jatuh tempo dalam waktu
satu tahun setelah tanggal neraca perusahaan atau dalam siklus operasi perusahaan, mana
yang lebih lama. Beberapa kewajiban jangka pendek didanai kembali atas dasar jangka
panjang dank arena itu, diperkirakan tidak memerlukan penggunaan modal kerja selama
tahun berikutnya.

Kriteria pendanaan kembali :

1. Perusahaan memiliki rencana untuk mendanai kembali kewajiban atas dasar jangka
panjang

2. Perusahaan itu menunujukkan kemampuan untuk pendanaan kembali itu

E. Hutang Dividen

Hutang Dividen tunai adalah jumlah terhutang oleh perusahaan kepada para pemegang saham
sebagai hasil dari otorisasi dewan direksi. Pada tanggal pengumuman, perusahaan
mengasumsikan kewajiban yang menempatkan pemegang saham dalam posisi kreditor atas
sejumlah dividen yang diumumkan. Karena dividen tunai selalu dibayarkan dalam satu tahun
setelah pengumuman (biasanya 3 bulan ) maka itu diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar.

F. Uang Muka dan Deposito Pelanggan

Kewajiban lancar yang dapat mencakup deposito kas yang dapat dikembalikan yang diterima
dari pelanggan dan karyawan. Prusahaan dapat menerima deposito dari pelanggan untuk
menjamin pelaksanaan kontrak atau jasa atau sebagai penjamin untuk menutup pembayaran
kewajiban yang diharapkan di masa depan. Klasifikasi pos-pos ini sebagai kewajiban lancar
atau tidak lancar tergantung pada waktu antara tanggal deposito dan pemutusan hubungan
yang mensyaratkan deposito.

G. Pendapatan Diterima Dimuka

Perusahaan memperhitungkan pendapatan diterima dimuka yang diterima sebelum barang


dikirimkan atau jasa dilakukan adalah dengan cara :

1. Ketika uang diterima, Kas didebet dan akun Kewajiban lancar yang mengidentifikasi
sumber pendapatan diterima dimuka dikredit

2. Ketika pendapatan diterima, akun pendapatan diterima dimuka didebet, dan akun
pendapatan yang diterima dikredit
H. Hutang Pajak Penjualan

Terkadang penagihan pajak penjualan yang dikredit ke akun kewajiban tidak sama dengan
kewajiban yang dihitung oleh rumus pemerintah. Pada kasus ini, GAP membuat penyesuaian
atas aku kewajiban dengan mengakui keuntungan atau kerugian atas penagihan pajak
penjualan.

Dalam banyak perusahaan, pajak penjualan dan jumlah penjualan tidak dipisahkan pada
waktu penjualan terjadi. Keduanya dikredit secara total kea kun penjualan. Sehingga untuk
merefleksikan scara benar jumlah penjualan actual dan kewajiban untuk pajak penjualan,
akun penjualan didebet sebesar pajak penjualan yang terhutang kepada pemerintah atas
penjualan itu dan akun hutang pajak penjualan dikredit sebesar jumlah yang sama

I. Hutang Pajak Penghasilan

Setiap Pajak Penghasilan federal atau Negara bagian memiliki porsi yang berbeda terhadap
jumlah laba tahunan. Dengan menggunakan informasi dan nasihat yang tersedia, perusahaan
harus mempersiapkan SPT pajak penghasilan dan menghitung hutang pajak penghasilan yang
dihasilkan dari operasi periode berjalan. Hutang pajak atas laba perusahaan, seperti yang
dihitung per SPT pajak hatus diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar. Tidak seperti
perseroan, perusahaan perseorangan dan persekutuan bukan merupakan entitas kena pajak.
Karena masing-masing pemilik dan anggota persekutuan terkena PPh pribadi atas bagian dari
laba kena paja perusahaannya, maka kewajiban PPh tidak dicantumkan dalam laporan
keuangan.

J. Kewajiban yang berhubungan dengan Karyawan

1. Pemotongan Gaji

Jenis paling umum dari pemotongan gaji adalah pajak premi asuransi, tabungan karyawan
dan iuran serikat kerja. Jika jumlah dipotong belum diserahkan kepada pihak yang berwenang
pada akhir periode akuntansi, maka jumlah itu harus diakui sebagai kewajiban lancar.

2. Absensi yang Dikompensasi

Absensi yang dikompensasi adalah absensi dari pekerjaan seperti cuti, sakit, dan hari libur.
Suatu kewajiban harus diakrualkan untuk biaya kompensasi atas absensi di masa depan.

3. Perjanjian Bonus
Tambahan atas gaji atau upah yang diberikan kepada karyawan atas hasil kerja atau jumlah
laba tahunan perusahaan. Pemberian bonus kepada karyawan harus dimasukkan sebagai
pengurang dalam menentukan laba bersih tahun berjalan.

Pengertian Kontinjensi

Kontinjensi adalah suatu kondisi, situasi atau serangkaian situasi yang ada yang
melibatkan ketidakpastian mengenai keuntungan atau kerugian perusahaan yang pada
akhirnya akan diketahui ketika satu atau lebih kejadian di masa depan terjadi atau tidak
terjadi.

Keuntungan Kontinjensi

Keuntungan kontinjensi adalah hak atau klaim menerima aktiva yang keberadaannya
tidak pasti tetapi pada akhirnya mungkin akan menjadi sah. Jenis keuntungan kontinjensi
yang khas adalah :

· Penerimaan yang mungkin atas uang dari hadiah, sumbangan, bonus dan lain
sebagainya

· Kemungkinan pengembalian dana dari pemerintah atas kelebihan pajak

· Penundaan kasus pengadilan yang hasilnya mungkin menguntungkan

· Kerugian pajak yang dikompensasi ke depan

Kerugian Kontinjensi

Kerugian Kontinjensi melibatkan kemungkinan terjadinya kerugian. Kewajiban yang


terjadi sebagai akibat dari kerugian kontinjensi menurut definisinya sebagai kewajiban
kontinjensi. Apabila terdapat kerugian kontinjensi, maka kemungkinan bahwa kejadian di
masa depan akan menguatkan terjadinya kewajiban dari sangat mungkin ke kurang mungkin.

Suatu estimasi kerugian dari kerugian kontinjensi harus diakrualkan dengan


mebebankannya ke beban dan kewajiban yang dicatathanya jika kedua kondisi tersebut
dipenuhi:

1. Informasi yang tersedia sebelum penerbitan laporan keuangan menunjukkan bahwa


kemungkinan besar suatu kewajiban telah terjadi pada tanggal laporan keuangan

2. Jumlah kerugian dapat diestimasi secara layak


Pengakuan Akuntansi atas Kewajiban Penghentian Aktiva

Sebuah perusahaan harus mengakui kewajiban penghentian aktiva (assets retiremet


obligation-ARO) ketika perushaan mempunyai kewajiban hukum terkait dengan sebuah
aktiva jangka panjang dan ketika perusahaan dapat secara layak mengestimasi jumlah
kewajiban itu.

Kejadian yang membebankan kewajiban

Contoh dari kewajiban hukum yang ada, yang memerlukan pengakuan kewajiban, meliputi
tetapi tidak terbatas pada :

1. Penutupan pabrik/fasilitas nuklir

2. Pembongkaran, pemulihan, dan reklamasi property minyak dan gas

3. Biaya penutupan, reklamasi, dan pembongkaran faslitas pertambangan

4. Biaya penutupan dan pasca penutupan tempat pembuangan sampah padat

Untuk memproleh manfaat dari aktiva jangka panjang ini, perusahaan biasanya berkewajiban
secara hukum terhadap biaya-biaya yang terkait dengan penghentian aktiva tersebut, apakah
aktivitas penghentian itu dilakukan dengan tenaga kerja dan peralatan sendiri atau dilakukan
oleh pihak lain.

Pengukuran

Perusahaan pada awalnya mengukur ARO pada nilai wajar, yang didefinisikan sebagai
jumlah yang akan dibayar perushaan di dalam pasar aktif. Karena pasar aktif tidak begitu
banyak tersedia bagi ARO, maka perushaan mengestimasi nilai wajarnya berdasarkan
informasi terbaik yang ada seperti informasi harga pasar dan kewajiban serupa jika ada.

Pengakuan dan Alokasi

Untuk mencatat sebuah ARO dalam laporan keuangan, sebuah perusahaan memasukkan
biaya yang terkait dengan ARO dalam jumlah yang tercatat aktiva berjangka panjang tersebut
dan mencatat kewajiban dengan jumlah yang sama. Biaya penghentian akan dicatat sebagai
bagian dari aktiva tersebut karena biaya-biaya ini terikat pada kegiatan operasi aktiva itu dan
diperlukan untuk menyiapkan aktiva itu agar sebagaimana mestinya. Perusahaan tidak boleh
mencatat biaya penghentian aktiva yang dikapitalisasi di akun terpisah karena tidak ada
manfaat ekonomis nasa depan yang dapat dikaitkan dengan biay-biaya-biaya ini saja.
Pada periode-periode setelahnya, perusahaan mengalokasikan biaya ARO untuk dibebankan
selama periode umur manfaat aktiva tersebut. Perusahaan dapat menggunakan metode garis
lurus untuk alokasi ini.

Penyajian Kewajiban Lancar

Dalam praktek kewajiban lancar biasanya dicatat dalam catatan akuntansi dan dilaporkan
dalam laporan keuangan pada nilai penuh jatuh temponya. Karena singkatnya periode waktu
yang terlibat, yang sering kali kurang dari satu tahun, maka perbedaan antara nilai sekarang
kewajiban lancar dan nilai jatuh tempo biasanya tidak besar. Penilaian kewajiban yang sedikit
terlalu tinggi akibat pencatatan kewajiban lancar pada nilai jatuh temponya dianggap sebagai
tidak material.

Terdapat pengecualianpenting apabila kewajiban yang jatuh tempo saat ini harus
dibayar dari aktiva yang diklasifikasikan sebagai jangka panjang. Jika kewajiban jangka
pendek dikeluarkan dri kewajiban lancar karena pendanaan kembali, maka catatan laporan
keuangan harus mencakup :

1. Penjelasan umum mengenai perjanjian pendanaan

2. Persyaratan dari setiap kewajiban bary yang terjadi dan akan terjadi

3. Persyaratan dari setiap sekurittas ekuitas yang diterbitkan atau akan diterbitkan.

Penyajian Kontinjensi

Perusahaan mencatat kerugian kontinjensi dan kewajiban jika kerugiannya adalah


mungkin dan dapat diestimasi. Akan tetapi. Jika kerugiannya sangat mungkin atau dapat
diestimasi tetapi tidak keduanya, dan jika terdapat paling sedikit kemungkinan yang layak
bahwa suatu kewajiban telah terjadi, maka pengungkapan berikut diperlukan dalam catatan :

1. Sifat Kontinjensi

2. Stimasis mengenai kemungkinan kerugian atau rentang kerugian atau suatu pernyataan
bahwa estimasi tidak dapat dilakukan

Beberapa kewajiban kontinjensi lain yang harus diungkapkan meskipun perusahaan


kemungkinan kerugiannya sangat kecil adalah sebagai berikut :

1. Jaminan atas hutang pihak lain

2. Kewajiban Bank komersial


3. Jaminan untuk membeli kembali piutang yang telah dijual atau diberikan

Analisis Kewajiban Lancar

Perbedaan antara kewajiban lancar dan hutang lancar adalah penting karena menyediakan
informasi tentang likuiditas perusahaan. Likuiditas yang berhubungan dengan kewajiban
adalah waktu yang diharpkan berlalu hingga suatu kewajiban harus dibayar. Dengan kata
lain, kewajiban yang akan dibayar dengan segera merupakan kewajiban lancar, Suatu
perusahaan yang likuid dapat bertahan lebih baik dalam menghadapi masalah keuangan.
Selain itu, perusahaan ini juga memiliki peluang yang lebih baik dalam mengambil
keuntungan dan kesempatan investasi yang berkembang.

Dua rasio yang digunakan dalam menganalisis dan menguji likuiditas adalah rasio lancar dan
rasio cepat.

Rasio Lancar

Rasio Lancar adalah rasio total aktiva lancar terhadap kewajiban lancar.
𝒂𝒔𝒆𝒕 𝒍𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓
Rasio Lancar : 𝒍𝒊𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒋𝒏𝒈𝒌𝒂 𝒑𝒏𝒅𝒆𝒌

Rasio Cepat

Banyak analis lebih menyukasi rasio cepat yang menghubungkan total kewajiban lancar
dengan kas, sekuritas dan piutang.

Anda mungkin juga menyukai