Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

RANGKAIAN ELEKTRONIKA II

Kelompok 5

Nama : Fahril Ihza N


Nim/ No. Presensi : 1841160119 / 10

2C - JTD
D-IV JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2019
PERCOBAAN I
KARAKTERISTIK OP-AMP

1.1.Tujuan
• Mempelajari Pengoperasian penguat inverting.
• Mempelajari Pengoperasian penguat non inverting.
• Mempelajari Pengoperasian penguat penjumlah.
• Mempelajari karakteristik common mode rejection pada op amp.

1.2. Alat dan Bahan


• Modul Praktikum 1 buah
• Osiloskop Dual Trace 1 buah
• Power Supply 1 buah
• Generator Fungsi 1 buah
• Kabel Penghubung secukupnya

1.3.Teori Dasar
1.3.1. Prinsip kerja op-amp
Sebuah operasional Amplifier (Op-Amp) adalah membandingkan nilai kedua
input (input inverting dan input non-inverting), apabila kedua input bernilai sama
maka output Op-amp tidak ada (nol) dan apabila terdapat perbedaan nilai input
keduanya maka output Op-amp akan memberikan tegangan output. Operasional
amplifier (Op-Amp) dibuat dari penguat diferensial dengan 2 input. Sebagai penguat
operasional ideal , operasional amplifier (Op-Amp) memiliki karakteristik sebagai
berikut :
• Impedansi Input (Zi) besar = ∞
• Impedansi Output (Z0) kecil= 0
• Penguatan Tegangan (Av) tinggi = ∞
• Band Width respon frekuensi lebar = ∞
• V0 = 0 apabila V1 = V2 dan tidak tergantung pada besarnya V1.
• Karakteristik operasional amplifier (Op-Amp) tidak tergantung temperatur /
suhu.
1.3.2 Op amp sebagai penguat non-inverting
Merupakan penguat sinyal dengan karakteristik dasat sinyal output yang
dikuatkan memiliki fasa yang sama dengan sinyal input. Penguat tak-membalik
(non-inverting amplifier) dapat dibangun menggunakan penguat operasional, karena
penguat operasional memang didesain untuk penguat sinyal baik membalik ataupun
tak membalik. Rangkain penguat tak-membalik ini dapat digunakan untuk
memperkuat isyarat AC maupun DC dengan keluaran yang tetap sefase dengan
sinyal inputnya. Impedansi masukan dari rangkaian penguat tak-membalik (non-
inverting amplifier) berharga sangat tinggi dengan nilai impedansi sekitar 100
MOhm. Contoh rangkaian dasar penguat tak-membalik menggunakan operasional
amplifier (Op-Amp) dapat dilihat pada gambar berikut.
Rangkaian Non-Inverting Amplifier :

Rangkaian diatas merupakan salah satu contoh penguat tak-membalik


menggunakan operasional amplifier (Op-Amp) tipe 741 dan memnggunakan sumber
tegangan DC simetris. Dengan sinyal input yang diberikan pada terminal input non-
inverting, maka besarnya penguatan tegangan rangkaian penguat tak membalik
diatas tergantung pada harga Rin dan Rf yang dipasang. Besarnya penguatan
tegangan output dari rangkaian penguat tak membalik diatas dapat dituliskan dalam
persamaan matematis sebagai berikut.

Bentuk sinyal Non-Inverting Amplifier

Pada gambar diatas terlihat rangkaian penguat tak membalik diberikan inpul
sinyal AC dengan tegangan 1 Vpp. Dari gambar sinyal input dan output diatas
terbukti bahwa rangkaian penguat tak-membalik (non-inverting amplifier) diatas
memiliki output yang tegangannya 2 (dua) kali lebih besar dari sinyal input dan
memiliki fasa yang sama dengan sinyal input yang diberikan ke rangkaian penguat
tak-membalik (non-inverting amplifier) tersebut.
1.3.3 Op amp sebagai penguat inverting
Inverting Amplifier merupakan penerapan dari penguat operasional sebagai
penguat sinyal dengan karakteristik dasar sinyal output memiliki phase yang
berkebalikan dengan phase sinyal input. Pada dasarnya penguat operasional (Op-
Amp) memiliki faktor penguatan yang sangat tinggi (100.000 kali) pada kondisi
tanpa rangkaian umpan balik. Dalam inverting amplifier salah satu fungsi
pamasangan resistor umpan balik (feedback) dan resistor input adalah untuk
mengatur faktor penguatan inverting amplifier (penguat membalik) tersebut. Dengan
dipasangnya resistor feedback (RF) dan resistor input (Rin) maka faktor penguatan
dari penguat membalik dapat diatur dari 1 sampai 100.000 kali. Untuk mengetahui
atau menguji dari penguat membalik (inverting amplifier) dapat menggunakan
rangkaian dasar penguat membalik menggunakan penguat operasional (Op-Amp)
seperti pada gambar berikut.
Rangkaian Inverting Amplifier :

Rangkaian penguat membalik diatas merupakan rangkaian dasar inverting


amplifier yang menggunakan sumber tegangan simetris. Secara matematis besarnya
faktor penguatan (A) pada rangkaian penguat membalik adalah (-Rf/Rin) sehingga
besarnya tegangan output secara matematis adalah :

1.3.4 Common mode rejection pada op-amp


Commom Mode Rejection Ratio) pada sebuah Op-Amp merupakan salah satu
parameter yang penting dan menentukan kualitas dari penguat operasional (Op-
Amp) tersebut. Dimana semakin tinggi nilai parameter CMRR (Commom Mode
Rejection Ratio) ini maka Op-Amp memiliki respon frekuensi yang semakin baik.
Parameter CMRR ini cukup penting untuk menunjukkan kinerja op-amp tersebut.
Op-amp dasarnya adalah penguat diferensial dan mestinya tegangan input yang
dikuatkan hanyalah selisih tegangan antara input v1 (non-inverting) dengan input v2
(inverting). Karena ketidak-idealan op-amp, maka tegangan persamaan dari kedua
input ini ikut juga dikuatkan.
Parameter CMRR diartikan sebagai kemampuan op-amp untuk menekan
penguatan tegangan ini (common mode) sekecil kecilnya. CMRR didefenisikan
dengan rumus CMRR = ADM/ACM yang dinyatakan dengan satuan dB. Contohnya
op-amp dengan CMRR = 90 dB, ini artinya penguatan ADM (differential mode)
adalah kira-kira 30.000 kali dibandingkan penguatan ACM (commom mode). Kalau
CMRR-nya 30 dB, maka artinya perbandingannya kira-kira hanya 30 kali. Kalau
diaplikasikan secara real, misalkan tegangan input v1 = 5.05 volt dan tegangan v2 =
5 volt, maka dalam hal ini tegangan diferensialnya (differential mode) = 0.05 volt
dan tegangan persamaan-nya (common mode) adalah 5 volt.
Grafik Perbandingan CMRR Dengan Frekuensi Pada Op-Amp
Pembaca dapat mengerti dengan CMRR yang makin besar maka op-amp
diharapkan akan dapat menekan penguatan sinyal yang tidak diinginkan (common
mode) sekecil-kecilnya. Jika kedua pin input dihubung singkat dan diberi tegangan,
maka output op-amp mestinya nol. Dengan kata lain, op-amp dengan CMRR yang
semakin besar akan semakin baik.

1.3.5 Op amp sebagai penguat penjumlah


Penguat operasional ( Operational Amplifier ) adalah suatu alat ( device ) zat
padat yang berisi beberapa rangkaian di dalam suatu kemasan tunggal yang memiliki
kemampuan mengindera dan memperkuat sinyal masukan ( Input ). Op-amp dapat
digunakan untuk berbagai fungsi rangkaian elektronik dengan hanya menambahkan
sedikit komponen luar. Misalnya untuk membuat suatu rangkaian penguat.
Salah satu penguat operasi (Op-Amp) adalah penguat penjumlah ( summing ).
Penguat penjumlah adalah sebuah penguat inverting dengan dua atau lebih input
yang dihubungkan bersama-sama (jadi satu), rangkaian summing dapat berupa non-
inverting atau inverting. Tipe inverting lebih mudah dalam perencanaan dan
pembuatan daripada non-inverting. Bila output yang diinginkan terbalik, maka
sabuah inverting voltage follower (pengikut tegangan membalik) dapat digunakan
setelah penguat penjumlah (summing Amplifier)
Tegangan output pada penguat penjumlah pembalik akan terbalik dan sama
dengan jumlah aljabar pada masing-masing selisih waktu tegangan input dan tiap
resistor input maupun resistor feedback, dapat diekspresikan.

Bila semua nilai resistor luar sama, maka untuk semua resistor yang terpasang
(RF = R1 = R2 = R3 = ... Rn) tegangan output akan diperoleh dari penjumlahan
aljabaar tegangan input dengan tanda terbalik, diekspresikan dengan :Bila semua
nilai resistor luar sama, maka untuk semua resistor yang terpasang (RF = R1 = R2 =
R3 = ... Rn) tegangan output akan diperoleh dari penjumlahan aljabaar tegangan
input dengan tanda terbalik, diekspresikan dengan :
Arus yang mengalir pada resistor feedback (Rf) merupakan penjumlahan dari
arus yang mengalir pada seluruh tahanan input. Arus input yang melewati RF yang
berjumlah nol pada input inverting, diacukan sebagai titik penjumlahan arus. Penguat
penjumalah dapat juga digunakan sebagai suatu pencampur sinya audio ( audio
signal mixer ). Penguat penjumlah harus mempunyai resistor feedback (Rf) yang
lebih besar dari resistor inputnya. Skala penjumlahan akan dibedakan oleh nilai
resistor inputnya, sehingga tegangan input akan diperkuat daripada yang lainnya.
Penguat penjumlah berfungsi menjumlahkan beberapa level input
signal yang masuk ke operational amplifier. Penggunanan dari operational amplifier
ini ialah sebagai penguat penjumlah sering dijumpai pada rangkaian mixer audio.

Persamaan besarnya penguatan Gain pada masing-masing titik input tegangan adalah

1.4.Prosedur Percobaan
1.4.1. Penguat Op-Amp Inverting
1. Hubungkan rangkaian sebagai berikut:

R 10KΩ
F

R
R
10KΩ
-
Function
+
Generator
1KHz

Gambar 4.1 Rangkaian Penguat Op-Amp Inverting


2. Set generator pada fungsi 1 kHz, serta naikkan amplitudonya sampai
mencapai 1Vpp, amati serta catat besar Vout dan fasa yang terjadi.
3. Ganti nilai RR dengan nilai resistansi seperti tertera dalam tabel 1.1 serta
amati Vout dan fasanya, lengkapi tabel 1.1.

1.4.2. Penguat Non Inverting


1. Menghubungkan rangkaian seperti pada gambar 1.2 berikut:

-
+

Gambar 4.2 Rangkaian Penguat Non Inverting


2. Ulangi langkah pada prosedur pecobaan penguat Op-Amp Inverting
untuk langkah 2-3 serta lengkapi Tabel 1.2.

1.4.3. Common Mode Rejection


1. Menghubungkan rangkaian seperti pada gambar 1.3 di bawah ini:

-
+

Gambar 4.3 Rangkaian Common Mode Rejection


2. Set generator frekuensi sebesar 4 Vpp 1kHz kemudian hubungkan ke input
rangkaian. Catat nilai output rangkaian pada tabel 1.3.
3. Ganti nilai R1 dengan hambatan yang tertera pada Tabel 1.3. Lengkapi
tabel 1.3!

1.4.4. Penguat Penjumlah


1. Menghubungkan rangkaian seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.4 Rangkaian penguat penjumlah


2. Berikan tegangan input V1 = 1Vpp, 1kHz dan V2= 2Vpp, 1 kHz.
3. Sambungkan nilai R1 dengan hambatan 3.3k
4. Amati nilai tegangan keluaran op-amp!
5. Ubah nilai hambatan R1 sesuai dengan nilai yang tertera pada Tabel 1.4
dan ulangi langkah 4.
6. Lengkapi Tabel 1.4

1.5 Hasil Pecobaan


1.5.1 Data Percobaan Penguat Op-Amp Inverting
Tabel 1.1 Hubungan antara VIN dan Vout Penguat Op-Amp Inverting
Vinp- Vinp- Voutp-p (V) fasa
RR p p (V) Gain
RF
(kΩ) (V) Teori Simulasi Praktek Teori Simulasi Praktek Teori Simulasi Praktek
Prak.
10 10 1 -1.05 -1 -0.995 -1.15 -1 -0.995 -1.09 180° 180° 180°
kΩ
3,3 1 -1.05 - -3.016 -3.37 - -3.016 -3.2 180° 180° 180°
3,03 3.03
4.7 1 -1.05 - -2.120 -2.32 - -2.120 -2.2 180° 180° 180°
2.127 2.127
33 1 -1.05 - -0.302 -0.38 - -0.302 -0.35 180° 180° 180°
0.303 0.303
1.5.2 Data Percobaan Penguat Op-Amp Non Inverting
Tabel 1.2 Hubungan antara VIN dan Vout Penguat Op-Amp Non Inverting
Vinp- Vinp- Voutp-p (V) fasa
RR p p (V) Gain
RF
(kΩ) (V) Teori Simulasi Praktek Teori Simulasi Praktek Teori Simulasi Praktek
Prak.
10 10 1 -1.04 2 1.986 -2.3 -2 1.986 -2.21 0° 0° 0°
kΩ
3,3 1 -1.06 1.33 1.322 -4.67 13.3 1.322 -4.33 0° 0° 0°
4.7 1 -1.07 1.47 1.464 -3.56 14.7 1.464 -3.32 0° 0° 0°
33 1 -1.02 4.3 4.278 -1.5 4.3 4.278 -1.47 0° 0° 0°

1.5.3 Data Percobaan Common Mode Rejection Op-Amp


Tabel 1.3 Hasil Pengamatan Common Mode Rejection
RF R1 Vinp- Vinp- Voutp-p (V) Fasa
(kΩ) p p
(V) (V) Teori Simulasi Praktek Teori Simulasi Praktek

10 10 4 4.05 0.000 0.000 0 - - -


kΩ
3,3 4 4.09 -4,06 2.002 4.5 180° 0° 180°
4.7 4 4.15 -2,25 1.4 2.32 180° 0° 180°
33 4 4.12 1,39 2.124 1.53 0° 180° 0°

1.5.4 Data Percobaan Penguat Penjumlah


Tabel 1.4 Hubungan antara VIN dan Vout Penguat Penjumlah
R1 V1p V2 V1p- V2p- Voutp-p (V) fasa
R2, (kΩ -p p-p p(V) p(V) Gain
)
RR (V) (V) (prak (prak Teori Simul Praktek Teori Simulasi Praktek Teori Simulasi Praktek
) ) asi
10 3,3 1 2 1.09 2.09 -5.03 4.9 5.08 5 4.9 4.66 180° 180° 180°
kΩ
4.7 1 2 1.09 2.09 - 4.08 4.24 4 4.08 3.88 180° 180° 180°
4.12
33 1 2 1.09 2.09 -2.3 2.27 2.01 2.3 2.27 1.84 180° 180° 0°
1.6 Analisis Hasil Praktikum
1.6.1 Bentuk umum persamaan tegangan output pada penguat op-amp inverting

Gambar 6.0.1 Penurunan Bentuk Umum Persamaan Tegangan Output Penguat Op-Amp
Inverting

Va = Vb = 0 𝑉𝑖𝑛−𝑉𝑎 𝑉𝑎−𝑉𝑜𝑢𝑡
=
𝑅𝑅 𝑅𝐹
𝑉𝑖𝑛−𝑉𝑎
I1 = ... (1)
𝑅𝑅
𝑉𝑎−𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑉𝑖𝑛 𝑉𝑜𝑢𝑡
I2 = 𝑅𝐹
... (2) =−
𝑅𝑅 𝑅𝐹

I1 = I3 + I2
I1 = 0 + I2 𝑉𝑖𝑛 𝑥 𝑅𝐹
Vout = − ... (3)
𝑅𝑅
I1 = I2

1.6.2 Analisis fasa tegangan output pada penguat op-amp inverting


Penguat Op-Amp Inverting memilik bentuk umum persamaan tegangan output
yang bernilai negatif. Hal tersebut menandakan terjadi pembalikan pada tegangan
outputnya (Vout) atau memiliki perbedaan fasa 180° dengan tegangan inputnya (Vin).
Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 6.0.2 Gambar Tabel Penguat Op-Amp Inverting (Vp)

Gambar 6.2 menunjukkan nilai Vout hasil dari persamaan (3). Nilai tersebut
bernilai negatif yang menandakan berbeda fasa 180°.
Gambar 6.0.3 Gambar Tabel Fasa Penguat Op-Amp Inverting (Vp)

Pada Tabel 1.1 terdapat nilai RF 10kΩ dan RR 10kΩ, 3.3kΩ, 4.7kΩ, 33kΩ. Nilai
tersebut apabila dimasukkan ke persamaan (3) akan memliki hasil Vout yang berbeda –
beda. Tabel pada Gambar 6.3 adalah nilai Vout sesuai nilai Vin yang disusun untuk
menjadi acuan bentuk gelombang dengan menggunakan Vin yang bernilai Vp.

Gambar 6.0.4 Gambar Grafik Fasa Penguat Op-Amp Inverting

Berdasarkan Gambar 6.4 garis horizontal pada titik 0 terdapat nilai 0,1,2,3, dan 4,
nilai tersebut adalah nilai pada Tabel di Gambar 6.3 kolom “t” yang menunjukkan nilai waktu
terjadinya gelombang tersebut. Nilai Vin menyesuaikan dengan waktunya, jika bernilai 0
detik maka Vin bernilai 0 Vp, jika waktunya 1 detik maka Vin bernilai 0.5 Vp, dan
seterusnya hingga membentuk 1 gelombang. Nilai Vout didapat dari persamaan (3) dengan
nilai Vin tersebut. Hasil dari Gambar 6.4 menunjukkan bahwa penguat op-amp inverting
memiliki beda fasa senilai 180°.
1.6.3 Bentuk umum persamaan tegangan output pada penguat op-amp non
inverting

Gambar 6.0.5 Penurunan Bentuk Umum Persamaan Tegangan Output Penguat Op-Amp Non
Inverting
Va = Vb = Vin
0−𝑉𝑖𝑛 𝑉𝑖𝑛 𝑉𝑖𝑛−𝑉𝑜𝑢𝑡
I1 = ... (4) − 𝑅𝑓 =
𝑅𝐹 𝑅𝑅
𝑉𝑎−𝑉𝑜𝑢𝑡
I3 = ... (5) RR x (-Vin) = RF x (Vin – Vout)
𝑅𝑅

I1 = I2 + I3 RR x (-Vin) = RFVin – RFVout

I1 = 0 + I3 RFVout = RFVin + RRVin


𝑉𝑖𝑛 𝑥 (𝑅𝐹+𝑅𝑅)
I1 = I3 Vout = ... (6)
𝑅𝐹
𝑉𝑖𝑛 𝑉𝑖𝑛−𝑉𝑜𝑢𝑡
− 𝑅𝐹 = 𝑅𝑅

1.6.4 Analisis fasa tegangan output pada penguat op-amp non inverting
Penguat Op-Amp Non Inverting memilik bentuk umum persamaan tegangan
output yang bernilai positif. Hal tersebut menandakan tidak terjadi pembalikan pada
tegangan outputnya (Vout) atau tidak memiliki perbedaan fasa (0°) dengan tegangan
inputnya (Vin).
Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 6.0.6 Gambar Tabel Penguat Op-Amp Non Inverting (Vp)

Gambar 6.6 menunjukkan nilai Vout hasil dari persamaan (6). Nilai tersebut
bernilai positif yang menandakan tidak terjadi perbedaan fasa.

Gambar 6.0.7 Gambar Tabel Fasa Penguat Op-Amp Non Inverting (Vp)

Pada Tabel 1.2 terdapat nilai RF 10kΩ dan RR 10kΩ, 3.3kΩ, 4.7kΩ, 33kΩ. Nilai
tersebut apabila dimasukkan ke persamaan (6) akan memliki hasil Vout yang berbeda –
beda. Tabel pada Gambar 6.7 adalah nilai Vout sesuai nilai Vin yang disusun untuk
menjadi acuan bentuk gelombang dengan menggunakan Vin yang bernilai Vp.
Gambar 6.0.8 Gambar Grafik Fasa Penguat Op-Amp Non Inverting

Berdasarkan Gambar 6.8 garis horizontal pada titik 0 terdapat nilai 0,1,2,3, dan 4,
nilai tersebut adalah nilai pada Tabel di Gambar 6.7 kolom “t” yang menunjukkan nilai
waktu terjadinya gelombang tersebut. Nilai Vin menyesuaikan dengan waktunya, jika
bernilai 0 detik maka Vin bernilai 0 Vp, jika waktunya 1 detik maka Vin bernilai 0.5 Vp,
dan seterusnya hingga membentuk 1 gelombang. Nilai Vout didapat dari persamaan (6)
dengan nilai Vin tersebut. Hasil dari Gambar 6.8 menunjukkan bahwa penguat op-amp
non inverting tidak memiliki perbedaan fasa.
1.6.5 Perbedaan output penguat op-amp inverting dan non-inverting
Bentuk persamaan umum tegangan output op-amp inverting berbeda dengan op-
amp non inverting. Hasilnya pun berbeda, op-amp inverting bernilai negatif, sedangkan
op-amp non inverting bernilai positif.
𝑉𝑖𝑛 𝑥 𝑅𝐹
Vout = − ... (1) > Op-Amp Inverting
𝑅𝑅
𝑉𝑖𝑛 𝑥 (𝑅𝐹+𝑅𝑅)
Vout = ... (2) > Op-Amp Non Inverting
𝑅𝐹

Pada rangkaian penguat op-amp inverting Va = Vb = 0 sehingga pada persamaan


(2) Vout bernilai negatif yang menyebabkan pada persamaan akhirnya (3) Vout tetap
bernilai negatif yaitu berbeda fasa 180° dengan Vin .
Pada rangkaian penguat op-amp non inverting Va=Vb=Vin, pada proses
penurunan persamaaan nilai negatif tersebut hilang sehingga Vout pada persamaan (6)
Vout bernilai positif yaitu tidak berbeda fasa dengan Vin (0°).
1.6.6 Analisis fenomena tegangan output pada percobaan common mode rejection
Common Mode Rejection (CMR) memiliki bentuk umum persamaan tegangan
output yang bernilai positif .
𝑉𝑖𝑛 𝑅3 𝑥 (𝑅1+𝑅𝐹)
Vout = 𝑥( ) – RF ... (7)
𝑅1 𝑅1+𝑅3

Namun tidak menandakan bahwa tidak ada beda fasa Vout dengan Vinnya.
Karena hasilnya bergantung pada nilai R1. Jika R1=RF maka hasil Vout = 0. Jika R1<RF
maka hasil Vout = (-). Jika R1>RF maka hasil Vout = (+).
Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 6.9 Gambar Tabel Common Mode Rejection (Vp)

Gambar 6.9 menunjukkan nilai Vout hasil dari persamaan (7). Nilai Vout tersebut
bergantung pada nilai R1.

Gambar 6.10 Gambar Tabel Fasa Common Mode Rejection (Vp)

Pada Tabel 1.3 terdapat nilai RF 10kΩ dan R1 10kΩ, 3.3kΩ, 4.7kΩ, 33kΩ. Nilai
tersebut apabila dimasukkan ke persamaan (7) akan memliki hasil Vout yang berbeda –
beda bergantung pada nilai R1. Tabel pada Gambar 6.10 adalah nilai Vout sesuai nilai
Vin yang disusun untuk menjadi acuan bentuk gelombang dengan menggunakan Vin
yang bernilai Vp.

Gambar 6.11 Gambar Grafik Fasa Common Mode Rejection

Berdasarkan Gambar 6.11 garis horizontal pada titik 0 terdapat nilai 0,1,2,3, dan
4, nilai tersebut adalah nilai pada Tabel di Gambar 6.10 kolom “t” yang menunjukkan
nilai waktu terjadinya gelombang tersebut. Nilai Vin menyesuaikan dengan waktunya,
jika bernilai 0 detik maka Vin bernilai 0 Vp, jika waktunya 1 detik maka Vin bernilai 2
Vp, dan seterusnya hingga membentuk 1 gelombang. Nilai Vout didapat dari persamaan
(7) dengan nilai Vin tersebut. Hasil dari Gambar 6.11 menunjukkan bahwa nilai Vout
pada common mode rejection bergantung pada nilai R1. . Jika R1=RF maka hasil Vout =
0, tidak ada Vout. Jika R1<RF maka hasil Vout = (-), berbeda fasa 180° dengan Vin .
Jika R1>RF maka hasil Vout = (+) sefasa dengan Vin (0°).
1.6.7 Bentuk umum persamaan tegangan output pada penguat penjumlah

Gambar 0.9 Penurunan Bentuk Umum Persamaan Tegangan Output Penguat Penjumlah

Va = Vb = 0 𝑉2
I2 = 𝑅2
I4 = I5 = 0 𝑉𝑜𝑢𝑡
I3 = − 𝑅𝑅
Va = Vb = 0
𝑉1−𝑉𝑎 I3 = I1 + I2
I1 = 𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑉1 𝑉2
𝑅1
− = 𝑅1 + 𝑅2
𝑉2−𝑉𝑎 𝑅𝑅
I2 = 𝑅2

I3 =
𝑉𝑎−𝑉𝑜𝑢𝑡 Vout = – RR ( 𝑉1
𝑅1
𝑉2
+ 𝑅2 )
𝑅3
𝑉1
I1 = 𝑅1

1.6.8 Hasil Teori, Simulasi Software, dan Praktikum


Hasil dari praktikum yang telah saya lakukan bersama kelompok memiliki nilai
hasil yang berbeda mulai dari hasil teori, Simulasi software dan Praktikum. Hal
tersebut bisa terjadi karena nilai dari komponen dan peralatan yang digunakan dalam
praktikum ini sebenarnya sama akan tetapi komponen yang digunakan dalam
praktikum kemungkinan terjadi penurunan nilai, faktor usia/ lama nya penggunaan
komponen juga bisa memengaruhi terjadinya penurunan nilai pada komponen tersebut.
1.7 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang kelompok kami telah lakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1.7.1 Op-Amp Inverting merupakan salah satu rangkaian penguat yang memiliki nilai
Input dan Output berlawanan pada polaritasnya (Vin = - Vo). Hal seperti memberi
sebuah tanda bahwa perbedaan fasa yang terjadi adalah 180°.
1.7.2 Op-Amp Non Inverting merupakan salah satu rangkaian penguat yang memiliki
nilai Input dan Output sama pada polaritasnya (Vin = - Vo). Hal seperti memberi
sebuah tanda bahwa perbedaan fasa yang terjadi adalah 0°.
1.7.3 Penguat penjumlah ada dua macam penguat penjumlah yaitu penguat penjumlah
Inverting dan penguat penjumlah Non Inverting. Pada praktikum ini cara kerja dari
penguat penjumlah hampir sama dengan penguat Inverting. Hanya saja yang
membedakan dalam penguat penjumlah ini ada pada penggabungan nilai input
yang lebih dari satu.
1.7.4 Common mode Rejection pada Op-Amp memiliki sebuah karakteristik apabila nilai
𝑅𝐹 = 𝑅𝑅 maka output yang dihasilkan tidak akan muncul nilai sehingga tidak akan
muncul gelombang Output. Jika nilai 𝑅𝐹 > 𝑅𝑅 maka Op – Amp common mode
Rejection akan bekerja sebagai penguat inverting dan apabilan nilai 𝑅𝐹 < 𝑅𝑅 maka
Op – amp akan bekerja sebagai penguat non inverting.
1.8 Referensi
Agus Purnama“Karakteristik Penguat Membalik (Inverting Amplifier)” 2019. [Online].
Tersedia: https://elektronika-dasar.web.id/karakteristik-penguat-membalik-inverting-
amplifier [Diakses tanggal: 24 Oktober 2019].

Bahtiar Adi Nugroho “Op-Amp Inverting dan Non Inverting” 2016. [Online]. Tersedia:
https://elektrowiki.wordpress.com/2016/10/16/op-amp-inverting-dan-non-inverting/
[Diakses tanggal: 24 Oktober 2019].

Bahtiar Adi Nugroho “Operasional Amplifier (Op-Amp). “[Online]. Tersedia:


http://elektronika-dasar.web.id/operasional-amplifier-op-amp/ [Diakses tanggal: 24
Oktober 2019].

Bahtiar Adi Nugroho “penguat tak memalik non inverting” [Online]. Tersedia:
https://elektronika-dasar.web.id/penguat-tak-membalik-non-inverting-amplifier/
[Diakses tanggal: 24 Oktober 2019].

Alfandy Gulo “penguat penjumlah summing op-amp ” [Online]. Tersedia:


http://blogmateriperkuliahan.blogspot.com/2016/11/penguat-penjumlah-summing-op-
amp.html [Diakses tanggal: 24 Oktober 2019].
LAMPIRAN

1. Hasil Teori
 OP-AMP INVERTING

 OP-AMP NON INVERTING

 COMMON MODE REJECTION


 PENGUAT PANJUMLAH

2. Hasil Simulasi :
 OP-AMP INVERTING
Gambar Rangkaian

a. R 10K
b. R 3.3K

c. R 4,7K
d. R 33K

 OP-AMP NON INVERTING


Gambar Rangkaian

a. R 10K
b. R 3,3K

c. R 4,7K

d. R 33K
 OP-AMP COMMON MODE REJECTION
Gambar Rangakaian

a. R 10K

b. R 3,3K
c. R 4,7K

d. R 33K
 OP-AMP PENGUAT PENJUMLAH

a. R 3,3K

b. R 4,7K

c. R 33K
3. Hasil Pengukuran :
 OP-AMP INVERTING
 OP-AMP NON INVERTING

NG

 OP-AMP COMMON MODE REJECTION


R1 < RF
R1 = RF

R1 > RF
 OP-AMP PENGUAT PENJUMLAH

Anda mungkin juga menyukai