DOSEN PENGAMPU :
Disusun oleh:
1. Savitri Ramadhani 5201417032 PTM 2017
2. Akhmad Nur Khafi 5201417033 PTM 2017
3. Ade Noviyan 5201417034 PTM 2017
4. Akhmad Sufyan M. 5201417035 PTM 2017
5. M. Ari Widikdo 5201417036 PTM 2017
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat , hidayah, dan
inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah dari mata kuliah Keselamatan,
Kesehatan Kerja (K3) dan Perawatan Mesin dengan judul “KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (K3) PADA BIDANG KELISTRIKAN”.
Tugas ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan tugas dari
mata kuliah Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) dan Perawatan Mesin.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam sebuah pekerjaan maka safety harus selalu diutamakan. Safety berawal dari bahasa
Inggris yang artinya adalah keselamatan. Istilah safety lebih sering digunakan oleh hampir semua
kalangan, sebagian besar perusahaan lebih memilih menggunakan istilah safety daripada
keselamatan. Safety dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang akan terbebas dari
kecelakaan atau bahaya yang dapat menyebabkan kerugian baik secara material maupun spiritual.
Penerapan safety berkaitan erat dengan pekerjaan, sehingga safety lebih sering diartikan sebagai
keselamatan kerja. Safety tidak dapat dipisahkan dengan kesehatan (Health) dan lingkungan
(Environment) atau lebih dikenal dengan Safety Health Environment (SHE) atau Occupational
Healt & Environment Safety (OH&ES). Secara luas safety dapat diartikan sebagai kondisi
dimana tidak terjadi atau terbebasnya manusia dari kecelakaan, penyakit akibat kerja dan
kerusakan lingkungan akibat polusi yang dihasilkan oleh proses produksi.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dapat dipelajari dengan
pendekatan keilmuan yang kemudian dikembangkan menjadi konsep dan teori tentang
kecelakaan. Teori kecelakaan memusatkan perhatiannya melalui tiga faktor penyebab utama
kecelakaan, yaitu peralatan, cara kerja dan manusia atau pekerja. Seorang ahli keselamatan kerja
Heinrich (1931) mengembangkan suatu konsep teori terjadinya kecelakaan yang dikenal dengan
teori domino. Berdasarkan teori tersebut, kecelakaan diakibatkan oleh lima faktor yang
berdampak secara berurutan seperti lima kartu domino yang berderet sejajar. Apabila kartu
bagian depan terjatuh maka akan mengakibatkan jatuhnya kartu-kartu yang berada dibelakangnya
secara berantai. Kelima faktor tersebut adalah kebiasaan, kesalahan seseorang, perbuatan, kondisi
tidak aman dan kecelakaan. Apabila rantai penyebab tersebut diputus salah satu maka kecelakaan
dapat dihindarkan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Pada aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari kita sangat membutuhkan daya
listrik. Namun listrik juga sangat membahayakan keselamatan kita kalau tidak dikelola dengan
baik. Sebagian besar orang pernah mengalami/merasakan sengatan listrik, dari yang hanya
merasa terkejut saja sampai dengan yang merasa sangat menderita. Oleh karena itu, untuk
mencegah dari hal-hal yang tidak diinginkan, kita perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap
bahaya listrik dan jalan yang terbaik adalah melalui peningkatan pemahaman terhadap sifat dasar
kelistrikan yang kita gunakan. Dalam rangka usaha menyadarkan pentingnya menjaga keamanan
dan keselamatan bagi pekerja, karyawan, komunitas dan masyarakat, sangat relevan membahas
K3 dari arus listrik karena arus listrik termasuk penyebab kecelakaan yang cukup dominan yang
menyebabkan kebakaran maupun kematian (electrocution), terjadi baik pada perumahan maupun
industri.
Menurut K. Ima Ismara (2016: 83) bahwa Buruknya kondisi instalasi listrik, antara lain
disebabkan oleh:
a. Pemasangan kabel yang serampangan. Banyak sekali dijumpai kasus instalasi listrik yang
serampangan dengan kurang mempertimbangkan kemampuan kabel untuk menyalurkan
daya. Demikian juga dengan banyaknya sambungan listrik yang memperbesar impedansi
kabel. Kedua hal tersebut dapat meningkatkan suhu kabel sehingga menyebabkan rusaknya
isolasi kabel. Rusaknya isolasi kabel berpotensi terjadinya hubung singkat atau kontak
dengan manusia.
b. Rusaknya isolasi kabel karena usia. Seiring dengan bertambahnya usia kabel, kualitas
isolasi kabel juga semakin berkurang. Kondisi ini tidak hanya ditemui di rumah tangga,
tetapi juga di industri. Tidak mengherankan jika kita sering menjumpai kabel yang sudah
berumur lebih dari 10 tahun masih digunakan dalam instalasi rumah.
Rusaknya isolasi kabel berpotensi menimbulkan kebakaran, dan melalui media lain seperti
air atau kayu yang lapuk/basah kontak tidak langsung dengan manusia (kesetrum/electric shock).
Dalam proses identifikasi dan melakukan analisis potensi bahaya maka dapat dilakukan dengan
menggunakan metode Hazard and Operability Study (HAZOP). HAZOP adalah studi
7
keselamatan yang sistematis, berdasarkan pendekatan sistemik ke arah penilaian keselamatan dan
proses pengoperasian peralatan yang kompleks, atau proses produksi (Kotek, dkk. dalam Dian
Palupi, dkk. 2015: 25). Tujuannya untuk mengidentifikasi kemungkinan bahaya yang muncul
dalam fasilitas pengelolaan di perusahaan menghilangkan sumber utama kecelakaan, seperti rilis
beracun, ledakan dan kebakaran (Dunjo, dkk. dalam Dian Palupi, dkk. 2015: 25). HAZOP itu
sendiri secara sistematis bekerja dengan mencari berbagai faktor penyebab (cause) yang
memungkinkan timbulnya kecelakaan kerja dan menentukan konsekuensi yang merugikan
sebagai akibat terjadinya penyimpangan serta memberikan rekomendasi atau tindakan yang dapat
dilakukan untuk mengurangi dampak dari potensi risiko yang telah diidentifikasi.
8
3. Proteksi dari arus lebih.
4. Proteksi dari tegangan lebih, khususnya akibat petir, dll.
Tindakan proteksi ini dapat diterapkan pada seluruh instalasi, pada sebagian instalasi atau
pada suatu perlengkapan, khususnya terhadap bahaya kejut listrik. Pemerintah di dalam menjaga
keselamatan dan kesehatan kerja karyawan, perusahaan dan lingkungan sekitar mewajibkan
untuk peningkatan pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta mengaturnya dalam
undang-undang. Untuk itu setiap pekerja mempunyai tanggung jawab untuk memelihara dan
menjaga kesejahteraan. Berikut ini adalah tanggung jawab pekerja dan yang harus dilakukan di
tempat kerja berdasarkan undang-undang Republik Indonesia adalah :
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992
Menyatakan bahwa sudah sewajarnya apabila tenaga kerja juga berperan aktif dan ikut
bertanggung jawab atas pelaksanaan program pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan demi
terwujudnya perlindungan tenaga kerja dan keluarganya dengan baik. Jadi bukan hanya
perusahaan saja yang bertanggung jawab dalam masalah ini, tetapi juga para karyawan harus ikut
berperan aktif dalam hal ini agar dapat tercapai kesejahteraan bersama.
2. UndangUndang No. 13 Tahun 2003
Menyebutkan bahwa setiap pekerja/ buruh berhak untuk memperoleh perlindungan atas:
a. Keselamatan dan kesehatan kerja
b. Moral dan kesusilaan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
Di banyak negara, ada juga batas emisi yang diamanatkan secara hukum pada polutan
utama untuk mengudara bagi tanaman di atas input termal yang ditentukan, dan batas-batas ini
sering berkurang dengan bertambahnya ukuran tanaman (Annette C. Rohs, 2015: 8549). Selain
tentang emisi terdapat juga tentang undang-undang yang mengatur produk energy sumber daya
yang terbarukan yaitu UU Energi dari 2011(Micić Tanja 2014: 11) mendefinisikan produksi
energi sumber daya terbarukan sebagai hak istimewa dan menyiratkan transmisi energi tersebut
dengan memperkenalkan subsidi dan menyiratkan peluang ekspor untuk produksi energi
alternatif. Produsen tenaga listrik dapat memperoleh status sebagai produsen tenaga listrik
istimewa sesuai dengan Undang-Undang dan berdasarkan kriteria berikut: 1. Pembangkitan listrik
dari sumber daya terbarukan (mis. Air, angin, biomassa), kecuali pembangkit listrik tenaga air
dengan kapasitas terpasang lebih dari 30 MW.
Selain itu pemerintah juga mawajibkan bagi para pekerja atau masyarkat untuk
menggunakan alat pelindung diri saat bareda di tempat kerja. Yang menjadi dasar hukum dari alat
9
pelindung diri ini adalah: Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Bab IX Pasal 13 tentang
Kewajiban Bila Memasuki Tempat kerja yang berbunyi: “Barangsiapa akan memasuki sesuatu
tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat
perlindungan diri yang diwajibkan.” Alat pelindung diri adalah kelengkapan yang wajib
digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan
orang lain di sekelilingnya.
2.3 Bahaya Listrik dan Sistem Pengamannya
Bahaya Listrik
Bahaya listrik dibedakan menjadi dua, yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya
primer adalah bahaya-bahaya yang disebabkan oleh listrik secara langsung, seperti bahaya
sengatan listrik dan bahaya kebakaran atau ledakan.
Sedangkan bahaya sekunder adalah bahaya-bahaya yang diakibatkan listrik secara tidak
langsung. Namun bukan berarti bahwa akibat yang ditimbulkannya lebih ringan dari yang primer.
Contoh bahaya sekunder antara lain adalah tubuh/bagian tubuh terbakar baik langsung maupun
tidak langsung, jatuh dari suatu ketinggian, dan lain-lain.
10
Dampak dari sengatan listrik antara lain adalah:
a. Gagal kerja jantung (Ventricular Fibrillation), yaitu berhentinya denyut jantung atau
denyutan yang sangat lemah sehingga tidak mampu mensirkulasikan darah dengan baik.
Untuk mengembalikannya perlu bantuan dari luar.
b. Gangguan pernafasan akibat kontraksi hebat (suffocation) yang dialami oleh paru-paru.
Kerusakan sel tubuh akibat energi listrik yang mengalir di dalam tubuh, Dan terbakar
akibat efek panas dari listrik.
Bahaya listrik juga mempuayai tingkatan bahaya bagi manusia, salah satu faktornya
ditentukan oleh tinggi rendah arus listrik yang mengalir ke dalam tubuh kita. Sedangkan kuantitas
arus akan ditentukan oleh tegangan dan tahanan tubuh manusia serta tahanan lain yang menjadi
bagian dari saluran. Berarti peristiwa bahaya listrik berawal dari sistem tegangan yang digunakan
untuk mengoperasikan alat.
Semakin tinggi sistem tegangan yang digunakan, semakin tinggi pula tingkat bahayanya.
Jaringan listrik tegangan rendah di Indonesia mempunyai tegangan dengan sistem tegangan yang
digunakan di Indonesia adalah: fasa-tunggal 220 V, dan fasa-tiga 220/380 V dengan frekuensi 50
Hz. Sistem tegangan ini sungguh sangat berbahaya bagi keselamatan manusia.
Lama waktu sengatan listrik ternyata juga sangat menentukan kefatalan akibat sengatan
listrik. Penemuan faktor ini menjadi petunjuk yang sangat berharga bagi pengembangan
teknologi proteksi dan keselamatan listrik. Semakin lama waktu tubuh dalam sengatan semakin
fatal pengaruh yang diakibatkannya. Oleh karena itu, yang menjadi ekspektasi dalam
pengembangan teknologi adalah bagaimana bisa membatasi sengatan agar dalam waktu sependek
mungkin.
11
Banyak penyebab bahaya listrik yang ada dan terjadi di sekitar kita, di antaranya adalah
isolasi kabel rusak, bagian penghantar terbuka, sambungan terminal yang tidak kencang dan
sambungan kabel yang terlalu banyak. Isolasi kabel yang rusak merupakan akibat dari sudah
terlalu tuanya kabel dipakai atau karena sebab-sebab lain (teriris, terpuntir, tergencet oleh benda
berat dan lain-lain), sehingga ada bagian yang terbuka dan kelihatan penghantarnya atau bahkan
ada serabut hantaran yang menjuntai. Ini akan sangat berbahaya bagi yang secara tidak sengaja
menyentuhnya atau bila terkena ceceran air atau kotoran-kotoran lain bisa menimbulkan
kebakaran. Penghantar yang terbuka biasa terjadi pada daerah titik-titik sambungan terminal dan
akan sangat membahayakan bagi yang bekerja pada daerah tersebut, khususnya dari bahaya
sentuhan langsung.
Sistem Pengaman Listrik
Sistem pengamanan listrik dimaksudkan untuk mencegah orang bersentuhan baik
langsung maupun tidak langsung dengan bagian yang beraliran listrik.
a. Pengamanan terhadap Sentuhan Langsung
Ada banyak cara/ metode pengamanan dari sentuhan langsung seperti yang akan
dijelaskan berikut ini:
1) Isolasi pengaman yang memadai. Pastikan bahwa kualitas isolasi pengaman baik,
dan dilakukan pemeriksaan dan pemeliharaan dengan baik. Memasang kabel sesuai
dengan peraturan dan standar yang berlaku.
2) Menghalangi akses atau kontak langsung menggunakan enklosur, pembatas,
penghalang. Pembatas dan penghalang alat-alat listrik dapat meminimalisir resiko
tersengat listrik akibat sentuhan langsung, sehingga manusia akan lebih terjamin
keamanannya.
3) Menggunakan peralatan INTERLOCKING. Peralatan ini biasa dipasang pada pintu-
pintu pada ruangan yang di dalamnya terdapat peralatan yang berbahaya. Jika pintu
dibuka, semua aliran listrik ke peralatan terputus (door switch).
b. Pengamanan terhadap Tegangan Sentuh (Tidak Langsung)
Pentanahan merupakan salah satu cara konvensional untuk mengatasi bahaya
tegangan sentuh tidak langsung yang dimungkinkan terjadi pada bagian peralatan yang
terbuat dari logam. Untuk peralatan yang mempunyai selungkup/rumah tidak terbuat dari
logam tidak memerlukan sistem ini. Agar sistem ini dapat bekerja secara efektif maka
baik dalam pembuatannya maupun hasil yang dicapai harus sesuai dengan standar. Ada
dua hal yang dilakukan oleh sistem pentanahan, yaitu
12
(1) Menyalurkan arus dari bagian-bagian logam peralatan yang teraliri arus listrik liar ke
tanah melalui saluran pentanahan.
(2) Menghilangkan beda potensial antara bagian logam peralatan dan tanah sehingga
tidak membahayakan bagi yang menyentuhnya.
Jenis-jenis alat proteksi yang banyak dipakai, antara lain adalah: Residual Current
Device (RCD), Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB) dan Ground Fault Circuit
Interruptor (GFCI). Walaupun berbeda-beda namun secara prinsip adalah sama. Alat ini
akan bekerja/aktif bila mendeteksi adanya arus bocor ke tanah. Karena kemampuan itulah,
arus bocor ini dianalogikan dengan arus sengatan listrik yang mengalir pada tubuh
manusia.
Perangkat Instalasi Listrik (Gawai) yang berfungsi mendeteksi terjadinya
aruslistrik dalam keadaan tidak seimbang antara penghantar phasa dan netral yang
disebabkan arus lebihdan/atau arus bocor melalui kontak badan adalah RCD (Gambar
disamping).
2.4 Prosedur Penanganan Kecelakaan Kerja Kelistrikan
Prosedur penanganan kecelakaan kerja dalam kelistrikan antara lain:
a. Hanya orang-orang yang berwenang dan berkompeten yang diperbolehkan bekerja pada
atau di sekitar peralatan listrik.
b. Menggunakan peralatan listrik sesuai dengan prosedur (jangan merusak atau membuat
tidak berfungsinya alat pengaman)
c. Jangan menggunakan tangga logam untuk bekerja di daerah instalasi listrik.
d. Pelihara alat dan sistem dengan baik.
e. Menyiapkan langkah-langkah tindakan darurat ketika terjadi kecelakaan.
13
1) Prosedur shut-down: tombol pemutus aliran listrik (emergency off) harus mudah diraih.
2) Pertolongan pertama pada orang yang tersengat listrik.
f. Pertolongan pertama pada orang yang tersengat listrik
1) Korban harus dipisahkan dari aliran listrik dengan cara yang aman sebelum dilakukan
pertolongan pertama.
2) Hubungi bagian yang berwenang untuk melakukan pertolongan pertama pada
kecelakaan. Pertolongan pertama harus dilakukan oleh orang yang berkompeten.
Prosedur Keselamatan Khusus a. Prosedur Lockout/Tagout
Prosedur ini merupakan prosedur keselamatan khusus yang diperlukan ketika bekerja
untuk melakukan pemeliharaan/perbaikan pada sistem peralatan listrik secara aman,
dengan tujuan:
1). Mencegah adanya release baik secara elektrik maupun mekanik yang tidak disengaja
yang membahayakan orang yang sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan dan atau
perbaikan.
2). Memisahkan/memutuskan dari aliran listrik.
Langkah-langkah prosedur ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a). Buat rencana lockout/tagout.
b). Beri tahu operator dan pengguna lainnya rencana pemutusan aliran listrik.
c). Putuskan aliran pada titik yang tepat.
d). Periksa apakah tim/pekerja telah menggantungkan padlocksnya pada titik lockout.
e). Letakkan tulisan “perhatian atau ATTENTION” pada titik lockout.
Tinjauan ini berfokus pada potensi paparan kerja dan risiko kesehatan terkait yang
spesifik untuk pembangkit listrik berbasis biomassa, terutama untuk teknologi yang
dipicu langsung dan berdiri sendiri (Annette C. Rohs, 2015:8543).
f). Lepaskan energi sisa/tersimpan (baterai kapasitor, per).
g). Pastikan bahwa peralatan/sistem tidak beraliran listrik.
h). Semua anggota tim/ pekerja mengambil padlocknya kembali setelah pekerjaan selesai.
Selain itu juga dibutuhkan kegiatan yang berkaitan dengan strategi komunikasi adalah
kegiatan persiapan, kegiatan penggarapan atau pelaksana dan kegiatan penyimpulan atau penutup
serta penjelasan dari masing-masing kegiatan tersebut. Selanjutnya masalah-masalah strategi
sering dikaitkan dengan metode, teknik, dan taktik. Semuanya itu berguna untuk
mengembangkan strategi komunikasi. Dari Strategi komunikasi yang ada bahwa bisa dilihat
14
melalui bentukbentuk strategi komunikasi setiap strategi komunikasi yang digunakan, apakah
sudah berjalan dengan baik atau belum. Menurut Ratu Citra (2015: 4) ada bentuk-bentuk strategi
komunikasi sebagai berikut:
1. Planning
2. Sasaran dan Tujuan
3. Pembentukan Pesan
4. Media Choice
5. Evaluasi
15
Berdasarkan penelitian dalam test reflek memberikan kesimpulan bahwa umur
mempunyai pengaruh penting dalam menimbulkan kecelakaan akibat kerja.
2. Pengalaman Bekerja.
Pengalaman bekerja sangat ditentukan oleh lamanya seseorang bekerja. Semakin lama
dia bekerja maka semakin banyak pengalaman dalam bekerja. Pengalaman akan
berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan seseorang, karena pengetahuan
seseorang juga diperoleh dari pengalaman (Apriluana, 2016:88).
3. Tingkat pendidikan dan keterampilan.
Pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi pekerjaan,
demikian juga dalam menerima latihan kerja baik praktek maupun teori termasuk
diantaranya cara pencegahan ataupun cara menghindari terjadinya kecelakaan kerja.
4. Lamanya waktu bekerja.
Lama bekerja juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini didasarkan pada
lamanya seseorang bekerja akan mempengaruhi pengalaman kerjanya.
5. Kelelahan.
Faktor kelelahan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja atau turunnya produktifitas
kerja. Untuk mencegah dan mengatasi memburuknya kondisi kerja akibat faktor
kelelahan dapat dilakukan metode berikut ini:
a. Merubah metode kerja menjadi lebih efisien dan efektif.
b. Menerapkan penggunaan peralatan dan piranti kerja yang memenuhi standar
ergonomik.
c. Menjadwalkan waktu istirhat yang cukup bagi seorang tenaga kerja.
d. Menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman bagi
tenaga kerja, dll.
Kebanyakan tempat industri cenderung melihat sesuatu untuk dikambing hitamkan
ketika terjadinya kecelakaan, ketimbang mencari penyebab atau sumber kecelakaan itu.
Dari hal-hal tersebut dapat disimpulkan ada 3 faktor penyebab kecelakaan kerja yang
berhubungan dengan Human Factor yaitu:
a. Faktor individu
Faktor individu adalah sumber-sumber penyebab kecelakaan kerja yang berasal dari
kesalahan atau kelalaian diri seorang. Di dalam faktor individu terdapat beberapa
jenis penyebab kecelakaan kerja yaitu:
1. Usia
16
Usia dapat mempengaruhi produktivitas seorang pekerja dikarenakan semakin
tua umur pekerja atau karyawan semakin menurun pula kondisi kesehatan
tubuhnya sehingga produktivitasnya juga menurun. Akan tetapi seseorang
yang sudah lama dalam bekerja akan banyak pengalamannya sehingga
kemungkinan terjadinya kecelakaan kecil, dikarenakan dia telah menguasai
dan memahami keadaan lingkungan tempat kerjanya. Sehingga diperlukan
pemindahan dan perbaruan karyawan agar produktivitas perusahaan
keselamatan kerja tetap terjaga.
2. Disiplin Kerja
Disiplin kerja dalam arti positif bahwa disiplin dapat diartikan sebagai sikap
seseorang atau kelompok yang berniat untuk mengikuti aturan-aturan yang
telah diterapkan. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, pengertian disiplin kerja
adalah suatu sikap dan tingkah laku yang menunjukkan ketaatan karyawan
terhadap peraturan organisasi.
3. Faktor Penjadwalan dan Shift Kerja
Kondisi kerja merupakan aspek penting dalam rancangan tugas. Faktor-
faktor fisika seperti temperatur, kelembaban, ventilasi, pencahayaan, warna, dan
suara dapat memberikan pengaruh yang berarti terhadap kinerja para karyawan
dalam produktifitas mutu keluaran, serta pengaruh terhadap kenyamanan dan
keselamatan kerja. Bila kondisi kerja karayawan pabrik yang kondisi mesin harus
tetap menyala, maka karyawan yang bekerja setelah satu karyawan selesai bekerja
harus dilanjutkan oleh karyawan lain. Dalam hal ini tentu perusahaan harus
memperhatikan hal tersebut, kira-kira jenis shift apa yang cocok bagi
karyawannya. Shift kerja sangat terasa efeknya bagi kesehatan bila pekerja bekerja
pada shift malam, bekerja selama berjam-jam dari mulai tengah malam sampai
jam lima pagi berpeluang mengganggu ritme sirkadian (siklus bangun dan tidur
normal).
Tubuh manusia secara alamiah mengikuti periode 24 jam untuk mengatur
masa terjaga dan masa tidur, yang diatur oleh jam sirkadia internal. Jam sirkadia
berkaitan dengan siklus cahaya alamiah pada terang dan gelap. Jam ini mengatur
siklus suhu tubuh, hormone, denyut jantung, dan fungsi tubuh lannya. Bila jam
tidur karyawan terganggu tentu dapat memberikan efek lelah bagi karyawan
karena istirahatnya tidak dapat maksimal.
17
b. Faktor lingkungan
Lingkungan kerja berpengaruh besar terhadap moral pekerja. Faktor-faktor
keadaan lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan kerja terdiri dari
pemeliharaan rumah tangga (house keeping), kesalahan disini terletak pada
rencana tempat kerja, cara menyimpan bahan buku dan alat kerja tidak pada
tempatnya, lantai yang kotor dan licin. Ventilasi yang tidak sempurna sehingga
ruangan kerja terdapat debu, keadaan lembab yang tinggi sehingga orang merasa
tidak enak kerja. Pencahayaan yang tidak sempurna misalnya ruangan gelap,
terdapat kesilauan dan tidak ada pencahayaan dalam ruang kerja.
18
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dalam sebuah pekerjaan maka safety harus selalu diutamakan. Terjadinya
kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan sebuah
perusahaan. Kerugian yang di derita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar
namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu faktor penting dalam kelancaran
produksi sehingga program K3 harus diterapkan di perusahaan dan bukan hanya sekedar
wacana.
Dalam teknik kelistrikan kitah sudah harus memperhatikan bagiman cara merawat
kesehatan keselamatan dalam bekerja dikarenakn dalam bidang kelistrikan kita
menghadapi resiko bahaya yang lebih besar dikarenakan pada bidang kelistrikan ini kita
dapat minimbulkan kematian dan juga kerusan lebih .
Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif
mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja,dll.
Dan juga resiko besar pada tubu apa bila tersengat oleh aliran listrik bertegangan
tinggi seperti gagal jatuk memiliki pendarahan dan gagal organ pada tubuh manusia , dan
bila itu terjadi keperlalatan atau bidang bangunan , itu bisa mengakibatkan mal fungsi
pada alat kerja dan djuga bisa mengakibatkan kebakaran apa bila terjadi aliran kosleting
listrik terkena pada bidang yang mudah terbakar.
19
2. Saran
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dapat diidentifikasi,
dipelajari, dan dijadikan acuan untuk pencegahan terjadinya kecelakaan. Apa bila kita
bekerja dalam bidang kelistrikan kita harus selalu memperhatikan dan lebih
memperlakuan alat yang kita gunakan dengan lebih seksama. Kita tidak boleh
memasukan aliran ristik yang berlebihan kita harus menggunakan listrik seperlunya kita.
Kerika kita menyambung aliran listrik kita tidak boleh ber tumpuk di satu termilal karena
itu bisa mengakibatka terjadinya kebakaran .
20
DAFTAR PUSTAKA
Keusuma, T.A, 2008. Perilaku tenaga Laboratorium Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) Pada UPTD Laboratorium Kesehatan Nanggroe Aceh Darussalam Kota Banda
Aceh, Banda Aceh, Poltekkes Depkes Nad.
Micić TanjaA, Lukić Tin, Đorđević Jasmina .2014. “Determination of Wind Energy Potential and
its Implementation Concept for the Electricity Market in the Vojvodina Region (North
Serbia) – An Overview”.Geographica Pannonica • Volume 18, Issue 1, 6-17 (March/
2014).
Lidia Sarah Fairyo , Anik Setyo Wahyuningsih. 2018. “Higeia Journal Of Public Health Research
And Development”. Jurnal Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
Dian Palupi Restuputri, Resti Prima Dyan Sari. 2015. “Analisis Kecelakaan Kerja Dengan
Menggunakan Metode Hazard And Operabillity Study (HAZOP)”. Jurnal Ilmiah Teknik
Industri, Vol. 14, No. 1, Juni 2015. ISSN 1412-6869.
Indriani W. Matantu, Bernhard Tewal, Jantje L. Sepang. 2016. “ANALISIS KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA (K3), EVALUASI KINERJA, DAN PEMBAGIAN KERJA
SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN (STUDI
KASUS PADA PT. PLN (PERSERO) AREA MANADO)”. Jurnal Berkala Ilmiah
Efisiensi Volume 16 No. 03 Tahun 2016.
21
STRATEGI KOMUNIKASI DIVISI SAFETY TERHADAP KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (K3) KARYAWAN DI PT.PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA
(PERSERO) SEKTOR MAHAKAM SAMARINDA
Ismara, Ketut Ima. Prianto, Eko. 2016. “Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan
(Electrical Safety)”. Solo. CV Adicandra Media Grafika.
22