LP Diare Fix
LP Diare Fix
A. Pengertian
Terdapat beberapa pendapat tentang definisi penyakit diare. Menurut
Hippocrates definisi diare yaitu sebagai suatu keadaan abnormal dari frekuensi dan
kepadatan tinja, Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, diare atau penyakit diare
adalah bila tinja mengandung air lebih banyak dari normal. Menurut Direktur Jenderal
PPM dam PLP, diare adalah penyakit dengan buang air besar lembek/ cair bahkan
dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali
atau lebih dalam sehari) (Sinthamurniwaty, 2006).
Diare adalah peningkatan dalam frekuensi buang air besar (kotoran), serta
pada kandungan air dan volume kotoran itu. Para Odha sering mengalami diare. Diare
dapat menjadi masalah berat. Diare yang ringan dapat pulih dalam beberapa hari.
Namun, diare yang berat dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan) atau
masalah gizi yang berat (Yayasan Spiritia, 2011)
B. Etiologi
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai
berikut:
b. Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsaxide, poliomyelitis),
adeno-virus, rotavirus, astrovirus.
c. Infeksi parasit: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides);
protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, tri chomonas
nominis); jamur (candida albicans).
d. Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan
makanan seperti: otitis media akut (OMA), transilitis/tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama
pada bayi dan anak berumur 2 tahun.
2. Faktor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat:
Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa)
1
Monosakarida (intoleransi glukosa, fraktosa, galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi, terhadap makanan)
4. Faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang tapi dapat terjadi pada anak
yang lebih besar.
5. Faktor imunodefisiensi
6. Faktor obat-obatan, antibiotik
7. Faktor penyakit usus, colitis ulcerative, croho disease, enterocilitis.
2
Oliguria
Anuria
Rasa haus
D. Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut/kronis akan terjadi:
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output lebih banyak daripada input)
merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asambase (asidosis-metabolik) Asidosis metabolik
terjadi karena:
a. Kehilangan natrium bikarbonat bersama tinja
b. Adanya ketosil kelaparan Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga
benda keton tertimbun di dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
d. Pemindahan ion Na dari cairan ekstra seluler
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% pada anak-anak yang menderita diare. Pada
orang dengan gizi cukup (baik, hipoglikemia jarang terjadi, le bih sering
terjadi pada anak sebelumnya pernah menderita lalep).
4. Gangguan gizi
Ketika orang menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
terjadinya penurunan BB dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena
makanan yang sering tidak dicerna dan diabsorbsi baik karena
hiperperistaltik. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada
intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan-cairan
dan elektrolit yang berlebihan. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel
mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan
kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
5. Gangguan sirkulasi darah
6. Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah dapat terjadi
gangguan sirkulasi darah berupa kegiatan (syok) hipovolemik. Akibat perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat dan
3
mengakibatkan perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan bila tidak
segera ditolong penderita dapat meninggal.
E. Pathway
F. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis menurut Ngastiyah, 2005 adalah:
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin disertai lendir
atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena
bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering
defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai ak ibat makin banyak asam laktat
yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah
dapat timbul sebelum dan sesudah diare, dan dapat disebabkan karena lambung turut
meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Akan terjadi
dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-
4
ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit
tampak kering.
- Rasa haus
- Mata cekung
5
- Pernafasan kusmaul (cepat sekali)
G. KLASIFIKASI
Diare dibagi menjadi 2:
Diare akut
Diare kronis
1. Diare Akut
Adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada
bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
2. Diare Kronis
Adalah diare yang berlangsung paling sedikit 2 minggu:
a. Diare osmotik
Diare yang berhenti jika pemberian makanan (obat-obatan dihentikan).
Pada diare osmotik, osmolatitas tinja diare merupakan beban osmotik
utama yang tidak terabsorbsi dan atau tidak diabsorbsi.
Tinja mempunyai kadar Na+ rendah (< 50 mEq/l dan beda osmotiknya
bertambah besar (> 160 mOsm/L).
Dapat disebabkan oleh malabsorbsi makanan, kekurangan kalori protein,
bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Kelainan-kelainan yang menyebabkan diare osmotik kronis dapat
diklasifikasi dari mekanisme patofisiologinya, umur pada saat
mulainya/pola tampilannya.
b. Diare sekretorik
Diare yang menetap walaupun penderita dipuasakan.
Diare sekretorik jarang dan merupakan kelainan pada bayi.
Frekuensi BAB > 5x/24 jam, encer, volumenya banyak.
6
Tinja mempunyai kadar Na+ tinggi (> 90 mEq/L) dan perbedaan
osmotiknya < 20 mOsm/L.
Klasifikasi diare kronik berdasarkan sifat tinja, berair, berlemak, ber darah
pada bayi dan anak me nurut Arasu dkk, 1979 antara lain:
- Hipoplasi
- Cystic fibrosis
7
H. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Tinja
a. Makroskopis
Bentuk tinja dan jumlah tinja dalam sehari kurang lebih 250 mg.
b. Mikroskopis
Na dalam tinja ( normal : 56-105 mEq/l ) Chloride dalam tinja ( normal : 55-
95 mEq/l ), kalium dalam tinja ( normal : 25-26 mEq/l ), HCO3, dalam tinja (
normal : 14-31 mEq/l ).
2. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan label klining test bisa
diduga terjadi intoleransi gula.
a. PH normal kurang dari 6
b. Gula tinja, normalnya tidak terjadi gula dalam tinja.
3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, lebih cepat
dilakukan dengan pemeriksaan analisa gas darah. Dalam pemeriksaan gas darah
nilai jika terjadi alkaliosis metabolic/asidosis respiratorikmaka nilai CO2 lebih
tinggi dari nilai O2, sedangkan jiaka terjadi asidosis metabolik alkalosis
respiratori maka nilai CO2 lebih rendah dari O2.
4. Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk mengetahui fool ginjal
a. Urin normal 20-40 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya
dehidrasi
b. Kreatinin normal 0,5-1,5 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya
penurunan fungsi ginjal.
5. Pemeriksaan darah lengkap
Darah lengkap meliputi elektroda serum, kreatinin, menunjukan adanya dehidrasi.
Nilai normal hemoglobin adalah 13-16 g/dl, hematokrit 40-48 vol%. Hemoglobin
dan hematokrit biasanya mengalami penurunan diare akut.
6. Duodeual Intubation
Gunanya untuk mengetahui kuman secara kuantitatif terutama pada diare kronik.
Penyebab yang ditemukan tidak ada yang berupa mikroba tunggal baik itu
Shigela, Crypto Sporodium dan E. Colienteroagregatif.
Hasil pemeriksaan duodeual intubation berupa +++ ( positif 3 ) menunjukan
adanya 3 kuman bakteri yang menjadi penyebab diare.
8
I. PENULARAN
Penyakit diare dapat ditularkan melalui:
1. Menggunakan sumber air yang tercemar
2. BAB sembarang tempat
3. Pencemaran makanan oleh serangga (lalat, kecoa) atau oleh tangan kotor
4. Fecal oral melalui makanan dan minuman yang tercemar
5. Melalui makanan yang terkontaminasi oleh penyaji makanan yang mengidap
viral gastroenteritis bahkan diperkuat bila orang tersebut tidak mencuci tangannya
secara teratur setelah menggunakan kamar mandi.
6. Mengkonsumsi ikan mentah/tidak dimasak yang diambil dari air yang
terkontaminasi.
7. Kontak langsung dengan orang yang terinfeksi virus, misalnya dengan makan,
minum bersama/menggunakan peralatan makan yang sama dengan orang yang
terinfeksi virus diare.
J. PENCEGAHAN
1. Mencuci tangan sebelum makan untuk mengurangi infeksi
2. Mendesinfeksi permukaan peralatan rumah tangga.
3. Mencuci pakaian kotor dengan segera sampai bersih
4. Hindari makanan dan air yang terkontaminasi.
K. KOMPLIKASI
Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik). Dehidrasi (
ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik ). Terjadi karena kehilangan
cairan dan elektrolit yang banyak dalam waktu yang singkat.
1. Berdasarkan kehilangan cairan dan elektrolit atau tonisitas dalam tubuh
a. Dehidrasi tonik
Tidak ada perubahan konsistensi elektrolit darah, tonus dan osmolality cairan
ekstra sel yang sisa sama dengan vontanela normal, frekuensi jantung normal
kadar natrium dalam serumant 130-150 mEq/l
b. Dehidrasi hipotonikTonus dan tugor mau buruk selaput lender tidak kering(
lembab). Pemeriksaan laboratorium kadar ion natrium dalam serum, 131 mEq/l.
c. Dehidrasi hipertonik
9
Caiaran yang keluar lebih banyak mengandung air dari pada garam, terjadi karena
cairan peroral sangat kurang excessive evaporative losses misalnya, panas tinggi,
hiperventilasi, misalnya bronkopenemonia, pemeriksaan laboratorium kadar ion
natrium dalam serum > 150 mEq/l
2. Berdeasarkan derajatnya
a. Dehidrasi ringan
Berat badan< 5 %, haus meningkat, membran mukosa sedikit kering, tekanan jadi
normal, hanya ada ekstremitas perfusi, mata sedikit cekung, fontanela normal,
tugor masih baik, status mental normal.
b. Dehidrasi sedang
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah, haus meningkat, tugor turun,
frekuensi janting meningkat, membran mukosa kering, merah, kadang sianosis,
mata cekung, tekanan nadi mengecil, dan frekuesi keluar urin mengurang,
kembalinya kapiler lambat,setatus mental normal sampai lesu.
c. Dehidrasi berat
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah sampai apatis,bibir kering,
merah, kadang sianosis, tugor kulit jelek, mata dan fontanela cekung, tekanan nadi
mengecil, dan frekuesi keluar urin tidak ada, nafas frekuesi tachikardi, ekstremitas
dingin, haus meningkat
3. Hipernatremia
Sering terjadi pada bayi baru lahir sampai usia 1 tahun ( khususnya bayi berumur <6
bulan ). Biasanya terjadi pada diare yang disertai mutah dengan intake cairan atau
makanan kurang / cairan yang diminum terlalu banyak mengandung Na, pada bayi
juga dapat terjadi jika setelah diare sembuh diberi oralit dalam jumlah berlebihan.
4. Hiponatremia
Terjadi pada penderita diare yang minum sedikit cairan / tidak mengandung Na.
Penderita gizi buruk mempunyai kecenderungan mengalami hiponatremia.
5. Demam
Demam sering terjdi pada infeksi Shigella disertai dan rota virus. Pada demam
umumnya akan timbul jika penyebab diare mengadakan infasi kedalam epitel usus.
Demam juga dapat juga terjadi karena dehidrasi. Demam yang terjadi akibat dehidrasi
umumnya tidak tinggidan akan turun setelah mengalami hidrasi yang cukup. Demam
yang tinggi mungkin diikuti kejang demam.
10
6. Asidosis Metabolic
Ditandai dengan bertambahnya asam/hilangnya basa cairan ekstra seluler. Sebagai
kompensasi terjadi asidosis respirasi , yang diatandai dengan pernafasan cepat dan
dalam.
7. Hipokalemia ( sereum K,3,0 mMol/L)
Penggantian K sealama dehidrasi yang tidak cukup, maka akan terjadi kekurangan K
yang ditandai dengan kelemahan pada tungkai, ileus, kerusakan ginjal, dan aritmia
jantung
8. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktase
9. Ileus paratukus
Komplikasi yang sering dan fatal terutama pada anak kecil sebagai akibat penggunaan
obat anti motilitas.
10. Intoleransi laktosa
Pada penderita intoleransi laktosa, pemberian susu formula pada penderita diare dapat
menimbulkan volume tinja bertambah, BB tidak bertambah, tanda dan gejala
dehidarasi memburuk dan tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak.
11. Kejang, terjadi karena :
b. Kejang demam
d. Penyakit pada SSP yang tidak ada hubunganya dengan diare seperti meningitis,
ensefalitis/epilepsi.
12. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)
13. Cardiac dysrhythmias akibat hipokalsemi dan hipokalsemi.
14. Mutah
Dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus karena infeksi ileus yang menyebabkan
gangguan fungsi usus yang ber hubungan dengan infeksi sistemik. Mutah dapat
disebabkan karena pemberian cairan oral terlalu cepat.
11
L. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis Dasar pengobatan diare adalah:
1. Pemberian cairan
a. Belum ada dehidrasi Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1
gelas tiap defekasi
b. Dehidrasi ringan
1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB per oral (intragastrik)
selanjutnya: 125 ml/kgBB per oral (intragastrik)
c. Dehidrasi sedang
1 jam pertama: 50-100 ml/kgBB per oral/intragastrik (sonde)
selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari ad libitum.
d. Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3 – 10 kg.
1 jam pertama
12 ml/kgBB/jam = 3 tetes /kgBB/menit (set infus berukuran 1 ml = 15
tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit (1 set infus 1 ml = 20 tetes).
7 jam berikut:
12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (1 set infus = 15 tetes) atau 4
tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
16 jam berikut:
125 ml/kgBB per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum,
teruskan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes)
atau 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10-15 kg.
1 jam pertama:
30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 10
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
7 jam berikutnya:
10 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/
kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
16 jam berikutnya:
12
125 ml/kgBB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum
dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15
tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan BB 15-25 kg
1 jam pertama
20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 7
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
7 jam berikut:
10 ml/kgBB/jam atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
16 jam:
105 ml/kg BB oralit peroral atau bila anak tidak mau minum dapat
diberikan DG aa intravena 1 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 1 ½
tetes/kgBB/menit (set 1 ml = 20 tetes)
Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan kurang dari 2 kg .
Kebutuhan cairan:
25 ml/kgBB/24 jam
Jenis cairan:
Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)
Kecepatan:
13
Sama dengan pada bayi baru lahir.
Cairan untuk pasien MEP sedang dan berat dengan diare dehidrasi berat.
Misalnya untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg.
Jenis cairan: DG aa
Jumlah cairan: 250 ml/kgBB/24 jam (tabel 3.3).
Kecepatan:
4 jam pertama:
60 ml/kgBB/jam atau 15 ml/kgBB/jam atau = 4 tetes/kgBB/menit (1 ml =
15 menit) atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml =
20 jam berikutnya:
150 ml/kgBB/20 jam atau 2 tetes/kgBB/menit (1 tetes).
20 jam berikutnya:
190 ml/kgBB/20 jam atau 10 ml/kgBB/jam atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1
ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes)
2. Obat-obatan
b. Obat spasmolitik
Pasien dehidrasi ringan dan sedang diberi cairan per oral yaitu NaCl
dan NaHCO3, KCl dan glukosa.
Pasien diare akut dan koleri umur 6 bulan diberi Natrium 90 mEq/L.
Pasien umur 6 bulan de ngan dehidrasi ringan/sedang diberi Natrium
50-60 mEq/L.
Pemberian formula tidak lengkap (mengandung garam dan gula),
lengkap (oralit).
Cairan parenteral
Pemberian RL sesuai dengan berat/ringannya penyakit dan juga sesuai
umur dan BBnya.
14
M. Diagnosa Keperawatan
N. INTERVENSI
1.
15
- Radiasi dan ulcerasi - Mengetahui
apakah ada
- Pemberian makan - timbang BB
penurunan BB
melalui selang
- monitor
- Mengethui
- Efek samping obat peningkatan
fungsi peristaltik
peristaltik usus
- Kontaminasi usus.
- kelola pemberian
- Taravelling - Menjaga
intake nutrisi dan
keseimbangan
- Inflamasi cairan
cairan.
- Malabsorbsi - berikan medikasi
- Mencegah
sesuai program
- Proses infeksi komplikasi dan
Monitor elektrolit menyembuhkan.
- Iritasi
- monitor nilai - Mengetahui
- Parasit elektrolit nilai elektrolit.
- monitor - Mengethui
kehilangan cairan jumlah kehilangan
dan elektrolit cairan.
16
sodium normal hidrasi ( kelembaban keadaan umum
membran mukosa, pasien.
Batasan Karakteristik : ≈ Tekanan darah, nadi,
nadi adekuat,
suhu tubuh dalam batas - Mencegah
- Kelemahan tekanan darah
normal dehidrasi pasien
ortostatik ), jika
- Haus diperlukan
≈ Tidak ada tanda tanda
- Penurunan turgor dehidrasi, Elastisitas turgor
· Monitor vital - Memberikan
kulit/lidah kulit baik, membran mukosa
sign suplay cairan
lembab, tidak ada rasa haus
- Membran tubuh.
yang berlebihan · Kolaborasikan
mukosa/kulit kering pemberian cairan - Mengetahui
- Peningkatan denyut intravena IV secara dini
nadi, penurunan gangguan
· Monitor status
tekanan darah, elektrolit.
nutrisi
penurunan
- Menjaga
volume/tekanan nadi · Dorong
keseimbangan
masukan oral
- Pengisian vena cairan tubuh
menurun · Berikan
penggantian
- Perubahan status nesogatrik sesuai -
mental output Mengoptimalkan
- Konsentrasi urine masukan oral
· Dorong
meningkat keluarga untuk - Mengurangi
- Temperatur tubuh membantu pasien kejenuhan pada
meningkat makan pasien
- Hematokrit · Tawarkan
meninggi snack ( jus buah,
buah segar ) - Menjaga
- Kehilangan berat keseimbangan
badan seketika (kecuali · Atur cairan,
pada third spacing) kemungkinan
tranfusi
Faktor-faktor yang
Hypovolemia - Menghitung
berhubungan:
Management masukan dan
- Kehilangan volume haluaran.
cairan secara aktif ¨ Monitor status
cairan termasuk
- Kegagalan intake dan ourput - Mengevaluai
mekanisme pengaturan cairan hemokonsentrasi
¨ Monitor tingkat darah pasien.
Hb dan hematokrit - Mengathui
¨ Monitor tanda keadaan umum
vital pasien.
¨ Monitor - Mengevaluasi
responpasien pengethuan pasien
17
terhadap - Mengevaluasi
penambahan cairan kenaikan berat
badan
¨ Monitor berat
badan - Mensuplay
masukan oral.,
¨ Dorong pasien
untuk menambah - Untuk
intake oral mengetahui dan
menjaga over
hidrasi.
18
metabolic
v perubahan sirkulasi
v perubahn turgor kulit
v perubahan status
nutrisi
v psikogenik
19
- Perasaan
ketidakmampuan untuk
mengunyah makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB
dengan makanan cukup
- Keengganan untuk
makan
- Kram pada
abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal
dengan atau tanpa
patologi
- Kurang berminat
terhadap makanan
- Pembuluh darah
kapiler mulai rapuh
- Diare dan atau
steatorrhea
- Kehilangan rambut
yang cukup banyak
(rontok)
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi zat-
zat gizi berhubungan
dengan faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.
20
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius.
Suntosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. 2005-2006. Definisi dan Klasifikasi.
Yogyakarta: Prima Medika.
Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Fajar
21