Anda di halaman 1dari 6

5 PARADIGMA ADMINISTRASI NEGARA (HENRY FAYOL)

0
PARADIGMA I : DIKOTOMI POLITIK-
ADMINISTRASI (1900-1926)
Frank J Goodnow dan Leonard D White
dalam bukunya Politics and
Administration menyatakan dua
fungsi pokok dari pemerintah yang
berbeda:
1. Fungsi politik yang melahirkan kebijaksanaan atau keinginan negara,

2. Fungsi Administrasi yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan negara.

Penekanan pada Paradigma ini terletak pada Locusnya, menurut Goodnow Locusnya berpusat pada (government Bureucracy)

birokrasi Pemerintahan. Sedangkan Focusnya yaitu metode atau kajian apa yang akan dibahas dalam Administrasi Publik

kurang dibahas secara jelas (masalah pemerintahan, politik dan kebijakan).

Administrasi negara memperoleh legitimasi akademiknya lewat lahirnya Introduction To the study of Public Administration

oleh Leonard D White yang menyatakan dengan tegas bahwa politik seharusnya tidak ikut mencampuri administrasi, dan

administrasi negara harus bersifat studi ilimiah yang bersifat bebas nilai. Paradigma ini muncul karena adanya ketidakpuasan

terhadap trikotomi ala trias politika, dan kemudian menggantinya dengan dua fungsi yaitu politik dan administrasi. Politik

sebagai penetapan kebijaksanaan, sedangkan administrasi sebagai pelaksanaan kebijakan.

Periode Paradigma I ini dipelopori oleh Frank J. Goognow dan Leonard D. White. Menurut Goodnow, Politik harus

berhubungan dengan kebijaksanaan atau berbagai masalah yang berhubungan dengan tujuan negara, sedangkan adminitrasi

harus berkaitan dengan pelaksanaan kebijaksanaan tersebut. Jadi yang menjadi dasar pembeda antara politik dan adminitrasi

adalah pemisahan kekuasaan. Lembaga legislatif yang kemampuan interpretasinya dibantu oleh lembaga Yudikatif dalam
mengekspresikan tujuan negara dan membuat kebijaksanaan, sedangkan lembaga eksekutif melaksanakan kebijaksanaan itu

secara apolitis dan tidak memihak.

Menurut Goodnow, administrasi negara seharusnya memfokuskan diri pada birokrasi pemerintahan sedangkan lembaga

legislatif dan yudikatif jelas mempunyai kuanta administrasi, fungsi dan tanggungjawab utamanya menetapkan pelaksanaan

tujuan negara.

Dari buku yang diterbitkan oleh Leonard D. White mencerminkan kepercayaan masyarakat yang menjadi ciri dan karakter

pokok pada bidang administrasi negara, yaitu Politik tidak tercampur dengan Administrasi, manajemen dapat menjadi bidang

studi tersendiri, administrasi negara dapat menjadi ilmu yang bebas nilai. Periode ini memiliki misi administrasi yaitu

ekonomi dan efisiensi.

Hasil paradigma I memperkuat pemikiran dikotomi politik/administrasi yang berbeda, dengan menghubungkannya dengan

dikotomi nilai/fakta yang berhubungan. Sehingga segala sesuatu yang diteliti dengan cermat oleh para ahli administrasi negara

dalam lembaga eksekutif akan memberi warna dan legitimasi keilmiahan dan kefaktualan administrasi negara, sedangkan

studi pembuatan kebijakan publik menjadi kajian para ahli ilmu politik.

PARADIGMA II: PRINSIP-PRINSIP


ADMINISTRASI NEGARA (1927-1937)
Di awali dengan terbitnya Principles of Public Adminisration karya W F Willoughby. Pada fase ini Administrasi diwarnai oleh

berbagai macam kontribusi dari bidang-bidang lain seperti industri dan manajemen, berbagai bidang inilah yang membawa

dampak yang besar pada timbulnya prinsip-prinsip administrasi. Prinsip-prinsip tersebut menjadi Focus kajian Administrasi

Publik, sedangkan Locus dari paradigma ini kurang ditekankan karena esensi prinsip-prinsip tersebut, dimana dalam kenyataan

bahwa bahwa prinsip itu bisa terjadi pada semua tatanan, lingkungan, misi atau kerangka institusi, ataupun kebudayaan, dengan

demikian administrasi bisa hidup dimanapun asalkan Prinsip-prinsip tersebut dipatuhi.

Pada paradigma kedua ini pengaruh manajemen Kalsik sangat besar. Tokoh-tokohnya adalah :

1. F.W Taylor yang menuangkan 4 prinsip dasar yaitu; perlu mengembangkan ilmu manajemen sejati untuk memperoleh

kinerka terbaik; perlu dilakukukan proses seleksi pegawai ilmiah agar mereka bisa tanggung jawan dengan kerjanya; perlu
ada pendidikan dan pengembangan pada pegawai secara ilmiah; perlu kerjasama yang intim antara pegawai dan atasan

(prinsip management ilmiah Taylor)

2. Kemudian disempurnakan oleh Fayol (POCCC) dan Gullick dan Urwick (Posdcorb)

Pelopor dari paradigma kedua ini adalah W.F. Willoghby yang menerbitkan buku berjudul “Principles of Public

Administration”. Pada periode inilah administrasi mencapai puncak kejayaannya dimana para ahli administrasi negara

diterima baik oleh kalangan industri maupun kalangan pemerintah selama tahun 1930-an dan awal tahun 1940-an yang

disebabkan oleh kemampuan manajerialnya. Fokus dari bidang ini adalah keahlian dalam bentuk prinsip-prinsip administrasi

semakin luas. Meskipun demikian lokus administrasi negara berlaku dimana saja, karena prinsip tetap prinsip dan

administrasi tetap administrasi.

Prinsip-prinsip administrasi memang ada dan tetap berlaku, yaitu dengan batasan , prinsip-prinsip bekerja dalam suasana

administrasi manapun, tanpa memandang budaya, fungsi lingkungan, misi ataupun kerangka institusional serta tanpa

pengecualian.

Luther H. Gullick dan Lyndall Urwick mengajukan tujuh prinsip administrasi dalam anagram singkat yaitu POSDCORD yang

memiliki kepanjangan dari Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, Budgeting.

Periode Tahun 1938 – 1947

Pada tahun 1938 untuk pertama kalinya aliran utama administrasi negara mendapat tantangan konseptual yang dimulai dengan

terbtinya buku karangan Chester I. Barnard dan kemudian mempengaruhi Herbert A.Simon yang menulis kritiknya yang

mengena terhadap ilmu administrasi negara.

Pada tahun 1940-an, ketidasepakatan terhadap administrasi negara ini dipacu dari arah yang saling menguatkan. Salah satu

keberatan adalah politik dan administrasi tidak akan pernah dapat dipisahkan sedikitpun. Sementara yang lain berpendapat

bahwa prinsip-prinsip administrasi secara logis tidak konsisten. Dalam buku yang ditulis oleh Fritz Morstein pada tahun 1946,

mempertanyakan asumsi yang mempertentangkan politik dan administrasi. Dalam bukunya terdapat 14 artikel yang

menunjukkan adanya kesadaran baru bahwa apa yang sering nampak sebagai administrasi yang bebas nilai, sebenarnya adalah

nilai yang ada dalam politik.

PARADIGMA III ADMINISTRASI NEGARA SEBAGAI ILMU POLITIK (1950-1970)


Menurut HERBERT SIMON (The Poverb Administration) à Prinsip Managemen ilmiah POSDCORB tidak menjelaskan

makna “ Public” dari “public Administration “ menurut Simon bahwa POSDCORB tidak menjelaskan apa yang seharusnya

dilakukan oleh administrator publik terutama dalam decision making. Kritik Simon ini kemudian menghidupkan kembali

perdebatan Dikotomi administrasi dan Politik

Kemudian muncullah pendapat Morstein-Mark ( element Of Public Administration yang kemudian kembali mempertanyakan

pemisahan politik san ekonomi sebagai suatu hal yang tidak realistik dan tidak mungkin

Kesimpulannya Secara singkat dapat dipahami bahwa fase Paradigma ini menerapkan suatu usaha untuk menetapkan kembali

hubungan konseptual antara administrasi saat itu, karena hal itulah administrasi pulang kembali menemui induk ilmunya yaitu

Ilmu Politik, akibatnya terjadilah perubahan dan pembaruan Locusnya yakni birokrasi pemerintahan akan tetapi konsekuensi

dari usaha ini adalah keharusan untuk merumuskan bidang ini dalam hubungannya dengan focus keahliannya yang esensial.

Terdapat perkembangan baru yang dicatat pada fase ini yaitu timbulnya studi perbandingan dan pembangunan administrasi

sebagi bagian dari Administrasi negara.

Dengan adanya berbagai kritik konseptual, maka administrasi negara melompat ke belakang dengan merta ke dalam induk

disiplin ilmu politik. Sebagai hasilnya adalah dengan diperbaharuinya kembali penentuan locus birokrasi pemerintah tetapi

kehilangan focusnya. Pada tahun 1962 administrasi negara tidak lagi termasuk dalam sub bidang ilmu politik di dalam laporan

Komite Ilmu Politik sebaga disiplin Asosiasi Ilmu Politik Amerika.

Pada tahun 1967 administrasi negara tidak muncul dalam pertemuan tahunan Asosiasi Ilmu Politik Amerika, pada tahun 1968

waldo menulis “banyak ilmuwan politik yang tidak memihak administrasi negara tidak tertarik, dan bahkan bermusuhan

dengan ilmu politik mereka akan segera membebaskan diri dari masalah ini” dan menambahkan bahwa administrasi negara

“tidak menyenangkan dan warga negara kelas dua”.

Setidaknya terdapat dua perkembangan yang terjadi selama periode ini yang cukup mencerminkan adanya perbedaan dalam

masalah cara mengurangi ketegangan antara ilmuwan administrasi dan ilmuwan politik yaitu peningkatan penggunaan studi

kasus sebagai instrumen epistemologi, dan perbandingan dan pembangunan administrasi yang mana mengalami pasang surut

sebagai sub bidang administrasi negara.


PARADIGMA IV: ADMINISTRASI NEGARA SEBAGAI ADMINISTRASI (1956-1970)
Istilah Administrative Science digunakan dalam paradigma IV ini untuk menunjukkan isi dan focus pembicaraan, sebagai

suatu paradigma pada fase ini Ilmu Administrasi hanya menekankan pada focus tetapi tidak pada locusnya. Ia menawarkan

teknik-teknik yang memerlukan keahlian dan spesialisasi, pengembangan paradigma ke-4 ini bukannya tanpa hambatan,

banyak persoalan yang harus dijawab seperti misal adalah apakah jika fokus tunggal telah dipilih oleh administrasi negara

yakni ilmu administrasi, apakah ia berhak bicara tentang public (negara) dalam administrasi tersebut dan banyak persoalan

lainnya.

Oleh karena status keanggotaannya kelas dua dalam departemen politik, maka beberapa ahli administrasi negara mulai

mencari alternatif. Istilah ilmu administrasi disini digunakan sebagai penangkap semua frasa bagi kajian di dalam teori

organisasi dan ilmu manajemen. Teori organisasi terutama menggambarkan berbagai pekerjaan para ahli psikologi sosial,

administrasi niaga, sosiologi, serta hli administrasi negara untuk lebih memahami perilaku organisasi.sedangkan

ilmu manajemen terutama menekankan pada penggambaran pekerjaan para ahli riset statistik, analisa sistem, ilmu komputer,

ekonomi, serta ahli administrasi negara untuk mengukur efektifitas program supaya lebih cermat dan meningkatkan efisiensi

manajemen.

Pada tahun 1956 terbit sebuah jurnal penting oleh seorang ahli administrasi negara atas premis adanya pemisahan yang salah

antara administrasi negara, niaga dan kelembagaan. Pada pertengahan tahun 1960-an, Keith M. Henderson menyatakan

sanggahannya bahwa teori organisasi telah atau seharusnya menjadi pusat pembahasan administrasi negara. Pada awal tahun

1960-an pengembangan organisasi makin banyak mendapat perhatian sebagai bidang khusus ilmu administrasi. Sebagai suatu

focus, pengembangan organisasi menawarkan alternatif ilmu politik yang menarik bagi banyak ahli administrasi negara.

Pengembangan organsiasi sebagai sebuah bidang ilmu, berakar pada psikologi sosial dan nilai domokratisasi birokrasi baik

negara maupun swasta dan swa-aktualisasi para anggota perorangan dari organisasi. Oleh karena nilai-nilai inilah,

pengembangan organisasi dipandang generasi muda ahli administrasi negara sebagai tawaran bidang riset yang sangat cocok

dalam kerangka ilmu administrasi.

PARADIGMA V: ADMINISTRASI NEGARA SEBAGAI ADMINISTRASI NEGARA (1970)


Pemikiran Herbert Simon tentang perlunya dua aspek yang perlu dikembangkan dalam disiplain AN:

1. Ahli AN meminati pengembangan suatu ilmu Administrasi Negara yang murni


2. satu kelompok yang lebih besar meminati persoalan-persolan mengenai kebijaksanaan publik.

Lebih dari itu administrasi negara lebih fokus ranah-ranah ilmu kebijaksanaan (Policy Science) dan cara pengukuran dari hasil-

hasil kebijaksanan yang telah dibuat, aspek perhatian ini dapat dianggap sebagi mata rantai yang menghubungkan antara fokus

administrasi negara dengan locusnya. Fokusnya adalah teori-teori organisasi, public policy dan tekhnik administrasi ataupun

manajemen yang sudah maju, sedangkan locusnya ialah pada birokrasi pemerintahan dan persoalan-persoalan masyarakat

(Public Affairs).

Dalam paradigma ini terdapat sedikit kemajuan dalam menggambarkan lokus dari bidang administrasi atau dalam menentukan

apa relevansi kepentingan umum, urusan umum, dan penentuan kebijakan umum bagi para ahli administrasi negara. Bidang

ini telah menemukan faktor-faktor sosial fundamental tertentu yang khas bagi negara-negara terkebelakang sebagi lokusnya.

Para ahli administrasi negara bebas menentukan pilihannya atas segenap fenomena tersebut, namun ada ketentuan-ketentuan

yang harus mereka patuhi dalam menumbuhkan minat multidisipliner, yang menuntut sintesa kapasitas intelektual dan

mengarah pada tema-tema yang mencerminkan kehidupan perkotaan, hubungan administratif antara organisasi-organisasi

negara dan swasta, dan mempertemukan sisi teknologi dan sisi masyarakat. Para ahli administrasi negara semakin banyak

memberi perhatian pada bidang ilmu lain yang memang tak terpisahkan dari administrasi negara seperti ilmu politik, ekonomi

politik, proses pembuatan kebijakan negara serta analisanya, dan pemerkiraan keluaran kebijakan.

Iklan
LAPORKAN IKLAN INI

Anda mungkin juga menyukai