Anda di halaman 1dari 4

TUGAS ETIKA KEPERAWATAN

LAPORAN PERISTIWA PENTING


Pembakaran Limbah Medis RSUD

Dalam kasus pembakaran limbah, RSUD Bangli telah melakukan


pelanggaran etika terhadap lingkungan. Dimana mereka melakukan tindakan
yang merugikan lingkungan atau pencemaran terhadap lingkungan yang
diakibatkan oleh kepulan asap dari hasil pembakaran limbah atau sering disebut
pencemaran udara. Padahal pihak rumah sakit sendiri seharusnya mengetahui
dampak-dampak yang ditimbulkan oleh limbah medis. Limbah medis termasuk
salah satu limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Menurut UU No. 32
Tahun 2009 pada Bab I, Limbah Bahan berbahaya dan beracun adalah zat,
energy, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan hidup dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk lain. Dampak yang
ditimbulkan oleh polusi udara akibat limbah B3 dapat berakibat fatal bagi
kesehatan maupun tanaman. Pencemaran udara terhadap tingkat kesehatan
dapat mengakibatkan terganggunya saluran pernafasan ataupun iritasi terhadap
bagian tubuh, hal tersebut yang menjadi kekhawatiran atau teror bagi warga
bangli apabila kegiatan tersebut terus berlangsung tanpa adanya perbaikan dari
pihak rumah sakit, karena sampai kasus ini dilaporkan belum ada tanda-tanda
atau itikad baik dari pihak rumah sakit untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Dalam hal ini pihak rumah sakit tidak menjalankan AMDAL (Analisis
Mengnenai dampak lingkungan). Terdapat beberapa kriteria dalam analisis
dampak lingkungan ( AMDAL ) diantaranya dalam UU No. 32 Tahun 2009 :
a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan.
b. Luas wilayah penyebaran dampak.
c. Intensitas dan lamanya dampak tersebut berlangsung.
Dapat dilihat dari penjelasan AMDAL diatas, pihak rumah sakit
mengabaikan dampak-dampak yang terjadi dari pembakaran limbah rumah sakit
sehingga mengakibatkan adanya pihak yang dirugikan oleh kegiatan
pembakaran limbah yakni masyarakat sekitar. Luas penyebaran dampak dari
pembakaran juga tidak diperhitungkan dengan baik dimana pihak rumah sakit
meletakkan mesin pembakar yang jaraknya sangat dekat dengan pemukiman.
Dari pihak rumah sakit juga tidak merespon pengaduan yang dilakukan
masyarakat terhadap pencemaran pembakaran limbah. Hal itu juga ditegaskan
salah seorang warga yang juga mantan pejabat dinas PU Bangli, bernama Sang
Nyoman Yasa yang mengatakan “ Pencemaran lingkungan yang terjadi sudah
sangat parah, kami telah menjadi korban. Sementara mereka tidak peduli
dengan kami”. Hal tersebut membuat pencemaran limbah medis yang terjadi di
Bangli semakin berlarut-larut.
Apabila dilihat dari pendekatan-pendekatan yang digunakan sebagai
dasar pemikiran untuk menjalankan tanggungjawab lingkungan hidup, pihak
rumah sakit tidak melaksanakan pemikiran-pemikiran tersebut, yang
diantaranya:
 Teori hak atas lingkungan. Menurut Blackstone, setiap manusia berhak atas
lingkungan bekualitas yang memungkinkan dia untuk hidup dengan baik
(sutrisna:2010). Akibat dari limbah medis tersebut warga sekitar rumah sakit
sudah kehilangan hak-nya atas lingkungan yang sehat dan bebas dari polusi,
karena setiap kegiatan pembakaran limbah mereka harus waspada akan asap
hitam yang diakibtkan oleh pembakaran limbah. Hal ini tentu saja sangat
membuat warga sekitar merasa sangat tidak nyaman.
 Teori Deontology. Teori ini menilai tindakan baik atau buruknya berdasarkan
aturan-aturan, prosedur dan kewajiban (sutrisna:2010). Tentunya pihak rumah
sakit sudah melanggar teori ini, dimana pihak rumah sakit tidak menjalankan
kegiatannya sebagaimana mestinya sehingga mengakibatkan kerugian bagi
pihak lain
 Utilitarianisme. Pendekatan utilitarian menyatakan bahwa seseorang perlu
berusaha menghindari kerusakan lingkungan karena dia juga tidak ingin
merugikan kesejahteraan masyarakat (sutrisna:2010), tetapi justru pihak rumah
sakit memberikan dampak yang buruk bagi masyarakat dengan asap hasil dari
pembakaran sampah medis tersebut.
 Keadilan. Lingkungan yang bersih dan nyaman merupakan kelangkaan oleh
karena itu, harus dibagi secara adil agar nantinya dapat dinikmati oleh generasi
mendatang.(sutrisna:2010)
Pendekatan-pendekatan diatas dikutip dari:Dewi Sutrisna.Etika
Bisnis.2010.Udayana University Press.Denpasar
Peran pemerintah disini sangat diperlukan untuk menyelesaikan
permasalahan yang terjadi. Pemerintah tidak bisa hanya berdiam diri saja atau
pun hanya mengandalkan atas peraturan yang telah berlaku tetapi pemerintah
juga harus turun secara langsung baik sebagai pihak ketiga atau pihak yang
memfasilitasi antara masyarakat sekitar dengan pihak rumah sakit, karena
peraturan atau UU yang di buat oleh pemerintah belum tentu berjalan secara
efisien susuai dengan isi peraturan atau Undang-undang secara tertulis, dimana
terkadang terdapat perbedaan antara keadaan di lapangan yang sesungguhnya
dengan keadaan dalam peraturan yang tertulis. Tidak hanya pemerintah yang
berperan dalam penyelesaian kasus ini, kesadaran dari pihak rumah sakit juga
sangat diperlukan. Sebaiknya pihak rumah sakit memindahkan letak mesin
incinerator sehingga dapat meminimalkan dampak yang terjadi akibat
pencemaran dan pihak rumah sakit juga dapat bekerja sama dengan badan
lingkungan hidup dalam mengelola maupun mengawasi sehingga mengurangi
dampak terjadinya pencemaraan.

Anda mungkin juga menyukai