Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Esa karena atas Berkat dan

Kebaikan Nya saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul KKN (Korupsi,Kolusi dan

Nepotisme).

Karya Ilmiah ini dibuat untuk untuk diajukan sebagai salah satu persyarata untuk

memperoleh beasiswa PPA.

Saya menyadari bahwa karya ilmiah yang disusun ini masih kurang sempurna, oleh karena

itu saya mengharapkan kritik dan saran dari semuanya yang sifatnya membangun sehingga untuk

masa yang akan datang bisa lebih jelas dan lebih bagus.

Akhir kata, Semoga karya ilmiah KKN ( Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme ) ini dapat

bermanfaat bagi saya dan segenap tumpah darah Indonesia untuk memajukan negara ini menuju

Indonesia tercinta bebas KKN.

Manado, 19 Maret 2017

Penyusun

Shania Eka Nurhadi

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................................... 2
C. TUJUAN PENULISAN .................................................................................................................... 2
D. MANFAAT PENULISAN ................................................................................................................ 3
BAB II ............................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................................................. 4
A. PENGERTIAN KKN (Korupsi,Kolusi, dan Nepotisme) ............................................................... 4
B. FAKTOR YANG MENYEBABKAN BERKEMBANGNYA KKN ( KORUPSI, KOLUSI,
DAN NEPOTISME ) DI INDONESIA.................................................................................................... 5
C. DAMPAK KKN DI INDONESIA ................................................................................................... 9
D. SANKSI TINDAK PIDANA KORUPSI ....................................................................................... 14
E. PERAN DAN UPAYA PEMERINTAH DALAM PEMBERANTASA KORUPSI. ................. 18
BAB III ............................................................................................................................................................ 22
PENUTUP ....................................................................................................................................................... 22
Kesimpulan .............................................................................................................................................. 22
Saran ........................................................................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................................... 23

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Korupsi, kolusi, dan nepotisme, atau singkatan dari KKN, telah mengakar dalam
sendi- sendi kehidupan bangsa Indonesia. Seakan KKN tersebut merupakan bagian dari
adat istiadat mereka atau sudah menjadi tradisi bagi para petinggi-petinggi di negeri
tercinta kita ini. Indonesia bagaikan surga bagi para koruptor. Hal ini terlihat dengan
diletakkannya Indonesia pada perigkat kelima dari 146 negara terkorup yang diteliti oleh
transparansi internasional pada tahun 2004.

Perlu diketahui bahwa sebenarnya Indonesia termasuk negara yang cukup kaya.
Penghasilannya pun cukup melimpah. Hanya saja uang tersebut sebagian diserap oleh
keegoisan para pelaku tindak KKN. Alhasil mereka dapat memperkaya diri dengan
mengambil yang sebenarnya bukan hak mereka sedangkan rakyat menderita dengan apa
yang mereka perbuat.

Sebenarnya, kesadaran bangsa Indonesia akan dampak negatif dari KKN sudah
ada. Namun kesadaran dan kemauan untuk menghapuskannya hanya dimiliki golongan
minoritas saja sedangkan mayoritas merasa baik-baik saja dengan berlangsungnya
praktik KKN. Bahkan diantaranya ada beberapa pihak yang menginginkan
dipertahankannya budaya KKN karena dapat memberikan beberapa keuntungan dan
keistimewaan bagi mereka.

Keuntungan dan keistimewaan tersebut diantaranya adalah kemudahan


memperoleh jabatan sesuai keinginan asalkan memiliki ataupun dapat membuat koneksi
dengan orang dalam (orang yang bersangkutan) dengan kata lain menyuap seseorang
untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan (setidaknya menurut mereka KKN
menguntungkan selama tidak ketahuan).

1
Banyak cara telah diupayakan pemerintah untuk memberantas KKN di Indonesia.
Akan tetapi masih saja KKN merajalela di negeri ini. Sebab pada akhirnya semua usaha
tersebut bergantung pada moral, mental, dan tingkat kesadaran masing-masing individu
sedangkan keadaan moral, mental, dan kesadaran bangsa Indonesia berada pada tingkat
mengkhawatirkan.

Untuk mengoptimalkan usaha pemberantasan KKN, terlebih dulu harus diupayakan


usaha-usaha untuk memperbaiki moral dan mental serta mendongkrak kesadaran
masyarakat terutama generasi muda akan dampak negatif KKN juga kemauan dan
kesadaran untuk beralih dari budaya KKN.

B. RUMUSAN MASALAH

1) Apa yang dimaksud dengan KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) ?


2) Apa saja factor yang menyebabkan berkembangnya KKN (Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme) di Indonesia?
3) Apa saja dampak dari adanya KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) di Indonesia ?
4) Hukuman atau sanksi apa yang di berikan pemerintah terhadap para tindak pidana
korupsi ?
5) Bagaimanakah upaya-upaya yang mungkin dilakukan sebagai pemberantasan KKN
(Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) di Indonesia ?

C. TUJUAN PENULISAN

 Menambah wawasan dan pengetahuan tentang KKN yang terjadi di Indonesia.


 Mempelajari upaya-upaya yang mungkin diterapkan dalam pemberantasan KKN di
Indonesia.
 Membangun moral dan mental anti-KKN serta memberi kesadaran akan seberapa
merugikan KKN bagi bangsa Indonesia.
 Memberikan gambaran mengenai KKN terhadap pembaca

2
 Membantu mengupayakan pembaharuan Indonesia menuju negeri yang bersih dari
KKN.

D. MANFAAT PENULISAN

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai pengetahuan


serta wawasan mengenai (KKN) korupsi, kolusi, dan nepotisme dan solusi pemecahan
masalah dalam pemberantasan KKN yang semakin mengakar di indoesia ini.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KKN (Korupsi,Kolusi, dan Nepotisme)


Pengertian KKN itu sendiri atau Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme adalah serangkaian
tindakan yang tidak dibenarkan oleh hukum Indonesia dari suatu hal yang paling kecil
hingga yang dianggap besar.

Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja c memutarbalik, menyogok) adalah
perilaku pejabat publik, baik politikus politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak
wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya,
dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. Atau,
mengambil /menyalah gunakan kekuasaan untuk kepentingan sendiri tanpa memperhatikan
dampaknya terhadap orang banyak.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi
unsur-unsur sebagai berikut: perbuatan melawan hukum, penyalahgunaan kewenangan,
kesempatan, atau sarana, memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara.

Kolusi adalah sikap dan perbuatan tidak jujur dengan membuat kesepakatan secara
tersembunyi dalam melakukan kesepakatan perjanjian yang diwarnai dengan pemberian
uang atau fasilitas tertentu sebagai pelicin agar segala urusannya menjadi lancar.
Di Indonesia, kolusi sering terjadi dalam proyek pengadaan barang dan jasa tertentu
(umumnya dilakukan pemerintah). Ciri-ciri kolusi jenis ini adalah:
a. Pemberian uang pelicin dari perusahaan tertentu kepada oknum pejabat atau pegawai
pemerintahan agar perusahaan dapat memenangkan tender pengadaan barang dan jasa
tertentu.

4
b. Penggunaan broker (perantara) dalam pengadaan barang dan jasa tertentu. Padahal,
seharusnya dapat dilaksanakan melalui mekanisme G 2 G (pemerintah ke pemerintah)
atau G 2 P (pemerintah ke produsen), atau dengan kata lain secara langsung.

Nepotisme berarti lebih memilih saudara atau teman akrab berdasarkan


hubungannya bukan berdasarkan kemampuannya (subjektif). Atau, sikap yang lebih
memilih sanak saudara dalam pemilihan kekuasaan.
Kata nepotisme berasal dari kata Latin nepos, yang berarti “keponakan” atau “cucu”.
Tuduhan adanya nepotisme bersama dengan korupsi dan kolusi (ketiganya disingkat
menjadi KKN) dalam pemerintahan Orde Baru, dijadikan sebagai salah satu pemicu
gerakan reformasi yang mengakhiri kekuasaan presiden Soeharto pada tahun1998.

B. FAKTOR YANG MENYEBABKAN BERKEMBANGNYA KKN (


KORUPSI, KOLUSI, DAN NEPOTISME ) DI INDONESIA

Secara rinci beberapa faktor yang menyebabkan berkembangnya KKN di Indonesia


yaitu:

1. KKN sudah terjadi sejak jaman dahulu (sejak awal mula berdirinya bangsa Indonesia
tahun 1945an) dan sepertinya sudah menjadi tradisi di negara Indonesia ini. Memang
pada masa itu tak terdengar ada orang yang terseret ke pengadilan karena kasus korupsi.
Namun, dalam roman-roman Pramoedya Ananta Toer (Di Tepi Kali Bekasi) dan
Mochtar Lubis (Maut dan Cinta) tertulis sesuai dengan fenomena yang ia ketahui di
lingkungan sekitar terdapat orang-orang yang mengambil keuntungan dari kekayaan
negara untuk dirinya sendiri ketika yang lain berjuang mempertaruhkan jiwa dan raga
untuk merebut kemerdekaan bangsa Indonesia. Setelah tahun 1950an Pramoedya
Ananta Toer kembali menulis roman yang berjudul “Korupsi” yang mengisahkan
pegawai negeri yang melakukan korupsi secara kecil-kecilan. Kemudian di sebutkan

5
Mr. M… seorang pegawai negeri yang diseret ke pengadilan dan dijatuhi hukuman
karena kasus korupsi.

2. KKN berjalan sebagai suatu sistem yang dikerjakan secara berjama’ah dan sangat rapi.
Sejak jaman pemerintahan Soeharto, korupsi kian marak dilakukan secara berjama’ah,
saling mendukung dan saling menutupi satu sama lain dalam suatu sitem yang rapi dan
saling bekerjasama, sehingga kasus korupsi sulit sekali terbongkar dan diselidiki.
Akibatnya dalam menangani kasus ini sangat rumit dan susah terungkap, hal tersebut
dikarenakan para pelaku korupsi merupakan orang-orang yang memiliki intelegensi
tinggi (orang-orang pintar) yang bisa memutar balikkan fakta serta menutup rapat
tindakan yang mereka lakukan.

3. Konsentrasi kekuasan, pada pengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab


langsung kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim yang bukan
demokratik dan juga kurangnya transparansi dalam pengambilan keputusan pemerintah
yang biasanya dengan kebijakan tersebut memungkikan para penguasa mudah dalam
melakukan tndakan korupsi dan menutupi kesalahannya.

4. Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar dari


pendanaan politik yang normal. Kampanye yang begitu mahal dalam mencalonkan diri
menjadi kepala-kepala pemerintahan baik pada tingkat pusat maupun daerah merupakan
salah satu faktor penyebab maraknya kasus korupsi di Indonesia. Hal ini terjadi karena
mereka ingin mengembalikan modal dari uang yang telah mereka kaluarkan untuk
mencalonkan diri dan mengikuti kampanya. Selain mengembalikan modal tentunya
mereka juga berharap mendapatkan keuntungan yang lebih dari modal yang telah
mereka keluarkan.

6
5. Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar. Sekarang ini banyak sekali
proyek-proyek pembangunan baik infrastuktur maupun sumber daya manusia yang
menggunakan uang rakyat tidak sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diketahui
misalnya dalam hal pembangunan SDM pada acara seminar/workshop-workshop yang
mengeluarkan biaya tidak sedikit. Mereka biasanya melakukan workshop di hotel
berbintang, ditempat yang relatif jauh dan dengan alasan refreshing sehingga menguras
dana rakyat sangat besar, padahal kebanyakan mereka disana tidak fokus untuk
mengikuti workshop dalam rangka meningkatkan pengetahuan mereka, melainkan
mereka banyak menghabiskan banyak waktu untuk berjalan-jalan, shoping, dan
sebagainya. Kemudian pembangunan infrastruktur yang tidak semestinya seperti
pembangunan toilet DPR yang menghabiskan uang puluhan juta rupiah.

6. Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan “teman lama”.
Lingkungan yang tertutup sangat memungkinkan terjadinya kasus korupsi karena
mereka akan dapat dengan mudah melakukan tindakan korupsi secara berjama’ah dalam
lingkungannya sehingga orang lain yang berada diluar jaringan sulit untuk mengontrol
dan mengetahui tindakan-tindakan yang mereka lakukan termasuk tindakan korupsi.

7. Lemahnya ketertiban hukum. Ketertiban hukun di Indonesia ini dapat diibaratkan


seperti pisau. Ia akan sangat tegas menghukum masyarakat bawah ketika melakukan
tindakan kejahatan seperti mencuri sandal jepit, mencuri ayam, dsb. Namun untuk kelas
atas yang mencuri uang rakyat sampai puluhan bahkan ratusan juta rupiah hukum sulit
sekali ditindak, sepertinya kasusnya sangat berbelt-belit dan sulit sekali diungkap.
Selain itu banyak kasus pejabat-pejabat negara yang terlibat kasus korupsi mendapat
perlakuan khusus ketika di dalam penjara, seperti pemberian fasilitas yang mewah,
dapat menyogok aparat penegak hukum agar bisa jalan-jalan keluar tahanan bahkan
sampai keluar negeri.

7
8. Lemahnya profesi hukum. Prosesi hukum yang sangat berbelit belit dan sulit sekali
untuk mengungkap kasus korupsi merupakan salah satu penyebab para aparat negara
untuk melakukan korupsi. Mereka tidak takut terlibat kasus korupsi karena mereka
beranggapan bahwa kasus yang akan mereka lakukan bakal sulit terungkap atau bahkan
tidak terungkap. Selain itu aparat penegak hukum dalam melakukan tugasnya masih
dapat disogok dengan sejumlah uang agar menutupi kasusnya dan membenarkan pihak
terdakwa kasus korupsi.

9. Rakyat mudah dibohongi oleh para pejabat, seperti halnya pada saat pencalonan seorang
pejabat, baik itu presiden, DPR, bupati, dll. Mereka akan mau memilih calon tersebut
apabila mereka diberi imbalan uang (money politic).

10. Ketidak adaannya kontrol yang cukup untuk mencegah penyuapan atau “sumbangan
kampanye”. Pihak kontrol di Indonesia ini sangatlah lemah, bahkan pihak kontrol
sendiri banyak yang terlibat kasus suap sehinga mereka dapat dengan mudah
membiarkan kasus-kasus kampanye dengan uang. Dan bisa dibilang mereka membiarkn
kasus suap karena mereka sendiri telah disuap.

11. Kurangnya keimanan dan ketakwaan para pemimpin dan birokrat negara kepada Tuhan
YME. Lemahnya tingkat keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME merupakan
salah satu faktor utama maraknya kasus korupsi di negeri ini. Mereka tidak takut
terhadap dosa dari perilaku yang telah mereka lakukan, jika mereka takut terhadap dosa
dan ancaman yang diberikan akibat perbuatan mereka pasti para pemimpin dan borokrat
negara ini tidak akan melakukan perbuatan korupsi walaupun tidak ada pengawasan.
Sebab mereka dengan sendirinya akan merasa diawasi oleh Tuhan YHE dan takut
terhdap ancaman dosa yang dapat menyeret mereka dalam lembah kesengsaraan yaitu
neraka.

8
C. DAMPAK KKN DI INDONESIA

DAMPAK KORUPSI

Apapun alasannya, korupsi merupakan tindakan yang tidak bisa dibenarkan dilihat
dari aspek manapun. Banyak kepentingan publik yang terbengkalai, juga kerugian negara
yang sangat besar akibat dari korupsi itu sendiri. Selain itu, korupsi juga memberikan
dampak negatif di berbagai bidang yang meliputi :

Bidang Demokrasi

Dampak akibat korupsi bagi negara yang utama adalah di bidang demokrasi. Bagi
Anda yang pernah menjadi Dewan Pemilih Tetap (DPT) saat pesta demokrasi (pemilu)
berlangsung pasti pernah mengetahui yang disebut “serangan fajar”. Sejumlah calon
tetentu memberikan imbalan uang bagi siapa saja yang memilihnya saat pemilu,
sehingga ia terpilih menduduki jabatan tertentu. Pemberian imbalan uang tersebut
sifatnya adalah sogokan. Beberapa memang tidak memberikan uang untuk melancarkan
jalannya menduduki suatu jabatan, namun ia memberikan barang tertentu kepada
masyarakat. Apapun bentuk sogokan yang diberikan tersebut adalah salah satu bentuk
korupsi. Sayangnya, masyarakat Indonesia kebanyakan tidak cukup cerdas untuk
memikirkan dampak jangka panjang jika mereka menerima sogokan tersebut.

Saya contohkan sebuah kasus ringan yang sangat sering terjadi saat pemilu. Ada 2
orang dari daerah yang sama yang mencalonkan diri mejadi anggota DPR. Sebut saja A
dan B. Si A memiliki kepribadian pemimpin yang baik, mampu mengayomi,
memberikan bantuan untuk kasus-kasus sosial yang terjadi di lingkungannya. Saat
detik-detik menjelang berlangsungnya pemilu, si A menggunakan cara yang jujur,
sedangkan si B memberikan uang kepada para calon pemilih agar ia terpilih menduduki
kursi DPR. Karena para pemilih yang memilih sogokan dan juga tidak memikirkan

9
dampak panjang, akibatnya si B yang justru terpilih menduduki kursi DPR, padahal dari
segi kemampuan, si A lebih kompeten dibanding si B. Itulah salah satu contoh dampak
korupsi bagi berjalannya demokrasi di Indonesia. Maka jangan salah jika ada semboyan
“Jadilah masyarakat yang baik jika menginginkan pemimpin yang baik”.

Bidang Ekonomi

Maju tidaknya suatu negara biasa diukur dengan tingkat ekonomi negara tersebut.
Dan penelitian juga telah membuktikan, makin maju suatu negara biasanya diikuti
dengan makin rendahnya tingkat korupsu negara tersebut. Korupsi memang biasa
terjadi di negara-negara berkembang. Maka tidak heran pula, jika negara-negara
berkembang memiliki perekonomian yang tidak baik dan relatif tidak stabil. Bahkan
pada beberapa kasus, sering ditemukan perusahaan-perusahaan yang memiliki koneksi
dengan pejabat mampu bertahan dan dilindungi dari segala macam persaingan.
Akibatnya, perusahaan-perusahaan yang tidak efisien bertahan dan justru merugikan
perekonomian negara.

Para ahli ekonomi juga menyebutkan bahwa buruknya perekonomian di negara-


negara Afrika ternyata disebabkan oleh tingginya tingkat korupsi negara tersebut. Para
pejabat yang korup, menyimpan uang mereka di berbagai bank di luar negeri. Bahkan
ada data yang menyebutkan bahwa besarnya uang simpanan hasil korupsi pejabat-
pejabat Afrika yang ada di luar negeri justru lebih besar dibandingkan hutang negaranya
sendiri. Maka tidak heran jika ada beberapa negara di benua Afrika yang sangat
terbelakang tingkat ekonomi dan juga pembangunan insfrastrukturnya, padahal jika
dilihat dari kekayaan alam, mereka memiliki kekayaan sumber daya alam yang luar
biasa.

Bidang Keselamatan dan Kesehatan Manusia

Anda mungkin masih mengingat robohnya jembatan Kutai Kertanegara. Masih ada
kasus-kasus lain mengenai kerusakan fasilitas publik yang juga menimbulkan korban
jiwa. Selain itu, ada pula pekerja-pekerja fasilitas publik yang mengalami kecelakaan

10
kerja. Ironisnya, kejadian tersebut diakibatkan oleh korupsi. Bukan rahasia jika dana
untuk membangun insfrastruktur publik merupakan dana yang sangat besar jika dilihat
dalam catatan. Nyatanya, saat dana tersebut melewati para pejabat-pejabat
pemerintahan, dana tersebut mengalami pangkas sana-sini sehingga dalam pengerjaan
insfrastruktur tersebut menjadi minim keselamatan. Hal tersebut terjadi karena
tingginya resiko yang timbul ketika korupsi tersebut memangkas dana menjadi sangat
minim pada akhirnya. Keselamatan para pekerja dipertaruhkan ketika berbagai bahan
insfrstruktur tidak memenuhi standar keselamatan karena minimnya dana.

Bidang Kesejahteraan Umum

Dampak korupsi dalam bidang ekonomi lainnya adalah tidak adanya kesejahteraan
umum. Anda pasti sering memperhatikan tayangan televisi tentang pembuatan
peraturan-peraturan baru oleh pemerintah. Dan tidak jarang pula, ketika dicermati,
peraturan-peraturan tersebut ternyata justru lebih memihak pada perusahaan-
perusahaan besar yang mampu memberikan keuntungan untuk para pejabat. Akibatnya,
perusahaan-perusahaan kecil dan juga industri menengah tidak mampu bertahan dan
membuat kesejahteraan masyarakat umum terganggu. Tingkat pengangguran makin
tinggi, diikuti dengan tingkat kemiskinan yang juga semakin tinggi.

Pengikisan Budaya

Dampak ini bisa terjadi pada pelaku korupsi juga pada masyarakat umum. Bagi
pelaku korupsi, ia akan dikuasai oleh rasa tak pernah cukup. Ia akan terus-menerus
melakukan upaya untuk menguntungkan diri sendiri sehingga lambat laun ia akan
menuhankan materi. Bagi masyarakat umum, tingginya tingkat korupsi, lemahnya
penegakan hukum, akan membuat masyarakat meninggalkan budaya kejujuran dengan
sendirinya. Pengaruh dari luar akan membentuk kepribadian yang tamak, hanya peduli
pada materi, dan tidak takut pada hukum.

11
Terjadinya Krisis Kepercayaan

Dampak korupsi bagi negara yang paling penting adalah tidak adanya kepercayaan
terhadap lembaga pemerintah. Sebagai pengamat, masyarakat Indonesia saat ini sudah
semakin cerdas untuk menilai sebuah kasus. Berdasarkan pengamatan, saat ini
masyarakat Indonesia tidak pernah merasa puas dengan tindakan hukum kepada para
koruptor. Banyak koruptor yang menyelewengkan materi dalam jumlah yang tidak
sedikit, namun hanya memperoleh hukuman tidak seberapa. Akibatnya, rakyat tidak
lagi percaya pada proses hukum yang berlaku. Tidak jarang pula masyarakat lebih
senang main hakim sendiri untuk menyelesaikan sebuah kasus. Hal tersebut sebenarnya
merupakan salah satu tanda bahwa masyarakat Indonesia sudah tidak percaya dengan
jalannya hukum, terutama dengan berbagai tindakan yang diambil oleh pemerintah
dalam menangani kasus korupsi

DAMPAK KOLUSI

 Pemborosan sumber-sumber, modal yang lari, gangguan terhadap penanaman


modal, terbuangnya keahlian, bantuan yang lenyap.
 Ketidakstabilan, revolusi sosial, pengambilan alih kekuasaan oleh militer,
menimbulkan ketimpangan sosial budaya.
 Pengurangan kemampuan aparatur pemerintah, pengurangan kapasitas
administrasi, hilangnya kewibawaan administrasi.
 Ketidakadilan di berbagai bidang.
 Penyalahgunaan kekuasaan yang menyebabkan kesengsaraan pihak lain.
 Ketidakselarasan antara fungsi, tujuan, dan mekanisme proses (sesuai prosedur
dan hukum) dengan praktiknya.
 Kesenjangan sosial.
 Mendapat hukuman bagi pelaku KKN.
 Pelanggaran hak-hak warga negara.

12
 Ketidakpercayaan rakyat pada aparat negara.
 Kesejahteraan umum Negara menjadi tergganggu.
 Demokrasi menjadi tidak lancar
 Menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.
 Menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.
 Sebagai akibat dampak pertama dan kedua, maka korupsi akan menghambat
upaya pengentasan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan.
 merugikan keuangan Negara dan atau perekonomian Negara.
 merangsang untuk ditiru dan menjalar di lapisan masyarakat sehingga
memberikan dampak negatif

DAMPAK NEPOTISME

1. Dampaknya secara luas adalah nepotisme ikut menjadi faktor pembentuk


pragmatisme pemikiran masyarakat. Jika orang menginginkan anak-anaknya di
kemudian hari menjadi pemimpin, maka idealismenya bukan untuk menjadi
pengabdi bangsa, tetapi agar kelak dapat menarik saudara-saudaranya ke dalam
lowongan-lowongan dengan cara nepotisme daripada harus bersaing ketat
melalui prosedur.
2. unsur keahlian atau kemampuan yang dimiliki, kalau nepotisme dilakukan
dengan tidak memperdulikan kualitas, maka pelakunya bisa dikategori sebagai
orang yang dzalim dan dapat merusak tatanan kehidupan, baik keluarga,
masyarakat, negara, maupun agama.
3. unsur kejujuran dalam menjalankan amanat, Jika nepotisme dijalankan dengan
cara yang tidak dibenarkan dalam suatu peraturan atau hukum tertentu, seperti
menutup kesempatan kepada orang lain yang sama-sama mempunyai hak, maka
ia termasuk kelompok yang bisa dikategorikan sebagai orang yang tidak jujur
dan khianat terhadap amanat.
4. Nepotisme dapat menimbulkan konflik loyalitas dalam organisasi, terutama bila
salah seorang anggota keluarga ditempatkan sebagai pengawas langsung di atas

13
anggota keluarga yang lain. Rekan sekerja tidak akan merasa nyaman dalam
situasi seperti itu, oleh karenanya hal seperti ini harus dihindari (Pope, 2003).
5. Loyalitas yang tinggi kepada atasan sampai pada tahap tertentu mampu
memberikan perlindungan bagi karyawan dari intrik-intrik politik yang terus
berlangsung (Susanto et al, 2008). Para pegawai yang masih berkerabat ini
mendapat prioritas dalam pengajuan pengangkatan CPNS, serta mendapatkan
berbagai kemudahan dalam berbagai kesempatan pengembangan karier, seperti
penugasan ke luar daerah, kepanitiaan acara-acara yang diadakan oleh instansi
(yang pastinya ada tambahan insentif), sampai keikutsertaan dalam diklat,
pelatihan dan seminar pengembangan diri. Sedangkan, pegawai yang lain jarang
atau hampir tidak pernah mendapatkan kesempatan yang sama.
6. Diskriminasi dalam memperoleh kesempatan pengembangan diri dan karier
berdampak pada menurunnya motivasi dan semangat kerja, serta penurunan
kinerja pegawai yang masuk melalui jalur rekrutmen resmi. Tingkat perilaku
politik yang tinggi dalam organisasi dapat menjadi sumber stress bagi banyak
karyawan. Politik kantor secara konsisten dinyatakan sebagai stressor utama
dalam organisasi. Aktivitas politik dan pergulatan kekuasaan dapat menciptakan
friksi, meningkatkan persaingan disfungsional antara individu dan kelompok,
dan meningkatkan stress (Ivancevich, Konopaske, dan Matteson, 2005).

D. SANKSI TINDAK PIDANA KORUPSI


Hati-hatilah Anda jika bersentuhan dengan segala kegiatan yang erat kaitannya
dengan Tindak Pidana Korupsi. Hal ini dikarenakan banayak sekali ketentuan mengenai
sanksi dan sanksi-sanksinya pun bermacam-macam. sedangkan jika melihat ketentuan
dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, jenis penjatuhan sanksi yang dapat
dilakukan oleh hakim terhadap terdakwa tindak pidana korupsi adalah :

Terhadap orang yang melakukan tindak pidana korupsi

A. Pidana Mati

14
Dapat dipidana mati kepada setiap orang yang secara melawan hokum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara sebagaimana ditentukan Pasal 2
ayat (2) Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 yang dilakukan dalam ketentuan tertentu.
Adapun yang dimmaksud dengan ketentuan tertentu adalah pemberatan kepada pelaku
tindak pidana korupsi apabila tindak pidana tersebut dilakukan pada waktu negara dalam
keadaan bahaya sesuai dengan undang-undang yang berlaku, pada waktu terjadinya
bencana alam nasional, sebagai pengulangan tindak pidana korupsi, atau pada saat negara
dalam keadaan krisis ekonomi (moneter)

B. Pidana Penjara

a. Pidana seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) bagi setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara (Pasal 2 ayat (1))
b. pidana seumur hidup atau penjara paling singkakt 1 (satu) tahun dan/atau denda
paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) bagi setiap orang yang dengan tujuan
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau saran yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukanyang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara (pasal 3)
c. pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun atau
denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) bagi setiap orang yang
melakukan tindak pidana sebagaiman yang dimaksud dalam pasal 209 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (pasal 5)
d. pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah)

15
dan paling banyak Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) bagi
setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagimana dimaksud dalam pasal
210 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (pasal 6)
e. pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah) bagi setiap orang
yang melakukan tindak pidana sebagimana dimaksud dalam pasal 387 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (pasal 7)
f. pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah)
dan paling banyak Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) bagi
setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagimana dimaksud dalam pasal
415 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (pasal 8)
g. pidana penjara paling singkat 1(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) bagi setiap
orang yang melakukan tindak pidana sebagimana dimaksud dalam pasal 416
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (pasal 9)
h. pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah) bagi setiap orang
yang melakukan tindak pidana sebagimana dimaksud dalam pasal 417 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (pasal 10)
i. pidana penjara paling singkat 1(satu) tahun dan paling lama 5 (lima belas) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) bagi setiap
orang yang melakukan tindak pidana sebagimana dimaksud dalam pasal 418
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (pasal 11)
j. pidana penjara seumur hidup dan/atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00

16
(satu miliar) bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam pasal 419, pasal 420, pasal 423, pasal 425, pasal 435 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (pasal 12)
k. pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah)
dan paling banyak Rp. 600.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) bagi
setiap orang yang dengan sengaja mencegah, merintangi atau menggagalkan
secara langsung atau tidak langsung, penuntutan dan pemeriksaan di sidang
pengadilan terhadap tersangka atau terdakwa ataupun saksi dalam perkara korupsi
(pasal 21)
l. pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah)
dan paling banyak Rp. 600.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) bagi
setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal
28, pasal 29, pasal 35,dan pasal 36 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang
dengan sengaja tidak memberikan keterangan yang tidak benar (pasal 22)
m. pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 6(enam) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus puluh juta rupiah) bagi bagi
pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 220, pasal 231, pasal
421, pasal 422, pasal 429, pasal 430 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (pasal
23)
n. pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp.
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) bagi saksi yang tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 (pasal 24)

C. Pidana Tambahan

a. Perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau barang
tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindakan pidana

17
korupsi, termasuk perusahaan milik terpidan dimana tindak pidana dilakukan,
begitu pula dari barang yang menggantikan barang-barang tersebut.
b. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan
harta yang diperoleh dari tindak pidana korupsi
c. penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk paling lama 1 (satu) tahun
d. penutupan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau
sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh pemerintah
kepada terpidana.
e. jika terpidan tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 (satu)
bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh ketetapan hokum, maka
harta bendanya dapat disita atau dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut
f. dalam hal terpidan tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk
membayar uang pengganti maka terpidana dengan pidana penjara yang lamanya
tidak memenuhi ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai ketentuan
Undang-Undang nomor 31 Tahun 1999 dan lamanya pidana tersebut sudah
ditentukan dalam putusan pengadilan

E. PERAN DAN UPAYA PEMERINTAH DALAM PEMBERANTASA


KORUPSI.

» Peran Serta Pemerintah dalam Memberantas Korupsi

Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali


upaya-upaya pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum
lain. KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan
memberantas korupsi, merupakan komisi independen yang diharapkan mampu menjadi
“martil” bagi para pelaku tindak KKN.

Adapun agenda KPK adalah sebagai berikut :

a. Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi.

18
b. Mendorong pemerintah melakukan reformasi public sector dengan mewujudkan
good governance.
c. Membangun kepercayaan masyarakat.
d. Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku korupsi besar.
e. Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi.

» Upaya yang Dapat Ditempuh dalam Pemberantasan Korupsi


Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi di
Indone-sia, antara lain sebagai berikut :

• Upaya Pencegahan (Preventif)

1. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan pengabdian


pada bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan agama.
2. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis.
3. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki tang-
gung jawab yang tinggi.
4. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan masa
tua.
5. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi.
6. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab etis
tinggi dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.
7. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.
8. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan
melalui penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya.

• Upaya Penindakan (Kuratif)

19
Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar dengan
dibe-rikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum pidana.
Beberapa contoh penindakan yang dilakukan oleh KPK :

1. Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov Rusia
milik Pemda NAD (2004).
2. Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia diduga melekukan
pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian.
3. Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda DKI
Jakarta (2004).
4. Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikan keuang-
an negara Rp 10 milyar lebih (2004).
5. Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placement
deposito dari BI kepada PT Texmaco Group melalui BNI (2004).
6. Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK (2005).
7. Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005).
8. Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo.
9. Menetapkan seorang bupati di Kalimantan Timur sebagai tersangka dalam kasus
korupsi Bandara Loa Kolu yang diperkirakan merugikan negara sebesar Rp 15,9
miliar (2004).
10. Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005).

• Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa

1. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial
terkait dengan kepentingan publik.
2. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.
3. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa
hingga ke tingkat pusat/nasional.
4. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan peme-
rintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.

20
5. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif dalam
setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.

• Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

1. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non-pemerintah yang


meng-awasi dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi di Indonesia dan
terdiri dari sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk memberantas
korupsi melalui usaha pemberdayaan rakyat untuk terlibat melawan praktik
korupsi. ICW lahir di Jakarta pada tanggal 21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakan
reformasi yang meng-hendaki pemerintahan pasca-Soeharto yg bebas korupsi.
2. Transparency International (TI) adalah organisasi internasional yang bertujuan
memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai organisasi nirlaba se-
karang menjadi organisasi non-pemerintah yang bergerak menuju organisasi yang
demokratik. Publikasi tahunan oleh TI yang terkenal adalah Laporan Korupsi
Global. Survei TI Indonesia yang membentuk Indeks Persepsi Korupsi (IPK) In-
donesia 2004 menyatakan bahwa Jakarta sebagai kota terkorup di Indonesia,
disusul Surabaya, Medan, Semarang dan Batam. Sedangkan survei TI pada 2005,
In-donesia berada di posisi keenam negara terkorup di dunia.

21
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa korupsi,kolusi dan nepotisme
Smerupakan tindakan buruk yang dilakukan oleh aparatur birokrasi serta orang-orang yang
berkompeten dengan birokrasi yang mengakibatkan dampak buruk terhadap masyarakat . praktik
kkn akan tetap terus berlangsung apabila para penegak hukum tidak memberikan sanksi yang tegas
terhadap para pelaku kkn.
Dalam realita di lapangan, banyak kasus untuk menangani tindak pidana korupsi yang sudah
diperkarakan bahkan terdakwapun sudah divonis oleh hakim, tetapi selalu bebas dari hukuman.
Itulah sebabnya kalau hukuman yang diterapkan tidak drastis, upaya pemberantasan korupsi dapat
dipastikan gagal. Pemberantasan KKN seakan hanya menjadi komoditas politik, bahan retorika
ampuh menarik simpati. Oleh sebab itu dibutuhkan kecerdasan masyarakat sipil untuk mengawasi
dan membuat keputusan politik mencegah makin mewabahnya penyakit kotor KKN di Indonesia.

Saran
Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini agar tidak ada lagi bibit-
bibit penerus pelaku KKN di neagara kita ini. Dan pencegahan KKN dapat dimulai dari hal yang
kecil. Undang-undang yang harus dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Pemerintah
seharusnya memberikan hukuman yang seberat-beratnya kepada para pelaku KKN agar KKN tidak
lagi menjadi budaya di negara ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Pengertian korupsi, kolusi, dan Nepotisme , di unduh melalui :

http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi

http://id.wikipedia.org/wiki/Kolusi

http://id.wikipedia.org/wiki/Nepotisme

Diposkan oleh Sekti Nur Rahmawati “makalah KKN” di 07.26 , diunduh melalui :
http://sektinurrahmawati1.blogspot.co.id/2015/03/makalah-kkn-korupsi-kolusi-dan-
nepotisme.html , di akses pada tanggal 19 maret 2017

Diposkan oleh IPFISIP2012 “Faktor terjadinya KKN di Indonesia”, di unduh melalui :


https://ipfisip2012.wordpress.com/2013/05/17/mata-kuliah-filsafat-ilmu-faktor-terjadinya-
korupsi-kolusi-dan-nepotisme-di-indonesia/ , di akses pada tanggal 19 maret 2017

Diposkan oleh Yohanesleo13 “Dampak KKN di Indonesia” di unduh melalui :


http://yohanesleo13.blogspot.co.id/2017/01/artikel-dampak-korupsi-kolusi-dan.html , di akses
pada tanggal 19 maret 2017

Diposkan oleh raja 2009 “Sanksi tindak pidana korupsi” di unduh melalui :
http://raja1987.blogspot.co.id/2009/01/sanksi-tindak-pidana-korupsi.html , di akses pada tanggal
19 maret 2017

Diposkan oleh FikriaRahman 2014 “Peran Pemerintah dalam memberantas Korupsi” di unduh
melalui : https://krirhmn.blogspot.co.id/2014/06/peran-pemerintah-dalam-memberantas.html , di
akses pada tanggal 19 maret 2017

23

Anda mungkin juga menyukai