Anda di halaman 1dari 42

KEWIRAUSAHAAN

“START UP BUSSINESS DAN MENCIPTAKAN PERSONAL


BRANDING DALAM USAHA”

Dosen Pengampu :
Ns. Yelly Herien, M. Kep

Disusun Oleh :
Kelompok B1 :

Mutya Amal Dwi S. (1711311033) Vinny Darma Fajri (1711312019)


Fadil Akbar (1711312003) Siti Rahmah (1711312023)
Sri Dinda Andrifa (1711312009) Shintya (1711312025)
Makhda Nurfatmala (1711312017)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunianya kita selalu diberikan kesehatan dan kesempatan
terutama kepada penulis untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Kewirausahaan
yang berjudul “Start’s Up Bussiness ” ini.
Ucapan terima kasih kepada para pendukung penulis di dalam
menyelesaikan tugasnya, terkhususnya kepada Ibu Ns. Yelly Herien, M.Kep
selaku dosen mata kuliah Kewirausahaan.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta dapat
menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembacanya.Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih belum sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 16 Februari 2020

Tim Penulis

1
DAFTAR ISI
Kata pengantar ................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulis...................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1.1 The Startup Triangle Team ............................................................ 3
2.1.2 Karakteristik Perusahaan Startup ................................................... 6
2.1.3 Perkembangan Dunia Startup di Indonesia .................................... 6
2.1.4 Sikap dan Aturan yang di Adopsi Startup ...................................... 8
2.1.5 Membangun Bisnis Startup Kelas Kakap ...................................... 10
2.1.6 Mengapa Startup Bisnis Bisa Sukses ............................................. 12
2.2.1 Definisi Personal Branding ............................................................ 15
2.2.2 Tiga Elemen Dalam Personal Branding ......................................... 16
2.2.3 Delapan Konsep Dalam Personal Branding ................................... 17
2.2.4 Karakteristik Personal Branding .................................................... 19
2.2.5 Corporate Branding ........................................................................ 21
2.2.6 Personal Branding dan Corporate Branding .................................. 25
2.2.7 Konsep Brand Equity ..................................................................... 28

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 38
3.2 Saran ..................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 39

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah startup sering dikaitkan dengan bisnis yang baru dirintis atau
baru berkembang, biasanya merujuk pada semua perusahaan yang belum
lama beroperasi dan identik dengan bisnis yang berbau teknologi. Neil
Blumenthal, cofounde rdan co-CEO dari Warby Parker mengatakan bahwa
startup adalah suatu perusahaan yang bekerja untuk memecahkan masalah
dimana solusinya tidak jelas dan kesuksesan tidak di jamin.
Startup pada dasarnya bukanlah bisnis “menulis kode” untuk
perusahaan lain, baik itu sebagai konsultan, programmer kontrak,
ataupun freelance (pekerja lepas). Di sisi lain Startup bukan perusahaan
konsultan IT yang memiliki codebase atau aplikasi dengan
melakukan customization secara khusus pada setiap client-nya. Startup juga
bukan departemen atau divisi dari suatu perusahaan yang ditugaskan secara
khusus untuk bertingkah laku seperti startup dalam membangun sesuatu yang
berbeda.
Startup biasanya terdiri dari satu hingga delapan orang, yang sebagian
besar merupakan developer yang bersatu untuk menciptakan codebase atau
aplikasi yang manfaatnya mereka tawarkan kepada dunia. Codebase atau
aplikasi tersebut dapat diakses melalui web, dijalankan pada PC Windows,
Linux ataupun Mac, dan juga dapat dijalankan di smartphone seperti
BlackBerry, Android, iPhone, dan lain-lain. Pendanaan startup pada awalnya
melalui pendanaan sendiri (swadaya) dan digunakan sebagai modal awal,
yang kemudian tidak menutup kemungkinan memperoleh bantuan dana dari
keluarga, teman atau bahkan venture capital dan angel investor.
Motivasi dasar para pendiri startup tidak lain adalah kesempatan untuk
memperoleh penghasilan sendiri, serius dan yakin di dalam melakukan
perubahan hidup, hidup di atas rata-rata dan hidup mandiri. Namun demikian
para pendiri startup menyadari bahwa uang tidak bisa membeli kebahagiaan
mereka dan bukan jaminan bahwa dengan memiliki uang yang berlimpah
mereka akan bahagia. Namun demikian memperoleh uang yang banyak atau

3
dengan kata lain bisa hidup mandiri adalah salah satu hal dari sekian banyak
alasan mengapa para pendiri ini mendirikan startup.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa bagaimana konsep dari start’s up?
2. Apa pengertian dari personal branding dan bagaimana konsep personal
branding?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui bagaimana konsep dari start’s up
2. Untuk mengetahui pengertian dari personal branding dan bagaimana
konsep personal branding

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Start`s Up Bussines

2.1.1 The Startup Triangle Team


1. Hustler
Hustler merupakan istilah bagi orang dalam sebuah startup yang
memiliki tanggung jawab untuk pengembangan bisnis. Jangan identikan
startup sebagai membangun sebuah teknologi baru yang keren sehingga
kamu hanya akan fokus kepada teknologi. Membangun sebuah startup
harus memilki landasan bisnis yang kuat.
Landasan bisnis yang kuat akan membuat startup kamu bertumbuh
dan cepat dalam mencapai visi misi yang telah ditetapkan. Fokuslah
kepada market dan seorang hustler harus mengetahui apa yang diinginkan
oleh market (pasar / calon customer kita).
Saat memulai membangun startup, hustler harus fokus pada hal-hal
berikut :
a. Customer Development\
Hustler harus bertemu dan berbicara langsung dengan calon
customer, bicaralah kepada mereka dan tanyakan apakah mereka betul-
betul butuh dengan solusi yang kalian buat. Apakah mereka mau
membeli atau memakai apa yang kalian ciptakan. Bicaralah kepada
banyak orang setiap hari, dan dengarkan masukan-masukan dari calon
customermu itu.
b. Product Management
Tanyakan kepada calon customermu, fitur-fitur apa saja yang
mereka inginkan, taruh masukan dari customer tersebut kedalam
product roadmap untuk membangun fitur produk startupmu.
c. Selling
Setelah melakukan customer development, saatnya untuk
berjualan! ya jualah jasa atau produk startupmu kepada calon customer

5
potensialmu. Jika kamu bikin produk yang berbasis consumer,
mulailah fokus dalam mencari investor untuk fundraising, jual idemu
dan tawarkan kerjasama kepada calon investor.
d. Blogging
Belajarlah menulis, tulislah semua masalah melalui blog startupmu
tentang apa yang sedang terjadi saat ini, dan dengan kehadiran
startupmu apa solusi yang bisa dibawa. Selain blog, maksimalkan
penggunaan sosial media untuk membangun channel startupmu.
Beberapa hal tersebut akan membuat brand atau citra startupmu
memiliki value dimata customer atau orang lain.
e. Recruiting
Saat startupmu mulai tumbuh, fokuskan pada membangun SDM
yang kuat, carilah SDM yang memiliki kemampuan dalam skill yang
kamu butuhkan, pastikan dia memiliki passion dan kemauan untuk
belajar. Carilah orang yang bisa cepat beradaptasi dengan lingkungan
dan perubahan.
2. Hipster
Hipster adalah istilah lain dari designer, dalam mengawali startup
kamu juga harus memiliki orang yang mengerti tentang design, mengerti
tentang bagaimana mencitrakan perusahaanmu sebagai sebuah brand yang
keren. Sejatinya manusia itu lebih tertarik dengan sesuatu yang bersifat
visual.
Hipster harus memiliki pengetahuan dalam membuat sesuatu agar
tampak keren, dia juga harus bisa menerjemahkan keinginan user kedalam
sebuah user experience produk startupmu.
Hal-hal yang harus diperhatikan hipster saat memulai adalah:
a. Buatlah Landing Page
Penting bagi startup saat mengawali membangun produk juga
harus membuat sebuah landing page. Untuk apa ? landing page bisa
berguna untuk memvalidasi ide, menerangkan apa yang sedang kalian
lakukan, meng-grab calon customer potensial yang tertarik dengan
produk startupmu.

6
Landing page yang dibuat haruslah memiliki product description,
beautiful image atau screenshot, pricing, link social media atau blog,
dan yang paling penting adalah form registrasi untuk mendapatkan
data nama dan email customer.
b. Product Desain
Hipster harus berkerja bersama dengan hustler untuk menentukan
dan mendesain fitur-fitur apa saja yang ingin diberikan kepada
customer, buatlah mockup atau wirefrime menggunakan tool-tool
seperti Balsamiq, Invision, JustInMind, KeyNote atau OmniGraffle.
c. Design Testing
Untuk melakukan testing, pasanglah mockup-mockup tersebut
pada landing page yang telah dibuat, ajaklah hustler untuk menemui
calon customer dan terangkan kepada mereka mengenai bentuk produk
yang akan kalian tawarkan, mintalah input dari mereka.
d. Branding
Hal tak kalah penting adalah menentukan nama brand startupmu
dan buatlah logonya. Selain itu buatlah desain-desain lain yang akan
mendukung pencitraan startup kamu.
e. Technical
Jika tim hipster mu tidak mengerti hal-hal teknis, nah sekarang
saatnya untuk belajar frontend Technical seperti HTML, Javascript,
JSON, Ajax dll. Hal ini penting agar desain produk yang kamu buat
juga bisa di convert dalam bentuk yang siap di olah oleh programmer.
3. Hacker
Tim terakhir yang harus ada saat memulai startup yaitu Hacker! ya
dialah yang akan bertanggung jawab dalam hal teknologi. Hacker haruslah
orang yang sangat cinta dengan dunia programming, selalu update dengan
teknologi-teknologi terbaru, dan yah carilah hacker yang bisa diajak untuk
berkomunikasi dengan mudah.
Terkadang sebuah startup memiliki talent yang hebat dalam hal
teknologi, tetapi acapkali sulit untuk diajak kerjasama dalam membangun
produk. Sekali lagi, carilah hacker yang mau dan memiliki tekad kuat

7
untuk bertumbuh dengan startup yang sedang kalian rintis. Fokus utama
hacker adalah pada produk, produk dan produk

2.1.2 Karakteristik Perusahaan Startup


Ada informasi mengenai karakteristik dari sebuah perusahaan yang dapat
di golongkan sebuah stratup. Beberapa karakteristik perusahaan Startup
tersebut diantaranya:
 Usia perusahaan kurang dari 3 tahun
 Jumlah pegawai kurang dari 20 orang
 Pendapatan kurang dari $ 100.000/tahun
 Masih dalam tahap berkembang
 Umumnya beroperasi dalam bidang teknologi
 Produk yang dibuat berupa aplikasi dalam bentuk digital
 Biasanya beroperasi melalui website
Dari karakteristik tersebut mungkin nampak bahwa stratup lebih condong
ke perusahaan yang bergerak di bidang teknologi dan web. Namun faktanya
memang seperti itu, kini perkembangan perusahaan yang lazim dilabeli nama
Stratup adalah perusahaan yang berkenaan dengan dunia tekno dan online.

2.1.3 Perkembangan Dunia Startup di Indonesia


Perkembangan Startup di Indonesia bisa dikatakan cukup pesat
menggembirakan. Setiap tahun bahkan setiap bulan banyak founder-founder
(pemilik) Startup baru bermunculan. Menurutdailysocial.net, sekarang ini
terdapat setidaknya lebih dari 1500 Startup lokal yang ada di Indonesia.
Potensi pengguna internet Indonesia yang semakin naik dari tahun ke tahun
tentunya merupakan suatu lahan basah untuk mendirikan sebuah Startup.
Berdasarkan beberapa riset, pada tahun 2013 saja diperkirakan pengguna
internet di Indonesia mencapai 70 juta orang, bisa dibayangkan berapa jumlah
user internet Indonesia beberapa tahun kedepan. Selain itu daya beli
masyarakat yang meningkat seiring dengan naiknya pendapatan perkapita
masyarakat negeri ini ikut mempengaruhi perkembangan industri digital.

8
Menurut Rama Mamuaya, CEO dailysocial.net, Startup di Indonesia
digolongkan dalam tiga kelompok yaitu Startup pencipta game, Startup
aplikasi edukasi serta Startup perdagangan seperti e-commerce dan informasi.
Menurutnya Startup game dan aplikasi edukasi punya pasar yang potensial
dan terbuka di Indonesia. Hal ini dikarenakan proses pembuatan game dan
aplikasi edukasi relatif mudah.
Dengan berkembangnya media sosial dan smartphone, pasar untuk mobile
game dan social game semakin besar. Sementara itu untuk aplikasi atau
website yang bergerak di bidang e-commerce dan informasi, Rama menilai
tantangannya di Indonesia masih cukup besar dikarenakan masih minimnya
penggunaan kartu kredit. Namun untuk yang berbau informasi atau berita
berbagai tema, perkembangannya justru jauh lebih pesat lagi.
Di Indonesia sekarang ini telah banyak berdiri komunitas founder-founder
Startup. Seperti Bandung Digital Valley (bandungdigitalvalley.com), Jogja
Digital Valley (jogjadigitalvalley.com), Ikitas (www.ikitas.com) Inkubator
Bisnis di Semarang, Stasion (stasion.org) wadah bagi Startup lokal kota
Malang, dan masih banyak lagi yang lainnya. Dengan adanya komunitas ini
tentunya akan memudahkan para founder untuk saling sharing, membimbing
bahkan untuk menjaring investor. Para founder dapat pula mengikuti
kompetisi yang diadakan oleh beberapa perusahaan seperti Telkom untuk
menjadi investor mereka.
Hal yang paling utama untuk mendirikan Startup adalah tim yang solid,
karena dengan adanya tim yang solid bisa memunculkan ide-ide baru yang
kreatif dan inovatif. Dengan ide dan eksekusi yang tepat, tentunya para
founder tidak akan kesulitan menarik minat masyarakat maupun mencari
investor.
Dalam sebuah wawancara yang dilakukan oleh wartawan Warta Ekonomi
kepada Molly Nagler (Startup Mentor di Silicon Valley), Molly mengatakan
bahwa hampir semua Startup gagal, namun kegagalan itu tidak harus
dipandang sebagai sesuatu yang negatif karena masih banyak sisi positif
didalamnya. Maksudnya adalah jika founder Startup gagal saat melakukan

9
eksekusi maka ia berkesempatan untuk belajar sesuatu yang baru dan ilmu
baru, seperti konsep trial and error pada umumnya.

2.1.4 Sikap dan Aturan yang Diadopsi dari Startup


Startup merupakan tren bisnis terkini yang sedang melanda seluruh
belahan dunia.Hampir semua orang berbondong-bondong membuat #startup.
Namun sejatinya membuat sebuah startup itu tidak mudah, meski terlihatnya
sangat mudah. Begitu banyak tantangan yang harus dihadapi.
Buat Anda yang ingin membuat sebuah startup sebaiknya Anda pikirkan
baik-baik bagaimana membuat startup Anda berjalan dengan baik. Kali ini
Maxmanroe.com mencoba menyampaikan pengamatan terhadap beberapa
sikap dan aturan yang di adopsi oleh startups yang telah sukses:
1. Jangan Pernah Pekerjakan Seorang Berkarakter Buruk
Jangan pernah merekrut seseorang yang memiliki karakter tidak
baik. Rekrutlah talenta-talenta terbaik untuk startup Anda. Dengan
merekut talenta yang baik maka peluang kesuksesan yang akan startup
Anda raih akan semakin besar. Selain itu sebuah startup harusmemiliki
kultur untuk membangun lingkungan kerja yang menyenangkan, jadi
idealnya semua startup haruslah merekrut talenta yang punya kompentensi
bagus di bidangnya, sekaligus memiliki karakter yang baik.
Startup sukses tidak akan mengabaikan karakter seseorang hanya
karena ia hebat di bidangnya. Untuk membangun tim kerja yang baik,
dibutuhkan orang-orang dengan karakter baik pula. Startup Anda wajib
punya aturan tegas terhadap segala bentuk kekerasan, termasuk kekerasan
dalam bentuk verbal.
2. Jadikan Kompetitor Sebagai Ladang Ilmu
Kebanyakan startup hanya berfikir bagaimana membuat sebuah
produk dan teknologi yang baik,namun untuk hal lainnya mereka terkesan
menutup diri. Sebaiknya buka mata kepada kompetitor, atau startup
dengan bisnis sejenis yang pernah ada sebelumnya.
Jangan hanya belajar dari kegagalan mereka, namun juga
keberhasilan mereka. Pelajari konten mereka, kata kunci yang mereka

10
gunakan, strategi akuisisi pelanggan, strategi pemasaran mereka. Curi
idenya lalu Anda modifikasi atau kembangkan lebih jauh lagi.
3. Junjung Tinggi Perbedaan dan Keberagaman dalam Tim
Startup haruslah dapat mengakomodir perbedaan, baik itu
perbedaan etnis, agama, dan pemikiran. Namun jangan sampai perbedaan
itu memecah belah tim Anda. Jadikan perbedaan tersebut menjadi sebuah
ide menarik sehingga startup Anda akan berjalan tidak monoton.
Resep membangun tim yang hebat salah satunya dengan
mempekerjakan profesional yang memiliki latar belakang dan cara
berpikir yang berbeda. Lakukan hal ini sejak awal sehingga menjadi DNA
startup Anda, termasuk di dalamnya dengan mempekerjakan perempuan.
4. Lakukan Pemutusan Hubungan Kerja Dengan Cepat
Memang terkesan tidak memberikan kesempatan terhadap
seseorang yang membuat kesalahan. Namun harus Anda ketahui, ada saja
orang-orang yang sebenarnya tidak cocok untuk startup Anda namun lolos
proses perekrutan.
Ingat, sebagai seorang pelaku startup kesalahan adalah hal yang
wajar yang penting adalah cara Anda melakukan perbaikan dengan cepat
dan efektif. Semakin cepat Anda mengakui kesalahan, semakin cepat juga
Anda akan menemukan formula untuk memperbaikinya dan tentunya
membuat Anda lebih teliti lagi.
5. Jangan Bermimpi Memiliki Budaya Kerja Yang Berlebih
Memiliki tempat olahraga menarik, tempat hiburan menarik,
makanan gratis sampai dengan cara kerja yang santai, mungkin itu semua
terlihat menarik dan keren. Budaya kerja seperti itu pastinya akan menarik
banyak talenta untuk ikut bergabung dengan Startup Anda. Namun
pastikan Anda menerapkan semua hal tersebut bagian dari satu
kesatuan perusahaan yang Anda bangun.
Beri penjabaran yang jelas tentang budaya kerja perusahaan yang
ingin Anda bangun, lalu biarkan tim manajerial menuangkan ke dalam
kebijakan yang baik. Beri keleluasaan masing-masing divisi menjalankan
timnya dalam mencapai target. Anda cukup fokus dengan bisnis.

11
6. Pilihlah Personil yang Memiliki Kemampuan Spesifik dan Handal\
Startup Anda ingin memperkerjakan karyawan seperti untuk bagian
desain web, fotografi, konten, atau desain UI usahakan jangan merekrut
dengan asal tapi benar-benar pertimbangkan kemampuan dan kepribadian
mereka. Hal tersebut sangat penting untuk kemajuan Startup yang Anda
bangun. Jangan sampai kesalahan pemilihan sumber daya manusia
membuat startup Anda hancur.

2.1.5 Membangun Startup Bisnis Kelas Kakap


Apakah di Indonesia sudah ada startup bisnis? Sudah ada namun tidak
sebesar Google dan masih tingkat lokal. Sebagai contoh adalah Tokopedia dan
Bukalapak, yang merupakan situs penyedia lapak online untuk berjualan. Bila
memang Anda ingin berjualan online, bisa dengan memanfaatkan media
kedua itu secara gratis. Bila memang Anda mau membuat startup bisnis
seperti kedua situs itu, tentu bisa, namun perlu perjuangan yang melelahkan
dan menyulitkan.
Bagamana caranya membangun startup bisnis sebagai investasi
bisnis kelas kakap? Dalam hal ini lebih baik menyerahkan kepada seorang ahli
yaitu lewat pendapat Anis Uzzaman dalam buku StartupPedia. Dalam buku
tersebut, dijelaskan 6 inti untuk membangun startup bisnis. Berikut pemaparan
singkat mengenai hal-hal yang dibutuhkan dalam membangun startup untuk
investasi bisnis kelas kakap.
1. Membangun Tim Bisnis
Memang dalam hal membangun tim sangat dibutuhkan dan
diperhatikan dengan serius untuk kesuksesan investasi bisnis.
Mengandalkan kekuatan seorang entrepreneur saja tidak menjamin bahwa
itu akan berhasil. Bahkan seorang entrepreneur hanya sebagai
penyumbang sebagian ide untuk memulai bisnis. Ide selebihnya untuk
pengembangan tentu berada di tiap tim yang ikut andil dalam kesuksesan
startup bisnis.

12
2. Menciptakan Produk Bisnis
Seperti yang pernah dikatakan Robert Kiosaki bahwa produk
adalah ujung tombak sebuah bisnis. Lewat produk, maka akan terlihat
bagaimana misi dari investasi bisnis itu terbangun. Tanpa produk, tidak
ada sebuah bisnis. Ada produk walau tidak ada sarana atau sistem bisnis,
tetap bisa berjualan dalam kegiatan bisnis. Maksud produk di sini adalah
tidak hanya berfokus pada produk fisik. Bahkan kalau sudah masuk dalam
bisnis digital online, tidak ada ada produk fisik. Seperti halnya produk
Google dan Facebook yang menawarkan jasa iklan online dan lainnya
yang tidak berbentuk fisik.
3. Melindungi Keuntungan Melalui Paten
Antar perusahaan yang memiliki hak paten saja bisa terjadi konflik
mengenai karyanya. Sebagai misal antara Facebook dan Yahoo saling
mengklaim dirinyalah yang memiliki hak atas karyanya. Walau pada
akhirnya memang kedua perusahaan besar itu berdamai dan saling
kerjasama. Ini mendandakan bahwa tidak memiliki hak paten atas
karyanya berpotensi bisa mengalami pembajakan bahkan bisa saja
perusahaan Anda sendiri yang dianggap pembajak. Banyak perusahaan
yang masih berkembang gagal untuk bertahan sampai lebih dar 5 tahun
karena masalah tidak memiliki atau rendahnya hak paten atas karya alias
kekayaan intelektualnya.
4. Pemasaran Produk Bisnis
Pemasaran alias marketing adalah sebuah upaya
mengkomunikasikan kepada konsumen tentang produk yang
dikembangkan perusahaan startup. Tanpa ada komunikasi maka tidak ada
yang perlu diharapkan dari berdirinya sebuah perusahaan. Karena memang
kesuksesan dalam kemunikasi berbanding lurus dengan arus kas masuk
untuk perusahaan. Sehingga bagi perusahaan, penting mengoptimalkan
strategi komunikasi agar menghasilkan penjualan terus-menerus.
Tentunya, antara pemasaran dengan penjualan berbeda. Kalau
pemasaran lebih kepada sistem dan strategi penjualannya sedangkan
penjualan adalah transaksi penjual dan pembeli.

13
5. Penggalangan Modal Bisnis
Startup bisnis bisa terwujud karena memang ada suntikan modal.
Ketika seorang entrepreneur memiliki ide dalam hal produk dan
sistemnya, maka ia tidak bisa bekerja sendiri untuk mewujudkannya.
Tentunya, harus memiliki investor yang memang rela berinvestasi pada
bisnis yang dikembangkan si entrepreneur. Jadi, ketika perusahaan sudah
terwujud, sebagai pemilik perusahaan bukanlah murni milik si entrepeneur
alias wiraswasta melainkan milik orang-orang yang memang berinvestasi
di dalam perusahaan yang dibangun.

2.1.6 Mengapa Startup Bisnis Bisa Sukses


Sebuah bisnis startup memang pada awalnya dirasa sulit untuk bisa
sukses. Membutuhkan waktu yang lama untuk bisa mengembangkan usaha
dan mencapai sebuah kesuksesan. Rata – rata 9 dari 10 bisnis startup akan
keluar dari zona nyaman bisnisnya, dan sisanya yang mampu bertahan dan
berhasil dengan orang – orang yang memiliki kualitas terbaik. Namun
bukan tidak mungkin untuk Anda yang memiliki bisnis startup akan
menjadi 1 dari 10 orang yang sukses tersebut. Ada alasan tertentu
mengapa sebuah bisnis startup mampu tumbuh dan sukses. Berikut ini
adalah 11 alasan mengapa sebuah bisnis startip bisa sukses.
1. Visi
Sebuah perusahaan akan mampu tumbuh dan berkembang jika
mereka memiliki visi yang kuat. Sebuah visi terkadang diciptakan dengan
tujuan untuk memacu semangat bagi sebuah perusahaan. Ketika Anda
membuat atau menentukan visi dari perusahaan Anda, jangan takut untuk
memiliki sebuah visi yang besar. Hal ini secara otomatis akan memacu
semangat dan tentu saja kinerja dari perusahaan Anda. Bagi sebuah bisnis
startup, visi adalah hal pertama yang perlu diperhatikan, agar perusahaan
mampu tumbuh dan berkembang dengan besar.
2. Kecepatan
Kecepatan merupakan salah satu hal yang harus menjadi perhatian
besar bagi sebuah bisnis startup. Menyelesaikan sesuatu dengan cara yang

14
cepat adalah salah satu dari banyak alasan mengapa startup mampu
mencapai tujuan dan visi mereka. Itu yang menjadi perbedaan ketika
startup mampu untuk bergerak jauh dan lebih cepat dari para pesaing
mereka. Sebuah bisnis startup yang sukses, tidak akan pernah menunda
proses untuk mendapatkan dan mengerjakan sesuatu.
3. Anggaran
Sebuah bisnis tidak akan bisa dipisahkan dari anggaran yang akan
dibutuhkan dan digunakan. Sebuah startup yang suskes adalah startup
yang efisien dalam mengelola keuangan dan mampu menjaga kestabilan
keuangan mereka. Anda harus mampu memperhitungkan pemasukan dan
pengeluaran. Hal ini sangat penting untuk mengetahui apa yang
dibutuhkan perusahaan, dalam rangka untuk mencapai tujuan dengan
anggaran yang sesuai. Ketika sumber daya terbatas, dan waktu menjadi
sebuah esensi, perusahaan perlu menguasai keterampilan mengelola
keuangan dengan baik.
4. Keterampilan Sosial
Koneksi adalah alasan lain mengapa sebuah bisnis startup bisa
mencapai kesuksesannya. Bagaimana bisa sebuah bisnis baru mampu
tampil dan dikenal banyak orang tanpa sebuah relasi? . Sebuah startup
yang besar akan memiliki pemimpin yang luar biasa. Bukan hanya mampu
bekerja dan memimpin dengan baik perusahaannya, namun juga mampu
membagi waktu dengan berorganisasi. Salah satu alasan untuk
berorganisasi adalah mencari dan memiliki koneksi yang luas dan
beragam. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan startup. Di sisi lain, para pemimpin startup perlu
menginspirasi orang dan memberi mereka alasan untuk mengikutinya
melalui jalan tertentu.
5. Disiplin
Disiplin memang hal yang harus dilakukan dalam segala hal.
Disiplin dimulai dari diri sendiri dan merupakan tonggak menuju
kesuksesan. Tanpa sebuah kedisiplinan, startup tidak akan berhasil.
Disiplin dari dalam diri sendiri akan menumbuhkan etos kerja yang positif.

15
Dari situlah semua kreatifitas dan kesuksesan bisa dimunculkan. Hal ini
penting ditumbuhkan untuk menciptakan kesuksesan bersama.
6. Tekad
Tekad yang kuat selalu diperlukan untuk menuju kesuksesan.
Sebuah startup yang sukses, akan menekankan pentingnya penentuan
ketika membangun sebuah bisnis dan tidak pernah berhenti untuk
mencoba, terutama ketika menemui jalan berbatu dan dirasa sulit. Akan
ada banyak tantangan yang akan muncul, dan startup membutuhkan tekad
untuk mengatasi dan menghadapi tantangan – tantangan tersebut.
7. Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan
Perubahan dalam segala hal akan terus bermunculan, salah satunya
dibidang teknologi. Startup yang baik akan selalu sedia untuk beradaptasi
dengan teknologi baru. Mampu Beradaptasi dengan perubahan, akan
membawa kita menemukan terobosan – terobosan baru untuk bisnis kita.
Untuk tahun – tahun pertama, sebuah bisnis startup akan mengalami
banyak perubahan untuk bisa beradaptasi dengan situasi saat ini. Hingga
mampu menemukan rahasia yang membuatnya mampu bertahan dan
mengembangkan prestasi yang dimiliki.
8. Keterampilan dalam penggalangan dana
Arus pendanaan adalah garis darah sebuah bisnis startup. Ini berarti
sebuah bisnis dapat saja berhenti dan hancur, jika modal sudah tidak lagi
memadai. Sebuah startup yang sukses adalah mereka yang memiliki modal
cukup untuk menjalankan operasi bisnis mereka. Tugas utama dari
pemimpin startup adalah untuk dapat meningkatkan modal yang
dibutuhkan. Cara yang baik untuk mengumpulkan uang salah satunya
melalui online, yakni melalui ekuitas atau melalui sebuah investasi khusus
startup, seperti di rockthepost.com.
9. Keyakinan teguh
Keberhasilan setiap bisnis salah satu faktornya adalah keberanian
dalam mengambil dan menghadapi setiap resiko, begitupula bagi sebuah
startup. Seperti yang banyak orang katakan, investasi yang paling
menguntungkan biasanya memerlukan sejumlah resiko yang tinggi.

16
Namun, keputusan tersebut harus memiliki konsep yang baik. Hal ini
untuk menghindari banyaknya resiko yang mungkin terjadi. Startup harus
memiliki sebuah keyakinan terhadap kemampuan mereka untuk tumbuh
dan berkembang dengan baik, dan menghadapi resiko dengan baik pula.
10. Management waktu
Bagi sebuah bisnis startup waktu adalah hal yang sangat
diperhatikan. Keberhasilan perusahaan bergantung pada produktivitas dan
efektivitas tim untuk melakukan lebih banyak hal dalam waktu yang
minim. Anda bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu, namun
alangkah baiknya jika Anda juga memperhatikan prioritas apa saja yang
dibutuhkan untuk mengembangkan bisnis startup tersebut.
11. Eksekusi
Dan yang terkahir adalah eksekusi. Sebuah bisnis startup tentunya
memiliki banyak ide – ide yang kreatif. Sekitar 98% dari kesuksesan
sebuah bisnis startup adalah dari eksekusi ide yang ada. Pengalaman dari
tim sangat penting sebagai latar belakang mereka mengeksekusi ide – ide
yang bermunculan. Startup yang sukses selalu mencari kesempatan untuk
melakukan sesuatu yang lebih baik dengan ide – ide yang muncul,
sekalipun itu ide yang terbilang tidak mungkin untuk dilakukan. Mereka
akan belajar dari setiap kesalahan yang mereka lakukan dan
memperbaikinya secepat mereka belajar untuk mencapai kesuksesan.

2.2 Personal Branding


2.2.1 Definisi Personal Branding

Berikut ini adalah beberapa definisi mengenai Personal Branding:


1. Sebuah pencitraan pribadi yang mewakili serangkaian keahlian, suatu ide
cemerlang, sebuah sistem kepercayaan, dan persamaan nilai yang
dianggap menarik oleh orang lain. Personal Branding adalah segala
sesuatu yang ada pada diri anda yang membedakan dan menjual, seperti
pesan anda, pembawaan diri dan taktik pemasaran. (Kupta)
“A personal presentation that represents a skill set, a big idea, a belief
system, and value–equation that other people find of interest. Personal

17
Branding is everything you that differentiates and market yourself, such as
your message, self-presentation, and marketing tactics” (Kupta)
2. Personal Branding adalah sebuah seni dalam menarik dan memelihara
lebih banyak klien dengan cara membentuk persepsi publik secara aktif.
(Montoya, 2006)
“Personal Branding is the art of attracting and keeping more clients by
actively shaping public perception” (Montoya, 2006)
3. Personal Branding adalah sesuatu tentang bagaimana mengambil kendali
atas penilaian orang lain terhadap anda sebelum ada pertemuan langsung
dengan anda. (Montoya & Vandehey, 2008)
“Personal Branding is about taking control of how other people perceive
you before they come into direct contact with you.” (Montoya &
Vandehey, 2008)
4. Kemampuan menggunakan atribut-atribut secara bebas yang menunjukkan
kemampuan anda dalam mengatur harapan-harapan yang ingin orang lain
terima dalam pertemuannya dengan anda. (Mobray, 2009)
“The ability to deliberately use attributes that demonstrate your capability
to manage the expectations one will receive from an encounter with you.”
(Mobray, 2009)
Dapat disimpulkan bahwa personal branding adalah suatu proses
membentuk persepsi masyarakat terhadap aspek-aspek yang dimiliki
oleh seseorang, diantaranya adalah kepribadian, kemampuan, atau nilai-
nilai, dan bagaimana stimulus – stimulus ini menimbulkan persepsi positif
dari masyarakat yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai alat
pemasaran.

2.2.2 Tiga Elemen Dalam Personal Brandin


Dalam membangun personal branding tentunya diperlukan
elemen-elemen utama, dimana elemen-elemen tersebut harus saling
terintegrasi dan dibangun bersamaan. Personal Branding dapat dibagi
menjadi tiga elemen utama, yakni (Montoya & Vandehey, 2008):

18
a. You, atau dengan kata lain, seseorang itu sendiri. Seseorang
dapat membentuk sebuah personal branding melalui sebuah polesan
dan metode komunikasi yang disusun dengan baik. Dirancang
untuk menyampaikan dua hal penting kepada target market, yaitu:
 Siapakah seseorang tersebut sebagai suatu pribadi?
 Spesialisasi apa yang seseorang itu lakukan?

Personal Brand adalah sebuah gambaran mengenai apa yang


masyarakat pikirkan tentang seseorang. Hal tersebut
mencerminkan nilai-nilai, kepribadian, keahlian dan kualitas
yang membuat seseorang berbeda dengan yang lainnya.
b. Promise. Personal Brand adalah sebuah janji, sebuah tanggung-
jawab untuk memenuhi harapan yang timbul pada masyarakat
akibat dari personal brand itu sendiri.
c. Relationship. Sebuah personal branding yang baik akan
mampu menciptakan suatu relasi yang baik dengan klien, semakin
banyak atribut- atribut yang dapat diterima oleh klien dan semakin
tingginya tingkat kekuasaan seseorang, menunjukkan semakin
baiknya tingkat relasi yang ada pada personal branding tersebut.

2.2.3 Delapan Konsep Dalam Personal Branding (The Eight Laws


of Personal Branding)
Delapan hal berikut adalah konsep utama yang menjadi acuan
dalam membangun suatu personal branding seseorang. (Peter Montoya,
2002)
1. Spesialisasi (The Law of Specialization)
Ciri khas dari sebuah Personal Brand yang hebat adalah ketepatan
pada sebuah spesialisasi, terkonsentrasi hanya pada sebuah
kekuatan, keahlian atau pencapaian tertentu. Spesialisasi dapat
dilakukan pada satu atau beberapa cara, yakni:
a. Ability – misalnya sebuah visi yang stratejik dan prinsip-
prinsip awal yang baik.

19
b. Behavior – misalnya keterampilan dalam memimpin,
kedermawanan, atau kemampuan untuk mendengarkan.
c. Lifestyle – misalnya hidup dalam kapal (tidak dirumah
seperti kebanyakan orang), melakukan perjalanan jauh dengan
sepeda.
d. Mission – misalnya dengan melihat orang lain melebihi
persepsi mereka sendiri
e. Product – misalnya futurist yang menciptakan suatu tempat
kerja yang menakjubkan.
f. Profession – niche within niche – misalnya pelatih
kepemimpinan yang juga seorang psychotherapist.
g. Service – misalnya konsultan yang bekerja sebagai seorang
non- executive director
2. (The Law of Leadership)
Masyarakat membutuhkan sosok pemimpin yang dapat
memutuskan sesuatu dalam suasana penuh ketidakpastian dan
memberikan suatu arahan yang jelas untuk memenuhi kebutuhan
mereka. Sebuah Personal Brand yang dilengkapi dengan kekuasaan
dan kredibilitas sehingga mampu memposisikan seseorang sebagi
pemimpin yang terbentuk dari kesempurnaan seseorang.
3. Kepribadian (The Law of Personality)
Sebuah Personal Brand yang hebat harus didasarkan pada
sosok kepribadian yang apa adanya, dan hadir dengan segala
ketidaksempurnaannya. Konsep ini menghapuskan beberapa tekanan
yang ada pada konsep Kepemimpinan (The Law of Leadership),
seseorang harus memiliki kepribadian yang baik, namun tidak harus
menjadi sempurna.
4. Perbedaan (The Law of Distinctiveness)
Sebuah Personal Brand yang efektif perlu ditampilkan dengan cara
yang berbeda dengan yang lainnya. Banyak ahli pemasaran
membangun suatu merek dengan konsep yang sama dengan
kebanyakan merek yang ada di pasar, dengan tujuan untuk

20
menghindari konflik. Namun hal ini justru merupakan suatu
kesalahan karena merek-merek mereka akan tetap tidak dikenal
diantara sekian banyak merek yang ada di pasar.
5. The Law of Visibility
Untuk menjadi sukses, Personal Brand harus dapat dilihat
secara konsisten terus-menerus, sampai Personal Brand seseorang
dikenal. Maka visibility lebih penting dari kemampuan (ability)-
nya. Untuk menjadi visible, seseorang perlu mempromosikan dirinya,
memasarkan dirinya, menggunakan setiap kesempatan yang ditemui
dan memiliki beberapa keberuntungan.
6. Kesatuan (The Law of Unity)
Kehidupan pribadi seseorang dibalik Personal Brand harus sejalan
dengan etika moral dan sikap yang telah ditentukan dari
merek tersebut. Kehidupan pribadi selayaknya menjadi cermin dari
sebuah citra yang ingin ditanamkan dalam Personal Brand.
7. Keteguhan (The Law of Persistence)
Setiap Personal Brand membutuhkan waktu untuk tumbuh, dan
selama proses tersebut berjalan, adalah penting untuk selalu
memperhatikan setiap tahapan dan trend. Dapat pula
dimodifikasikan dengan iklan atau public relation. Seseorang harus
tetap teguh pada Personal Brand awal yang telah dibentuk, tanpa
pernah ragu-ragu dan berniat merubahnya.
8. Nama baik (The Law of Goodwill)
Sebuah Personal Brand akan memberikan hasil yang lebih baik
dan bertahan lebih lama, jika seseorang dibelakngnya
dipersepsikan dengan cara yang positif. Seseorang tersebut harus
diasosiasikan dengan sebuah nilai atau ide yang diakui secara umum
positif dan bermanfaat.

2.2.4 Karakteristik Personal Branding (Khas, Relevan, dan Konsisten)

Pembentukan suatu Personal Branding adalah layaknya seperti cara kerja


merek bisnis. Dengan perlakuan yang sama itu maka perlu dipahami

21
bagaimana cara kerja dari suatu merek bisnis. Prinsip dan ide-ide yang
dikembangkan selama bertahun-tahun di dalam bisnis dikembangkan dan
disesuaikan untuk membangun sebuah Personal Branding.
Personal branding merupakan persepsi yang tertanam dan
terpelihara dalam benak orang lain, maka yang menjadi inti persoalannya adalah
bagaimana orang lain memandang seseorang tersebut pada sisi yang positif dan
tertarik untuk menggunakan jasanya. Terdapat tiga komponen utama yang
tergabung menjadi satu, yang menentukan kekuatan dari suatu personal
branding (McNally & Speak, 2004). Merek yang kuat adalah:
a. Merek yang Khas: yakni merek yang mewakili sesuatu. Merek
tersebut memiliki suatu sudut pandang. Disini merek harus
memiliki ciri yang berbeda dari yang lainnya melalui keunikan yang
dimiliki.
b. Merek yang Relevan: apa yang diwakili oleh merek tersebut
terkait dengan apa yang dianggap penting oleh orang lain. Relevansi
ini terkait dengan objek atau target dari konsumen yang dibidik,
karena jika tidak sesuai maka persepsi positif tidak akan timbul dan
terkadang jika sudah mengganggu malah akan timbul persepsi
negatif.
c. Merek yang Konsisten: orang menjadi yakin di dalam suatu
hubungan berdasarkan kepada perilaku konsisten yang mereka rasakan
atau mereka amati. Seperti halnya perlakuan pada produk, image
positif yang telah terbentuk pada konsumen haruslah konsisten,
karena pada personal branding yang lebih terkait pada jasa,
hubungan atau relasi konsumen sangat kental sehingga jika sampai
image dari seseorang berubah maka dapat merubah persepsi dari
masyarakat yang bukan tidak mungkin akan menjadikan persepsi yang
negatif.

Ketika tindakan-tindakan seseorang bersifat khas, relevan, dan


konsisten, maka masyarakat akan mulai memandang personal brand. Seseorang
yang menciptakan dan memelihara hubungan yang bersifat emosional tersebut
dengan memperlihatkan sikap yang khas, relevan, dan konsisten

22
2.2.5 Corporate Branding
Berikut ini adalah beberapa definisi mengenai Corporate Branding:
a. Corporate Branding lebih menekankan pada sebuah organisasi
itu sendiri, dibandingkan dengan produk-produk yang diciptakan
dan dipasarkan oleh perusahaan tersebut, mewakili poin utama
dari sebuah diferensiasi dan competitive advantage dalam
sebuah pasar. (Schultz, Antorini & Csaba, 2005)
“Corporate barnding emphasizes that the organization itself,
rather than the products created and marketed by the corporation,
represents the main point of differentiation and competitive
advantage in the marketplace.” (Schultz, Antorini & Csaba,
2005)
b. Sebagai sebuah merek yang mewakili apa yang yang akan
diberikan oleh sebuah organisasi dan berdiri di belakang
penawaran tersebut, sebuah corporate brand didefinisikan
sebagai suatu hal yang terpenting bagi sebuah organisasi.
(Aaker, 2004)
“As the brand that defines the organization that will deliver
and stand behind the offering, the corporate brand is defined
primarily by organizational associations.” (Aaker, 2004)

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa corporate


branding merupakan penerapan dari penggunaan nama perusahaan sebagai suatu
merek produk, nama perusahaan digunakan sebagai penjamin dari kualitas
sebuah produk atau jasa yang ditawarkan oleh suatu organisasi atau perusahaan.
Hal ini merupakan sebuah usaha perusahaan dalam memperluas corporate brand
equity untuk menciptakan pengakuan atas merek produk (brand recognition).
Sebagai contoh, Walt Disney selalu memasukkan kata “Disney” di hampir
semua nama produknya, belum lagi perusahaan-perusahaan lain seperti IBM,
Pepsi, dan Coca- Cola.
Merek apapun, terutama merek-merek yang mengalami
kemunduran, dapat mengambil keuntungan dari nama perusahaan yang sudah
lebih terkenal dan mengidentifikasikan apa yang membuat produk tersebut

23
istimewa dan pernah berhasil sebelumnya, kadangkala nama sebuah
perusahaan lebih dipercaya oleh konsumen daripada merek sebuah produk itu
sendiri. Sebuah nama perusahaan dapat menciptakan sebuah persepsi
yang kemudian menjadi aset perusahaan dalam menggambarkan
kemampuannya untuk menciptakan produk – produk atau jasa yang
berkualitas dan inovatif bagi konsumen, sebut saja Carrefour, merek
perusahaan retail raksasa asal Prancis ini telah mampu menciptakan image harga
murah dan sistem berbelanja lengkap dan nyaman di seluruh benak konsumen
Indonesia. Atau Singapore Airlines yang dipercaya mampu memberikan
pelayanan yang sangat memuaskan dan aman, ke negara manapun anda ingin
berpergian.
Tentunya sebuah corporate brand berkaitan erat dengan pencitraan
sebuah perusahaan (corporate image), kampanye untuk membentuk sebuah
corporate image yang baik seringkali harus dilakukan untuk menciptakan
sebuah asosiasi kepada corporate brand sebagai suatu kesatuan dan sebagai
akibatnya, konsumen cenderung untuk tidak menghiraukan atau mengurangi
peranan dari individual produk atau sub-brand yang dimiliki perusahaan. Saat ini
ada banyak perusahaan yang menjalankan strategi corporate brand, terutama
pada industri retail dan jasa, yang biasanya menggunakan nama perusahaan
mereka sebagai merek. Hal ini dikarenakan adanya keterkaitan yang tinggi
antara produk-produk dengan nama perusahaan itu sendiri.
Di masa lalu, banyak pihak memberikan kritik atas kampanye corporate
brand yang dilakukan oleh perusahaan, mereka menggangap kegiatan
tersebut hanya menghabiskan dana dan waktu, namun sangat mudah dilupakan
oleh konsumen. Akan tetapi, sebuah corporate brand yang kuat dapat
memberikan keuntungan marketing dan financial yang sangat besar bagi
sebuah perusahaan. Satu kampanye iklan mampu diterapkan untuk beberapa
produk. Hal ini juga mampu memfasilitasi penerimaan akan produk baru
karena pembeli potensial sudah mengenal nama perusahaan dengan baik.
Untuk memaksimalkan kesuksesan yang akan dicapai, pemasar harus
dengan jelas menetapkan tujuan dari sebuah kampanye coporate brand dan
dengan hati-hati memberikan pengukuran atas hasil dari tujuan-tujuan

24
tersebut. Sejumlah tujuan yang berbeda mungkin dilakukan dalam sebuah
kampanye corporate brand, antara lain:
a. Membangun awareness dari sebuah perusahaan dan nature
dari bisnis itu sendiri: Sebagai contoh, Hewlett Packard (HP)
melakukan kampanye corporate brand dengan tema
“Expanding Possibilities”, sebelum merubahnya ke tema
lain yakni “Invent” yang lebih memberikan penekanan pada
kepemimpinan HP dalam teknologi, visi dan kemampuan yang
luas.
b. Membangun kepercayaan dan kredibilitas perusahaan:
Sebagai contoh, Johnson & Johnson melakukan kampanye untuk
mempromosikan kepercayan pada coporate brand. Iklan TV
komersial dibuat dengan menonjolkan banyak adegan yang
dilakukan oleh sebuah keluarga yang hangat dan bahagia, tanpa
adanya penekanan khusus produk-produk yang ditampilkan, di
akhir iklan tersebut dimunculkan sebuah kalimat: “Selama
bertahun-tahun, Johnson & Johnson telah melindungi banyak
keluarga lebih dari yang lainnya.”
c. Menciptakan asosiasi sebuah coporate image yang dapat
diperluas oleh product-specific marketing: Untuk memposisikan
diri sebagai merek yang lebih consumer-friendly, Philips
Consumer Electronics meluncurkan iklan global perusahaan di
tahun 2004. Memfokuskan diri pada tagline baru
perusahaan,“Sense and Simplicity”, yang menggantikan tagline
lama yang sudah digunakan selama sembilan tahun, yakni, “ Let’s
make Things Better”, iklan tersebut memunculkan inovasi produk-
produk Phillips yang sangat cocok dan mudah digunakan oleh
konsumen dengan gaya hidup yang modern.

Sebuah corporate branding yang sukses seringkali dibangun dari


hubungan yang kuat antara apa yang top management perusahaan coba
untuk capai (strategic vision), apa yang karyawan perusahaan yakin dan percaya
(organizational culture), dan bagaimana pihak luar-stakeholders mencitrakan

25
perusahaan tersebut (corporate image). Ketiga faktor tersebut akan mampu
mengidentifikasi dan menentukan kinerja sebuah corporate brand.
Ada lima hal terpenting dalam membangun sebuah corporate branding
(Aaker, 2004):
a. People
Sumber daya manusia yang ada pada perusahaan, terutama
pada perusahaan jasa yang memberikan pelayanan secara langsung,
sangat berpengaruh pada pembentukan image dari sebuah corporate
brand. Jika mereka terlihat ramah dengan konsumen, meliki respon
dan kompetensi yang baik, maka sebuah corporate brand akan
mendapatkan lebih banyak perhatian, lebih dihargai, disukai dan akhirnya
menciptakan kesetiaan konsumen. Yang berpengaruh bukan hanya
pada apa yang mereka kerjakan, tetapi pada tingkah laku, dan budaya
karyawan perusahaan yang membuat mereka mampu melakukan
tindakan-tindakan positif tersebut.
b. Values & Priorities
Yang terpenting dalam sebuah perusahaan adalah nilai – nilai
dan prioritas. Nilai – nilai dan prioritas apa yang akan dipegang
teguh oleh perusahaan meski dalam keadaan sulit sekalipun? Hal
inilah yang akan menjadi dasar pentuan strategi bisnis perusahaan.
Inovasi, kualitas dan fokus terhadap konsumen biasanya menjadi nilai-
nilai dan prioritas utama yang dipegang oleh sebuah perusahaan, karena
ketiga hal ini mampu mendukung terciptanya corporate brand.
c. Innovation
Sebuah organisasi yang memiliki citra sebagai perusahaan yang
berinovasi tinggi, akan mampu meningkatkan kredibilitas perusahaan.
Dari beberapa studi kasus yang pernah dilakukan, sebuah inovasi mampu
meningkatkan penerimaan konsumen terhadap produk-produk baru yang
ditawarkan oleh perusahaan. Tentu saja tidak mudah untuk memiliki
reputasi inovatif, beberapa perusahaan besar (terutama di Jepang) telah
menghabiskan biaya R&D yang tidak sedikit untuk mempertahankan
reputasi tersebut, seperti SONY yang mampu mempertahankan

26
reputasinya sebagai perusahaan yang inovatif dan mampu menciptakan
serangkaian kategori produk yang berada dalam satu corporate brand.
d. Perceived Quality
Apakah sebuah perusahaan dipersepsikan untuk memiliki kualitas
yang tinggi dalam memenuhi janji-janji merek? Apakah perusahaan dapat
dipercaya? Perceived Quality atau kualitas yang dipersepsikan
oleh konsumen, membutuhkan sebuah komitmen akan kualitas dari
suatu organisasi, hal ini memiliki pengaruh terhadap ROI sebuah
perusahaan. Namun, menciptakan sebuah perceived quality
nyatanya lebih sulit daripada menciptakan persepsi inovatif.
Memenuhi actual quality saja tidak cukup, persepsi juga perlu dibentuk
dan dijaga, segala hal kecil yang dapat dilihat dan dirasakan oleh
konsumen yang berkatian dengan perusahaan, mampu mempengaruhi
perceived quality.
e. Concern for Customers
Sebuah perusahaan harus memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap
konsumen, konsumen perlu merasa bahwa mereka dihargai dan
diperlakukan dengan prioritas yang tinggi, maka konsumen akan
membicarakan hal yang baik mengenai perusahaan.

2.2.6 Personal Branding dan Corporate Branding

Personal Branding memiliki hubungan erat dan berbanding lurus dengan


corporate branding. Reputasi dan kredibilitas seseorang dapat dialihkan kepada
korporat dimana seseorang tersebut berada, sehingga mampu memberikan
nilai kapitalisasi yang tinggi. Namun disisi lain reputasi dan kredibilitas yang
buruk juga mampu memberikan dampak negatif bagi korporat.
Personal branding dan corporate branding bisa saling menguatkan, asal
dikelola secara terintegrasi, personal branding dapat “dijual” untuk kepentingan
membangun corporate branding. Jasa profesional atau produk diyakini lebih
mudah dijual kepada klien atau konsumen jika mereknya sudah dikenal. Adanya
merek membuat orang lebih percaya kepada apa yang ditawarkan.

27
Pemimpin dapat menjadi instrumen dalam memperbaharui brand melalui
kepribadiannya dimana juga terdapat resiko institusi besar di belakang ekspektasi
yang telah terbangun. Steve Jobs dan Jack Welch adalah contoh dari
personal brand yang kuat yang mampu mendukung identitas perusahaan
(corporate identity).
Tidak diragukan bahwa seseorang pemimpin yang baik yang pada
saat yang sama juga dikenal sebagai seorang komunikator ulung dan
berpengalaman – adalah sebuah aset bagi organisasi. Tetapi apa yang terjadi
ketika si komunikator
ulung tersebut menjadi sebuah brand bersama dengan organisasi? Apakah
itu berarti penguatan citra perusahaan atau justru hanya penguatan personal
branding dari pemimpin? Dan apakah ini merupakan sebuah resiko?
Ketika pemimpin berkembang menjadi suatu merek, hal tersebut biasanya
dikarenakan mereka berpegang pada sesuatu yang khusus yang kita ketahui
dan kita akui, dan seringkali tersimbolisasi dalam kualitas, tanlenta atau
pendekatan mereka yang spesifik.
Beberapa orang akan berargumen bahwa artis, kaum intelektual dan guru
selalu terinspirasi untuk menjadi suatu merek, selama kesuksesan
mereka tergantung pada kemampuan mereka untuk bertahan dan menyampaikan
suatu perbedaan yang dirasakan oleh orang lain, sehingga menjadi sesuatu yang
sangat relevan dan menarik.
Berikut ini adalah enam elemen yang secara ringkas akan mampu
menjelaskan keterkaitan antara personal branding dan corporate branding dari sisi
yang sedikit berbeda (Bence)
a. Target Market/Audience
Siapa yang menjadi target perusahaan sebagai konsumen atau calon
konsumen bagi produk dan jasa yang ditawarkan? Tentu saja jawabannya
akan beragam, tergantung dari jenis produk yang ditawarkan
oleh perusahaan. Apakah itu anak muda, orang tua, ataupun dapat
dibedakan dari strata ekonominya. Sama halnya dengan personal
branding, anda perlu fokus terhadap target audience yang anda inginkan,

28
apakah anda menawarkan produk yang sama dengan yang perusahaan
tawarkan? Jika ya, maka tercipta kesamaan target market/audience.
b. Needs
Perusahaan menjawab kebutuhan konsumen melalui produk-produk
dan jasa yang dimilki. Hal ini tidak berbeda dengan personal brand, anda
akan berusaha memenuhi kebutuhan yang diinginkan audience dari
personal brand anda dan sebaik apa anda bisa memenuhi kebutuhan
tersebut.
c. Competition/Comparison
Perusahaan yang menjalankan corporate brand perlu mengetahui
pesaing - pesaing mereka dengan tujuan untuk memahami mengapa
konsumen mau memiih produk mereka dibandingkan dengan produk
pesaingnya. Sama halnya dengan anda yang ingin melakukan personal
brand, anda perlu mengetahui tentang orang lain yang mungkin akan
dibandingan dengan anda oleh audience, apakah ada orang lain yang
lebih baik yang mampu menggantikan anda? Hal ini disebut sebagai
personal brand comparison.
d. Benefits/Unique Strengths
Sebuah corporate brand harus menawarkan keunggulan yang spesifik
kepada target market-nya, tidak berbeda dengan personal brand, perlu
dikomunikasikan kekuatan – kekuatan unik yang membedakan anda
dari yang lainnya.
e. Reasons Why
Sebuah nama merek besar harus memiliki dasar alasan kuat yang mampu
meyakinkan target market perusahaan bahwa merek tersebut akan mampu
memenuhi semua keuntungan-keuntungan yang ditawarkan.
Personal brand anda juga harus memiliki alasan – alasan kuat,
alasan yang dijadikan dasar oleh audience yang membuat mereka yakin
bahwa anda mampu memberikan kekuatan-kekuatan unik yang anda
janjikan.

29
f. Brand Character
Setiap merek, baik corporate maupun personal, memiliki sebuah
kepribadian atau karakter yang membuatnya berbeda dari yang lain,
Pikirkan perbedaan dari Pepsi dan Coca Cola, keduanya
memiliki komposisi produk yang hampir sama, namun setiap merek
memiliki karakter unik yang telah diciptakan secara kreatif oleh pemasar,
dan itulah yang menjadi alasan konsumen untuk memilih salah satu dari
kedua merek tersebut.

2.2.7 Konsep Brand Equity

Dalam kondisi pasar yang kompetitif, preferensi dan loyalitas pelanggan


adalah kunci kesuksesan. Beragam motivasi untuk membeli, memainkan peranan
kuat pada berbagai waktu dan tempat. Saat ini, para pelanggan memberikan
bobot yang lebih besar pada kualitas dan nilai dalam membuat keputusan
membeli. Oleh karena itu, agar dapat memenangkan persaingan, setiap
perusahaan harus meningkatkan “brand” atau citra merek yang telah
ada sehingga dapat menciptakan kesetiaan pelanggan terhadap perusahaan.
Brand atau Merek merupakan nama ataupun simbol yang bersifat
membedakan, dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari
seorang penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu. Merek memberi tanda
pada konsumen mengenai sumber merek tersebut, dan melindungi konsumen
maupun produsen dari para kompetitor yang berusaha memberikan produk
yang tampak identik.
Untuk mengetahui ekuitas merek pada produk-produk yang dimiliki oleh
setiap perusahaan diperlukan penelitian asset-asset yang membentuk ekuitas
merek (brand equity), sehingga perusahaan dapat menyesuaikan aktivitas
pemasaran yang dilakukan melalui “brand” yang terbentuk di benak pelanggan
untuk dapat meningkatkan ekuitas merek perusahaan. Agar lebih jelasnya,
berikut ini adalah definisi dari Brand Equity:

Brand Equity atau ekuitas merek merupakan seperangkat aset dan liabilitas merek
yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau

30
mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu barang atau jasa kepada
perusahaan atau pelanggan perusahaan. (Aaker, 1991)
“Brand Equity is a set of brand assets and liabilities linked to a brand, its
name and symbol, that add to or subtract from the value provided by a
product or service to a firm and/or to that firm’s customer.” (Aaker, 1991)
Merek yang dimiliki oleh perusahaan dapat menyampaikan 5
tingkat pengertian kepada konsumen, yaitu:
 Atribut: Merek pertama-tama akan mengingatkan konsumen
terhadap artibut yang dimiliki oleh suatu produk.
 Manfaat: Suatu merek lebih daripada fungsi serangkaian
atribut. Perlu diketahui bahwa pada dasarnya konsumen tidak
membeli atribut, akan tetapi mereka membeli manfaat. Atribut
diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional,
terlebih lagi aspek emosional.
 Nilai: Merek harus dapat mencerminkan sesuatu hal mengenai
nilai-nilai pembeli.
 Merek juga mewakili budaya tertentu, yang lebih identik pada
customer habit.
 Kepribadian: Perlu diketahui juga bahwa merek dapat
menggambarkan kepribadian dari pemakainya.

2.2.7.1 5 Categories of Brand Assets and Liabilities

Sesuai dengan definisi dari brand equity dimana merupakan seperangkat


dari aset dan liabilitas, dikelompokan ke dalam lima kategori:
1. Brand Loyalty (Loyalitas merek)
2. Brand Awareness (Kesadaran Nama)
3. Perceived Quality (Persepsi Kualitas)
4. Brand Association (Assosiasi - assosiasi merek)
5. Other Propietary Brand Assets (Royalty, Lisensi, Paten, dan
sejenisnya)

31
Konsep ekuitas merek dapat dilihat pada gambar di bawah ini,
dimana memperlihatkan bahwa ekuitas merek dapat
menciptakan nilai baik bagi pelanggan maupun bagi perusahaan

2.2.7.2 Brand Awareness

Kesadaran merek adalah kesanggupan seorang pembeli untuk


mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan
bagian dari kategori produk tertentu. Kesadaran merek membutuhkan
jangkauan kontinum (continuum ranging) dari perasaan yang tak pasti
bahwa merek tertentu telah dikenal dan menjadi keyakinan bahwa produk
tersebut merupakaan satu-satunya dalam kelas produk yang berada pada
kategorinya.
Jangkauan kontinum ini diwakili oleh empat tingkat kesadaran
merek, seperti digambarkan dalam The Awareness Pyramid berikut ini:
Yang dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
a. Top of Mind (puncak pikiran). Yaitu merek produk yang pertama kali
disebutkan oleh konsumen secara spontan dan menempati tempat
khusus atau istimewa dibenak konsumen.
b. Brand recall (pengingatan kembali merek). Mencerminkan merek–
merek apa saja yang diingat konsumen setelah menyebutkan merek yang
pertama kali disebut. Dimana merek-merek yang disebutkan kedua, ketiga
dan seterusnya merupakan merek yang menempati brand recall dalam
benak konsumen.
c. Brand Recognition (pengenalan merek). Merupakan tingkat minimal
dari kesadaran merek yang merupakan pengenalan merek dengan
bantuan, misalnya dengan bantuan daftar merek, daftar gambar, atau
cap merek. Dan merek yang masuk dalam ingatan konsumen
disebut brand recognition.
d. Unware of Brand (tidak menyadari merek) Merupakan tingkatan
merek yang paling rendah dalam piramida brand awareness, dimana
konsumen tidak menyadari akan eksistensi suatu merek.

32
Peran brand awareness terhadap brand equity dapat dipahami dengan
membahas bagaimana brand awareness menciptakan suatu nilai. Penciptaan
nilai ini dapat dilakukan dengan banyak cara, antara lain :
 Anchor to which other association can be attached. Pada
dasarnya suatu merek dapat memiliki hubungan dengan hal-hal
lain.
 Familiarity liking. Suatu upaya mengenalkan sebuah merek
dengan cara menimbulkan suatu hal yang familiar. Suatu
kebiasaan dapat menimbulkan keterkaitan kesukaan yang
kadang-kadang dapat berpengaruh dalam membuat keputusan.
 Signal of substance/commitment. Kesadaran akan
merek dapat menandakan keberadaan, komitmen, dan inti
yang sangat penting bagi suatu perusahaan.
 Brand to be considered. Penyeleksian suatu kelompok merek
yang telah dikenal sebagai suatu upaya mempertimbangkan
merek mana yang akan diputuskan untuk digunakan. Keputusan
pemilihan ini biasanya dipengaruhi oleh ingatan konsumen
terhadap merek yang paling diingat.

2.2.7.3 Brand Association

Brand association merupakan segala kesan yang muncul dan


terkait dengan ingatan konsumen mengenai suatu merek. Brand
association mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu
kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat,
atribut, produk, geografis, harga, pesaing, selebriti dan lain-lainnya. Suatu
merek yang telah mapan sudah pasti akan memiliki posisi yang lebih
menonjol daripada pesaing, bila didukung oleh asosiasi yang kuat.
Berbagai brand association yang saling berhubungan akan
membentuk suatu rangkaian yang disebut brand image, semakin banyak
asosiasi yang saling berhubungan, maka semakin kuat brand image yang
dimiliki merek tersebut. Image merek yang baik sangatlah penting dimata

33
konsumen, karena dapat menjadi nilai tambah dalam pengambilan keputusan
pemilihan merek.
Fungsi brand association dalam pembentukan brand equity adalah sebagai
berikut:
 Membantu proses penyusunan informasi merek yang
dibutuhkan saat pengambilan keputusan.
 Memberikan landasan yang penting untuk membedakan merek
tersebut dengan merek lainnya.
 Sebagai alasan konsumen untuk membeli atau
mengkonsumsi produk dengan merek tersebut.
 Menciptakan sikap positif terhadap merek tersebut.
 Sebagai landasan untuk melakukan perluasan merek (brand
expansion) dengan menciptakan rasa kesesuaian atau sense of
fit antara merek dan sebuah produk baru, dan memberikan
alasan bagi konsumen untuk juga membeli produk hasil
perluasan perusahaan tersebut.

2.2.7.4 Perceived Quality

Persepsi kualitas merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan


kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan
dengan maksud yang diharapkan konsumen. Persepsi terhadap kualitas
keseluruhan dari suatu produk atau jasa tersebut dapat menentukan nilai
dari produk atau jasa tersebut dan berpengaruh langsung kepada keputusan
pembelian dan loyalitas konsumen terhadap suatu merek.
Perceived quality tidak dapat ditetapkan secara objektif, karena akan
melibatkan hal-hal apa saja yang dianggap penting bagi pelanggan.
Sedangkan antara pelanggan yang satu dengan lainnya memiiki
kepentingan yang relatif berbeda terhadap suatu produk atau jasa.
Terdapat beberapa dimensi yang mendasari penilaian persepsi
kualitas terhadap produk antara lain :
 Karakteristik produk.

34
 Kinerja merek.
 Feature (bagian tambahan/elemen sekunder pada produk)
 Kesesuaian dengan spesifikasi.
 Keandalan.
 Ketahanan.
 Pelayanan.
 Hasil akhir (fit and finish).

Sebagai penutup, secara umum perceived quality dapat


menghasilkan beberapa nilai–nilai positif bagi perusahaan, yaitu :
1) Menjadi alasan konsumen untuk membeli produk dengan
merek tersebut.
2) Diferensiasi atau positioning product, sebuah prinsip dalam
karakteristik positioning sebuah merek adalah penentuan
posisinya dalam dimensi kualitas, apakah ingin ditetapkan
sebagai merek super premium, premium, value, atau kelas
ekonomi? Dengan perceived quality yang positif,
perusahaan akan mampu membedakan dirinya dengan
pesaing.
3) Harga Premium, perceived quality memberikan keuntungan
bagi perusahaan untuk menentukan harga premium atau
optimum bagi produknya. Harga premium akan mampu
meningkatkan profit dan atau menyediakan sumber daya
dimana dengan hal tersebut perusahaan mampu berinvestasi
ulang terhadap merek.
4) Perluasan saluran distribusi, perceived quality yang tinggi
akan mampu memotivasi anggota saluran distribusi seperti
pedagang besar dan retailer untuk memasarkan produk
tersebut dan menjadi anggota saluran, hal ini berarti
semakin luasnya saluran distribusi produk.
5) Perluasan merek, seperti halnya asosiasi yang positif,
perceived quality yang tinggi dan positif juga menimbulkan
kemudahan produsen untuk memperluas merek kedalam

35
kategori produk baru sehingga memungkinkan adanya
perluasan market share.

2.2.7.5 Building Brand Equity

Dalam membangun brand equity terdapat tiga faktor pendorong


utama, dimana ketiganya saling berhubungan. Dalam penggunaannya ketiga
faktor ini bergantung pada karakteristik dan kebutuhan dari merek itu sendiri.
Tiga faktor pendorong brand equity:
 Pemilihan dari elemen-elemen yang dapat membentuk merek
 Produk dan aktivitas pemasaran
 Asosiasi yang terbentuk pada merek ketika dihubungkan
dengan suatu entitas

2.2.7.6 Brand Element

Elemen merek adalah suatu alat pembentuk ciri khas yang dapat
mengidentifikasi dan membedakan merek yang satu dengan lainnya.
Penggunaan elemen merek haruslah tepat sehingga dapat memberikan
dampak terbaik dalam pembentukan brand equity. Penggunaan elemen
merek yang tidak secara utuh atau hanya menggunakan beberapa elemen
dapat diukur pada konsumen dengan sejauh mana persepsi mereka
terhadap merek tesebut. Adapun yang menjadi elemen dari merek adalah
nama, logo, slogan, simbol dan karakter-karakter dari merek.
Pemilihan elemen merek didasari atas kemudahan untuk diingat,
memiliki arti tertentu, mudah disukai, dapat ditransfer, dapat
diadaptasi dan dapat dilindungi. Kemudahan untuk diingat, memiliki arti
tertentu dan mudah disukai adalah tiga ciri elemen pembentuk merek dalam
hal bagaimana brand equity dapat dibentuk. Sedangkan dapat ditransfer,
diadaptasi dan dilindungi adalah elemen yang lebih defensif dimana
brand equity yang mengandung elemen merek dapat di-leverage dan dijaga
dalam menghadapi berbagai peluang dan hambatan.

36
2.2.7.7 Produk dan Aktivitas Pemasaran

Konsumen dapat mengetahui sebuah merek melalui berbagai cara,


antara lain melalui observasi, penggunaan sehari-hari, dari mulut ke
mulut, adanya interaksi dengan personil dari perusahaan tersebut, dan dari
berbagai media komunikasi. Suatu merek agar lebih mudah dan cepat
dikenali tentunya harus menerapkan berbagai aktivitas pemasaran,
kegiatan pemasaran ini haruslah dibangun secara holistik dan
berfokus pada personalisasi, integrasi dan internalisasi.
Dalam pandangan pemasaran, personalisasi ini adalah bagimana
membuat konsumen terlibat lebih aktif pada suatu merek dengan
menciptakan hubungan yang lebih aktif dan intesif. Personalisasi
pemasaran adalah memastikan merek dan pemasaran itu relevan kepada
konsumen sebanyak mungkin.
Integrasi adalah pembauran pemasaran dan kegiatan pemasaran yang
cocok untuk memaksimalkan individual dan efek kolektivitas. Disini
pemasar membutuhkan sekumpulan aktivitas pemasaran yang berbeda yang
dapat memperkuat janji sebuah merek. Integrasi pemasaran sangatlah
kritikal dalam komunikasi pemasaran. Dari perspektif dalam membangun
merek, semua pilihan komunikasi harus dievaluasi dalam kaitannya dengan
kemampuan untuk mempengaruhi merek secara merata. Setiap
komunikasi harus dinilai dari segi efektivitas dan efisiensi yang dapat
mempengaruhi brand awareness dan juga menciptakan,
mempertahankan, atau memperkuat citra merek tersebut.
Kemampuan konsumen untuk mengidentifikasi merek di bawah
kondisi yang berbeda, tercermin dengan pengakuan merek atau kembali pada
kinerja merek itu sendiri. Persepsi dan kepercayaan konsumen pada suatu
merek tercermin dalam asosiasi di memori konsumen.
Dalam internalisasi, pemasar harus mengadopsi perspektif internal
untuk mempertimbangkan atau mengambil langkah-langkah apa yang
memastikan karyawan dan mitra pemasaran menghargai dan mengerti
dasar merek tersebut. Merek internal merujuk kepada kegiatan dan
proses yang membantu untuk memberi informasi dan inspirasi kepada

37
karyawan. Prinsip penting untuk internalisasi merek adalah memilih pada
saat yang tepat, memiliki hubungan internal dan eksternal pemasaran, dan
membawa merek hidup di lingkungan karyawan.

2.2.7.8 Leveraging secondary associations

Leveraging secondary associations merupakan cara ketiga untuk


pembentukan brand equity, seringkali diinterpretasikan sebagai efek
peminjaman. Hal ini dikarenakan pembentukan brand equity dengan
menghubungkan merek pada informasi pada memori yang dapat
menyampaikan arti tertentu pada konsumen.
Untuk meleverage brand equity suatu perusahaan dapat dilakukan
melalui beberapa cara dengan menghubungkan merek dengan (Keller):
1. Merek lain atau perusahaan lain melalui strategi branding
Mengangkat sebuah merek dapat dilakukan dengan strategi
aliansi, brand ingredients, brand companies, dan brand
extensions.
2. Penggunaan saluran distribusi dan negara tempat produksi.
Image merek akan muncul di benak konsumen sesuai
dengan saluran tempat penjualan produk dan negara tempat
produksi.
3. Kegiatan-kegiatan
Merek dapat menjadi sponsor dari berbagai kegiatan-
kegiatan penting yang menjadikan merek memiliki image
yang sama dengan kegiatan tersebut.
4. Orang-orang, terutama pegawai atau endorser
Image dari endorser ataupun pegawai dapat dilekatkan ke merek
sehingga persepsi konsumen akan tercermin dari integritas dan
identitas dari orang- orang tersebut.

Dengan membuat hubungan antara merek dengan entitas lain,


konsumen akan membentuk asosiasi dari merek kepada entitas dan secara
konsekuen kepada setiap asosiasi, penilaian, perkiraan yang berhubungan

38
dengan entitas tersebut. Secara umum secondary brand knowledge adalah
pengaruh evaluasi kepada suatu produk ketika konsumen kesulitan untuk
melakukan penilaian terhdap produk.
Menghubungkan merek ke suatu entitas tidak hanya menimbulkan
asosiasi merek yang baru dari entitas, namun juga mempengaruhi
asosiasi merek yang sudah ada. Terdapat tiga faktor penting dalam
memprediksi leverage dari hubungan antara merek dengan suatu
entitas:
1. Awareness and knowledge of the entity
Sangat penting untuk diketahui apakah konsumen mengenal
entitas yang digunakan sebagai alat leverage, karena jika
tidak akan memberikan efek pada merek. Entitas yang
dikenal oleh konsumen haruslah pada kelebihan dan
keunikan yang dapat menimbulkan penilaian yang positif.
2. Meaningfulness of the knowledge of the entity
Relevansi dari apa yang dimiliki oleh entitas terhadap merek
ataupun pada konsumen yang tepat. Hal ini berkaitan dengan
efektivitas untuk leverage merek.
3. Transferability of the knowledge of the entity
Semua elemen dari entitas terutama berkaitan dengan persepsi
positif pada kekuatan dan keunikan dari entitas haruslah dapat
ditransfer pada merek. Dimana harus ada kesesuaian identitas
antara entitas dengan merek.

Konsep personal branding yang dapat dibawa ke brand


equity suatu institusi berkaitan dengan kekuatan personal branding dan
kesesuaian dari image yang akan dibawa oleh endorser kepada institusi.
Hal yang sangat penting adalah penyamaan dentitas personal branding
yang akan dibawa ke institusi dan memberikan persepsi positif di mata
konsumen.

39
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Neil Blumenthal, cofounde rdan co-CEO dari Warby Parker
mengatakan bahwa startup adalah suatu perusahaan yang bekerja untuk
memecahkan masalah dimana solusinya tidak jelas dan kesuksesan tidak
dijamin.
Perkembangan start up di Indonesia bisa dikatakan cukup pesat
menggembirakan. Setiap tahun bahkan setiap bulan banyak muncul
founder dari start up tersebut.
Hustler merupakan istilah bagi orang dalam sebuah start up yang
memiliki tanggungjawab untuk pengembangan bisnis. Saat akan memulai
membangun start up, hustler harus fokus pada customer development,
product management, selling, blogging dan recruiting.
Personal Branding adalah segala sesuatu yang ada pada diri
anda yang membedakan dan menjual, seperti pesan anda, pembawaan diri
dan taktik pemasaran.

3.2 SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang
tentunga dapat di pertanggung jawabkan.

40
DAFTAR PUSTAKA
Yudhanto, Yudho. 2018. Information Technology Business Start-Up.
Jakarta:PT Elex Media Komputindo
Ramdhan, Hendry.E . .Startup Business Model. Jakarta Timur:Penebar
Plus

41

Anda mungkin juga menyukai