H17aan PDF
H17aan PDF
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko Produksi
Budidaya Udang Vannamei ( Litopenaeus Vannamei ) pada Balai Sea Farming
Pulau Semak Daun karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2017
Udang adalah salah satu komoditas unggulan perikanan budidaya. Balai Sea
Farming merupakan tempat pembudidayaan udang khususnya udang vaname
(Litopenaeus Vannamei). Balai Sea Farming menghadapi risiko produksi yang
diindikasikan oleh adanya fluktuasi hasil produksi. Tujuan penelitian ini adalah
mengidentifikasi sumber risiko produksi dengan menggunakan analisis deskriptif,
lalu menganalisis probabilitas dan dampak menggunakan metode Z-Score dan
Value at Risk, serta mengidentifikasi alternatif strategi untuk menangani risiko
produksi yang dihadapi Balai Sea Farming. Berdasarkan hasil identifikasi, sumber
risiko produksi yang terdapat pada Balai Sea Farming adalah jaring robek, peyakit,
dan amoniak. Sumber risiko produksi dengan probabilitas dan dampak tertinggi
adalah jaring robek. Strategi preventif untuk mengurangi probabilitas sumber risiko
yang ada adalah memasang jaring tambahan diluar keramba, dan mengefektifkan
pemberian pakan, sedangkan strategi mitigasi untuk mencegah dampak adalah
menjaga kebersihan jaring dan melakukan pengawasan dan pengecekan pada
keramba secara berkala.
ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
karunia dan rahmat-Nya sehingga skripsi berjudul Analisis Risiko Produksi
Budidaya Udang Vannamei ( Litopenaeus Vannamei ) pada Balai Sea Farming
Pulau Semak Daun dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Puji dan sholawat
senantiasa penulis curahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga beliau, dan para
sahabat hingga hari akhir.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang terlibat
dan mendukung penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan arahan serta masukan dalam menulis skripsi.
2. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku pembimbing akademik yang telah memberi
bimbingan dan arahan selama masa perkuliahan.
3. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen penguji dan Maryono, Sp, MSc selaku
dosen penguji komisi pendidikan atas masukan dan saran untuk perbaikan
skripsi ini.
4. Ibu Iriani, Bapak Firvastra, dan kakak Ayu Frianka, SE yang memberikan
dukungan doa, semangat, dan finansial kepada penulis dalam menyelasaikan
bangku perkuliahan.
5. Ivony Annisa, SE yang selama perkuliahan 4 tahun selalu menemani, sabar dan
membantu penulis dalam berbagai hal. Terima kasih untuk selalu ada disaat
susah maupun senang.
6. Tiara Nisrina, SE yang dengan sabar selalu menemani dan mendengarkan
keluh kesah. Terima kasih telah memberikan banyak waktunya.
7. Anisah Putri Yeni, SE yang selalu memberikan dukungan dan memberikan
dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan studi.
8. Ayu Aji Putri, SE dan Mohammad Sapta Juhdi, S.Pi yang banyak membantu
memberikan saran untuk menyelesaikan skripsi.
9. Keluarga besar MAX!! untuk pelajaran berharga yang tidak saya dapatkan di
kelas.
10. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 50 untuk canda tawa dan kenangannya
selama duduk dibangku perkuliahan.
11. Saudara-saudara tersayang ( Meli, Iqbal, Aninda, Rosid, Dimas, Aris, Harfan)
yang selalu menjadi tempat nyaman untuk pulang.
12. Sahabat-sahabat terdekat ( Meli, Nabilla, Nadia, Natika, Tiara, Arryn ) untuk
doa dan dukungannya.
13. Muhamad Patria Laksono, S.Pi untuk segala dukungan dan perhatian sehingga
penulis dapat lulus pada waktu yang tepat.
DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR LAMPIRAN ii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 6
Manfaat Penelitian 6
Ruang Lingkup Penelitian 6
TINJAUAN PUSTAKA 6
Sumber-Sumber Risiko 6
Probabilitas dan Dampak Sumber Risiko 7
Strategi Pengelolaan Risiko 8
KERANGKA PEMIKIRAN 8
Kerangka Pemikiran Teoritis 8
Konsep dan Definisi Risiko 8
Sumber Risiko 9
Pengukuran Risiko 9
Pemetaan Rsisiko 10
Strategi Pengelolaan Risiko 11
Kerangka Pemikiran Operasional 11
METODE PENELITIAN 12
Lokasi Penelitian 12
Jenis dan Sumber Data 13
Metode Pengumpulan Data 13
Metode Pengolahan dan Analisis Data 13
Analisis Deskriptif 13
Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko (Probabilitas) 14
Analisis Dampak Risiko 15
Pemetaan Risiko 15
Penanganan Risiko 15
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 17
Sejarah Singkat Sea Farming 17
Lokasi Budidaya Udang Vannamei 18
Struktur Organisasi 18
Proses Budidaya 19
HASIL DAN PEMBAHASAN 21
Identifikasi Sumber Risiko 21
Analisis Probabilitas Risiko Produksi 24
Analisis Dampak Risiko Produksi 25
Pemetaan Sumber Risiko Produksi 27
Strategi Penanganan Risiko Produksi 28
SIMPULAN DAN SARAN 32
DAFTAR PUSTAKA 32
RIWAYAT HIDUP 36
DAFTAR TABEL
1 Produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha
tahun 2013-2015 1
2 Nilai Ekspor Produk Perikanan 2010-2014 2
3 Nilai Ekspor Hasil Perikanan Menurut Komoditas Utama 2012-2015
3
4 Probabilitas Sumber Risiko Produksi pada Budidaya Udang di Balai Sea
Farming Pulau Semak Daun 24
5 Dampak Sumber Risiko Produksi paa Budidaya Udang di Balai Sea
Farming Pulau Semak Daun 25
6 Status Risiko pada Budidaya Udang di Balai Sea Farming 26
DAFTAR GAMBAR
1 Konsumsi Ikan Nasional 2010-2014 2
2 Grafik Hasil Produksi Budidaya Udang Vannamei Sea Faring 5
3 Peta Risiko 10
4 Kerangka Pemikiran Operasional 12
5 Peta Risiko Strategi Preventif 16
6 Peta Risiko Strategi Mitigasi 17
7 Struktur Organisasi Sea Farming Pulau Semak Daun 19
8 Penyakit Virbio Harveyi 22
9 Jaring robek 23
10 Keramba Jaring Apung 23
11 Pemetaan Risiko pada Budidaya Udang Vannamei di Balai Sea Farming 28
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tabel 1. Produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha
tahun 2013-2015
Tahun (Milyar) Kenaikan
Sektor
2013 2014 2015 rata-rata (%)
Tanaman
332 111.90 343 252.30 393 371.70 6
pangan
Tanaman
137 368.80 160 568.60 175 164.50 8
holtikultura
Perkebunan 358 172.40 398 260.70 411 863.40 4
Peternakan 147 981.90 167 008.00 183 444.10 7
Perikanan 210 670.80 245 488.00 292 135.60 11
Kehutanan 69 599.20 74 618.00 81 743.10 5
Jumlah 1 255 905 1 389 195.6 1 537 722.4 6
PDB nasional 9 546 134 10 565 817.3 11 540 789.8 6
Sumber : Badan Pusat Statistik 2016,(diolah)
45
40
35 38.14
30 33.89 35.21
32.25
30.48
25
20
15
10
5
0
2010 2011 2012 2013 2014
Konsumsi (kg/kapita)
hasil perikanan budidaya semakin besar setiap tahunnya. Pemerintah harus dapat
meningkatkan produksi perikanan budidaya selain untuk menstabilkan ekonomi
masyarakat, juga untuk memenuhi permintaan konsumsi ikan nasional.
Udang yang merupakan salah satu komoditas unggulan pada perikanan
budidaya juga menjadi andalan pada ekspor hasil perikanan. Tabel 3 menunjukan
perkembangan nilai ekspor udang yang naik setiap tahunnya dan paling tinggi jika
dibandingkan dengan komoditas perikanan lain. Permintaan yang besar terhadap
udang, baik di dalam maupun luar negeri menjadikan Indonesia berpeluang besar
untuk menjadi produsen dan eksportir utama udang. Hal ini didukung dengan
luasnya lahan budidaya yang potensial untuk udang, baik dengan kolam buatan atau
danau maupun disekitar pantai dan pulau.
Rumusan Masalah
120
111.35
105.8
100
91.2
80 82.15
76.2
67.5
60 60.5 60.5
49
40 40.5
24.11 27
20
produksi
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Sumber-Sumber Risiko
Probabilitas dan dampak dari sumber risiko pada perikanan budidaya sangat
beragam. Pada penelitian yang dilakukan oleh Nurlela (2015) dan Manik (2013),
keduanya menyatakan bahwa sumber risiko yang mempunyai probabilitas tertinggi
terdapat pada kanibalisme dengan presentase masing-masing sebesar 42.9 persen
dan 45.2 persen. Sedangkan, Penelitian yang dilakukan oleh Bagjariani (2013),
menyatakan bahwa sumber risiko yang mempunyai probabilitas dan dampak risiko
produksi terbesar terdapat pada faktor SDM yaitu sebesar 48.4 persen dengan
dampak Rp 26 442 274.
Metode yang digunakan untuk menghitung probabilitas dan dampak risiko
pada suatu penelitian adalah metode nilai standar atau z-score untuk probabilitas
dan metode Value at Risk (VaR) untuk menghitung dampak sumber risiko. Pada
penelitian yang dilakukan Permana (2015) tentang perikanan budidaya yaitu
Pembesaran Lele Sangkuriang, dengan menggunakan metode z-score dan Value at
Risk (VaR) hasil penelitiannya menunjukan probabilitas terbesar disebabkan oleh
kualitas air sebesar 35.6 persen. Dampak terbesar disebabkan oleh kualitas air
sebesar Rp 2 000 109. Sedangkan pada penelitian Saputra (2016) yang dilakukan
di Faholo Farm kecamatan Cisaeng hasil pengukuran dengan metode z-score dan
VaR didapat kesimpulan jika dampak kerugian terbesar disebabkan oleh risiko
musim hujan yaitu sebesar Rp 21 562 781.
8
KERANGKA PEMIKIRAN
Sumber risiko
Risiko sejatinya sesuatu yang tidak dapat dihindari tetapi dapat diminimalisir
jika sudah dipersiapkan. Oleh karena itu suatu perusahaan harus dapat
mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang mungkin akan mereka hadapi. Ada
beberapa sumber risiko yang terdapat pada pertanian (Harwood et al. 1999), antara
lain:
1. Risiko produksi. Sumber risiko dari produksi adalah hama dan penyakit,
cuaca, musim, bencana alam, teknologi, tenaga kerja yang dapat
menyebabkan gagal panen, produktivitas yang rendah, dan kualitas yang
buruk.
2. Risiko pasar dan harga. Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya
barang tidak dapat dijual yang disebabkan adanya ketidakpastian mutu,
permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli,
persaingan ketat, banyak pesaing masuk, banyak produksi subtitusi, daya
tawar pembeli, dan strategi pemasaran yang tidak baik, sedangkan risiko
yang ditimbulkan oleh harga yang naik karena adanya inflasi.
3. Risiko kelembagaan atau institusi. Risiko yang ditimbulkan adalah
adanya aturan tertentu yang membuat anggota suatu oganisasi menjadi
kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksi.
4. Risiko keuangan. Risiko yang ditimbulkan antara lain perputaran barang
rendah, laba yang menurun disebabkan oleh adanya piutang tak tertagih
dan likuiditas yang rendah.
Dengan mengetahui sumber-sumber risiko, perusahaan dapat memperkirakan
kebijakan yang dapat diambil, agar bisnis dengan risiko yang besar dapat memberi
pendapatan tinggi, meskipun risiko yang diperkirakan terjadi maka pelaku usaha
dapat melakukan pengelolaan terhadap risiko tersebut.
Pengukuran Risiko
Menurut Kountur (2006), Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu
kejadian yang menimbulkan kerugian bagi pelaku bisnis yang mengalaminya.
Risiko merupakan suatu kejadian dimana kejadian tersebut mengandung
kemungkinan, yaitu bisa saja terjadi atau bisa saja tidak. Jika kejadian tersebut
terjadi, maka ada akibat kerugian yang ditimbulkan. Hal tersebut menunjukkan
bahwa semakin tinggi tingkat kemungkinan terjadinya risiko maka akan semakin
besar pula tingkat risikonya dan semakin tinggi akibat kerugian yang ditimbulkan
dari adanya risiko maka akan semakin besar pula tingkat risikonya. dalam
mengukur risiko perlu dihitung probabilitas terjadinya risiko dan dampak risiko.
Probabilitas risiko merupakan peluang terjadinya kerugian akibat suatu
kejadian. Tujuan analisis probabilitas risiko adalah untuk mengetahui risiko apa
saja yang besar dan risiko apa saja yang kecil sehingga dalam penanganannya dapat
diketahui risiko-risiko yang perlu diprioritaskan. Salah satu cara yang dapat
digunakan untuk mengukur kemungkinan terjadinya risiko yaitu metode Z-score.
Metode z-score adalah metode pengukuran risiko atau kejadian yang merugikan
akibat hasil yang diperoleh menyimpang dari hasil standar (Kountur, 2006). Z-score
merupakan angka yang menunjukkan seberapa jauh nilai dari rata-ratanya atau
standarnya pada distribusi normal. Hasil dari z-score (nilai z) dapat mengetahui
besarnya kemungkinan suatu ukuran atau suatu nilai yang berada lebih besar atau
lebih kecil dari rata-ratanya ataupun dari standarnya.
10
Dampak risiko merupakan kerugian dari suatu kejadian yang mungkin terjadi
akibat adanya suatu risiko. Menurut Kountur (2006), Salah satu metode yang dapat
digunakan untuk mengetahui besarnya akibat atau dampak yang ditimbulkan oleh
risiko, adalah metode Value at Risk (VaR). VaR adalah kerugian terbesar yang
mungkin terjadi dalam waktu atau periode tertentu yang diprediksi dengan tingkat
kepercayaan tertentu. Hasil dari pengukuran probabilitas dan dampak dari risiko
kemudian digunakan untuk menghitung status risiko dan membuat peta risiko. Hasil
pemetaan risiko kemudian akan digunakan manajemen untuk melakukan
penanganan risiko sesuai dengan posisi risiko yang telah terpetakan dalam peta
risiko, sehingga proses penanganan risiko dapat dilakukan dengan lebih tepat sesuai
dengan status risikonya.
Pemetaan Risiko
Mengatasi risiko dalam suatu usaha dibutuhkan strategi penanganan yang
baik. Dalam proses menangani risiko, hal yang perlu diketahui terlebih dahulu
adalah status risiko dan peta risiko. Status risiko menunjukan tingkatan kejadian
yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko secara berurutan. Status risiko
menunjukan besarnya risiko, jika status risiko kecil maka menunjukan risiko yang
kecil begitu pula status risiko besar menunjukan risiko yang besar. Perhitungan
risiko didapat dali perkalian antara probabilitas dan dampak.Sedangkan, peta risiko
menunjukan letak kedudukan risiko pada grafik yang mempunyai dua sumbu,
dimana sumbu vertikal menggambarkan probabilitas dan sumbur horizontal
menggambarkan dampak. Peta risiko terbagi dalam empat kuadran seperti pada
Gambar 1.
Probabilitas %
Identifikasi sumber-
sumber risiko
Pemetaan Risiko
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2017 di Balai Sea Farming yang
merupakan tempat budidaya udang Vannamei ( Litopenaeus vannamei ) dengan
menggunakan Keramba Jaring Apung terletak di Gosong Pulau Semak Daun,
Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Pemilihan
lokasi ini didasarkan oleh teknik Purposive Sampling yaitu lokasi Keramba Jaring
Apung terletak di Kepulauan Seribu tempat yang strategis dekat dengan pusat
perdagangan Ibu Kota Jakarta.
13
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui hasil wawancara pada pihak
Balai Sea Farming dan Pusat Kajian Sumberdaya Laut dan (PKSPL), seperti
gambaran umum lokasi, sumber risiko yang ada, dan kegiatan pembudidayaan
udang yang dilakukan di Balai Sea Farming. Sedangkan data sekunder bersumber
dari data yang sudah diterbitkan dan data historis yang dimiliki Balai Sea Farming.
Data sekunder juga diperoleh dari instasi seperti Badan Pusat Statistik, kemudian
instasi terkait Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Pusat Kajian
Sumberdaya Laut dan Pesisir (PKSPL).
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis kualitatif
dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai keadaan umum
lokasi penelitian, identifikasi sumber risiko, dan alternatif strategi untuk
mengurangi risiko produksi. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan melalui
analisis probabilitas dengan metode Z-score dan dampak risiko produksi dengan
metode Value at Risk (VaR).
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok
manusia, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran maupun suatu peristiwa pada
masa sekarang. Tujuan dari analisis deskriptif adalah membuat deskripsi,
gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan aktual mengenai fakta-fakta,
sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis deskriptif digunakan
untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi dan strategi penanganan
risiko produksi yang diterapkan oleh Balai Sea Farming untuk menangani risiko
yang dihadapi. Analisis dilakukan dengan mengaitkan teori risiko yang ada dengan
kondisi di lapangan, sehingga didapatkan strategi penanganan risiko produksi
udang vannamei untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh risiko produksi
14
yang terdapat di budidaya udang vannamei pada Balai Sea Farming dan pada
akhirnya risiko produksi udang vannamei dapat diminimalisasi.
3. Menghitung z-score
𝑥 − 𝑥̅
𝑧=
𝑠
z= nilai z-score
x= batas normal
𝑥̅ = rata-rata
𝑠= standar deviasi
15
Penanganan Risiko
Penanganan risiko merupakan tahap terakhir dari analisis risiko. Setelah
risiko diidentifikasi sember-sumbernya, diukur probabilitas dan dampaknya, maka
tahap selanjutnya adalah merumuskan strategi penanganan dari risiko tersebut.
Risiko pada suatu usaha tidak dapat dihilangkan seratus persen, namun bisa
16
1. Strategi Preventif
Strategi preventif adalah strategi untuk membuat kemungkinan (probabilitas)
terjadinya risiko sekecil-kecilnya. Strategi preventif merupakan strategi untuk
membuat risiko yang berada pada kuadran I bergeser ke kuadran III, atau risiko
yang berada pada kuadran II bergeser ke kuadran IV. Strategi ini dapat dilakukan
dengan cara memperbaiki sistem dan prosedur, memperbaiki fasilitas, memperbaiki
sumberdaya manusia, serta membuat atau memperbaiki aturan-aturan dan
kebijakan. Penanganan risiko menggunakan strategi preventif dapat dilihat pada
Gambar 5.
Probabilitas %
2. Strategi Mitigasi
Strategi mitigasi merupakan strategi yang digunakan untuk mengurangi
dampak dari risiko yang terjadi. Strategi mitigasi dilakukan pada risiko-risiko yang
berada pada kuadran II dan IV. Risiko-risiko yang berada pada kuadran II
diusahakan agar bergeser ke kuadran I dan risiko yang berada pada kuadran IV akan
diusahakan agar bergeser ke kuadran III. Strategi ini dapat dilakukan dengan cara
diversifikasi, penggabungan dan pengalihan risiko. Penanganan risiko
menggunakan strategi mitigasi dapat dilihat pada Gambar 6.
17
Probabilitas %
Sea Farming merupakan salah satu program yang dibentuk Pusat Kajian
Sumberdaya pesisir dan Laut (PKPSL) Institut Pertanian Bogor. Program Sea
Farming merupakan salah satu kontribusi PKSPL dalam mengimplementasikan
program penelitian, pelatihan, dan pemberdayaan masyarakat. Laboratorium Sea
Farming merupakan tempat penelitian dan pengembangan sedangkan budidaya
udang vannamei merupakan unit usaha yang melakukakan kegiatan produksi udang
untuk dikomersilkan.
Sea Farming didirikan pada tanggal 25 Desember 2005 dan diresmikan oleh
bapak Tri Djoko Sri Margianto selaku bupati pulau seribu yang menjabat pada saat
itu. Pada awal didirikan, Sea Farming bertujuan untuk tempat penelitian dan
menaungi kelompok tani di pulau Semak Daun. Modal yang diperoleh didapatkan
dari bantuan pemerintah dan dana penelitian dari IPB, hingga tahun 2015 bantuan
pemerintah dihentikan karena kelompok tani yang dinaungi oleh Sea Farming tidak
ingin melanjutkan usaha udang dan tidak lagi aktif dikegiatan kelompok. Setelah
bantuan dari pemerintah dihentikan, Sea Farming lebih aktif dan fokus mencari
investor untuk mendanai kegiatan pembudidayaan dan penelitian di Sea Farming.
Kegiatan budidaya juga difokuskan untuk mendapatkan dana dari hasil penjualan
udang sehingga kegiatan tersebut mempunyai target produksi dan panen setiap
tahunnya.
18
Struktur organisasi
Struktur organisasi yang ada di Sea Farming pulau Semak Daun hanya terdiri
dari dua hirarki, dimana tanggung jawab tertinggi dipegang oleh koordinator lapang
dan hirarki kedua bertanggung jawab atas tugas yang sudah dibagikan. Masing-
masing memiliki tanggung jawab dan tugasnya sendiri yang dijelaskan sebagai
berikut,
1. Koordinator
Tugas dari koordinator adalah bertanggung jawab atas semua tugas para
pegawai. Koordinator juga bertugas mengawasi setiap pegawai dalam menjalankan
tugasnya. Koordinator juga harus bisa menjadi pemimpin di lapang dan mengatur
situasi di lapang tetap kondusif antara pegawai. Koordinator bertanggung jawab
menjadi jembatan antara pegawai dan kepala Sea Farming. Pembagian tugas
kepada para pegawai juga diatur oleh koordinator lapang.
2. Produksi
Tugas penanggung jawab produksi adalah bertanggung jawab atas kegiatan
produksi mulai dari pemberian pakan, bertanggung jawab menjaga kualitas air, dan
bertanggung jawab saat panen udang.
3. Administrasi & Logistik
Tugas administrasi dan logistik adalah bertanggung jawab membuat laporan
hasil panen udang setiap bulannya. Kemudian bertanggung jawab atas peralatan
dan fasilitas seperti kapal, genset, steam, dan televisi.
4. Perawatan KJA
Tugas bagian perawatan KJA adalah bertanggung jawab atas kondisi
keramba, seperti kebersihan keramba, penggantian jaring, dan kebersihan sekitar
keramba dari rumput laut.
5. Pemasaran
19
Koordinator
Administrasi Perawatan
Produksi Pemasaran
& logistik KJA
Proses Budidaya
Pada proses budidaya di Sea Farming pulau Semak Daun, benur didapatkan
dari pembelian dengan harga 40 rupiah per ekor. Benur dibeli dari pendederan di
wilayah anyer karena di Sea Farming pulau Semak Daun belum melakukan
pendederan atau pembenihan udang vannamei.
a. Persiapan Wadah
Pembesaran udang dilakukan di KJA. Pengeringan jaring membutuhkan
waktu sekitar satu-dua hari dengan bantuan sinar matahari secara langsung.
Pengeringan jaring bertujuan untuk membunuh organisme patogen yang terdapat di
jaring yang berasal dari siklus sebelumnya.Pembersihan jaring dilakukan untuk
menghilangkan teritip, kotoran, dan lumut. Proses pembersihan dilakukan dengan
menyemprotkan jaring dengan air laut. Selanjutnya, jaring diperbaiki apabila
terdapat kerusakan-kerusakan.
b. Penebaran Benur
Penebaran benur dapat dilakukan setelah kantong jaring sudah siap untuk
digunakan. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam pembesaran
udang vannamei adalah kualitas benur. Kualitas benur dapat dilihat dari
pemeriksaan fisik benur berdasarkan aktifitas renang, dan keseragaman. Selain
pemeriksaan fisik, kualitas benur dapat dilihat dari data kualitas air pada
pemeliharaan asal benur tersebut. Benur yang sehat dapat dicirikan dengan gerakan
yang aktif, melawan arus, dan pada waktu tertentu menempel pada wadah
pemeliharaan.
Benur yang telah siap dalam kegiatan pembesaran di KJA ini adalah benur
ukuran 4-5 cm setelah DOC 30. Benur diangkut menggunakan air sirkulasi.
Kepadatan benur yang ditebar berkisar antara 600-1000 ekor benur/m2.
c. Pemberian Pakan
Pakan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan
kegiatan pembesaran udang. Pemberian pakan pada prinsipnya mempertimbangkan
aspek lingkungan dan kebutuhan udang.
20
sehingga pertumbuhan udang yang tersisa dapat lebih cepat dan seragam. Panen
parsial hanya dilakukan di bagian pinggir jaring tanpa membuka jaring dengan
menggunakan serokan. Panen total adalah panen akhir yang dilakukan dengan cara
mengambil keseluruhan udang yang ada di jaring.
Proses sizing dilakukan oleh pihak konsumen dan produsen. Udang
dipisahkan berdasarkan ukurannya secara manual dan membaginya dalam fresh
size(sesuai target) dan under size. Setiap kategori dijual dengan harga yang
berbeda-beda. Setelah sizing dilakukan penimbangan udang, udang yang telah
ditimbang dimasukan kedalam box seterofom yang berisi es batu. Tujuan dari
pemberian es adalah untuk menjaga kualitas udang agar tidak cepat rusak dan tetap
segar walaupun melalui perjalanan yang jauh.
Balai Sea Farming pulau Semak Daun dihadapkan oleh kegagalan panen
yang disebabkan oleh kematian dan hilangnya udang dalam proses produksinya.
Kegagalan tersebut disebabkan oleh sumber risiko yang ada pada proses produksi
budidaya udang vannamei. Identifikasi sumber risiko pada proses produksi
budidaya udang vannamei di Balai Sea Farming dilakukan dengan pendekatan
recall melalui wawancara langsung dengan narasumber yaitu koordinator lapang
Balai Sea Farming.
Secara umum, risiko yang terjadi pada budidaya udang vannamei di Balai Sea
Farming merupakan kematian udang yang dibudidayakan. Kematian udang
memberikan dampak penurunan pada jumlah produksi udang sehingga target
produksi di Balai Sea Farming tidak dapat tercapai. Jumlah kegagalan panen udang
pada Januari 2016 hingga Desember 2016 dapat dilihat pada Lampiran 1.
Jumlah kegagalan panen pada setiap bulannya diperoleh dari selisih antara
target produksi dan realisasi udang yang dipanen. Hasil perhitungan jumlah
kegagalan panen pada setiap bulannya kemudian dibagi berdasarkan sumber risiko
yang ada pada Balai Sea Farming.
Sumber risiko yang ditetapkan adalah sumber risiko yang menyebabkan
kematian atau kegagalan secara langsung pada proses produksi budidaya udang
vannamei di Balai Sea Farming. Berdasarkan hasil wawancara dan identifikasi
yang dilakukan, terdapat tiga sumber risko yang menyebabkan kematian atau
kegagalan secara langsung pada produksi budidaya udang vannamei, yaitu
penyakit, jaring robek, dan amoniak.
1. Penyakit
Penyakit merupakan sumber risiko yang menyebabkan kematian langsung
pada udang. Dalam budidaya udang dengan Keramba Jaring Apung yang dilakukan
di Balai Sea Farming, penyakit yang menyerang disebabkan oleh bakteri Vibrio
Harveyi. Bakteri Vibrio Harveyi mengakibatkan penyakit vibriosis pada udang
dimana sangat patogen bagi larva udang sehingga menyebabkan kematian massal
( Vandenberghe et al. 1999). Bakteri Vibriosis menyerang udang yaitu pada saat
22
udang dalam keadaan stress dan lemah, oleh karena itu sering dikatakan bahwa
bakteri termasuk opportunistik pathogen ( Nasi et al. 2007).
Berbagai macam faktor dapat menyebabkan timbulnya penyakit pada udang.
Salah satu faktor yang dimaksud adalah kebersihan jaring. Jaring yang kotor harus
selalu dibersihkan, karena penumpukan kotoran dapat menimbulkan bakteri yang
menyebabkan penyakit. Kemudian kondisi lingkungan laut yang tidak terkendali
dan berubah-ubah dapat menyebabkan udang stres. Hal ini mengganggu
pertumbuhan udang dan menurunkan sistem imun udang sehingga tingkat kematian
meningkat (Effendi 2016).
Pada Gambar 8 dapat dilihat, udang yang terkena penyakit memiliki tubuh
berwarna putih susu, dan jika dalam gelap kulitnya berpendar. Penyakit vibriosis
pada udang juga menyebabkan ekor udang bergeripis. Penyebaran penyakit dapat
juga disebabkan oleh turunan genetik dari induk udang.
Berdasarkan hasil wawancara, dan diskusi yang merujuk pada metode recall
ditetapkan sebesar 20 persen kematian udang disebabkan oleh penyakit. Angka
kematian udang didapatkan dengan jumlah kematian pada setiap siklus periode
panen dikali presentase sumber risko penyakit yang sudah ditetapkan.
2. Jaring Robek
Jaring robek merupakan salah satu sumber risiko yang menyebabkan
kegagalan pada produksi budidaya udang vannamei. Jaring yang robek tidak
menyebabkan kematian pada udang tetapi menyebabkan udang hilang karena
keluar dari keramba. Jaring robek biasanya disebabkan oleh gigitan ikan dan cuaca
dengan gelombang arus kencang. Cuaca musim barat antara bulan September
sampai Februari memiliki angin kencang dan arus yang kuat. Angin kencang dapat
menyebabkan rusaknya kerangka pada keramba, sedangkan arus kuat dapat
menyebabkan jaring robek. Pada sekitar musim barat, sulit untuk menangani ketika
jaring robek. Tenaga kerja dituntut terus wasapada dan cepat tanggap jika tiba-tiba
jaring robek karena arus kuat.
Faktor lain penyebab jaring robek adalah gigitan ikan. Lingkungan sekitar
gosong pulau Semak Daun merupakan area dimana dasar laut dapat terlihat atau
lebih dangkal. Beragam ikan hidup di karang dan juga di gosong ini. Ikan yang
hidup bebas di area sekitar keramba dapat menyebabkan jaring robek. Pada saat
jaring robek karena gigitan ikan, udang akan keluar dari aring dan kemudian
terbawa arus. Kasus gigitan ikan lebih sulit diprediksi karena tidak ada tanda-tanda
seperti arus kuat. Untuk itu jaring harus sering diperiksa setiap harinya.
23
3. Amoniak
Amoniak merupakan senyawa kimia yang dapat diketahui dengan indra
penciuman karena menimbulkan bau tidak sedap yang menyengat. Pada budidaya
udang vannamei, amoniak dapat menyebabkan kematian pada udang. Senyawa
amoniak merupakan bentuk akhir dari sistem metabolisme nitrogen yang memiliki
sifat beracun. Menurut Bramana (2015), senyawa amoniak menjadi berbahaya
apabila kadar konsentrasinya menjadi tinggi dan dapat cepat menjadi berbahaya
terhadap hewan perairan. Amoniak bisa berasal dari limbah budidaya ikan, seperti
sisa pakan dan feses dari ikan yang dilepaskan kedalam perairan.
Faktor yang menyebabkan amoniak mengendap juga bisa diakibatkan karena
faktor cuaca. Cuaca saat musim timur memiliki arus yang tenang dan suhu yang
tinggi. Arus tenang membuat sisa makanan dan feses dari udang tidak terbawa arus
keluar jaring dan mengendap didalam jaring menyebabkan kadar amoniak didalam
jaring meningkat. Pemberian pakan yang berlebihan dan tidak tepat juga dapat
memperburuk masalah amoniak. Padat tebar udang yang tidak tepat bahkan dapat
mempercepat peningkatan kadar amoniak dalam jaring.
Kematian ikan yang disebabkan oleh sumber risiko amoniak, ditetapkan
sebesar 30 persen pada setiap siklus periode panen. Presentase ini didapatkan dari
hasil wawancara dan diskusi berdasarkan pengalaman narasumber terkait.
sebesar 800 rupiah per ekor. Asumsi menggunakan udang size 100 tersebut dipilih
karena udang size 100 adalah yang paling banyak dipanen. Metode yang digunakan
untuk menghitung dampak risiko dari sumber-sumber risiko produksi adalah VaR
(Value at risk).
kerugian dari sumber risiko penyakit maksimal sebesar Rp 1 875 271, dengan
kemungkinan bisa lebih besar dari Rp 1 875 271 sebanyak 5 persen.
Hasil perhitungan pada analisis probabilitas dan dampak dari sumber risiko
produksi menunjukan bahwa sumber risiko jaring robek memiliki probabilitas dan
dampak yang terbesar jika dibandingkan dengan yang lain. Nilai probabilitas dari
sumber risiko jaring robek sebesar 47.6 persen dengan dampak kerugian sebesar Rp
4 688 207. Berdasarkan hasil perhitungan probabilitas dan dampak, tahap
selanjutnya adalah membuat peta risiko, sehingga dapat ditentukan strategi yang
tepat untuk menangani sumber-sumber risiko.
Tabel 6. Status Risiko pada Budidaya Udang Vannamei di Balai Sea Farming
Sumber
No. Probabilitas(%) Dampak(Rp) Status Risiko
Risiko
1 Penyakit 25.50 1 875 271 478 194
2 Jaring robek 47.60 4 688 207 2 231 587
3 Amoniak 5.10 2 821 937 143 919
Pada Tabel 6 menunjukan urutan status risiko dari yang terbesar hingga
terkecil pada budidaya udang vannamei di Balai Sea Farming yaitu jaring robek,
penyakit, dan amoniak. Nilai status risiko dari masing-masing sumber risiko adalah
jaring robek 2 231 587, penyakit 478 194, dan amoniak 143 919. Setelah
mengetahui status risiko, langkah berikutnya adalah membuat peta risiko. Peta
risiko menunjukan posisi risiko untuk menentukan strategi penanganan risiko yang
sesuai.
Menurut Kountur (2006), peta risiko adalah gambaran tentang posisi risiko
pada suatu peta dari dua sumbu yaitu sumbu vertikal menggambarkan probabilitas,
dan sumbu horizontal menggambarkan dampak. Pada peta risiko terdapat empat
kuadran dimana probabilitas dibagi dua bagian, probabilitas besar dan kecil. Serta
dampak risiko juga dibagi dua bagian, dampak besar dan dampak kecil.
Penentuan batas risiko antara probabilitas kecil dan besar adalah 26 persen.
Batas tersebut diperoleh berdasarkan hasil rata-rata dari ketiga probabilitas sumber
risiko yang ada pada budidaya udang vannamei di Balai Sea Farming. Sedangkan
batas dampak risiko kecil dan besar adalah Rp 3 128 471 ditentukan dengan rata-
rata dari dampak kerugian ketiga sumber risiko yang ada.
28
Probabilitas %
Kuadran I Kuadran II
Besar
Jaring Robek
26%
Kuadran III Kuadran IV
Penyakit
Kecil
Amoniak
1. Strategi Preventif
Strategi preventif merupakan strategi untuk menangani sumber risiko yang
terletak pada kuadran I dan II. Strategi preventif dilakukan untuk menggeser risiko
dengan probabilitas tinggi yang ada pada kuadran I ke kuadran III dan kuadran II
ke kuadran IV sehingga sumber risiko dengan probabilitas besar turun menjadi
risiko dengan probabilitas kecil.
Pada budidaya udang vannamei di Balai Sea Farming kuadran I tidak terisi
oleh sumber risiko dan kuadran II sumber risiko jaring robek. Usulan strategi
preventif untuk menangani sumber risiko produksi jaring robek yang terletak pada
kuadran II adalah sebagai berikut:
a. Sumber Risiko Produksi Jaring robek
Sumber risiko produksi jaring robek adalah sumber risiko yang memiliki
beberapa faktor yaitu cuaca yang tidak menentu dan ikan diluar keramba. Cuaca
merupakan kondisi alam yang kapan saja bisa berubah, namun dengan berbagai
macam teknologi, cuaca dapat diprediksi walaupun tidak seratus persen akan
benar terjadi. Perkiraan musim dapat menjadi acuan tenaga kerja di Balai Sea
Farming untuk melakukan persiapan pencegahan risiko jika akan memasuki
musim barat.
Musim barat adalah musim dengan angin kencang dan gelombang kuat
merupakan salah satu faktor yang dapat menjadikan jaring pada keramba robek.
Musim barat terjadi pada sekitar bulan September hingga Februari. Pada bulan-
bulan tersebut, tenaga kerja dapat bersiaga untuk mencegah sumber risiko jaring
robek terjadi.
Faktor lain seperti gigitan ikan dari luar keramba juga merupakan faktor
yang sulit untuk dihindari karena tidak dapat diprediksi. Gigitan ikan dari luar
keramba dapat membuat jaring robek yang menyebabkan udang hilang dari
keramba. Upaya pencegahan yang sudah dilakukan oleh tenaga kerja di Balai
Sea Farming adalah menjait jaring jika terjadi kerobekan kecil dan pengecekan
jaring diawal. Usulan strategi preventif untuk mencegah sumber risiko jaring
robek adalah memasang jaring tambahan diluar keramba, dan mengefektifkan
pemberian pakan.
Memasang jaring tambahan diluar keramba pada saat musim barat. Jaring
tambahan yang dipasang saat cuaca tidak bagus, dapat mencegah gelombang
kuat menghantam langsung pada jaring sehingga jaring tidak mudah robek.
Jaring tambahan diluar dapat mengurangi intensitas gelombang yang akan
menghantam jaring pada KJA. Jaring tambahan juga berguna untuk menahan
udang jika jaring pemeliharaan robek, sehingga udang yang keluar tidak akan
terbawa arus jauh dari keramba. Jaring dapat dipasang disekitar luar keramba
dan berjarak tidak terlalu dekat agar tidak menggangu sirkulasi. Jaring tambahan
dibuat portable agar dapat dibuka ketika cuaca bagus.
Pemberian pakan yang efektif sesuai jadwal dan tidak berlebih dapat
mencegah ikan dari luar mengigit jaring. Sisa pakan pada jaring, dapat menarik
ikan di luar keramba. Ikan yang datang untuk memakan sisa pakan dapat
menyebabkan jaring robek karena gigitan ikan tersebut. Untuk itu jumlah pakan
yang ditebar dan frekuensinya harus sesuai agar tidak meninggalkan sisa pakan.
30
2. Strategi Mitigasi
Strategi mitigasi merupakan strategi untuk menangani sumber risiko yang
terletak pada kuadran II dan IV. Strategi mitigasi dilakukan untuk menurunkan
risiko dengan dampak besar yang terletak pada kuadran II dan IV menjadi turun ke
kuadran I dan III sehingga sumber risiko dengan dampak tinggi turun menjadi
sumber risiko dengan dampak kecil.
a. Sumber Risiko Jaring Robek
Sumber risiko jaring robek berada pada kuadran II di peta risiko yang
mengindikasikan bahwa sumber risiko produksi jaring robek selain memiliki
probabilitas yang besar, sumber risiko ini juga memiliki dampak yang besar.
Sumber risiko dengan dampak besar memerlukan strategi mitigasi untuk
menangani agar dampak tersebut dapat diperkecil.
31
Simpulan
3. Strategi yang diusulkan untuk menangani sumber risiko yang ada pada
budidaya udang vannamei di Balai Sea Farming adalah dengan strategi
preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif digunakan untuk mencegah
sumber risiko jaring robek yaitu memasang jaring tambahan diluar keramba,
dan mengefektifkan pemberian pakan. Strategi preventif untuk sumber risiko
amoniak dan penyakit adalah menjaga kebersihan jaring dan mengurangi padat
tebar benur. Strategi mitigasi yang digunakan untuk menangani dampak risiko
dari sumber risiko jaring robek adalah melakukan pengawasan dan pengecekan
pada keramba secara berkala.
Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian yang sudah dilakukan di Balai Sea Farming
sumber risiko terbesar adalah sumber risko jaring robek. Balai Sea Farming
disarankan untuk menerapkan strategi preventif dan strategi mitigasi yang
diusulkan.
Strategi preventif dilakukan agar dapat mencegah kemungkinan sumber
risiko terjadi. Balai Sea Farming disarankan memasang jaring tambahan diluar
keramba untuk mengatasi sumber risiko jaring robek yang dapat dilakukan dengan
cara membuat kerangka disekitar keramba. Jaring tambahan dibuat portable agar
dapat dibuka ketika gelombang air laut tenang, sehingga tidak membuat
penumpukan kotoran yang tidak terbawa arus.
Pekerja juga disarankan untuk selalu menjaga kebersihan jaring dan
memberikan pakan dengan cara yang benar, seperti mengikuti arah angin sehingga
pakan tidak terbuang.
Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan cara mengawasi dan melakukan
pengecekan pada keramba secara berkala. Strategi ini sangat mengandalkan para
tenaga kerja untuk secara rutin mengawasi keramba. Hal tersebut dilakukan agar
kegiatan budidaya dapat berjalan sesuai standar operasional yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Kelompok Sea Farming Perairan Pulau Semak Daun Kepulauan Seribu DKI
Jakarta). [Tesis]. Bogor : Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku
menurut lapangan usaha tahun 2013-2015 [Internet]. [diunduh 2016 Des 10]
Tersedia pada: https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/826.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Nilai ekspor produk perikanan 2010-2014.
[Internet]. [diunduh 2016 Des 10] Tersedia pada:
https://www.bps.go.id/Subjek/view/id.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2016. Konsumsi ikan nasional 2010-
2014. [Internet] [diunduh 2017 Jan 22] Tersedia pada:
http://statistik.kkp.go.id/sidatik-dev/index.php?m=2
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2016. Nilai Ekspor Hasil Perikanan
Menurut Komoditas Utama 2012-2015. [Internet] [diunduh 2017 Jan 22]
Tersedia pada: http://statistik.kkp.go.id/sidatik-dev/index.php?m=2
Erlania, Rusmaedi, Prasetio A B., Haryadi J. 2010. Dampak Manajemen Pakan dari
Kegiatan Budidaya Ikan Nila di Keramba Jaring Apung terhadap Kualitas
Perairan Danau Maninjau. Proseding Forum Inovasi Teknologi
Akuakultur. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakarta. hal 621-631
Harwood J, Heifner R, Coble K, Perry J, Somwaru A. 1999. Market and Trade
Economics Division and Resource Economics Division, Economic Research
Service, U.S. Department of Agriculture. Agricultural Economic Report No.
774. [Internet]. [diunduh 2016 Desember 28]. Tersedia pada:
https://www.ctahr.hawaii.edu/agrisk/pdfs/gnrlRMA/Managing%20RiskInFa
rming.pdf
Knight FH. 1921. Risk, Uncertainty and Profit. Boston (US) : Houghton Mifflin.
Kountur R. 2006. Manajemen Risiko Operasional. Jakarta (ID): Abdi Tandur.
Kountur R. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta
(ID) : PPM.
Manik H. 2013. Analisis Risiko Produksi Benih Ikan Patin Siam (Pangasius
hypothalamus) pada Elminari Fish Culture di Desa Kampung Kondang,
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi
dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Nasi L, Prayitno SB, Sarjito. 2007. Kajian bakteri penyebab vibriosis pada udang
secara biomolekuler. Jurnal Management sumberdaya pantai. 3(1):1-22.
Nurlela. 2015. Analisis Sumber-Sumber Risiko Produksi Pembenihan Lele Dumbo
pada Pokdakan UPR Jumbo Lestari, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor.
[Skripsi]. Bogor : Fakultas ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Pratama. 2013. Analisis Risiko Produksi Ikan Black Ghost di Unit Pendederan 1
Arifin Fish Farm Kota Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rejeki S, Hastuti S, Elfitasari T. 2013. Uji Coba Budidaya Nila Larasati di Keramba
Jaring Apung dengan Padat Tebar yang Berbeda. Saintek Perikanan 9(1)10.
Saputra G M. 2016. Analisis Risiko Produksi Benih Ikan Patin Siam (pangasius
hypothalamus) pada Faholo Farm, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor.
[Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Saputra T. 2011. Analisis Risiko Produksi Benih Ikan Patin Siam (Pangasius
hypopthalamus) pada Darmaga Fish Culture, Kecamatan Darmaga,
34
LAMPIRAN
Lampiran 1 Jumlah kegagalan panen udang pada Januari hingga Desember 2016
Bulan panen Target (ekor) Realisasi (ekor) Kegagalan (ekor)
Januari 17000 6050 10950
Februari 17000 8215 8785
Maret 17000 11135 5865
April 17000 4050 12950
Mei 17000 10580 6420
Juni 17000 9120 7880
Juli 17000 2411 14589
Agustus 17000 4900 12100
September 17000 6750 10250
Oktober 17000 7620 9380
November 17000 2700 14300
Desember 17000 6050 10950
36
RIWAYAT HIDUP