Anda di halaman 1dari 5

KAJIAN GEOLOGI LINGKUNGAN PADA LOKASI PENAMBANGAN BATUAN DIABAS GUNUNG

PARANG DALAM RANGKA KONSERVASI BATUAN DI CAGAR ALAM GEOLOGI KARANGSAMBUNG

Arief Mustofa Nur *)

Abstract
Diabas Parang hill is one of location which conservated in area conservation of geological Karangsambung.
Now, it is threatened, because there are many mines at surrounding it. Activities of mining not care science and
environmental conservation.
Impact of mining so cause change of topography/morphology, slope become more steep, and mining location
become potentially accure rock fall and landslide. Pursuant to result of laboratory analysis, engineering
properties diabas Parang hill strongless than andesit so it is only fulfil for trotoir.
For diabas conservation which is protected so need affort to stop activity of mining. The effort can do seeking
altenative location for mine and/or to change mine activities.
Key words : Diabas, Parang hill, Conservation, Karangsambung.

Pendahuluan
Kawasan Karangsambung sudah banyak dikenal di- tersebut menjadi kenyataan maka suatu kerugian besar
kalangan ahli ilmu kebumian khususnya ahli geologi. bagi dunia ilmu pengetahuan kebumian khususnya
Kawasan yang terletak di Kebumen bagian utara geologi.
mempunyai keunikan geologi yaitu terdapat beragam
batuan baik beku, sedimen dan metamorf yang ter- Maka perlu adanya upaya untuk melestarikan kebera-
bentuk pada dasar samudra hingga tepi benua serta daan batuan Diabas Gunung Parang yang salah satu
telah berumur jutaan tahun. Mengingat pentingnya diantaranya adalah melakukan kajian mengenai geo-
Kawasan Karangsambung bagi ilmu kebumian teruta- logi lingkungan penambangan Diabas Gunung Para-
ma geologi maka Kawasan Karangsambung ditetap- ngan. Pembahasan kajian ini terbatas pada aspek geo-
kan sebagai Cagar Alam Geologi Karangsambung ogi lingkungan yang meliputi aspek topografi dan
dengan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya aspek geologi teknik. Penelitian ini dilakukan dengan
Mineral RI nomor 2817K/ 40/MEM/2006 tanggal 10 melakukan pengkajian secara cepat yang meliputi
November 2006. pengamatan/pengambilan data lapangan serta kajian
pustaka.
Kawasan Karangsambung tidak hanya mempunyai
keunikan geologi saja namum juga menyimpan po- Kondisi Dan Genesa Batuan Diabas
tensi bahan tambang terutama bahan galian golongan Daerah Karangsambung dikenal oleh ahli kebumian
C khususnya pasir dan batuan. Tidak mengherankan sebagai komplek mélange Luk Ulo yang merupakan
apabila kebutuhan material bangunan pasir dan batuan rekaman dari proses dinamika bumi khususnya ta-
untuk konstruksi teknik di wilayah Kabupaten Keb- brakan (subduction) antara Lempeng Samudra Indo-
umen sebagian di suplai dari daerah Karangsambung. Australia dengan Lempeng Benua Eurasia pada jaman
Penambangan batuan yang terdapat di Kawasan Ka- Kapur. Salah satu batuan yang ada di daerah Karang-
rangsambung telah berlangsung cukup lama. Namun sambung adalah batuan diabas Gunung Parang. Ber-
sangat disayangkan bahwa penambangan tersebut dila- dasarkan Peta Geologi Daerah Karangsambung dan
kukan pada atau berdampingan dengan lokasi atau Penampang litostratigrafinya (Asikin, 1974), diper-
singkapan batuan yang mempunyai nilai ilmiah yang kirakan bahwa Gunung Parang merupakan hasil in-
tinggi. trusi magmatis yang diduga merupakan kelanjutan
dari jalur magmatis selatan Pulau Jawa dan Sumatera.
Salah satu penambangan batuan yang memprihatinkan
di daerah Karangsambung adalah penambangan batu- Diabas Gunung Parang merupakan batuan beku basa
an diabas di Gunung Parang. Penambangan yang yang kaya kandungan Fe dan berwarna gelap terben-
dilakukan berdampingan dengan lokasi yang diles- tuk akibat tumbukan antara lempeng benua dengan
tarikan dan telah menjadi tanah milik negara. Lokasi lempeng samudera yang kemungkinan terjadi pada
tersebut adalah singkapan batuan diabas yang menun- kala Miosen. Tumbukan tersebut menyebabkan terja-
jukan struktur kekar kolom (collumnar joint). dinya partial melting batuan menjadi magma yang
bersifat basaltik (magma yang komposisinya kaya Fe
Penambangan yang berlangsung secara umum masih dan bersifat relatif encer). Magma basaltik ini
belum memperhatikan kaidah keilmuan dan aspek kemudian mengalami alih tempat menuju kerak benua
lingkungan sehingga semakin lama semakin mengkha- bagian bawah, kemudian mengalami fraksinasi dan
watirkan karena mengancam kelestarian lingkungan diferensiasi sehingga membentuk magma diabas yang
dan keberadaan batuan diabas yang mempunyai selanjutnya tersingkap di permukaan bumi sebagai
struktur collumnar joint tersebut. Apabila peristiwa Gunung Parangan dengan menerobos Formasi Ka-
rangsambung.
*) Peneliti Balai Informasi dan Koservasi Kebumen
Karangsambung LIPI, Kebumen.

TEKNIK – Vol. 32 No. 2 Tahun 2011, ISSN 0852-1697 170


Menurut Ansori, dkk (1997) dalam Ansori, dkk diartikan menjadi berpotensi untuk bergerak. Kondisi
(2007), Diabas Gunung Parang merupakan tubuh semacam ini sangat berpengaruh pada potensi gerakan
intrusi sill. Hal tersebut berdasarkan adanya bidang tanah atau longsoran di lereng tersebut.
kontak antara lempung Formasi Karangsambung Penambangan batuan diabas di Gunung Parangan
dengan diabas di sekitar Kali Jebug dan kenampakan Karangsambung juga telah merubah morfologi / topo-
struktur lava bantal di Watutumpang. Pada bidang grafi Gunung Parangan. Morfologi Gunung Parangan
kontak terlihat warna lempung lebih kelam, semakin yang sebelumnya tampak serasi karena berupa bukit
menjauh menjadi keabu-abuan, dijumpai struktur dengan vegetasi yang lebat pada awal tahun 1990
gores garis dan undak yang menandakan adanya berubah menjadi ”terkelupas” karena aktivitas penam-
patahan melewati lokasi ini. Dijumpai sisipan batu bangan pada kondisi sekarang (Gambar 1).
pasir dengan psosisi N 260o E/49o . Lava bantal
dengan tekstur diabasik, dengan lubang-lubang gas Penambangan juga telah merubah kemiringan lereng
yang mengalami pengisisan silika, yang beberapa Gunung Parangan yang semulai relatif landai menjadi
bagiannya menunjukan struktur radial yang mengin- lebih curam (60o – 75o) bahkan tegak. Kondisi lereng
dikasikan sebagai lava bantal dijumpai di dukuh yang curam ini berpengaruh terhadap intensitas erosi
Watutumpang. Menuju ke arah mata air, tubuh diabas dan potensi gerakan massa tanah berupa jatuhan
membentuk kenampakan kekar tiang dengan bidang bongkah batuan (Gambar 2).
kekar N 100o E/40o hingga N 170o E/45 o.
Geologi Teknik
Secara petrografis batuan diabas menunjukan struktur Penambangan Diabas Gunung Parang masih dilakukan
diabasic atau ophitic dan tersusun oleh mineral pla- tanpa mengindahkan kaidah keilmuan dan aspek ling-
gioklas (labradorit, bytownit), piroksen (augit, hyper- kungan sehingga penambangannya tidak teratur. Dari
sten, enstantit dan diopsid), magnetit, sedikit klorit, segi keselamatan, penambangan tersebut sangat ber-
serisit serta mineral karbonat. Batuan diabas termasuk bahaya karena mengakibatkan kemiringan lereng
langka terutama di Indonesia karena untuk membent- menjadi lebih curam bisa mencapai 70o – 80o dengan
uk batuan jenis ini diperlukan kondisi tertentu, apalagi ketinggian penggalian mencapai 50 – 60 meter. Pemo-
Indonesia merupakan wilayah yang termasuk dalam tongan lereng yang terlalu terjal tanpa memperhi-
deret busur gunungapi memiliki tipe gunungapi keru- tungkan kestabilan lereng akan berpotensi mengaki-
cut sehingga magma yang dihasilkan secara umum batkan bencana alam baik longsor atau runtuhan ba-
adalah magma andesitik. tuan (Gambar 3).

Kegiatan penggalian juga mengakibatkan perubahan


Geologi Lingkungan Lokasi Penambangan Diabas sifat-sifat fisik tanah penutup (overburden) menjadi
Gunung Parang lebih gembur dan terurai (unconsolidation) sehingga
Pembahasan geologi lingkungan dalam makalah ini mudah tererosi. Jika musim hujan atau terjadi hujan
hanya sebagian kecil dari berbagai aspek geologi dengan curah hujan tinggi maka sebagian tanah
lingkungan yang ada berdasarkan kajian lapangan. penutup berpotensi longsor karena berkurangnya kuat
Aspek geologi lingkungan yang dikaji meliputi morfo- geser tanah akibat peningkatan kandungan air dalam
logi /t opografi dan geologi teknik. tanah (Gambar 3). Ditambah dengan lereng yang besar
maka semakin besar kemungkinan longsor. Begitu
Morfologi/Topografi pula dengan terkelupasnya tanah penutup akan
Setiap kegiatan penambangan hampir dipastikan akan membentuk lahan yang tandus, yang lebih sulit dita-
merubah morfologi/topografi. Perubahan morfologi / nami vegetasi.
topografi yang mencolok adalah morfologi/topografi
yang awalnya baik menjadi rusak dan tidak sesuai Diabas Gunung Parang mempunyai sifat fisik padat,
dengan peruntukannya. Kegiatan penambangan pada kompak dan keras. Hasil analisa laboratorium, dike-
topografi yang tinggi (perbukitan) menyebabkan peru- tahui bahwa nilai kuat tekan batuan Diabas Karang-
bahan topografi dari daerah tinggi menjadi lebih sambung maksimal 704,85 kg/cm2. Hasil ini masih
rendah (dataran) atau bahkan menjadi cekungan. lebih rendah dibandingkan kuat tekan andesit yang
Perubahan lainnya adalah berubahnya lereng yang mencapai 1.489,6 kg/cm2. Selengkapnya seperti pada
semula relatif landai yang dapat dikatakan dalam Tabel I dan Tabel II.
kondisi cukup stabil menjadi lebih curam yang dapat

TEKNIK – Vol. 32 No. 2 Tahun 2011, ISSN 0852-1697 171


A

Gambar 2. Lereng Gunung Parangan yang menjadi


B lebih curam bahkan tegak yang menambah potensi
gerakan massa tanah berupa jatuhan bongkah batuan.

Gambar I Kenampakan Gunung Parangan


pada tahun 1990 yang masih tampak serasi sebagai
sebuah bukit (A) ; kenampakan yang kurang serasi
Gunung Parangan akibat aktivitas penambangan saat
sekarang (B) Gambar 3. Potensi jatuhan bongkah batuan
akibat kebiatan penambangan (A) ; potensi
longsoran tanah penutup yang besifat tidak kompak
dan terurai (B).

Tabel I. Hasil pengujian fisik dan mekanik Andesit


Berat jenis Kuat tekan Sudut geser dalam
No Kode Conto Kohesi (c) t/m3
gr/cm3 kg/cm2 (derajat)
1 AN 2,33 779,56 170 28
2 AN-HJ 2,32 874,88 180 29
3 AN-HT 2,58 1.489,6 250 30
Sumber : BAPPEDA Kebumen, 2004

Tabel II. Hasil pengujian fisik batuan diabas Karangsambung


B.J. Beban mak Kuat tekan Ketahanan Serapan air
No Kode contoh
(gr/cm3) (kN) (kg/cm2) aus (mm/mnt) ( %)
1 LP-27.A 2,5931 190 704,85 0,30180 0,145
2 LP-27.B 2,3978 150 525,07 0,75000 0,162
3 Rata-rata 2,4954 170 614,9589 0,5259 0,1535
Sumber : Ansori, dkk (2007)

Pembahasan
Batuan yang tersusun oleh mineral – mineral terbentuk golongan bahan galian yang strategis (A), golongan
dalam suatu proses pembentukan yang sangat lama. bahan galian yang vital (B), dan golongan bahan
Batuan termasuk bahan industri atau untuk kepen- galian yang tidak termasuk golongan A dan B, atau
tingan manusia lainnya. Bahan galian industri sangat dikenal dengan golongan C.
erat hubungannya dengan aktifitas manusia. Hampir
semua peralatan rumah tangga, bangunan, kosmetik Diabas Gunung Parang Karangsambung merupakan
sampai kreasi seni baik langsung maupun tidak salah satu bahan galian golongan C. Diabas yang me-
semuanya berasal dari bahan galian industri. Berda- miliki sifat yang kompak, pejal dan keras menjadi
sarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1980 salah satu bahan galian yang untuk pembangunan fisik
tentang penggolongan bahan-bahan galian. Bahan- di daerah Kebumen. Diabas Gunung Parangan dapat
bahan galian terbagi menjadi tiga golongan, yaitu dikatakan penyuplai batuan untuk bangunan fisik ter-

TEKNIK – Vol. 32 No. 2 Tahun 2011, ISSN 0852-1697 172


banyak di daerah Kebumen utara. Kekar-kekar kolom /troto, batuan pondasi bagunan ringan dan bangunan
yang ada pada batuan ini semakin memudahkan bagi sedang.
penambang dalam menggali untuk memperoleh bong- Maka dari itu, batuan Diabas Karangsambung perlu
kah batuan. Keterdapatannya yang dekat dengan jalan dan harus dikonservasi demi kepentingan ilmu penge-
utama Karangsambung – Kebumen menjadikan lokasi tahuan. Kegiatan penambangan perlu dikendalikan
ini sangat mudah transportasinya. demi kelestariannya, yang mana kualitas batuan diabas
lebih rendah dibandingkan batuan beku lainnya seperti
Ditinjau dari ilmu pengetahuan, diabas Gunung Pa- andesit apabila digunakan sebagai bahan bangunan.
rang mempunyai nilai ilmiah yang tinggi. Tidak Untuk kepentingan bahan galian bangunan, maka
disemua tempat dijumpai batuan diabas, apalagi yang perlu alternatif lokasi penambangan khususnya batuan
berstruktur collumnar joint. Lokasi ini merupakan sa- yang mempunyai kualitas baik. Disisi lain, perlu ada
lah satu lokasi inti dalam Cagar Alam Geologi Ka- upaya dari berbagai pihak terkait untuk mengalihkan
rangsambung sehingga harus dikonservasi. Namun kegiatan para penambang menjadi kegiatan lain yang
sebagian dari lokasi Gunung Parangan ini masih milik tidak merusak lingkungan. Sehingga kelestarian
warga sehingga pemilik masih mempunyai hak me- batuan yang dilindungi akan lebih terjaga. Langkah ini
ngelola tanahnya termasuk menambang. Apabila dibi- merupakan tanggung jawab segenap elemen peme-
arkan, kegiatan penambangan dapat mengancam loka- rintah dan masyarakat yang terkait dengan pelestarian
si yang dilindungi serta penambangannya membaha- situs batuan di Cagar Alam Geologi Karangsambung.
yakan keselamatan para penambang karena tidak
mengindahkan kaidah ilmu pengetahuan dan aspek Kesimpulan
lingkungan. Kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung selain
mempunyai fenomena geologi yang langka, unik dan
Meskipun diabas mempunyai sifat fisik padat, kompak khas, juga mempunyai potensi bahan galian golongan
dan keras, namun diabas yang termasuk batuan beku C yang telah dikelola oleh masyarakat. Diabas Gu-
basa masih lebih rendah kualitasnya dibandingkan nung Parang yang mempunyai struktur collumnar
batuan beku menengah seperti andesit maupun asam joint merupakan salah satu lokasi yang dilindungi
seperti granit (Tabel I dan Tabel II). Nilai kuat tekan namun terancam oleh kegiatan penambangan yang
batuan Diabas Karangsambung hamper setengah dari tidak mengindahkan kaidah keilmuan dan konservasi.
nilai kuat tekan batuan andesit. Meskipun diabas merupakan batuan beku yang
mempunyai sifat padat, kompak dan cukup keras,
Apabila nilai kuat tekan batuan tersebut dihubungkan namun nilai kuat tekan yang maksimal 704,85 kg/cm2
dengan syarat mutu batu alam untuk bahan bangunan masih dibawah andesit yang mencapai 1.489,6 kg/cm2.
(Tabel III) maka batuan diabas Karangsambung hanya Berdasarkan syarat mutu batu alam untuk bahan
memenuhi kualitas untuk batu hias/tempel, tonggak bangunan (SII. 0378 – 80) batuan diabas Gunung Pa-
dan batu tepi jalan, dan penutup lantai/troto. Batuan rang Karangsambung hanya layak untuk batu
diabas jika digunakan untuk pondasi bangunan hanya hias/tempel, tonggak dan batu tepi jalan, dan penutup
layak untuk bangunan ringan. Hal ini berbeda dengan lantai/troto. Untuk itupPerlu ada upaya untuk
batuan andesit yang dapat digunakan untuk batu hias menghentikan penambangan diabas Gunung Parang
/tempel, tonggak dan batu tepi jalan, penutup lantai dengan cara mencari alternatif lokasi penambangan
dan atau mengalihkan aktivitas penambang.

Tabel III. Syarat mutu batu alam untuk bahan bangunan (SII. 0378 – 80)
Batu Alam untuk
No SIFAT Pondasi Bangunan Tonggak Penutup Batu
dan batu lantai / hias /
Berat Sedang Ringan tepi jalan troto tempel
1 Kuat tekan rata-rata minimum, 1.500 1.000 800 500 600 200
kg/cm2
2 Ketahan hancur Rudellof
a. Indek, minimum - - - - - -
b. Bag tembus 2 mm, - - - - - -
maksimum %
3 Ketahanan geser Los Angeles, 27 40 50 - - -
bagian tembus 1,7 mm ,
maksimum %
4 Ketahanan aus gesekan dengan - - - - 0.16 -
Baustinger, mm/ menit,
maksimum

TEKNIK – Vol. 32 No. 2 Tahun 2011, ISSN 0852-1697 173


5 Penyerapan air maksimum, % 5 5 8 5 5 5*
12**
6 Kekekalan bentuk, dengan Na
Sulfat, bagian :
a. Hancur, maksimum % 12 12 12 12 12 12
b. Retak/pecah/cacat Tidak retak dan tidak cacat Tidak retak dan tidak cacat
* : untuk tempat terlindung dari air
** : untuk tempat yang tak terlindung/konstruksi luar (terbuka)
Sumber : Agustinus dan Hayade, 1990

Daftar Pustaka
1. Agustinus, E. T. S., dan Hayade, A. H., 1989, Kuat
Tekan “Uniaxial” Diabas Gunung Parang Karang-
sambung, Jawa Tengah, Laporan Penelitian, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geoteknologi LIPI
,tidak dipublikasikan.
2. Ansori, C., Siswandi, U., Sumawijaya, N., Miskun,
Wibowo, S. E., Sayekti, A., 2007, “Inventarisasi
Potensi Bahan Galian Industri untuk Konservasi
Kawasan Karangsambung”, Laporan Teknis, Balai
Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsam-
bung LIPI , tidak dipublikasikan.
3. Asikin, S., 1974, Evolusi geologi Jawa Tengah dan
sekitarnya ditinjau dari segi teori tektonik dunia
yang baru, Desertasi Doktor, Institut Teknologi
Bandung, 130 hal., tidak dipublikasikan.
4. Asikin, S., dkk., 1992, Geologi Lembar Kebumen,
Jawa, Lembar 1401 – 1, Skala 1: 100.000, The
Geological Research and Development Centre
Ministry of Mines and Energy, Bandung, Indo-
nesia.
5. BAPPEDA Kebumen, 2004, “Studi Potensi Tam-
bang di Kabupaten Kebumen”, Laporan Akhir,
Kebumen. Tidak dipublikasikan.
6. Ehlers, E.G. & Blatt, H., 1980, Petrology, W.H.
Freeman Company, San Fransisco.
7. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral RI nomor 2817K/ 40/MEM/2006 Tentang
Penetapan Kawasan Cagar Alam Geologi
Karangsambung.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1980 Ten-
tang Penggolongan Bahan-bahan Galian, Lemba-
ran Negara Republik Indonesia Tahun 1980
Nomor 47.

TEKNIK – Vol. 32 No. 2 Tahun 2011, ISSN 0852-1697 174

Anda mungkin juga menyukai