Akhir kata, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Masukan, saran, kritik membangun kami harapkan untuk perbaikan di
masa mendatang. Terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu terbitnya buku ini.
Ir. Junaida
NIP. 19630824 198903 2 002
i
BUKU HASIL UJI
BAHAN PAKAN DAN
HIJAUAN PAKAN TERNAK
TIM PENYUSUN
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
BAB 4 HIJAUAN PAKAN TERNAK ..................................................... 48
4.1. Rumput-rumputan (Graminae) ............................................... 49
4.1.1. Rumput Raja (Pennisetum purpuroides) ............... 49
4.1.2. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) ............... 50
4.1.3. Rumput Setaria (Setaria splendida) ....................... 53
4.1.4. Rumput Benggala (Panicum maximum) ................. 54
4.1.5. Rumput Australia (Paspalum Dilatatum) .............. 55
4.1.6. Rumput Signal (Brachiaria decumbens) ............... 56
4.1.7. Rumput Brachiaria humidicola ............................. 58
4.1.8. Rumput Bintang/Stargrass (Cynodon
plectostachyus) ....................................................... 59
4.1.9. Rumput Mexico (Euchlena mexicana) .................. 60
4.1.10. Rumput Laut ......................................................... 62
4.1.12. Rumput Bahia (Paspalum notatum) ...................... 63
4.1.13. Rumput Lapang, alam, liar .................................... 64
4.2. Legum (Leguminosa) ............................................................ 65
4.2.1. Lamtoro (Leucana leucocephala) ........................... 65
4.2.2. Gamal (Gliricidia sepium) ..................................... 67
4.2.3. Kaliandra (Caliandra calothyrsus) ........................ 68
4.2.4. Alfalfa (Medicago sativa) ...................................... 69
iv
DAFTAR Gambar
Halaman
Gambar 1. Pohon Jagung dan Jagung Pipilan 3
Gambar 2. Bonggol Jagung 4
Gambar 3. Pohon Padi dan Dedak Padi 7
Gambar 4. Jerami Padi 9
Gambar 5. Pohon Gandum dan Pollard 12
Gambar 6. Pohon Shorgum 13
Gambar 7. Pohon Kedelai dan Kacang Kedelai 15
Gambar 8. Bungkil Kedelai 17
Gambar 9. Ampas Kecap 18
Gambar 10. Ampas Tahu 19
Gambar 11. Pohon dan Buah Sawit 21
Gambar 12. Bungkil dan Solid Sawit 22
Gambar 13. Batang dan Tepung Sagu 24
Gambar 14. Pohon Kelapa dan Bungkil Kelapa (Kopra) 25
Gambar 15. Pohon Tebu 28
Gambar 16. Tetes (Molases) 28
Gambar 17. Pohon Coklat 29
Gambar 18. Pohon kopi dan Biji Kopi 30
Gambar 19. Kacang Tanah (Arachis hypogea) 32
Gambar 20. Bungkil Kacang Tanah 34
Gambar 21. Umbi Singkong 36
Gambar 22. Onggok 38
Gambar 23. Daun Singkong 38
Gambar 24. Daun dan Umbi Ubi Jalar 40
Gambar 25. Tepung Tulang dan Daging (Meat Bone Meal) 42
Gambar 26. Tepung Bulu Ayam 44
Gambar 27. Tepung Ikan (Fish Meal) 46
Gambar 28. Rumput Raja (Pennisetum purpuroides) 49
Gambar 29. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) 50
Gambar 30. Rumput Setaria (Setaria splendida) 53
Gambar 31. Rumput Benggala (Panicum maximum) 54
Gambar 32. Rumput Australi (Paspalum dilatatum) 55
Gambar 33. Rumput Signal (Brachiaria decumbens) 56
Gambar 34. Rumput Brachiaria humidicola 58
Gambar 35. Rumput Bintang/Stargrass (Cynodon plectostachyus) 59
Gambar 36. Rumput Meksiko (Euchlena Mexicana) 60
Gambar. Rumput Laut 62
Gambar 38. Rumput Bahia (Paspalum notatum) 63
v
Gambar 39. Lamtoro (Leucana leucocephala) 65
Gambar 40. Gamal (Gliricidia sepium) 67
Gambar 41. Kaliandra (Caliandra calothyrsus) 68
Gambar 42. Alfalfa (Medicago sativa) 70
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Jagung 4
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Hasil Olahan Jagung 5
Tabel 3. Kandungan Nutrisi Bagian Jagung 6
Tabel 4. Kandungan Nutrisi Dedak Padi 8
Tabel 5. Kandungan Nutrisi Bagian Tanaman Padi dan Olahannya 11
Tabel 6. Kandungan Nutrisi Pollard 13
Tabel 7. Kandungan Nutrisi Shorgum dan Hasil Pengolahannya 14
Tabel 8. Kandungan Nutrisi Kedelai 16
Tabel 9. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Dari Pengolahan Kedelai 20
Tabel 10. Kandungan Nutrisi Bungkil Kelapa Sawit 22
Tabel 11. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Sawit 23
Tabel 12. Kandungan Nutrisi dan Hasil Ikutan Sagu 25
Tabel 13. Kandungan Nutrisi Kelapa dan Hasil Ikutannya 27
Tabel 14. Kandungan Nutrisi Tetes (Molases) dan Pucuk Tebu 29
Tabel 15. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Pengolahan Coklat 30
Tabel 16. Kandungan Nutrisi Kulit Kopi 31
Tabel 17. Kandungan Nutrisi Kacang Tanah 33
Tabel 18. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Kacang Tanah 35
Tabel 19. Kandungan Nutrisi Singkong 37
Tabel 20. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Singkong 39
Tabel 21. Kandungan Nutrisi Beberapa Jenis Ubi Jalar 40
Tabel 22. Kandungan Nutrisi Susu Skim 42
Tabel 23. Kandungan Nutrisi Tepung Tulang dan Daging (Meat Bone Meal) 43
Tabel 24. Kandungan Nutrisi Tepung Bulu Ayam 45
Tabel 25. Kandungan Nutrisi Kulit dan Kepala Udang 45
Tabel 26. Kandungan Nutrisi Tepung Ikan dan Beberapa Limbah Perikanan 47
Tabel 27. Kandungan Kandungan Nutrisi Rumput Raja(Pennisetum purpuroides) 50
Tabel 28. Kandungan Nutrisi Berbagai Jenis Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) 52
Tabel 29. Kandungan Nutrisi Rumput Setaria (Setaria splendida) 54
Tabel 30. Kandungan Nutrisi Rumput Benggala (Panicum maximum) 55
Tabel 31. Kandungan Nutrisi Rumput Australia (Paspalum dilatatum) 56
Tabel 32. Kandungan Nutrisi Rumput Signal (Brachiaria decumbens) 57
Tabel 33. Kandungan Nutrisi Rumput Brachiaria humidicola 59
Tabel 34. Kandungan Nutrisi Rumput Bintang/Stargrass 60
Tabel 35. Kandungan Nutrisi Rumput Meksiko (Euchlena Mexicana) 61
Tabel 36. Kandungan Nutrisi Rumput Laut 63
Tabel 37. Kandungan Nutrisi Rumput Bahia (Paspalum notatum) 64
Tabel 38. Kandungan Nutrisi Rumput Lapang, Alam, Liar 64
vii
Tabel 39. Kandungan Nutrisi Lamtoro (Leucana leucocephala) 66
Tabel 40. Kandungan Nutrisi Gamal (Gliricidia sepium) 68
Tabel 41. Kandungan Berbagai Jenis Kaliandra (Caliandra calothyrsus) 69
Tabel 42. Kandungan Nutrisi Rumput Alfalfa (Medicago sativa) 71
viii
BAB I
PENDAHULUAN
x
BAB II
BAHAN PAKAN ASAL TUMBUHAN
A. Deskripsi
xi
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Jagung
Kadar Kadar Protein Lemak Serat
Propinsi Air Abu Kasar Kasar Kasar Ca P
Kep Bangka Belitung 12,33 0,85 8,3 3,34 2,13 0,02 0,16
Bengkulu 12,33 0,7 8,48 2,07 2,11 0,02 0,11
DKI Jakarta 14,64 1,4 7,29 4,66 2,38 0,02 0,2
Jawa Barat 12,55 3,37 8,35 3,83 3,14 0,35 0,26
Jawa Tengah 9,66 1,51 10,03 3,23 4,67 0,03 0,33
Jawa Timur 12,95 1,79 9,35 3,87 2,44 0,04 0,27
Kalimantan Barat 12,48 1,01 7,31 2,42 1,64 0,05 0,2
Kalimantan Timur 12,24 1 8,05 3,38 1,6 0,02 0,2
Kalimantan Selatan 12,97 1,2 8,7 3,48 1,7 0,03 0,22
NTB 13,38 1,3 8,13 4,33 2,11 0,12 0,25
Sulawesi Tenggara 10,58 1,73 7,4 2,8 2,25 0,18 0,25
Sumatera Barat 13,75 1,2 8,78 3,6 1,87 0,02 0,19
Sumatera Utara 12,33 1,85 8,32 5,76 3,23 0,02 0,37
Jambi 15,25 1,34 7,77 3,48 2,47 0,09 0,25
Sulawesi Utara 16,8 2,02 8,52 3,75 3,58 0,05 0,28
Papua 12,28 1,9 8,45 4,61 2,23 0,85 0,3
Rata-rata 13,11 1,52 8,26 3,67 2,39 0,12 0,24
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2011-2012
xiii
Tabel 3. Kandungan Nutrisi Bagian Tanaman Jagung
Hasil Olahan Protein Lemak Serat
Propinsi Air Abu Ca P
Jagung Kasar Kasar Kasar
Kulit Ari Jagung DKI Jakarta 13,05 16,60 10,37 0,95 17,23 - -
Jawa Barat 20,37 3,60 6,32 1,90 13,62 0,14 0,16
Jateng 16,07 4,80 6,07 0,58 28,14 0,70 0,15
Yogyakarta 12,81 2,50 3,21 0,42 29,66 0,06 0,05
Bonggol Jagung*
NTB 11,85 3,20 6,36 0,72 27,12 0,05 0,13
Lampung 17,73 2,60 3,35 0,87 26,79 0,03 0,06
Rata-rata 15,69 3,28 5,86 2,70 23,62 0,18 0,21
Sumatera Barat 71,12 3,60 8,89 10,47 19,86 0,39 0,20
Lampung 64,43 4,40 9,93 13,76 12,50 0,18 0,28
Silase Jagung** Jawa Timur 60,65 5,53 8,70 12,75 17,02 0,39 0,26
Jawa Barat 80,86 7,9 9,41 14,21 15,33 0,39 0,22
Rata-rata 69,27 5,36 9,23 12,80 16,18 0,34 0,24
Fermentasi
Bonggol Jagung* Kalimantan Barat 21,81 4,00 6,98 0,55 23,70 0,07 0,24
Fermentasi
Jongkol Jagung* Sumatera Barat 16,65 12,20 7,03 4,72 25,96 0,67 0,31
Sulawesi Utara 10,37 10,00 14,19 2,52 29,49 0,61 0,25
Jerami Jagung* Jawa Tengah 14,11 13,20 16,22 2,55 23,50 0,46 0,41
Rata-rata 12,24 11,60 15,21 2,54 26,50 0,54 0,33
Silase Jagung **
Jawa Timur 57,12 17,25 9,10 14,84 27,06 0,46 0,28
dan Rumput
Silase Tebon** Lampung 36,81 10,05 9,49 2,33 32,00 0,61 0,30
JagungJagung**
Tebon Jawa Barat 75,20 9,4 9,24 1,37 37,45 0,55 0,20
Lampung 10,42 8,10 7,61 1,79 26,30 0,10 0,19
Tumpi Jagung*
Jawa Tengah 11,30 4,20 8,40 2,69 13,72 0,36 0,26
Kalimantan
69,83 7,55 14,25 1,87 33,10 0,63 0,26
Timur
Daun jagung**
Jawa Barat 66,38 14,15 9,58 3,94 34,26 0,10 0,41
Rata-rata 68,10 10,85 11,91 2,90 33,68 0,36 0,33
Kalimantan Barat 8,47 7,00 8,90 2,72 28,66 0,85 0,11
Pohon Jagung* Sulawesi Selatan 8,28 12,80 7,36 3,61 32,60 0,78 0,24
Rata-Rata 8,37 9,90 8,13 3,16 30,63 0,815 0,18
Keterangan :* *Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab.
* Hasil Uji berdasarkan as fed
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2011-2012
xiv
II.1.2. Padi (Oryza sativa)
A. Deskripsi
xv
rendah (0-15o C). Kandungan nutrisi dedak padi sebagaimana terdapat
pada Tabel 4.
Dalam perdagangan perlu teliti dan waspada karena dedak padi sering
dipalsukan dengan mencampur kulit gabah (sekam) atau bahan lain
yang telah digiling halus ke dalam dedak halus, lunteh atau bekatul.
Secara kasat mata untuk menguji apakah dedak itu palsu atau terjadi
pemalsuan dengan cara mengambil dedak padi dengan genggaman
tangan dan jika kita buka banyak yang menempel pada tangan berarti
dapat diindikasikan terjadi pemalsuan (rendahnya kohesi).
Bagian tanaman padi selain beras dan dedak yang merupakan unsur
utama, ada beberapa bagian yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
dan pakan ternak. Bagian tersebut yaitu jerami padi, gabah kering,
nasi aking bahkan kulit ari. Padi mempunyai komposisi, 70-72%
endosperma, 20% sekam padi, 7-8.5% dedak padi, dan 2-3% embrio
(bekatul).
xvii
(pengerasan) sehingga terbentuk ligninselulosa dan
lignohemiselulosa.
xviii
Tabel 5. Kandungan Nutrisi Bagian Tanaman Padi
dan Olahannya
Dedak Padi
Protein Lemak Serat
dan Propinsi Air Abu Ca P
Kasar Kasar Kasar
Hasil Olahan
Beras Jawa Barat 13,73 0,40 9,48 1,16 2,21 0,04 0,09
Jerami Padi Jawa Tengah 14,59 5,95 9,93 6,36 9,68 0,07 0,65
Fermentasi
Gabah Kering Jambi 16,05 2,80 8,50 0,51 3,46 0,02 0,21
Hasil Polesan Sumatera
12,27 4,20 10,32 3,02 1,22 0,03 0,94
Beras Utara
Bali 16,16 30,3 7,9 1,99 16,19 0,34 0,11
DIY 10,76 32,5 5,89 0,99 29,44 0,34 0,1
DKI Jakarta 9,01 23,6 10,04 2,41 24,85 0,27 0,26
Jerami Padi Jawa Tengah 26,37 13,87 6,82 2,81 25,51 0,15 0,11
Kalimantan 10,22 9,9 1,98 1,05 40,79 0,12 0,08
Timur
Sulawesi 10,52 20,5 8,84 1,77 40,95 0,17 0,2
Tenggara
Rata-rata 13,84 21,78 6,91 1,84 29,62 0,23 0,14
Menir Jabar 12,93 3,30 9,06 3,61 3,00 0,04 0,42
Nasi Bekas Banten 4,72 0,50 8,87 0,41 1,28 0,01 0,04
Kulit Ari Jatim 10,30 8,90 13,85 10,35 2,95 0,08 2,09
Beras Jateng 11,63 2,10 9,75 0,32 1,20 0,33 0,11
Nasi Aking Jabar 11,72 0,50 8,18 0,54 0,11 0,04 0,09
Rata-rata 11,68 1,30 8,97 0,43 0,66 0,19 0,10
Keterangan :* Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab.
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2011-2012
xix
II.1.3. Gandum (Triticum sativum lank)
Secara morfologi, biji gandum terdiri dari tiga bagian yaitu bagian
kulit (bran), bagian endosperma, dan bagian lembaga (germ). Bagian
kulit dari biji gandum sebenarnya tidak mudah dipisahkan karena
merupakan satu kesatuan dari biji gandum tetapi bagian kulit ini
biasanya dapat dipisahkan melalui proses penggilingan. Pada
umumnya, kernel berbentuk ofal dengan panjang 6–8 mm dan
diameter 2–3 mm. Seperti jenis serealia lainnya, gandum memiliki
tekstur yang keras.
Bulky density pollard yang baik adalah 208,7 g/l. Kualitas protein
pollard cukup tinggi, yang membuatnya sebagai salah satu sumber
protein. Pollard kaya akan phospor (P), ferrum (Fe) tetapi miskin akan
xx
kalsium (Ca). Pollard mengandung 1,29% P, tetapi hanya
mengandung 0,13% Ca. Bagian terbesar dari Pollard ada dalam
bentuk phitin phosphor. Pollard tidak mengandung vitamin A, tetapi
kaya akan niacin dan thiamin.
Pollard merupakan salah satu bahan pakan ternak yang popular karena
kandungan protein dan kecernaan nilai zat. Pemberian pollard
biasanya dicampur dengan butiran dan bahan pakan yang kaya protein
seperti bungkil -bungkilan. Pollard mempunyai nilai yang tinggi
ketika dipakai lebih 25% dari bagian konsentrat. Kandungan Nutrisi
Pollard dapat dilihat pada Tabel 6.
xxi
setelah gandum, jagung, padi, dan jelai. Sorgum merupakan makanan
pokok penting di Asia Selatan dan Afrika sub-sahara.
xxii
II.1.5. Kedelai (Glycine max)
A. Deskripsi
xxiii
Produksi per hektar tergantung tipe kedelai, jenis tanah,
pemupukan serta cuaca. Biji kedelai sangat disukai ternak.
Pemakaian yang terlalu tinggi tanpa diikuti dengan penambahan
hijauan berkualitas baik akan berdampak negatif pada kandungan
vitamin A dan warna kuning lemak mentega yang dihasilkan.
xxiv
B. Hasil Olahan Kedelai Yang Dijadikan Bahan Pakan Ternak
1) Bungkil Kedelai
xxv
2) Ampas Kecap
xxvi
3) Ampas Tahu
Ampas tahu berasal dari kedelai dan oleh karena itu anti
nutrisi yang terdapat pada ampas tahu adalah sama dengan
kedelai hanya konsentrasinya lebih sedikit karena telah
mengalami pengolahan.
xxvii
Tabel 9. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Dari
Pengolahan Kedelai
Hasil
Protein Lemak Serat
Pengolahan Propinsi Air Abu Ca P
Kasar Kasar Kasar
Kedelai
Ampas Jawa Barat 53,22 39,10 25,85 9.91 6,56 0,25 0,64
Kecap Jawa Tengah 69,00 12,50 25,20 15,15 12,90 0,46 0,19
Basah* Rata-rata 61,11 25,80 25,53 15,15 9,73 0,36 0,42
Banten 6,11 3,7 25,09 12,5 5,24 0,95 0,3
Jawa Tengah 11,56 4,5 15,49 5,07 19,97 0,52 0,32
Ampas Tahu Jawa Barat 5,36 2,6 29,77 14,54 19,24 0,78 0,42
Sulawesi Tengah 9,21 3,7 27,59 16,48 19,91 0,51 0,44
Rata-rata 8,06 3,63 24,49 12,15 16,09 0,69 0,37
Banten 5,23 2,90 15,76 4,63 40,04 0,49 0,13
Ampas Jawa Barat 13,36 2,00 16,24 5,90 42,23 0,35 0,22
Tempe
Rata-rata 9,30 2,45 16,00 5,27 41,14 0,42 0,18
Banten 8,655 4,95 34,365 7,195 4,14 0,615 0,49
Jawa Tengah 11,56 4,5 15,49 5,07 19,97 0,52 0,32
Jawa Barat 5,36 2,6 29,77 14,54 19,24 0,78 0,42
Bungkil Sulawesi Tengah 9,21 3,7 27,59 16,48 19,91 0,51 0,44
Kedelai DKI Jakarta 11,12 5,72 38,99 3,85 6 0,29 0,69
Sulawesi Utara 10,99 6,1 45,71 2,41 2,83 - -
Lampung 11,11 6,5 41,4 1,8 3,93 0,32 0,7
Rata-rata 9,72 4,87 33,33 7,34 10,86 0,51 0,51
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
Keterangan : * hasil uji dikonversikan ke bahan kering kecuali kadar air berdasarkan
hasil lab.
xxviii
II.2. Limbah Industri Perkebunan
A. Deskripsi
Kelapa sawit (Elaeis guineensis) adalah tumbuhan industri penting
penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar
(biodiesel). Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis:
Elaeis guineensis dan Elaeis oleifera. Elaeis guineensis adalah yang
pertama kali dan terluas dibudidayakan sedangkan Elaeis oleifera
sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman
sumber daya genetik. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh,
pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Minyak sawit digunakan
dalam berbagai industri. Bagian yang paling populer untuk diolah dari
kelapa sawit adalah buah.
xxix
Tabel 10. Kandungan Nutrisi Bungkil Kelapa Sawit
Protein Lemak Serat
Propinsi Air Abu Ca P
Kasar Kasar Kasar
Sumatera Utara 8,28 8,96 19,71 12,51 14,70 0,28 0,61
Sumatera Selatan 8,00 4,30 14,90 12,03 13,38 0,50 0,54
Riau 10,72 4,20 16,34 6,42 18,17 0,49 0,66
Bangka Belitung 7,94 4,50 15,99 6,66 20,72 0,35 0,62
Lampung 9,42 4,30 15,95 9,75 15,10 0,30 0,57
Jawa Barat 6,66 5,80 13,90 14,35 23,20 0,47 0,51
Jawa Tengah 8,74 5,10 16,18 8,77 18,67 0,39 0,55
Kalimantan Barat 9,82 5,10 19,46 14,63 10,20 0,08 0,51
Jawa Tengah 8,74 5,10 16,18 8,77 18,67 0,39 0,55
Sulawesi Selatan 19,74 4,80 13,45 5,32 16,09 0,60 0,60
Rata-rata 9,76 5,26 17,50 9,66 16,29 0,39 0,58
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
Tiga jenis limbah industri kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan oleh
ternak adalah, bungkil kelapa sawit, lumpur kelapa sawit dan serat
kelapa sawit. Angka konversi dari lumpur sawit adalah 30% dan serat
20%, sedangkan bungkil inti sawit 40-60% dari inti.
xxx
asam amino yang menjadi faktor pembatas adalah methionin,
sedangkan keseimbangan asam amino lain cukup baik.
Bungkil kelapa sawit bisa diberikan sebanyak 20% pada unggas dan
babi, dan 30 - 40% pada ruminansia. Serat kelapa sawit mengandung
kadar serat kasar yang tinggi sehingga hanya dapat digunakan untuk
ransum ternak ruminansia. Serat kelapa sawit dapat diberikan pada
ruminansia sebanyak 15-35% dari ransum. Kandungan Nutrisi Hasil
Ikutan Sawit dapat dilihat pada Tabel 11.
xxxi
II.2.2. Sagu (Metroxylon sago Rottb.)
Sagu adalah butiran atau tepung yang diperoleh dari teras batang
pohon sagu atau rumbia (Metroxylon sago Rottb.). Tepung sagu
memiliki ciri fisik yang mirip dengan tepung tapioka. Dalam resep
masakan, tepung sagu yang relatif sulit diperoleh sering diganti
dengan tepung tapioka, meskipun keduanya sebenarnya berbeda.
xxxii
Tabel 12. Kandungan Nutirisi dan Hasil Ikutan Sagu
Sagu dan Protein Lemak Serat
Propinsi Air Abu Ca P
Hasil Ikutan Kasar Kasar Kasar
Tepung Sagu Bengkulu 12,90 9,70 0,35 2,37 11,39 0,29 0,03
Sulawesi Barat 5,92 8 5,23 1,05 11,08 0,84 0,2
Sulawesi Tenggara 14,82 7,1 1,57 0,11 11,15 0,72 0,03
Kep. Riau 9,85 12,2 1,94 0,73 8,17 0,2 -
Ampas Sagu
Riau 23,71 3 0,18 0,13 1,94 0,05 0,02
Sumatera Utara 24,18 7,8 1,88 8,66 14,45 0,38 0,03
Rata-rata 15,70 7,62 2,16 2,14 9,36 0,44 0,07
Sulawesi Barat 25,06 0,6 1,04 1,16 0,89 0,1 0,09
Kep Bangka
16,64 4,5 2,39 0,63 3,71 - -
Belitung
Sagu Kep Riau 28,6 4,1 1,59 0,26 2,99 0,27 0,05
NAD 29,33 7,3 0,89 1,05 9,82 0,29 0,02
DKI Jakarta 29,60 3,0 0,87 0,33 2,91 0,08 0,02
Rata-Rata 25,85 3,90 1,36 0,69 4,06 0,19 0,05
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2011-2012
Kelapa (Cocos nucifera) adalah satu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan
atau Arecaceae dan adalah anggota tunggal dalam genus Cocos. Tumbuhan
ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga
dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat
pesisir. Kelapa adalah buah yang dihasilkan tumbuhan ini yang berkulit
keras dan berdaging warna putih. Pohonnya bisa mencapai ketinggian 30
xxxiii
m. Pohon kelapa biasanya tumbuh di pinggir pantai. Hampir semua
bagiannya dapat dimanfaatkan oleh manusia. Kelapa juga adalah sebutan
untuk buah pohon ini
Bungkil kelapa sangat baik diberikan pada sapi perah sebab dapat
meningkatkan kadar lemak susu sehingga meningkatkan kualitas susu.
Dapat diberikan juga pada kuda hanya dalam jumlah sedikit dan dicampur
dengan gabah atau dedak, sebab apabila terlalu banyak dapat menyebabkan
diare.
Bungkil kelapa sangat mudah didapatkan. Harganya pun jauh lebih murah
bila dibandingkan dengan bungkil kacang tanah. Kadar proteinnya paling
rendah diantara bungkil-bungkil yang lain, namun nilai nutrien
makanannya cukup tinggi karena zat-zat yang dikandung bungkil kelapa
mudah dicerna. Kandungan Nutrisi Kelapa dan Hasil Ikutannya dapat
dilihat pada Tabel 13.
xxxiv
Tabel 13.Kandungan Nutrisi Kelapa dan Hasil Ikutannya
Nama Protein Lemak Serat
Provinsi Air Abu Ca P
Bahan Kasar Kasar Kasar
Kelapa Maluku Utara 1,93 - 8,64 12,37 - 0,18 0,36
DKI Jakarta 13,86 5,9 19,45 10,5 15,58 0,02 0,51
Jawa Barat 8,82 6,15 20,25 9,72 12,05 0,1 0,54
Jawa Tengah 4,82 6,3 20,5 12,72 13,77 0,08 0,53
Jawa Timur 11,43 6,6 21,12 1,02 12,83 0,13 0,58
Kalimantan Barat 9,07 5,8 20,13 10,58 11,27 0,06 0,5
Kalimantan barat 10,26 5,77 19,52 8,13 10,44 0,05 0,51
Bungkil Kalimantan Selatan 8,7 6,11 20,1 12,45 10,4 0,06 0,53
Kelapa Kepulauan Riau 8,15 5,8 19,46 8,88 12,9 0,04 0,53
Lampung 9,54 6,45 20,42 17,1 20,15 0,05 0,56
NAD 12,44 6,3 19,53 7,52 13,4 0,13 0,56
Sulawesi Tenggara 7,03 5 23,91 13,29 5,73 0,13 0,6
Sulawesi Utara 9,91 6,91 20,97 9,31 13,81 0,11 0,57
Sumatera Barat 11,78 6 18,62 8,7 11,9 0,06 0,55
Sumatera Selatan 11,03 7,6 20,87 10,5 19,62 0,09 0,51
Rata-Rata 9,77 6,19 20,35 10,03 13,13 0,08 0,54
Sumatera Barat 9,28 1,50 5,27 22,33 31,34 0,16 0,29
Ampas
Kalimantan Barat 11,83 6,10 19,89 7,62 14,92 0,05 0,53
Kelapa
Rata-Rata 10,56 3,80 12,58 14,98 23,13 0,11 0,41
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
xxxv
Gambar 15. Pohon Tebu
xxxvi
Hasil Protein Lemak Serat
Ikutan Propinsi Air Abu Ca P
Kasar Kasar Kasar
Tebu Jawa Timur 44,25 14,1 4,11 1,54 32,77 0,57 0,08
Pucuk
Sumatera Utara 24,49 8,60 6,17 2,87 45,07 0,23 0,25
Tebu
Rata-rata 34,37 11,35 5,14 2,20 38,92 0,40 0,16
Jawa Barat 21,00 5,70 2,17 0,62 - 0,54 0,04
Molases Jawa Timur 20,68 10,00 3,28 0,67 - - -
Rata-rata 20,84 7,85 2,725 0,64 - 0,54 0,04
Cokol Jawa Tengah 73,75 14 8,32 1,6 34,82 0,35 0,17
Tebu
Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab.
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2012
Limbah industri coklat adalah kulit buah, kulit biji dan Lumpur
coklat. Kulit buah merupakan 71% dari buah sedangkan kulit biji
coklat sekitar 15%. Limbah industri coklat merupakan sumber protein
yang baik untuk ternak ruminansia karena tidak mudah untuk
didegradasi dalam rumen. Namun bahan ini mengandung zat racun.
Kulit coklat buah mengandung protein rendah dan serat kasar yang
tinggi sehingga penggunaannya terbatas hanya untuk ruminansia.
Akan tetapi kulit biji coklat mengandung protein yang cukup tinggi
sehingga bisa digunakan untuk semua jenis ternak. Penggunaan kulit
buah coklat pada ungas dan babi bisa sekitar 10-24%, sedangkan pada
ruminansia bisa sekitar 30-40%. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan
Pengolahan Coklat dapat dilihat pada Tabel 15.
Hasil
Protein Lemak Serat
Ikutan Propinsi Air Abu Ca P
Kasar Kasar Kasar
Coklat
Jawa Barat 7,63 9,00 11,71 4,25 18,42 0,61 0,35
DKI Jakarta 6,34 7,00 19,23 13,43 20,56 - -
Kulit Coklat
NTB 5,93 9,90 7,29 0,83 34,25 34,25 0,16
Rata-rata 6,63 8,63 12,74 6,17 24,41 17,43 0,26
Bungkil
Banten 8,73 3,10 10,37 18,43 21,12 0,28 0,35
Coklat
Fermentasi Sumatera
78,46 10,00 9,61 5,15 37,45 0,24 0,34
Kulit Kakao Barat
Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab.
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2012
xxxviii
Amoniasi salah satu kendala pemanfaatan kulit kopi sebagai pakan
ternak adalah kandungan serat kasarnya yang tinggi (33,14%), sehingga
tingkat kecernaannya sangat rendah. Dengan proses amoniasi, tingkat
kecernaan kulit kopi bisa ditingkatkan. Bukan hanya itu, amoniasi kulit
kopi juga dapat meningkatkan kadar protein serta menghilangkan
aflatoksin. Kandungan Nutrisi Kulit Kopi dapat dilihat pada Tabel 16.
Hasil
Protein Lemak Serat
Ikutan Propinsi Air Abu Ca P
Kasar Kasar Kasar
Kopi
Fermentasi
Sumatera Barat 72,63 17,10 15,67 4,31 38,67 1,73 0,48
Kulit Kopi
Banten 13,63 5,90 9,45 0,78 36,96 0,47 0,06
Jawa Barat 8,74 5,10 10,65 1,16 26,14 0,49 0,14
Lampung 12,82 7,23 8,78 1,33 30,17 0,55 0,15
Kulit Kopi NTB 14,25 10,30 12,30 0,35 42,43 42,43 0,19
Sumatera Utara 11,26 2,20 3,54 1,24 60,04 0,32 0,03
DI Yogyakarta 12,65 6,80 8,39 2,55 36,30 0,55 0,19
Rata-rata 12,23 6,26 8,85 1,24 38,67 7,47 0,13
Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab.
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
xxxix
II.1.8. Kacang Tanah (Arachis hypogea)
A. Deskripsi
Produksi per hektar tergantung pada jenis kacang tanah, jenis tanah,
pemupukan dan cuaca. Kacang ini disukai ternak dan merupakan
pakan suplementasi protein dari tumbuhan yang secara luas dipakai
untuk ternak. Goitrogens adalah antinutrisi yang terdapat pada
kacang tanah. Anti nutrisi ini dapat mengakibatkan thyroid
membesar. Perlakuan panas dan pemberian yodium (I) yang cukup
merupakan metode yang baik untuk menanggulangi masalah anti
nutrisi ini. Selain itu kacang tanah mempunyai sifat pencahar,
sehingga perlu pembatasan penggunaannya dalam ransum.
Untuk uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat
dipakai untuk mengetahui kualitas kacang tanah yang baik. Kacang
tanah mempunyai TDN yang tinggi karena tingginya kandungan
lemak (36%). Kandungan Nutrisi Kacang Tanah dapat dilihat pada
Tabel 17.
xl
Tabel 17. Kandungan Nutrisi Kacang Tanah
Protein Lemak Serat
Provinsi Air Abu Ca P
Kasar Kasar Kasar
DKI Jakarta 13,01 3,50 28,34 2,46 7,50 0,28 0,50
Jawa Barat 8,93 15,64 15,64 7,5 30,01 0,28 0,46
Yogyakarta 11,7 16,9 9,8 1,11 41,05 0,73 0,12
Rata-rata 11,21 12,01 17,93 3,69 26,19 0,43 0,36
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
Secara kualitatif kualitas bungkil kacang tanah dapat diuji dengan uji
bulk density ataupun uji apung. Bulk density bungkil kacang tanah
adalah 465.6 g/l. Selain itu juga uji organoleptik seperti tekstur, rasa,
warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas bungkil
kacang tanah yang baik. Uji sekam dengan flouroglucinol dapat juga
dilakukan.
xli
Gambar 20. Bungkil Kacang Tanah
Kualitas protein bungkil kacang tanah adalah baik dan hampir sama
dengan bungkil kedelai. Tetapi bungkil kacang tanah biasanya
mengandung lisin yang lebih rendah daripada bungkil kedelai.
Bungkil kacang tanah mengandung kalsium (Ca) yang rendah dan
kandungan phospornya (P) adalah setengah dari kandungan bungkil
biji kapas.
xlii
Tabel 18. Kandungan Nutrisi Hasil Ikutan Kacang Tanah
xliii
II.3. Umbi-umbian
A. Deskripsi
Singkong, yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu,
adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga
Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok
penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Merupakan
umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris
tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis
singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau
kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun
ditempatkan di lemari pendingin. Produksi ubi kayu segar 10-40
ton/ha/tahun.
xliv
Suatu faktor pembatas dalam penggunaan ubi kayu adalah racun
asam sianida yang terdapat dalam bentuk glikosida sianogenik.
Dua macam glikosida sianogenik dalam ubi kayu yaitu lanamarine
(±95% dari bentuk glikosida sianogenik) dan bentuk lotaustarin.
xlv
Gambar 22. Onggok
xlvi
Hasil Ikutan Protein Lemak Serat
Propinsi Air Abu Ca P
Singkong Kasar Kasar Kasar
Batang dan Daun Sumatera
9,86 6,20 24,98 5,77 33,74 1,03 0,32
Singkong * Utara
DKI Jakarta 7,20 18,45 18,45 2,415 21,72 1,53 0,39
Daun Jawa Tengah 50,02 6,30 16,45 1,55 19,27 0,69 0,22
Singkong* Bali 77,82 11,8 32,28 8,11 26,72 1,72 0,48
Rata-rata 45,01 12,18 22,39 4,03 22,57 1,31 0,36
Pucuk Singkong Sulawesi
7,42 6,90 30,95 4,32 12,74 0,51 -
* Selatan
Lampung 41,30 10,73 3,91 1,08 9,31 0,27 0,08
Kulit DKI Jakarta 35,21 8,00 9,93 1,64 45,43 0,65 0,29
Singkong* Jawa Barat 44,91 6,10 4,20 1,04 8,28 0,46 0,12
Rata-rata 40,47 8,28 6,01 1,25 21,01 0,46 0,16
Jawa Tengah 14,45 4,51 3,85 0,57 13,11 0,31 0,11
Jawa Barat 15,21 1 1,39 0,32 6,97 0,24 0,16
Onggok** Lampung 16,11 27,15 2,295 0,295 13,73 0,425 0,11
Sumatera
Selatan 14,63 6,8 2,64 0,51 17,78 0,52 0,04
Rata-rata 14,68 17,31 2,41 0,35 12,79 0,32 0,12
Yogyakarta 15,10 1,50 1,59 0,64 12,80 0,26 0,03
Tepung Tapioka
Maluku Utara 23,66 - 1,46 0,24 - 0,26 0,2
**
Rata-rata 19,38 1,50 1,53 0,44 12,80 0,26 0,12
Keterangan :**Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil
Lab.
* Hasil Uji berdasarkan as fed
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
xlvii
II.3.2. Ubi Jalar
xlviii
BAB III
BAHAN PAKAN TERNAK ASAL HEWANI
Susu skim adalah bagian dari susu setelah diambil lemaknya, sehingga
kandungan lemaknya hanya berkisar antara 0,1 sampai dengan 0,2%.
Susu skim banyak mengandung vitamin B terutama vitamin B12 dan
riboflavin. Kualitas susu tergantung dari umur ternak dan tipe ternak.
Komposisi gizi susu skim dalam keadaan kering mengandung protein
34-35% dengan nilai biologis mencapai 94%. Susu skim dipergunakan
sebagai sumber protein untuk anak sapi baru lahir setelah periode
pemberian Collostrum dan penggemukan untuk produksi veal (daging
anak sapi muda). Kandungan Nutrisi Susu Skim dapat dilihat pada
Tabel 22.
xlix
Tabel 22. Kandungan Nutrisi Susu Skim
Tepung tulang dan daging berasal dari sisa-sisa daging yang tidak
dikonsumsi manusia,biasanya melekat pada kulit dan tulang dalam
bentuk tetelan sehingga seringkali dalam bentuk tepung daging dan
tulang (MBM). Pengolahan tepung daging dapat dilakukan dengan :
l
b. Bahan dimasak pada tangki tertutup (Tankage).
Salah satu produk limbah yang tersedia dalam jumlah banyak dan
belum dimanfaatkan secara optimal sebagai bahan baku pakan adalah
bulu ayam/unggas. Bulu ayam berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai
sumber protein pakan alternatif pengganti sumber protein konvensional
seperti bungkil kedele dan tepung ikan.
li
Bulu-bulu itu dapat dimanfaatkan untuk campuran pakan ruminansia,
non ruminansia, dan unggas. Dukungan ketersediaan limbah berupa
bulu sangat terjamin kontinuitasnya sehubungan jumlah ayam yang
dipotong dari tahun ke tahun semakin meningkat sehingga bulu ayam
yang dihasilkan juga meningkat. Pemanfaatan limbah bulu menjadi
pakan ternak sangat memberikan dampak positif karena sekaligus
mampu mengatasi permasalahan limbah bulu.
Indikator lain kualitas Tepung bulu ayam selain protein kasar adalah
kecernaan pepsin. Dibandingkan tepung ikan, kandungan protein bulu
ayam lebih tinggi yaitu 85-90%, energi metabolis (ME) 2287 kkal/kg,
dengan kadar serat kasar 1 -3%. Defisien terhadap asam amino lysine,
tryptophan, histidin, dan methionin. Dengan kandungan protein kasar
yang tinggi, kadar air tepung bulu ayam tidak melebihi 10%. Taraf
penggunaan tepung bulu ayam untuk ternak berkisar 5-8 % untuk non
ruminansia dan 10-15% untuk ruminansia. Kandungan Nutrisi Tepung
Bulu Ayam dapat dilihat pada Tabel 24.
lii
Protein Lemak Serat
Provinsi Air Abu Ca P
Kasar Kasar Kasar
DKI Jakarta 9,28 7,90 79,34 2,43 2,80 0,60 0,28
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
Tepung kepala udang adalah tepung yang dibuat dari bagian udang
yang tidak dikonsumsi manusia terdiri atas kepala dan kulit secara
keseluruhan dan dengan konversi 30-40% dari total tubuh udang.
Mutu pakan lebih rendah dari tepung ikan (protein kasar 43-47%).
Kelemahan tepung udang adanya khitin (yang sulit dicerna) suatu ikatan
polisacharida-protein dalam kulit kelompok udang sebesar 20-30%
dengan kecernaan yang rendah 28%.
liii
Gambar 27. Tepung Ikan (Fish Meal)
Tepung ikan dapat berasal dari ikan jenis kecil maupun jenis besar atau
limbah/sisa bagian-bagian ikan yang tidak diikutsertakan dalam
pengalengan. Kendala yang sering dijumpai adalah bahwa kadar lemak
yang tinggi dari tepung ikan karena bahan baku awal tinggi lemak atau
dalam proses pengolahan tidak dilakukan pembuangan lemaknya.
Dalam segi kualitas, tepung ikan lokal memiliki kualitas lebih rendah
dibandingkan dengan tepung ikan impor. Dalam segi harga tidak
berbeda jauh antara yang lokal dan impor tetapi dengan kualitas lebih
baik tepung ikan impor. Kualitas yang rendah ini disebabkan bahan
baku yang dipergunakan. Kalau ikan yang tidak segar maka kualitas
yang dihasilkan rendah. Yang kedua, prosesnya ada yang dimasak
dengan di steam, ada yang dijemur dan dikeringkan dengan sinar
matahari. Yang bagus adalah ikannya harus segar, dipanaskan dengan
steam cooking bukan dry cooking setelah itu diperas, dikeluarkan
minyaknya lalu dikeringkan.
Tepung ikan yang baik bila kadar lemak 10% dan tidak asin. Rasa asin
ini terjadi karena penambahan NaCl sebagai pengawet sering
ditambahkan pada bahan baku ikan yang kurang segar. Tepung ikan
yang ada di Indonesia dibedakan antara impor dan lokal. Sementara ini
tepung impor dianggap lebih baik karena protein kasar lebih dari 60%
dan kadar lemak rendah, sedangkan tepung ikan lokal dengan konversi
randemen 20% dari bahan baku hanya mempunyai kadar protein kasar
55-58% dan termasuk grade C. Kandungan Nutrisi Tepung Ikan dan
Beberapa Limbah Perikanan dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Kandungan Nutrisi Tepung Ikan
dan Beberapa Limbah Perikanan
Protein Lemak Serat
Jenis Sampel Provinsi Air Abu Ca P
Kasar Kasar Kasar
liv
DKI Jakarta 10,04 26,75 56,08 5,97 2,66 4,21 1,94
Jambi 13,80 20,50 23,31 8,35 8,37 3,83 1,76
Kepulauan
5,07 33,30 58,53 6,93 0,50 5,43 3,70
Riau
Banten 10,83 15,70 62,19 11,37 1,26 3,95 2,42
Jawa Barat 10,28 20,36 53,56 9,26 2,59 4,89 2,75
Jawa Timur 11,32 27,80 55,46 4,10 0,88 4,52 1,95
Kalimantan
Tepung Ikan 17,02 60,10 21,86 1,79 7,75 11,48 2,18
Barat
Lampung 22,02 40,40 33,23 5,03 0,96 4,79 2,70
Sulawesi 10,25 17,30 69,77 4,00 0,44 3,99 2,62
Tengah
Sulawesi Utara 11,06 11,40 26,67 9,45 12,02 3,17 1,97
Sumatera Utara 11,37 51,00 33,25 4,45 2,62 8,80 1,89
Yogyakarta 12,18 24,45 57,03 3,68 2,96 3,42 1,34
Papua 25,82 25,90 45,41 3,70 0,69 3,90 2,27
Rata-rata 13,16 28,84 45,87 6,01 3,36 5,11 2,27
Fermentasi
Jawa Barat 4,92 36,60 42,78 14,41 1,25 13,03 6,12
Tepung Ikan
Minyak Ikan Jawa Barat 63,07 0,02 0,18 94,81 5,60 - 0,40
Ikan Kering Sulawesi Utara 16,51 27,60 52,88 1,92 5,32 8,25 4,53
Kepala Ikan
Demang Jawa Tengah 6,94 30,10 43,61 17,67 3,51 10,09 5,25
Ikan Asin Lampung 6,94 44,6 33,76 3,76 1,51 4,63 3,80
Tp. Kerang DKI Jakarta 0,81 95,9 1,56 0,10 2,44 48,89 1,55
Kulit Kerang Jawa Barat 1,09 96 0,75 0,15 ND 43,93 6,56
Kulit Kepiting Sulawesi 5,74 68,50 12,44 0,09 13,09 30,11 1,79
Tulang Ikan Tenggara
Jawa Barat 15,44 54,90 20,69 0,66 2,62 18,51 8,34
Keong Jawa Barat 10,66 20,70 45,83 3,45 1,98 6,93 0,71
Rajungan DKI Jakarta 54,19 21,25 17,65 1,63 4,03 5,71 0,71
Japu DKI Jakarta 31,64 17,2 42,54 8,41 0,39 2,52 1,82
Tembang DKI Jakarta 31,86 33,68 30,56 5,81 ND 1,13 1,14
Cakre DKI Jakarta 54,10 18,55 20,56 1,74 4,05 2,99 0,73
Bernuk/Billis DKI Jakarta 46,38 14,82 29,71 8,65 ND 1,94 1,29
Keterangan :Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil Lab.
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
lv
BAB IV
HIJAUAN PAKAN TERNAK
Bahan pakan alami untuk ternak ruminansia adalah hijauan baik berupa rumput-
rumputan maupun leguminosa. Sebagian hijauan terutama leguminosa juga bisa
diberikan pada ternak monogastrik (unggas) dalam jumlah tertentu setelah
mengalami pengolahan sebelumnya (pengeringan dan penggilingan).
Tanaman hijauan pakan ternak yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu (1). Tanaman hijauan pakan ternak yang tidak dibudidayakan
seperti rumput lapang, padang rumput alami, semak dan pohon-pohonan, (2).
Tanaman hijauan pakan ternak yang secra sengaja dibudidayakan baik secara
permanen ataupun temporer. Padang rumput alami umumnya mancakup berbagai
jenis/species rumput-rumputan atau leguminosa, sedangkan padang rumput yang
dibudidayakan biasanya hanya terdiri dari satu jenis/species atau campuran dari
hanya beberapa/sedikit jenis saja.
Beberapa jenis rumput unggul yang telah banyak dikenal peternak di Indonesia
adalah Pennisetum purpureum (rumput gajah), Panicum maximum (rumput
benggala), Paspalum notatum (rumput bahia), Setaria splendida (setaria gajah)
dan Brachiaria humidicola. Rumput mengandung serat kasar yang tinggi. Serat
kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan silika. Selulosa merupakan
salah satu bahan organik yang terdapat dalam jumlah banyak di alam dan
merupakan sumber energi yang sangat potensial bagi ruminansia.
lix
Tabel 28. Kandungan Nutrisi Berbagai Jenis
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
Jenis
Protein Lemak Serat
Rumput Provinsi Air Abu Ca P
Kasar Kasar Kasar
Gajah
Bali* 74,5 16,2 12,93 1,92 30,09 0,44 0,33
Bangka Belitung* 73,01 8,63 10,34 2,95 36,47 0,36 0,18
DKI Jakarta* 62,37 10,4 14,53 2,85 22,29 - -
Jambi* 56,4 5 17,94 2,08 33,31 0,2 0,13
Jawa Barat* 66,1 15,52 20,65 3,57 27,46 0,74 0,48
Jawa Tengah* 68,27 18,18 15,2 3,26 29,17 0,66 0,42
Jawa Timur* 54,75 14,78 13,19 2,98 26,68 0,5 0,21
Kalimantan Timur* 71,57 13,4 13,24 1,36 37,62 0,25 0,47
Sumatera Barat* 80,16 12,2 16,84 2,98 30,4`1 0,28 0,26
Rumput
Gajah Sumatera Utara* 68,15 18,3 16,1 3,7 33,8 0,76 0,26
Jawa Timur** 8,93 14,5 16 1,92 27,75 6,94 0,28
Jawa Barat** 7,9 9,9 6,79 3,68 33,66 0,51 0,29
Nusa Tenggara 7,14 18,3 10,73 1,73 31,8 0,38 0,29
Barat*
DKI Jakarta
12,61 15,4 6,78 2,41 25,9 0,29 0,31
(Panen Tua)*
DKI Jakarta
10,78 16,2 14,28 2,7 21,53 0,39 0,4
(Panen Muda)*
Jawa Barat 5,6 13,4 12,57 2,27 30,74 0,59 0,3
(Batang)*
Rata-rata 41,37 14,10 12,78 2,57 30,19 0,93 0,31
Rumput Papua * 39,36 8,70 10,94 2,52 33,20 0,76 0,49
Gajah Sumatera Barat* 54,51 12,70 15,50 3,02 29,03 0,84 0,22
Mini Rata-rata 46,94 10,70 13,22 2,77 31,12 0,80 0,36
Jawa Barat* 63,48 10,80 17,94 3,34 31,78 0,38 0,31
Rumput
Sumatera Barat* 84,25 14,85 10,37 2,53 33,04 0,38 0,33
Gajah
Taiwan Rata-rata 73,86 12,83 14,16 2,94 32,41 0,38 0,32
Lampung** 8,05 14 9,9 2,28 36,93 0,83 0,4
Keterangan : - * Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil
Lab
- ................................................................................................... **dala
m as feed..
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2011-2012
lx
Gambar 30. Rumput Setaria (Setaria splendida)
lxi
Tabel 29. Kandungan Nutrisi Rumput Setaria
(Setaria splendida)
lxii
bahan kering (BK) sekitar 40-62%. Kandungan Nutisi Rumput
Benggala dapat dilihat pada Tabel 30.
lxiv
pada pemupukan nitrogen yang digunakan. Serat kasarnya bisa
mencapai 37%.
Ditanam untuk padang gembala permanen dan sebagai penutup
tanah untuk menahan erosi dan gulma. Dapat digunakan sebagai
hay dan untuk menekan nematoda pada sistem tanaman pangan.
Kandungan Nutrisi Rumput Signal (Bachiaria decumbens) dapat
dilihat pada Tabel 32.
lxv
IV.1.7. Rumput Brachiaria humidicola
Helai daun lebar 5-16 mm, dan panjang sampai 25 cm. Tangkai
bunga tegak, tinggi 20-60 cm.Inflorescence panjang 7-12 cm,
dengan 2-5 tandan, kelompok bunga berbulu.
lxvi
Tabel 33. Kandungan Nutrisi Rumput
Brachiaria humidicola
lxvii
Protein Lemak Serat
Provinsi Air Abu Ca P
Kasar Kasar Kasar
Jawa Barat 70,39 9,20 15,34 0,92 27,92 0,49 0,24
Jawa Tengah 81,96 10,50 10.89 1,32 34,73 0,52 0,33
Jawa Timur 26,91 10,65 15,11 1,84 25,96 0,56 0,21
Kalimantan Timur 39,92 8,10 9,05 1,80 33,43 0,91 0,26
NAD 65,95 11,40 14,30 1,71 35,70 0,55 0,43
Sumatera Utara 24,18 8,60 9,73 3,41 34,41 0,43 0,28
Rata-rata 51,55 10,07 13,62 1,84 31,74 0,51 0,30
Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air
berdasarkan hasil Lab
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
lxviii
Rumput ini bersifat annual, morfologinya seperti tanaman jagung.
Tanaman ini berasal dari Mexico dan Amerika Tengah, hidup di daerah
tropik yang basah dan subtropik yang tanahnya berair. Ukuran daun
pada rumput meksiko lebih lebar dari jenis rumput lain, dengan panjang
daun kurang lebih 1,5 meter dan lebar daun kurang lebih 10 cm. tulang
daun menjari, batang tidak berbulu dengan diameter kurang lebih 3,5
cm dan batang muda berbentuk pipih serta batang tua berbentuk elips.
Kandungan Nutrisi Rumput Meksiko (Euchlena Mexicana) dapat dilihat
pada Tabel 35.
lxix
IV.1.10. Rumput Laut
Rumput laut atau gulma laut merupakan salah satu sumberdaya hayati
yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Istilah ini rancu secara
botani karena dipakai untuk dua kelompok “tumbuhan” yang berbeda.
Dalam bahasa Indonesia, istilah rumput laut dipakai untuk menyebut
baik gulma laut dan lamun. Yang dimaksud sebagai gulma laut adalah
anggota dari kelompok vegetasi yang dikenal sebagai alga
(ganggang).
Dapat ditanam dengan stek atau biji dengan kebutuhan biji 11- 22
kg/ha. Rumput Bahia adalah rumput spesies musim kemarau yang
menyebar dengan rhizome, mampu menyebar cepat lateral melalu
produksi rhizome, sering digunakan di daerah yang memerlukan
pengendalian erosi dan sering ditanam di pinggir jalan karena
memiliki sifat tahan terhadap kekeringan yang cukup baik. Rumput
bahia adalah rumput yang sering digunakan pada musim kemarau
lxxi
panjang. Rumput ini cukup populer karena kemampuannya
beradaptasi pada kesuburan tanah yang rendah, mampu mentolerir
kekeringan dan merupakan rumput penggembalaan yang
berkesinambungan. Kandungan Nutrisi Rumput Bahia (Paspalum
notatum) dapat dilihat pada tabel 37.
Tabel 37. Kandungan Nutrisi Rumput Bahia
(Paspalum notatum)
Protein Lemak Serat
Provinsi Air Abu Ca P
Kasar Kasar Kasar
Kalimantan Timur 56,48 16,30 12,07 1,23 38,45 0,27 0,22
Banten 59,10 22,05 11,00 1,33 29,78 0,73 0,31
Rata-rata 57,79 19,175 11,53 1,28 34,115 0,50 0,26
Keterangan : Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan hasil
Lab
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
lxxii
IV.2. Legum (Leguminosa)
IV.2.1. Lamtoro (Leucana leucocephala)
Lamtoro, petai cina, atau petai selong adalah sejenis perdu dari suku
Fabaceae (=Leguminosae, polong-polongan), yang kerap digunakan
dalam penghijauan lahan atau pencegahan erosi. Berasal dari Amerika
tropis, tumbuhan ini sudah ratusan tahun dimasukkan ke Jawa untuk
kepentingan pertanian dan kehutanan, dan kemudian menyebar pula
ke pulau-pulau yang lain di Indonesia.
Lamtoro mudah beradaptasi, dan segera saja tanaman ini menjadi liar
di berbagai daerah tropis di Asia dan Afrika; termasuk pula di
Indonesia. Ada tiga jenis (subspesies), yakni:
1. Leucaena leucocephala ssp. leucocephala; ialah anak jenis yang
disebar luaskan oleh bangsa Spanyol. Di Jawa dikenal sebagai
lamtoro atau petai cina „lokal‟, berbatang pendek sekitar 5 m
tingginya dan pucuk rantingnya berambut lebat.
2. ssp. glabrata (Rose) S. Zárate. Dikenal sebagai lamtoro gung,
tanaman ini berukuran besar segala-galanya (pohon, daun, bunga,
buah) dibandingkan anak jenis yang pertama. Lamtoro gung baru
menyebar luas di dunia dalam beberapa dekade terakhir.
3. ssp. ixtahuacana C. E. Hughes; yang menyebar terbatas di
Meksiko dan Guatemala.
lxxiii
Lamtoro juga mengandung racun asam mimosin yang mempunyai efek
anti mitotic dan depilatory pada ternak. Sehingga daun lamtoro tidak
aman diberikan pada ternak non ruminansia pada level diatas 5%. Pada
ruminansia mimosin bersifat goitrogenik dan jika tidak didegradasi
dapat menimbulkan rendahnya level thyroxine dalam serum darah,
ulceration dari oesophagus dan retikulorumen, saliva berlebihan dan
pertambahan bobot badan rendah, khususnya bila diberikan lebih dari
30% dalam ransum. Walaupun demikian mikroba rumen dapat
menghilangkan racun mimosin dan DHP bila diberikan sebaikya
dilayukan terlebih dahulu. Kandungan Nutrisi Lamtoro (Leucana
leucocephala) dapat dilihat pada Tabel 39.
lxxiv
IV.2.2. Gamal (Gliricidia sepium)
Daun-daun, biji dan kulit batang gamal mengandung zat yang bersifat
racun bagi manusia dan ternak, kecuali ruminansia. Dalam jumlah kecil,
ekstrak bahan-bahan itu digunakan sebagai obat bagi berbagai penyakit
kulit, rematik, sakit kepala, batuk, dan luka-luka tertentu. Ramuan
bahan-bahan itu digunakan pula sebagai pestisida dan rodentisida alami
(gliricidia berasal dari bahasa Latin yang berarti kurang lebih racun
tikus).
lxxv
Tabel 40. Kandungan Nutrisi Gamal
(Gliricidia sepium)
Keterangan : -* Hasil Uji berdasarkan bahan kering kecuali kadar air berdasarkan
hasil Lab.
Sumber : Hasil Pengujian di BPMPT Tahun 2009-2012
lxxvi
Untuk tujuan sebagai sumber hijauan pakan ternak jarak tanam 1×1
meter atau 2×0,5 meter pada awal musim hujan. Pemotongan tanaman
dilakukan setiap 12 minggu dengan tinggi potong 1 meter, produksi
yang diperoleh 10 ton bahan kering/Ha/tahun.Kaliandra dapat
digunakan sebagai pengganti sebagian rumput yang diberikan. Pada
sapi dapat menggantikan rumput maksimal 50%, sedangkan untuk
domba sampai dengan 30%. Pemberian pada ternak sebaiknya dalam
bentuk segar karena proses pengeringan akan menurunkan konsumsi
dan kecernaanya, selain itu kandungan tanin dalam kaliandra
segar kurang berbahaya untuk ternak. Kaliandra dapat diberikan saat
sebelum atau sesudah pemberian pakan tambahan. Kandungan Berbagai
Jenis Kaliandra (Caliandra calothyrsus) dapat dilihat pada Tabel 41.
lxxviii
Tabel 42. Kandungan Nutrisi Rumput Alfalfa
(Medicago sativa)
lxxix
DAFTAR PUSTAKA
Adiati, U,et.al. 2004. Peluang Pemanfaatan Tepung Bulu Ayam Sebagai Bahan
Pakan Ternak Ruminansia. Wartazoa Vol 14 No 1 Tahun 2004.
_______________ .http://indonesia.tropicalforages.info/key/Forages/Media/Htm
l/Panicum_maximum_%28Bahasa_Indonesia%29.html.
Tanggal Akses 05 Mei 2013.
lxxx
.2010.Pengaruh intensitas cahaya terhadap produksi hijauan
dan benih kalopo (Calopogonium mucunoides). JITV Vol. 15
No. 3 Th. 2010: 205-214.
Hasibuan, F.N. 2011. Waktu Penyimpanan dan Panjang Rhizome Rumput Bahia
(Paspalum Notatum Fluegge ) Sebagai Bahan Tanam Vegetatif
Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Awal. Skripsi.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Sari, A.B. 2007. Pengaruh Jenis Sapi dan Macam Hijauan Terhadap Kecernaan
Fraksi Serat dan Pertambahan Bobot Badan. Skripsi. Fakultas
Peternakan. Universitas Andalas.
lxxxi