Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN PRAKTIKUM KLINIK SANITASI

KUNJUNGAN RUMAH DAN PENEMUAN PENDERITA SECARA AKTIF

DOSEN PEMBIMBING:

AT Diana Nerawati, SKM., M.Kes

Imam Thohari, ST, M.Mkes


DISUSUN OLEH:

Kelompok C Sub 2

Lidiya Mufidah K. (P27833116001)


Riska Safitri (P27833116012)
Nikmatul Khoiriyah (P27833116018)
Lailul Fitriani (P27833116027)
Faikoh Kurratun F. (P27833116038)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA JURUSAN


KESEHATAN LINGKUNGAN PRODI D-III KESEHATAN
LINGKUNGAN SURABAYA SEMESTER 5

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi setiap orang. Menjaga


kesehatan itu sangat diperlukan karena berpengaruh dalam setiap aspek kehidupan.
Kesehatan yang tidak dijaga dapat menyebabkan seseorang menjadi sakit dan
menurunkan kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Negara Indonesia sebagai
Negara berkembang dimana masyarakatnya masih belum memiliki kesadaran akan
pentingnya menjaga kesehatan.

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional


yang memiliki pengaruh yang besar untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.
Tujuan dari pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Upaya kesehatan yang dapat dilakukan agar
terwujudnya tujuan tersebut adalah dengan melakukan pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan yang dilakukan
secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan.

Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun


kesehatan masyarakat, untuk hal ini Hendrik L. Blum menggambarkan secara ringkas
keempat faktor tersebut antara lain keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan
kesehatan, selain berpengaruh langsung kepada kesehatan, juga saling mempengaruhi
satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara optimal bilamana keempat
faktor ini secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu
faktor saja berada dalam keadaan tidak optimal, maka status kesehatan akan bergeser ke
arah di bawah optimal.

Menurut WHO (2006) sebanyak 24 % dari penyakit global disebabkan oleh segala
jenis faktor lingkungan yang dapat dicegah serta lebih dari 13 juta kematian tiap tahun
disebabkan faktor lingkungan yang dapat dicegah. Masalah kesehatan yang berbasis
lingkungan disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak memadai, baik kualitas maupun
kuantitasnya serta perilaku hidup bersih dan sehat yang masih rendah yang mengakibatkan
timbulnya penyakit-penyakit seperti diare, ISPA, DBD, kecacingan, penyakit kulit, yang
merupakan 10 besar penyakit di puskesmas dan merupakan penyakit utama di indonesia.
Hal ini dapat menimbulkan masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan
pertumbuhan ekonomi dan potensi sumber daya manusia pada
skala nasional. Oleh karena itu, ke depan semakin dibutuhkan upaya yang intensif dan
serius dari banyak pihak terkait untuk melakukan intervensi terahadap faktor lingkungan.

Klinik sanitasi merupakan wahana untuk mengatasi masalah penyakit yang


berbasis lingkungan dan masalah kesehatan lingkungan dengan kegiatan bimbingan,
penyuluhan serta intervensi teknis yang dilakukan oleh petugas kesehatan lingkungan.
Pelayanan klinik sanitasi terdiri dari kegiatan didalam gedungseperti melakukan
konseling dengan pasien/klien tentang kejadian penyakit, keadaan lingungan dan
perilaku yang diduga berkaitan dengan kejadian penyakit. Sedangkan kegiatan klinik
sanitasi di luar gedung Puskesmas seperti pemeriksaan atau pengamaatan lingkungan,
pemeriksaan perilaku dan konseling.

Konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh petugas
konseling dengan pasien atau kliennya, agar klien memperoleh pengertian yang lebih
baik tentang dirinya dan permaslahan yang dihadapi, sehingga mampu mengambil atau
membuat suatu keputusan atau memecahkan masalah melalui pemahaman tentang
fakta-fakta dan perasaan-perasaan yang terlibat di dalamnya.

Untuk mempertegas kegiatan kilinik sanitasi Menteri Kesehatan telah


menerbitkan Permenkes No. 13 tahun 2015 tentang penyelenggaraan pelayanan
kesehatan lingkungan di Puskesmas. Permenkes tersebut menegaskan bahwa setiap
Puskesmas wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan lingkungan yang merupakan
bagian dari pelayanan kesehatan paripurna yang diberikan kepada pasien. Adapun
bentuk kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan atau klinik sanitasi di Puskesmas
salah satu diantaranya konseling yang diberikan kepada pasien.

Dari latar belakang tersebut, maka kami tertarik menggali secara mendalam
permasalahan kegiatan klinik saniutasi luar gedung yang dengan judul ”LAPORAN
PRAKTIKUM KLINIK SANITASI KUNJUNGAN RUMAH DAN PENEMUAN
PENDERITA SECARA AKTIF”

1.2 Tujuan Praktikum

1.2.1 Tujuan Umum


Mahasiswa mampu mengaplikasikan kegiatan klinik sanitasi di luar gedung
sebagai tindak lanjut dari kegiatan klinik sanitasi dalam gedung terkait penyakit
diare, DBD, ISPA, kecacingan dan penyakit kulit.
1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan tinjauan lapangan ke rumah penderita


untuk memecahkan masalah penderita penyakit diare, DBD, ISPA,
kecacingan.

b. Mahasiswa mampu menganalisis faktor risiko lingkungan rumah yang


berhubungan dengan penyakit pasien.

c. Mahasiswa mampu mencegah penyakit diare, DBD, ISPA, kecacingan


berlanjut serta

d. Mahasiswa mampu memberikan saran untuk perbaikan perilaku penderita

penyakit diare, DBD, ISPA, kecacingan.

1.3 Manfaat

a. Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam


mengaplikasikan prosedur / alur kerja klinik sanitasi di masyarakat

b. Mahasiswa dapat memahami pentingnya prosedur klinik sanitasi bagi


masyarakat

c. Mahasiswa dapat mengoptimalkan keberadaan klinik sanitasi untuk masyarakat


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klinik Sanitasi

Klinik Sanitasi merupakan upaya atau kegiatan yang mengintegrasikan pelayanan


kesehatan antara promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk yang
beresiko tinggi untuk mengatasi masalah penyakit berbasis lingkungan dan masalah
kesehatan lingkungan pemukiman yang dilaksanakan oleh petugas puskesmas bersama
masyarakat yang dapat dilaksanakan secara pasif dan aktif di dalam dan luar gedung
puskesmas.

Klinik Sanitasi bukan sebagai kegiatan pokok yang berdiri sendiri, tetapi sebagian
integral dari kegiatan puskesmas yang dilaksanakan secara lintas program dan lintas
sektor di wilayah kerja puskesmas. Dalam pelaksanaan kegiatan Klinik Sanitasi
difasilitasi oleh petugas puskesmas.

Petugas klinik sanitasi adalah tenaga kesehatan lingkungan/tenaga kesehatan


lainnya/tenaga pelaksana yang ditunjuk oleh pimpinan puskesmas untuk melaksanakan
kegiatan Klinik Sanitasi.

Pasien adalah penderita penyakit yang diduga berkaitan dengan kesehatan


lingkungan yang dirujuk oleh petugas medis ke Ruang Klinik Sanitasi atau yang
ditemukan di lapangan baik oleh petugas medis/paramedis maupun petugas survey.

Klien adalah masyarakat yang berkunjung ke puskesmas atau yang menemui


petugas Klinik Sanitasi bukan sebagai penderita penyakit tetapi untuk berkonsultasi
tentang masalah yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan.

2.2 Kegiatan Klinik Sanitasi

Kegiatan klinik sanitasi dilaksanakan diluar gedung Puskesmas.


a. Luar gedung Puskesmas

Kegiatan luar gedung dilakukan sebagai tindak lanjut dari hasil


wawancara/konseling didalam gedung (puskesmas). Tujuan kunjungan lapangan
pada dasarnya untuk lebih memastikan faktor lingkungan atau perilaku yang
sebelumnya diduga kuat sebagai faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit
dengan cara melakukan pengamatan dan pemeriksaan langsung.

Dalam melakukan kunjungan lapangan, petugas sanitasi seyogyanya


memberitahukan kunjungannya kepada perangkat desa/kelurahan atau tokoh
masyarakat setempat, serta sedapat mungkin mengikutsertakan kader kesehatan
lingkungan dan petugas kesehatan di desa/kelurahan. Disamping untuk
keterpaduan kegiatan, keterlibatan petugas kesehatan didesa/ kelurahan
bermanfaat untuk tindak lanjut keadaan penyakit penderita.

Petugas klinik sanitasi selanjutnya menyimpulkan permasalahan


lingkungan dan perilaku yang berkaitan dengan kejadian penyakit atau masalah
yang dihadapi klien dan memberikan saran tindak lanjut penyelesaian masalah.
Disamping memberikan saran tindak lanjut , petugas sanitasi juga memberikan
bimbingan teknis kepada masyarakat yang membutuhkan.

Bila permasalahan kesehatan lingkungan tersebut menyangkut sekelompok


keluarga atau kampung maka hasil temuan tersebut juga disampaikan kepada
perangkat desa dan tokoh masyarakat , serta kader kesehatan lingkungan dan
petugas kesehatan didesa agar mereka turut berperan aktif menyelesaikan
permasalahan kesehatan lingkungan yang dirasakan masyarakat. Disamping itu
petugas klinik sanitasi dapat membawa permasalahan tersebut ke forum
pertemuan masyarakat desa dan pertemuan lintas sektor ditingkat kecamatan
untuk dapat dukungan penyelesaiannya.

2.3 Standar Prosedur Operasional Klinik Sanitasi

a. Luar gedung

Sesuai dengan jadwal yang telah disepakati antara penderita/klien atau


keluarganya dengan petugas, petugas klinik sanitasi melakukan kunjungan rumah
dan diharuskan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

i. Mempelajari hasil wawancara atau konseling didalam gedung (puskesmas).

ii. Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan lapangan


yang diperlukan seperti formulir kunjungan lapangan, media penyuluhan,
dan alat sesuai dengan jenis penyakitnya.
iii. Memberitahu atau menginformasikan kedatangan kepada perangkat
desa/kelurahan dan petugas kesehatan/bidan desa.

iv. Melakukan pemeriksaan dan pengamatan lingkungan dan perilaku dengan


mengacu pada buku Pedoman Teknis Klinik Sanitasi untuk Puskesmas,
sesuai dengan penyakit/masalah yang ada.

v. Membantu menyimpulkan hasil kunjungan lapangan.

vi. Memberikan saran tindak lanjut kepada sasaran (keluarga penderita /


keluarga sekitar)
vii. Apabila permasalahan yang ditemukan menyangkut sekelompok keluarga
atau kampung, informasikan hasilnya kepada petugas kesehatan
didesa/kelurahan, perangkat desa/kelurahan , kader kesehatan lingkungan,
serta lintas sektor terkait ditingkat kecamatan untuk dapat ditindak lanjuti

secara bersama.

2.4 Tindak Lanjut dan Penyelesaian Masalah

a) Tindak lanjut

Tujuan tindak lanjut adalah untuk mengetahui perkembangan penyelesaian


permasalahan kesehatan lingkungan sesuai dengan rencana dan saran. Kegiatan
tindak lanjut diarahkan untuk:

• Mengetahui realisasi atau kesesuaian anatara rencana tindak ;anjut


penyelesaian masalah kesehatan lingkungan dengan kenyataan.

• Keterlibatan masyarakat , lintas program, dan lintas sektor dalam


perbaikan/penyelsaian masalah kesehatan lingkungan.

• Perkembangan kejadian penyakit dan permasalahan kesehatan lingkungan.

b) Pencatatan dan Pelaporan

Data kegiatan klinik sanitasi dicatat ke dalam buku register untuk kemudian
dioleh dan dianalisis. Selain berguna untuk bahan tindak lanjut kunjungan
lapangan serta keperluan monitoring dan evaluasi, data yang ada dapat digunakan
bahan perencanaan kegiatan selanjutnya. Seluruh kegiatan klinik sanitasi dan
hasilnya dilaporkan secara berkala kepada Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota
sesuai dengan format laporan yang ada.

c) Penyelesaian Masalah
Penyelesaian masalah kesehatan lingkungan, terutama masalah yang menimpa
sekelompok keluarga atau kampung dapat dilaksanakan secara musyawarah dan
gotong royong oleh masyarakat dengan bimbingan teknis dan petugas sanitasi dan
lintas sektor terkait. Apabila dengan cara demikian tidak tuntas dan atau untuk
perbaikannya memerlukan pembiayaan yang cukup besar, maka penyelesaiannya
dianjurkan untuk mengikuti mekanisme perencanaan yang ada, mulai perencanaan
ditingkat desa, perencanaan tingkat kecamatan, perencanaan tingkat Kab/Kota.
Petugas sanitasi juga dapat membantu mengusulkan kegiatan perbaikan kesehatan
lingkungan tersebut kepada sektor terkait.
2.5 Penyakit Berbasis Lingkungan

Penyakit berbasis lingkungan adalah ilmu yang mempelajari proses kejadian atau
fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat yang berhubungan,
berakar (bounded) atau memiliki keterkaitan erat dengan satu atau lebih komponen
lingkungan pada sebuah ruang dalam mana masyarakat tersebut bertempat tinggal atau
beraktivitas dalam jangka waktu tertentu. Penyakit tersebut bisa dicegah atau
dikendalikan, kalau kondisi lingkungan yang berhubungan atau diduga berhubungan
dengan penyakit tersebut dihilangkan (Achmadi, 2013).

Kejadian penyakit pada dasarnya berbasis lingkungan. Munculnya gejala-gejala


penyakit pada kelompok tertentu merupakan resultante hubungan antara manusia ketika
bertemu atau berinteraksi dengan komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya
kejadian penyakit atau munculnya sekumpulan gejala penyakit (Achmadi, 2013).
Beberapa contoh penyakit berbasis lingkungan adalah seperti: kolera, diare, pneumonia,
tuberculosis, ispa dan lain-lain.

a. Diare

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat
berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih)
dalam satu hari (Depkes RI 2011).

Diare dapat disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam
usus. Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare
setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara
berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat
melibatkan lambung dan usus (Gastroenteritis), usus halus (Enteritis), kolon
(Kolitis) atau kolon dan usus (Enterokolitis) (Wong, 2008).

b. ISPA

Penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit pernafasan terberat dan terbanyak
menimbulkan akibat dan kematian (Gouzali, 2011). ISPA merupakan salah satu
penyakit pernafasan terberat dimana penderita yang terkena serangan infeksi ini
sangat menderita, apa lagi bila udara lembab, dingin atau cuaca terlalu panas.
(Saydam, 2011). Berdasarkan pengertian diatas, maka ISPA adalah infeksi
saluran pernafasan yang berlangsung selama 14 hari. Saluran nafas yang
dimaksud adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli paru beserta organ
adneksanya seperti sinus, ruang telinga tengah, dan pleura (Habeahan, 2009).
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah infeksi yang terutama mengenai
struktur saluran pernafasan di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai bagian atas atau bawah secara stimulasi dan berurutan (Nelsen 2000).
Menurut Depkes, (2004) infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan
istilah yang diadaptasi dari istilah bahasa inggris Acute Respiratory Infections
(ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran pernafasan,
dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya kuman
atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga
menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung
hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga
tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari.
Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih
dari 14 hari.

Dari pengertian – pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa infeksi saluran


pernafasan atas (ISPA) adalah penyakit infeksi yang mengenai saluran pernafasan
bagian atas dan bawah yang disebabkan oleh masuknya kuman berupa virus,
bakteri, atipikal (atipikal plasma) atau aspirasi substansi asing yang menyerang
organ pernafasan.

c. Kecacingan

Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit berupa


cacing. Cacing umumnya tidak menyebabkan penyakit berat sehingga sering kali
diabaikan walaupun sesungguhnya memberikan gangguan kesehatan. Tetapi
dalam keadaan infeksi berat atau keadaan yang luar biasa, kecacingan cenderung
memberikan analisa keliru ke arah penyakit lain dan tidak jarang dapat berakibat
fatal (Margono, 2008).

Definisi infeksi kecacingan menurut WHO (2011) adalah sebagai infestasi satu atau
lebih cacing parasit usus yang terdiri dari golongan nematoda usus. Diantara
nematoda usus ada sejumlah spesies yang penularannya melalui tanah atau biasa
disebut dengan cacing jenis STH yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus,
Trichuris trichuira dan Ancylostom duodenale (Margono et al., 2006). Kecacingan
ini umumnya ditemukan di daerah tropis dan subtropis dan beriklim basah dimana
hygiene dan sanitasinya buruk. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi paling
umum menyerang kelompok masyarakat ekonomi lemah dan ditemukan pada
berbagai golongan usia (WHO, 2011).

Nematoda adalah cacing yang tidak bersegmen, bilateral simetris,mempunyai saluran


cerna yang berfungsi penuh, biasanya berbentuk silindris serta panjangnya bervariasi
dari beberapa milimeter hingga lebih dari satu meter. Nematoda usus biasanya
matang dalam usus halus, dimana sebagian besar cacing dewasa melekat dengan kait
oral atau lempeng pemotong. Cacing ini menyebabkan penyakit karena dapat
menyebabkan kehilangan darah, iritasi dan alergi (Margono, 2008).

d. DBD

Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue.
Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis dan menginfeksi luas
dibanyak negara di Asia Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-
masing dapat menyebabkan demam berdarah baik ringan maupun fatal
(Department of Health Hongkong, 2014). DBD ditularkan ke manusia melalui
gigitan nyamuk yang terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus yang terdapat hampir diseluruh daerah Indonesia (Candra, 2010).

Transmisi virus dengue tergantung pada faktor biotik dan faktor abiotik. Faktor
biotik termasuk virus, vektor dan pejamu (host). Faktor abiotik termasuk suhu,
kelembaban dan curah hujan (WHO, 2011). Faktor lingkungan juga
mempengaruhi kejadian DBD. Faktor lingkungan ini meliputi kondisi geografi
dan demografi. Kondisi geografi yaitu ketinggian dari permukaan laut, angin dan
iklim (Djati et al., 2012).

Virus dengue adalah genus dari Flavivirus dan familia Flaviviridae dengan
ukuran 50 nm, mengandung RNA rantai tunggal sebagai genome. Virion terdiri
atas nukleokapsid berbentuk kubus simetris dalam amplop lipoprotein. Virus
dengue memiliki 4 strain DENV1, DENV2, DENV3 dan DENV4. Infeksi salah
satu serotipe virus dapat membentuk sistem imun dari serotipe yang menginfeksi.
Apabila terjadi infeksi sekunder dengan serotipe lain atau multipel infeksi dengan
serotipe berbeda dapat menyebabkan infeksi dengue berat yaitu Dengue
Hemorragic Fever (DHF) atau Dengue Shock Syndrome (DSS) (WHO, 2011).
e. Penyakit Kulit

Kulit merupakan struktur kompleks yang membentuk jaringan tubuh yang kuat
dan keras. Fungsinya dapat dipengaruhi oleh kerusakan terhadap struktur
demikian juga oleh penyakit. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Sudirman, 2012).

Penyakit Kulit (Dermatologi) merupakan bidang kedokteran yang berorientasi


pada morfologi atau Ujud Kelainan Kulit (UKK) yang ditemukan. Akurasi
diagnostik akan tinggi apabila pemeriksaan dilakukan secara obyektif tanpa
dipengaruhi oleh interpretasi pasien yang didapat dari anamnesis. Anamnesis
harus selalu dilakukan pada saat maupun setelah pemeriksaan visual dan fisik
sehingga didapatkan diagnosis yang lebih obyektif Penyakit kulit dapat terjadi
karena berbagai faktor, mulai dari karena terkena virus, lingkungan yang
terkontaminasi dan masih banyak faktor-faktor lainnya. Berikut adalah beberapa
jenis penyakit kulit dan cara pencegahannya

1) Bisul (Furunkel)

Furunkel ialah radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih daripada
sebuah disebut furunkulosis. Karbunkel ialah kumpulan furunkel. Keluhannya
nyeri. Kelainan berupa nodus eritematosa berbentuk kerucut, di tengahnya
terdapat pustul. Kemudian melunak menjadi abses yang berisi pus dan
jaringan nekrotik, lalu memecah membentuk fistel. Tempat predileksi ialah
yang banyak friksi, misalnya aksila dan bokong (Djuanda, 2011).

2) Cacar air

Cacar air adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster yang
sering terjadi pada anak-anak. Pada penyakit ini biasanya ditandai dengan
bintik-bintik pada seluruh tubuh (termasuk wajah), berwarna kemerahan, dan
isi dari benjolan (jika sudah membesar) tersebut adalah cairan. Jika seseorang
menderita penyakit ini, maka tubuhnya akan membentuk kekebalan yang
sangat kuat seumur hidup, jadi penyakit ini hanya terjadi satu kali seumur
hidup pada setiap orang. Cacar air sangat menular dan memiliki tiga tahap
dalam pembentukannya. Gejala penyakit cacar air Ini dimulai dengan
munculnya sedikit benjolan gatal di seluruh tubuh yang menyerupai seperti
gigitan serangga. Kemudian, bintik tadi berubah menjadi benjolan yang berisi
cairan, diikuti oleh tahap akhir yaitu pada saat tahap penyembuhan, dimana
benjolan tersebut pecah dan membuat bekas pada kulit (Djuanda, 2011).
3) Campak (Rubella)

Merupakan penyakit akut menular yang disebabkan oleh virus. Biasanya


menyerang anak-anak. Gejala awal campak adalah demam, pilek, bersin,
badan terasa lesu, sakit kepala, nafsu makan menurun drastis dan radang
mata. Setelah beberapa hari dari gejala tersebut timbul ruam merah yang
gatal, bertambah besar, tersebar ke beberapa bagian tubuh (Djuanda, 2011).

4) Eksim (Dermatitis)

Gejala utama yang dirasakan penderita eksim adalah rasa gatal yang
berlebihan pada kulit. Lalu disertai dengan kulit memerah, bersisik dan pecah-
pecah, timbul gelembung-gelembung kecil yang mengandung air atau nanah.
Bagian tubuh yang sering terkena eksimbiasanya tangan, kaki, lipatan paha dan
telinga. Eksim terbagi menjadi dua, yaitu eksim kering dan basah. Pada eksim
basah, juga akan terasa panas dan dingin yang berlebihan pada kulit.

Eksim disebabkan karena alergi terhadap rangsangan zat kimia tertentu


seperti yang terdapat dalam detergen, sabun, obatobatan dan kosmetik,
kepekaan terhadap jenis makanan tertentu seperti udang, ikan laut, telur,
daging ayam, alkohol, vetsin (MSG), dan lain-lain. Eksim juga dapat
disebabkan karena alergi serbuk sari tanaman, debu, rangangan iklim, bahkan
gangguan emosi. Eksim lebih sering menyerang orang-orang yang mudah
terkena alergi. Penyakit ini sering terjadiberulang-ulang atau kambuh. Oleh
karena itu harus diperhatikan untuk menghindari hal-hal atau bahanbahan
yang dapat menimbulkan alergi (alergen). Tetapi, dengan pengobatan yang
tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi
angka kekambuhan. Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang seiring
dengan pertambahan usia penderita (Djuanda, 2011).

5) Impetigo

Impetigo adalah penyakit kulit menular yang biasanya disebabkan oleh


bakteri. Impetigo menyebabkan kulit menjadi gatal, melepuh berisi cairan dan
kulit menjadi merah. Impetigo sangat mudah terjadi pada anak berusia dua
sampai enam tahun. Bakteri biasanya masuk ke dalam kulit melalui gigitan
serangga, luka, atau goresan. Kebersihan sangat penting bagi orang yang
mengalami impetigo (Djuanda, 2011).
6) Jerawat (Acne)

Berdasarkan penelitian, sekitar 80 persen dari seluruh manusia pernah


memiliki jerawat. Jerawat sebagai salah satu penyakit kulit yang disebabkan
oleh bakteri yang tumbuh di kulit dan menghubungkan pori-pori dengan
kelenjar minyak di bawah kulit. Jerawat merupakan penyakit dari folikel
sebasea yaitu folikel yang mempunyai glandula sebasea yang banyak dan
tidak mempunyai bulu. Arpertura dari glandula sebasea terblokir oleh sumbat
tanduk (blackheads) dan terdapat retensi dari sebum yang diubah oleh
organisme yang menimbulkan inflamasi pada jaringan sekitarnya. Keadaan
ini menimbulkan pembentukan pustul dan abses yang menyebabkan parut.
Jerawat dapat berkembang jika pengobatan tidak dilakukan di tahap awal
kemunculannya. Jerawat tidak hanya tumbuh di wajah, namun juga bisa
tumbuh di bagian tubuh lain terutama punggung (Djuanda, 2011).

7) Kudis (Skabies)

Kudis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit tungau yang gatal
yaitu sarcoptes scabiei var hominis. Kulit yang terjangkit kudis lebih banyak
terjadi di daerah kumuh dan tidak menjaga kebersihan tubuh. Gejala kudis
adalah adanya rasa gatal yang begitu hebat pada malam hari, terutama di sela-
sela jari kaki, tangan, di bawah ketiak, alat kelamin, pinggang dan lain-lain.
Kudis sangat gampang menular pada orang lain, secara langsung maupun
tidak langsung.

Secara langsung tentu saja melalui sentuhan kulit terkena kudis dengan
kulit orang lain. Secara tidak langsung bisa menular melalui handuk atau
pakaian yang dipakai secara bergantian dengan penderita kudis. Cara sangat
mudah untuk menghindari kudis tentu saja dengan menjaga kebersihan
lingkungan dan tubuh.

Salah satu cara pencegahan penyakit kudis dapat dilakukan dengan


mencuci sperai tempat tidur, handuk dan pakaian yan dipakai dalam 2 hari
belakangan dengan air hangat dan deterjen (Djuanda, 2011).
8) Kurap

Kurap terjadi karena jamur, biasanya yang menjadi gejalanya adalah kulit
menjadi tebal dan pada kulit timbul lingkaran-lingkaran yang semakin jelas,
bersisik, lembab dan berair dan terasa gatal. Kemudian pada lingkaran-
lingkaran akan timbul bercak-bercak putih. Kurap timbul karena kurang
menjaga kebersihan kulit. Bagian tubuh yang biasanya terserang kurap yaitu
tengkuk, leher, dan kulit kepala. Kurap dapat dicegah dengan cara mencuci
tangan yang sempurna, menjaga kebersihan tubuh, dan mengindari kontak
dengan penderita. Kurap dapat diobati dengan anti jamur yang mengandung
mikonazol dan kloritomazol dengan benar yang dapat menghilangkan infeksi
(Djuanda, 2011).

9) Psoriasis

Psoriasis termasuk penyakit kulit yang sulit didiagnosa. Bagian tubuh


yang biasa terkena eksim sama dengan bagian tubuh yang biasa terkena
psoriasis, ditambah kulit kepala, punggung bagian bawah, telapak tangan, dan
telapak kaki. Stres, trauma, dan tingkat kalsium yang rendah dapat
menyebabkan psoriasis.

Psoriasis bukan penyakit menular, tetapi bersifat menurun (diwariskan).


Gejala psoriasis adalah timbulnya bercak-bercak merah yang di atasnya
terdapat sisik-sisik putih tebal dan menempel berlapis-lapis. Bila digaruk,
sisik-sisik tersebut akan rontok. Mula-mula, luas permukaan kulit yang
terkena hanya kecil, dan semakin lama semakin melebar (Djuanda, 2011).

10) Panu

Panu adalah salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur.
Penyakit panu ditandai dengan bercak yang terdapat pada kulit disertai rasa
gatal pada saat berkeringat. Bercak-bercak ini bisa berwarna putih, coklat atau
merah tergantung warna kulit si penderita. Panu paling banyak dijumpai pada
remaja usia belasan. Meskipun begitu panau juga bisa ditemukan pada
penderita berumur tua.

Cara pencegahan penyakit kulit Panu dapat dilakukan dengan menjaga


kebersihan kulit, dan dapat diobati dengan obat anti jamur yang dijual di
pasaran, dan dapat juga diobati dengan obat-obatan tradisional seperti daun
sirih yang dicampur dengan kapur sirih dan dioleh pada kulit yang terserang
Panu (Djuanda, 2011)
BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Lokasi dan Waktu Praktikum

3.1.1 Pasien 1 (ISPA) H


a
r
Lokasi : Jl. Banjar baru VII/11 GKB Gresik i
,

Hari / Tanggal : Sabtu, 17 November 2018 T


a
n
Pukul : 10.00 WIB g
g
a
3.1.2 Pasien 2 (Diare) l

:
Lokasi : Cemeng Bakalan rt 04 rw 01 Sidoarjo
R
a
Hari / Tanggal : Minggu / 18 November 2018 b
u
,
Pukul : 15.00 WIB
1
7
3.1.3 Pasien 3 (Kecacingan)
O
k
Lokasi : Dsn. Banjarsari Ds.Bereng Kec. Bereng, Jombang
t
o
b
Hari / Tanggal : Sabtu, 16 November 2018
e
r
Pukul : 18.30 WIB
2
0
3.1.4 Pasien 4 (DBD) 1
8

Lokasi : Jojoran I, Surabaya, Jawa Timur


Pukul : 09.10 – 15.00 WIB

3.1.5 Pasien 5 (ISPA)

Lokasi : Desa Wonosari RT14 RW04, Kecamatan

Bondowoso

Hari, Tanggal : Minggu / 18 November 2018

Pukul : 10.00 WIB


Wonosari,

3.2 Sasaran: Masyarakat pada Lokasi yang telah disebutkan diatas

3.3 Alat dan Bahan:

a) Alat tulis

b) Formulir inspeksi sanitasi

c) Buku panduan klinik sanitasi

d) Kamera untuk dokumentasi


3.4 Prosedur Pelaksanaan:

a. Menyiapkan formulir wawancara yang telah dibuat (sesuai dengan pedoman


klinik sanitasi)

b. Menginformasikan kedatangan Mahasiswa kepada perangkat desa serta meminta


izin untuk melakukan survey terhadap warga

c. Membantu dan mengumpulkan hasil kunjungan lapangan.

d. Memberikan saran atau tindak lanjut kepada sasaran atau pasien.

e. Apabila pemecahan yang ditemukan menyangkut warga atau kampung,


menginformasikan hasilnya pada sektor terkait untuk mendapat hasil tindak lanjut.

f. Mengolah dan menyimpulkan data dari hasil formulir wawancara yang telah
diperoleh menjadi laporan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan survey lapangan yang kami lakukan, maka kami mendapatkan 5 penyakit berbasis lingkungan yang meliputi
penyakit ISPA, Diare, Kecacingan, DBD, Penyakit Kulit. Berikut adalah hasil dan analisa penyakit dari praktikum yang kami lakukan:

1. PENYAKIT ISPA

HASIL KONSELING PENYAKIT ISPA

Hari/ P
L/ Pendid Hasil/Tinda
No Tang Nama Umur Alamat Pekerjaan / Masalah/Diagnosa Saran/pemecahan
P ikan kan
gal K

1. Rabu Lina P 25 Jl. Melati SMA Ibu Rumah P Penyakit ISPA yang Membuang ludah di kamar Pasien
tahun No.23 Tangga disebabkan karena: mandi/tempatnya berkomitmen
3/10/1 Surabaya mengubah
8 Faktor perilaku tidur sementara terpisah perilaku
dari penderita hidupya
Membuang ludah
sembarangan membiasakan menutup menjadi lebih
mulut pada saat batuk baik dan
Penderita tidur setempat lebih sehat
tidur dengan suami menambahkan ventilasi
buatan
Pada setiap kali batuk
penderita tidak pernah selalu membuka
menutup mulut pintu/jendela terutama
pada pagi hari agar
Faktor lingkungan: sirkulasi udara lancar
Kurangnya ventilasi memperbaiki lubang
dalam rumah penghawaan/ventilasi
Sirkulasi udara didalam dengan bahan yang tembus
rumah yang kurang baik cahaya

Kurangnya pencahayaan
didalam rumah

2. Rabu Maryam P 28 Jl. Bromo S1 Bank P Penyakit ISPA yang Membuang ludah di kamar Pasien
tahun No.10 Akutan disebabkan karena: mandi/tempatnya berkomitmen
3/10/1 Surabaya si mengubah
8 Faktor perilaku Tidur sementara terpisah perilaku
dengan penderita hidupnya
Membuang ludah
sembarangan Tidak membawa anak saat menjadi lebih
memasak di dapur baik dan
Penderita tidur setempat lebih sehat
tidur dengan suami memperbaiki lubang
penghawaan/ventilasi
Menggendong anak saat dengan bahan yang tembus
memasak cahaya dan dapat dibuka
Faktor lingkungan untuk menjaga sirkulasi
udara didalam rumah
Kurangnya pencahayaan
didalam rumah menambah ventilasi
buatan
Tidak terdapat ventilasi menambah cerobong asap
didalam rumah pada dapur ataupun bisa
menambah ventilasi
Di dapur tidak terdapat
cerobong asap

3. Rabu, Halimah P Jl. Banjar kurangnya pencahayaan memperbaiki lubang Pasien


10/10/ baru VII didalam rumah penghawaan dengan bahan berkomitmen
18 yang tembus cahaya mengubah
kurangnya sirkulasi udara perilaku
pada siang hari didalam menambah ventilasi hidupnya
rumah buatan menjadi lebih
tidak terdapat ventilasi menambah cerobong asap, baik dan
didalam rumah atau membuat ventilasi lebih sehat
buatan di dapur dan
tidak terdapat cerobong diperlukan
asap di dapur sebaiknya tidur terpisah tinsak lanjut
dengan suami dan anak berupa
penderita tidur setempat
obsrvasi ke
tidur dengan suami dan 1 tidak membuang ludah
rumah
orang anak sembarangan/kamar mandi
responden.
membuang ludah menutup
sembarangan mulut/menggunakan
masker pada saat masih
pada saat batuk penderita batuk
tidak pernah menutup
mulut
Berdasarkan konseling yang dilakukan pada Ibu Lina, Ibu Maryam dan Ibu Halimah
dengan masalah yang sama yaitu kurangnya pencahayaan didalam rumah, kurangnya sirkulasi
udara pada siang hari didalam rumah, tidak terdapat cerobong asap di dapur, membuang ludah
sembarangan, pada saat batuk penderita tidak pernah menutup mulut. Berdasarkan masalah
tersebut konselor memberikan saran yaitu yang pertama, membuka jendela pada pagi hari. Yang
kedua yaitu membuat ventilasi buatan didalam rumah. Yang ketiga membuat cerobong asap atau
membuat ventilasi buatan didalam dapur. Yang keempat tidak membuang ludah sembarangan
atau di kamar mandi. Yang kelima menutup mulut atau menggunakan masker jika masih batuk.
Maka dari itu dari ketiga pasien tersebut, saya akan menginspeksi rumah dari Ibu Halimah.
Dimana hasil inspeksinya sebagai berikut:
INSPEKSI
Pencahayaan di rumah ibu halimah kurang memenuhi Dimana pada siang hari rumah ibu
halimah gelap. Ibu halimah pada saat batuk sudah menutup mulutnya walaupun masih sering
lupa tidak menutup mulut, namun keluarga bapak yanto masih kurang menerapkan hidup bersih
dan sehat.
ANALISIS
Setelah dilakukan identifikasi, keluarga ibu Halimah terkena penyakit ISPA dikarenakan
kebiasaan yang membuang ludah/ riak pada sembarang tempat, tidak menuutup mulut saat batuk.
Kamar yang kurang luas yaitu kurang dari 8 m 2 yang dihuni lebih dari 2 orang. Kurangnya
pencahayaan matahari dan udara segar pada rumah. Karena minimnya ventilasi dan jendela kaca,
serta jarang jendela dan pintu dibuka.
KESIMPULAN
a. Tidak membuang ludah/riak di tempatnya dan tidak menutup mulut saat batuk.

b. Rumah yang tidak memenuhi syarat rumah sehat, yaitu kurang luasnya ruang tidur yang
dihuni 3 orang dan minimnya ventilasi dan jendela kaca, serta jarang jendela dan pintu dibuka.
SARAN
a. Agar tidak terjadi/timbul penyakit yang dapat merugikan diri kita sendiri ini, sejak dini
mungkin kita harus menerapkan hidup bersih dan sehat dalam diri kita. Selalu menjaga
lingkungan agar tetap sehat.
b. Sebaiknya luas kamar >8 m2 yang dihuni tidak lebih dari 2 orang, selalu membuka
pintu/jendela terutama pada pagi hari, memperbaiki lubang penghawaan, menambah ventilasi
buatan, membuang lidah/riak pada tempatnya dan menutup mulut saat batuk.
INTERVENSI
Intervensi dilakukan dengan cara penyuluhan secara personal kepada pasien yang menderita
penyakit ISPA.
HASIL KONSELING PENYAKIT DIARE

No Nama Hari/Tanggal L/P Umur Alamat Pekerjaan P/K Masalah/Diagnosa Saran/Pemecahan Hasil/Tindakan
1. Ibu Rabu3/10/18 P 27 Jl. Dosen P − Tidak mencuci tangan − Cuci tangan sebelum Responden
Pevita Kalisari sebelum makan makan atau siapkan berkomitmen
Dharma − Tidak menutup makanan bersedia untuk
Gg II, makanan dengan − Tutup makanan dengan mengubah perilaku
SBY tudung saji tudung saji hidup menjadi lebih
− Sering jajan diwarung/ − Jangan makan jajanan sehat
konsumsi makanan beli yang kurang bersih
2. Nn. Rabu/3/10/18 P 20 Ketintang Mahasiswa P − Sumber air tidak − Gunakan air dari sumber Membuat
Rahma Barat Gg. terlindungi dengan yang terlindungi jadwal/rencana
II , SBY baik. − Pelihara dan tutup kunjungan rumah
− Sumber air tidak sumber air agar untuk dilakukannya
terpelihara dan tidak terhindar dari inspeksi sanitasi
memiliki tutup pencemaran rumah
3. Bapak Rabu L 45 Jojoran I Pedagang K − Jarak sumur gali − Mengatur jarak antara Responden
Yanto 10/10/18 No. 94, Mie Ayam dengan jamban sumur dengan jamban berkomitmen
SBY Dan Bakso keluarga kurang dari 10 sehat. Misalnya dengan besedia untuk
meter sehingga membangun kembali mengubah perilaku
menyebabkan sumur atau jamban hidup bersih dan
kekeruhan dan air sesuai dengan jarak yang sehat
sumur tercemar oleh telah ditentukan
kotoran jamban yang − Membiasakan hidup
dapat bersih dan sehat dengan
mengkontaminasi pada mencuci tangan sesudah
alat makan yang dicuci memegang benda kotor
dengan air tersebut
− Tidak mencuci tangan
dengan sabun sesudah
memegang benda kotor
Berdasarkan konseling yang dilakukan pada Ibu Pevita, Ibu Rahma dan Bapak Yanto
dengan masalah yang sama yaitu tidak mencuci tangan dengan sabun baik sebelum dan sesudah
makan dan memegang benda kotor serta sumber air yang digunakan tidak terlindungi
dikarenakan tidak memiliki tutup dan jarak antara sumur dengan jamban terlalu dekat kurang
dari 10 meter. Berdasarkan masalah tersebut konselor memberikan saran yaitu yang pertama,
mengubah perilaku hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan dengan sabun baik sebelum
dan sesudah makan dan memegang benda kotor hal ini dilakukan agar terhindar dari penyakit.
Yang kedua yaitu memelihara dan menutup sumber air yang digunakan agar terhindar dari
pencemaran selain itu juga memastikan jarak antara jamban dengan sumber air lebih dari 10
meter hal ini untuk mencegah pencemaran pada sumber air. Maka dari itu dari ketiga pasien
tersebut, saya akan menginspeksi rumah dari Bapak Yanto. Dimana hasil inspeksinya sebagai
berikut :
INSPEKSI SANITASI
Sumber air bersih yang digunakan bapak yanto dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
yaitu menggunakan sumber air yang berasal dari sumur. Dimana jarak antara jamban keluarga
dengan sumber air kurang dari 10 meter. Air minum yang digunakan bapak yanto terlebih dahulu
dimasak dan disimpan dalam wadah yang bersih dan tertutup. Rumah bapak yanto telah
memiliki jamban keluarga di lengkapi dengan tempat penampungan kotoran (septic tank), namun
keluarga bapak yanto masih kurang menerapkan hidup bersih dan sehat dimana anggota keluarga
masih belum melakukan cuci tangan dengan sabun sesudah berak.
ANALISIS
Dari observasi dan wawancara yang dilakukan pada Bapak Yanto memiliki riwayat
penyakit yaitu Diare. Setelah dianalisa, memiliki 2 kemungkinan penyebab penyakit diare.
Pertama, jarak antara jamban dan sumber air yang terlalu dekat dengan jarak kurang dari 10
meter. Hal ini dapat menyebabkan kekeruhan dan terkontaminasinya air sumur oleh kotoran pada
jamban, sehingga dapat menyebabkan kontaminasi pada alat makan yang dicuci dengan air
sumur yang tercemar. Kedua, yaitu perilaku keluarga yang tidak higienis yaitu mencuci tangan
setelah berak atau memegang benda kotor namun tidak menggunakan sabun
KESIMPULAN
a. Air sumur menjadi tercemar oleh kotoran manusia karena jarak jamban dan sumur
yang kurang dari 10 meter.
b. Alat makan yang terkontaminasi akibat air sumur yang tercemar.
c. Kebiasaan perilaku tidak higienis yaitu mencuci tangan setelah berak atau memegang
benda kotor namun tidak menggunakan sabun
SARAN
a. Sebaiknya perlu dilakukan perbaikan jarak antara jamban dan air sumur agar tidak
terjadi kontaminasi. Jarak jamban dan sumur yang sesuai yaitu lebih dari 10 meter.
b. Sebaiknya mencuci alat makan menggunakan air bersih yang terlindungi.
c. Mengubah perilaku menjadi lebih higienis dengan cara mencuci tangan
menggunakan sabun setelah buang air besar dan setelah memegang benda kotor.
INTERVENSI
Intervensi dilakukan dengan cara penyuluhan secara personal kepada pasien yang menderita
penyakit diare
HASIL KONSELING PENYAKIT KECACINGAN

Hari L
N Pendi Pekerj P/ Hasil
/Tang Nama / Umur Alamat Masalah/ Diagnosa Saran/ Pemecahan
O dikan aan K Tindakan
gal P

1 Rabu, Azza P 1 tahun Jalan Belu - P Penyakit kecacingan Sebaiknya menjaga Respon pasien
03 manyar m di duga karena: kebersihan lantai di rumah menunjukkan
Okt No. 7 sekola 1. Bahan lantai di agar tidak banyak bahwa pasien
2018 SBY h rumah berupa menimbu. Serta berkomitmen
plester membiasakan cuci tangan mengubah
2. Tidak melakukan
sebelum makan perilaku hidup
cuci tangan
sebelum makan menjadi lebih
sehat

2 Rabu, Ozi L 3 tahun Jalan lakar Paud - P Penyakit kecacingan Sebaiknya memotong Respon pasien
03 santri No. diduga karena: kuku jika sudah panjang, menunjukkan
Okt 18 1. Kuku penderita melakukan cuci tangan bahwa pasien
2018 Surabaya tidak bersih sebelum makan. Serta berkomitmen
2. Tidak melakukan mencuci sayuran sebelum mengubah
cuci tangan
dimakan perilaku hidup
sebelum makan
3. Suka makan menjadi lebih
makanan mentah sehat
atau lalapan dan
tidak dicuci
terlebih dahulu
3. Sabtu, Greise P 4 tahun Dsn. Paud P Penyakit kecacingan Sebaiknya memotong Respon pasien
16 Anan Banjarsari - diduga karena: kuku jika sudah panjang, menunjukkan
Nov Ds.Bereng 1. Kuku penderita penularan infeksi cacingan bahwa pasien
2018 dhita Kec. tidak bersih dapat melalui kuku jari berkomitmen
Bereng, 2. Tidak melakukan tangan yang panjang yang mengubah
Jombang cuci tangan kemungkinan terselip telur perilaku hidup
sebelum makan
cacing dan nantinya bisa menjadi lebih
3. Tidak
menggunakan tertelan ketika makan. sehat dan
alas kaki Mencuci tangan sebelum diperlukan
4. Suka makan makan karena tangan observasi
makanan mentah merupakan penularan lapangan ke
atau lalapan dan penyakit dapat melalui rumah
tidak dicuci tangan. Menggunakan alas responden
terlebih dahulu
kaki ketika berpergian
kemana-mana karena
penularan infeksi cacingan
di tanah pun bisa terjadi
karena cacing hidupnya
dalam tanah dan dapat
menembus kulit dan akan
mengikuti aliran darah dan
bisa masuk ke paru-paru
serta ke dalam usus dan
akan menjadi cacing
dewasa. Mencuci sayuran
sebelum dimakan
Berdasarkan konseling yang dilakukan pada Ibu pasien yang bernama Azza, Ozie dan
Greise Anandhita. Adapun masalah yang sama yaitu tidak melakukan cuci tangan sebelum
makan, kuku penderita tidak bersih, suka makan makanan mentah atau lalapan dan
tidak dicuci terlebih dahulu. Berdasarkan masalah tersebut konselor memberikan saran
yaitu yang pertama, mengubah perilaku hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan
dengan sabun baik sebelum dan sesudah makan hal ini dilakukan agar terhindar dari penyakit.
Yang kedua yaitu memakan makanan yang sudah dimasak agar bakteri yang ada di dalam
makanan mati sehingga aman untuk dikonsumsi. Maka dari itu dari ketiga pasien tersebut,
saya akan menginspeksi rumah penderita Greise Anandhita. Dimana hasil inspeksinya
sebagai berikut:
INSPEKSI SANITASI
Dari inspeksi yang telah dilakukan didapatkan hasil :
• Terdapat jamban jenis leher angsa di rumah penderita.
• Kebiasaan membuang kotoran di WC
• Anak bermain di tanah, jika ada teman-temannya yang mengajak bermain
• Keadaan kuku anggota keluarga khususnya ibu penderita terlihat belum dipotong
sehingga agak panjang dan berwarna kehitaman (kotor).
• Anggota keluarga memakai alas kaki jika hendak berpergian
• Tidak terlihat kotoran manusia di atas tanah, namun banyak kotoran ayam diatas
tanah.
ANALISIS
Setelah dilakukan identifikasi, keluarga Greise Anandhita sudah memiliki jamban
keluarga, membuang kotoran di WC, anggota keluarga memakai alas kaki jika hendak
berpergian.
Namun ada beberapa hal yang menyebabkan Greise Anandhita terkena penyakit
kecacingan yaitu kebiasaan anggota keluarga yaitu ibu yang tidak memotong dan
membersihkan kuku. Penularan infeksi cacingan dapat melalui kuku jari tangan yang
panjang yang kemungkinan terselip telur cacing dan nantinya bisa tertelan ketika makan.
Kemudian anak bermain di tanah, penularan infeksi cacingan di tanah pun bisa terjadi
karena cacing hidupnya dalam tanah dan dapat menembus kulit dan akan mengikuti aliran
darah dan bisa masuk ke paru-paru serta ke dalam usus dan akan menjadi cacing dewasa.
Tidak terlihat kotoran manusia di atas tanah, namun banyak kotoran ayam diatas tanah.
Ayam merupakan salah satu media penyebab kecacingan karena salah satu penyakit ayam
dapat disebabkan oleh parasit adalah cacing Ascaris lumbricoides, jika ayam yang terinfeksi
tersebut membuang kotoran sembarangan di atas tanah dan tanpa sengaja dibuat mainan oleh
anak-anak maka cacing tersebut dapat masuk dalam tubuh anak yaitu dengan menembus kulit
kemudian akan mengikuti aliran darah dan bisa masuk ke paru-paru serta ke dalam usus dan
akan menjadi cacing dewasa seekor cacing dewasa dapat menghisap darah 0,2-0,3 ml/hari
sehingga dapat menimbulkan anemia.
KESIMPULAN
1. Tidak memiliki kebiasaan memotong dan membersihkan kuku.
2. Anak bermain di tanah.
3. Terdapat banyak kotoran ayam di atas tanah.
SARAN
1. Menjaga Personal Hygiene baik diri sendiri maupun anggota keluarga, salah
satunya adalah membiasakan memotong kuku agar tidak terjadi lagi infeksi
kecacingan.
2. Selalu membersihkan lokasi tempat tinggal yang kemungkinan menjadi tempat
bermain anak-anak dari segala macam kotoran.
3. Disediakan tempat bermain tersendiri untuk anak-anak.

INTERVENSI
Intervensi dilakukan dengan cara penyuluhan secara personal kepada pasien yang menderita
penyakit kecacingan.
HASIL KONSELING PENYAKIT DBD

L Hasil/
N Hari/Tangga P/ Saran/pemecahan
Nama / Umur Alamat Pekerjaan Masalah/diagnosa Tindakan
o. l K
P
1. Nn. Rabu/3/10/18 P 19 Jl.Manyar Mahasisw P 1. Lingkungan rumah kurang 1. Melakukan pengurasan Pasien
Nikmah Dukuh a baik seperti tidak rutin bak mandi berkomitmen
98B, SBY melakukan pengurasan bak 2. Pemberiani bubuk abate melakukan
mandi 3. Merapikan pakain yang saran yang
2. Ventilasi kurang baik karena bergantungan direkomendsika
kondisi rumah gelap,tidak 4. Perbaikan ventilasi n
dilengkapi dengan kawat seperti pemasangan kasa
kasa,kelembaban tinggi 5. penambahan
3. Perilaku tidak sehat seperti pencahayaan.
menggantung pakaian di
pintu kamar
2. Nn.Alici Rabu/3/10/18 P 20 Jln. Mahasisw P 1. Ventilasi tidak dilengkapi 1. Mengubur barang- Pasien
a Manyar a dengan kasa sehingga barang bekas berkomitmen
Sabrangan nyamuk bisa masuk 2. Memberi kasa pada melakukan
, VIA/4 2. Lingkungan sekitar rumah ventilasi udara saran yang
SBY tidak terawat karena terdapat 3. Merapikan pakain yang direkomendasik
barang-barang bekas yang bergantungan an
dapat menampung air dan
dapat digunakan untuk tempat
berkembangbiak nyamuk
3. Perilaku tidak sehat seperti
menggantung pakaian di pintu
kamar.
Berdasarkan konseling yang dilakukan pada Nn.Nikmah, Nn.Alicia dan Ibu Suyati
dengan masalah yang sama yaitu membiarkan pakaian bergantunga dan kondisi ventilasi
yang belum memenuhi syarat sehingga kelembaban tinggi serta nyamuk mudah masuk
karena tidak diberi kasa. Berdasarkan masalah tersebut konselor memberikan saran yaitu
yang pertama, mengubah perilaku hidup bersih dan sehat seperti merapikan pakaian yang
bergantungan dengan melipat pakaian kemudian dimasukkan lemari atau mencuci pakaian
tersebut jika kondisi pakaian yang bergantungan kotor. Hal ini dilakukan agar nyamuk aedes
aegypti tidak memiliki tempat untuk berkembang biak. Yang kedua yaitu memperbaiki
ventilasi rumah supaya sesuai dengan persyaratan yaitu dengan menambah lubang
penghawaan sebanyak 10% dari luas lantai sesuai KEPMENKES No.
829/Menkes/SK/VII/1999 tentang rumah sehat.Selain itu pasien bisa melengkapi ventilasi
tersebut dengan kasa sebagai upaya pencegahan nyamuk masuk dalam rumah.Maka dari itu
dari ketiga pasien tersebut, saya akan menginspeksi rumah dari Ibu Suyati. Dimana hasil
inspeksinya sebagai berikut :
INSPEKSI
Pakaian yang semula bergantungan di pintu kamar tidur Ibu Suyati telah tertata rapi
pada lemari, kemudian berdasarkan hasil wawancara Ibu Suyati selalu mencuci pakaiaan
yang selesai dipakai walaupun hanya sebentar. Rumah Ibu Suyati telah memiliki ventilasi
atau lubang penghawaan yang sesuai dengan Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 yaitu
10% dari luas lantai ruangan serta memasang kasa pada setiap lubang penghawaan.
Analisis
Dari observasi dan wawancara yang dilakukan pada pasien pertama, ibu indri memiliki
riwayat penyakit yaitu DBD. Setelah dianalisa, memiliki 3 kemungkinan penyebab penyakit
DBD. Pertama, keluarga ibu indri tidak memasang kawat kasa. Hal ini dapat menyebabkan
nyamuk masuk ke dalam rumah sehingga dapat menyebabkan nyamuk berkembangbiak di
dalam rumah. Keuda, terdapat sampah sisa-sisa botol atau gelas plastik di sekitar rumah ibu
indri. Hal ini dikarenakan kebiasaan membuang sampah sembarang sehingga dapat
mengundang nyamuk untuk bersarang di tempat itu. Ketiga, terdapat baju yang habis dipakai
bergantungan di belakang pintu. Hal ini dapat menyebabkan kamar menjadi bau dan sumpek
karena gantungan dari baju-baju bekas pakai tersebut.
KESIMPULAN

1. Tidak memasang kawat kasa.


2. Terdapat baju-baju yang habis di pakia bergantungan di belakang pintu
SARAN
1. Sebaiknya perlu dilakukan pemasangan kawat kasa gara nyamuk tidak masuk ke
dalam rumah.
2. Mengubah perilaku menggantung baju di belakang pintu agar kamar tidak bau
dan tidak menjadi sarang nyamuk.
INTERVENSI
Intervensi dilakukan dengan cara penyuluhan secara personal kepada pasien yang menderita
penyakit DBD.
HASIL KONSELING PENYAKIT KULIT
L
N Hari / P/ Masalah / Hasil
Nama / Umur Alamat Pendidikan Pekerjaan Saran / Pemecahan
O Tanggal K Diagnosa Tindakan
P
1 Minggu, Amike P 21 Ds SMA Mahasiswa P Penyakit kulit Sebaiknya lebih Respon pasien
18 Nov Wonosari diduga karena: menjaga kebersihan menunjukkan
2018 RT 14 RW 3. Kebersihan tangan dan kuku jari bahwa pasien
04, Kec tangan dan kuku dengan memotong berkomitmen
Wonosari, yang tidak kuku jari ketika menguhah
Kab dijaga (kuku sudah mulai panjang perilaku untuk
Bondowoso panjang) & lebih sering untuk lebih menjaga
4. Penggunaan mencuci pakaian kebersihan
pakaian berkali- terutama saat pakaian diri.
kali. sudah digunakan
lebih dari 1 kali atau
sudah kotor.
INSPEKSI SANITASI
Dari inspeksi yang telah dilakukan didapatkan hasil :
• Tidak ada sumber pencemar terhadap air bersih di sekitar rumah. Air bersih yang
digunakan bersumber dari PDAM dan jumlahnya mencukupi untuk kebutuhan
sehari-hari. Namun air bersih yang digunakan belum memenuhi syarat fisik air
secara lengkap, karena kondisi air sedikit keruh.
• Di kamar mandi sudah tersedia sabun yang digunakan untuk mandi oleh anggota
keluarga.
• Kebersihan pakaian yang kurang dijaga karena pakaian sering digunakan berkali-kali
tanpa dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan kembali.
• Keadaan tempat tidur pasien yang dalam keadaan kotor.
ANALISIS
Dari hasil konseling dan inspeksi yang dilaksanakan berdasarkan observasi dan wawancara
pada pasien, Saudara Amike memiliki riwayat penyakit kulit. Setelah dianalisa, ada beberapa
kemungkinan penyebab penyakit kulit. Pertama, kebersihan tangan dan kuku yang tidak
dijaga, karena kuku pasien dalam keadaan panjang dan sedikit kotor. Kedua, penggunaan
pakaian yang berulang-ulang. Jadi, pakaian yang sudah digunakan sering kali hanya
digantung dan ada beberapa pakaian yang diletakkan di atas tempat tidur sampai menumpuk,
untuk kemudian digunakan kembali keesokan harinya tanpa dicuci terlebih dahulu. Yang
ketiga, kondisi tempat tidur dalam keadaan kotor, karena sprei yang digunakan jarang diganti
sampai menimbulkan bau yang tidak sedap.
KESIMPULAN
1. Kebersihan tangan dan kuku yang tidak dijaga.
2. Penggunaan pakaian berulang-ulang.
3. Terdapat pakaian kotor diatas tempat tidur.
4. Jarang mengganti sprei tempat tidur.
SARAN
1. Sebaiknya lebih menjaga kebersihan tangan dan kuku jari dengan memotong kuku
jari ketika sudah mulai panjang.
2. Sebaiknya lebih sering untuk mencuci pakaian terutama saat pakaian sudah
digunakan lebih dari 1 kali atau sudah kotor.
3. Sebaiknya lebih sering untuk membersihkan kamar tidur dan tidak menumpuk
pakaian di kamar tidur, baik baju-baju yang digantung maupun baju yang diletakkan
begitu saja di tempat tidur.
4. Mengganti sprei tempat tidur apabila sudah kotor agar tidak menimbulkan bau yang
tidak sedap. Serta merapikan dan membersihkan tempat tidur setiap bangun tidur.
INTERVENSI
Intervensi dilakukan dengan cara penyuluhan secara personal kepada pasien yang menderita
penyakit kulit.
DAFTAR PUSTAKA

Nelson. 1992. Ilmu Kesehatan Anak Bagian 2. Penerjemah Moelia Radja Siregar. Jakarta:

EGC

Sutjipto, Suprapto, dkk. 2002. Standart Prosedur Operasional Klinik Sanitasi Untuk

Puskesmas. Depkes RI No. 363-72


LAMPIRAN

Wawancara dengan Bapak Yanto (Penderita Diare)

Wawancara dengan Ibu Fitri (Responden penyakit DBD)

Wawancara dengan Ibu Yuli (Ibu Penderita Kecacingan)


Lampiran. Hasil Inspeksi Penyakit ISPA

Pasien 1 (ISPA)
I. Data Umum

Nama : Halimah

Umur : 40 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah tangga

Pendidikan Terakhir : SMA

Alamat : Jl. Banjar baru VII/11 GKB Gresik


a. Identifikasi Masalah

No. Pertanyaan Jawaban Keterangan

Apakah penderita batuk dan atau


kesulitan bernafas ?
1. Ya Penderita sering batuk
1. Ya
0. Tidak

Telah berapa lama menderita batuk

2. 2 bulan -
- batuk seperti ini ?

Berapa orang yang batuk seperti

3. 2 orang Penderita dan anaknya


ini dalam keluarga ?

Apakah pada siang hari di dalam


rumah dalam keadaan gelap ?
4. Ya Kurang pencahayaan
1. Ya
a) Tidak

Apakah di dalam rumah terdapat


pintu atau jendela yang tembus
Terdapat jendela kaca pada
cahaya (kaca, fiber, plastik, dan bagian

5. Ya depan rumah yang tembus


lainnya) ? cahaya

a. Ya
b. Tidak
Apakah penderita berada di dalam
rumah dalam keadaan panas
Pada siang hari terasa panas di dalam

(sumuk/gerah) terutama pada siang


6. Ya rumah, karena kurangnya sirkulasi
hari
udara
a. Ya
b. Tidak

Apakah rumah penderita terdapat


lubang hawa / lubang angin ?
7. Tidak Tidak terdapat lubang angin
a. Ya
b. Tidak

Apakah luas kamar tidur kurang

dari 8m2 ?
Kamar yang kurang luas yaitu kurang
8 Ya
dari 8m2
a. Ya
b. Tidak

Bahan bakar apa yang digunakan


untuk memasak ?

9 a. Gas Gas -
b. Minyak tanah
c. Arang
d. Kayu bakar

Apakah di dapur terdapat cerobong


asap atau lubang tempat keluar
asap ? Tidak terdapat cerobong asap di bagian
10 Tidak
dapur
a. Ya
b. Tidak

Apakah saudara tidur setempat


tidur atau sekamar dengan orang
lain (istri/suami, anak dan lainnya)
Penderita tidur bersama suaminya dan 1
11 ? Ya
orang anak
a. Ya
b. Tidak

Jika batuk kemanakah lidah/riak


batuk dibuang ?
Karena penderita malas untuk
Sembarang

12 membuang di tempat ludah ataupun


a. Sembarang tempat tempat
kamar mandi
b. Kamar mandi atau
WC/jamban
c. Tempat khusus ludah/riak
(paidon)

Apakah setiap kali batuk penderita


menutup mulut ? Penderita tidak pernah menutup
mulut

13 Tidak
saat batuk
a. Ya
b. Tidak

Apakah anggota keluarga sering


memasak sambil momong anak?
14 Tidak
a. Ya
b. Tidak
Lampiran. Hasil Inspeksi Penyakit Kecacingan

Pasien 1 (Diare)

I. Data Umum
Nama : Greise Anandhita
Umur : 4 tahun
Pekerjaan :-
Pendidikan Terakhir :-
Alamat : RT 3 RW 1 Dusun Banjarsari Desa Bareng Keamatan
Bareng Kabupaten Jombang

II. Identifikasi Masalah

No. Pertanyaan Jawaban


Keterangan

Apakah memiliki jamban


1. Ya Jamban jenis leher angsa.
keluarga?

2. Kebiasaan membuang kotoran di... - Membuang kotoran di WC

Jika ada teman-temannya yang


3. Apakah anak bermain di tanah? Ya mengajak bermain

Kuku ibu penderita terlihat belum


Bagaimana keadaan kuku anggota
4. Kotor dipotong sehingga agak panjang dan
keluarga?
berwarna kehitaman (kotor)

Apakah anggota keluarga Anggota keluarga memakai alas kaki


5. Ya
memakai alas kaki? jika hendak berpergian

Tidak terlihat kotoran manusia di atas


Apakah tidak terlihat kotoran
6. Tidak tanah, namun banyak kotoran ayam
manusia di atas tanah?
diatas tanah.
Lampiran. Hasil Inspeksi Penyakit Kulit
Data umum pasien (Penyakit Kulit)
Nama : Amike Nur Latifah
Umur : 21
Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : Desa Wonosari RT 14 RW 04, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso
Identifikasi masalah pasien :

No Pertanyaan Jawaban Keterangan

1 Apakah ada sumber Tidak ada Sumber air bersih yang


pencemaran terhadap digunakan jauh dari
sumber air bersih sekitar sumber pencemar.
rumah?

2 Sumber air bersih yang PDAM Sumber air bersih


digunakan untuk keperluan menggunakan PDAM.
sehari-hari?

3 Keadaan fisik air bersih. Tidak berbau, Air yang digunakan


tidak berasa, secara fisik belum
namun sedikit memenuhi syarat karena
keruh. air dalam keadaan sedikit
keruh.

4 Apakah sumber air Cukup Air bersih tesedia dalam


mencukupi kebutuhan? jumlah yang cukup.

5 Apakah tersedia sabun Ya Tersedia sabun untuk


mandi di rumah? mandi di kamar mandi.

6 Kebersihan pakaian Kotor/bau Pakaian sering digunakan


berkali-kali.

7 Keadaan tempat tidur (sprei, Kotor Sprei dalam keadaan


bantal dan guling) kotor dan tempat tidur
dalam keadaan
berantakan.
.
Lampiran. Hasil Inspeksi Penyakit Diare
PASIEN II (DIARE)

I. Data Umum Pasien


Nama : Bapak Yanto
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : Pedagang Mie Ayam dan Bakso
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Jojoran I No. 94, Surabaya
II. Identifikasi Masalah Pasien
No. Pertanyaan Jawaban Keterangan

1. Sumber air bersih yang Sumur Pada saat kemarau air yang dari
digunakan untuk keperluan sumur akan keruh dan berbau
sehari-hari

2. Bila menggunakan Kurang dari 10 Hal ini dikarenakan ukuran rumah


SGL/SPT, jaraknya dengan meter yang agak sempit sehingga jarak
jamban keluarga antara jamban dan sumur kurang dari
10 meter

3. Apakah air minum yang Ya Keluarga Bapak Yanto untuk


digunakan sehari-hari memenuhi kebutuhan air minum
dimasak terlebih dahulu? setiap harinya dengan membeli air isi
ulang

4. Apakah air yang sudah Ya Disimpan dalam teko plastik


dimasak tersimpan didalam
wadah tertutup?

5. Apakah wadah tersebut Ya Dibersihkan namun secara rutin


dalam keadaan bersih?
6. Apakah dirumah memiliki Ya Memiliki jamban leher angsa
jamban?

7. Bila memiliki jamban, Ya Memiliki septic tank disetiap rumah


apakah jamban tersebut
memenuhi syarat
(mempunyai tempat

Anda mungkin juga menyukai