DOSEN PEMBIMBING:
Kelompok C Sub 2
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut WHO (2006) sebanyak 24 % dari penyakit global disebabkan oleh segala
jenis faktor lingkungan yang dapat dicegah serta lebih dari 13 juta kematian tiap tahun
disebabkan faktor lingkungan yang dapat dicegah. Masalah kesehatan yang berbasis
lingkungan disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak memadai, baik kualitas maupun
kuantitasnya serta perilaku hidup bersih dan sehat yang masih rendah yang mengakibatkan
timbulnya penyakit-penyakit seperti diare, ISPA, DBD, kecacingan, penyakit kulit, yang
merupakan 10 besar penyakit di puskesmas dan merupakan penyakit utama di indonesia.
Hal ini dapat menimbulkan masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan
pertumbuhan ekonomi dan potensi sumber daya manusia pada
skala nasional. Oleh karena itu, ke depan semakin dibutuhkan upaya yang intensif dan
serius dari banyak pihak terkait untuk melakukan intervensi terahadap faktor lingkungan.
Konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh petugas
konseling dengan pasien atau kliennya, agar klien memperoleh pengertian yang lebih
baik tentang dirinya dan permaslahan yang dihadapi, sehingga mampu mengambil atau
membuat suatu keputusan atau memecahkan masalah melalui pemahaman tentang
fakta-fakta dan perasaan-perasaan yang terlibat di dalamnya.
Dari latar belakang tersebut, maka kami tertarik menggali secara mendalam
permasalahan kegiatan klinik saniutasi luar gedung yang dengan judul ”LAPORAN
PRAKTIKUM KLINIK SANITASI KUNJUNGAN RUMAH DAN PENEMUAN
PENDERITA SECARA AKTIF”
1.3 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
Klinik Sanitasi bukan sebagai kegiatan pokok yang berdiri sendiri, tetapi sebagian
integral dari kegiatan puskesmas yang dilaksanakan secara lintas program dan lintas
sektor di wilayah kerja puskesmas. Dalam pelaksanaan kegiatan Klinik Sanitasi
difasilitasi oleh petugas puskesmas.
a. Luar gedung
secara bersama.
a) Tindak lanjut
Data kegiatan klinik sanitasi dicatat ke dalam buku register untuk kemudian
dioleh dan dianalisis. Selain berguna untuk bahan tindak lanjut kunjungan
lapangan serta keperluan monitoring dan evaluasi, data yang ada dapat digunakan
bahan perencanaan kegiatan selanjutnya. Seluruh kegiatan klinik sanitasi dan
hasilnya dilaporkan secara berkala kepada Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota
sesuai dengan format laporan yang ada.
c) Penyelesaian Masalah
Penyelesaian masalah kesehatan lingkungan, terutama masalah yang menimpa
sekelompok keluarga atau kampung dapat dilaksanakan secara musyawarah dan
gotong royong oleh masyarakat dengan bimbingan teknis dan petugas sanitasi dan
lintas sektor terkait. Apabila dengan cara demikian tidak tuntas dan atau untuk
perbaikannya memerlukan pembiayaan yang cukup besar, maka penyelesaiannya
dianjurkan untuk mengikuti mekanisme perencanaan yang ada, mulai perencanaan
ditingkat desa, perencanaan tingkat kecamatan, perencanaan tingkat Kab/Kota.
Petugas sanitasi juga dapat membantu mengusulkan kegiatan perbaikan kesehatan
lingkungan tersebut kepada sektor terkait.
2.5 Penyakit Berbasis Lingkungan
Penyakit berbasis lingkungan adalah ilmu yang mempelajari proses kejadian atau
fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat yang berhubungan,
berakar (bounded) atau memiliki keterkaitan erat dengan satu atau lebih komponen
lingkungan pada sebuah ruang dalam mana masyarakat tersebut bertempat tinggal atau
beraktivitas dalam jangka waktu tertentu. Penyakit tersebut bisa dicegah atau
dikendalikan, kalau kondisi lingkungan yang berhubungan atau diduga berhubungan
dengan penyakit tersebut dihilangkan (Achmadi, 2013).
a. Diare
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat
berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih)
dalam satu hari (Depkes RI 2011).
Diare dapat disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam
usus. Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare
setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara
berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat
melibatkan lambung dan usus (Gastroenteritis), usus halus (Enteritis), kolon
(Kolitis) atau kolon dan usus (Enterokolitis) (Wong, 2008).
b. ISPA
Penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit pernafasan terberat dan terbanyak
menimbulkan akibat dan kematian (Gouzali, 2011). ISPA merupakan salah satu
penyakit pernafasan terberat dimana penderita yang terkena serangan infeksi ini
sangat menderita, apa lagi bila udara lembab, dingin atau cuaca terlalu panas.
(Saydam, 2011). Berdasarkan pengertian diatas, maka ISPA adalah infeksi
saluran pernafasan yang berlangsung selama 14 hari. Saluran nafas yang
dimaksud adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli paru beserta organ
adneksanya seperti sinus, ruang telinga tengah, dan pleura (Habeahan, 2009).
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah infeksi yang terutama mengenai
struktur saluran pernafasan di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai bagian atas atau bawah secara stimulasi dan berurutan (Nelsen 2000).
Menurut Depkes, (2004) infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan
istilah yang diadaptasi dari istilah bahasa inggris Acute Respiratory Infections
(ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran pernafasan,
dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya kuman
atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga
menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung
hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga
tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari.
Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih
dari 14 hari.
c. Kecacingan
Definisi infeksi kecacingan menurut WHO (2011) adalah sebagai infestasi satu atau
lebih cacing parasit usus yang terdiri dari golongan nematoda usus. Diantara
nematoda usus ada sejumlah spesies yang penularannya melalui tanah atau biasa
disebut dengan cacing jenis STH yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus,
Trichuris trichuira dan Ancylostom duodenale (Margono et al., 2006). Kecacingan
ini umumnya ditemukan di daerah tropis dan subtropis dan beriklim basah dimana
hygiene dan sanitasinya buruk. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi paling
umum menyerang kelompok masyarakat ekonomi lemah dan ditemukan pada
berbagai golongan usia (WHO, 2011).
d. DBD
Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue.
Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis dan menginfeksi luas
dibanyak negara di Asia Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-
masing dapat menyebabkan demam berdarah baik ringan maupun fatal
(Department of Health Hongkong, 2014). DBD ditularkan ke manusia melalui
gigitan nyamuk yang terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus yang terdapat hampir diseluruh daerah Indonesia (Candra, 2010).
Transmisi virus dengue tergantung pada faktor biotik dan faktor abiotik. Faktor
biotik termasuk virus, vektor dan pejamu (host). Faktor abiotik termasuk suhu,
kelembaban dan curah hujan (WHO, 2011). Faktor lingkungan juga
mempengaruhi kejadian DBD. Faktor lingkungan ini meliputi kondisi geografi
dan demografi. Kondisi geografi yaitu ketinggian dari permukaan laut, angin dan
iklim (Djati et al., 2012).
Virus dengue adalah genus dari Flavivirus dan familia Flaviviridae dengan
ukuran 50 nm, mengandung RNA rantai tunggal sebagai genome. Virion terdiri
atas nukleokapsid berbentuk kubus simetris dalam amplop lipoprotein. Virus
dengue memiliki 4 strain DENV1, DENV2, DENV3 dan DENV4. Infeksi salah
satu serotipe virus dapat membentuk sistem imun dari serotipe yang menginfeksi.
Apabila terjadi infeksi sekunder dengan serotipe lain atau multipel infeksi dengan
serotipe berbeda dapat menyebabkan infeksi dengue berat yaitu Dengue
Hemorragic Fever (DHF) atau Dengue Shock Syndrome (DSS) (WHO, 2011).
e. Penyakit Kulit
Kulit merupakan struktur kompleks yang membentuk jaringan tubuh yang kuat
dan keras. Fungsinya dapat dipengaruhi oleh kerusakan terhadap struktur
demikian juga oleh penyakit. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Sudirman, 2012).
1) Bisul (Furunkel)
Furunkel ialah radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih daripada
sebuah disebut furunkulosis. Karbunkel ialah kumpulan furunkel. Keluhannya
nyeri. Kelainan berupa nodus eritematosa berbentuk kerucut, di tengahnya
terdapat pustul. Kemudian melunak menjadi abses yang berisi pus dan
jaringan nekrotik, lalu memecah membentuk fistel. Tempat predileksi ialah
yang banyak friksi, misalnya aksila dan bokong (Djuanda, 2011).
2) Cacar air
Cacar air adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster yang
sering terjadi pada anak-anak. Pada penyakit ini biasanya ditandai dengan
bintik-bintik pada seluruh tubuh (termasuk wajah), berwarna kemerahan, dan
isi dari benjolan (jika sudah membesar) tersebut adalah cairan. Jika seseorang
menderita penyakit ini, maka tubuhnya akan membentuk kekebalan yang
sangat kuat seumur hidup, jadi penyakit ini hanya terjadi satu kali seumur
hidup pada setiap orang. Cacar air sangat menular dan memiliki tiga tahap
dalam pembentukannya. Gejala penyakit cacar air Ini dimulai dengan
munculnya sedikit benjolan gatal di seluruh tubuh yang menyerupai seperti
gigitan serangga. Kemudian, bintik tadi berubah menjadi benjolan yang berisi
cairan, diikuti oleh tahap akhir yaitu pada saat tahap penyembuhan, dimana
benjolan tersebut pecah dan membuat bekas pada kulit (Djuanda, 2011).
3) Campak (Rubella)
4) Eksim (Dermatitis)
Gejala utama yang dirasakan penderita eksim adalah rasa gatal yang
berlebihan pada kulit. Lalu disertai dengan kulit memerah, bersisik dan pecah-
pecah, timbul gelembung-gelembung kecil yang mengandung air atau nanah.
Bagian tubuh yang sering terkena eksimbiasanya tangan, kaki, lipatan paha dan
telinga. Eksim terbagi menjadi dua, yaitu eksim kering dan basah. Pada eksim
basah, juga akan terasa panas dan dingin yang berlebihan pada kulit.
5) Impetigo
7) Kudis (Skabies)
Kudis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit tungau yang gatal
yaitu sarcoptes scabiei var hominis. Kulit yang terjangkit kudis lebih banyak
terjadi di daerah kumuh dan tidak menjaga kebersihan tubuh. Gejala kudis
adalah adanya rasa gatal yang begitu hebat pada malam hari, terutama di sela-
sela jari kaki, tangan, di bawah ketiak, alat kelamin, pinggang dan lain-lain.
Kudis sangat gampang menular pada orang lain, secara langsung maupun
tidak langsung.
Secara langsung tentu saja melalui sentuhan kulit terkena kudis dengan
kulit orang lain. Secara tidak langsung bisa menular melalui handuk atau
pakaian yang dipakai secara bergantian dengan penderita kudis. Cara sangat
mudah untuk menghindari kudis tentu saja dengan menjaga kebersihan
lingkungan dan tubuh.
Kurap terjadi karena jamur, biasanya yang menjadi gejalanya adalah kulit
menjadi tebal dan pada kulit timbul lingkaran-lingkaran yang semakin jelas,
bersisik, lembab dan berair dan terasa gatal. Kemudian pada lingkaran-
lingkaran akan timbul bercak-bercak putih. Kurap timbul karena kurang
menjaga kebersihan kulit. Bagian tubuh yang biasanya terserang kurap yaitu
tengkuk, leher, dan kulit kepala. Kurap dapat dicegah dengan cara mencuci
tangan yang sempurna, menjaga kebersihan tubuh, dan mengindari kontak
dengan penderita. Kurap dapat diobati dengan anti jamur yang mengandung
mikonazol dan kloritomazol dengan benar yang dapat menghilangkan infeksi
(Djuanda, 2011).
9) Psoriasis
10) Panu
Panu adalah salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur.
Penyakit panu ditandai dengan bercak yang terdapat pada kulit disertai rasa
gatal pada saat berkeringat. Bercak-bercak ini bisa berwarna putih, coklat atau
merah tergantung warna kulit si penderita. Panu paling banyak dijumpai pada
remaja usia belasan. Meskipun begitu panau juga bisa ditemukan pada
penderita berumur tua.
METODELOGI PRAKTIKUM
:
Lokasi : Cemeng Bakalan rt 04 rw 01 Sidoarjo
R
a
Hari / Tanggal : Minggu / 18 November 2018 b
u
,
Pukul : 15.00 WIB
1
7
3.1.3 Pasien 3 (Kecacingan)
O
k
Lokasi : Dsn. Banjarsari Ds.Bereng Kec. Bereng, Jombang
t
o
b
Hari / Tanggal : Sabtu, 16 November 2018
e
r
Pukul : 18.30 WIB
2
0
3.1.4 Pasien 4 (DBD) 1
8
Bondowoso
a) Alat tulis
f. Mengolah dan menyimpulkan data dari hasil formulir wawancara yang telah
diperoleh menjadi laporan.
BAB IV
Berdasarkan survey lapangan yang kami lakukan, maka kami mendapatkan 5 penyakit berbasis lingkungan yang meliputi
penyakit ISPA, Diare, Kecacingan, DBD, Penyakit Kulit. Berikut adalah hasil dan analisa penyakit dari praktikum yang kami lakukan:
1. PENYAKIT ISPA
Hari/ P
L/ Pendid Hasil/Tinda
No Tang Nama Umur Alamat Pekerjaan / Masalah/Diagnosa Saran/pemecahan
P ikan kan
gal K
1. Rabu Lina P 25 Jl. Melati SMA Ibu Rumah P Penyakit ISPA yang Membuang ludah di kamar Pasien
tahun No.23 Tangga disebabkan karena: mandi/tempatnya berkomitmen
3/10/1 Surabaya mengubah
8 Faktor perilaku tidur sementara terpisah perilaku
dari penderita hidupya
Membuang ludah
sembarangan membiasakan menutup menjadi lebih
mulut pada saat batuk baik dan
Penderita tidur setempat lebih sehat
tidur dengan suami menambahkan ventilasi
buatan
Pada setiap kali batuk
penderita tidak pernah selalu membuka
menutup mulut pintu/jendela terutama
pada pagi hari agar
Faktor lingkungan: sirkulasi udara lancar
Kurangnya ventilasi memperbaiki lubang
dalam rumah penghawaan/ventilasi
Sirkulasi udara didalam dengan bahan yang tembus
rumah yang kurang baik cahaya
Kurangnya pencahayaan
didalam rumah
2. Rabu Maryam P 28 Jl. Bromo S1 Bank P Penyakit ISPA yang Membuang ludah di kamar Pasien
tahun No.10 Akutan disebabkan karena: mandi/tempatnya berkomitmen
3/10/1 Surabaya si mengubah
8 Faktor perilaku Tidur sementara terpisah perilaku
dengan penderita hidupnya
Membuang ludah
sembarangan Tidak membawa anak saat menjadi lebih
memasak di dapur baik dan
Penderita tidur setempat lebih sehat
tidur dengan suami memperbaiki lubang
penghawaan/ventilasi
Menggendong anak saat dengan bahan yang tembus
memasak cahaya dan dapat dibuka
Faktor lingkungan untuk menjaga sirkulasi
udara didalam rumah
Kurangnya pencahayaan
didalam rumah menambah ventilasi
buatan
Tidak terdapat ventilasi menambah cerobong asap
didalam rumah pada dapur ataupun bisa
menambah ventilasi
Di dapur tidak terdapat
cerobong asap
b. Rumah yang tidak memenuhi syarat rumah sehat, yaitu kurang luasnya ruang tidur yang
dihuni 3 orang dan minimnya ventilasi dan jendela kaca, serta jarang jendela dan pintu dibuka.
SARAN
a. Agar tidak terjadi/timbul penyakit yang dapat merugikan diri kita sendiri ini, sejak dini
mungkin kita harus menerapkan hidup bersih dan sehat dalam diri kita. Selalu menjaga
lingkungan agar tetap sehat.
b. Sebaiknya luas kamar >8 m2 yang dihuni tidak lebih dari 2 orang, selalu membuka
pintu/jendela terutama pada pagi hari, memperbaiki lubang penghawaan, menambah ventilasi
buatan, membuang lidah/riak pada tempatnya dan menutup mulut saat batuk.
INTERVENSI
Intervensi dilakukan dengan cara penyuluhan secara personal kepada pasien yang menderita
penyakit ISPA.
HASIL KONSELING PENYAKIT DIARE
No Nama Hari/Tanggal L/P Umur Alamat Pekerjaan P/K Masalah/Diagnosa Saran/Pemecahan Hasil/Tindakan
1. Ibu Rabu3/10/18 P 27 Jl. Dosen P − Tidak mencuci tangan − Cuci tangan sebelum Responden
Pevita Kalisari sebelum makan makan atau siapkan berkomitmen
Dharma − Tidak menutup makanan bersedia untuk
Gg II, makanan dengan − Tutup makanan dengan mengubah perilaku
SBY tudung saji tudung saji hidup menjadi lebih
− Sering jajan diwarung/ − Jangan makan jajanan sehat
konsumsi makanan beli yang kurang bersih
2. Nn. Rabu/3/10/18 P 20 Ketintang Mahasiswa P − Sumber air tidak − Gunakan air dari sumber Membuat
Rahma Barat Gg. terlindungi dengan yang terlindungi jadwal/rencana
II , SBY baik. − Pelihara dan tutup kunjungan rumah
− Sumber air tidak sumber air agar untuk dilakukannya
terpelihara dan tidak terhindar dari inspeksi sanitasi
memiliki tutup pencemaran rumah
3. Bapak Rabu L 45 Jojoran I Pedagang K − Jarak sumur gali − Mengatur jarak antara Responden
Yanto 10/10/18 No. 94, Mie Ayam dengan jamban sumur dengan jamban berkomitmen
SBY Dan Bakso keluarga kurang dari 10 sehat. Misalnya dengan besedia untuk
meter sehingga membangun kembali mengubah perilaku
menyebabkan sumur atau jamban hidup bersih dan
kekeruhan dan air sesuai dengan jarak yang sehat
sumur tercemar oleh telah ditentukan
kotoran jamban yang − Membiasakan hidup
dapat bersih dan sehat dengan
mengkontaminasi pada mencuci tangan sesudah
alat makan yang dicuci memegang benda kotor
dengan air tersebut
− Tidak mencuci tangan
dengan sabun sesudah
memegang benda kotor
Berdasarkan konseling yang dilakukan pada Ibu Pevita, Ibu Rahma dan Bapak Yanto
dengan masalah yang sama yaitu tidak mencuci tangan dengan sabun baik sebelum dan sesudah
makan dan memegang benda kotor serta sumber air yang digunakan tidak terlindungi
dikarenakan tidak memiliki tutup dan jarak antara sumur dengan jamban terlalu dekat kurang
dari 10 meter. Berdasarkan masalah tersebut konselor memberikan saran yaitu yang pertama,
mengubah perilaku hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan dengan sabun baik sebelum
dan sesudah makan dan memegang benda kotor hal ini dilakukan agar terhindar dari penyakit.
Yang kedua yaitu memelihara dan menutup sumber air yang digunakan agar terhindar dari
pencemaran selain itu juga memastikan jarak antara jamban dengan sumber air lebih dari 10
meter hal ini untuk mencegah pencemaran pada sumber air. Maka dari itu dari ketiga pasien
tersebut, saya akan menginspeksi rumah dari Bapak Yanto. Dimana hasil inspeksinya sebagai
berikut :
INSPEKSI SANITASI
Sumber air bersih yang digunakan bapak yanto dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
yaitu menggunakan sumber air yang berasal dari sumur. Dimana jarak antara jamban keluarga
dengan sumber air kurang dari 10 meter. Air minum yang digunakan bapak yanto terlebih dahulu
dimasak dan disimpan dalam wadah yang bersih dan tertutup. Rumah bapak yanto telah
memiliki jamban keluarga di lengkapi dengan tempat penampungan kotoran (septic tank), namun
keluarga bapak yanto masih kurang menerapkan hidup bersih dan sehat dimana anggota keluarga
masih belum melakukan cuci tangan dengan sabun sesudah berak.
ANALISIS
Dari observasi dan wawancara yang dilakukan pada Bapak Yanto memiliki riwayat
penyakit yaitu Diare. Setelah dianalisa, memiliki 2 kemungkinan penyebab penyakit diare.
Pertama, jarak antara jamban dan sumber air yang terlalu dekat dengan jarak kurang dari 10
meter. Hal ini dapat menyebabkan kekeruhan dan terkontaminasinya air sumur oleh kotoran pada
jamban, sehingga dapat menyebabkan kontaminasi pada alat makan yang dicuci dengan air
sumur yang tercemar. Kedua, yaitu perilaku keluarga yang tidak higienis yaitu mencuci tangan
setelah berak atau memegang benda kotor namun tidak menggunakan sabun
KESIMPULAN
a. Air sumur menjadi tercemar oleh kotoran manusia karena jarak jamban dan sumur
yang kurang dari 10 meter.
b. Alat makan yang terkontaminasi akibat air sumur yang tercemar.
c. Kebiasaan perilaku tidak higienis yaitu mencuci tangan setelah berak atau memegang
benda kotor namun tidak menggunakan sabun
SARAN
a. Sebaiknya perlu dilakukan perbaikan jarak antara jamban dan air sumur agar tidak
terjadi kontaminasi. Jarak jamban dan sumur yang sesuai yaitu lebih dari 10 meter.
b. Sebaiknya mencuci alat makan menggunakan air bersih yang terlindungi.
c. Mengubah perilaku menjadi lebih higienis dengan cara mencuci tangan
menggunakan sabun setelah buang air besar dan setelah memegang benda kotor.
INTERVENSI
Intervensi dilakukan dengan cara penyuluhan secara personal kepada pasien yang menderita
penyakit diare
HASIL KONSELING PENYAKIT KECACINGAN
Hari L
N Pendi Pekerj P/ Hasil
/Tang Nama / Umur Alamat Masalah/ Diagnosa Saran/ Pemecahan
O dikan aan K Tindakan
gal P
1 Rabu, Azza P 1 tahun Jalan Belu - P Penyakit kecacingan Sebaiknya menjaga Respon pasien
03 manyar m di duga karena: kebersihan lantai di rumah menunjukkan
Okt No. 7 sekola 1. Bahan lantai di agar tidak banyak bahwa pasien
2018 SBY h rumah berupa menimbu. Serta berkomitmen
plester membiasakan cuci tangan mengubah
2. Tidak melakukan
sebelum makan perilaku hidup
cuci tangan
sebelum makan menjadi lebih
sehat
2 Rabu, Ozi L 3 tahun Jalan lakar Paud - P Penyakit kecacingan Sebaiknya memotong Respon pasien
03 santri No. diduga karena: kuku jika sudah panjang, menunjukkan
Okt 18 1. Kuku penderita melakukan cuci tangan bahwa pasien
2018 Surabaya tidak bersih sebelum makan. Serta berkomitmen
2. Tidak melakukan mencuci sayuran sebelum mengubah
cuci tangan
dimakan perilaku hidup
sebelum makan
3. Suka makan menjadi lebih
makanan mentah sehat
atau lalapan dan
tidak dicuci
terlebih dahulu
3. Sabtu, Greise P 4 tahun Dsn. Paud P Penyakit kecacingan Sebaiknya memotong Respon pasien
16 Anan Banjarsari - diduga karena: kuku jika sudah panjang, menunjukkan
Nov Ds.Bereng 1. Kuku penderita penularan infeksi cacingan bahwa pasien
2018 dhita Kec. tidak bersih dapat melalui kuku jari berkomitmen
Bereng, 2. Tidak melakukan tangan yang panjang yang mengubah
Jombang cuci tangan kemungkinan terselip telur perilaku hidup
sebelum makan
cacing dan nantinya bisa menjadi lebih
3. Tidak
menggunakan tertelan ketika makan. sehat dan
alas kaki Mencuci tangan sebelum diperlukan
4. Suka makan makan karena tangan observasi
makanan mentah merupakan penularan lapangan ke
atau lalapan dan penyakit dapat melalui rumah
tidak dicuci tangan. Menggunakan alas responden
terlebih dahulu
kaki ketika berpergian
kemana-mana karena
penularan infeksi cacingan
di tanah pun bisa terjadi
karena cacing hidupnya
dalam tanah dan dapat
menembus kulit dan akan
mengikuti aliran darah dan
bisa masuk ke paru-paru
serta ke dalam usus dan
akan menjadi cacing
dewasa. Mencuci sayuran
sebelum dimakan
Berdasarkan konseling yang dilakukan pada Ibu pasien yang bernama Azza, Ozie dan
Greise Anandhita. Adapun masalah yang sama yaitu tidak melakukan cuci tangan sebelum
makan, kuku penderita tidak bersih, suka makan makanan mentah atau lalapan dan
tidak dicuci terlebih dahulu. Berdasarkan masalah tersebut konselor memberikan saran
yaitu yang pertama, mengubah perilaku hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan
dengan sabun baik sebelum dan sesudah makan hal ini dilakukan agar terhindar dari penyakit.
Yang kedua yaitu memakan makanan yang sudah dimasak agar bakteri yang ada di dalam
makanan mati sehingga aman untuk dikonsumsi. Maka dari itu dari ketiga pasien tersebut,
saya akan menginspeksi rumah penderita Greise Anandhita. Dimana hasil inspeksinya
sebagai berikut:
INSPEKSI SANITASI
Dari inspeksi yang telah dilakukan didapatkan hasil :
• Terdapat jamban jenis leher angsa di rumah penderita.
• Kebiasaan membuang kotoran di WC
• Anak bermain di tanah, jika ada teman-temannya yang mengajak bermain
• Keadaan kuku anggota keluarga khususnya ibu penderita terlihat belum dipotong
sehingga agak panjang dan berwarna kehitaman (kotor).
• Anggota keluarga memakai alas kaki jika hendak berpergian
• Tidak terlihat kotoran manusia di atas tanah, namun banyak kotoran ayam diatas
tanah.
ANALISIS
Setelah dilakukan identifikasi, keluarga Greise Anandhita sudah memiliki jamban
keluarga, membuang kotoran di WC, anggota keluarga memakai alas kaki jika hendak
berpergian.
Namun ada beberapa hal yang menyebabkan Greise Anandhita terkena penyakit
kecacingan yaitu kebiasaan anggota keluarga yaitu ibu yang tidak memotong dan
membersihkan kuku. Penularan infeksi cacingan dapat melalui kuku jari tangan yang
panjang yang kemungkinan terselip telur cacing dan nantinya bisa tertelan ketika makan.
Kemudian anak bermain di tanah, penularan infeksi cacingan di tanah pun bisa terjadi
karena cacing hidupnya dalam tanah dan dapat menembus kulit dan akan mengikuti aliran
darah dan bisa masuk ke paru-paru serta ke dalam usus dan akan menjadi cacing dewasa.
Tidak terlihat kotoran manusia di atas tanah, namun banyak kotoran ayam diatas tanah.
Ayam merupakan salah satu media penyebab kecacingan karena salah satu penyakit ayam
dapat disebabkan oleh parasit adalah cacing Ascaris lumbricoides, jika ayam yang terinfeksi
tersebut membuang kotoran sembarangan di atas tanah dan tanpa sengaja dibuat mainan oleh
anak-anak maka cacing tersebut dapat masuk dalam tubuh anak yaitu dengan menembus kulit
kemudian akan mengikuti aliran darah dan bisa masuk ke paru-paru serta ke dalam usus dan
akan menjadi cacing dewasa seekor cacing dewasa dapat menghisap darah 0,2-0,3 ml/hari
sehingga dapat menimbulkan anemia.
KESIMPULAN
1. Tidak memiliki kebiasaan memotong dan membersihkan kuku.
2. Anak bermain di tanah.
3. Terdapat banyak kotoran ayam di atas tanah.
SARAN
1. Menjaga Personal Hygiene baik diri sendiri maupun anggota keluarga, salah
satunya adalah membiasakan memotong kuku agar tidak terjadi lagi infeksi
kecacingan.
2. Selalu membersihkan lokasi tempat tinggal yang kemungkinan menjadi tempat
bermain anak-anak dari segala macam kotoran.
3. Disediakan tempat bermain tersendiri untuk anak-anak.
INTERVENSI
Intervensi dilakukan dengan cara penyuluhan secara personal kepada pasien yang menderita
penyakit kecacingan.
HASIL KONSELING PENYAKIT DBD
L Hasil/
N Hari/Tangga P/ Saran/pemecahan
Nama / Umur Alamat Pekerjaan Masalah/diagnosa Tindakan
o. l K
P
1. Nn. Rabu/3/10/18 P 19 Jl.Manyar Mahasisw P 1. Lingkungan rumah kurang 1. Melakukan pengurasan Pasien
Nikmah Dukuh a baik seperti tidak rutin bak mandi berkomitmen
98B, SBY melakukan pengurasan bak 2. Pemberiani bubuk abate melakukan
mandi 3. Merapikan pakain yang saran yang
2. Ventilasi kurang baik karena bergantungan direkomendsika
kondisi rumah gelap,tidak 4. Perbaikan ventilasi n
dilengkapi dengan kawat seperti pemasangan kasa
kasa,kelembaban tinggi 5. penambahan
3. Perilaku tidak sehat seperti pencahayaan.
menggantung pakaian di
pintu kamar
2. Nn.Alici Rabu/3/10/18 P 20 Jln. Mahasisw P 1. Ventilasi tidak dilengkapi 1. Mengubur barang- Pasien
a Manyar a dengan kasa sehingga barang bekas berkomitmen
Sabrangan nyamuk bisa masuk 2. Memberi kasa pada melakukan
, VIA/4 2. Lingkungan sekitar rumah ventilasi udara saran yang
SBY tidak terawat karena terdapat 3. Merapikan pakain yang direkomendasik
barang-barang bekas yang bergantungan an
dapat menampung air dan
dapat digunakan untuk tempat
berkembangbiak nyamuk
3. Perilaku tidak sehat seperti
menggantung pakaian di pintu
kamar.
Berdasarkan konseling yang dilakukan pada Nn.Nikmah, Nn.Alicia dan Ibu Suyati
dengan masalah yang sama yaitu membiarkan pakaian bergantunga dan kondisi ventilasi
yang belum memenuhi syarat sehingga kelembaban tinggi serta nyamuk mudah masuk
karena tidak diberi kasa. Berdasarkan masalah tersebut konselor memberikan saran yaitu
yang pertama, mengubah perilaku hidup bersih dan sehat seperti merapikan pakaian yang
bergantungan dengan melipat pakaian kemudian dimasukkan lemari atau mencuci pakaian
tersebut jika kondisi pakaian yang bergantungan kotor. Hal ini dilakukan agar nyamuk aedes
aegypti tidak memiliki tempat untuk berkembang biak. Yang kedua yaitu memperbaiki
ventilasi rumah supaya sesuai dengan persyaratan yaitu dengan menambah lubang
penghawaan sebanyak 10% dari luas lantai sesuai KEPMENKES No.
829/Menkes/SK/VII/1999 tentang rumah sehat.Selain itu pasien bisa melengkapi ventilasi
tersebut dengan kasa sebagai upaya pencegahan nyamuk masuk dalam rumah.Maka dari itu
dari ketiga pasien tersebut, saya akan menginspeksi rumah dari Ibu Suyati. Dimana hasil
inspeksinya sebagai berikut :
INSPEKSI
Pakaian yang semula bergantungan di pintu kamar tidur Ibu Suyati telah tertata rapi
pada lemari, kemudian berdasarkan hasil wawancara Ibu Suyati selalu mencuci pakaiaan
yang selesai dipakai walaupun hanya sebentar. Rumah Ibu Suyati telah memiliki ventilasi
atau lubang penghawaan yang sesuai dengan Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 yaitu
10% dari luas lantai ruangan serta memasang kasa pada setiap lubang penghawaan.
Analisis
Dari observasi dan wawancara yang dilakukan pada pasien pertama, ibu indri memiliki
riwayat penyakit yaitu DBD. Setelah dianalisa, memiliki 3 kemungkinan penyebab penyakit
DBD. Pertama, keluarga ibu indri tidak memasang kawat kasa. Hal ini dapat menyebabkan
nyamuk masuk ke dalam rumah sehingga dapat menyebabkan nyamuk berkembangbiak di
dalam rumah. Keuda, terdapat sampah sisa-sisa botol atau gelas plastik di sekitar rumah ibu
indri. Hal ini dikarenakan kebiasaan membuang sampah sembarang sehingga dapat
mengundang nyamuk untuk bersarang di tempat itu. Ketiga, terdapat baju yang habis dipakai
bergantungan di belakang pintu. Hal ini dapat menyebabkan kamar menjadi bau dan sumpek
karena gantungan dari baju-baju bekas pakai tersebut.
KESIMPULAN
Nelson. 1992. Ilmu Kesehatan Anak Bagian 2. Penerjemah Moelia Radja Siregar. Jakarta:
EGC
Sutjipto, Suprapto, dkk. 2002. Standart Prosedur Operasional Klinik Sanitasi Untuk
Pasien 1 (ISPA)
I. Data Umum
Nama : Halimah
Umur : 40 tahun
2. 2 bulan -
- batuk seperti ini ?
a. Ya
b. Tidak
Apakah penderita berada di dalam
rumah dalam keadaan panas
Pada siang hari terasa panas di dalam
dari 8m2 ?
Kamar yang kurang luas yaitu kurang
8 Ya
dari 8m2
a. Ya
b. Tidak
9 a. Gas Gas -
b. Minyak tanah
c. Arang
d. Kayu bakar
13 Tidak
saat batuk
a. Ya
b. Tidak
Pasien 1 (Diare)
I. Data Umum
Nama : Greise Anandhita
Umur : 4 tahun
Pekerjaan :-
Pendidikan Terakhir :-
Alamat : RT 3 RW 1 Dusun Banjarsari Desa Bareng Keamatan
Bareng Kabupaten Jombang
1. Sumber air bersih yang Sumur Pada saat kemarau air yang dari
digunakan untuk keperluan sumur akan keruh dan berbau
sehari-hari