Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/294677009

Studi Korosi Pada Atap tanki Minyak Mentah Berbahan ASTM A-36

Article · August 2007

CITATIONS READS

0 527

2 authors:

Rini Riastuti Andre Diaz


University of Indonesia Wood Group
25 PUBLICATIONS   3 CITATIONS    1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Rini Riastuti on 16 February 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


-i

G3-17
I KOROSI PADA ATAP TANKI TIMBUN MINYAK MENTAH
BERBAHAN ASTM A-36

Rini Riastuti, Andre Diaz


Departemen Metalurgi dan Material Fakultas Teknik
Universitas Indonesia, Depok 16424
Email: riastuti@metal.ui.ac.id;andre.diasz@gmail.com

Abstrak
Bagian interior atap dari tanki tim bun merupakan daerah yang paling rentan mengalami
penipisan akibat korosi. Hal ini sangat membahayakan keseleamatan dari teknisi-teknisl
yang secarb berkala melakukan pengujian terhadap minyak mentah dalam tanki terse but.
Proses peJ~pisan yang terjadi dimungkinkan akibat posisi bagian interior atap tanki
yang bersikap layaknya papan pantul menahan tekanan gas maupun uap air yang
dihasilkan bleh minyak mentah. Pengukuran tingkat korosifitas dari daerah atap tanki
tim bun me upakan titik berat dari penelitian yang dilakukan. Pengukuran kadar gas-gas
korosif tete' tu dilakukan dengan menggunakan Portable Gas Detector, sementara untuk
I
mengukur Iaju korosi dilakukan dengan menggunakan Electrical Resistance Probe serta
membandtngkan tebal awal dan tebal aktual dari atap tanki timbun. Sebagai tambahan
juga dilakJkan analisa XRD dari produk korosi sampel baja atap tanki timbun yang
mengalami penipisan untuk menentukan agen-agen pengkorosi yang terlibat pada proses
korosi
Kata Kunci: Tanki Timbun, Electrical Resistance Probe, Korosi Internal

membentuk besi karbonat berupa endapan


berwama gelap. Dapat dituliskan reaksinya
1. Penda uluan sebagai berikut :
1.1. Kdrosi C02 + H20 -+ H2C03
Korosi yahg, terjadi pada fasilitas-fasilitas Fe + H2C03 -+ FeC03 + H2
perminyak1n umumnya terjadi akibat adanya Korosi yang ditimbulkan oleh gas C02
gas-gas agJn pengkorosi seperti berikut. disebut sweet corrosion.

• C02 • H2S
C02 adalah gas yang sangat mudah H2S dapat bertindak sebagai katalis
terlarut d .lam air yang kemudian dapat penyerapan atom hidrogen ke dalam high-
meningkatkan korosifitas air tersebut secara strength steel yang dapat menimbulkan
drastis. Kdrosi jenis ini sering muncul pada sulfide stress cracking. Produk korosi H2S
pipa yang digunakan pada industri minyak pada baja berupa besi sulfida, di mana
dan gas umi. Reaksi C02 dengan air pembentukannya tidak dipengaruhi oleh
menghasilkan asam karbonat yang kemudian kecepatan alir fluida. Laju korosi akibat H2S
akan ber~aksi dengan ion Fe terlarut

Seminar Nadional Metalurgi dan Material (SENAMM) 12007


1
Universitas donesia, Depok, 7 - 9 Agustus 2007
Adanya oksigen pada atmosfer kemudian
ini sangat ipengaruhi oleh temperatur dan
mengoksidasi kembali magnetite tersebut
tekanan par (al H2S,
menjadi karat berupa
Mekanisme korosi yang diakibatkan oleh H2S 3Fe304 + 0.75 02 + 4.5 H20 ~ 9FeOOH
dapat dilil{a pada rekasi di bawah ini :
H2 S~ H20 + Fe -+ FexSx + 2H+ " EtMRONMENT·
I

Korosi logam disebabkan oleh oksidasi dan !!


4 f e . 4Ft Se \AoodeReactierll
penerimaan I elektron yang dilepaskan
I

41170 t 202 I Oe 8011'ICathode Readionl


substansi lain dalam lingkungan. Adanya II .
I
donor dan akseptor dilengkapi dengan adanya 4ft I aOli .. ,II elOfll? ICombintd IbidltHl!
media terjatlinya reaksi atau elektrolit akan
menyempurhakan kondisi untuk terjadinya Produk korosi awal berupa senyawa
korosi, dalim hal ini dapat berupa media Fe(OHI2
fluid . seperti
U1 a can: I I· . Ak septor e 1ectron
uap air.
I I
ini dapat berupa H+ dapat juga oksigen
terlarut, dehgan proses pada kondisi asam
berlangsung sebagai berikut:
I
([)2+ 4H+ + 2e' ~ 2H20 Reaksioksidasi lebih lanjut menghasilkan
Ferric produk koros! berupa Fe20~.H20,atauyang
Corrosion
diseool dengan karat

1
Product
Dan pada media alkali berupa:

+ 2H,O + 4e" --> 40H Gambar. l.Korosi permukaan baja di lingkungan


oksigen
Ketika terekspos pada udara kering atau
lembab, bija atau besi akan membentuk
lapisan o~stda tipis terdiri dari lapisan dalam
magnetite, lfe304 (FeO. Fe203), ditutupi oleh 2. Inspeksi
lapisan karat luar FeOOH.
Untuk mengukur laju korosi dapat digunakan
MekanismJ elektrokimia dimulai dari reaksi beberapa metode inspeksi. Salah satu
diantaranya adalah dengan menggunakan
anodik besi sebagai berikut:
Fe ~ Fe2+ + 2e- metode Electrical Resistance Probe. Metode
ini mengambil prinsip perubahan tahanan
Pada keadaan saturasi dengan adanya oksigen dikarenakan perubahan luas wilayah
kemudian akan bereaksi membentuk penampang spesimen yang diekspos pada
magnetite, lingkungan korosif.
Tahanan dari material dapat ditunjukkan
dengan rumus
R=pL/A

Seminar Nas~onalMetalurgi dan Material (SENAMM) 12007


2
Universitas Indonesia, Depok, 7 - 9 Agustus 2007
Dimana:
tahanan (ohm)
resistivitas (ohm ern)
panjang (em) Nilai-nilai R), R2 diketahui. ~ adalah resistor
luas daerah (em") kompensasi (terproteksi dari lingkungan)
Pada temp ratur konstan, tahanan akan yang nilainya juga diketahui. Karena nilai
meningkat siring dengan pengurangan luas ketiga resistor tersebut diketahui maka nilai
area. Pada a lumsi korosi seragam, perubahan R3 (elemen yang terkorosi atau terekspos
tahanan dapat digunakan dalam mengukur terhadap lingkungan) dapat ditentukan.
material loss dan tentunya laju korosi. Resistor R3 adalah elemen yang terkorosi
maka nilainya dapat berubah terhadap waktu.
Corrosiome rr dengan menggunakan prinsip Dengan demikian pada saat pengukuran,
tersebut pada prinsipnya merupakan suatu posisi detektor diatur agar berada pada posisi
rangkaian listrik yang terdiri atas sebuah "null" (balance) yang mana pada kondisi ini
generator d~n empat buah resistor, yang akan terbaca "probe reading" yang
membentuk "bridge circuit" seperti yang merepresentasikan pembacaan besaran
terlihat pada rangkaian berikut: korosi. Untuk setiap jenis probe yang
digunakan mempunyai harga faktor koreksi
atau disebut dengan "multiplier".

-~:a,~~~===-~~~~~=="-'-~
"AU

Rl >
~
I R3
Corroding
. , '1 Measuring
"C'' Element
I I
-·_·-_·,-,·,0 0----." ...--.------'-.

Detector i I

,---=--!-_R~:~
"F"
Instrument
J_d ~?:~ Probe
Gambar 3.Probe Electrical Resistance
Probe

Gambar2. RangkaianCorrosiometer
Penentuan Kehilangan Berat (Metal Loss)

Resistor R) dan R2 yang dihubungkan secara


. Multiplier
seri, tetdapat di dalam instrumen Metal Loss (Mils) = t-. probe reading X --"'--
1000
Corrosionmfter, sedangkan R3 dan ~ yang
juga dihubpngkan secara seri terdapat di
dalam ER ~robe. Suatu detektor yang berada . K . /),probereadingx probemultiplierX 365 day
di dalam in~trumen dapat menunjukkan "null L apt oros~
Siime 1000
-
year
condition" ralanCe) bilamana rasio:

Seminar Nasirnal Metalurgi dan Material (SENAMM) 12007


Universitas Indonesia, Depok, 7 - 9 Agustus 2007
3
yang rendah. Setelah minyak mentah
mengalami proses pembersihan di dalam
wash tank, hasilnya dimasukkan ke dalam
shipping tank, menunggu untuk dikapalkan.

3. Metode Penelitian dan Peralatan

Pemilihan
Tankl

Gambar 5. Nomor Tanki


Persiapan
Peng.ujiao

Iie1IokliGas I
Peng.ukuran Pen&ukurar Pengambilan
dme<n laju Korosi Tebal Atap Salllp.el
~~rtable ~im,an den&.n Produk
G~ Dete::tor UT Korosi
,RProbe

An.tisa XRD
Produk
Korosi

Data
Gambar 6. Tanki 204, 17 meter dari permukaan
tanah

AnaUsaD.t.
dan
PeRlbah.san Tanki ini berjenis Fixed Roof, mempunym
atap yang tetap. Jarak optimal antara atap
dengan permukaan minyak sekitar 30 em.
Tanki-tanki tersebut difabrikasi dengan baja
Gambar 4. ~iagram alir penelitian spesifikasi ASTM A 36 dengan ketebalan
Penelitian dilakukan pada sebuah Shipping masing-masing plat:
Tank yang Itelah berusia 17 tahun. Shipping • Plat dasar tanki : 0.75 inei.
Tank merupakan tanki penampungan minyak • Dinding dasar tanki : 1.25 inei.
mentah dehgan kadar unsur-unsur ikutan • Dinding tanki atas : 0.25 inei.
I
Seminar Nasi~nal Metalurgi dan Material (SENAMM) 12007
4
Universitas In~onesia, Depok, 7 - 9 Agustus 2007
• Atap tanki 025 inc!.
• Lantai tanki : 0.375 inci. Untuk pemasangan probe dilakukan juga
dengan menggantung probe secara tetap pada
nozzle yang sama. Pengukuran dilakukan
secara berkala dengan menghubungkan probe
Serta dengan komposisi pada Tabel 1 berikut yang tergantung pada nozzle dengan
corrosiometer seperti yang terlihat pada
Gambar 7 dibawah.
Tabel . Komposisi ASTM A-36

Material %Fe %C %Mn %Si

ASTM Min.
0.29 1 0.28
A-36
I
98%

Untuk mell deteksi gas, dilakukan


pengukuran berkala dengan menggunakan
Portable Gai Detector yang digantung pada
nozzle tankil untuk kemudian ditahan dalam
posisi tersebiut selama beberapa saat. Posisi
dari Portable Gas Detector dapat dilihat pada
Gambar 7 ibawah ini. Gambar 8. Lokasi Pemasangan Probe

Gambar 9. Proses Pengambilan Data

Pengukuran ketebalan pada daerah test point tanki


dilakukan dengan menggunakan Ultrasonic
gan Portable Gas Detector

Seminar Nasional Metalurgi dan Material (SENAMM) 12007


5
Universitas I~donesia, Depok, 7 - 9 Agustus 2007
Thickness Test point dari tanki memiliki 5
g terlihat pada Gambar 9.

2. Deteksi Gas

Oksigen
0-42ppm

3. Test Point Tebal Atap

Thickness Meter dan Test


Point
4. Analisa Scale (XRD)
analisa scale produk korosi Gas - gas yang dominan ditemukan antara
menggunakan peralatan X-Ray lain. FeOOH, Fe203, FeO, Fe203.H20 dan
Fe(OH)3
5. Perhitungan
4.
1. Metode Electrical Resistance Probe.

• Tebal Awal = 6.35 mm


• Tebal Minimal = 0.6 x 6.35 = 3.81 mm
• Perhitungan Laju Korosi = 7,64 mpy =
0.191 mm/tahun
• Usia Pakai = 1987 - 2004 = 17 thn
• Kehilangan Tebal = 17 x 0,191 mm =
3.247 mm
• Tebal Teoritis = 6.35 - 3.247 = 3.103 mm
• % tebal = 3.103/6.35 x 100% = 48,8 %

2. Pengukuran Tebal Test Point


• Tebal aktual rata-rata tanki tim bun 204

3.226 mm
tebal awal(mm)-tebal aktual(mm)
Laju Karas i Aktual = -------'--'---------
umur pakai (tahun)
6.35-3.226 mm / yr
17

!!!!!!!!!
Sei ..... ~ .. ~. ,~_.VAMM) 12007
6
Depok, 7 - 9 Agustus 2007
6. Chawla S.L, Gupta R.K, Material
selection for Corrosion Control, Ohio, ASM
International, 1993.
7. NACE, Corrosion Basics, An
5.
Introduction, Houston, NACE Publisher,
1. Laju k rosi pada tanki tim bun 204 1984.
dengan pengukuran dengan Electrical 8. API 650, Tangki Baja Las Untuk
Resista ce Probe sebesar 0.191 Penimbun Minyak, Standar Nasional
mm/ta~un dan dengan hasil Indonesia, 2000.
penngf,uran ketebalan aktual 9. Webster, S, R. Woolam, Corrosion
diperoleh 0.18377 mmltahun Monitoring Manual, BP, 1996
2. Tebal tap tanki 204 sudah melewati 10. Uhlig, Herbert, Corrosion Handbook, 2nd
batas Renggantian, setebal 3.103 mm Edition, Ottawa, McGraw-Hill, 1989.
dari te~al minimal 3.81 mm.
3. Hasil bengukuran gas menunjukkan
kandungan gas oksigen dan hidrogen
sulfid~ yang dominan.
4. Pola difraksi yang dihasilkan dari
penguj!ian XRD pada produk korosi
tanki ~mbun 204, menghasilkan pola
difraksi yang merujuk pada senyawa
, .1
FeOOH, I
Fe203, FeO, Fe203.H20 dan
Fe(OH)3.
5. Penye ab korosi pada atap tanki
timbun 204 dari data-data yang
diperqleh dari analisa XRD
m~ngindikasikan oksigen serta uap air
yang rnenempel pada dinding dalam
atap ~anki timbun sebagai penyebab
terjadinya korosi.

6. Daftar Alcuan
1. Jones, DJA, Principles and Prevention of
2
Corrosion, nd Edition. Singapore, Prentice
Hall 1997. I
2. Piron, ID.L, The Electrochemistry of
I
Corrosion, !-f0uston, NACE, 1991
3. Mangonon, Pat L, The Principles of
I
Material Sefection for Engineering Design,
Florida, Prerytice Hall, 1999.
4. Avner, Sidney, Introduction to Physical
I •
Metallurgy, New York, McGraw - HIll, 1986
5. Fontana Mars G, Corrosion Engineering,
3rd Editiorl. fingapore, McGraw Hill 1986.

Seminar NasiJnal Metalurgi dan Material (SENAMM) 12007


7
Universitas In~onesia, Depok, 7 - 9 Agustus 2007

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai