8 StudiKorosiPadaAtapTankiTimbunMinyakMentahberbahanASTMA-36
8 StudiKorosiPadaAtapTankiTimbunMinyakMentahberbahanASTMA-36
net/publication/294677009
Studi Korosi Pada Atap tanki Minyak Mentah Berbahan ASTM A-36
CITATIONS READS
0 527
2 authors:
All content following this page was uploaded by Rini Riastuti on 16 February 2016.
G3-17
I KOROSI PADA ATAP TANKI TIMBUN MINYAK MENTAH
BERBAHAN ASTM A-36
Abstrak
Bagian interior atap dari tanki tim bun merupakan daerah yang paling rentan mengalami
penipisan akibat korosi. Hal ini sangat membahayakan keseleamatan dari teknisi-teknisl
yang secarb berkala melakukan pengujian terhadap minyak mentah dalam tanki terse but.
Proses peJ~pisan yang terjadi dimungkinkan akibat posisi bagian interior atap tanki
yang bersikap layaknya papan pantul menahan tekanan gas maupun uap air yang
dihasilkan bleh minyak mentah. Pengukuran tingkat korosifitas dari daerah atap tanki
tim bun me upakan titik berat dari penelitian yang dilakukan. Pengukuran kadar gas-gas
korosif tete' tu dilakukan dengan menggunakan Portable Gas Detector, sementara untuk
I
mengukur Iaju korosi dilakukan dengan menggunakan Electrical Resistance Probe serta
membandtngkan tebal awal dan tebal aktual dari atap tanki timbun. Sebagai tambahan
juga dilakJkan analisa XRD dari produk korosi sampel baja atap tanki timbun yang
mengalami penipisan untuk menentukan agen-agen pengkorosi yang terlibat pada proses
korosi
Kata Kunci: Tanki Timbun, Electrical Resistance Probe, Korosi Internal
• C02 • H2S
C02 adalah gas yang sangat mudah H2S dapat bertindak sebagai katalis
terlarut d .lam air yang kemudian dapat penyerapan atom hidrogen ke dalam high-
meningkatkan korosifitas air tersebut secara strength steel yang dapat menimbulkan
drastis. Kdrosi jenis ini sering muncul pada sulfide stress cracking. Produk korosi H2S
pipa yang digunakan pada industri minyak pada baja berupa besi sulfida, di mana
dan gas umi. Reaksi C02 dengan air pembentukannya tidak dipengaruhi oleh
menghasilkan asam karbonat yang kemudian kecepatan alir fluida. Laju korosi akibat H2S
akan ber~aksi dengan ion Fe terlarut
1
Product
Dan pada media alkali berupa:
-~:a,~~~===-~~~~~=="-'-~
"AU
Rl >
~
I R3
Corroding
. , '1 Measuring
"C'' Element
I I
-·_·-_·,-,·,0 0----." ...--.------'-.
Detector i I
,---=--!-_R~:~
"F"
Instrument
J_d ~?:~ Probe
Gambar 3.Probe Electrical Resistance
Probe
Gambar2. RangkaianCorrosiometer
Penentuan Kehilangan Berat (Metal Loss)
Pemilihan
Tankl
Iie1IokliGas I
Peng.ukuran Pen&ukurar Pengambilan
dme<n laju Korosi Tebal Atap Salllp.el
~~rtable ~im,an den&.n Produk
G~ Dete::tor UT Korosi
,RProbe
An.tisa XRD
Produk
Korosi
Data
Gambar 6. Tanki 204, 17 meter dari permukaan
tanah
AnaUsaD.t.
dan
PeRlbah.san Tanki ini berjenis Fixed Roof, mempunym
atap yang tetap. Jarak optimal antara atap
dengan permukaan minyak sekitar 30 em.
Tanki-tanki tersebut difabrikasi dengan baja
Gambar 4. ~iagram alir penelitian spesifikasi ASTM A 36 dengan ketebalan
Penelitian dilakukan pada sebuah Shipping masing-masing plat:
Tank yang Itelah berusia 17 tahun. Shipping • Plat dasar tanki : 0.75 inei.
Tank merupakan tanki penampungan minyak • Dinding dasar tanki : 1.25 inei.
mentah dehgan kadar unsur-unsur ikutan • Dinding tanki atas : 0.25 inei.
I
Seminar Nasi~nal Metalurgi dan Material (SENAMM) 12007
4
Universitas In~onesia, Depok, 7 - 9 Agustus 2007
• Atap tanki 025 inc!.
• Lantai tanki : 0.375 inci. Untuk pemasangan probe dilakukan juga
dengan menggantung probe secara tetap pada
nozzle yang sama. Pengukuran dilakukan
secara berkala dengan menghubungkan probe
Serta dengan komposisi pada Tabel 1 berikut yang tergantung pada nozzle dengan
corrosiometer seperti yang terlihat pada
Gambar 7 dibawah.
Tabel . Komposisi ASTM A-36
ASTM Min.
0.29 1 0.28
A-36
I
98%
2. Deteksi Gas
Oksigen
0-42ppm
3.226 mm
tebal awal(mm)-tebal aktual(mm)
Laju Karas i Aktual = -------'--'---------
umur pakai (tahun)
6.35-3.226 mm / yr
17
!!!!!!!!!
Sei ..... ~ .. ~. ,~_.VAMM) 12007
6
Depok, 7 - 9 Agustus 2007
6. Chawla S.L, Gupta R.K, Material
selection for Corrosion Control, Ohio, ASM
International, 1993.
7. NACE, Corrosion Basics, An
5.
Introduction, Houston, NACE Publisher,
1. Laju k rosi pada tanki tim bun 204 1984.
dengan pengukuran dengan Electrical 8. API 650, Tangki Baja Las Untuk
Resista ce Probe sebesar 0.191 Penimbun Minyak, Standar Nasional
mm/ta~un dan dengan hasil Indonesia, 2000.
penngf,uran ketebalan aktual 9. Webster, S, R. Woolam, Corrosion
diperoleh 0.18377 mmltahun Monitoring Manual, BP, 1996
2. Tebal tap tanki 204 sudah melewati 10. Uhlig, Herbert, Corrosion Handbook, 2nd
batas Renggantian, setebal 3.103 mm Edition, Ottawa, McGraw-Hill, 1989.
dari te~al minimal 3.81 mm.
3. Hasil bengukuran gas menunjukkan
kandungan gas oksigen dan hidrogen
sulfid~ yang dominan.
4. Pola difraksi yang dihasilkan dari
penguj!ian XRD pada produk korosi
tanki ~mbun 204, menghasilkan pola
difraksi yang merujuk pada senyawa
, .1
FeOOH, I
Fe203, FeO, Fe203.H20 dan
Fe(OH)3.
5. Penye ab korosi pada atap tanki
timbun 204 dari data-data yang
diperqleh dari analisa XRD
m~ngindikasikan oksigen serta uap air
yang rnenempel pada dinding dalam
atap ~anki timbun sebagai penyebab
terjadinya korosi.
6. Daftar Alcuan
1. Jones, DJA, Principles and Prevention of
2
Corrosion, nd Edition. Singapore, Prentice
Hall 1997. I
2. Piron, ID.L, The Electrochemistry of
I
Corrosion, !-f0uston, NACE, 1991
3. Mangonon, Pat L, The Principles of
I
Material Sefection for Engineering Design,
Florida, Prerytice Hall, 1999.
4. Avner, Sidney, Introduction to Physical
I •
Metallurgy, New York, McGraw - HIll, 1986
5. Fontana Mars G, Corrosion Engineering,
3rd Editiorl. fingapore, McGraw Hill 1986.