Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada Pada tanggal 30 April sampai dengan 4 Mei 2018, Menteri Perindustrian
Airlangga Hartarto melakukan kunjungan kerja ke dua negara, Ceko dan Jerman.
Kunjungan ini dilakukan untuk mendukung upaya Pemerintah Indonesia menerapkan
Industri 4.0 dan meningkatkan investasi. Jerman merupakan negara pertama yang
membuat roadmap mengenai implementasi ekonomi digital. Pemerintah Indonesia
saat initengah melaksanakan langkahlangkah strategis yang ditetapkan berdasarkan
peta jalan Making Indonesia 4.0. Upaya ini dilakukan untuk mempercepat
terwujudnya visi nasional yang telah ditetapkan untuk memanfaatkan peluang di era
revolusi industri keempat. Salah satu visi penyusunan Making Indonesia 4.0 adalah
menjadikan Indonesia masuk dalam 10 besar negara yang memiliki perekonomian
terkuat di dunia pada tahun 2030. Dunia saat ini sedang menghadapi perubahan
industri ke-4 atau yang dikenal dengan Industri 4.0. Berdasarkan analisis Mckinsey
Global Institute, Industri 4.0 memberikan dampak yangsangat besar dan luas,
terutama pada sektor lapangan kerja, di mana robotdan mesin akan menghilangkan
banyak lapangan kerja di dunia. Untuk itu era revolusi industri ini harus disikapi oleh
pelaku industri dengan bijak dan hati-hati. Di satu sisi, era industri ini melalui
konektivitas dan digitalisasinya mampu meningkatkan efisiensi rantai manufaktur
dan kualitas produk. Namun demikian, di sisi lain, revolusi industri ini juga akan
menghilangkan 800 juta lapangan kerja di seluruh dunia hingga tahun 2030 karena
diambilalih oleh robot. Hal ini bisa menjadi ancaman bagi Indonesia sebagai negara
yang memiliki angkatan kerja dan angka pengangguran yang cukup tinggi. Untuk itu
pemerintah perlu menyikapi perubahan ini dengan tepat melalui penyusunan strategi
yang mampu meningkatkan daya saing industri nasional sekaligus menciptakan
lapangan kerja yang lebih luas.

1.2 PERMASALAHAN

1. Apa pengertian revolusi 4.0?


2. Apa manfaat dari revolusi 4.0?
3. Apa saja yang harus dilakukan untuk menghadapi revolusi 4.0 ?

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN


1. Untuk memenuhi tugas pengantar ilmu ekonomi.
2. Untuk mengetahui pengertian revolusi 4.0.
3. Untuk mengetahui manfaat revolusi 4.0.
4. Untuk mengetahui stategi apa saja yang harus dilakukan di revolusi 4.0.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH

Berasal Istilah Industri 4.0 lahir dari ide revolusi industri ke empat. European
Parliamentary Research Service dalam Davies (2015) menyampaikan bahwa
revolusi industri terjadi empat kali. Revolusi industri pertama terjadi di Inggris
pada tahun 1784 di mana penemuan mesin uap dan mekanisasi mulai menggantikan
pekerja-an manusia. Revolusi yang kedua terjadi pada akhir abad ke-19 di mana
mesin-mesin produksi yang ditenagai oleh listrik digunakan untuk kegiatan
produksi secara masal. Penggunaan teknologi komputer untuk otomasi manufaktur
mulai tahun 1970 menjadi tanda revolusi industri ketiga. Saat ini, perkembangan
yang pesat dari teknologi sensor, interkoneksi, dan analisis data memunculkan
gagasan untuk mengintegrasikan seluruh teknologi tersebut ke dalam berbagai
bidang industri. Gagasan inilah yang diprediksi akan menjadi revolusi.

industri yang berikutnya. Angka empat pada istilah Industri 4.0 merujuk pada
revolusi yang ke empat. Industri 4.0 merupakan fenomena yang unik jika
dibandingkan dengan tiga revolusi industri yang mendahuluinya. Industri 4.0
diumumkan secara apriori karena peristiwa nyatanya belum terjadi dan masih
dalam bentuk gagasan (Drath dan Horch, 2014).
Istilah Industri 4.0 sendiri secara resmi lahir di Jerman tepatnya saat diadakan
Hannover Fair pada tahun 2011 (Kagermann dkk, 2011). Negara Jerman memiliki
kepentingan yang besar terkait hal ini karena Industri 4.0 menjadi bagian dari
kebijakan rencana pembangunannya yang disebut High-Tech Strategy 2020.
Kebijakan tersebut bertujuan untuk mempertahan-kan Jerman agar selalu menjadi
yang terdepan dalam dunia manufaktur (Heng, 2013). Beberapa negara lain juga
turut serta dalam mewujudkan konsep Industri 4.0 namun menggunakan istilah

2
yang berbeda seperti Smart Factories, Industrial Internet of Things, Smart Industry,
atau Advanced Manufacturing. Meski memiliki penyebutan istilah yang berbeda,
semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk meningkatkan daya saing industri
tiap negara dalam menghadapi pasar global yang sangat dinamis. Kondisi tersebut
diakibatkan oleh pesatnya perkembangan pemanfataan teknologi digital di berbagai
bidang.

2.2 PENGERTIAN

Istilah Revolusi industri telah terjadi sejak tahun 1750-an dan terus berlanjut
sampai sekarang. Dimulai dari mesin uap yang mendominasi industri saat itu, dari
kereta sampai mesin penggerak turbin. Dan sekarang memasuki revolusi industri ke
4, semuanya telah berubah secara dramatis. Tren otomatisasi, pertukaran data
terkini, komputasi awan, Internet of things (IoT), kecerdasan buatan atau artificial
intelligence (AI) dan semua hal virtual yang mampu memudahkan kegiatan
operasional kita. Hampir semua hal.

Ada empat prinsip rancangan dalam Revolusi Industri 4.0. Prinsip-prinsip ini
membantu perusahaan mengidentifikasi dan mengimplementasikan skenario-
skenario dalam revolusi Industri 4.0

 Interoperabilitas (kesesuaian): Kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan


manusia untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan satu sama lain
lewat Internet of Things (IoT) atau Internet of People (IoP).
IoT akan mengotomatisasikan proses ini secara besar-besaran
 Transparansi informasi: Kemampuan sistem informasi untuk menciptakan
salinan dunia fisik secara virtual dengan memperkaya model pabrik digital
dengan data sensor. Prinsip ini membutuhkan pengumpulan data sensor
mentah agar menghasilkan informasi konteks bernilai tinggi.
 Bantuan teknis: Pertama, kemampuan sistem bantuan untuk membantu
manusia dengan mengumpulkan dan membuat visualisasi informasi secara
menyeluruh agar bisa membuat keputusan bijak dan menyelesaikan
masalah genting yang mendadak. Kedua, kemampuan sistem siber-fisik
untuk membantu manusia secara fisik dengan melakukan serangkaian
tugas yang tidak menyenangkan, terlalu berat, atau tidak aman bagi
manusia.
 Keputusan mandiri: Kemampuan sistem siber-fisik untuk membuat
keputusan sendiri dan melakukan tugas semandiri mungkin. Bila terjadi
pengecualian, gangguan, atau ada tujuan yang berseberangan, tugas
didelegasikan ke atasan.

2.3 STRATEGI UNTUK MENGHADAPI REVOLUSI 4.0

Kemajuan Teknologi semakin hari berkembang secara cepat. oleh karena


itu hal yang dapat kita nikmati saat ini mungkin tidak pernah terbayangkan
sebelumnya. Bila dulu dimulai dengan teknologi yang dapat mendengar suara
orang terpisah oleh jarak dan waktu, sekarang kita telah sampai kepada

3
teknologi dimana kita dapat menerima gambaran visual selain audio. Dan tidak
akan terbayang teknologi apalagi yang akan mucul munkin lima puluh atau
seratus tahun mendatang. Itu merupakan salah satu contoh perkembangan
teknologi yang dapat kita nikmati saat ini, dan masih banyak lagi dampak
perkembangan zaman saat ini.
Kehadiran revolusi industri Industri 4.0 sudah tidak dapat di elakkan lagi.
Indonesia perlu mempersiapkan langkah strategis agar mampu beradaptasi
dengan era industri digital. Indonesia berkomitmen untuk membangun industri
manufaktur yang berdaya saing global melalui percepatan implementasi
Industri 4.0. Hal ini ditandai dengan peluncuran Making Indonesia 4.0 sebagai
sebuah roadmap(peta jalan) dan strategi Indonesia agar dapat memasuki era
digital ini.
Dengan menerapkan Industri 4.0, Menteri Perindustrian menargetkan,
aspirasi besar nasional dapat tercapai. Industri 4.0 melalui konektivitas dan
digitalisasinya mampu meningkatkan efisiensi rantai manufaktur dan kualitas
produk. Namun di sisi lain digitalisasi industri ini akan berdampak negatif pada
penyerapan tenaga kerja dan mengacaukan bisnis konvensional.
Pemerintah harus mengantisipasi dampak negatif dari Industri 4.0. Pada
saat pemerintah memutuskan untuk beradaptasi dengan sistem Industri 4.0,
maka pemerintah juga harus memikirkan keberlangsungannya. Jangan sampai
penerapan sistem industri digital ini hanya menjadi beban karena tidak dapat
dimanfaatkan secara optimal. DPR RI perlu mendorong pemerintah untuk
mempersiapkan berbagai hal yang berkaitan dengan penerapan Industri 4.0
yang sudah tidak dapat dielakkan lagiSelain itu DPR RI sebagai lembaga
legislasi perlu mempersiapkan payung hukum yang akan mengatur penerapan
sistem baru tersebut. hal ini sangat penting untuk mengantisipasi dampak
negatif dari revolusi industri ini terhadap industri, ekonomi, pemerintahan, dan
politik di Indonesia.
Ada empat langkah strategi yang harus dilakukan pemerintah dalam
mengahadapi era revolusi industri 4.0, yaitu:
1. Langkah Pertama, Mendorong angkatan kerja di Indonesia terus
belajar dan meningkatkan keterampilannya untuk memahami
penggunaan teknologi internet of things atau mengintegrasikan
kemampuan internet dengan lini produksi di industri.

2. Langkah kedua, pemanfaatan teknologi digital untuk memacu


produktivitas dan daya saing bagi industri kecil dan menengah
sehingga mampu menembus pasar ekspor melalui program e-smart.

3. Langkah Ketiga, industri nasional dapat menggunakan teknologi


digital seperti Big Data, Autonomous Robots, Cybersecurity, Cloud,
dan Augmented Reality. "SistemIndustry 4.0 ini akan memberikan
keuntungan bagi industri, misalnya menaikkan efisiensi dan
mengurangi biaya sekitar 12-15 persen. sejumlah sektor industri

4
nasional telah memasuki era Industry 4.0, di antaranya industri
semen, petrokimia, otomotif, serta makanan dan minuman.

4. langkah keempat, yang diperlukan adalah inovasi teknologi melalui


pengembangan startup dengan memfasilitasi tempat inkubasi bisnis.
Upaya ini telah dilakukan Kementerian Perindustrian dengan
mendorong penciptaan wirausaha berbasis teknologi yang dihasilkan
dari beberapa technopark yang dibangun di beberapa wilayah di
Indonesia, seperti di Bandung (Bandung Techno Park), Denpasar
(TohpaTI Center), Semarang (Incubator Business Center Semarang),
Makassar (Makassar Techno Park - Rumah Software Indonesia, dan
Batam (Pusat Desain Ponsel).
Hal di atas merupakan Strategi indonesia dalam menghadapi revolusi
industri 4.0. Pada saat pemerintah memutuskan untuk beradaptasi dengan
sistem Industri 4.0, maka pemerintah juga harus memikirkan
keberlangsungannya. Jangan sampai penerapan sistem industri digital ini hanya
menjadi beban karena tidak dapat dimanfaatkan secara optimal.
Banyak hal yang harus dipersiapkan seperti peran para pengambil
keputusan, tata kelola, manajemen risiko implementasi sistem, akses publik
pada teknologi, dan faktor keamanan sistem yang diimplementasikan.
Selain itu pemerintah juga harus mempersiapkan sistem pendataan yang
berintegritas, menetapkan total harga atau biaya kepemilikan sistem,
mempersiapkan payung hukum dan mekanisme perlindungan terhadap data
pribadi, menetapkan standar tingkat pelayanan, menyusun peta jalan strategis
yang bersifat aplikatif dan antisipatif, serta memiliki design thinking untuk
menjamin keberlangsungan industri.
Banyak hal yang harus dipersiapkan seperti peran para pengambil
keputusan, tata kelola, manajemen risiko implementasi sistem, akses publik
pada teknologi, dan faktor keamanan sistem yang diimplementasikan.
Selain itu pemerintah juga harus mempersiapkan sistem pendataan yang
berintegritas, menetapkan total harga atau biaya kepemilikan sistem,
mempersiapkan payung hukum dan mekanisme perlindungan terhadap data
pribadi, menetapkan standar tingkat pelayanan, menyusun peta jalan strategis
yang bersifat aplikatif dan antisipatif, serta memiliki design thinking untuk
menjamin keberlangsungan industri.

2.4 MANFAAT REVOLUSI 4.0

Industri 4.0 diharapkan bias mengoptimalkan produksi. Optimalisasi produksi


adalah keuntungan bagi perusahaan karena bisa mengarahkan efesiensi waktu
produksi. Hal ini akan sangat berpengaruh bagi industri yang menggunakan
peralatan manufaktur mahal.

5
Dalam laporan World Economic Forum’s: Future of Jobs Report 2018,
perubahan teknologi di era Industri 4.0 disebutkan dapat membawa dampak positif
pada sektor bisnis di mana dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tidak hanya
itu, kabar baiknya, perubahan teknologi juga memungkinkan tumbuhnya lapangan
kerja baru yang tidak diduga sebelumnya. Jadi tidak hanya menghilangkan beberapa
bidang pekerjaan, perkembangan teknologi telah membuat penyesuaian terhadap
beberapa pekerjaan sehingga memungkinkan munculnya cabang pekerjaan baru.

Manfaat lainnya adalah untuk menciptakan pasar fleksibel yang berorientasi


pada pelanggan. Komunikasi yang baik antara pabrik dan pelanggan akan
berpengaruh baik bagi kegiatan industri. Hal lainnya yang juga menjadi manfaat
keberadaan revolusi industry 4.0 adalah penerapan teknologi yang mendorong
berbagai bidang untuk meningkatkan kemampuannya. Dengan kata lain mendorong
penelitian dan Pendidikan bergerak lebih maju dalam mengambil kesempatan.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa Industri 4.0 akan
memungkinkan peluang-peluang sebagai berikut :

 Memberi perincian peristiwa dari mulai komposisi fisi, manufaktur dan


nomor seri.
 Meningkatkan visibilitas status ketersediaan barang dan proses pengiriman
 Memberi informasi real time akan arus barang
 Transparansi berbagai informasi produk seperti kualitas dan asal barang
 Menurunkan biaya untuk menangani rantai pasokan yang kompleks
 Tautan ke struktur proses bisnis back-end seperti penggunaan ERP.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Globalisasi dan Revolusi Industri 4.0 mempunyai kontribusi besar
bagi perubahan di Indonesia baik dari sisi budaya, ekonomi, hukum, dan
sebagainya. Akan tetapi, masalah yang melanda Indonesia bukan sesuatu
yang dianggap kecil. Masalah tersebut bisa jadi karena masyarakat yang
belum memahami globalisasi dan Revolusi Industri secara menyeluruh. Tak
terlepas dari masalah ini, nasib Indonesia pun dipertanyakan, apakah
mampu mengatasi masalah itu sendiri atau justru tertindas dan “meronta-
ronta” di negeri sendiri. Revolusi Industri 4.0 menyebabkan pengangguran
yang besar (Automation Effect) dimana pegawai merasa “tak dihargai”
karena perannya digantikan oleh mesin, AI , dan sejenisnya. Untuk itu,
pemerintah berperan aktif dalam upaya mengatasi efek-efek negatif revolusi
industri agar Indonesia mampu bersaing baik ditingkat regional maupun
internasional.
3.2 SARAN
Alangkah baiknya jika pemerintah mensosialisasikan mengenai
Revolusi Industri 4.0 dan dampak-dampak globalisasi serta memberikan
alternatif jika ingin menjalankan Revolusi Industri 4.0 tanpa mengorbankan
pekerja-pekerja yang telah mengabdi untuk pembangunan Indonesia.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/eghiram28/5ceb4063aa3ccd29b0680bb4/strategi-
indonesia-dalam-menghadapi-industri-4-0?page=2
Prasetyo, H., & Sutopo, W. (2018). Industri 4.0: Telaah Klasifikasi Aspek dan
Arah Perkembangan Riset.
J@ti Undip: Jurnal Teknik Industri, 13
, 17-26.

Anda mungkin juga menyukai