LEARNING TASK
Kegagalan sementasi bisa sebagian atau seluruhnya, biasanya terjadi karena retainer yang tidak memadai. Apabila suatu
GTC menjadi longgar karena teknik sementasi, maka dapat dianggap bahwa baik gigi abutment maupun permukaan
sebelah dalam dari retainer tidak kering atau bersih, atau bahwa semen tidak tercampur dengan baik. Insersi prothesa
pada saat semen mulai setting, akan menghasilkan semen yang lemah dan GTC tidak terpasang dengan sempurna. Selain
itu semen dapat terlarut karena salah satu dari tiga alasan berikut ini: margin sudah terbuka sejak mulanya, retainer
telah mengalami deformasi sehingga membuat margin terbuka, atau sebuah lubang telah kelihatan melalui permukaan
okltisal dari retainer.
Karies
Karies pada GTC dapat terjadi akibat margin GTC yang terbuka sehingga sisa makanan dan bakteri dapat terakumulasi di
daerah margin yang terbuka. Jika dibiarkan, hal ini dapat mengakibatkan karies pada gigi abutment sehingga
melemahkan gigi tersebut. Selain itu dapat disebabkan karena desain GTC yang tidak mudah dibersihkan.
Dapat merusak GTC melalui beberapa cara : secara langsung pada tepi retainer dan secara tidak langsung melalui GTC
yang longgar. Selanjutnya dapat menyebabkan terbukanya pulpa dalam waktu 3-4 bulan. Karies pada tepi retainer
biasanya ditumpat dengan bahan tumpatan konvensional. Logam kohesif dan amalgam diindikasikan untuk permukaan
oklusal, atau bila untuk keperluan estetik, komposit atau bahan yang sejenis dapat digunakan. Jika karies berlangsung
cepat dibalik restorasi, maka sebaiknya gigi tiruan dilepas.
Kegagalan mekanik
Kegagalan mekanis berupa fraktur logam dan fraktur pontik. Fraktur logam dapat terjadi akibat kesalahan pada joint
yang disoldir, teknik casting yang salah, dan kelebihan beban akibat rentangan GTC yang terlalu panjang. Fraktur pontik
dapat terjadi akibat kekuatan pontik yang tidak memadai terutama pada kasus kesalahan oklusi.
Kegagalan mekanis yang berakibat pada GTC berupa:
a. Fleksi, pecah atau fraktur logam berakibat pada kegagalan sementasi atau terlepasnya facing. GTC bisa
fraktur karena kesalahan pada joint yang disoldir, teknik casting yang salah dan kelebihan beban pada logam
yang disebabkan oleh span (rentangan) yang terlalu panjang.
b. Fraktur pontik karena kekuatan pontik yang tidak memadai; kesalahan oklusi biasanya lateral excursion
yang tidak dapat dikoreksi saat GTC dipasang. Bila logam yang melindungi facing porselen kurang bisa
menahan deformasi akibat gigi-gigi yang beroklusi, maka fraktur atau kegoyahan akan terjadi.
c. Kegagalan perlekatan porselen
Veneer hilang dari permukaan labial dan bukal dari mahkota atau pontik disebabkan karena : retensi yang
terlalu kecil ; perlindungan metal dengan desain yang jarak; maloklusi; traumatik oklusi; trauma fisik; dan
teknik curing dan fusing yang tidak benar. Untuk menambah retensi maka di daerah yang fraktur dibuat
pengkasaran atau undercut secara mekanis pada kerangka logam, kemudian aplikasikan silane coupling
agent untuk menambah perlekatan terhadap tesln.
Kerusakan periodontal
Kerusakan jaringan periodontal ini ditandai dengan gigi-gigi yang drifting atau terbatas pada gigi abutment saja. Hal ini
terjadi karena desain GTC atau pembuatan GTC yang tidak baik, seperti perhitungan yang tidak tepat pada kekuatan gigi
abutment dan jumlah gigi yang digunakan sebagai abutmen, penumpukan plak, dan traumatik oklusi
Pinggiran subgingiva dan daerah soldir memperhebat retensi plak sehingga dapat timbul gingivitis. Trauma oklusogenik
dapat menyebabkan kerusakan tulang, dalatn gabungan dengan pembentukan plak dapat menuju ke arah mobilitas
yang niakin parch dan berlanjut hilangnya gigi.
Kurang estetik
Terutama pada gigi anterior yang memerlukan pertimbangan estetik. Kegagalan yang terjadi bisa berupa warna gigi
tiruan yang tidak sama dengan gigi tetangganya dan translusensi tidak sesuai dengan gigi tetangganya.
Terjadi akibat kesalahan pada desain GTC, penyelesaian di laboratorium atau di tempat praktek, perawatan gigi tiruan
yang tidak adekuat oleh pasien atau karena gigi tiruan telah usang dan rusak. Alasan kegagalan estetik adalah kegagalan
mengidentifikasi harapan pasien yang berkaitan dengan estetik, seleksi shade warna yang tidak adekuat, logam yang
sangat tipis di bagian insisal dan servikal, aplikasi lapisan opak yang tipis, lapisan yang terlalu halus di permukaan, daerah
hitam di sekitar sepertiga servikal, kegagalan saat membuat translusensi insisal dan proksimal, konturing yang tidak
adekuat, gagal menghamonisasikan kontur, warna, angulasi dan posisi dengan morfologi gigi di sebelahnya, serta
perubahan warna pada facing. Kunci keberhasilan pada perawatan mahkota dan GTJ adalah terletak pada penentuan
desain yang tepat, misalnya dengan melakukan analisis senyum, orientasi dentofasial, dan menimbang bentuk, warna,
posisi, dan bahan, serta komunikasi antara pasien, dokter gigi, teknisi laboratorium. Dalam melakukan perawatan GTC,
selalu mengikuti prinsip-prinsip perawatan dan mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan
perawatan.
Perasaan tidak nyaman (discomfort)
karena adanya kontak prematur/ occlusion tidak sesuai, penimbunan food debris pada retainer dan pontic, kesalahan
penyemenan/ fitting
Nekrosis pulpa
Penyebab terjadinya nekrosis pulpa adalah trauma oklusal yang meningkat, peningkatan panas selama preparasi, dan
tidak adanya perlindungan pulpa. Alasan lain untuk nekrosis pulpa adalah kecepatan, ukuran, dan jenis instrumen
berputar, besar tekanan yang digunakan, kedalaman dentin yang tersisa. Terapi endodontik dimungkinkan tanpa harus
melepas GTC. Apabila terapi tersebut tidak bisa dilakukan, maka protesa harus dipotong, pontik dan retainer yang
bersangkutan dilepas, dan gigi abutment diekstraksi.
Kegagalan facing
disebabkan patah, retensi tidak memadai, titik kontak pertemuan logam-porselen persimpangan logam, maloklusi,
microleakage, deep bite, kesalahan dalam penyikatan dan flossing, perubahan warna akibat penyerapan cairan mulut
dan penyerapan bahan pewarna-makanan buatan melalui microcracks atau kebocoran mikro dalam logam dan facing
dan noda pada logam.
----------------------------------
Estetik
Pemilihan warna gigi tiruan akan mempengaruhi keberhasilan ataupun kegagalan perawatan. Pada umumnya, pemilihan
warna dapat disesuaikan dengan umur, warna kulit, rambut atau pupil serta jenis kelamin pasien. Untuk memilih warna
gigi yang sesuai bagi pasien biasanya digunakan pedoman warna gigi (shade guide).
Seleksi shade merupakan prosedur penting untuk menyediakan estetika restorasi yang harmonis dipadukan gigi pasien
yang sudah ada. Pengetahuan ilmiah tentang dasar warna dari pemahaman cahaya, juga menafsirkan aspek artistik dari
seleksi shade yang memastikan keberhasilan. Seleksi shade juga melibatkan persepsi warna, yang tergantung pada tiga
entitas, yaitu cahaya, objek dan deteksi visual.
Kunci keberhasilan pada perawatan mahkota dan GTJ adalah terletak pada penentuan desain yang tepat, misalnya
dengan melakukan analisis senyum, orientasi dentofasial, dan menimbang bentuk, warna, posisi, dan bahan, serta
komunikasi antara pasien, dokter gigi, teknisi laboratorium. Dalam melakukan perawatan GTC, selalu mengikuti prinsip-
prinsip perawatan dan mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan perawatan.
Kebersihan
Jika sulit dibersihkan menjadi tempat berkumpulnya plak
Untuk mengurangi beban yang terjadi selama pengunyahan, maka ukuran dari dataran kunyah dapat dikurangi, bentuk
embrassure dapat diubah, dan/atau kontur dari retainer dapat diubah. Apabila terlalu sedikit gigi abutment yang
dipakai, maka GTC harus dilepas dan dibuat kembali dengan penambahan gigi abutment. Jika semua itu tidak tersedia,
maka gigi abutment yang telah dipreparasi harus dikontur kembali guna mendapatkan dukungan dan retensi dari
protesa lepasan.
Preparasi
Jika mahkota gigi pendek, preparasi sebaiknya dibuat full crown dan dapat ditambah auxilliary groove. Preparasi
sedapat mungkin mendekati paralel dengan sudut konvergensi 5-6°.
Kesesuaian bentuk gtc
Casting yang pendek akan menjadikan tepi servikal dari permukaan gigi yang telah dipreparasi terbuka. Dentin atau
email yang kasar ini akan menghimpun debris, dan akibatnya timbul karies. Margin yang terbuka apapun penyebabnya,
memungkinkan masuknya saliva dan organisme-organisme kariogenik. Kebersihan mulut haruslah ditekankan dan terapi
pencegahan harus dikerjakan jika retainer yang dipakai tidak menutup semua permukaan mahkota gigi. Bila daerah
embrassure tidak dapat dibersihkah, akibat bentuk pontik yang jelek (over crowding), dan hal ini dapat mengakibatkan
karies.
Karies yang kecil pada permukaan labial atau bukal sebuah gigi yang menyangga partial veneer crown, atau pada
permukaan proksimal pendukung inlay retainer, bisa direstorasi tanpa mengganggu casting. Dalam hal ini
pertimbangan harus dilakukan. Jika terdapat keraguan sama sekali terhadap stabilitas retainer atau kedalaman
karies, maka GTC harus dilepas dan gigi dipreparasi kembali.
---------------------------------
Keberhasilan atau kegagalan dari GTC sebagian besar tergantung dari desain pontik. Dimana persyaratan pontik agar
mencegah kegagalan GTC :
1. Dapat menahan daya kunyah
Ini berarti suatu pontik harus kaku (rigid) dan tidak boleh membengkok atau patah akibat tekanan daya kunyah.
Suatu pontik harus mempunyai kekerasan permukaan yang cukup untuk menahan kikisan (atrisi) gigi antagonis.
2. Mempunyai estetika yang baik.
Pontik anterior, terutama bagian bukal dan labial, harus mempunyai bentuk dan ukuran anatomis dari gigi ash
yang digantinya. Warna dari bagian luar pontik (facing) harus sama dengan warna gigi asli lainnya.
3. Tidak menyebabkan iritasi pada gusi.
Syarat ini berhubungan erat dengan bahan yang dipakai untuk membuat pontik, bentuk pontik dan posisi pontik
terhadap gusi
4. Mudah dibersihkan.
Oral hygiene yang tidak diperhatikan merupakan sebab utama dari peradangan gusi dan gangguan-gangguan
periodontal. Oleh karena itu pontik harus dibuat sedemikian rupa sehingga sisa-sisa makanan tidak mudah berkumpul
membusuk. Desain pontik harus mudah dibersihkan dengan sikat gigi/dental floss.
a. Richwill
crown and
bridge
remover
c.
Pneumatic(KaVo)CORONAflex
Teknik ini dapat membongkar crown dan bridge dengan menggunakan brass wire yang
diulirkan melalui embrassure space pada bridge sehingga membentuk suatu loop yang akan
memberikan gaya untuk mengangkat bridge.
• d. Sliding hammer
Prinsip dasar dari penggunaan sliding hammer adalah pemilihan ujung yang tepat untuk digunakan pada margin crown
dan kemudian tahanannya didorong pada tangkai pendek, ketukan cepat dapat melonggarkan restorasi
• e. Crown tractors
Crown tractors mencengkram restorasi dengan menggunakan pegangan rubber yang di desain untuk melepaskan
restorasi tanpa merusaknya.
Teknik ini efektif untuk membongkar crown sementara yang disementasi dengan sementasi sementara, atau untuk
crown yang sulit untuk dilepaskan pada saat proses try in. Pegangan halus pada teknik ini dapat mengurangi risiko
rusaknya margin porselen
• f. Matrix bands
Penggunaan Siqveland matrix band pada crown, yang dipasangkan pada undercut dan kemudian ditarik secara vertikal,
dapat menjadi salah satu teknik yang berhasil untuk pembongkaran crown dan bridge
2. Semi-conservative disassembly
Kerusakan minor pada prosthesis dapat terjadi tetapi masih ada kemungkinan untuk restorasi dapat digunakan kembali.
Alat-alatnya meliputi :
• a.Wamkeys
Wamkeys merupakan simple-narrow shanked cam yang tersedia dalam 3 ukuran. Ukuran wamkeys yang tepat
dimasukkan pada bagian restorasi yang sudah di buatkan celah menggunakan bur, kemudian masukkan wamkeys pada
celah kecil tersebut. Berikan gaya naik-turun berlawanan dan searah jalur insersi serta gerakan ke kanan dan kekiri
hingga crown lepas dari gigi abutment. Restorasi tersebut dapat di sementasi kembali dan celah tadi dapat ditambal
dengan plastic filling material.
• b.Metalift
Sistem ini menggunakan prinsip “jack-screw”.Protesa metal-ceramic dapat di bongkar menggunakan sistem ini,
walaupun harus dilakukan dengan hati-hati untuk melepaskan ceramic dari area dimana terdapat celah yang dibuat
pada
• Instrumen Metalift yang diulirkan masuk ke retainer akan merusak perlekatan semen.
4. Sebutkan teknik yang dapat digunakan untuk membongkar/melepas GTC setelah penyemenan tetap !
Ada 3 mekanisme untuk pembongkaran GTC, yang dapat dilakukan untuk memudahkan dokter gigi sesuai dengan
situasi klinis pasien yang bersangkutan yaitu:
Hal ini dapat dilakukan dengan mengaplikasikan gaya perkusi dan traksi (gaya tarik) untuk membongkar semen sehingga
retainer dapat dibuka dari abutment
kerusakan minor pada GTC dapat terjadi tetapi masih ada kemungkinan untuk restorasi dapat digunakan kembali.
Teknik ini dilakukan dengan membuat celah kecil pada retainer, sehingga memungkinkan gaya untuk diaplikasikan
diantara abutment dan bridge untuk merusak perlekatan luting semen.
Seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa percobaan pembongkaran tanpa merusak restorasi tidak selalu berhasil dan
terkadang juga dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada pasien, oleh karena itu dapat digunakan teknik semi-
conservative, dengan merusak sebagian restorasi untuk membongkar crown dan bridge
Keuntungan teknik ini adalah trauma yang dialami pasien lebih sedikit dibandingkan pada teknik conservative
Setelah pembongkaran GTC akan mengalami kerusakan permanen (tidak dapat digunakan kembali).
GTC akan dipotong dengan bur sehingga menghasilkan non reusable atau GTC yang rusak tapi abutment tetap
terselamatkan
1. Richwill crown and bridge remover atau Resin Crown Removal = Pembongkaran crown dan bridge yang
menggunakan resin thermoplastic
Tahapan :
2. Kemudian diletakkan pada crown atau bridge yang akan dibongkar pada permukaan insisal atau oklusal dan
kemudian ditekan dengan jari.
3. Pasien diinstruksikan untuk menggigit resin tersebut hingga 2/3 bagian resin tertekan, selama pasien menggigit,
semprot resin dengan air dingin.
4. Instruksikan pasien untuk membuka mulut yang dengan cepat sehingga membuat crown terlepas.
Dalam melakukan metode ini perlu diperhatikan apakah gigi antagonisnya gigi tiruan atau gigi asli, sehingga tidak
menyebabkan restorasi di rahang yang berlawanan ikut terlepas.
2. Ultrasonic = Penggunaan energi ultasonik dapat membongkar crown dan bridge dengan menghancurkan semen
3. Pneumatic(KaVo)CORONAflex
Teknik ini dapat membongkar crown dan bridge dengan menggunakan brass wire yang diulirkan melalui embrassure
space pada bridge sehingga membentuk suatu loop yang akan memberikan gaya untuk mengangkat bridge.
Merupakan air-driven device yang terhubung dengan standard dental handpiece hoses via KaVo’s MULTIflex coupler.
Alat ini bekerja dengan memberikan kontrol low amplitude pada ujungnya sepanjang sumbu axis dari gigi abutment.
Loop diulirkan dibawah konektor dan ujung dari crown remover diletakkan pada bar. Dampaknya dapat diaktifasi
dengan memindahkan finger index dari pipa udara pada handpiece
Peralatan ini juga dilengkapi dengan clamps yang dapat dipasangkan pada crown menggunakan autopolymerization
resin, sehingga dapat melepaskan crown.
4. Crown Retraction = pemilihan ujung yang tepat untuk digunakan pada margin crown
Tahapan :
1. Ujung tip crown retraction/sliding hammer/crown remover disangkutkan diantara retainer dan gingiva (pada
crown yang telah diberikan celah dengan bur)
2. Beban atau pemberat pada crown retraction didorong hingga menghasilkan ketukan dan akhirnya restorasi
menjadi longgar
1. Wamkeys
Ukuran wamkeys yang tepat dimasukkan pada bagian restorasi yang sudah di buatkan celah menggunakan bur,
kemudian masukkan wamkeys pada celah kecil tersebut
Tahpan :
1. buat saluran pada daerah lapisan semen , yaitu antara permukaan oklusal abutment dengan sisi bagian dalam
retainer dengan menggunakan bur
Tahapan :
Restorasi tersebut dibelah dengan hati-hati hingga memotong bagian porselen, yaitu lebih mudah dilakukan
pada sisi fasial dan insisal.
Pemotongan ini dilakukan hingga mencapai bagian metal hingga semen, sehingga ujung bur pemotong
diposisikan dekat margin gingiva.
Gunakan instrument seperti semen spattle untuk ditempatkan pada bagian yang telahterpotong dan dirotasi
untuk mendorong bagian gigi tiruan agar terlepas dari gigi abutment.
Setelah terlepas, periksa gigi abutment lalu pertimbangkan apakah perlu dilakukanperbaikan terhadap gigi
abutment dan jaringan periodontal.
Potong retainer pada bukal dan lingual dari bagian gingival melewati insisal edge dengan arah bur yang vertikal.
Sehingga crown akan terbagi menjadi 2 bagian (mesial dan distal). Crosscut tungsten carbide bur digunakan untuk
memotong GTC dengan basis metal dan diamond bur untuk alloy logam mulia (emas) atau porselen. Gunakan Brasseler
Crown Removal System, pada area yang dipotong dan rotasikan hingga crown terbelah. Gunakan crown spreader untuk
menghancurkan semen seal dengan cara meletakannya pada groove kemudian dirotasikan. Pisahkan crown menjadi 2
bagian dengan widening plier's type dengan cara mengapitkan handlenya.
LECTURE 19 PEKERJAAN LABORATORIUM DAN PEKERJAAN LABORATORIUM KHUSUS UNTUK PORSELEN
LEARNING TASK
1. Jelaskan perbedaan antara prosedur laboratorium dari FCC, PFM dan Full Porcelain, sebutkan alasannya !
Prosedur laboratorium Full porcelain dengan teknik heat-pressed :
I. Membuat pola malam dari restorasi sesuai dengan kontur final,sprue, dan menanam sesuai dengan
konvensional gold casting
II. Panaskan investment sampai 800°C (atau sesuai suhu yang direkomendasikan) untuk membakar pola malam
III. Memasang batang keramik sesuai dengan warna yang diharapkan dan alumina plunger pada sprue
IV. Setelah dipanaskan sampai 1165°C, keramik yang dilunakkan secara perlahan dipress kedalam cetakan
didalam/bawah vacum
V. Setelah dipress , perbaiki restorasi dari investment dengan partikel airborne abrasi, hilangkan sprue, pasang
pada die.
VI. Estetik dapat ditingkatkan dengan pengaplikasian layer enamel sesuai dengan porselen atau penambahan
karakterisasi permukaan.
BEDA
Prosedure PFM :
I. Pembuatan model malam
II. Investing dan Casting
III. Aplikasi Porcelain
IV. Pembakaran Porcelain
V. Glazing
BEDA
PFM
• Pola malam dibuat sesuai kontur anatomi
• Cut –back telah diselesaikan dan diverifikasi dengan index yang dibuat dari waxing anatomi
• Kemudian masuk pada tahap investing dan casting, sehingga terbentuklah koping logam
• Setelah difinishing , koping logam diaplikasikan opaque porselen untuk melapisi warna logam
• Penambahan body dan incisal bubuk porselen dan cut back untuk menstandarisasi jumlah bubuk enamel yang
ditambahkan.
• Bubuk enamel ditambahkan dan dibentuk sedikit overkontur untuk mengkompensasi shrinkage pada
pembakaran
• Setelah pembakaran kemudian dilanjutkan dengan tahap glazing dan pemulasan
Perbedaan antara proses lab FCC, PFM dan Full porcelain adalah tahapannya karena menggunkan bahan yang berbeda.
Pada PFM setelah tahap casting dan investing koping logam akan dilanjutkan dengan tahap pelapisan porcelain
sedangkan pada FCC tidak. Pada FCC pun tahapannya sangat jauh berbeda, dimana tidak ada pembuatan koping logam
--------------------------------------------------------------
1. Die yang telah di modifikasi sesuai dengan keperluan, di lapisi lubricant menggunakan brush
4. Pembentukan Axial Contours : Tetapkan lokasi, posisi, dan keseluruhan outline dari kontur. Gunakan gigi sebelahnya
sebagai panduan. Tambahkan wax pada bagian aksial, bentuk, dan kemudian haluskan.
Evaluasi hasil bentukan
5. Pembentukan permukaan oklusal : Tentukan posisi dari cusp menggunakan wax cones. Tambahkan wax cones di
setiap cusp, tandai pula central fossa dari gigi lawan untuk membantu menentukan posisi cusp
Aplikasikan pelumas pada die dengan brush bersih. Biarkan hingga kering dan aplikasikan lapisan kedua (ulangi
secara berkala sesuai kebutuhan). Waxing tidak harus dilakukan sampai lubricant telah terserap sepenuhnya.
Dimana lubang kecil tersusun, cocokkan plastic pins yang sesuai dengan bur yang akan masuk ke dalam lubang.
Letakkan pins pada die, dan gunakan instrumen no 7 yang sudah dipanaskan untuk meratakan bagian atas dan untuk
memberikan retensi pada wax.
Alirkan wax yang sudah dipanaskan pada die, instrumen waxing besar digunakan untuk memastikan bahwa aplikasi
sebelumnya sudah dileburkan sebagian. sebuah instrumen yang besar memegang panas yang memadai untuk
melelehkan sebagian malam sebelumnya dan untuk mencegah lipatan dan garis berkembang pada daerah fitting.
Waxing lebih mudah jika instrument tetap bersih dan hanya bagian shank yang dipanaskan
Ketika menerapkan lapisan awal, pastikan wax cair sepenuhnya. Jika tidak, wax "memory" bisa menyebabkan
distorsi. Wax yang sangat panas mengalir dengan cepat pada die. Berikutnya waxing dari detail anatomi eksternal
dilakukan dengan instrumen yang lebih dingin, yang memungkinkan penambahan kecil diletakkan secara akurat.
Pencelupan die yang sudah diberi lubrikan dalam panci dengan wax yang dicarikan adalah metode alternatif untuk
membuat adaptasi daerah internal menjadi baik. Metode ini sangat cocok untuk complete-coverage restoration.
Tambahkan wax secukupnya dengan sebuah instrumen besar agar copingtidak terjadi deformasi dan kerusakan.
Instrumen besar menjaga wax agar tetap panas lebih efektif daripada instrumen kecil
Pada daerah proksimal berikan ekstra wax untuk membantu pegangan coping dan mencegah distorsi ketika dilepas
dari die. Wax harus dingin ketika diaplikasikan. Pada hal ini, tidak ada upaya yang harus dilakukan untuk membentuk
kontur pada dinding aksial
Potong wax pada margin sehingga coping bisa dilepas dan dievaluasi. Kelebihan wax dapat dihilangkan dengan aman
menggunakan instrumen carving. Ketika hanya terdapat lapisan tipis yang tersisa, trimming merupakan hal yang
paling aman untuk dilakukan dengan burnisher. Ceroboh menggunakan carver tajam bisa mengakibatkan goresan
pada margin yang rapuh pada die atau chip itu. Oleh karena itu, instrumen tumpul yang sedikit hangat bisa
digunakan dan margin digosok dengan tindakan burnishing. Sebuah carver bisa digunakan, tetapi teknik yang teliti
dan hati hati diperlukan
-----------------------------------------------
Cara pembuatan pola malam ada 3 cara :
Cara langsung (direct).
Cara langsung ini dibuat seluruhnya di dalam mulut pasien, sehingga tidak memerlukan die.
Cara tidak langsung.
Cara tidak langsung ini pola malam dibuat seluruhnya pada die, sehingga pembuatannya diluar mulut
pasien.
Cara langsung tidak langsung.
Pada cara ini mula-mula sebagian pola malam dibuat di mulut pasien untuk mendapatkan oklusi yang baik,
kemudian ditransfer ke die, dan dibuat pola malam sampai selesai, sehingga cara ini dibutuhkan die
3. Sebutkan prosedur yang dilakukan pada casting logam !
I. Dilakukan pembuangan malam dengancara dipanaskan pada tungku sampai suhu tertentu pada oven/furnace
II. Setelah logam dilelehkan, bagian luar dari cetakan dipanasi juga dengan api casting sampai warna
III. cetakan diletakkan di mesin casting (pengisian) logam untuk dimasukkan logam cair.
IV. Setelah cetakan terisi logam, ditunggu hingga dingin
V. bahan tanam tuang yang sudah dingin tadi dihancurkan untuk mengeluarkan cetakan dari koping (kerangka)
logam
VI. Bersihkan tuang
----------------------------------------------------
-------------------------------------
Porselen pada PFM pada bagian fasial terdiri dari 3 lapisan dengan tingkat translusensi yang berbeda. Semakin menjauh
dari lapisan metal, semakin translusen
1. opaque porcelain merupakan lapisan porcelain yang pertama yang terletak diatas metal coping. fungsi utama :
menutupi warna dari alloy yang gelap
2. Body porcelain dibakar diatas lapisan opak, memberikan translusensi dan mengandung metallic oxide yang
membantu dalam penyesuian warna (shade). body porcelen tersedia dalam bermacam - macam pilihan shade agar
sesuai dengan warna natural dari gigi sebelahnya
3.insisal porselen biasanya translusen sehingga persepsi warna dari restorasi tergantung dari warna body porcelain
-----------------------------------------------
5. Jelaskan langkah-langkah dalam pembakaran poselen !
I. Porselen yang telah dipadatkan diletakkan di atas piring pembakaran (terbuat dari keramik tahan bakar) dan
tidak boleh berkontak dengan dinding tungku. Bila porselen melekat padanya, elemen pemanas akan rapuh.
II. Pembakaran dimulai dari panas yang rendah, kalau tidak air akan menguap demikian cepat sehingga dapat
meremukkan bagian porselen yang belum terbakar.
III. Dibutuhkan pemanasan yang merata. Porselen memiliki sifat penghantar panas yang rendah, maka dibutuhkan
pemanas secara perlahan agar diperoleh cukup waktu bagi lapisan sebelah dalam restorasi untuk menjadi panas.
IV. Mula mula jendela tungku dibiarkan terbuka agar uap air dan hasil pembakaran bahan pengikat lainnya dapat
keluar.
Ada 3 tahapan :
– Tahap low bisque atau low bscuit, tahap ketika bahan menjadi sedikit kaku dan fluxe mulai mengalir.
– Tahap medium bisque atau medium bisquit, ketika telah terjadi sedikit pengerutan dan terdapat kohesi yang
lebih besar antara partikel.
– Tahap high bisque (high biscuit), pada tahap ini tidak ada lagi terjadi pengerutan.
---------------------------------------------------
Tujuan proses pembakaran penyatuan dari partikel-partikel powder sehingga porselen menjadi padat
1. Pembakaran dilakukan pada tungku listrik. elemen pemanasnya dapat terbuat dari :
Jika air pada porselen menguap terlalu cepat meremukkan bagian porselen yang belum terbakar. Pada awal
pembakaran jendela tungku tidak ditutup rapat uap air dan hasil pembakaran bahan pengikat lainnya dapat keluar
3 tahapan pembakaran :
Pada stage ini digunakan temperature rendah, tujuannya adalah untuk menghilangkan air pada bahan.
Penyatuan partikel keramik hanya pada titik kontaknya, sehingga hasil yang didapat masih cukup porus. Pada stage ini,
flux mulai mengalir diantara partikel
Pada tahap ini shrinkage masih terjadi, kohesi lebih besar antar partikel (partikel menyatu). Air lebih banyak
dihilangkan dari bahan agar pengkerutan lebih kecil. Porusitas berkurang dan terjadi pengkerutan
Pada tahap ini shrinkage berlanjut sebanyak 30 – 40 % sampai benar – benar tidak terjadi shrinkage sama sekali.
Permukaan porselen menjadi halus. Setelah mencapai stage ini, porselen dapat dikeluarkan dari tungku pembakaran
dan didinginkan
• Porselen yang telah dipadatkan diletakkan di atas piring pembakaran (terbuat dari keramik tahan bakar) dan
tidak boleh berkontak dengan dinding tungku. Bila porselen melekat padanya, elemen pemanas akan rapuh.
• Dibutuhkan pemanasan yang merata. Porselen memiliki sifat penghantar panas yang rendah, maka dibutuhkan
pemanas secara perlahan agar diperoleh cukup waktu bagi lapisan sebelah dalam restorasi untuk menjadi panas.
• Jendela tungku dibiarkan terbuka agar uap air dan hasil pembakaran bahan pengikat lainnya dapat keluar.
--------------------------------------------------
Dental porcelain diklasifikasikan atas tiga jenis menurut ketinggian temperature yang diperlukan agar terjadi
penyatuan pada porcelain (fusing) tersebut, sebagai berikut:
1) High fusing dental porcelain fusing temperature diantara 1200-1400oC. High fusing porcelain digunakan
membuat enamel gigi tiruan.
2) Medium fusing dental porcelain fusing temperature diantara 1050-1200oC. Medium fusing porcelain
digunakan untuk membuat elemen gigi tiruan.kegunaan porcelain ini sama dengan high fusing porcelain.
3) Low fusing dental porcelain fusing temperature diantara 850o-1050oC (1562of).Low fusing porcelain
digunakan untuk pembuatan mahkota dan jembatan
Pembakaran dilakukan pada tungku listrik, dimana elemen pemanasnya dapat terbuat dari alloy nikel-chromium
untuk pembakaran low-fusing dan alloy platinum untuk pembakaran dengan suhu yang lebih tinggi. Pada tahap
firing ada 3 tahapan yakni :
a. Pemanasan rendah atau low bisque stage
Tujuannya adalah untuk menghilangkan air pada bahan shrinkage. Penyatuan partikel keramik hanya pada
titik kontaknya, sehigga hasil yang didapat masih cukup porus.
b. Pemanasan berlanjut atau medium bisque stage
Pada tahap ini shrinkage masih terjadi, kohesi lebih besar antar partikel ( partikel menyatu ). Air lebih banyak
dihilagkan dari bahan agar pengkerutan lebih kecil. Porositas berkurang dan terjadi pengkerutan.
c. Pemanasan tinggi atau High bisque
Pada tahap ini shrinkage berlanjut sebanyak 30-40 % sampai benar-benar tidak terjadi shrinkage sama sekali.