RETENSIO PLASENTA
Disusun oleh:
A. DEFENISI
G. KOMPLIKASI
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya :
1. Perdarahan
Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit perlepasan
hingga kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat
luka tidak menutup.
2. Infeksi
Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim meningkatkan
pertumbuhan bakteri dibantu dengan port d’entre dari tempat perlekatan
plasenta.
3. Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferative yang mengalami infeksi
sekunder dan nekrosis
Dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula fisiologik dapat
berubah menjadi patologik (displastik-diskariotik) dan akhirnya menjadi
karsinoma invasif. Sekali menjadi mikro invasive atau invasive, proses
keganasan akan berjalan terus. Sel ini tampak abnormal tetapi tidak ganas.
Para ilmuwan yakin bahwa beberapa perubahan abnormal pada sel-sel ini
merupakan langkah awal dari serangkaian perubahan yang berjalan lambat,
yang beberapa tahun kemudian bisa menyebabkan kanker. Karena itu
beberapa perubahan abnormal merupakan keadaan prekanker, yang bisa
berubah menjadi kanker. Syok haemoragik.
H. TERAPI
Terapi yang dilakukan pada pasien yang mengalami retensio plasenta
adalah sebagai berikut :
1. Bila tidak terjadi perdarahan
perbaiki keadaan umum penderita bila perlu misal: infus atau transfusi,
pemberian antibiotika, pemberian antipiretika, pemberian ATS.
Kemudian dibantu dengan mengosongkan kandung kemih. Lanjutkan
memeriksa apakah telah terjadi pemisahan plasenta dengan cara Klein,
Kustner atau Strassman.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut (00132)
2. Ansietas (00146)
3. Resiko Perdarahan (00206)
4. Resiko Syok (00205)
DAFTAR PUSTAKA
Joseph, H.K dan Nugroho, M. 2010. Catatan Kuliah Ginekologi Dan Obstetri
(Obsgyn). Yogyakarta: Nuha Medika.
Manuaba, I.A.C. dkk. 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri
Ginekologi Sosial Untuk Bidan. Jakarta : EGC.
Prawihardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo.
Sastrawinata, dkk. 2008. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. Jakarta :
EGC.
Callahan MDMPP. 2005. Benign Dissorders of The Upper Genital Trac in
Blueprins Obstetric dan Ginekologi. Boston : Blackwell
Publishing.
Chelmo. 2005. Gynecologic Miomectomy
http://www.emedicine.com./med/topic331 9.html
Crum MD. 2003. Tumors of The Miometrium In Diagnostic Gynecology and
Obstetric Pathology. Boston: Elcevier Saunders.
Joedosapoetro MS. 2007. Ilmu Kandungan Edisi ke 2. Jakarta: Yayasan Pustaka.
Juanto T. 2005. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi.
Farmacia. Vol. III No. 12. Juli 2005. Jakarta.
Manuaba. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan \ginekologi. Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Moore JG. 2001. Essensial Obstetry dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta: Hipokrates.
Parker WH. 2007. Etiologi Symptomatology and Diagnosis of Uterine Mioma.
Vol. 87. Departemen of Obstetric and Gynecology UCLA School of
Medicine. California : American Society for Reproductive
Medicine