Anda di halaman 1dari 40

BAB 1

KONSEP MEDIS DAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

1.1 Pengertian

Pengertian Osteoartritis (OA) (juga dikenal penyakit sendi degeneratif)


merupakan yang paling umum terjadi pada semua bentuk artritis, dan
menyebabkan nyeri dan disabilitas pada lansia (CDC, 2008). Penyakit ini ditadai
dengan kehilangan progresif kartilago sendi, sinovitis (inflamasi sinovium yang
melapisi sendi), nyeri sendi, kekakuan. Osteoartritis sekarang dikatakan
merupakan proses yang kronis dan progresif dimana jaringan baru di produksi
sebangai respon terhadap kerusakan sendi dan pemburukan kartilago. Keterlibatan
sistematis dan inflamasi tidak khas pada osteoarthritis, walaupun perubahan pada
ruang sendi dapat mengakibatkan respon inflamasi local yang mengakibatkan
efusi sendi transien (Black, 2014).

1.2 Patofisiologi

Kartilago yang melapisi sendi memberi permukaan yang halus sehingga


tulang didalam sendi bergerak dengan luas satu sama lain tanpa friksi, dan
mendistribusikan beban dari satu tulang ke tulang lain, menghilangkan tekanan
mekanik yang terjadi dengan beban sendi. Kartilago ini normalnya mengandung
lebih dari 70% air. Lebih dari 90% berat kering merupakan kolagen, yang
memberi kekuatan, dan proteoglikan, yang memberi elastisitas dan kekuatan
terhadap kompresi. Sel kartilago, kondrosit, bersarang dalam jarring kolagen dan
proteoglikan. Kondrosit secara teratur mengurangi kartilago sendi yang robek dan
mensintesis kompoen untuk menggantikannya. Kartilago articular normal
mengeluarkan beberapa air saat kompresi, memberi lubrikasi untuk permukaan
sendi, air ini direabsorbsi selama relaksasi sendi.

Pada Osteoartritis, proteoglikan dan kolagen hilang dari kartilago akibat


degradasi enzimatik. Kandungan air kartilagi meningkat karena matriks kolagen
hancur. Dengan kehilangan proteoglikan dan serabut kolagen, kartilago menjadi
berwarna kuning atau abu-abu kehijauan serta kehilangan kekuatan meregang.

1
Terjadi elserasi permukaan, dan fisura terjadi dalam lapisan kartilago yang lebih
dalam. Pada akhirnya area kartilago articular yang lebih besar hilang, dan tulang
yang menyertai terpajan. Penambalan tulang pada area yang terpajan, mengurangi
kemampuan untuk mangabsorpsi energy pada beban sendi. Kista juga dapat
terjadi dalam tulang karena cairan sinoval bocor melalui kartilago yang rusak.
Osteofit yang dilapisi kartilago (pertumbuhan tulang berlebihan sering kali
disebut “joint mice”) mengubah anatomi sendi, karena cabang atau pembesaran
penonjilan, potongan kecil dapat terpotong menyebabkan sinovitis
ringan(inflamasi membran sinovial).

1.3 Manifestasi

Awitan OA biasanya bertahap dan tiba-tiba, dan rangkaian progresif secara


lambat. Nyeri dan kekakuan pada satu sendi atau lebih (biasanya menyangga
beban) merupakan manifestasi pertama OA, nyeri terlokalisasi ke sendi yang
terkena dan dapat dijelaskan sebagai nyeri dalam. Biasanya berkaitan dengan
penggunaan atau gerakan sendi dan mereda dengan istirahat, meskipun dapat
menjadi persisten seiring dengan perkembangan penyakit. Nyeri di malam hari
dapat desertai prestesia(baal, kesemutan). Nyeri juga dapat menjalar ke tubuh
bagian lain: sebagai contoh, OA spinal lumbosacral dapat menyebabkan nyeri
hebat sepanjang jalur saraf skiatik. Setelah periode imobilitas, seperti tidur
sepanjang malam atau setelah mengendarai mobil yang lama, sendi yang terlibat
dapat menjadi kaku. Biasanya hanya aktivitas selama beberapa menit diperlukan
untuk meredakan kekakuan. Rentang gerak sendi (range of motion, ROM) sendi
berkurang seiring perkembangan penyakit, dan bunyi seperti parut atau krepitus
dapat ditemukan selama gerakan. Pertumbuhan berlebihan tulang dapat
menyebabkan pembesaran sendi, dan kontraktur fleksi dapat terjadi karena
ketidakstabilan sendi. Pada OA, pembesaran sendi di tandai dengan pengerasan
tulang dan dingin saat palpasi.

Manifestasi OA pada pasien lansia serupa dengan orang dewasa muda.


Akan tetapi pada populasi ini risiko melemah karena OA lebih besar dan penyakit
dapat terjadi lebih lambat, selain itu nyeri, kekakuan, dan ROM terbatas
meningkatkan risiko jatuh dan fraktur pada lansia.

2
Diagnosis Osteoartritis berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisik. Hal ini
dapat dikonfirmasi dengan foto radiologi, terdapat perubahan yaitu adanya
osteofit dan menyempitnya celah sendi akibat dari erosi katrilago articular. Oleh
karena tingkat keparahan dan manifestasi tidak selalu berkorelasi dengan
perubahan sendi maka, American College of Rheumatology (ACR) telah
menetapkan bahwa kriteria klasifikasi osteoarthritis tidak tergantung mirni pada
perubahan yang ditemukan secara radiologi saja, namun bervariasi bergantung
pada sendi yang terkena.

1.3.1 Asuhan Antar Disilin

Tujuan terapi utama untuk pasien yang osteoartritis adalah untuk

mengendalikan ketidaknyamanan, memperpaiki atau mempertahankan fungsi dan

mobilitas sendi, dan mengurangi atau mencegah disabilitas fisik (Altman,

Kurizky, & Ruoff, 2009).

1.3.2 Diagnosis

Diagnosis OA umumnya berdasarkan pada riwayat pasien, pemeriksaan

fisik dan sinar-X pada sendi yang terkena. Karakteristik perubahan OA terlihat

pada pemeriksaan sinar - X yang terkena, awalnya terlihat ruang sendi yag tidak

teratur menyempit. Perubahan progresif mencakup peningkatan densitas tulang

subkondral (dibawah kartilago), pembentukan osteofit pada sendi perifer, dan

pembentukan kista di tulang. Pada beberapa kasus MRI dapat dilakukan untuk

menentukan derajat kerusakan sendi. Pemeriksaan cairan synovial dari sendi yang

terlihat dapat membantu menyingkirkan jenis artritis (contohnya, artritis

inflamasi, gout).

3
1.3.3 Medikasi

Nyeri OA sering kali dapat ditangani melalui penggunaan analgesic ringan

seperti acetaminophen. Acetaminophen (Tylenol) biasanya dipilih untuk

penggunaan jangka panjang karena memiliki efek toksik yang lebihan sedikit.

NSAID seperti ibuprofen (Motrin), naproxen (Aleve), atau ketoprofen (Orudis

KT) diprogramkan utuk meredahkan nyeri dan kekakuan terkait OA pinggul atau

lutut. Akan tetapi, panduan Osteoarthtrisis Research Society Internasional

(QARSI) Mengkhususkan bahwa NSAID diberikan pada dosis efektif terendah

dan tidak dianggap terapi jangka panjang. Inhibitor COC-2 selektif (celecoxib

atau celebrex) dapat diprogramkan untuk pasien yang memiliki riwayat

perdarahan GI atau pasien yang tidak menolerensi NSAID lain.

Bukti yang menyokong penggunana NSAID topical (contohnya, gel, topical

diclofenac dan capsaicin (Capzasin, Zostrix) untuk meredakan nyeri OA. Obat ini

memiliki keuntungan memenimalkan efek simpang sistemik. Pasien harus

diajarkan untuk menjaga medikasi jauh dari mata, hidung, mulut, atau semua luka

terbuka, dan tidak diperban atau diberikan panas ke area yang ditangani. Produk

harus digunakan tidak lebih dari tiga atau empat kali sehari dan dihentikan segera

jika terjadi iritasi berat. Hingga dua minggu penggunaan teratur dapat diperlukan

untuk efek sempurna (Dipiro, 2008).

1.3.4 Artroplasti Sendi

Artroplasti Sendi merupakan rekonstruksi atau pengantian sendi. Artroplasti

biasanya diindikasikan ketika pasien mengalami keterbatasan mobilitas sendi

yang hebat dan nyeri saat istirahat. Nyeri dieliminasikan secara virtual, dan fungsi

4
sendi biasanya membaik. Artoplasti dapat melibatkan pnggantian sendi. Bagi

sebagian besar pasien yang mengalami OA, kedua permukaan sendi yang

terkenadiganti dengan bagian prostetik dalam posedur yang dikenal sebagai

pengantian sendi total. Sendi yan mungkin dapat diganti antara lain pinggul, lutut,

bahu, siku, pergelangan tangan, dan sendi jari tangan dan jari kaki. Pada

penggantian sendi total, beberapa atau semua sinovium, kartilago, dan tulang pada

kedua sisi sendi diganti. Prostesis logam di pasang untuk mengganti satu

permukaan sendi (biasanya beban akhir atau bagian distal sendi pengangkat

beban). Permukaan sendi laindi ganti dengan prostesis silikon yang dilapisi

keramik atau prosthesis plastic.

Sebagian besar sendi prostesis tidak disemen, yaitu membuat keramik berpori dan

komponen logam yang dimasukan sehingga pas dengan ketat ke tulang yang ada.

Implan diamankan dengan pertumbuhan tulang baru kedalam prostesis, proses

yang memerlukan waktu sekitar 6 minggu. Meskipun periode tidak menyangga

beban lebih lama di perlukan diawal sehingga prostesis pas ditempatnya dengan

pertumbuhan tulang, implant tampaknya memiliki rentang hidup yang berguna

lebih lama dibandingkan dengan prostesis semen. Pada penggantian sendi

menggunakan semen, metil methacrylate (Polimer lunak yang mengeras untuk

menahan prostesis pada tempatnya) digunakan untuk mengamankan prostesis ke

tulang yang ada. Meskipun pasien mampu memperoleh kembali aktivitas normal

lebih cepat setelah penggantian sendi menggunakan semen, metil methacrtlate

memulai respon inflames, dan pada akhirnya melongkarkan sendi.

1) Pada penggantian pinggul total, permukaan articular asetabulum dan

kapur femoral diganti.Seluruh kapur femoral dan bagian leher femoral

5
diangkat dan digantikan dengan prostesis. Angka keberhasilan untuk

penggantian pinggul total dilaporkan lebih dari 90%. Sekitar 233.000

penggantian pinggul total dilakukan setiap tahun di Amerika Serikat;

sebagian besar penggantian pinggul bertahan 10- 15 tahun, setelahnya

yang merupakan penggantian sendi kedua, disebut revisi,dapat dilakukan

kemungkinan masalah yang berkaitan dengan penggantian pinggul total,

antara lain bekuan darah pada vena tungkai, dislokasi dalam prostesis,

pelonggaran komponen sendi dari tulang sekitar dan infeksi jika berulang

atau ditangani secara tidak efektif, komplikasi ini dapat memerlukan

pengangkatan prostesis, menyebabkan pemendekan ekstermitas hebat dan

ketidakstabilan sendi pinggul.

2) Penggantian sendi total dilakukan jika pasien mengalami nyeri yang sulit

ditangani dan sinar X menunjukan bukti artritis lutut lebih dari 450.000

penggantian lutut dilakukan di Amerika serikat setiap tahun (CDC, 2008).

Beberapa alat prostesis,antara lain pengangkutan berbagai jumlah tulang

yang tersedia untuk menggantikan sendi lutut.

Sisi femoral sendi diganti dengan permukaan logam, dan sisi tibia dengan

polietilen. Lebih dari 80% pasien yang mengalami peredaran nyeri yang

signifikan atau peredaran nyeri total dengan penggantian lutut total. Akan

tetapi, mereka harus terlibat dalam berbagai program rehabilitas untuk

mencapai hasil terbaik. Kegagalan sendi lebih umum dengan penggantian

lutut dari pada penggantian pinggul total. Pelonggaran komponen sendi,

sering kali pada sisi tibia, merupakan penyebab kegagalan yang paling

6
umum. Kemungkinan komplikasi setelah penggantian lutut total sama

seperti untuk penggantian pinggul total.

3) Penggantian bahu total diindikasikan untuk nyeri yang tidak mereda dan

keterbatasan ROM nyata karena keterlibatan artritis kedua permukaan

sendi humeral dan glenoid bahu.Sendi di imbobilisasi dengn saling atau

belat abdukasi selama 2 -3 minggu setelah artoplasti. Dislokasi

pelonggaran prostesis, dan infeksi merupakan masalah potensial terkait

penggantian bahu total.

4) Penggantian siku total melibatkan penggantian permukaan humeral dan

ulnar sendi siku dengan prostesis logam atau polietilen. Nyeri dan

kekakuan sendi merupakan indikasi untuk artroplasti siku.

Komplikasi,seperti dislokasi, fraktur, kelemahan trisep,pelonggaran, dan

infeksi, sering terjadi. Infeksi merupakan komplikasi utama yang berkaitan

dengan penggantian sendi total. Tidak hanya infeksi yang menganggu

penyembuhan dan pemulihan yang lama, tetapi dapat memerlukan

pengangkutan prostesis dan dapat menyebabkan kehilangan fungsi sendi.

Komplikasi potensial lainnya antara lain gangguan sirkulasi ke eksermitas

yang terkena tromboemboli, kerusakan saraf, dan dislokasi sendi.

1.3.5 Terapi Fisik Dan Rehabilitas

Penyembuhan dari semua jenis penggantian sendi memerlukan terapi fisik

pascaoperasi, focus pada membangun kekuatan dan memperoleh kembali

fleksibilitas sendi, Rehabilitas dimulai di rumah sakit, sebagian besar sehari

setelah pembedahan, dan dapat dilanjutkan selama home care. Penyembuhan dari

penggantian pinggul adalah sempurna 80% dalam 4 minggu dan sempurna 100%

7
dalam 6 bulan. Penyembuhan dari penggantian lutut adalah sempurna 80% dalam

4 minggu dan 100% sempurna setelah 1 tahun. Selama rehabilitas, pasin harus

mengikuti regimen latihan, istirahat, dan medikasi (Flynn & Johnson, 2005).

1.3.6 Terapi Komplementer Dan Alternatif

Terapi komplementer merupakan contoh yang mungkin digunakan oleh orang

yang mengalami OA untuk meredahkan nyeri dan kekakuan. Terapi yang sama ini

juga digunakan oleh orang yang mengalami artritis rheumatoid

1) Terapi biomagnetik

2) Akupuntur, efek akupuntur yang berguna untuk OA bahu dan lutut

3) Mengeliminasi makanan seperti kentang, tomat, lada, terong,

tembakau

4) Mengkonsumsi suplemen nutrisi, sepeti glukosamin, kondroitin,

boron, zink, tembaga, selenium, mangan. Bukti yang mendukung

penggunaan glukosamin dan kondroitin campur. Analisis penelitian

multiple menunjukan agens ini dapat berguna untuk meredakan nyeri

untuk beberapa orang yang mengalami OA lutut ringan hingga

sedang seperti terapi herbal, terapi masase, manipulasi osteopatik,

terapi vitamin dan yoga.

1.4 Asuhan Keperawatan

OA merupakan proses kronik yang tidak ada penyembuhannya. Fokus

asuhan keperawatan untuk pasien OA adalah memberikan kenyamanan,

membantu membantu mempertahankan mobilitas dan ADL,penyuluhan, dan

bantuan dengan adaptasi untuk mempertahankan peran hidup.

8
1.4.1 Promosi Kesehatan

Meskipun OA tidak dapat dicegah, mempertahankan berat badan normal dan

memiliki program teratur, latihan sedang akan mengurangi faktor risiko.

Glukosamin dan kondroitin merupakan suplemen nutrisi untuk OA yang semakin

popular dan terbukti berguna dalam meredakan manifestasi. Pasien harus

mendiskusikan supleman ini dengan penyedia asuhan kesehatan mereka sebelum

menggunakannya.

1.4.2 Tindakan Berdasar Bukti Pasien Yang Menjalani Pembedahan Pergantian

Sendi

Implikasi Untuk Keperawatan

Pembedahan untuk pergantian sendi menjadi sangat umum. Penyediaan

asuhan kesehatan , termasuk perawat, dengan demikian mungkin tidak selalu

memahami pengalaman ansietas yang dialami pasien pascaoperasi atau kebutuhan

bantuan psikologis dan fisik pascaoperasi. Penelitian ini menunjukan kebutuhan

untuk penyuluhan yang mencakup tidak hanya informasi pascaoperasi yang biasa,

tetapi juga dapat diharapkan dalam istilah penyembuhan fungsional, pasien

mengungkapkan keinginan memiliki seseorang yang dapat mereka Tanya

daripada hanya sekedar memberi informasi tertulis. Asuhan keperawatan harus

mencakup strategi untuk membantu penyembuhan fisik dan psikologis pasien

dalam asuhan mereka.

9
1.4.3 Berpikir Kritis Pada Asuhan Pasien

1. Banyak pasien melaporkan perlambatan keputusan untuk menjalani

pergantian sendi meskipun mengalami peningkatan nyeri dan disabilitas.

Bagaimana perawat memberi dukungan untuk pasien dan keluarga selama

periode membuat keputusan ini?

2. Pascaoperasi banyak pasien menunjukan keterkejutan mengenai perasaan

yang awalnya sangat tidak berdaya dan jumlah waktu dan kerja yang

diperlukan untuk penyembuhan dan rehabilitasi penuh. Apa yang anda

pikir dapat atau harus dilakuakn penyedia asuhan kesehatan untuk

mempersiapkan pasien pascaoperasi secara lebuh baik?

3. Rancang atau buat strategi untuk membantu pasien dengan

mempertimbangkan pembedahan pergntian sendi selama periode pra-dan

pascaoperasi. Sertakan mekanisme untuk mengevaluasi efektivitas

intervensi yang anda rencanakan.

1.4.4 Pengkajian

1. Riwayat kesehatan:Riwayar OA pada keluarga, pekerjaan, aktivitas

rekresional, nyeri dan kekakuan sendi, kemampuan untuk melakukan ADL

dan aktivitas perawatan diri.

2. Pengkajian fisik: Tinggi badan/berat badan, gaya

berjalan,sendi:simertisitas, ukuran, bentuk, warna, penampilan, suhu,

nyeri, krepitus, rentang gerak, nodus, heberden, nodus Bouchard.

10
Diagnose Keperawatan dan Intervensi

1. Nyeri Kronik

Merupakan manifestasi utama OA. Jaringan sendi berdegenerasi dan

terjadi perubahan pada struktur sendi, jumlah ketidaknyamanan biasanya

meningkat. Nyeri terkait OA meningkat dengan aktivitas dan cebdrung

redah dengan istirahat. Tindakan kemyamanan nonfarmakologis tepat,

dengan penggunaan anagelsia ringan untuk membantu hal tersebut jika

diperlukan.

o Monitor tingkat nyeri, termasuk intensitas, lokasi, kualitas, dan

factor prmicu dan pereda. Pengkajian akurat mengenai nyeri

memberi dasar untuk evaluasi efek intervensi

o Ajarkan pasien untuk mengkonsumsi medikasi analgesia atau anti-

inflamasi yang diprogramkan sesuai arahan. Analgesic mengurangi

persepsi nyeri dan dapat meredakan spasme otot. Medikasi anti-

inflamasi dapat diprogramkan untuk mengurangi respons inflamasi

local pada sendi yang terkena. Dosis analgesic atau NSAID

terjadwal secara teratur dapat diprogramkan untuk mencegah nyeri

hebat, spasme otot, atau inflamasi.

o Anjurkan mengistirahatkan sendi yang nyeri. Nyeri OA sering kali

redah dengan mengistirahatkan sendi.

11
o Anjurkan memberi panas ke sendi menggunakan shower, tub, atau

sitz bath, warm pack, hot wax baths,sarung tangan yang

dipanaskan.

Asuhan Keperawatan Pasien Yang Menjalani Pergantian Sendi Total

1) Asuhan praoperasi

o Kaji pengetahuan dan pemahaman pasien mengenai prosedur operasi

terencana. Berikan penjelasan lebih lanjut dan dan klarifikasi jika

diperlukan. Pasien perlu memiliki pemahaman yang jelas dan realistis

mengenai prosedur pembedahan dan hasil yang diharapkan.

Pengetahua menurunkan ansietas dan meningkatkan kemampuan

pasien untuk membantu prosedur perawatan pascaoperasi.

o Dapatkan riwayat kesehatan dan pengkajian fisik, termasuk ROM

sendi yang terkena. Informasi ini tidak hanya memungkinkan perawat

melakukan asuhan untuk kebutuhan individual, tetapi juga bertindak

sebagai dasar untuk perbandingan data pengkajian pascaoperasi.

o Jelaskan pembatasan aktivitas pascaoperasi yang diperlukan. Ajarkan

cara menggunakan overhead trapeze untuk mengubah posisi.pasien

yang belajar dan mempraktikan teknik berpindah sebelum pembedahan

dapat menggunakannya lebih efektif pada periode pascaoperasi.

o Beri atau kuatkan penyuluhan latihan pascaoperasi khusus untuk sendi

yang dilakukan pembedahan. Latihan diprogramkan pascaoperasi

untuk (a) memperkuat otot memberi stabilitas dan menyokong sendi,

12
(b) mencegah atrofi otot dan kontraktur sendi, (c) mencehag statis vena

dan kemungkinan tromboemboli.

o Ajarkan prosedur hygiene pernapasan seperti penggunaan spirometri

intensif, batuk, dan napas dalam. Hygiene pernapasan yang adekuat

sangat diperlukan untuk semua pasien yang menjalani pergantian sendi

untuk mencegah komplikasi pernapasan terkait imobilitas dan efek

anastesi. Selain itu banyak pasien yang menjalani pergantian sendi

total adalah lansia dan dapat mengalami penurunan bersihan

mukosiler.

o Diskusikan pengedalian nyeri pascaoperasi, termasuk penggunaan

analgesia dikendalikan pasien (patient controlled analgesia,PCA) atau

infuse epidural jika perlu. Pasien perlu memahami tujuan dan

penggunaan tindakan pengendalian nyeri pascaoperasi untuk

memungkinkan mobilitas dini dan menurangi komplikasi terkait

imobilitas.

o Ajarkan atau beri persiapan kulit praoperasi seperti mandi, shampoo,

dan menggosok kulit dengan larutan antibakteri. Tindakan ini

membantu mengurangi bakteri transien yang dapat dipajankan

kedalam tempat pembedahan.

o Beri antibiotic intravena sesuai intruksi. Terapi antibiotic dimulai

sebelum dan selama pembedahan dan dilanjutkan pascaoperasi untuk

mengurangi risiko infeksi lebih lanjut.

13
2) Asuhan pascaoperasi

o Monitor tanda-tanda vital, termasuk suhu dan tingkat kesadaran, setiap 4

jam atau lebih sering jika diindikasikan. Laporkan perubahan nyata atau

temuan yang tidak diantisipasi dokter. Pengkajian rutin ini memberi

informasi mengenai status kardivaskular pasien dan dapat memberi

indikasi awal komplikasi seperti perdarahan berlebihan, kekurangan

volume cairan, dan infeksi.

o Lakukan pemeriksaan neuravaskular(warna, suhu, nadi dan capillary refill,

gerakan dan sensasi)pada ekstremitas yang terkena setiap jam selama 12

hingga 24 jam pertama, kemudian setiap 2 hingga 4 jam. Laporkan temuan

abnormal ke dokter dengan segera. Pembedahan dapat mengganggu suplai

darah kea tau inervasi ekstremitas yang terkena. Jika demikian, intervensi

cepat penting untuk mempertahan fungsi ekstremitas.

o Monitor perdarahan insisi dengan mengosongkan dan mencatat drainase

suction setiap 4 jam dan mengkaji balutan secara sering. Kehilangan darah

yang banyak dapar terjadi dengan pergantian sendi total, terutama

pergantian panggul total.

o Kuatkan balutan jika diperlukan. Balutan biasanya diganti 24 hingga 48

jam setelah pembedahan, tetapi dapat ditekan jika terjadi perdarahan

berlebih.

o Pertahankan invusi intravena dan pencatatan asupan dan haluaran yang

akurat selama periode awal pascaoperasi. Pasien berisiko mengalami

14
kekurangan volume cairan diawal periode pascaoperasi karena kehilangan

darah dan cairan selama pembedahan dan juga efek anestesi.

o Pertahankan tirah baring dan posisi yang diprogramkan pada ekstremitas

yang terkena menggunakan sling, belat abduksi, rungkup, immobilizes,

atau alat lain yang di programkan. Pemosisian yang tepat ekstremitas yang

terkena pentig pada periode awal pascaoperasi sehingga protesis sendi

tidak menjadi terdislokasi atau pindah tempat.

o Bantu pasien mangganti posisi minimal setiap 2 jam ketika tirah baring.

Mengganti posisi membantu mencegah ulkus tekan dan komplikasi lain

imobilitas.

o Ingatkan pasien untuk menggunakan spirometer insentif, untuk batuk dan

untuk napas dalam minimal setiap 2 jam. Tindakan ini penting untuk

mencegah komplikasi pernapasan seperti pneumonia.

o Kaji tingkat kenyamanan pasien secara sering. Pertahankan PCA , infuse

epidural, atau analgesia lain yang diprogramkan untuk meningkatkan

kenyamanan. Menajemen nyeri adekuat meningkatkan penyembuhan dan

mobilitas.

o Bantu pasien turun dari tempat tidur sesegera mungkin jika diperbolehkan.

Ajarkan dan tekankan penggunaan teknik untuk mencegah pengangatan

beban pada ekstremitas yang terkena, seperti overhead trapeze, pivot

turning, dan menyentuh kaki. Mobilitas dini mencegah komplikasi seperti

pneumonia dan tromboemboli, tetapi teknik yang tepat harus digunakan

untuk mencegah cedera ketempat operasi.

15
o Mulai terapi fisik dan latihan sesuai program, untuk pergantian sendi

spesifik, seperti tatanan kuadrisep, meninggikan tungkai, dan latihan ROM

aktif serta pasif. Latihan ini membantu mencegah atrofi otot dan

tromboemboli serta menguatkan otot ekstremitas yang terkena sehingga

dapat menyokong sendi prostesis.

o Gunakan alat kompresi sekuensial atau stoking anti emboli jik

doprogramkan. Hal ini membantu mencegah tromboemboli dan emboli

paru untuk pasien yang harus tetap immobile setelah pembedahan.

o Untuk pasien yang mengalami penggantian pinggul total, cegah fleksi

pinggul lebih dari 90 derajat atau aduksi tungkai yang terkena. Berikan

peninggi duduk untuk toilet atau commode. Tindakan ini mencegah

dislokasi sendi.

o Kaji pasien yang mengalami penggantian pinggul, untuk tanda dislokasi

prostesis, termasuk nyeri pada pinggul yang terkena atau pemendekan dan

rotasi internal tungkai yang terkena.

o Untuk pasien yang menjalani penggantian lutut total, gunakan alat rentang

gerak pasif kontinu(continuous passive range-of motion,CPM) atau latihan

ROM sesuai program. Dislokasi bukan meupakan masalah penggantian

lutut, dan lebih menekankan pada penempatan latuhan ROM diawal

periode pascaoperasi.

o Pertahankan asupan cairan dan anjuran diet tinggi serat. Berikan pelunak

feses atau supositoria rektal jika diperlukan. Imobilitas dan analgesia

16
berkontribusi terhadap kemungkinan masalah konstipasi;tindakan ini

membantu mempertahankan eliminasi fekal secara teratur.

o Anjurkan konsusmsi diet seimbang dengan protein adekuat. Nutrisi

adekuat meningkatkan penyembuhan jaringan.

o Ajarkan atau perkuat latihan pasca pemulangan dan pembatasan aktivitas.

Tekankan pentingnya kunjungan tindak lanjut dokter terjadwal. Pasien

pulang dari fasilitas perawatan akut sebelum penyembuhan sempurna.

Latihan diprogramkan dan aktivitas di peroleh kembali secara bertahap

untuk melindungi integritas penggantian sendi dan mencegah kontraktur.

o Untuk pasien yang memerlukan perawatan langsung tambahan setelah

pulang, atur penempatan diasuhan jangka panjang atau fasilitas rehabilitas.

Pembatasan aktivitas dapat menghalangi pemulangan kerumah untuk

beberapa pasien.

o Buat rujukan jika diperlukan untuk agensi home health dan terapi

fisik.pasien sering kali memerlukan home health untuk kebutuhan asuhan

keperawatan dan terapi fisik berkelanjutan setelah pulang dari perawatan

akut atau jangka panjang.

2. Hambatan Mobilitas Fisik

Degenerasi kartilago intra- articular dan struktur sendi tergangu, pasien

OA mengalami nyeri, kekakuan, dan penurunan ROM pada sendi yang

terkena. Ketika spina sendi penyangga beban besar pinggul dan lutut, atau

pergelangan kaki, dan kaki terkena, mobilitas fisik dapat berkurang secara

signifikan.

17
1) Kaji ROM pada sendi yang terkena. Mengkaji mobilitas sendi diperlukan

sebagai dasar untuk merencanakan intervensi yang tepat.

2) Lakukan pengkajian mobilitas fungsional, mengevaluasi gaya berjalan,

kemampuan untuk duduk dan bangkit dari posisi duduk, kemampuan

untuk melangkah ke dalam dan keluar, dan menaiki tangga. Pengkajian

fungsional memberi data penting mengenai kemampuan pasien untuk

mempertahankan ADL

3) Ajarkan latihan ROM aktif dan pasif dan juga isometric resistensi

progresif, dan latihan aerobic

3. Kesiapan Untuk Meningkatkan Perawatan Diri

Hanya OA ekstermitas bawah dapat mengurangi mobilitas pasien, OA

ektermitas atas (sendi pergelangan tangan, sendi tangan, dan sendi jari

terutama) dapat sangat menganggu melakukan ADL, seperti memasak dan

menyisir rambut. Ketika ektermitas bawah terkena, mandi dan toileting dapat

sulit dilakukan

1) Lakukan pengkajian fungsional ekstermitas atas dan bawah. Untuk

ekstermitas atas, kaji kemampuan untuk menyentuh belakang kepala dan

untuk menahan serta menggunakan benda kecil seperti peralatan makan.

Pengkajian fungsional memberi data penting mengenai kemampuan

pasien melakukan perawatan diri

2) Kaji tatanan rumah untuk menentukan kebutuhan untuk alat bantu seperti

batang pegangan, atau bangku mandi dan alat bantu relatif mudah dan

murah didapatkan dan dapat sangat meningkatkan kemandirian pasien

seraya mempertahankan kemampuan dalam melakukan ADL.

18
3) Bantu dalam mendapatkan alat bantu lain seperti long handled shoehorns,

zipper grabber, long handled tongs atau grippers untuk mngambil benda

dari lantai , pembuka toples, dan peralatan makan khusus. Alat ini dapat

memperlamakemandirian dalam melakukan ADL.

1.5 Konsep Asuhan Keperawatan


I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : Jam :
Tanggal MRS : No. RM :
Diagnose masuk :
A. Identitas pasien
1. Usia
Proses penuaan dianggap sebagai penyebab peningkatan kelemahan

disekitar sendi, penurunan kelenturan sendi klasifikasi tulang rawan dan

menurunkan fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya osteoartritis..

2. Jenis kelamin

Prevalensi osteoartritis pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi

dibandingkan perempuan. Tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun prevalensi

perempuan lebih tinggi menderita osteoartritis dibandingkan laki-laki. Perbedaan

tersebut menjadi semakin berkurang setelah menginjak usia 50-80 tahun. Hal

tersebut diperkirakan karena pada usia 50-80 tahun wanita mengalami

pengurangan hormon estrogen yang signifikan.

3. Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama yang

banyak menggunakan kekuatan bertumpu pada lutut dan pinggang. Prevalensi

lebih tinggi menderita osteoartritis lutut ditemukan pada kuli pelabuhan, petani

19
dan penambang dibandingkan pekerja yang tidak menggunakan kekuatan lutut

seperti pekerja administrasi.

B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
Nyeri terutama timbul sesudah melakukan aktifitas adalah gejala yang utama
yang disertai kekakuan yang lebih sering terjadi pada pagi hari dan setelah
melakukan aktivitas berat (nyeri pada lutut kanan dan kiri).
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya pasien osteoartritis mengatakan bahwa keluhan-keluhannya
sudah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan. Keluhan nyeri
merupakan keluhan yang sering kali dirasakan meskipun akan diikuti oleh
kekakuan dan perubahan bentuk. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan
sedikit berkurang dengan istirahat. Untuk beberapa gerakan tertentu kadang-
kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dari gerakan lainnya.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya trauma atau cidera fisik sebelumnya dapat menjadi faktor resiko
terjadinya osteoartritis. Penyakit endokrin misalnya DM akan memperburuk
osteoartritis, hipertensi.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keturunan misalnya DM, Hipertiroidisme dan faktor genetik
5. Riwayat Psikososial-Spiritual
Faktor-faktor stress akut atau kronis misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan sosial, keputusan dan ketidakberdayaan.
ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri misalnya ketergantungan
pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota tubuh dapat mempengaruhi
interaksi sosial.
C. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1. Nutrisi
Pasien tidak mampu untuk menghasilkan, mengkonsumsi makanan, cairan
dengan adekuat karena mual, anoreksia, kesulitan untuk mengunyah.
2. Eliminasi

20
Pasien beresiko mengalami konstipasi yang disebabkan oleh imobilisasi yang
cukup lama dan parah yang disebabkan oleh Osteoarthritis.
3. Aktifitas Dan Istirahat
Aktivitas pasien terganggu karena nyeri pada sendi saat beraktivitas berat.
Istirahat pasien juga terganggu dikarenakan nyeri dan keram dapat timbul pada
pagi hari
4. Hygiene Perseorangan
Pasien mengalami berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi,
seperti mandi dan berketergantungan pada orang lain.
D. Pemeriksaan Penunjang
o Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago
sendi sebagai penyempitan rongga sendi
o Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal
E. Pemeriksaan Fisik
1. B1 breath
Pada inspeksi, bila tidak mengenai sistem pernafasan, biasanya ditemukan
kesimetrisan rongga dada normal, klien tidak sesak nafas, tidak ada penggunaan
otot bantu napas. Pada palpasi, taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada
perkusi, suara napas hilang atau melemah pada sisi yang sakit, biasanya
didapatkan ronchi atau mengi.
2. B2 blood
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering ditemukan keringat dingin dan
pusing. Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah
atau edema yang berkaitan dengan efek obat atau penyakit osteoarthritis.
3. B3 brain
Kesadaran biasanya komposmentis. Pada kasus yang lebih parah, klien
biasanya mengeluh pusing dan gelisah.
4. B4 bladder
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada
sistem perkemihan.

21
5. B5 bowel
Dapat terjadi konstipasi karena keterbatasan gerak. Perlu dikaji frekuensi,
kepekatan, warna, bau dan jumlah.
6. B6 bone dan integument
Skala kekuatan otot lemah, nyeri pada sendi, kesulitan membolak-balik posisi
tubuh, melambatnya pergerakan, adanya kelemahan. Ada atau tidak lesi pada
kulit, edema, kulit kering, pecah-pecah

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri kronis yang berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh: proses
penyakit.
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal.

22
BAB 2

ASUHAN KEPERAWATAN SEMU (CONTOH KASUS)

2.1 Lampirn 1: Format Asuhan Keperawatan

Contoh Kasus :

Tn.A merupakan pensiunan pekerja tambang yang berusia 70 tahun, sejak 6 bulan

terakhir Tn.A mengalami nyeri akibat osteoartritis pada pinggulnya. Selama 6

bulan tersebut Tn.A tidak memeriksakan kondisinya secara rutin karena tidak

merasa begitu sakit dan tidak mengganggu kegiatannya sehari-hari. Sejak 1

minggu yang lalu nyeri yang dirasakan pada pinggul kanannya terasa semakin

hebat hingga sulit untuk melakukan pergerakan. Tn. A sering kesulitan untuk

bangun dari tempat tidur sehingga sering meminta bantuan keluarganya. Kondisi

yang tidak membaik membuat Tn. A bersedia memeriksakan diri ke rumah sakit

A diantarkan oleh keluarganya. Dilakukan anamnesa oleh perawat, Tn. A

mengatakan merasa nyeri yang tidak dapat ditahan dan kekakuan pada pinggul

terutama sebelah kanan. Pemeriksaan oleh perawat yang bertugas di rumah sakit

dan didapatkan hasil BB: 70 kg, TB:162 cm. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan

hasil TD: 120/80 mmHg, nadi:87 x/menit, pernapasan:19 x/menit dan suhu 37 ℃.

Hasil observasi terlihat wajah Tn. A tampak menyeringai dan terkadang

memegang bagian yang menjadi lokasi nyeri, NRS 7. Dokter menginstruksi

untuk dilakukan pemeriksaan dengan sinar-X pada sendi yang terkena dan

didapatkan hasil perubahan karakteristik pada kedua sendi pinggul terutama pada

pinggul sebelah kanan sehingga Tn. A dianjurkan untuk rawat inap di rumah sakit

agar mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik.

23
2.1.1 Pengkajian

Tanggal Pengkajian : 7 Februari 2020 Jam : 08.00 WIB

Tanggal MRS : 7 Febrauari 2020 Jam : 07.00 WIB

Diagnosa masuk : Osteoartritis No. RM : 180XXX

A. Identitas pasien

Nama : Tn. A

Usia : 70 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Status : Kawin

Suku : Jawa

Agama : Islam

Alamat : Blitar

Penanggung Jawab : Nn. N (Anak)

B. Riwayat keperawatan

1. Keluhan utama:

Pasien mengatakan nyeri pada pinggul sebelah kanan

2. Riwayat penyakit sekarang:

Pasien mengatakan sejak 6 bulan yang lalu mengalami nyeri akibat artritis

pada pinggulnya. Selama 6 bulan tersebut pasien tidak memeriksakan kondisinya

karena merasa tidak begitu sakit dan tidak mengganggu kegiatannya sehari-hari.

Tanggal 31 Januari 2020 pasien mengeluh nyeri pinggul kanan yang hebat hingga

sulit untuk melakukan pergerakan dan tidak dapat menyelesaikan aktivitas sehari-

hari. Pada tanggal 7 Februari 2020 pukul 06.30 WIB pasien dibawa ke Rumah

Sakit X oleh keluarga dan dilakukan pemeriksaan dengan hasil BB: 70 kg,

24
TB:162 cm. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan hasil TD: 120/80 mmHg, nadi:87

x/menit, pernapasan:19 x/menit dan suhu 37 ℃. Hasil observasi terlihat wajah

pasien tampak menyeringai dan terkadang memegang bagian yang menjadi lokasi

nyeri di pinggul kanan, nyeri semakin terasa saat melakukan pergerakan, NRS 7.

Pada pukul 07.00 dokter menginstruksi pasien untuk MRS. Di paviliun 6 Rumah

Sakit X pasien menerima terapi Sodium Chloride 14 tetes/menit dan obat

Tramadol 3x50mg/IV sebagai pereda nyeri.

3. Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien mengatakan 6 bulan lalu menderita osteoartritis namun tidak

memeriksakan konfisinya secara rutin.

4. Riwayat Penyakit Keluarga:

Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit DM di keluarganya.

5. Riayat Psikologis Dan Spiritual:

Pasien mengatakan tahu mengenai penyakit yang diderita dan merasa

tertekan akan kondisinya saat. Pasien rajin menjalankan shalat 5 waktu baik di

rumah maupun di masjid bersama kelurga. Di lingkungan sekitar pasien aktif

mengikuti kegiatan kemasyarakatan di wilayah rumahnya.

6. Riwayat Alergi:

Keluarga mengatakan pasien tidak memiliki alergi terhadap obat, makanan

7. Kondisi Lingkungan Yang Mempengaruhi Kesehatan:

Keluarga mengatakan kondisi lingkungan sekitar pasien baik-baik saja tidak

ada mempengaruhi kondisi pasien. Tempat tinggal pasien tidak terdapat dekat

pabrik maupun tempat pembuangan sampah umum. Rumah pasien memiliki

jendela /ventilasi yang cukup, di rumah menggunakan air PAM untuk MCK dan

25
memasak. Dalam kebutuhan eliminasi, jamban yang digunakan berjenis

jembanleher angsa dan berada di dalam rumah. Untuk pembungan sampah

langsung di buang ke tempat pembungan sampah umum atau dibakar.

8. Perilaku Yang Mempengaruhi Kesehatan:

Pasien mengatakan setelah mengetahui penyakitnya pasien tetap melakukan

kegiatan seperti pekerjaan rumah dan masih mengikuti kerja bakti di sekitar

lingkungannya.

C. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar

1. Nutrisi

Sebelum sakit: pasien mengatakan pasien dapat makan 3 kali sehari dengan lauk

seperti: nasi, ikan, sayur, tahu/tempe. Pasien dapat menghabiskan 1 piring penuh..

Pasien minum teh setiap pagi 1 gelas dan air putih 4 gelas per hari.

Saat sakit: pasien mengatakan makan 3 kali sehari dan menghabiskan makan

setengah porsi dan tidak enak makan. Dalam sehari selama di rumah sakit pasien

hanya minum air putih sekitar 5 gelas.

2. Eliminasi

Sebelum sakit: pasien mengatakan BAK 3-4x/hari tanpa keluhan apapun. Urine

berwarna kuning jernih, tanpa nanah ataupun darah, serta bau khas ammonia.

Sedangkan untuk BAB pasien BAB 1-2 kali sehari tanpa keluhan apapun. Fases

dengan konsistensi lunak, tanpa darah ataupun nanah, dengan warna kuning

kecokelatan.

Saat sakit: pasien mengatakan BAK 4 kali per hari menggunakan urinal. setelah

diukur jumlah urine sekitar 120cc/jam dengan warna urine kuning jernih.

26
Sedangkan untuk BAB, pasien mengatakan pasien BAB sekitar 1x/hari

menggunakan pispot. Fases berwarna kuning dengan konsistensi lembek

3. Aktifitas dan istirahat

Sebelum sakit: keluarga mengatakan sehari-harinya pasien mengerjakan pekerja

seperti: berkebun, membersihkan rumah, dll. Sedangkan untuk istirahatnya pasien

tidur siang 1-2 jam dan tidur malamnya 6-7 jam dalam sehari.

Saat sakit: keluarga mengatakan pasien hanya bisa tidur di tempat tidur dan sulit

untuk bangun dan berjalan karena kaku pada sendi dan merasa nyeri di pinggul

kanan saat bergerak sehingga pasien tidak mau bangun dari tempat tidur dan tidak

dapat menyelesaikan aktivitas sehari-hari. Pasien juga menjadi sulit untuk tidur

terutama pada malam hari. Tidur tidak nyenyak, tidak lelap, tampak gelisah saat

tidur hingga sering terbangun. Sedangkan untuk istirahatnya pasien tidur siang 1-2

jam dan tidur malamnya 5 jam dalam sehari.

4. Hygiene perseorangan

Sebelum sakit: pasien mengatakan sebelum sakit pasien mandi 2 kali sehari setiap

pagi dan sore hari, keramas 2-3x/minggu, dapat mandi dengan bersih dan secara

mandiri.

Saat sakit: pasien mengatakan pasien mandi 1-2 kali sehari setiap pagi dan sore

dibantu oleh keluarga dan terkadang di bantu perawat. Keluarga mengatakan

terkadang pasien mandi tidak terlalu bersih akibat kondisinya yang sering nyeri

pinggul saat di suruh untuk bangun atau bergerak.

D. Pemeriksaan Penunjang

27
E. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum: lemah

2. B1 breath

Respiration rate: 19x/menit, suara nafas vesikuler, dada tampak simetris,

perkusi thorax sonor, tidak tampak sesak, pergerakan rongga dada simetris, tidak

menggunakan otot bantu napas, Sp02 97%.

3. B2 blood

Bunyi jantung lup dup S1-S2 tunggal terdengar di midclavicula ICS 4 dan 5,

TD: 120/90 mmHg, suhu: 37⁰C, nadi: 89x/menit, konjungtiva merah muda, sklera

putih, mukosa bibir lembab, turgor kulit baik, akral hangat, CRT <3 detik, perfusi

hangat, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak pucat, MAP 100mmHg.

4. B3 brain

Tingkat kesadaran composmentis, nilai GCS 4-5-6, pupil isokor 3mm/3mm,

refeks cahaya +/+, dapat bicara, mulut simetris, merasa nyeri dengan wajah

meringis dengan penilaian PQRST (P: akibat kartilago meinipis akibat penuaan,

Q: terkikis, R: di daerah pinggul kanan, S: 7 dengan penilai menggunakan skala

NRS, T: Saat berpindah posisi atau saat bergerak), pasien dapat mengerti dan

menjawab pertanyaan.

5. B4 bladder

Palpasi kandung kemih lembek, menggunakan urinal, tidak ada distensi

vesika urinaria.

6. B5 bowel

Bising usus 18x/menit, palpasi tidak nyeri tekan, perkusi tidak ada nyeri,

suara perkusi timpani, tidak ada distensi abdomen, tidak ada jejas pada abdomen.

28
7. B6 bone dan integument

Tidak ada oedema pada tungkai kaki kanan dan kiri, pergerakan terbatas,

rentang gerak (ROM) menurun, turgor kulit baik, kekakuan pada sendi pinggul,

skala kekuatan otot :

5 5

3 5

Keterangan: tangan kanan dan kiri mampu melawan tahanan dengan

maksimal. Kaki mampu melawan tahanan dengan maksimal sedadangkan kaki

kanan mampu mengangkat ektremitas namun tidak dapat menahan tahanan

sedang.

F. Terapi

No. Nama obat Keterangan


1. Sodim Chloride Golongan:
14 tetes/menit Kristaloid

Indikasi:
Digunakan dalam perawatan, kontrol, pencegahan
dan perbaikan penyakit serta kondisi dan gejala
kadar kalium yang rendah.

2. Tramadol 3x50mg/IV Golongan:


Analagesik

Indikasi:
Kegunaan tramadol adalah untuk mengobati nyeri
sedang sampai berat, baik itu nyeri akut
maupun kronis.

2.1.2 Analisa Data

29
No. Tanggal Data Etiologi Problem

1. Jumat, 7 DS: Osteoartritis Nyeri Kronis


Februari - pasien mengeluh nyeri
2020 pinggul kanan yang
hebat Inflamasi sendi
- merasa tertekan akan
kondisinya saat.
DO: Pelepasan
- wajah meringis mediator nyeri
- tampak gelisah saat
tidur hingga sering
terbangun Nyeri Kronis
- tidak dapat
menyelesaikan aktivitas
sehari-hari.
- sulit untuk tidur
terutama pada malam
hari
- skala nyeri NRS 7
dengan penilaian
PQRST
P: akibat kartilago
meinipis akibat penuaan
Q: terkikis
R: di daerah pinggul
kanan, S: 7 dengan
penilai menggunakan
skala NRS
T: Saat berpindah posisi
atau saat bergerak
2. Jumat, 7 DS: Osteoartritis Gangguan
Februari - sulit untuk bangun dan mobilitas
2020 berjalan fisik
- merasa nyeri di pinggul Perubahan
kanan saat bergerak komponen sendi
- pasien tidak mau
bangun dari tempat
tidur Perubahan fungsi
DO: sendi
- rentang gerak (ROM)
menurun
- pergerakan terbatas Deformitas sendi
- kekakuan pada sendi
pinggul,
- skala kekuatan otot
menurun: Sulit bergerak

5 5
Gangguan
mobilitas fisik

4 5

3.1.3 Diagnosa Keperawatan

30
No. Tanggal Diagnosa Keperawatan
1. Jumat, 7 Februari Nyeri kronis yang berhubungan dengan kondisi
2020 muskuloskeletal kronis yang ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri pinggul kanan yang hebat, merasa
tertekan akan kondisinya saat, wajah meringis,
tampak gelisah saat tidur hingga sering terbangun,
tidak dapat menyelesaikan aktivitas sehari-hari, sulit
untuk tidur terutama pada malam hari.

2. Jumat, 7 Februari Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan


2020 kekakuan sendi yang ditandai dengan sulit untuk
bangun dan berjalan, merasa nyeri di pinggul kanan
saat bergerak, pasien tidak mau bangun dari tempat
tidur, rentang gerak (ROM) menurun, pergerakan
terbatas, kekakuan pada sendi pinggul, skala
kekuatan otot menurun:

5 5

3 5

31
3.1.4 Intervensi

Diagnosa Keperawatan Intervensi Implementasi Evaluasi Sumatif

Tujuan Intervensi Rasional

Nyeri kronis yang Manajemen Nyeri Jumat, 7 Februari 2010 Senin, 10


berhubungan dengan Klien menunjukkan Jam 08.30 WIB Februari 2020
penurunan tingkat nyeri
kondisi setelah dilakukan 1. Jelaskan penyebab, 1. Penjelasan terkait keluhan 1. Mengkolaborasikan
muskuloskeletal tindakan keperawatan 3 periode, dan pemicu yang dirasakan menurunkan dengan dokter Jam 13.00 WIB
kronis yang ditandai x 24 jam dengan nyeri. tingkat kecemasan dan pemberian obat S:
dengan pasien kriteria hasil: kegelisahan. Tramadol 3x50mg/IV.
- Kemampuan - Pasien
mengeluh nyeri
menuntaskan mengeluh nyeri
pinggul kanan yang aktivitas meningkat 2. Identifikasi lokasi, 2. Membantu dalam Jam 09.00 WIB di pinggul
hebat, merasa - Meringis menurun karakteristik, durasi, menentukan kebutuhan 2. Menjelaskan penyebab, terutama di
tertekan akan - Keluhan nyeri frekuensi, kualitas, managemen nyeri periode, dan pemicu
menurun intensitas nyeri. nyeri yang dialami bagian kanan
kondisinya saat,
wajah meringis, - Gelisah menurun akibat dari kemunduran
- Kesulitan tidur fungsi tulang rawan O:
tampak gelisah saat menurun dikarenakan usia.
tidur hingga sering - Perasaan depresi - Wajah
terbangun, tidak (tertekan) menurun meringis
dapat menyelesaikan - Pola tidur membaik 3. Fasilitasi isirahat dan 3. Pada penyakit berat, Jam 09.00 WIB berkurang
aktivitas sehari-hari, tidur. istirahat dan tidur 3. Memotivasi klien untuk - Tidak gelisah
mungkin diperlukan untuk melakukan ROM aktif
sulit untuk tidur atau pasif dengan
- Skala nyeri
membatasi nyeri atau
terutama pada cedera sendi. menggerakan ektremitas NRS 5
malam hari. baik secara mandiri
maupun dibantu oleh A:
orang lain.
Masalah belum

32
teratasi
4. Berikan teknik 4. Pijat meningkatkan Jam 09.10 WIB
nonfarmakologis relaksasi otot dan 4. Menempatkan bel atau P:
untuk mengurangi mobilitas, menurunkan lampu panggilan dalam
rasa nyeri dengan rasa sakit dan melepaskan jangkauan dekat dekat Lanjutkan
terapi pijat kekakuan. tempat tidur klien.
intervensi nomor
2, 4, 5
5. Kolaborasi
pemberian analgetik 5. Analgetik menghambat Jam 09.30 WIB
sintesis prostaglandins 5. Mengidentifikasi lokasi,
(PGs) di tempat yang karakteristik, durasi,
sakit atau trauma. frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri melalui
pemeriksaan fisik dan
anamnesa.

Pengaturan Posisi Jam 10.00 WIB

6. Motivasi melakukan 6. Penatalaksanaan ROM 6. Memfasilitasi pasien


ROM aktif atau pasif mempertahankan dan untuk dapat beristirahat
meningkatkan kekuatan dan tidur dengan
otot serta mencegah menyedikan tempat tidur
kekakuan pada sendi. dan lingkungan yang
nyaman.

Jam 11.00 WIB


7. Tempatkan bel atau 7. Bel atau lampu panggilan
lampu panggilan dapat meminimalkan 7. Memberikan teknik non-
dalam jangkauan. pergerakan tubuh untuk farmakologis dengan
dapat meredakan nyeri memberi pijatan yang
akibat pergerakan. lembut pada sekitar

33
yang mengalami nyeri
dengan penekanan yang
sesuai.

34
3.1.5 Catatan Perkembangan

Tanggal Diagnosa Keperawatan S.O.A.P.I.E

Sabtu, 08 Nyeri kronis yang Jam 07.00 WIB


Februari berhubungan dengan kondisi
2020 muskuloskeletal kronis yang S:
ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri pinggul - pasien mengeluhkan nyeri di daerah pinggul
kanan yang hebat, merasa terutama bagian kanan dan belum berkurang
tertekan akan kondisinya saat, - pasien mengatakan masih sulit untuk nyenyak
wajah meringis, tampak saat tidur malam
gelisah saat tidur hingga
sering terbangun, tidak dapat
menyelesaikan aktivitas
O:
sehari-hari, sulit untuk tidur
terutama pada malam hari. - Wajah meringis
- Tampak gelisah
- Skala nyeri NRS 6

A : Masalah belum teratasi

P : Hentikan intervensi no 1 dan 7.

Lanjutkan intervensi nomor 2, 4, 5, 6

I:

Sabtu, 8 Februari 2020


Jam 08.00 WIB
Mengkolaborasikan dengan dokter pemberian obat
Tramadol 3x50mg/IV

Jam 09.00 WIB


Memotivasi klien untuk melakukan ROM aktif atau
pasif dengan menggerakan ektremitas baik secara
mandiri maupun dibantu oleh orang lain

Jam 10.00 WIB


Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri melalui pemeriksaan fisik dan
anamnesa.

Jam 10.30 WIB

Memfasilitasi pasien untuk dapat beristirahat dan tidur


dengan menyedikan tempat tidur dan lingkungan yang
nyaman.

35
Jam 11.00 WIB

Memberikan teknik non-farmakologis dengan memberi


pijatan yang lembut pada sekitar yang mengalami nyeri
dengan penekanan yang sesuai.

E:

Jam 12.00 WIB

- Pasien mengeluh nyeri di pinggul terutama di


bagian kanan
- Kegelisahan menurun
- Wajah meringis
- Skala nyeri NRS 6

Minggu, Nyeri kronis yang Pukul 07.00 WIB


09 berhubungan dengan kondisi
Februari muskuloskeletal kronis yang S:
2020 ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri pinggul - pasien mengeluhkan nyeri di daerah pinggul
kanan yang hebat, merasa terutama bagian kanan dan belum berkurang
tertekan akan kondisinya saat, - pasien mengatakan masih sulit untuk tertidur
wajah meringis, tampak terutama saat malam hari.
gelisah saat tidur hingga
sering terbangun, tidak dapat
menyelesaikan aktivitas
O:
sehari-hari, sulit untuk tidur
terutama pada malam hari. - Wajah meringis
- Gelisah berkurang
- Skala nyeri NRS 6

A : Masalah belum teratasi

P : Hentikan intervensi no 1 dan 7.

Lanjutkan intervensi nomor 2, 4, 5, 6

I:

Minggu, 09 Februari 2020

Jam 08.00 WIB


Mengkolaborasikan dengan dokter pemberian obat
Tramadol 3x50mg/IV

36
Jam 08.30 WIB
Memotivasi klien untuk melakukan ROM aktif atau
pasif dengan menggerakan ektremitas baik secara
mandiri maupun dibantu oleh orang lain

Jam 09.00 WIB


Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri melalui pemeriksaan fisik dan
anamnesa.

Jam 10.00 WIB

Memfasilitasi pasien untuk dapat beristirahat dan tidur


dengan menyedikan tempat tidur dan lingkungan yang
nyaman.

Jam 12.00 WIB

Memberikan teknik non-farmakologis dengan memberi


pijatan y ang lembut pada sekitar yang mengalami nyeri
dengan penekanan yang sesuai.

E:

Jam 12.30 WIB

- Pasien mengeluh nyeri di pInggul terutama di


bagian kanan
- Tidak gelisah
- Wajah meringis
- Skala nyeri NRS 6

Senin, 10 Nyeri kronis yang Pukul 07.00 WIB


Februari berhubungan dengan kondisi
2020 muskuloskeletal kronis yang S:
ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri pinggul - pasien mengeluhkan nyeri di daerah pinggul
kanan yang hebat, merasa terutama bagian kanan walaupun sudah
tertekan akan kondisinya saat, berkurang
wajah meringis, tampak - pasien mengatakan masih sulit untuk tertidur
gelisah saat tidur hingga terutama saat malam hari.
sering terbangun, tidak dapat
menyelesaikan aktivitas
sehari-hari, sulit untuk tidur
O:
terutama pada malam hari.
- Wajah meringis berkurang
- Tidak gelisah
- Skala nyeri NRS 5

A : Masalah belum teratasi

37
P : Hentikan intervensi no 1, 6 dan 7.

Lanjutkan intervensi nomor 2, 4, 5

I:

Minggu, 09 Februari 2020

Jam 08.00 WIB


Mengkolaborasikan dengan dokter pemberian obat
Tramadol 3x50mg/IV

Jam 08.30 WIB


Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri melalui pemeriksaan fisik dan
anamnesa.

Jam 09.00 WIB

Memfasilitasi pasien untuk dapat beristirahat dan tidur


dengan menyedikan tempat tidur dan lingkungan yang
nyaman.

Jam 11.00 WIB

Memberikan teknik non-farmakologis dengan memberi


pijatan y ang lembut pada sekitar yang mengalami nyeri
dengan penekanan yang sesuai.

E:

Jam 12.00 WIB

- Pasien mengeluh nyeri di pinggul terutama di


bagian kanan
- Tidak gelisah
- Wajah meringis berkurang
- Skala nyeri NRS 5

38
BAB 3

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Osteoartritis (OA) (juga dikenal penyakit sendi degeneratif) merupakan


yang paling umum terjadi pada semua bentuk artritis, dan menyebabkan nyeri dan
disabilitas pada lansia. Penyakit ini ditadai dengan kehilangan progresif kartilago
sendi, sinovitis (inflamasi sinovium yang melapisi sendi), nyeri sendi,
kekakuan.osteoartritis sekarang dikatakan merupakan proses yang kronis dan
progresif dimana jaringan baru di produksi sebangai respon terhadap kerusakan
sendi dan pemburukan kartilago. Keterlibatan sistematis dan inflamasi tidak khas
pada osteoarthritis, walaupun perubahan pada ruang sendi dapat mengakibatkan
respon inflamasi local yang mengakibatkan efusi sendi transien. Nyeri OA sering
kali dapat ditangani melalui penggunaan analgesic ringan seperti acetaminophen.
Acetaminophen (Tylenol) biasanya dipilih untuk penggunaan jangka panjang
karena memiliki efek toksik yang lebihan sedikit. NSAID seperti ibuprofen
(Motrin), naproxen (Aleve), atau ketoprofen (Orudis KT) diprogramkan utuk
meredahkan nyeri dan kekakuan terkait OA pinggul atau lutut. Diagnosa
Keperawatan yang muncul nyeri kronik, gangguan / hambatan mobilitas fisik.

39
DAFTAR PUSTAKA

Black, J. Howks, J. (2014). Keoerawatan Medikal Bedah: Management Klinis


Untuk Hasil Yang Diharapkan. Elsevier : Singapore

PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta

40

Anda mungkin juga menyukai