Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
penyusunan makalah mata kuliah “Teknologi Pembelajaran” dengan judul
“Teknologi Pembelajaran pada Perkembangan Anak Usia Dasar” ini dengan
sebaik-baiknya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ............................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah titipan tuhan yang harus kita jaga dan kita didik agar ia
menjadi manusia yang berguna dan tidak menyusahkan siapa saja. Secara
umum anak mempunyai hak dan kesempatan untuk berkembang sesuai
potensinya terutama dalam bidang pendidikan. Setiap anak dilahirkan
bersamaan dengan potensi-potensi yang dimilikinya. Tak ada satu pun yang
luput dari Pengawasan dan Kepedulian-Nya. Hal ini merupakan tugas orang
tua dan guru untuk dapat menemukan potensi tersebut. Syaratnya adalah
penerimaan yang utuh terhadap keadaan anak.
Dalam bidang pendidikan seorang anak dari lahir memerlukan
pelayanan yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan disertai
dengan Pemahaman mengenai karakteristik anak sesuai pertumbuhan dan
perkembangannya akan sangat membantu dalam menyesuaikan proses belajar
bagi anak dengan usia, kebutuhan, dan kondisi masing-masing, baik secara
intelektual, emosional dan sosial.
Masa usia Sekolah Dasar merupakan periode emas (golden age) bagi
perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah
tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam
fakta di lingkungannya sebagai stimulan terhadap perkembangan aspek
kepribadian, kognitif, psikososial, maupun moralnya. Untuk itu pendidikan
anak untuk usia Sekolah Dasar dalam bentuk pemberian rangsangan-
rangsangan (stimulasi) dari lingkungan terdekat sangat diperlukan untuk
mengoptimalkan kemampuan anak.
Pembentukan kemampuan siswa di sekolah dipengaruhi oleh proses
belajar yang ditempuhnya. Proses belajar akan terbentuk berdasarkan
pandangan dan pemahaman guru tentang karakteristik siswa dan juga hakikat
pembelajaran. Dengan demikian, proses belajar perlu disesuaikan dengan
tingkat perkembangan siswa. Untuk mendukung hal tersebut, diperlukan
pemahaman para guru mengenai rentang usia, karakteristik perkembangan
1
dalam aspek kognitif, psikomotorik, afektif serta proses pembelajaran yang
efektif untuk siswa Sekolah Dasar dengan menggunakan model, strategi,
metode, serta media pembelajaran yang sesuai keadaan siswa.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Siswa Sekolah Dasar ?
2. Apa Hakikat Teknologi Pembelajaran di Sekolah Dasar ?
3. Apa Fungsi Teknologi Pembelajaran di Sekolah Dasar ?
4. Bagaimana Pengembangan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar ?
5. Bagaimana Belajar Sambil Bermain ?
6. Bagaimana Pembelajaran yang Mengasyikkan ?
C. Tujuan Penyusunan
1. Mendeskripsikan Tentang Perkembangan Siswa Sekolah Dasar
2. Mendeskripsikan Hakikat Teknologi Pembelajaran di Sekolah Dasar
3. Mendeskripsikan Fungsi Teknologi Pembelajaran di Sekolah Dasar
4. Mendeskripsikan Pengembangan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar
5. Mendeskripsikan Tentang Belajar Sambil Bermain
6. Mendeskripsikan Tentang Belajar Yang Mengasyikkan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Novan Andy Wiyani.. Konsep, Praktik, & Strategi Menumbuhkan Pendidikan Karakter
di SD. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) Cet. 1. Hlm. 145-150.
3
4. Mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan institusi-
institusi sosial.
Beberapa keterampilan akan dimiliki anak yang telah mencapai tugas –
tugas perkembangan pada masa kanak-kanak akhir. Keterampilan yang
dicapai di antaranya, social-help skills dan play skill. Social-help skills
berguna unutk membantu orang lain di rumah, di sekolah, dan di tempat
bermain seperti membersihkan halaman dan merapikan meja kursi.
Keterampilan ini akan menambah perasaan harga diri dan menjadikannya
sebagai anak yang berguna sehingga anak suka bekerjasama (bersifat
kooperatif). Dengan keterampilan ini pula, anak telah dapat menunjukkan
keakuannya tentang jenis kelamin, mulai berkompetisi dengan teman sebaya,
mempunyai sahabat, mampu berbagi, dan mandiri. Sedangkan play skill
terkait dengan kemampuan motorik, seperti melempar, menangkap, berlari,
dan keseimbangan. Anak yang terampil dapat membuat penyesuaian –
penyesuain yang lebih baik di sekolah dan masyarakat.
Untuk perkembangan emosi, anak usia 6-8 tahun biasanya sudah
mampu mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, mengontrol emosi, serta
mulai belajar tentang benar dan salah. Perkembangan kecerdasannya
ditunjukkan dengan kemampuannya mengelompokkan objek, berminat
terhadap tulisan dan angka, senang berbicara, memahami sebab akibat, dan
berkembangnya pemahaman terhadap orang tua.
Pembelajaran di SD dilaksankan berdasarkan rencana pelajaran yang
telah dikembangkan oleh guru. Proses pembelajaran harus dirancang guru
sehingga kemampuan siswa, bahan ajar, proses belajar, dan sistem penilaian
sesuai dengan tahapan perkembangan siswa. Hal lain yang harus dipahami,
yaitu proses belajar harus dikembangkan secara interaktif. Dalam hal ini guru
memiliki peran penting dalam menciptakan stimulus dan respons agar siswa
menyadari kejadian di sekitar lingkungannya, terutama pada siswa kelas
rendah yang membutuhkan banyak perhatian karena fokus konsentrasi masih
kurang.
Piaget menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam
menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungan. Menurutnya, setiap
4
anakn memiliki struktur kognitif yang disebut scemata, yaitu sistem konsep
yang ada dalm pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada
dalam lingkungannya. Pemahaman objek tersebut berlangsung melalui proses
asimilasi dan akomodasi.2 Kedua proses tersebut jika berlangsung terus
menurus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi
seimbang. Dengan cara itu, secara bertahap anak dapat membangun
pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan uraian
tersebut, perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek – aspek dari
dalam diri dan lingkungannya. keduannya tidak dapat dipisahkan karena
proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri dengan lingkungannya.3
Anak usia SD berada dalam tahapan operasional konkret. Pada rentang
usia ini tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar seperti dijelaskan di
bawah ini :
1. Memandang secara objektif.
2. Mulai belajar secara operasional.
3. Mempergunkan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-
benda.
4. Menggunakan hubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana,
mempergunakan hubungan sebab akibat.
Memerhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut,
kecenderungan belajar abak usia SD memiliki tiga ciri :
1. Konkret
Konkret mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal
konkret, yaitu yang dapat dilihat, didengar, diraba. Proses belajar
dilakukan dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai
sumber belajar.
2. Integratif
2
Asimilasi adalah menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran.
Akomodasi ialah proses memanfaatkan konsep – konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek.
3
Novan Andy Wiyani.. Konsep, Praktik, & Strategi Menumbuhkan Pendidikan Karakter
di SD. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) Cet. 1. Hlm. 145-150.
5
Pada usia SD anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai
suatu keutuhan. Mereka belum mampu memilah-milah konsep dari
berbagai disiplin ilmu. Hal ini melukiskan cara berpikir yang deduktif,
yaitu dari hal umum ke bagian demi bagian.
3. Hierarkis
Cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal
sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks.
4
Titi Anjarini, Strategi, Model, Media dan Teknologi Pembelajaran Di Sekolah Dasar.
ELSE (Elementary School Education Journal): Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah
Dasar. Vol.1 No. 2b, Desember 2017, Hlm. 139-140.
6
persiapan pengajaran. Menurut Rahayu sebagaimana dikutip oleh Titi
Anjarini bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, serta berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran. Berdasarkan dua
pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
merupakan acuan pembelajaran yang secara sistematis disusun untuk dapat
mengimplementasikan pengalaman belajar mengajar serta terdapat
dampak yang bermakna untuk mencapai tujuan pembelajaran.5
3. Hakikat Media Pembelajaran di Sekolah Dasar
Titi mengutip tulisan Prastowo yang mengemukakan bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu baik itu berupa alat, lingkungan, atau
kegiatan yang direncanakan atau dikondisikan secara sengaja yang dapat
menyalurkan pesan pembelajaran guna terjadinya proses pembelajaran
pada siswa sekolah dasar untuk tercapainya tujuan secara efektif dan
efisien. Ia juga mengutip tulisan Susilana yang menjelaskan bahwa media
adalah teknologi yang membawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran, sebagai sarana komunikasi baik dalam bentuk
media cetak, audio, visual dan termasuk perangkat kerasnya, memberikan
perangsang bagi siswa supaya pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan
siswa dapat terjadi proses interaksi belajar mengajar. Berdasarkan dua
pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
adalah segala sesuatu baik itu berupa alat, lingkungan, atau kegiatan yang
direncanakan atau dikondisikan secara sengaja untuk merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemauan siswa dapat terjadi proses interaksi
belajar mengajar.6
4. Hakikat Teknologi Pembelajaran di Sekolah Dasar
Nai menjelaskan sebagaimana yang dikutip oleh Titi bahwa
pengertian teknologi pembelajaran adalah berbagai cara penggunaan
media dan teknologi untuk pendidikan dan pembelajaran yang sangat
5
Ibid., hlm. 140.
6
Ibid.
7
diperlukan untuk menyampaikan tentang apa yang ada dalam kurikulum
dan terutama dalam mencapai tujuan pendidikan. Selain itu, teknologi
pembelajaran berpotensi untuk dapat dikembangkan dalam pemerataan
kesempatan belajar. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa teknologi pembelajaran sangat diperlukan sebagai alat
yang dapat digunakan sebagai penyampai pesan antara pendidik dan
peserta didik untuk menciptakan pembelajaran yang komunikatif baik
antara media dengan siswa, siswa dengan pendidik serta antarsiswa.7
7
Ibid., hlm. 141.
8
merencanakan pembelajaran hingga pada pelaksaan pembelajaran. Sebab
segala kegiatan pembelajar muaranya pada tercapainya tujuan tersebut.8
2. Fungsi Model Pembelajaran di Sekolah Dasar
Fungsi Model Pembelajaran yang tepat dapat mendorong
tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan
meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan
kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga
memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik. Tiap-tiap
model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan
belajar yang sedikit berbeda. Model pembelajaran kooperatif merupakan
suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok
kelompok. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar
akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman
dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
3. Fungsi Media Pembelajaran di Sekolah Dasar
fungsi media pembelajaran sangat beraneka secara umum seperti:
1) sebagai media dan sumber belajar, 2) fungsi sematik, 3) fungsi
manipulatif, 4) fungsi fiksatif, 5) fungsi distributif, 6) fungsi psikologis, 7)
fungsi sosiopsikologis.
4. Fungsi Teknologi Pembelajaran di Sekolah Dasar
Secara umum fungsi Teknologi Pendidikan adalan sebagai berikut:
a. Teknologi Pendidikan sebagai peralatan untuk mendukung konstruksi
pengetahuan
b. Mewakili gagasan pelajar pemahaman dan kepercayaan
c. Organisir produksi, multi media sebagai dasar pengetahuan pelajar
d. Teknologi pendidikan sebagai sarana informasi untuk menyelidiki
pengetahuan yang mendukung pelajar
e. Mengakses informasi yang diperlukan.
f. Perbandingan perspektif, kepercayaan dan pandangan dunia.
g. Teknologi pendidikan sebagai media sosial untuk mendukung pelajaran
dengan berbicara.
8
Ibid.
9
h. Berkolaborasi dengan orang lain.
i. Mendiskusikan, berpendapat dan membangun konsensus antara anggota
sosial.
j. Teknologi pendidikan sebagai mitra intelektual untuk mendukung
pelajar
k. Membantu pelajar mengartikulasikan dan memprentasikan apa yang
mereka ketahui.
l. Teknologi pendidikan dapat meningkatkan mutu pendidikan/sekolah.
m. Tekonologi pendidikan dapat meningkatkan fektifitas dan efisiensi
proses belajar mengajar.
n. Teknologi pendidikan dapat mempermudah mencapai tujuan
pendidikan.9
10
kognitif. Dalam usaha ini pengajaran ditujukan pada latihan meneliti dan
mengajukan serta menemukan pengatasan persoalan. Dengan demikian,
seseorang dilatih menyatakan dirinya dan memperoleh kesempatan
menyajikan hal – hal yang bersifat kreatif.
Pembebanan otak dengan hafalan, latihan ulang, drill, yang
berlebihan tidak akan mewujudkan penanjakan perkembangan kognitif
yang holistik, sistematikdalam pemecahan masalah, melainkan akan
menjadikan anak didik mengarah pada hasil berpikir yang linier dan
konvergen. Respon berpikir linier seperti ini merupakan tugas dari belahan
otak kiri. Sedangkan belahan otak kanan lebih terkain pda respon, ciri dan
fungsi imajinatif dan holistik. Pengalaman belajar yang kaya dan
imajinatif bukan saja menyeimbangkan kondisi kedua belah otak,
melainkan juga dapat meningkatkan taraf berpikir.
2. Interpretasi (tafsiran)
Dalam rangka mengetahui tahap perkembangan atau kejadian perlu
untuk mencatat ciri khas objek sehingga dapat menghubungkan
pengamatan satu dengan yang lain. Pencatatan ini akan menghasilkan pola
yang akan menjadi dasar unutk menemukan maksud hubungan dan
menyarankan kemungkinan alternatif pemikiran dalam menemukan
jawaban serta kesimpulan yang menjadi interpretasi atas pengamatannya.
3. Ramalan
Pola hubungan yang sudah diamati digunakan unutk meramalkan
kejadian yang belum diamati. Ramalan merupakan suatu terkaan yang
didasarkan pada hubungan yang telah diketahui adanya. Jadi, proses
peramalan bertumpu pada penalaran dan interpretasi terhadap pengamatan
dalam menyimpulkan sesuatu.
4. Eksperimen dan penerapan konsep atau teori
Perencanaan penelitian yang bertolak dari pertanyaan yang harus di
jawab secara jelas, hipotesis yang akan di coba, nilai yang akan dianut,
kejelasan dan kemampuan melihat persoalan merupakan bagian dari
keseluruhan kegiatan intelektual yang memiliki kdar mental yang tinggi
dalam pembelajaran. Proses mencakup identifikasi hal – hal yang perlu
11
dipertahankan dan ditinggal. Selain itu, dalam proses ini juga dilakukan
perencanaan pengamatan dan uraian mengenai hal yang akan digunkan
dalam memecahkan suatu masalah, maupun mengambil keputusan untuk
keperluan tertentu.
Penerapan teori dalam konsep ini berkaitan erat dengan cara
peeserta didik menyampaikan kata atau objek yang pada kenyataannya
diperlukan. Komunikasi ini tidak dilakukan secara verbal tatapi juga
melalui grafik, chart, dan tabel dalam mengatur informasi atau
menyampaikan hasil pengamatan sehingga pola dapat terlihat dan
keputusannya dapat diuraikan secara jelas. Seluruh kegiatan pembelajaran
ini merupakan pendekatan bertahap dan kompleks. Pada SD kelas rendah
anak lebh banyak dilatihkan mengamati dan menginterpretasikan
pengamatannya.
12
2. Hal kedua terkait dengan yang dikatakan dimuka, berkaitan dengan fungsi
otak kita. Seperti diketahui, kedua belahan otak kanan, kiri dan kanan.
Memiliki fungsi yang berbeda-beda. Belahan otak kiri memiliki fungsi,
ciri dan respons untuk berpikir logis,teratur dan linier. Sebaliknya, fungsi
belahan otak kanan terutama dikembangkan untuk mampu berpikir
holistik, imaginatif dan kreatif. Bila anak belajar formal (seperti banyak
hafal-menghafal) pada umur muda, maka belahan otak kiri yang berfungsi
linier, logis dan terartur amat dipentingkan dalam perkembangannya dan
ini sering berakibat bahwa fungsi belahan otak kanan yang banyak
digunakan dalam berbagai permainan terabaikan. Akibatnya, menurut
penelitian yang diperlukan seperti itu, kelak akan tumbuh seiring dengan
memiliki sikap yang cenderung bermusuhan terhadap sesama teman dan
orang lain. Hal tersebut menunjuk pada suatu pertumbuhan mental yang
kurang sehat.11
Jadi, belajar sambil bermain bagi anak umur kurang lebih 4-7 tahun
adalah suatu conditio sine qua non, bila mau tumbuh secara sehat mental,
bahkan sampai dengan umur 13 dan 14 tahun bermain adalah penting bagi
anak.
IMPLIKASI
Berbagai keterampilan, bukan hanya keterampilan fisik, tetapi
keterampilan mental, menunjukan bahwa perolehannya menjadi dasar untuk
membangun pengetahuan yang lebih tinggi atau lebih luas. Jadi, bukanlah
hanya sesaat harus dimiliki. Apa yang kini menjadi di TK ataupun kelas awal
SD, sering sekali adalah pengajaran pengetahuan yang tidak demikian,
artinya, bukan terutama diberikan untuk memperoleh keterampilan mental
tertentu, untuk kemudian dipergunakan pada taraf pengembangan
pengetahuan lebih lanjut, melainkan penjejalan pengetahuan untuk
dihapalkan, diungkapkan secara berkala dalam ujian tertentu dan pada
umumnya diperoleh tidak melalui bermain, melainkan melalui belajar secara
normal. Belajar formal ini baru dapat diterapkan secara mantab pada umur
11
Conny R Semiawan. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. (Jakarta:
PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008). Cet. III. Hlm. 21-23.
13
kurang lebih 2 tahun ke atas. Perolehan ini tidak menetap seumur hidup, dan
keterampilan mental yang seharusnya dibentuk pada umur muda tersebut juga
tidak terlatih sehingga tidak hanya kurang berkembang. Padahal semua
pelajaran dapat secara mudah diberikan sambil bermain. Seringkali cara
belajar formal seperti diuraikan di atas dilakukan demi kebanggaan orang tua.
Orang tua bangga bila anaknya disebut juara di kelas, anak dipicu untuk
belajar, belajar dan belajar, supaya menjadi pintar dan menjadi juara kelas.
Selain itu guru hendak menghabiskan kurikulum cepat. Tetapi dampak Yang
diperolehnya dari cara belajar seperti ini tidak menguntungkan. Dalam arti
dampak yang paling ringan adalah bahwa anak-anak pintar di TK, mungkin
pintar di kelas 1, 2 ataupun 3, tetapi ternyata menurut penelitian oleh
Universitas Indonesia (1981), makin lama menjadi makin tidak pintar.
Sedangkan, mereka yang kebutugan mainnya terpenuhi, makin tumbuh
dengan memiliki keterampilan mental yang lebih tinggi, untuk menjelajahi
dunianya lebih lanjut dan menjadi manusia yang memiliki kebebasan mental
untuk tumbuh kembang sesuai potensi yang dimilikinya, menjadi manusia
yang bermartabat dan mandiri. Lebih dari itu, ia terlatih untuk terus menerus
meningkatkan diri mencapai kemajuan.
14
dengan berbagai cirinya seyogianya diperhatikan dalam cakupan konsep
DAP dan pembelajaran di pendidikan dasar.
Pembelajaran yang memenuhi berbagai persyaratan yang telah
diutarakan belum cukup mengikat anak-anak agar betah di sekolah, meski
pemerintah telah mengadakan berbagai kemudahan bagi anak-anak usia
pendidkan dasar (7-15 tahun) untuk tidak menjadi putus sekolah.
Motivasi belajar yang menjadikan keajegan belajar di sekiolah tidak
terjadi dengan sendirinya, walau berbagai upaya tersebut membantu
mewujudkan kemudahan dalam arti fisik, untuk tidak lari kejalanan . yang
lebih perlu diperhatikan adalah pengalaman belajar yang bermakna di
sekolah yang sekaligus sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan oleh masa
depan dimana masyarakat manapun terekspos oleh arus global.
Berbagai mata pelajaran yang dihadirkan secara berkotak-kotak sering
tidak bermakna bagi kehidupan anak umur tersebut , sehingga tidak masuk
dalam pusat minatnya dan kurang memenuhi kondisi yang dipersyaratkan
oleh kecenderungan masa depan. Meski Indonesia terekspos oleh arus
global, pada dasarnya kita juga tidak ingin anak-anak kelak tercabut dari akar
budayanya dalam situasi global tersebut, karena pembelajaran yang
terintegrasikan akan berpeluang menjadikan keterkaitan masa kini dan masa
yang akan datang.12
12
Conny R Semiawan. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. (Jakarta:
PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008). Cet. III. Hlm. 73-74.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pembentukan kemampuan siswa di sekolah dipengaruhi oleh proses
belajar yang ditempuhnya. Proses belajar akan terbentuk berdasarkan
pemahaman dan pandangan guru tentang karakteristik siswa dan hakikat
pembelajaran serta proses belajar harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan siswa, untuk menciptakan proses belajar yang efektif. Hal
yang harus dipahami guru adalah fungsi dan peranannya dalam kegiatan
belajar mengajar, yakni fasilitator, narasumber, pembimbing, dan pemberi
informasi.
2. Strategi belajar mengajar di sekolah dasar meliputi rencana, metode, dan
perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran
secara efektif dan efisien, yang meliputi pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran. Model pembelajaran adalah pola umum perilaku
pembelajaran untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang
diharapkan, yang memiliki karakteristik yang antara lain: berdasarkan
teori, terdapat visi dan tujuan, sebagai pedoman dalam evaluasi kegiatan
belajar mengajar.
3. Pada dasarnya strategi pembelajaran tersebut sangat bermanfaat pada
setiap tahapan dan proses belajara mengajar, baik pada tahap kesiapan
(Readiness), pemberian motovasi, perhatian, memberikan persepsi, retensi
maupun dalam melakukan transfer ilmu pengetahuan kepada siswa. Dapat
di jelaskan bahwa strategi yang dibutuhkan dalam persiapan proses belajar
mengajar yang harus diperhatikan adalah kesiapan belajar siswa baik fisik
maupun psikis (Jasmani-Rohani) yang memungkinkan siswa atau subjek
untuk melakukan proses belajar.
4. Setiap anak dilahirkan dengan bakat dan kemampuan yang berbeda-beda
karena interaksi yang dinamis antara keunikan individu dan lingkungan.
Namun, secara umum dalam hal pendidikan, baik guru maupun orang tua
dalam mengarahkan belajar anak perlu memperhatikan masalah yang
16
terkait dengan pemenuhan kebutuhan psikologis, perkembangan
intelegensi, emosional dan motivasi, serta pengembanagn kreativitas anak
Terdapat bebrapa langkah yang dapat dikerjakan di sekolah, berbagai
latihan terkait kemampuan pengamatan tertentu, antara lain yaitu
pengamatan,interpretasi,ramalan,eksprimen atau penerapan konsep teori.
5. Bermain adalah suatu kebutuhan bagi seorang anak,dengan merancang
pelajaran tertentu untuk dilakukan sambil bermain.maka sebuah
pembelajaran harus sesuai dengan tuntutan taraf perkembangannya.
6. Kemampuan guru menjalankan suatu KBM yang bermakna bagi semua
anak merupakan salah satu persyaratan yang penting dalam menjalankan
pendidikan terpadu. Pedoman dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
tidak hanya melihat kondisi saat ini melainkan pada masa yang akan
datang, bagi anak usia pendidikan dasar. Pembelajaran yang diberikan
kepada anak harus sesuai dengan taraf perkembangan tersebut.
17
DAFTAR RUJUKAN
18