Anda di halaman 1dari 5

Benarkah Kurkumin Bisa Cegah Penyebaran

COVID-19?
Oleh Winona Katyusha Informasi kesehatan ini sudah direview dan diedit oleh: dr Patricia Lukas
Goentoro





Belakangan ini, beredar kabar bahwa kandungan kurkumin pada bahan rempah-rempah seperti
kunyit, temulawak, jahe, dan sereh dapat bantu untuk cegah COVID-19. Kabar tersebut berawal
dari sebuah riset yang dilakukan oleh guru besar biokimia dan biologi molekuler Universitas
Airlangga, Chaerul Anwar Nidom. Lantas, seperti apa kebenarannya?

Benarkah kurkumin cegah virus COVID-19?


Belum ada penelitian yang melakukan efek kurkumin pada virus COVID-19. Saat kabar khasiat
kurkumin untuk bantu cegah virus corona beredar, Nidom menjelaskan bahwa penelitian yang
dilakukannya tersebut terjadi sebelum munculnya COVID-19.

Namun, hal tersebut tak menutup kemungkinan bahwa kurkumin bisa saja membantu untuk
cegah virus COVID-19. Pasalnya, zat tersebut memang dapat menangkal badai sitokin yang
kerap terjadi pada orang-orang yang terinfeksi suatu virus. Badai sitokin adalah reaksi kekebalan
tubuh yang parah di mana tubuh melepas sitokin terlalu cepat dan dengan jumlah yang banyak ke
dalam darah.

Pada sebuah studi di tahun 2014, kurkumin dapat menekan kelebihan sitokin seperti IL-6 dan IL-
10 yang dapat memicu peradangan. Penekanan terhadap sitokin juga berhubungan erat dengan
peningkatan klinis pada kasus infeksi virus yang parah.

Keunggulan lainnya, zat ini juga tergolong sangat aman untuk dikonsumsi bahkan pada dosis
yang tinggi. Kurkumin juga sudah banyak digunakan dalam bahan makanan sehari-hari terutama
di Indonesia. Cakupan aktivitas antivirusnya juga cukup luas sehingga menjadikan bahan ini
sebagai pilihan pengobatan alternatif yang baik.

Meski demikian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memutuskan apakah kurkumin
benar-benar dapat digunakan sebagai obat klinis. Kelarutan molekulnya yang rendah serta
metabolisme yang cepat menghambat penggunaannya sehingga zat ini tidak menghasilkan efek
yang dapat menyembuhkan.
Selain itu, penelitian yang berfokus pada efeknya untuk penyakit infeksi pada manusia sendiri
belum pernah dilakukan. Konsumsi kurkumin dari rempah-rempah untuk saat ini hanya dianggap
sebagai salah satu langkah dalam meningkatkan imunitas tubuh yang mungkin akan berguna
untuk cegah infeksi COVID-19.

Khasiat kurkumin yang telah dipercaya untuk kesehatan

Sumber: Keri Brooks

Kurkumin merupakan salah satu komponen dari tiga jenis kurkuminoid yang dapat ditemukan
pada rempah-rempah seperti jahe, temulawak, dan kunyit. Zat ini berperan sebagai zat bioaktif
utama yang memberikan efek fisiologis berupa pigmen warna kuning pada kunyit.

Rempah-rempah yang mengandung zat ini banyak tumbuh di Asia Tenggara dan Asia Selatan.
Di Eropa, kandungan kurkumin pada kunyit kerap dimanfaatkan sebagai pewarna alami untuk
kain dan produk pakaian lainnya. Sedangkan di Asia lebih banyak digunakan untuk bahan
makanan seperti masakan tradisional atau kue.

Tidak hanya untuk penggunaan sehari-hari, kurkumin juga memiliki berbagai manfaat untuk
kesehatan. Terbukti banyak obat-obatan herbal yang menggunakan tanaman yang mengandung
zat tersebut sebagai bahannya karena dipercaya dapat membantu dalam mencegah dan
menangani berbagai penyakit.
Banyak penelitian yang telah dilakukan terhadap khasiatnya dalam pengobatan kanker.
Ditemukan bahwa kurkumin dapat mendorong kematian sel kanker dan menghambat
pertumbuhan pembuluh darah baru dalam tumor.

Penelitian lain memperlihatkan adanya pengurangan lesi yang berisiko kanker dalam usus besar
sebanyak 40% pada pasien yang mengonsumsi 4 gram kurkumin perharinya.

Kurkumin juga dapat meningkatkan kadar hormon di otak dengan meningkatkan pertumbuhan
neuron baru yang akan membantu mencegah proses degeneratif otak seperti alzheimer. Selain
itu, kurkumin bisa meningkatkan kerja otak agar lebih baik saat menyimpan memori.

Kurkumin untuk membantu tangkal penyebaran virus

Kurkumin sudah menjadi objek penelitian yang banyak diminati selama beberapa tahun terakhir
karena potensinya dalam menghambat penyebaran virus. Zat ini dianggap sebagai agen anti-
peradangan yang baik. Banyak bukti yang menunjukkan efeknya yang dapat mencegah
transformasi tumor menjadi kanker dan melawan peradangan sitokin.

Dengan adanya kabar tentang potensi kurkumin untuk cegah virus corona di tengah merebaknya
COVID-19, banyak yang kembali mempertanyakan dan mencari tahu lebih lanjut efek apa yang
sekiranya akan diberikan dari konsumsi kurkumin secara rutin.
Seperti yang sudah diketahui, wabah yang sedang terjadi di beberapa negara tersebut merupakan
penyakit dengan tingkat penularan yang sangat tinggi. Perlu diketahui, penyakit menular tersebut
biasanya disebabkan oleh virus patogen dan mikroorganisme seperti bakteri dan jamur.

Ketika sudah menyebar kepada banyak orang, hal ini akan mengakibatkan epidemi seperti apa
yang terjadi pada saat penyakit SARS muncul.

Sebetulnya, komponen antivirus tidak hanya ditemukan pada kurkumin. Komponen ini juga
ditemukan pada bahan yang lainnya seperti dalam teh hijau dan kayu manis. Adanya aktivitas
antivirus yang dimiliki kurkumin sudah terlihat pada virus hepatitis, arbovirus seperti Zika
(ZIKV) dan chikungunya, serta virus penyebab influenza.

Salah satunya adalah terlihatnya potensi sebagai pengobatan alternatif untuk penyakit flu burung.
Virus flu burung termasuk ke dalam virus influenza golongan A yang banyak ditemukan pada
unggas dan dapat menyebabkan pandemi parah.

Saat itu, pengobatan dilakukan dengan menggunakan inhibitor M2 (amantadine, rimantadine)


dan inhibitor neuraminidase. Namun, karena virus yang resisten terhadap obat terus meningkat,
penggunaan inhibitor M2 pun menjadi tidak efektif dan tidak dianjurkan lagi.

Dengan itulah beberapa penelitian pun menguji efek kurkumin sebagai salah satu alternatif
pengobatan secara in vitro (uji dalam gelas kaca). Hasilnya, zat ini ternyata dapat menghambat
penyerapan virus, replikasi dan produksi partikel dengan mengeluarkan molekul yang
menghalangi proses terikatnya virus pada sel inang.

Anda mungkin juga menyukai