Anda di halaman 1dari 7

Ontologi

Komunikasi dan ilmu komunikasi

Ilmu komunikasi berada dalam rumpun ilmu ilmu sosial yang berobjek abstrak : tindakan manusia
dalam konteks sosial. Komunikasi sebagai kata yang abstrak sulit didefinisikan. Para pakar telah
membuat banyak upaya untuk mendefinisikan komunikasi. Secara etimologis, “ komunikasi” berasal
dari kata latin communicatio yang diturunkan dari kata communis yang berarti membuat
kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar kata communis
adalah communico yang artinya berbagi. Sebagaimana diutarakan, objek suatu ilmu harus terdiri dari
satu masalah golongan yang sama sifat hakikatnya. Ilmu komunikasi, sebagaimana ilmu sosial lain,
memiliki objek materia yang sama, yaitu tindakan manusia dalam konteks sosial. Artinya peristiwa
memenuhi syarat komunikasi, yakni bahwa yang dikaji adalah komunikasi antar manusia, bukan
dengan yang lain selain makhluk manusia.

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi,gagasan,emosi,keahlian, dll. Melalui


kegunaan simbol simbol seperti kata kata, gambar gambar,angka angka (Berelson dan steiner, 1994)

Dance dan Larson mengidentifikasi 3 dimensi konseptual penting yang mendasari perbedaan dari ke-
126 definisi temuannya (lihat little john, 2002) yaitu ;

- Tingkat observasi atau drajat keabstrakannya. Komunikasi adalah proses yang


menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan (Reusch, 1957). Yang
bersifat terlalu khusus misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah alat
untuk mengirimkan pesan militer,perintah,dan sebagainya melalui
telepon,telegraf,radio,kurir,dan sebagainya.
- Objek Tingkat kesengajaan. Yang mensyaratkan kesengajaan, misalnya definisi yang
menyatakan bahwa komunikasi adalah situasi-situasi yang memungkin suatu sumber
mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk
mempengaruhi perilaku penerima.
- Tingkat keberhasilan dan diterimanya pesan. Yang menekankan keberhasilan dan
diterimanya pesan misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses
pertukaran informasi untuk mendapatkan saling pengertian.

Tiga paradigma objek ilmu komunikasi

Paradigma dalam buku ini diartikan sebagai cara pandang seseorang terhadap diri dan
lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir yang kognitif, bersifat yang afektif, dan
bertingkah laku yang konatif. Karenanya, paradigma sangat menentukan bagaimana seorang ahli
memandang komunikasi yang menjadi objek ilmunya.

Paradigma 1 : komunikasi harus terbatas pada pesan yang sengaja diarahkan seseorang dan diterima
oleh orang lainnya. Paradigma ini menyatakan bahwa pesan harus disampaikan dengan sengaja, dan
pesan itu harus diterima.

Paradigma 2: komunikasi harus mencakup semua perilaku yang bermakna bagi penerima, apakah
disengaja ataupun tidak. Paradigma ini menyatakan bahwa pesan tidak harus disampaikan dengan
sengaja, tapi harus diterima.

Paradigma 3: komunikas harus mencakup pesan pesan yang disampaikan dengan sengaja, namun
derajat kesengajaan sulit ditentukan. Paradigma ini menyatakan bahwa pesan harus disampaikan
dengan sengaja, tapi tidak mempersoalkan apakah pesan diterima atau tidak.
Definisi komunikasi

Dalam pengertian umum, komunikasi menyangkut segala bentuk bentuk penyampaian pesan ; baik
kepada kucing, rumput yang bergoyang,arwah,tuhan, dan tentunya kepada manusia. Namun, bagi
anda yang mengkaji ilmu ini,komunikasi perlu didefinisikan secara khusus, karena definisi yang
dirumuskan akan merujuk pada apa yang menjadi objek kajian anda.

2. objek kajian ilmu komunikasi

Objek ilmu komunikasi

Objek materia ilmu komunikasi adalah manusia dilihat dari tindakan sosialnya. Sedangkan objek
forma ilmu komunkasi adalah komunikasi itu sendiri, yakni usaha penyampaian pesan antarmanusia.

Usaha. Kata “usaha” dalam definisi ini menggambarkan unsur kesengajaan, adanya motif komunikasi
yang menyebabkan seseorang dengan sengaja menyampaikan pesan kepada manusia lain. Setiap
pesan, menurut buku ini, pasti memiliki motif. Karenanya, setiap pesan pasti disampaikan dengan
sengaja.

Penyampaian pesan: setiap tingkah laku manusia dapat dimaknai sebagai pesan. Tapi, tidak semua
tingkah laku manusia adalah pesan, karena pesan sebagaimana didefinisikan di buku ini adalah
segala penggunaan akal budi manusia yang disampaikan untuk mewujudkan motif komunikasi.

Antarmanusia: kepada makhluk selain manusia, bukan merupakan objek kajian ilmu komunikasi
karena mencederai kriteria objek materianya. Jadi, ketiganya sependapat bahwa yang dikaji
hanyalah penyampaian pesan antarmanusia.

3. manusia pelaku komunikasi

Peralatan jasmaniah

Peralatan tubuh manusia dapat dibedakan atas peralatan jasmaniah dan peralatan rohaniah.
Peralatan jasmaniah bersifat konkret: nyata, dapat dilihat dan dipegang. Dengan mengamati tingkah
laku manusia dalam berkomunikasi, dapat dilihat peran peralatan jasmaniah manusia dalam
mengirim dan menerima pesan.

Peralatan rohaniah

Peralatan rohaniah bersifat abstrak: tidak dapat dilihat dan dipegang, namun tetap dapat dirasakan
fungsi fungsinya.

Akal

Yang kemampuannya sangat tergantung luas pengalaman dan tingkat pendidikan, formal maupun
informal, dari manusia pemiliknya. Jadi, akal bisa didefinisikan sebagai salah satu peralatan rohaniah
manusia yang berfungsi untuk mengingat,menyimpulkan,menganalisis,menilai apakah sesuatu benar
atau salah. Namun, karena kemampuan manusia dalam menyerap pengalaman dan pendidikan tidak
sama,maka tidak ada kemampuan akal antar manusia yang betul betul sama.

Budi

Jadi, budi adalah salah satu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk membedakan indah
atau tidak indah (estetika atau nilai keindahan), baik atau buruknya suatu tindakan (etika atau nilai
moral), serta sopan atau tidak sopannya suatu perilaku (etiket atau nilai tatakrama kesopanan).
Apabila akal terkait dengan logika bernalar dan cenderung objektif, maka budi relatif subjektif
karena terkait langsung dengan emosi dan perasaan.

Hati nurani

Anda adalah seorang hakim. Berdasarkan fakta, anda yakin terdakwa tidak bersalah. Sehari sebelum
sidang, setumpuk uang diletakkan dihadapan anda, teriring salam dari terdakwa yang telah anda
simpulkan tidak bersalah itu. Di saat yang sama, anak anda sedang sakit keras, anda butuh biaya.
Akankah anda terima uang itu? Toh, kesimpulan anda, terdakwa tidak bersalah? Apapun tindak
komunikasi yang anda lakukan, hati nurani akan “memuja” apabila yang anda lakukan
mendukungnya, sebaliknya akan “menghujat” apabila tindakan anda bertentangan dengannya.

naluri

naluri di artikan sebagai dorongan yang dibawa manusia sejak lahir untuk berperilaku tertentu.
Naluri sering disebut dengan instink.

Naluri kebahagiaan

Yaitu dorongan yang dibawa manusia sejak lahir untuk terus mencari dan menentukan kebahagiaan.
Dapat dinyatakan, tujuan hidup manusia adalah untuk memperoleh kebahagiaan. Tidak ada manusia
yang ingin tidak berbahagia. Hanya saja ukuran kebahagiaan manusia tidak ada yang sama persis,
walau mereka kembar sekalipun.

Naluri sosial

Yaitu dorongan yang dibawa manusia sejak lahir untuk terus berupaya hidup bersama sama dengan
manusia lain. Karenanya, manusia disebut makhluk sosial. Tidak ada manusia yang mampu hidup
sendiri secara terus menerus sepanjang hidup tanpa berinteraksi dengan manusia lain.

Naluri ingin tahu

Yaitu dorongan yang dibawa manusia sejak lahir untuk terus berupaya mengetahui segala
sesuatu,termasuk ihwal diri sendiri. Tidak ada puas manusia terus mencari tahu tentang segala
sesuatu, yang ada atau yang mungkin ada.

Naluri komunikasi

Yaitu dorongan yang dibawa manusia sejak lahir untuk terus berupaya menyampaikan pesan kepada
manusia lain. Sepanjang hidup manusia terus berkomunikasi.

4. Motif Komunikasi : Penentu Pesan dan Peranan Pelaku Komunikasi

Pesan adalah inti utama komunikasi. Tanpa pesan, paradigma manapun yang anda anut tidak akan
mengakui adanya koomunikasi. Untu dapat disebut pesan, ia harus datang karena adanya motif
komunikasi.

Motif Komunikasi: Penentu Pesan

Motif komunikasi datang ketika manusia berupaya merealisasikan konsepsi kebahagiaan. Konsepsi
kebahagiaan adalah rancangan yang ada dalam diri manusia tentang kebahagiaan pada berbagai
bidang kehidupan. Faktor penentu apakah sesuatu dapat disebut pesan atau tidak, tanpa motif
komunikasi, sapu tangan itu hanya sekedar sapu tangan yang terjatuh, dan tidak dapat disebut
sebagai pesan.
Motif komunikasi: Penentu Peran Pelaku Komunikasi

Motif komunikasi juga akan menentukan peran manusia dalam berkomunikasi. Komunikator sebagai
manusia berakal budi yang menyampaikan pesan untuk mewujudkan motif komunikasi, komunikan
adalah manusia berakal budi kepada siapa pesan komunikator ditunjukan. Selain selaku komunikator
dan komunikan, dalam berkomunikasi manusia juga dapat bertindak selaku medium atau perantara.

5. Komunikasi Sebagai ilmu

Syarat ilmu anatara lain menyatakan, ia harus memliki objek kajian, dimana objek kajian itu harus
terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya. Ontologis sejak awal bab II mencoba
mengupas objek komunikasi guna menemukan hakikat komunikasi yang menjadi kajiannya. Objek
materia ilmu komunikasi adalah tindakan manusia dalam konteks sosial, seaangkan objek formanya
adalah komunikasi itu sendiri, yaitu usaha penyampaian pesan antar manusia. Ilmu komunikasi
hanya mengkaji penyampaian pesan antar manusia. Penyampaian pesan kepada yang bukan
manusia berada diluar objek kajiannya. Pesan adalah segala hasil penggunaan akal budi manusia
yang disampaikan untuk mewujudkan motif koomunikasi.

Epistemologi

1. Pertumbuhan pengetahuan manusia

Zaman yunani kuno (abad 6 – 4 SM)

Inilah masa awal pencarian pengetahuan manusia secara kritis. Sebelumnya, guna menjelaskan
fenomena alam yang tidak dimengerti, manusia menciptakan sejumlah mitos: demikianlah para
dewa mengaturnya. Ini merupakan alasan yang paling mudah diterima guna menjelaskan
keingintahuan manusia atas alam ketika itu.

Abad pertengah ( 1 -9 M)

Periode ini ditandai dengan kemunculan pemikir kristen yang mendasarkan pengetahuannya secara
teologis bahwa landasan utama pengetahuan adalah agama. Pada masa puncak periode ini,
pengaruh gereja sedemikian kuat. Sehingga, pengetahuan yang bertentangan dengan gereja
dianggap bid’ah pelakuannya adalah murtad yang layak dirajam dan dihukum mati.

Abad renaisans ( 10 -15 M)

Dalam kungkungan dominasi teologi kristiani, kerinduan akan kebebasan bernalar sebagaimana
dimasa yunani semakin menjadi. Renaisans berarti kelahiran kembali, yakni dengan kembali
dihidupkannya pemikiran yunani dan romawi. Pada periode ini, dominasi gereja atas pengetahuan
semakin berani ditentang, manusia secara bebas mempertanyakan segala sesuatu diluar kerangka
pikir gereja, bahwa dalam mempertanyakan keberadaan tuhan itu sendiri.

Abad pencerahan ( ke 16 – 18 M)

Periode ini merupakan kelanjutan masa renaisans, dimana kemampuan akal manusia diaktualisasi
dengan kelahiran dan kemudian kematangan rumpun ilmu ilmu alam sebagai ilmu empiris, yang
dalam upaya mencari kebenaran didukung dengan sebagai percobaan atau eksperimen
berlandaskan pola akademis ilmiah.

Abad modern ( ke 19 – sekarang)


Periode ini ditandai dengan kemajuan pengetahuan ilmu yang sangat pesat, bukan hanya ilmu ilmu
alam tapi juga ilmu ilmu sosial. Filsafat berkembang menjadi pengetahuan yang otonom. Dalam pada
itu, pendekatan yang bersifat kajian lintas ilmu menyebabkan pengetahuan ilmu saling bekerja sama
dan saling melengkapi, melahirkan pola pola pendekatan baru dan pemahaman baru terhadap
pengetahuan dan ilmu itu sendiri.

2. Paradigma dasar keilmuan

Dari sejarah pertumbuhan ilmu, secara implisit terlihat bahwa pengetahuan ilmu sangat tergantung
pada cara pandang dalam menumbuhkembangkannya. Paradigma itu sebagai cara pandang seorang
terhadap diri dan lingkungan keilmuan yang akan mempengaruhi dalam berfikir, bersikap, dan
beringkah laku dalam upaya mencari dan menemukan pengetahuan ilmu dan kebenaran.

Rasionalisme

Ini merupakan paham yang menekankan rasio atau kerja akal yang disebut logika sebagai sumber
utama pengetahuan manusia. Akal merupakan otoritas terakhir dalam menentukan kebenaran.
Menurut plato, manusia terlahir sudah membawa ide abadi dari alam sebelum kelahirannya.
Baginya, pengetahuan adalah hasil ingatan yang melekat pada manusia.

Empirisme

Berasal dari yunani: emperia, berarti pengalaman, dan karenanya empirisme dapat diartikan sebagai
paham yang menekankan pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan. Sejak semula manusia,
ingin menguasai alam, tapi selalu gagal karena pengetahuan ilmu tidak berdaya guna dan tidak
memberi hasil nyata. Karena itu agar dapat menguasai alam, manusia harus mengenalnya dengan
lebih dekat. Tokoh lain empirisme adalah john locke. Locke mengetahui, manusia memiliki dua ide
utama : yaitu ide sederhana yang didapat secara langsung melalui pengalaman indrawi.

3. Paradigma penelitian dan metodologi keilmuan

Terdapat beberapa turunan perspektif, namun buku ini hanya membahas dua di antaranya yang
sangat berpengaruh dalam mencari dan pengetahuan ilmu,utamanya yang terkait dengan ilmu
komunikasi,yakni positivisme dan antipositivisme. Cara mencari dan menemukan pengetahuan
disebut metode, yang dilaksanakan dengan melakukan penelitian. Kajian tentang metode penelitian
disebut metodologi.

Positivisme

Positivisme lahir sebagai evosi lanjut dari empirisme. Paham ini meyakini, semesta hadir melalui data
empirik sensual tertangkap indra. Ajaran positivist menyatakan, puncak pengetahuan manusia
adalah ilmu yang dibangun berdasarkan fakta empirik seksual; teramati, teruji,terukur,terulang, dan
teramalkan.

Menurut comte,alam pikir manusia berkembang dalam tiga tahap: teologik, metafisik, dan positif.
Pada jenjang teologik, manusia memandang segala sesuatu didasarkan adanya dewa, roh, atau
tuhan. Pada tahap metafisik,penjelasan fenomena alam didasarkan pada pengertian pengertian
metafisik seperti substansi, bentuk dan sejenisnya.

Interpretivisme

Interpretivisme antara lain menurunkan metodologi. Metodologi ini menurunkan kriteria bahwa : (a)
data harus dikumpulkan dan dianalisis secara kualitatif,bukan kuantitatif sebagaimana dilakukan
positivisme, (b) teori yang dikembangkan bersifat membumi, (c) kegiatan ilmu harus bersifat natural
apa adanya dan menghindarkan penelitian yang di atur sebelumnya. Baik melalui desain penelitian
yang kaku maupun situasi laboratoris, dan karenanya penelitian lebih bersifat partisipatif daripada
mengontrol sumber sumber informasi.

Teori kritis

Teori kritis merupakan paham yang dilahirkan para filsuf yang tergabung dalam mazhab frankrut,
jerman. Hakikatnya, paham ini lebih tepat disebut sebagai cara pandang terhadap suatu realitas
dengan berorientasi pada ideologi tertentu.

4. Penelitian kuantitatif dan kualitatif

Hakikatnya, segala objek dapat dikategorisasikan dengan berbagai cara, tergantung kriteria yang
digunakan. Objek “manusia” misalnya, berdasarkan jenis kelamin dapat dikelompokkan atas pria dan
wanita. “manusia” dapat pula digolongkan berdasarkan kriteria usia menjadi anak anak, dewasa, dan
orang tua. Atau, berdasarkan warna kulit, dapat dikelompokka menjaddi kulit putih, kulit hitam, kulit
kuning atau coklat.

Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang membangun pengetahuan dan memperoleh
kebenaran berdasarkan data data terukur. Artinya, data harus dikumpulakan, diolah,di analisis
dalam bentuk angka angka dan lebih mencari kebenaran melalui logika matematika dan statistika.

Penelitian kualitatif menghindari perhitungan matematis dan data terukur, yang dicari adalah value
atau nilai yang muncul dari objek kajian yang bersifat khusus; bahkan sangat spesifik, unik,
mengandung tindakan bermakna. Dan karenanya lebih menggunakan logika bahasa sebagai sarana
berpikir ilmiah.

5. Metodologi penelitian komunikasi : kuantitatif-positivist vs kualitatif-interpretif

Paradigma penelitian komunikasi

Pada penelitian komunikasi kuantitatif, dikenal berbagai istilah kunci yang melekat. Antara lain:
variabel,validitas,reliabilitas,objektivitas,dan sebagainya yang bisa disebut sebagai idiom idiom “jati
diri” yang khas dipunyai oleh penelitian kuantitatif.

Metodologi penelitian komunikasi kuantitatif-positivist

(1) Merumuskan masalah dan menetapkan kerangka teori yang akan digunakan untuk
mengupas masalah penelitian
(2) Dalam kerangka teori, dikupas konsep konsep penelitian sehingga dapat diturunkan variabel
serta hipotesis penelitian. Dalam hal ini, konsep diartikan sebagai penggambaran secara
abstrak suatu fenomena, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi masalah pokok
penelitian.
(3) Rancangan penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan bagaimana penelitian dilakukan,
utamanya menetapkan bagaimana data akan dikumpulkan.

Metodologi penelitian komunikasi kualitatif-interpretif

Latar ilmiah. Ia dapat mendekati lapangan perhatiannya dengan pikiran murni, apa adanya, dan
nyata ilmiah selama kurun penelitiannya.

Analisis reflektif. Analisis lebih merupakan abstraksi berdasarkan bagian bagian yang telah
dikumpulkan, kemudian dikelompok-kelompokan, sehingga penyusunan teori berasal dari bawah ke
atas.
Deskriptif. Data yang dikumpulkan merupakan kata kata, gambar, dan bukan merupakan angka
angka. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape,
catatan atau memo atau teks tertentu,serta dokumen dokumen resmi lainnya.

Desain sementara. Penelitian kualitatif menyusun desain secara terus menerus disesuaikan dengan
kenyataan lapangan. Jadi, tidak menggunakan desain yang telah disusun secara ketat dan kaku sejak
awal yang tidak dapat diubah kembali.

Pembatasan masalah melalui fokus. Permasalahan dalam penelitian kualitatif disebut juga fokus.
Dalam melakukan kajiannya, penelitian kualitatif tidak memulai dari sesuatu yang “kosong”
melainkan dilakukan berdasarkan persepsi seorang peneliti terhadap adanya suatu masalah.

Masalah. Adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang
menghasilkan situasi membingungkan. Tujuan penelitian ialah memecahkan masalah, yang
dilakukan dengan menyimpulkan sejumlah pengetahuan yang memadai dan mengarah kepada
upaya untuk menjelaskan faktor faktor yang bekaitan tersebut.

Sumber data/informasi. dalam penelitian kualitatif, seorang peneliti sangat erat terkait dengan
faktor faktor kontekstual. Dalam meneliti pencitraan wanita melalui pemberitaan media. Seorang
peneliti akan kesulitan jika menetapkan pengambilan sampel secara random karena tidak semua
media yang terpilih memuat masalah penelitian tersebut.

6. Contoh aplikasi: analisis isi kuantitatif vs analisis wacana

Objek yang dikaji: teks

1. Positivisme
Teks atau bahasa merupakan jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya.
Manusia dapat mengekspresikan pengalamannya melalui bahsa tanpa kendala atau distorsi
selama di ungkapkan melalui pernyataan yang logis, sintaksis, dan terkait dengan
pengalaman empiris terhadap indra.
2. Interpretivisme
Bagi interpretivisme, bahasa tidak hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas
objektif semata yang dipisahkan dari subjek (manusia penyampaian pesan). Interpretivisme
menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana. Setiap pesan yang
disampaikan manusia memiliki maksud- dilatari motif komunikasi – yang menentukan
pembentukan makna.

Anda mungkin juga menyukai