Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mutu pelayanan keperawatan merupakan indikator kualitas pelayanan


kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan kesehatan di masyarakat adalah
perawat. Kualitas pelayanan yang diberikan oleh perawat akan terlihat dari
asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien. Pengetahuan perawat
memegang peranan penting dalam pendokumentasian proses keperawatan.
Perawat perlu memperoleh pengetahuan tentang aplikasi proses keperawatan
yang digunakan untuk menginterpretasi data pasien.
Dalam aspek hukum, perawat tidak mempunyai bukti tertulis bila
pasien menuntut ketidakpuasan terhadap pelayanan keperawatan. Dalam
kenyataannya dengan semakin kompleksnya pelayanan dan peningkatan
kualitas keperawatan, perawat tidak hanya dituntut untuk meningkatkan mutu
pelayanan tetapi dituntut untuk mendokumentasikan asuhan keperawatan
secara benar (Nursalam, 2012).
Pendokumentasian merupakan unsur pokok dalam pertanggung
jawaban kinerja profesi keperawatan setelah melakukan intervensi
keperawatan langsung kepada klien. Dalam pendokumentasi asuhan
keperawatan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari
pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi sebagai
metode penyelesaian masalah keperawatan pada klien yang akan
meningkatkan kesehatan klien (Hidayat, 2008).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mutu?
2. Apa yang dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan?
3. Apa yang dimaksud dengan dimensi mutu asuhan kepewatan?
4. Bagaimana pengendalian (controlling) dalam keperawatan?
5. Bagaimana langkah dalam pengendalian mutu?
6. Apa yang dimaksud dengan indicator mutu?
a) Apa yang dimaksud dengan indicator mutu umum?
b) Apa yang dimaksud dengan indicator mutu RS?
c) Apa yang dimaksud dengan kondisi pasien?
d) Apa yang dimaksud dengan kondisi sumber daya manusia?
7. Bagaimana ciri mutu askep?
8. Apa yang dimaksud dengan pengertian standar mutu?
9. Apa tujuan SAK?
10. Apa saja komponen SAK (standar I-VI)?
11. Bagaimana pengevaluasian penerapan SAK : instrument a,b, dan c?

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Mutu
a) Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang
diamati (Winston Dictionary, 1956)
b) Mutu adalah sifat yang dimiliki suatu program (Donabedian, 1980)
c) Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri suatu barang atau jasa yang di
dalamnya terkandung pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan
para pengguna (Din ISO 8420, 1926)

2. Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan

a) Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat


memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai
dengan standar dan kode etik profesi (Azrul Answar, 1996).
b) Memenuhi dan melebihi kebutuhan serta harapan pelanggan melalui
peningkatan yang berkelanjutan atas seluruh proses. Pelanggan meliputi
pasien, keluarga dan lainnya yang datan untuk mendapatkan pelayanan
dokter ; karyawan.

Secara umum pengertian mutu pelayanan kesehatan adalah derajat


kesempurnaan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan
standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di
rumah sakit atau puskesmas secara wajar, efisien, dan efektif serta diberikan
secara aman dan memuaskan sesuai norma, etika, hukum dan sosial budaya
dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah, serta
masyarakat konsumen.

3
3. Dimensi Mutu Asuhan Keperawatan

Dimensi mutu asuhan keperawatan adalah mencakup sebagai berikut :

a) Reliability (Reliabilitas), yaitu Keandalan dalam pelayanan


keperawatan merupakan kemampuan untuk memberikan ‘pelayanan
keperawatan yang tepat dan dapat dipercaya’, dimana ‘dapat
dipercaya’ dalam hal ini didefinisikan sebagai pelayanan keperawatan
yang ‘konsisten’. Oleh karena itu, penjabaran keandalan dalam
pelayanan keperawatan adalah : prosedur penerimaan pasien yang
cepat dan tepat; pemberian perawatan yang cepat dan tepat; jadwal
pelayanan perawatan dijalankan dengan tepat dan konsisten
(pemberian makan, obat, istirahat, dan lain-lain); dan prosedur
perawatan tidak berbelat belit.

b) Responsiveness (Ketanggapan dan Kepedulian), yaitu Perawat yang


tanggap adalah yang ‘bersedia atau mau membantu pelanggan’ dan
memberikan’pelayanan yang cepat/tanggap’. Ketanggapan juga
didasarkan pada persepsi pasien sehingga faktor komunikasi dan
situasi fisik disekitar pasien merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan. Oleh karena itu ketanggapan dalam pelayanan
keperawatan dapat dijabarkan sebagai berikut : perawat memberikan
informasi yang jelas dan mudah dimengerti oleh pasien; kesediaan
perawat membantu pasien dalam hal beribadah; kemampuan perawat
untuk cepat tanggap menyelesaikan keluhan pasien; dan tindakan
perawat cepat pada saat pasien membutuhkan.

c) Assurance (Jaminan), jaminan kepastian dimaksudkan bagaimana


perawat dapat menjamin pelayanan keperawatan yang diberikan
kepada pasien berkualitas sehingga pasien menjadi yakin akan
pelayanan keperawatan yang diterimanya. Untuk mencapai jaminan

4
kepastian dalam pelayanan keperawatan ditentukan oleh komponen :
‘kompetensi’, yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan; ‘keramahan’,
yang juga diartikan kesopanan perawat sebagai aspek dari sikap
perawat; dan ‘keamanan’, yaitu jaminan pelayanan yang menyeluruh
sampai tuntas sehingga tidak menimbulkan dampak yang negatif pada
pasien dan menjamin pelayanan yang diberikan kepada pasien aman.

d) Tangibles (Tampilan/bukti fisik), merupakan hal-hal yang dapat


dilihat dan dirasakan langsung oleh pasien yang meliputi ‘fasilitas
fisik, peralatan, dan penampilan staf keperawatan’. Sehingga dalam
pelayanan keperawatan, bukti langsung dapat dijabarkan melalui :
kebersihan, kerapian, dan kenyamanan ruang perawatan; penataaan
ruang perawatan; kelengkapan, kesiapan dan kebersihan peralatan
perawatan yang digunakan; dan kerapian serta kebersihan penampilan
perawat.

e) Emphaty (Empati), yaitu Empati lebih merupakan ’perhatian dari


perawat yang diberikan kepada pasien secara individual’. Sehingga
dalam pelayanan keperawatan, dimensi empati dapat diaplikasikan
melalui cara berikut, yaitu : memberikan perhatian khusus kepada
setiap pasien; perhatian terhadap keluhan pasien dan keluarganya;
perawatan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang status
sosial dan lain-lain.

4. Pengendalian (Controlling) dalam Keperawatan

Fungsi pengendalian juga termasuk ke dalam sistem controlling, yang


menunjukkan otoritas seorang pemimpin terhadap staffnya, untuk memastikan
bahwa proses keperawatan dan semua aspek yang berkaitan dengannya tetap
berjalan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu fungsi

5
pengendalian tetap menduduki peranan penting yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan terhadap pasien tanpa
meninggalkan aspek kepuasan perawat dalam melaksanakan tugasnya.

5. Langkah dalam pengendalian mutu

Pengendalian mutu dengan PDCA Cycle :

I. PLAN : Identifikasi masalah dan merencanakan perbaikan secara


berkesinambungan
a. Apakah rencana mencakup penyempurnaan dan siapa yang akan
b. melaksanakan?
c. Apakah rencana memuat kapan, di mana, dan bagaimana
d. melaksanakannya?
e. Bagaimana perubahan harus dilaksanakan?
f. Apakah rencana memuat siapa, apa, kapan, di mana, dan bagaimana
g. pengumpulan data yang diperlukan?

II. DO : Melakukan perbaikan, pengumpulan data, dan analisis.


a. Apakah perbaikan yang dilaksanakan sudah sesuai
b. dengan rencana?
c. Siapa yang memantau rencana?
d. Apa alat-alat grafis untuk menampilkan data telah
e. digunakan secara maksimal?
III. CHECK : Memeriksa dan mempelajari hasil yang dicapai.
a. Apakah proses perbaikan sesuai dengan yang diharapkan?
b. Apakah proses perbaikan ditinjau dari sudut pandang
c. pelanggan?
d. Apakah proses perbaikan ditinjau dari sudut pandang
e. pekerja?
f. Aspek apa dalam tim yang terlaksana baik?

6
g. Bagaimana memperbaiki kolaborasi yang ada?
h. Adakah penghematan yang bisa diidentifikasi?

IV. ACT : Bertindak atas dasar hasil evaluasi dan melanjutkan perbaikan
proses.
a. Komponen apa saja yang perlu dibakukan dari proses yang
b. telah diperbaiki?
c. Bagaimana mengubah flowchart yang ada?
d. Kebijakan dan prosedur apa saja yang perlu direvisi?
e. Siapa saja yang perlu dilatih?
f. Siapa saja yang perlu disadarkan pada arti perubahan?
g. Ulangi langkah-langkah PDCA selama tetap layak secara
ekonomis.

6. Indikator Mutu

Indikator mutu adalah ukuran yang memantau perawat dan layanan. Indicator
mutu terbagi menjadi 2 bagian, yaitu : indikator proses dan indikator hasil.
Indikator proses memantau kegiatan yang diberikan oleh organisasi yang
berdampak pada perawatan yang dilakukan bagi seorang pelanggan/klien/pasien.
Indikator hasil adalah indikator outcome yang akan memberikan gambaran
mengenai hasil aktual atau yang diharapkan dari kinerja yang dilakukan sesuai
dengan mutu pelayanan kesehatan yang ada. Alat-alat untuk perencanaan efektif
yang terkait:

a) Masukan anggota inti kepemimpinan dalam kegiatan peningkatan mutu


kontinyu
b) Libatkan manajemen, staff klinis dan pendukung yang terkait dalam proses
peningkatan mutu
c) Gunakan tim yang terdiri dari anggota yang mengenal isu-isu yang ditanangi
dalam kegiatan peningkatan mutu

7
d) Kembangkan kegiatan peningkatan mutu seputar alur biasa daam layanan
pasien / klien
e) Beri perhatian khusus pada relasi pelangan – pemasokan, baik di dalam
maupun di antara bidang pelayanan
f) Beri perhatian pada proses yang terkait dengan perawatan
g) Lanjutkan evaluasi dan pemantauan proses perswatan sebagai upaya
meningkatkan layanan dan bukan kinerja yang diindividualisasikan atau
bidang masalah yang diisolasikan .

Indikator mutu terbagi menjadi 4, yaitu:

1). Indikator Mutu Klinis


Menurut ACHS (2001), indikator klinis adalah suatu alat ukur atau
pengukuran untuk mengukur manajemen klinis dan outcome layanan
kesehatan. Indikator klinis merupakan pengukuran yang obyektif dari
proses atau outcome layanan terhadap pasien dalam bentuk kuantitatif.

Menurut Mainz (2003), indikator klinis adalah:

 Langkah‐langkah pengukuran tertentu yang menilai hasil


pelayanan kesehatan
 Langkah‐langkah pengukuran kuantitatif yang dapat digunakan
untuk memantau dan mengevaluasi kualitas pelayanan,
manajemen, klinis, dan mendukung fungsi‐fungsi yang
mempengaruhi hasil pada pasien
 Alat pengukuran, screening, atau standarisasi yang
digunakan sebagai panduan untuk memonitor, mengevaluasi,
dan memperbaiki kualitas pelayanan kepada pasien.
Indikator klinis bukan merupakan standar pasti, melainkan lebih
sebagai simbol atau tanda melalui pengumpulan dan analisis data untuk
menjadi kewaspadaan bagi suatu organisasi akan kemungkinan adanya

8
masalah dan atau sebagai peluang untuk memperbaiki pelayanan kepada
pasien.

Proses Pengembangan Indikator Klinis

Berikut ini adalah format indikator klinis menurut ACHS (1998),


semua indikator klinis mempunyai struktur yang sama, yang terdiri dari:

a) Area, menjelaskan ruang lingkup utama pelayanan yang dituju


b) Topik, merupakan target yang lebih spesifik dari area pelayanan
c) Rationale, yaitu tujuan dikembangkannya indicator
d) Definisi istilah (definisi operasional), menjelaskan istilah yang
digunakan dalam indikator yang menjelaskan data yang
dikumpulkan
e) Tipe indikator, menjelaskan tujuan indikator dan apakah termasuk
rate‐based atau sentinel event
f) Numerator, menjelaskan jumlah kasus yang termasuk dalam
kriteria indicator
g) Denominator, menjelaskan jumlah semua kasus yang masuk risiko
dalam kriteria indicator
h) Threshold, merupakan target pencapaian indikator.

2). Indikator Mutu Rumah Sakit

Mutu pelayanan di rumah sakit sangat erat kaitannya dengan


akreditasi rumah sakit. Tahapan peyelengaraan kegiatan mutu pelayanan
yaitu terdiri dari pemantauan, evaluasi, dan perbaikan. Pengendalian mutu
dirumah sakit dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Pengendalian
mutu internal di implementasikan dalam pemenuhan standar rumah sakit
pendidikan. Pengen dalian mutu eksternal di lakukan melalui proses
akreditasi rumah sakit untuk pengendalian terhadap mutu rumah sakit

9
pendidikan yang menyangkut unsur masukan (input), proses, keluaran
(output), dan hasil (outcome). Kualitas pelayanan dirumah sakit
ditunjukan juga dengan tingkat pelayanan BOR (Bed Occupancy Rate)
rendah atau tinggi, apabila angka BOR rendah maka pihak manajemen
rumah sakit yang bersngkutan harus meningkatkan kualitas pelayanan
pada pasien, terutama bagi mereka yang sedang rawat inap. Dalam
memberikan pelayanan kepada pasien, pelayanan harus benar-benar
menyadari bahwa penyembuhan seseorang bukan hanya ditentukan oleh
obat-obatan yang diberikan, tetapi juga di pengaruhi oleh cara peyanan
yang diperlihatkan para petugas kesehatan seperti sikap, keterampilan
serta pengetahuan

Pelayanan kesehatan dapat dilakukan dan di peruntukan untuk


pasien BPJS, JKN, pasien umum, asKES. Rumah sakit dalam melakukan
pelayanan menerapkan tarif yang harus dikeluarkan pasien atas jasa
pelayanan yang telah diberikan. Besar kecilnya tarif pelayanan di rumah
sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan kepada pasien .

3). Kondisi Pasien

Dengan penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan,


kepuasan pasien menjadi bagian yang menyeluruh dari kegiatan jaminan
mutu layanan kesehatan. Pengukuran tingkat kepuasan pasien harus
menjadi kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari pengukuran mutu
layanan kesehatan, dimensi kepuasan pasien menjadi salah satu dimensi
mutu layanan kesehatan yang penting. Survey kepuasan pasien menjadi
penting dan perlu dilakukan bersama dengan pengukuran dimensi mutu
layanan kesehatan yang lain.

Pengalaman membuktikan bahwa transformasi ekonomi pasti akan


mengubah keinginan dan kebutuhan masyarakat terhadap layanan

10
kesehatan. Oleh sebab itu, pengukuran keputusan pasien perlu dilakukan
secara berkala dan akurat. Telah terbukti bahwa terdapat hubungan yang
positif antara partisipasi aktif masyarakat dalam perkembangan kesehatan
dengan kepuasan pasien. Kesimpulan yang dapat dibuat dari pola pikir di
atas, antara lain : (Pohan, 2007.)

 Komponen kepuasan pasien dari mutu layanan kesehatan menjadi


satu komponen utama yang penting
 Kepuasan pasien adalah keluaran (outcome) layanan kesehatan.
dengan demikian , kepuasan pasien merupakan salah satu tujuan
dari peningkatan mutu layanan kesehatan
 Dapat dibuktikan bahwa pasien atau masyarakat yang mengalami
kepuasan terhadap layanan kesehatan yang diselangarakan
cenderung mematuhi nasihat, setia, atau taat terhadap rencana
pengobatan yang telah disepakati
 Sebaliknya, pasien atau masyarakat yang tidak merasakan
kepuasan atau kekecewaan sewaktu mengunakan layanan
kesehatan cenderung tidak mematuhi rencana pengobatan, berganti
dokter atau pindah kefasilitas layanan kesehatan lain.
 Uji coba membuktikan bahwa kepuasan pasien berdampak pada
keluaran dari layanan kesehatan, artinya berdampak dapa status
kesehatan.

4). Kondisi Sumber Daya Manusia

Mutu layanan kesehatan sangat di tentukan oleh mutu profesi


layanan kesehatan yang berkerja pada fasilitas layanan kesehatan dalam
lingkungan sistem kesehatan. Mutu profesi layanan kesehatan ditentukan
pula oleh mutu yang menghasilkan profesi layanan kesehatan. Pendidikan
sebaiknya berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab setiap profesi

11
layanan kesehatan. Selain itu, mereka harus mempunyai kompetensi
teknik dan kemapuan manajerial sesuai uraian tugas masing-masing.

Beberapa faktor relevan lain yang harus diperhitungkan dalam


mengukur mutu pendidikan dan pelatihan antara lain : bersumber
masyarakat, kelayanan terhadap situasi lokal, ketanggapan terhadap
kebutuhan dan tugas, kesesuaian terhadap keadaan sosial-ekonomi.
Adanya reorientasi, pendidikan berkelanjutan, pengembangan tenaga pada
rumah sakit dan puskesmas dapat dijadikan indikasi kegiatan peningkatan
mutu kinerja petugas kesehatan.

7. Ciri Mutu Askep

a. Memenuhi standar profesi yang diterapkan


b. Sumber daya untuk pelayanan askep dimanfaatkan secara wajar, efisien dan
efektif
c. Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi jasa pelayanan
d. Memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan
e. Aspek sosial ekonomi, budaya, agama, etika, diperhatikan dan dihormati

8. Pengertian standar mutu

Standarisasi mutu merupakan kesepakatan atau konsensus bersama sehingga


menjangkau aspirasi semua pihak yang berkepentingan dan sekaligus bersifat
mengikat. Menetapkan standarisasi mutu harus mempertimbangkan pengalaman
nasional dan kondisi masyarakat, serta perlu didasari latar belakang pengetahuan
lapangan yang luas. Standar mutu suatu komoditas dari negara lain belum tentu
sesuai diterapkan di Indonesia tanpa cukup pengetahuan latar belakang tentang
komoditas tersebut di Indonesia yaitu tentang sistem produksi dan sistem
pemasaran serta aspirasi berbagai pihak termasuk produsen, industri dan
konsumenya.

12
9. Tujuan SAK

Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit, telah


disusun Standar Pelayanan Rumah Sakit melalui SK Menkes No.
436/MENKES/SK/VI/1993 dan Standar Asuhan Keperawatan melalui SK Dirjen
Yanmed No. YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993. Standar pelayanan dan Standar
Asuhan Keperawatan tersebut berfungsi sebagai alat ukur untuk mengetahui,
memantau dan menyimpulkan apakah pelayanan / asuhan keperawatan yang
diselenggarakan di rumah sakit sudah mengikuti dan memenuhi persyaratan dalam
standar tersebut atau tidak (Depkes RI, 2005).

Tujuan standar keperawatan menurut Gillies (1989)


1. Meningkatkan asuhan keperawatan.
2. Mengurangi biaya asuhan keperawatan.
3. Melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan
melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik.

10. Komponen SAK

Standar 1 : Falsafah Keperawatan


Dalam melaksanakan asuhan keperawatan perawat berkeyakinan bahwa :

- Manusia adalah individu yang memiliki kebutuhan biopsikososial dan


spiritual yang unik. Kebutuhan ini harus selalu dipertimbangkan dalam
setiap pemberian asuhan keperawatan.
- Keperawatan adalah bantuan bagi umat manusia yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan secara optimal kepada semua yang

13
membutuhkan dengan tidak membedakan bangsa, suku, agama,
kepercayaan, dan statusnya di setiap tempat pelayanan kesehatan.
- Tujuan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha bersama dari
semua anggota tim kesehatan dan pasien atau keluarga.
- Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat menggunakan proses
keperawatan dengan lima tahapan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan
pasien atau keluarga.
- Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat, memiliki wewenang
melakukan asuhan keperawatan secara utuh berdasarkan standar asuhan
keperawatan.
- Pendidikan keperawatan berkelanjutan harus dilaksanakan secara terus-
menerus untuk pertumbuhan dan perkembangan staf dalam pelayanan
keperawatan.

Standar 2 : Tujuan Asuhan Keperawatan


Meliputi :
- Memberi bantuan yang paripurna dan efektif kepada semua orang yang
memerlukan pelayanan kesehatan, sesuai dengan sistem kesehatan
nasional.
- Menjamin bahwa semua bantuan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
pasien dan mengurangi atau menghilangkan kesenjangan.
- Mengembangkan standar asuhan keperawatan yang ada.
- Memberi kesempatan kepada semua tenaga perawatan untuk
mengembangkan tingkat kemampuan profesionalnya.
- Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua anggota tim
kesehatan.
- Melibatkan pasien dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan
kesehatan.
- Menciptakan iklim yang menunjang proses belajar mengajar dalam
kegiatan pendidikan bagi perkembangan tenaga keperawatan.

14
- Menunjang program pendidikan berkelanjutan bagi pertumbuhan dan
perkembangan pribadi tenaga keperawatan.

Standar 3 : Pengkajian Keperawatan


Meliputi :
- Pengumpulan data dengan kriteria kelengkapan data, sistematis,
menggunakan format aktual dan valid.
- Pengelompokan data dengan kriteria data biologis, psikologis, sosial, dan
spiritual.
- Perumusan masalah dengan kriteria kesenjangan antara status kesehatan
dengan norma dan pola fungsi kehidupan.

Standar 4 : Diagnosis Keperawatan


Meliputi :
- Status kesehatan dibandingkan dengan norma untuk menentukan
kesenjangan.
- Diagnosis keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan
pemenuhan kebutuhan pasien.
- Diagnosis keperawatan dibuat dengan wewenang perawat.
- Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari masalah, penyebab, gejala
atau tanda (PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).
- Diagnosis keperawatan aktual untuk perumusan status kesehatan pasien
yang sudah nyata terjadi.
- Diagnosis keperawatan potensial untuk perumusan masalah status
kesehatan pasien yang kemungkinan besar akan terjadi, apabila tidak
dilakukan upaya pencegahan.

Standar 5 : Perencanaan Keperawatan


Meliputi :

15
- Prioritas masalah dengan kriteria masalah yang mengancam kehidupan
yang merupakan prioritas pertama, masalah-masalah yang mengancam
kesehatan seseorang adalah prioritas kedua, masalah-masalah yang
mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.
- Tujuan asuhan keperawatan dengan kriteria, tujuan dirumuskan secara
singkat dan jelas. Disusun berdasarkan diagnosis keperawatan, spesifik
pada diagnosis keperawatan dapat diukur, realistik atau dapat dicapai
menggunakan komponen yang terdiri dari subjek perilaku pasien, kondisi
pasien dan kriteria tujuan.

Standar 6 : Intervensi Keperawatan


Meliputi :
1. Memenuhi kebutuhan oksigen diantaranya :
a. Memberikan oksigen, dengan kriteria menyiapkan lingkungan
bebas asap rokok dan membatasi pengunjung, menyiapkan pasien,
kelengkapan alat, penggunaan alat secara tepat dan benar, dosis
sesuai dengan program pengobatan, cara pemberian tepat guna,
pemberian masker oksigen pada bayi matanya ditutup dengan kasa
dan observasi tanda vital selama pemberian oksigen.
b. Menyiapkan pasien praoperasi tracheostomi dengan kriteria
memberi formulir persetujuan operasi kepada pasien atau keluarga
diisi dan ditanda tangani, mencukur daerah yang akan dioperasi,
memberi kompres desinfektan pada daerah yang akan dioperasi,
memberikan obat sesuai dengan program pengobatan, mengganti
pakaian pasien dengan menyiapkan pakaian khusus dan observasi
tanda vital.
c. Menyiapkan pasien untuk pemasangan WSD (water seal drainage)
dengan kriteria memberi formulir persetujuan operasi kepada
pasien atau keluarga untuk diisi dan ditanda tangani, mencukur
daerah inter costae yang akan dipasang WSD, memberi obat

16
sebelum pemasangan WSD sesuai dengan program pengobatan,
mengganti pakaian pasien dengan pakaian khusus dan observasi
tanda vital.
d. Menyiapkan pasien untuk pemasangan endotrakheal tube dengan
kriteria menyiapkan endotracheal tube steril dengan ukuran yang
tepat, mengatur posisi pasien dan melakukan observasi tanda vital.
e. Melakukan resusitasi dengan kriteria menyiapkan kelengkapan alat
resusitasi, memberikan alas yang keras atau papan resusitasi
(resusitation back) pada daerah punggung, mengatur posisi pasien,
membantu atau melaksanakan resusitasi, melakukan observasi
tanda vital dan respons pasien.

2. Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit :


a. Memberikan makan peroral dengan kriteria menyiapkan
lingkungan, memeriksa ulang, mengatur posisi pasien, membantu
pasien sesuai dengan kondisinya, melakukan observasi nafsu
makan dan mencatat porsi makan yang dihabiskan.
b. Memberi minum peroral dengan kriteria memeriksa ulang jumlah
dan jenis minuman, membantu pasien minum, melakukan
observasi respons pasien dan mencatat jumlah cairan yang
diminum.
c. Memberi makan dengan melalui naso gastric dengan kriteria
menyiapkan NGT dengan ukuran yang tepat, memeriksa ulang
diet, mengatur posisi, mengukur NGT yang akan dimasukkan,
melakukan tes ketepatan masuknya NGT dan difiksasi,
memasukkan makanan melalui corong secara pelan dan hati-hati
dan melakukan observasi.
d. Melaksanakan terapi parenteral dengan memberi cairan melalui
infus dengan kriteria melengkapi alat dan infus set sesuai dengan
umur dan kondisi, memeriksa jenis cairan, mengatur posisi,

17
mendesinfektan kulit pada lokasi pemasangan infus,
membebaskan selang infus dari udara, memeriksa ketepatan
masuknya jarum dalam vena dan difiksasi, memasang kasa steril
di bawah dan di atas jarum, mengatur tetesan cairan sesuai dengan
program pengobatan, melakukan observasi dan mencatat
pemasukan.

3. Memenuhi kebutuhan eliminasi :


a. Membantu memperlancar buang air kecil dengan kriteria
memeriksa keadaan kandung kencing, melatih untuk buang air
kecil, memenuhi kebutuhan cairan yang cukup dan melakukan
observasi keinginan buang air kecil.
b. Membantu buang air kecil dan buang besar dengan kriteria
menyiapkan lingkungan, kelengkapan alat yang bersih dan kering,
memasang pispot atau urinal sehingga pasien merasakan nyaman,
mencatat kelainan urine atau feces dan melakukan observasi.
c. Melakukan kateterisasi dengan kriteria menyiapkan lingkungan,
kelengkapan alat kateterisasi steril, ukuran kateter sesuai dengan
umur, mengatur posisi dorsal recumbent, melakukan desinfeksi
pada meatus, mengoleskan pelumas steril pada ujung kateter,
memasukkan kateter dengan hati-hati, mencatat jumlah serta
kelainan urine dan melakukan observasi.
d. Memasang kateter menetap dengan kriteria menyiapkan
lingkungan, kelengkapan alat dan douwer kateter steril, ukuran
douwer kateter sesuai dengan umur, mengatur posisi dorsal
recumbent, melakukan desinfeksi pada meatus, mengoleskan
pelumas steril pada ujung kateter, memasukkan keteter dengan
hati-hati, melakukan fiksasi keteter, memasang urine bag,
membersihkan daerah genital secara teratur pagi, sore, dan

18
malam, melakukan observasi pasien, tanda-tanda infeksi, jumlah,
kelainan dan kelancaran aliran urine.
e. Membersihkan huknah rendah dengan kriteria menyiapkan
lingkungan, kelengkapan alat, ukuran canule recti sesuai dengan
umur, suhu cairan sesuai dengan suhu normal, mengatur posisi
sim miring ke kiri, mengoleskan pelumas pada ujung canule,
mengeluarkan udara dari selang, tinggi irigator 30 cm dari tubuh
pasien, melakukan observasi pasien dan mencatat hasil huknah.
f. Memberikan huknah tinggi dengan kriteria menyiapkan
lingkungan, kelengkapan alat, ukuran canule sesuai dengan umur,
suhu cairan sesuai dengan suhu tubuh normal, mengatur posisi
sim miring ke kanan, mengoleskan pelumas pada ujung canule,
mengeluarkan udara dari selang, tinggi irigator 50 cm dari tubuh
pasien, melakukan observasi dan mencatat hasil huknah.
g. Memberikan glyserin dengan spuit dengan kriteria menyiapkan
lingkungan, kelengkapan alat, suhu glyserin sesuai dengan suhu
tubuh normal, mengatur posisi sim, mengoleskan pelumas pada
ujung canule, mengeluarkan udara dari glyserin spuit,
memasukkan canule ke dalam rectum dengan hati-hati,
melakukan observasi pasien dan mencatat hasil pemberian
glyserin.

4. Memenuhi kebutuhan keamanan :


a. Menjaga keselamatan pasien yang gelisah di tempat tidur dengan
kriteria kelengkapan alat sesuai dengan umur dan kondisi pasien,
memasang alat pengaman dan pasien tetap merasa nyaman dan
aman dan observasi pasien.
b. Mencegah infeksi nosokomial dengan kriteria melaksanakan teknik
aseptik dan antiseptik, menjaga kebersihan dari kesehatan
lingkungan.

19
c. Menjaga keselamatan pasien yang dibawa dengan brancar atau
rollstoel dengan kelengkapan alat, mendorong brancar atau rollstoel
dengan hati-hati, observasi respons pasien.
d. Mencegah kecelakaan pada alat listrik dengan kriteria kelengkapan
alat, memeriksa voltage listrik setempat, menggunakan alat secara
tepat dan benar dan observasi pasien.
e. Mencegah kecelakaan pada penggunaan alat yang mudah meledak
dengan kriteria kelengkapan dan kondisi alat, menggunakan alat
secara tepat dan benar, memahami petunjuk penggunaan alat,
menyimpan alat ditempat yang aman.
f. Mencegah kekeliruan pemberian obat dengan kriteria tulisan dan
kode pada label atau etiket harus jelas, warna tulisan tidak mudah
berubah, label atau etiket dipasang pada tempat yang mudah dibaca,
memasang label atau etiket pada tempat obat, meletakkan obat pada
tempat yang ditentukan.

5. Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik :


a) Memandikan pasien dengan kriteria kelengkapan alat, menyiapkan
lingkungan, menyiapkan pasien, memandikan pasien secara
sistematis, melakukan observasi.
b) Mengganti pakaian pasien dengan kriteria kelengkapan pakaian,
mengganti pakaian sesuai dengan kondisi dengan membuka
pakaian dimulai dari bagian tangan, kaki yang sehat, mengenakan
pakaian dimulai dari bagian tangan, kaki yang sakit dan melakukan
observasi.
c) Memelihara kebersihan mulut dengan menyikat gigi,
membersihkan mulut dan memelihara gigi palsu.
d) Mengganti alat tenun tempat tidur tanpa memindahkan pasien
dengan kriteria kelengkapan alat, mengganti alat tenun sesuai
dengan kondisi dan observasi respons pasien.

20
e) Mencuci rambut dengan kriteria kelengkapan alat, menyiapkan
lingkungan, menutup telinga dan mata pasien, mengeringkan dan
menyisir rambut dan melakukan observasi pasien.
f) Menyisir rambut dengan kriteria kelengkapan alat, menyisir
rambut yang panjang dimulai dari ujung dan melakukan observasi.
g) Memotong kuku dengan kriteria kelengkapan alat, merendam jari
tangan dan kaki dalam air hangat, memotong kuku dengan alat
pemotong kuku sesuai dengan lingkungan anatomis dan observasi
pasien.

6. Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur :


Membantu pasien untuk istirahat dan tidur dengan kriteria
mengatur posisi yang tepat, mengatur ventilasi dan pencahayaan,
mencegah kebisingan suara, memperhatikan kebersihan lingkungan,
mengatur pelaksanaan pengobatan atau tindakan keperawatan, mengatur
kunjungan dokter, mencegah tamu di luar jam kunjungan dan melakukan
observasi pasien.

7. Memenuhi kebutuhan gerak dan kesehatan jasmani :


a) Mengatur posisi baring pasien antara lain posisi fowler,
trendelenburg, SIM, dorsal recumbent, lithotomi, genu pectoral.
b) Melaksanakan mobilisasi dini sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi pasien dengan kriteria melatih pasien mengangkat tangan
dan kaki, melatih gerak pasif dengan mengangkat dan menekuk
tangan atau kaki secara berulang, melakukan observasi.
c) Melaksanakan ambulasi dini dengan kriteria melatih pasien
memenuhi kebutuhannya sendiri, melatih pasien duduk, turun dari
tempat tidur, berdiri dan berjalan secara bertahap, melatih pasien
menggunakan alat bantu, motivasi pasien menggunakan alat bantu,
motivasi pasien untuk latihan gerak dan observasi pasien.

21
d) Mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi pada pasien tirah
baring lama dengan kriteria memotivasi pasien untuk latihan gerak,
mengatur posisi baring secara bergantian, memelihara pakaian
pasien dan alat tenun tetap bersih dan kering.

8. Memenuhi kebutuhan spiritual :


a) Membantu pasien beribadah dengan kriteria membantu
menyiapkan alat ibadah, membantu pasien melaksanakan ibadah,
membantu pasien menghubungi pemuka agama, mendampingi
pasien saat mendapatkan bimbingan spiritual.
b) Memberi pelayanan mental spiritual kepada pasien yang gawat
atau terminal dengan kriteria menyiapkan lingkungan, membantu
menyiapkan alat-alat ibadah, membantu melaksanakan ibadah,
membantu menghubungi pemuka agama, mendampingi pasien saat
mendapatkan bimbingan spiritual, menunjukkan sikap empati,
simpati dan mencatat dan menyampaikan pesan pasien kepada
keluarga atau lainnya.
c) Memberi pelayanan mental spiritual kepada pasien yang
menghadapi sakaratul maut dengan menyiapkan lingkungan,
memberikan kesempatan keluarga berdoa, menunjukkan sikap
empati dan simpati, melakukan observasi setiap 15 menit dan
memberi kesempatan keluarga mendampingi pasien.

9. Memenuhi kebutuhan emosional :


a) Melaksanakan program orientasi dengan kriteria memberi
penjelasan kepada pasien baru atau keluarga tentang peraturan
rumah sakit, memberi penjelasan kepada pasien atau keluarga
tentang penggunaan fasilitas, observasi perilaku pasien atau
keluarga dan memperkenalkan pasien kepada perawat dan pasien
lain.

22
b) Melaksanakan komunikasi terapeutik dengan kriteria memanggil
pasien sesuai dengan nama dan statusnya, menggunakan bahasa
yang dimengerti pasien, menampilkan sikap yang ramah dan sopan
memperhatikan dan mendengarkan keluhan pasien, memotivasi
pasien untuk mengemukakan perasaannya.
c) Menyiapkan mental pasien pra operasi dengan kriteria memberi
kesempatan kepada pasien untuk bertemu dengan keluarga,
memberi kesempatan kepada pasien atau keluarga untuk berdoa.

10. Memenuhi kebutuhan komunikasi :


a) Secara langsung atau dengan lisan dengan kriteria menampilkan
sikap sopan dan ramah menggunakan bahasa yang dapat
dimengerti, menyampaikan informasi secara jelas, lengkap dan
tepat waktu dan observasi respons pasien.
b) Secara tidak langsung atau tertulis dengan kriteria menggunakan
kertas bersih, tulisan jelas, mudah dibaca dan observasi respons
pasien.
c) Menggunakan isyarat dengan kriteria memahami isyarat pasien
dan memberi respons dengan isyarat yang dipahami pasien.

11. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis :


a) Mengukur suhu badan di aksila, di mulut, di rectum
b) Menghitung pernafasan
c) Menghitung denyut nadi
d) Mengukur tekanan darah
e) Menghindari kemungkinan terjadinya alergi obat dengan kriteria
mengetahui riwayat penggunaan obat, melakukan tes pada
pertama kali pemberian obat tertentu, observasi respons pasien dan
memberi identitas obat penyebab alergi pada kartu obat.

23
12. Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan :
Melaksanakan pemberian obat melalui peroral, parenteral,
subcutan, intra muskular dan intra vena.

13. Memenuhi kebutuhan penyuluhan :


Memberikan penyuluhan secara individual dengan kriteria
mengidentifikasi kebutuhan penyuluhan, melaksanakan penyuluhan sesuai
dengan kebutuhan, menggunakan bahasa yang dapat dimengerti.

14. Memenuhi kebutuhan rehabilitas :


a) Melatih pasien menggerakkan anggota tubuh di tempat tidur
b) Melatih pasien turun dari tempat tidur
c) Melatih pasien berjalan
d) Melatih pasien menggunakan alat bantu
e) Melatih pasien menggunakan tongkat penyangga

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
(public goods) dengan tujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi
kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa, serta berbagai
program kesehatan masyarakat lainnya.
B. Saran
Agar selalu menerapkan asuhan keperawatan dalam memberikan pelayanan
kepada pasien maupun keluarga, sehingga dapat menentukan asuhan keperawatan
yang sesuai baik bagi individu maupun keluarga guna terciptanya manajemen mutu
pelayanan kesehatan yang baik.

25
DAFTAR PUSTAKA

Pohan S. imbako, MPH, SKM. 2007. jaminan mutu layanan kesehatan: dasar-dasar
pegertian dan penerapan

Roberts R. Albert dan J. Gilbert. 2009

Gillies, Dee Ann.2000 : Manajemen Keperawatan Sebagai Suatu Pendekatan Sistem:


Bandung: IAPKP.

Satrianegara, M. Fais. 2014. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan: Teori


dan Aplikasi dalam Pelayanan Puskesmas dan Rumah Sakit. Salemba Medika.
Jakarta

Satrianegara, M. Fais. 2009. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan serta


Kebidanan. Salemba Medika. Jakarta.

Winston Dictionary, 1956

Donabedian, 1980

Din ISO 8420, 1926

Azrul Answar, 1996

26

Anda mungkin juga menyukai