Anda di halaman 1dari 18

PANDUAN KREDENSIAL DAN

REKREDENSIAL STAF MEDIS

PT. KARYA MANDIRI MEDIKA UTAMA


RSU. FIKRI MEDIKA
Jl. Raya Kosambi Tegalsari KM 3, Klari - Karawang
Telp. (0267) 861 5555 Fax (0267) 861 5577
TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian

Proses kredensial (credentialing) : proses evaluasi suatu rumah sakit terhadap seorang

untuk menentukan apakah yang bersangkutan layak diberi kewenangan klinis (kewenangan

klinis (clinical privilege) menjalankan tindakan medis / keperawatan tertentu dalam lingkungan

rumah sakit tersebut untuk suatu periode tertentu.

Proses Re-Kredensial (Re-Credentialing) : proses re-evaluasi oleh rumah sakit terhadap

perawat yang telah bekerja dan memiliki kewenangan klinis (kewenangan klinis (clinical

privilege) di rumah sakit tersebut untuk menentukan apakah yang bersangkutan masih layak

diberi kewenangan klinis tersebut untuk suatu periode tertentu.

Kewenangan klinis (clinical privilege) : kewenangan klinis untuk melakukan tindakan

medis / keperawatan tertentu dalam lingkungan rumah sakit tertentu berdasarkan penugasan

yang diberikan direktur Rumah Sakit.

Surat Penugasan (clinical Appointment) : surat yang diterbitkan oleh kepala rumah

sakit kepada seorang paramedis untuk melakukan tindakan medis/keperawatan di rumah sakit

tersebut berdasarkan daftar kewenanganklinis yang ditetapkan baginya.

Tenaga staf medis : perawat dan tenaga professional kesehatan lain melakukan fungsi

tugas keperawatan dan pelimpahan kewenangan dari petugas

1.2 Tujuan

Tujuan Umum

Panduan ini diterbitkan dengan tujuan utama untuk melindungi kesehatan pasien melalui

mekanisme kredensial perawat di rumah sakit.


Tujuan khusus

1. Memberikan panduan mekanisme kredensial dan re-kredensial perawat di rumah sakit

2. Memberikan panduan bagi komite keperawatan untuk menyusun kewenangan klinis

(clinical privilege) bagi setiap perawat yang melakukan tindakan medis /keperawatan di

rumah sakit

3. Memberikan panduan bagi Direktur rumah sakit untuk menerbitkan kewenangan klinis

(clinical privilege) bagi setiap perawat untuk melakukan tindakan medis/keperawatan di

rumah sakit

4. Meningkatkan profesionalisme dan akuntabilitas tenaga keperawatan di rumah sakit

5. Meningkatkan reputasi dan kredibilitas perawat dan institusi rumah sakit dihadapan

pasien, penyandang dana, dan stake holder rumah sakit lainnya


BAB II

RUANG LINGKUP

2.1 Gambaran Umum

Undang-undang tentang Rumah Sakit yang baru ditetapkan menuntut rumah sakit untuk

melindungi keselamatan pasien, antara lain dengan melaksanakan clinical governance bagi

para klinisntya. Setiap dokter dirumah sakit harus bekerja dalam koridor kewenangan klinis

(clinical privilege) yang ditetapkan oleh Direktur rumah sakit. Adapun ruang lingkup

kredensial dan rekredensial staf medis, yaitu :

1. Staf Medis yaitu dokter umum, dokter gigi dan dokter spesialis yang bergabung di RSU.

Fikri Medika.

2. Staf Medis yang sudah bekerja di RSU. Fikri Medika yang masa kewenangan klinisnya

berakhir sesuai kebijakan divisi medis.

2.2 Konsep Dasar Kredensial Staf Medis ( Perawat Dan Dokter)

a. Konsep Dasar Kredensial Perawat di Rumah Sakit

Salah satu upaya rumah sakit dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya

untuk menjaga keselamatan pasiennya adalah dengan menjaga standar profesi dan

kompetensi para perawat yang melakukan tindakan medis dan keperwatan terhadap

pasien di rumah sakit. Persyaratan dengan cara mengatur agar setiap tindakan

keperwatan yang dilakukan terhadap pasien hanya dilakukan oleh tenaga paramedis

yang benar-benar kompeten. Persyaratan kompeten ini meliputi dua komponen :

1. Komponen kompetensi keprofesian yang terdiri dari pengetahuan, ketrampilan,

dan perilaku profesional.

2. Komponen kesehatan yang meliputi kesehatan fisik dan mental.


Walaupun seorang perawat telah mendapatkan pendidikan selama kuliah, namun rumah

sakit wajib melakukan verifikasi kembali kompetensi seseorang untuk melakukan tindakan

perawat dalam lingkup spesialisasi tersebut, hal ini dikenal dengan istilah kredensialing. Proses

kredensialing ini dilakukan dengan dua alasan utama :

 Alasan pertama, banyak faktor yang mempengaruhi kompetensi setelah seseorang

mendapatkan pendidikan. Perkembangan ilmu dibidang keperawatan untuk suatu tindakan

medis dan / keperawatan tertentu sangat pesat, sehingga kompetensi yang di peroleh dapat

berubah sewaktu waktu, bahkan dapat dianggap sebagai tindakan yang tidak aman bagi

pasien.

 Alasan kedua, kesehatan seseorang dapat saja menurun akibat penyakir tertentu atau

bertambahnya usia sehingga mengurangi keamanan tindakan medis yang dilakukan.

Kompetensi fisik dan mental dinilai melalui uji kelayakan kesehatan baik fisik maupun

mental.

Tindakan verifikasi kompetensi profesi medis tersebut oleh rumah sakit disebut sebagai

mekanisme Re-credentialing, dan hal ini dilakukan demi keselamtan pasien, tindakan verifikasi

kompetensi ini juga dilakukan pada profesi lain untuk keamanan pasiennya. Setelah seorang

perawat dinyatakan kompeten melalui sesuatu proses kredensial, rumah sakit menerbitkan

suatu ijin bagi yang bersangkutan untuk melakukan serangkaian tindakan-tindakan medis

rumah sakit tersebut, hal ini dikenal sebagai kewenangan klinis (clinical privilege). Tanpa

adanya kewenangan klinis (clinical privilege) tersebut seorang perawat tidak diperkenankan

untuk melakukan tindakan medis dan / keperawatan dirumah sakit tersebut. Kewenangan klinik

ini akan dievaluasi oleh komite keperawatan dan pantia kredensial. Hal ini diharapkan tenaga

keperawatan maupun memperoleh kewenangan klinis keperwatan yang lebih tinggi / baik.

Setelah perawat mengisi form pengajuan ini, komite keperawatan dan juga panitia kredensial
mengolah untuk kemudian muncul surat penugasan klinik bagi setiap tenaga keperawatan di

RSU. Fikri Medika dengan mempertimbangkan masa kerja perawat dan juga kompetensi.

b. Konsep Dasar Kredensial Dokter di Rumah Sakit

Salah satu upaya rumah sakit dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya

untuk menjaga keselamatan pasiennya adalah dengan menjaga standar profesi dan

kompetensi para dokter yang melakukan tindakan medis dan keperawatan terhadap

pasien di rumah sakit. Persyaratan dengan cara mengatur agar setiap tindakan

keperawatan yang dilakukan terhadap pasien hanya dilakukan oleh tenaga paramedis

yang benar-benar kompeten. Persyaratan kompeten ini meliputi dua komponen, (1)

Komponen kompetensi keprofesian yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan

perilaku profesional, dan (2) Komponen kesehatan yang meliputi kesehatan fisik dan

mental.

Setelah seorang dokter dinyatakan kompeten melalui sesuatu proses kredensial,

rumah sakit menerbitkan suatu ijin bagi yang bersangkutan untuk melakukan

serangkaian tindakan- tindakan medis tertentu di rumah sakit tersebut, hal ini dikenal

sebagai kewenangan klinis (clinical privilege). Tanpa adanya kewenangan klinis

(clinical privilege) tersebut seorang dokter tidak diperkenankan untuk melakukan

tindakan medis dirumah sakit tersebut. Luasnya lingkup kewenangan klinis (clinical

privilege) seseorang dokter spesialis dapat saja berbeda dengan koleganya dalam

spesialisasi yang sama, tergantung pada ketetapan komite medis tentang kompetensi

untuk melakukan tiap tindakan medis oleh yang bersangkutan berdasarkan hasil proses

kredensial. Dalam hal tindakan medis seorang dokter membahayakan pasien maka

kewenangan klinis (clinical privilege) seorang dokter dapat saja dicabut sehingga tidak

diperkenankan untuk melakukan tindakan medis tertentu dilingkungan dirumah sakit


tersebut. Pencabutan kewenangan klinis (clinical privilege) tersebut dilakukan melalui

prosedur tertentu yang melibatkan komite medis.

Kelemahan rumah sakit dalam menjalankan fungsi kredensial akan

menimbulkan tanggung jawab hukum bagi rumah sakit dalam hal terjadi kecelakaan

tindakan medis. Setiap rumah sakit wajib melindungi pasiennya dari segala tindakan

medis yang dilakukan oleh setiap dokter di rumah sakit tersebut. Tanggungjawab rumah

sakit tersebut berlaku tidak hanya terhadap tindakan dokter yang bukan berstatus

pegawai (dokter tamu). Rumah sakit wajib mengetahui dan menjaga keamanan setiap

tindakan medis yang dilakukan dalam lingkungannya demi keselamatan semua pasien

yang dilayaninya.

2.3 Tugas Dan Peran Dalam Mekanisme

1) Tugas sub komite kredensial sebagai berikut :

a. Menyusun daftar rincian kewenangan klinis

b. Menyusun buku putih (white paper) yang merupakan dokumen persyaratan kompetensi

yang dibutuhkan melakukan setiap jenis pelayanan keperawatan, kebidanan setiap jenis

pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai dengan standar kompotensinya.

c. Verifikasi meliputi:

1. Ijazah

2. Surat Tanda Registrasi (STR)

3. Sertifikat kompetensi

4. Logbook yang berisi uraian capaian kinerja

5. Surat pernyataan telah menyelesaikan program orientasi rumah sakit atau

orientasi di unit tertentu

6. Surat hasil pemeriksaaan kesehatan

d. Merekomendasikan tahapan proses kredensial :


1. Perawat atau bidan mengajukan permohonan untuk memperoleh kewenangan

klinis kepada komite keperawatan

2. Ketua komite keperawatan menugaskan subkomite kredesial untuk melakukan

proses kredensial

3. Sub komite membentuk panitia adhoc untuk melakukan review

4. Sub komite memberikan laporan hasil kredensial sebagai bahan rapat

menentukan kewenangan klinis bagi setiap tenaga keperawatan

e. Merekomendasikan pemulihan kewenangan klinis bagi setiap tenaga keperawatan

f. Melakukan kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan

g. Sub komite membuat laporan seluruh proses kredensial kepada ketua komite

keperawatan untuk diteruskan ke direktur rumah sakit.

Kewenangan

Sub Komite Kredensial mempunyai kewenangan memberikan rekomendasi rincian

Kewenangan Klinis untuk memperoleh surat Penugasan Klis (clinical appointment)

Mekanisme kerja

Untuk melaksanakan tugas sub komite kredensial, maka ditetapkan mekanisme kerja sebagai

berikut :

a. Mempersiapkan Kewenangan Klinis mencakup kompetensi sesuai area praktek ditetapkan

di rumah sakit.

b. Menyusun Kewenangan Klinis dengan kriteria sesuai dengan persyaratan Kredensial

dimaksud

c. Melakukan assesmen Kewenangan Klinis dengan berbagai metode yang disepakati


d. Memberikan laporan hasil Kredensial sebagai bahan rekomendasi memperoleh Penugasan

Klinis dari kepala/direktur rumah sakit

e. Memberikan rekomendasi Kewenangan Klinis untuk memperoleh Penugasan Klinis dari

Direktur Rumah Sakit dengan cara :

o Tenaga keperawatan mengajukan permohonan untuk memperoleh Kewenangan

Klinis kepada Ketua Komit Keperawatan

o Ketua Komite Keperawatan menugaskan sub komite Kredensial untuk melakukan

proses Kredensial (dapat dilakukan secara individu/kelompok)

o Sub komite melakukan review, verifikasi dan evaluasi dengan berbagai metode,

porto folio, assesmen kompetensi

o Sub komite memberikan laporan hasil Kredensial sebagai bahan rapat menentukan

Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga keperawatan

f. Melakukan pembinaan dan pemulihan Kewenangan Klinis secara berkal

g. Melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan

2.4 Peranan Komite Medik

Komite keperawatan memiliki peran sentral dalam mekanisme kredensial para perawat

karena tugas utamanya menjaga profesionalisme tenaga perawat dan melindungi pasien rumah

sakit untuk hal-hal yang berkaitan dengan tindakan medis dan keperawatan.

Ketua komite keperawatan bekerjasama dengan sub komite kredensial membentuk

panitia khusus yang berguna menyeleksi dan melakukan proses kredensial dan re-kredensial

terhadap perawat di rumah sakit. Evaluasi dilakukan oleh panitia kredensial untuk mengetahui

perkembangan secara skill maupun attitude seorang perawat. Setiap keputusan yang diambil

akan dilakukan persetujuan langsung oleh direktur rumah sakit.


Lingkup komite keperwatan dan sub komite kredensial ini langsung dibawah

pengawasan direktur. Setiap kegiatan yang dilakukan harus mendapatkan persetujuan secara

tertulis oleh direktur. Harapan yang ingin dicapai dari panitia ini adalah membantu direktur

dalam hal ini rumah sakit mendapatakan tenaga perawat yang professional dan berkualitas

prima. Rumah sakit melalui komite keperawatan menerapkan berbagai kompetensi yang harus

dimiliki oleh setiap petugas kesehatan, dalam hal ini adalah perawat. Penetapan dari komite

dan disetujui oleh direktur menjadikan tenaga keperawatan dirumah sakit secara tertulis

mempunyai kewenangan klinis keperawatan.


BAB III

TATA LAKSANA

3.1 Proses Kredensial

Direktur RSU. Fikri Medika menetapkan berbagai kebijakan dan prosedur bagi staf

medis untuk memperoleh kewenangan klinis dengan berpedoman pada peraturan internal staf

medis ( medical staff by laws). Selain itu, direktur rumah sakit bertanggung jawab atas

tersedianya berbagai sumber daya yang dibutuhkan agar kegiatan ini dapat terselenggara.

Untuk melaksanakan kredensial dibutuhkan beberapa instrumen, antara lain, daftar rincian

kewenangan klinis untuk setiap spesialisasi medis, mitra bestrai yang mempresentasikan tiap

spesialisasi medis dan putih (white paper) untuk setiap pelayanan medis. Setiap rumah sakit

mengembangkan instrumen tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Secara garis besar proses

kredensial di RSU. Fikri Medika, yaitu sebagai berikut :

1. Staf Medis yang telah dinyatakan baik hasil psikotest, MCU dan Interview oleh kepala

divisi medis diajukan kepada direktur untuk dilakukan kredensial.

2. Direktur membuat surat kepada Komite Medik dan diteruskan ke Sub Komite Kredensial

perihal permohonan untuk mengkredensial staf medis.

3. Berkas Permohonan staf medis yang telah lengkap disampaikan oleh direktur rumah sakit

kepada komite medik melalui sekretariat komite medik

4. Dilakukan proses kredensial mulai dari pemberkasan administrasi dan penilaian

kemampuan berdasarkan kewenangan klinis. Sekretariat komite medik melakukan

pengecekan berkas verifikasi berkas staf medis yang terdiri dari :

a. Ijazah Dokter umum dan atau dokter spesialis.

b. Surat Tanda Registrasi (STR) staf medis.

c. Sertifikat ACLS dan atau ATLS dan auatu Resusitasi Neonatus dan atau Hiperkes

(untuk dokter umum).


d. Surat Rekomendasi dari teman sejawat minimal 2 (dua) orang.

e. Sertifikat Kompetensi kolegium atau sertifikat pendukung lainnya.

5. Sebelum kredensial dimulai, staf medis mengajukan permohonan kewenangan klinis

kepada direktur dengan mengisi form daftar kewenangan klinis yang telah disediakan

Rumah Sakit.

6. Pada Saat kredensial, sub komite kredensial menjadwalkan rapat penilian kredensial

terhadap tenaga medis dan membentuk panek atau panitia ad-hoc dengan melibatkan mitra

bestrai dari berbagai disiplin yang sesuai dengan kewenangan klinis yang diminta.

7. Personalia/ Panitia Rekruitmen mempersiapkan bahan rapat penilaian kredensial terhadap

tenaga tenaga medis.

8. Permohonan kewenangan klinis yang diajukan oleh staf medis tersebut dikaji oleh sub

komite kredensial dan mitra bestrai tersebut meliputi cakupan derajat kompetensi dan

praktik yakni : Keterampilan (skill) bidang kedokteran, Perilaku (attitude) terhadap pasien

dan sesama teman kerja, Etik dan disiplin profesi selama proses rekruitment sampai

dengan proses kredensial.

9. Sub komite kredensial mengajukan rekomendasi kewenangan klinis staf medis kepada

komite medik

10. Komite medis merekomendasikan kewenangan klinis staf medis kepada direktur.

11. Direktur menerbitkan surat penugasan klinis (clinical appointment) kepada staf medis

tersebut sudah bergabung dengan Rumah Sakit.

12. Berkas Kredensial dan Rekredensial dokter umum dan spesialis akan diserahkan kepada

staf SDM unuk dimasukan ke dalam file karyawan.


3.2 Penerbitan Surat Penugasan

Kepala rumah sakit menerbitkan surat penugasan kepada tenaga paramedis pemohon

berdasarkan rekomendasi tersebut. Kepala rumah sakit dapat saja meminta komite keperawatan

untuk mengkaji ulang rekomendasi tersebut memuat daftar sejumlah kewenangan klinis untuk

melakukan tindakan keperawatan bagi tenaga paramedis yang memohon.

Daftar kewenangan klinis seorang tenaga paramedis dapat dimodifikasi setiap saat.

Seorang tenaga paramedis dapat saja mengajukan tambahan kewenangan klinis yang tidak

dimiliki sebelumnya dengan mengajukan permohonan kepada kepala rumah sakit. Selanjutnya

komite keperawatan akan melakukan proses kredensial khusus untuk tindakan tersebut dan

akan memberikan rekomendasinya kepada kepala rumah sakit. Namun sebaliknya,

kewenangan klinis akan berakhir bila surat penugasan (clinical appointment) habis masa

berlakunya atau dicabut oleh kepala rumah sakit. Surat penugasan untuk setiap tenaga

paramedis memiliki masa berlakunya untuk periode tertentu, misalnya dua tahun. Pada akhir

masa berlakunya surat penugasan tersebut rumah sakit harus melakukan re-kredensial ini lebih

sederhana dibandingkan dengan proses kredensial awal sebagaimana diuraikan diatas karena

rumah sakit telah memiliki informasi setiap perawat yang melakukan tindakan keperawatan

dirumah sakit tersebut. Surat penugasan dapat berakhir setiap saat bila tenaga paramedis

tersebut dinyatakan tidak kompeten untuk melakukan tindakan keperawatan tertentu.

Walaupun seorang tenaga paramedis pada awalnya telah memperoleh kewenangan itu dapat

dicabut oleh rumah sakit berdasarkan pertimbangan komite keperawatan. Pertimbangan

pecabutan kewenangan klinis tertentu tersebut didasarkan pada kinerja profesi tenaga

paramedis yang bersangkutan terganggu kesehatannya, baik fisik maupun mental. Selain itu,

pencabutan kewenangan klinis juga dapat dilakukan dengan terjadi kecelakaan medis yang di

duga karena inkompetensi atau tindakan disiplin dari komite keperawatan. Namun demikian,

kewenangan klinis yang dicabut tersebut dapat diberikan kembali bila tenaga paramedis
tersebut dianggap telah pulih kompetensinya. Dalam hal kewenangan klinis tertentu seorang

tenaga paramedis diakhiri, komite keperawatan akan meminta subkoomite peningkatan mutu

profesi untuk melakukan berbagi upaya pembinaan agar merekomendasikan kepada kepala

rumah sakit pemberian kembali kewenangan klinis tertentu setelah melalui proses pembinaan.

Pada dasarnya kredensial tetap ditunjukan untuk menjaga keselamatan pasien, sambil

tetap membina kompetensi seluruh tenaga paramedis di rumah sakit. Dengan demikian jelaslah

bahwa komite keperawatan dan staf keperawatan memegang peranan penting dalam proses

kredensial dan pemberian kewenangan knilis untuk setiap tenaga keperawatan.

3.3 Proses Rekredensial

Rekredensial adalah proses re-evaluasi terhadap staf medis (dokter umum, dokter gigi

umum, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis) yang telah memiliki kewenangan klinis

(clinical privilege) dan surat penugasan klinis (clinical appointment) untuk menentukan

kelayakan kembali pemberian kewenangan klinis tersebut. Walaupun seorang dokter telah

mendapatkan surat penugasan (clinical appointmen) dari direktur namun surat penugasan

tersebut mempunyai masa berlaku. Surat penugasan dapat berakhir setiap saat bila tenaga

medis tersebut dinyatakan tidak kompeten untuk melakukan tindakan medis tertentu. Pada

akhir masa berlakunya surat penugasan tersebut, rumah sakit harus melakukan rekredensial

terhadap tenaga medis. Proses rekredensial ini lebih sederhana dibandingkan dengan proses

kredensial awal sebagaimana diuraikan diatas karena rumah sakit telah memiliki informasi

setiap dokter yang melakukan tindakan medis dirumah sakit tersebut.

Proses Rekredensial mempertimbangkan :


a. Perawatan pasien –prakits menyediakan perawatan pasien dengan belas kasih, tepat, dan

efektif untuk promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, dan

perawatan pasien terminal.

b. Pengetahuan medis/klinis akan bidang biomedis, klinis dan ilmu sosial yang ada dan

berkembang serta aplikasi pengetahuan tersebut pada perawatan pasien dan menyalurkan

ilmu kepada orang lain.

c. Pembelajaran dan perbaikan berbasis praktik dengan menggunakan bukti dan metode

ilmiah untuk menyelidiki, mengevaluasi dan memperbaiki praktik-praktik perawatan

pasien.

d. Keterampilan Interpersonal dan komunikasi yang memungkinkan mereka untuk

membangun dan mempertahankan hubungan profesional dengan pasien, dan anggota-

anggota tim perawatan kesehatan lainnya.

e. Profesionalisme tercermin dari komitmen untuk pengembangan profesional berkelanjutan,

praktik etis, pemahaman dan kepekaan terhadap keragaman, sikap bertanggung jawab

terhadap psien, profesi mereka, dan masyarakat.

f. Praktik berbasis sistem melalui pemahaaman konteks dan sistem dimana pelayanan

kesehatan disediakan.Proses rekredensial didokumentasikan dalam formulir penilain

kinerja dokter spesialis ( On Going Profesional Review).

Berdasarkan hasil kesepakatan dari komite Medis dan Sub Komite Kredensial, secara

garis besar proses kredensial di RSU. Fikri Medika yaitu sebagai berikut :

1. Direktur rumah sakit mengajukan permohonan kepada Komite Medik dan dilanjutkan

kepada Sub Komite Kredensial untuk melakukan rekredensial kepada staf medis.

2. Sub Komite Kredensial dan sekretariat komite medik mengumpulkan berkas para

kandidat rekredensial yaitu :

a. STR yang masih berlaku


b. Surat sehat atau hasil Medical Check Up

c. Surat rekomendasi dari Sub Komite Etik

d. Sertifikat terbaru sesuai kompetensi 3 (tiga) tahun terakhir

e. Salinan asuransi profesi yang dimiliki

f. Kandidat rekredensial mengajukan permohonan kewenangan klinis kembali

kepada direktur dengan megisi formulir daftar kewenangan klinis yang telah

disediakan RSU. Fikri Medika.

3. Berkas di evaluasi oleh Sub Komite Kredensial dan panitia mitra bestari (tim

rekredensial).

4. Tim rekredensial mengajukan rekomendasi penambahan atau pengurangan

kewenangan klinis staf medis tersebut kepada Ketua Komite Medik.

5. Komite Medik meneruskan dan merekomendasikan kewenangan klinis tersebut kepada

Direktur RSU. Fikri Medika untuk dijadikan penugasan klinis.

6. Direktur RSU. Fikri Medika menetapkan dan menerbitkan kembali surat penugasan

klinis ( clinical appointment) kepada para staf medis tersebut.


BAB IV

PENUTUP

Proses kredensial adalah proses pengakuan profesi yang diberikan kepada individu atau

organisasi dengan mempunyai otoritas atau dianggap kompeten dalam melakukan suatu

tindakan pelayanan medis atau kebijakan. Dengan adanya proses kredensial dan rekredensial

tenaga medis di RSU. Fikri Medika diharapkan mampu memberikan pelayanan kepada pasien

sesuai dengan standar mutu dan kewenangan klinis yang berlaku, serta dapat mempertahankan

standar pelayanan medis dengan melaksanakan proses kredensial dan rekredensial yang ada di

RSU. Fikri Medika.


BAB V

DOKUMENTASI

Semua proses kredensial dan rekredensial harus tercatat dan di simpan dalam file

masing - masing staf medis.

Anda mungkin juga menyukai