Anda di halaman 1dari 115

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan,

oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut

asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-

luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Menurut Pangalila, (2016:3)

Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019 tentang pengelolaan

keuangan daerah. Dengan adanya otonomi, daerah diberikan kewenangan

yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri.Pemerintah daerah

mempunyai hak dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber

keuangan yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi

masyarakat yang berkembang di daerah.

Pemerintah daerah wajib memperhatikan nilai informasi yang disajikan

dalam laporan keuangan untuk keperluan perencanaan, pengendalian, dan

pengambilan keputusan.Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

(SAKD) merupakan keharusan bagi pemerintah daerah dengan harapan

diterapkannya sistem tersebut dapat mewujudkan transparansi dan

akuntabilitas laporan keuangan daerah yang mencakup antara lain:

Laporan Perhitungan Anggaran, Nota Perhitungan, Laporan Arus Kas dan

Neraca Daerah ( Surjono, 2017:4), Rendahnya kualitas informasi laporan


2

keuangan dapat disebabkan oleh sistem akuntansi yang belum diterapkan

secara maksimal, sehingga perlu adanya peningkatan dalam

pengaplikasian sistem infomasi akuntansi keuangan daerah.

Menurut (Halim dan kusufi, 2013:43), Sistem Akuntansi Keuangan

Daerah adalah proses identifikasi, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan

transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah (kabupaten,

kota, atau provinsi) yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka

pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak eksternal entitas

pemerintah daerah (kabupaten, kota, atau provinsi) yang memerlukan.

Menurut (Nordiawan,2010) dalam Jurnal Julianto,dkk (2017)

Transparasi dan Akuntabilitas adalah merupakan dasar dari pelaporan

keuangan di pemerintah dan merupakan tujuan tertinggi pelaporan

keuangan pemerintah. Penyajian informasi yang utuh dalam laporan

keuangan akan menciptakan transparasi dan nantinya akan mewujudkan

akuntabilitas. Semakin baik penyajian laporan keuangan pemeritah daerah

maka akan berimplikasi terhadap peningkatan terwujudnya akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah.

Menurut Mahmudi(2016:97)Dalam rangka petanggung jawaban

pelaksanaan APBD seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

diamanatkan untuk membuat laporan keuangan. Laporan keuangan

merupakan salah satu bukti konkrit untuk mewujudkan transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan. Setiap laporan keuangan entitas

pemerintah digabungkan menjadi laporan keuangan pemerintah daerah.


3

Laporan keuangan pemerintah daerah terdiri dari Laporan Realisasi

Anggaran, Neraca, Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Yang

disajikan sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 71 nomor 2010

tentang Standar Akuntansi Pemerintah dan berdasarkan kaidah-kaidah

pengelolaan keuangan dilingkungan pemerintah.

Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistika Kabupaten Musi Rawas

sebagai tempat objek penelitian.karena, merupakan kantor milik

Pemerintah yang setiap tahunnya mewajibkan membuatLaporan

Keuangan yang kemudian diaudit oleh Inspektorat dan hasilnya akan di

audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistika Kabupaten Musi Rawas

menggunakan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA).

Aplikasi SIMDA digunakan untuk penyusunan anggaran, penatausahaan

dan pertanggung jawaban APBD dengan harapan Dinas Komunikasi,

Informatika dan Statistika Kabupaten Musi Rawas dapat melaksanakan

pengelolaan keuangan daerah dengan baik dan menyajikan laporan

keuangan dengan wajar mengingat banyaknya peraturan perundang-

undangan yang harus dilaksanakan oleh Intansi Pemerintah Daerah dan

Dinas Komunikasi Informatika dan Statistika Kabupaten Musi Rawas juga

menerapkan dengan cara manual. Pihak – pihak yang berhak mengetahui

informasi Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah di Dinas Komunikasi,

Informatika dan Statistika Kabupaten Musi Rawas sebagai berikut :

BPKD (Badan Pengelola Keuangan Daerah) Bagian Akuntansi,


4

Inspektorat Kabupaten Musi Rawas, BPK RI (Badan Pengawasan

Keuangan) Perwakilan Sumatra Selatan dan Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan.

Laporan keuangan yang di hasilkan Dinas Komunikasi, Informatika

dan Statistika Kabupaten Musi Rawasmasih belum memenuhi kiteria nilai

informasi mengenai laporan kinerja pemerintah secara transparan dan

mudah di pahami serta mudah di akses oleh masyarakat luas. Berdasarkan

uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai

penerapan sistem akuntansi keuangan, dengan judul “Penerapan

SistemAkuntansi Keuangan Daerah Dalam Mencapai Transparansi

dan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah di Dinas Komunikasi,

Informatika dan Statistika Kabupaten Musi Rawas”.

1.2.Fokus dan SubFokus Penelitian

a. Fokus Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan Fokus : “Penerapan

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah”.

b. Sub-Sub Fokus Penelitian

1. Transparansi.

2. Akuntabilitas.
5

1.3.Rumusan Masalah

Bagaimana Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dalam

Mencapai Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah di Dinas

Komunikasi Informasi Dan Statistik Kabupaten Musi Rawas pada 2018?

1.4.Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah di

Dinas Komunikasi Informasi Dan Statistik Kabupaten Musi Rawas di

tinjau dari Transparansi baik internal maupun eksternal serta

Akuntabilitas Keuangan pada tahun 2018.

1.5.Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan khususnya bagi peneliti

tentang bagaimana Penerapan SistemAkuntansi Keuangan Daerah dalam

mencapai Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah Dinas

Komunikasi Informasi Dan Statistik Kabupaten Musi Rawas.

Manfaat Praktis

a. Bagi Dinas Komunikasi Informasi Dan Statistik Kabupaten Musi

Rawas

Memberikan masukan dan saran kepada pihak dinas Komunikasi

Informasi Dan Komunikasi Kabupaten Musi Rawas berdasarkan teori

dan praktek yang ada, agar dapat meningkatkan laporan keuangan

yang berkualitas, transparansi dan akuntabilitas.


6

b. Bagi peneliti

Untuk menambah wawasan baru dan sebagai proses pembelajaran dan

menambah ilmu pengetahuan terkait penerapan sistem akuntansi

keuangan daerah dalam mencapai transparansi dan akuntabilitas

keuangan pemerintah dinas Komunikasi Informasi Dan Statistik

Kabupaten Musi Rawas.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya.

Untuk memberikan referensi yang dapat dijadikan informasi terkait

dengan Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dalam

mencapai Transparansi dan Akuntabilitas, Peneliti ini diharapkan

dapat dikembangan dan dapat menjadi Panduan dalam penelitian

selanjutnya.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Deskritif Konseptual Fokus dan Subfokus

a.Deskritif Konseptual Fokus

1.) PengertianSistem Akuntansi Keuangan Daerah

Menurut (mahmudi,2016:223) Sistem Akuntansi keuangan daerah

adalah serangkaian prosedur manual maupun terkomputerisasi mulai

dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan

pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan Pemerintah Daerah.

Menurut (Sujarweni, 2015:158)Akuntansi Keuangan Daerah

adalah aktivitas jasa yang terdiri dari pencatatan, pengklasifikasian dan

pelaporan transaksi ekonomi(keuangan) dari entitas pemerintah daerah

pemda (kabupaten, kota, atau provinsi) yang dijadikan sebagai

informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi yang

diperlukan oleh pihak-pihak eksternal entitas pemda (kabupaten, kota,

atau provinsi).

Menurut (Halim dan kusufi, 2013:43)Sistem Akuntansi Keuangan

Daerah adalah proses identifikasi, pengukuran, pencatatan, dan

pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah

daerah (kabupaten, kota, atau provinsi) yang dijadikan sebagai

informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-

pihak eksternal entitas pemerintah daerah (kabupaten, kota, atau

provinsi) yang memerlukan.


8

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Sistem

Akuntansi Keuangan Daerah merupakan serangkaian prosedur

yang saling berhubungan yang disusun sesuai dengan menyeluruh

yang ditunjukan untuk menghasilkan informasi dalam bentuk

laporan keuangan yang akan digunakan pihak intern dan pihak

ekstern Pemerintahan Daerah untuk mengambil keputusan

ekonomi.

2.) Prinsip-Prinsip DasarSistem Akuntansi Keuangan Daerah

Menurut mahmudi (2016:177) Prinsip Dasar Pengelolaan

Keuangan Negara :

1. Akuntabilitas berorientasi pada hasil

2. Profesionalitas

3. Proporsionalitas

4. Keterbukaan (transparansi) dalam pengelolaan keuangan negara

5. Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan

mandiri.

Menurut Wikipedia bahasa Indonesia (https://id.wikipedia.org)

yang diakses 21maret 2019, Ada 4 prinsip-prinsip dasar yaitu :

1. Kejelasan peranan dan pertanggungjawaban kebijakan fiscal;

2. Ketersediaan informasi keuangan bagi masyarakat

3. Keterbukaan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan

anggaran;

4. Adanya jaminan Independensi atas kebijakan fiskal yang baik.


9

Berdasaran penjelasan tersebut , maka dapat disimpulkan prinsip-

prinsip sistemakuntansi keuangan daerah adalah basis akuntansi, dan

keterbukaan (transparansi) dalam pengelolaan keuangan negara.

3.) Fungsi dan Tujuan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Fungsi Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah

Menurut Mahmudi (2016:9) Fungsi utama dari laporan

keuangan pemerintahan daerah adalah untuk memberikan

informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan

dengan laporan tersebut yang akan digunakan sebagai dasar

pengambil keputusan ekonomi, sosial dan politik.

Menurut dalam PP nomor 74 /PMK.07 /2016 pasal 3 :

penyusunan standar IKD (Informasi Keuangan Daerah);

1. penyajian IKD kepada masyarakat;

2. penyiapan rumusan kebijakan teknis penyajian Informasi;

3. penyiapan rumusan kebijakan teknis di bidang teknologi

pengembangan SIKD (Sistem Informasi Keuangan Daerah);

4. pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan SIKD;

5. pembakuan SIKD yang meliputi prosedur, pengkodean,

peralatan, aplikasi dan pertukaran informasi; dan

6. pengkoordinasian jaringan komunikasi data dan pertukaran

informasi antar instansi Pemerintah.


10

Menurut Tanjung (2012:12)Pelaporan keuangan pemerintah

seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para

pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan

baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan

menyediakan informasi sebagai berikut . :

1. Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi,

danpengguna sumber daya keuangan.

2. Menyediakan informasi mengenai kecukupan

penerimaanperiode berjalan untuk membiayai seluruh

pengeluaran.

3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya

ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas

pelaporserta hasil-hasil yang telah dicapai.

4. Menyediakan informasi mengenai bagaiman entitas

pelaporan mendanai seluruh kegiatan mencukupi

kebutuhankasnya.

5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan

kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber

penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka

panjang,termasuk yang berasal dari pajak dan pinjaman.

6. Menyediakan informasi mengenai perubahan

posisikeuangan entitas pelaporan, apakah mengalami


11

kenaikan/penurunan, sebagai akibat kegiatan yang

dilakukanselamaperiode pelaporan.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, maka dapat

disimpulkan fungsi sistem akuntansi keuangan daerah adalah untuk

memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan dalam menilai akuntabilitas dan manajerial untuk

membuat keputusan, baik keputusan ekonomi, sosial, maupun

politik.

Tujuan Sistem Akunatnsi Keuangan Daerah

Menurut Mahmudi (2016:45) adapun secara garis besar tujuan

penyajian laporan keuangan bagi pemerintah daerah adalah sebagai

berikut:

1. Untuk memberikan informasi yang bermanfaat

dalampembuatan keputusan ekonomi, sosial, dan politik ;

2. Untuk alat akuntabilitas publik ;

3. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam

mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasi.

Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 /PMK.07

/2016pasal 3Pemerintah secara nasional dengan tujuan:

1. Merumuskan kebijakan dan pengendalian fiskal nasional;

2. Menyajikan IKD secara nasional;


12

3. Merumuskan kebijakan keuangan daerah, seperti Dana

Perimbangan, Pinjaman Daerah, dan Pengendalian Defisit

Anggaran; dan

4. Melakukan pemantauan, pengendalian dan evaluasi

pendanaan antara lain terhadap Desentralisasi,

Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan, Pinjaman Daerah, dan

Defisit Anggaran Daerah.

Menurut Abdul Halim (2004:28) di kutip dalam website

(http://bpkad.banjarkab.go.id) yang di akses 11 september 2017

Akuntansi Pemerintahan mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Pertanggung jawaban (accountability and stewardship) :

Tujuan pertanggung jawaban memiliki arti memberikan

informasi keuangan yang lengkap, cermat, dalam bentuk

dan waktu yang tepat, yang berguna bagi pihak yang

bertanggung jawab yang berkaitan dengan operasi unit-unit

pemerintahan.

2. Manajerial :

Tujuan manajerial berarti bahwa akuntansi pemerintah

harus menyediakan informasi keuangan yang diperlukan

untuk perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,

pemantauan, pengendalian anggaran, perumusan

kebijaksanaan dan pengambilan keputusan, serta penilaian

kinerja pemerintah.
13

3. Pengawasan :

Tujuan pengawasan memiliki arti bahwa akuntansi

pemerintah harus memungkinkan terselenggaranhya

pemeriksaan oleh aparat pengawasan fungsional secara

efektif dam efisien.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan tujuan

sistem akuntansi keuangan daerah adalah untuk memberikan informasi

yang bermanfaat dalam, pembuatan keputusan ekonomi, sosial, dan

politik, alat untuk akuntabilitas publik atau pertanggung jawaban,

manajerial, dan pengawasan.

4.) Metode SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dan SKPKD

(Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah)

Menurut Halim dan Kusufi (2013,87:92) Metode Satuan Kerja

Pengelolaan Keuangan Daerah (SKPKD) dan Metode Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD). :

Metode SKPKD (Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah) Laporan

yang dihasilkan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas dan akuntansi

selain kas pada SKPKD terdiri atas:

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

3. Neraca

4. Laporan Operasional

5. Laporan Perubahan Ekuitas

6. Laporan Arus Kas


14

7. Catatan atas Laporan Keuangan.

Menurut Mahmudi, (2016:15) Laporan yang dihasilkan dalam

prosedur akuntansi selain kas pada SKPKD terdiri atas berikut ini :

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

3. Neraca

4. Laporan Operasional

5. Laporan Perubahan Ekuitas

6. Laporan Arus Kas

7. Catatan atas Laporan Kkeuangan (CaLK)

Metode SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)

Menurut Halim dan Kusufi (2013:87-92) Laporan yang dihasilkan

dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas dan akuntansi selain kas

pada SKPD terdiri atas berikut ini:

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

2. Neraca

3. Laporan Operasional

4. Laporan Perubahan Ekuitas

5. Catatan atas Laporan Keuangan(CaLK).

Menurut Mahmudi (2016:16) Laporan yang dihasilkan dalam

Prosedur akuntansi selain kas pada SKPD terdiri atas berikut ini :

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

2. Neraca
15

3. Laporan Operasional

4. Laporan Perubahan

5. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan metode

sistem akuntansi keuangan daerah adalah metode SKPKD dan SKPD

yang memiliki kesamaan yaitu prosedur akuntansi pengeluaran kas,

prosedur akuntansi selain kas.

5.) TahapanSistem Akuntansi Keuangan Daerah

Menurut Mahmudi (2016:17-19) Siklus Pengelolaan Keuangan

Daerah adalah sebagai berikut:

1. Tahap perencanaan

Dalam siklus pengelolaan keuangan daerah, terhadap


perencanaan merupakan tahap yang sangat krusial. Kualitas
hasil (outcome) dari pengelolaan keuangan daerah sangat
dipengaruhi oleh seberapa bagus perencanaan yang dibuat.
2. Tahap Pelaksanaan
Output dari terhadap perencanaan adalah berupa RAPBD yang

telah disahkan oleh DPRD menjadi APBD. Output

perencanaan tersebut akan menjadi input bagi tahap

pelaksanaan, yaitu implementasi anggaran. Dalam tahap

pelaksanaan anggaran terhadap suatu proses berupa sistem

akuntansi pemerintah daerah.

3. Tahap Pelaporan

Output dari tahap pelaksanaan yang berupa laporan

pelaksanaan anggaran akan menjadi input bagi tahap


16

pelaporan. Input tersebut akan diproses lebih lanjut untuk

menghasilkan output berupa laporan keuangan yang akan

dipublikasikan. Proses pelaporan tersebut dilakukan dengan

mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintah yang sudah

ditetapkan.

4. Tahap Evaluasi Kinerja.

Laporan keuangan pemerintah daerah yang sudah diaudit

merupakan bagian dari Laporan Keterangan

Pertanggungjawban (LKPJ) kepala daerah untuk disampaikan

kepada DPRD dan masyarakat yang selanjutnya akan

digunakan sebagai informasi untuk evaluasi kinerja eksekutif.

Menurut Halim (2013:57) pengertian siklus akuntansi adalah

tahap-tahap yang ada dalam sistem akuntansi. Tahap-tahap tersebut

meliputi:

1. Mendokumentasikan transaksi keuangan dalam bukti dan

melakukan analisis transaksi keuangan tersebut

2. Mencatat transaksi keuangan dalam buku jurnal. Tahap

inidisebut menjurnal.

3. Meringkas dalam buku besar, transaksi-transaksi keuangan

yang sudah dijurnal. Tahap ini disebut posting atau

mengakukan.

4. Menentukan saldo-saldo buku besar di akhir periode dan

menuangkannya dalam neraca saldo.


17

5. Menyesuaikan buku besar berdasar pada informasi yang

palingup-to-date (mutakhir).

6. Menentukan saldo-saldo buku besar setelah penyesuaian dan

menuangkan dalam neraca saldo setelah penyesuai (NSSP).

7. Menyusun laporan keuangan berdasarkan pada NSSP.

8. Menutup buku besar.

9. Menentukan saldo-saldo buku besar dan menuangkan dalam

neraca saldo setelah tutup buku.

Berdasaran penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan tahapan

sistem akuntansi keuangan daerah adalah tahap perencanaan,

pelaksanaan dan pelaporan.

6.) IndikatorSistem Akuntansi Keuangan Daerah

Menurut Mahmudi (2016:22) Indikator Sistem Akuntansi

Keuangan Daerah adalah sebagai berikut:

1. Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas

2. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas

3. Prosedur Akuntansi Selain Kas

4. Prosedur Akuntansi Aset

Menurut Badan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah

(http://bpkad.banjarkab.go.id) yang diakses 11September 2017, ada 4

indikator berdasarkan Permendagri no 13 tahun 2006 pasal 223 :

1. Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas

2. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas


18

3. Prosedur Akuntansi Aset

4. Prosedur Akuntansi Selain Kas

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, maka dapat

disimpulkan indikator sistem informasi akuntansi keuangan daerah

adalah pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan laporan keuangan .

7.) Faktor – Faktor Yang MemengaruhiSistem Akuntansi Keuangan

Daerah

Menurut(Karmila, Tanjung, dan Darlis,2014) dalam jurnal

Komarasari (2016:1) Faktor pertama yang mempengharui keteradalan

penyusunan laporan keuangan daerah adalah kapasitas sumber daya

yang memadai. Terbatasnya pegawai pemerintah yang berlatar

belakang pendidikan bidang akuntansi menjadikan kurangnya

pemahaman atau penguasaan aparatur Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) dalam mengelola keuangan daerah dengan baik dan benar

yang mengakibatkan pemborosan bahan, waktu, dan tenaga. Oleh

karena itu untuk dapat melaksanakan tanggung jawab dan

menghasilkan laporan keuangan yangmemenuhi karakteristik

keterandalan, maka kapasitas sumber daya manusia yang

melaksanakan sistem akuntansi yang sangatlah penting.

Menurut Indriasari dan Nahartyo, (2008) dalam Jurnal Komalasari

(2016:2) faktor kedua yang mempengharui keterandalan pelaporan

keuangan daerah Menurut adalah pemanfaatan teknologi informasi.

Kapasitas sumber daya manusia yang memadai belum tentu bisa


19

menghasilkan laporankeuangan yang andal jika tidak didukung dengan

teknologi informasi. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

berkewajiban mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi

informasi untuk meningkatkan kemampuan mengelola kuangan daerah

dan menyalurkan Informasi Keuangan Daerah kepada pelayanan

publik, selain itu dengan menggunakan teknologi informasi salah

satunya komputer dalam menghitung dan menyusun laporan keuangan

akan lebih cepat, akurat dan konsisten dari pada sistem manual.

Menurut (Purwino,2007:120) dalam Jurnal Komarasari (2016:3)

faktor ketiga yang mempengharui keterandalan pelaporan keuangan

daerah adalah pengendalian intern akuntansi. Penyusunan laporan

keuangan tentu saja sering terjadi kesalahan baik disengaja maupun

tidak disengaja, oleh karena itu untuk menyakinkan stakeholder

maupun publik mengenai keakuratan laporan keuangan yang dibuat

oleh pemerintah dibutuhkan sistem pengendalian intern yang optimal.

Sebuah sistem pengendalian intern tidak dimaksud untuk meniadakan

semua peluang terjadinya kesalahan atau penyelewengan, akan tetapi

sebuah sistem pengendalian intern yang baik dapat menekan terjadinya

kesalahan dan penyelewengan dalam batas-batas yang dapat dianggap

layak, serta seandainya hal tersebut terjadi makan akan segera dapat

diketahui dan diatasi.


20

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, maka dapat

disimpulkan faktor-faktor yang memengaruhi sistem akuntansi

keuangan daerah adalah terbatasnya pegawai pemerintah yang berlatar

belakang pendidikan bidang akuntansi, pemanfaatan teknologi

informasi, dan pengendalian intern akuntansi.

8.) Keterkaitan Sub-subfokus

Sistem akuntansi keuangan daerah merupakan serangkaian

prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu

skema yang menyeluruh dan ditunjukan untuk menghasilkan informasi

dalam bentuk laporan keuangan yang akan digunaan pihak intern dan

pihak ekstern pemerintah daerah untuk mengambil keputusan

ekonomi. Dilaksanakan berdasarkan prinsip : basis akuntansi, dan

keterbukaan (transparansi) dalam pengelolaan keuangan negara.

Dengan fungsi dan tujuan sistem informasi akuntansi keuangan daerah

adalah untuk memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak

yang berkepentingan dalam menilai akuntabilitas, manajerial dan

pengawasan untuk membuat keputusan, baik keputusan ekonomi,

sosial, maupun politik.


21

b. Deskritif Konseptual Subfokus

1. Transparansi

1.) Pengertian Transparansi

Menurut lampiran I.01 Peraturan Pemerintah RI Nomor 71

tahun 2010, transparansi adalah memberikan informasi keuangan

yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan

pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui

secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggung jawaban pemerintahan

dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan

ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

Menurut (Tahir,2014:109) Transparansi berarti keterbukaan

(oppeness) pemerintah dalam memberikan informasi yanng terkait

dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-

pihak yang membutuhkan informasi. Pemerintah berkewajiban

untuk memberikan informasi keuangan dan informasi lainnya yang

akan digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi sosial dan

politik oleh pihak yang berkepentingan.

Menurut Atmadja, (2013:19) dalam jurnal Maries, Herawati,

Sinarwati (2017) Transparansi merupakan organisasi secara

terbuka menyediakan informasi yang material dan relvan serta

mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan

Transparansi dalam pemerintahan adalah mengungkapkan hal-hal

yang sifatnya berkala kepada pihak – pihak yang memiliki


22

kepentingan atau yang membutuhkan informasi keuangan dan

informasi lainnya untuk itu, yang mencangkup dalam hal ini yaitu

masyarakat luas (pihak eksternal).

2.) Prinsip – Prinsip Dasar Transparansi

Menurut Kristianten (2006) dalam jurnal Gosal,dkk (2016:4)

menyebutkan bahwa transparansi anggaran adalah informasi terkait

perencanaan penganggaran merupakan hak setiap masyarakat. Hak

masyarakat yang terkait penganggaran yaitu :

1. Hak untuk mengetahui

2. Hak untuk mengamati dan menghadiri pertemuan publik

3. Hak untuk mengemukakan pendapat

4. Hak untuk memperoleh dokumen publik

5. Hak untuk diberi informasi

Menurut Tahir (2014:116) Prinsip Transparansi dalam

penyelenggaraan Daerah adalah sebagai berikut:

1. Prinsip komunikatif,

2. Prinsip konsistensi,

3. Prinsip Kohesivitas,

4. Prinsip Partisipatif

5. Maka suatu hal yang tidak mungkin akan tumbuhpartisipasi

baik partisipasi aparat maupun partisipasi publik.

Menurut krina (2003) dalam Jurnal (Martha,2014:14) Prinsip yang

menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh


23

informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi

mengenai kebjikan, proses pembuatan, pelaksanaan, dan hasil yang

dicapai. Prinsip Transparansi ini menekankan kepada 2 aspek :

1. Komunikasi Publik Oleh Pemerintah

2. Hak masyarakat terhadap akses informasi.

Berdasaran penjelasan-penjelasan tersebut, maka dapat

disimpulkan, prinsip Transparansi laporan keuangan adalah adanya

informasi yang mudah dipahami dan diakses oleh pihak eksternal,

dan komuniasi publik oleh pemerintah.

3.) Fungsi dan Tujuan Transparansi

Fungsi Transparansi

Fungsi Transparansi menurut Mahmudi (2016:3) adalah sebagai

berikut:

a. Membandingkan kinerja keuangan yang dicapai dengan yang

direncanakan (realisasi vs. Anggaran),

b. Menilai ada tidaknya unsur korupsi dan manipulasi dalam

perencanaan dan pelaksanaan anggaran,

c. Menentukan ringkat kepatuhan terhadap peraturan

perundangan yang terkait,

d. Mengetahui hak dan kewajiban masing-masing pihak, yaitu

antara pemerintah dengan masyarakat dan dengan pihak lain

yang terkait.
24

Menurut Lalolo (2003:13) dalam jurnal Gosal (2016) Fungsi

transparansi adalahyang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap

orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan

pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan

serta hasil yang dicapai.

Menurut Mustopa Didjaja (2003 :261) fungsi transparansi adalah

keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan

sehingga dapat diketahui oleh masyarakat. Transparansi pada

akhirnya akan menciptakan akuntabilitas antara pemerintah dengan

rakyat.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, maka dapat

disimpulkan, fungsi transparansi laporan keuangan adalah

menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan

masyarakat (pihak eksternal),keterbukaan melalui informasi publik

yangbenar, jujur dan tidak diskriminatif.

1. Tujuan Transparansi

Menurut Tahir (2014:109) Tujuan dari transparansi dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat dilihat dalam dua hal

yaitu :

a. Salah satu wujud pertanggung jawaban pemerintah kepada

rakyat, dan

b. Upaya peningkatan manajemen pengelolaan dan

penyelenggaraan pemerintah yang baik dan mengurangi


25

c. kesempatan praktek kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN).

Menurut (Jamal Ma‟mur Asmani 2012:228) dalam jurnal

Anggraini (2013), bahwa transparansi dalam penyelenggaraan

pelayanan publik adalah terbuka, mudah dan dapat diakses oleh

semua pihak yang membutuhkan secara memadai dan mudah

dimengerti.

Menurut Mardiasmo (2016:11), bahwa tujuan transparansi dalam

menyusun anggaran terdapat 5 kriteria, yaitu :

1. Tersedianya pengumuman kebijakan anggaran.

2. Tersedianya dokumen anggaran dan mudah diakses.

3. Tersedianya laporan pertanggung jawaban yang tepatwaktu.

4. Terakomondasinya usulan/suara rakyat.

5. Tersedianya sistem pemberian informasi kepada publik.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, maka dapat

disimpulkan, Tujuan transparansi laporan keuangan adalah salah satu

wujud pertanggungjawaban pemerintah kepada rayat, Mencegah

korupsi tersedianya laporan keuangan yang mudah diakses dan tepat

waktu.

4. Metode Transparansi

Terdapat 3 (tiga) menurut (https://cintaimabar.blogspot.com)

115549-ID-pengaruh-penyajian-laporan-keuangan-daer (dalam jurnal

hal 3 ) diakses 9 Januari 2013.mekanisme yang dapat dilaksanakan


26

daerah agar lebih responsif, transparan, dan akuntabel serta

selanjutnya dapat mewujudkan good governance yaitu :

1. Mendengarkan suara atau aspirasi masyarakat

sertamembangun kerjasama pemberdayaan masyarakat

2. Memperbaiki internal rules dan mekanisme pengendalian

3. Membangun iklim kompetisi dalam memberikan

layananterhadap masyarakat serta marketisasi.

Menurut (https://akuntansipemerintahan.wordpress.com) diakses

10 November 2013beberapa cara yang dapat dilakukan oleh

Pemerintah Daerah dalam rangka transparansi keuangan daerah :

1. Membangun Kepercayaan Masyarakat

2. Membangun Komitmen dilingkungan Aparatur

3. Audit Alternatif

Menurut (https://www.kompasiana.com) diakses pada 6 November

2016.3 (tiga) faktor utama yang dapat mendorong dan mempercepat

terwujudnya transparansi dan partisipasi di atas adalah:

1. Ketersediaan data/informasi yang akurat, komprehensif,dan

terkini;

2. Kemudahan mengakses data/informasi; serta

3. Keseragaman data/informasi yang disampaikan.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, maka dapat di

simpulkan metode transparansi laporan keuangan adalah

mendengarkan suara atau aspirasi masyarakat serta membangun


27

kerjasama pemberdayaan masyarakat, membangun kepercayaan

masyarakat, ketersediaan data/informasi yang akurat dan mudah

diakses.

5. Tahapan Transparansi

Menurut (https://www.kompasiana.com) diakses 6 Novemeber

2016 Tahap Faktor utama yang dapat mendorong terwujudnya

transparansi :

1. Ketersediaan data/informasi yang akurat, komprehensif dan

terkini

2. Kemudahan mengakses data/informasi; serta

3. Keseragaman data/informasi yang disampaikan.

Menurut (www.bppk.kemenkeu.go.id) diakses 7 Oktober 2013

Langkah-langkah yang tegas dalam mengurangi peraturan dan

prosedur yang menghambat kreativitas mereka dalam transparansi:

1) Memberi kesempatan kepada masyarakat untuk dapat

berperanserta dalam proses penyusunan peraturan

kebijakan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan.

2) Pemberdayaan dan keterbukaan akan lebih mendorong

3) Akuntabilitas dalam pemanfaatan sumber daya dan adanya

keputusan – keputusan pembangunan yang benar – benar

diarahkan sesuai prioritas dan kebutuhan masyarakat, serta

dilakukan secara riil dan adil sesuai aspirasi dan

kepentingan masyarakat.
28

Berdasarkan penjelasantersebut, maka dapat disimpulkan tahapan

transparansi laporan keuangan adalah memberikan kesempatan

kepada masyarakat untuk dapat berperan serta dalam proses

penyusunan peraturan kebijakan, pelaksanaan, pengawasan

pembangunan, pemberdayaan dan keterbukaan lebih mendorong.

6. Indikator Transparansi

Menurut Sedarmaryanti (2013:289) Indikator Transparansi adalah

sebagai berikut:

1. Tersedianya informasi yang memadai pada setiapproses

penyusunan dan implementasi kebijakan publik.

2. Adanya akses pada informasi yang siap, mudah dijangkau,

bebas diperoleh dan tepat waktu.

3. Bertambahnya pengetahuan dan wawasan masyarakat terhadap

penyelenggaraan pemerintah daerah.

4. Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

5. Meningkatnya jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam

pembangunan daerah.

Menurut IDASA (Institute for Democrasy Alternative In South

Africa) yang dikutip Nico (2007) dalam Jurnal (Febriana,2016:81)

bahwa keberhasilan transparansi suatu lembaga ditunjukan oleh

indikator sebagai berikut :

1. Ada tidaknya kerangka kerja hukum bagi transparansi

2. Adanya akses masyarakat terhadap transparansi anggaran


29

3. Adanya audit yang independen dan efektif

4. Adanya keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan

anggaran.

Trasnparansi dapat diukur melalui indikator-indikator sebagai

berikut (Rima,2006) dalam jurnal Juliastuti (2013):\

1. Pemberian informasi oleh pemerintah daerah yang berkaitan

dengan kebijakan anggaran yang telah disusun

2. Kemudahan dokumen-dokumen kebijakan anggaran yang telah

disusun oleh pemerintah daerah untuk diketahui oleh publik.

3. Ketepatan waktu penyampaian laporan pertanggungjawaban

4. Kemampuan transparansi anggaran dalam meningkatkan dan

mengakomodasikan usulan.

5. Adanya sistem penyampaian informasi anggaran kepada

publik.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, maka dapat

disimpulkan indikator transparansi laporan keuangan adalah

tersedianya informasi yang memadai pada setiap proses penyusunan

dan implementasi kebijakan publik, adanya ases masyarakat terhadap

transparansi anggaran, adanya audit yang independen dan efektif,

meningkatan arus informasi melalui kerja sama dengan media massa

dan lembaga non pemerintahan.


30

7. Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Transparansi

Menurut Arifianto (2005) dalam Jurnal Masruroh (2015:2)

Keterbukaan informasi diharapkan menghasilkan persaingan politik

yang sehat toleran, dan kebijakan pemerintah dibuat berdasarkan

pada preferensi kebutuhan politik.

Menurut Asian Development Bank (1999) dalam Arifianto

(2005) dalam Jurnal Masruroh (2015:3) Transparansi dalam

pengambilan keputusan pemerintah dan pelaksanaan kebijakan

publik dapat mengurangi ketidak pastian dan membantu mencegah

korupsi oleh aparat pemerintah.

Menurut Masruroh dalam jurnal (2015:3) Faktor-faktor yang

mempengharui Transparansi laporan keuangan pemerintah kota :

1. Tekanan Eksternal (TE)

Isomorfisme koersif selalu terkait dengan segala hal yang

terhubung dengan lingkungan di sekitar organisasi.

Isomorfisme koersif (Coercive isomorphism) merupakan

hasil dari tekanan formal dan informasi yang diberikan pada

organisasi oleh organisasi menjalankan fungsinya.

2. Ketidakpastian Lingkungan (KL)

Ketidakpastian lingkungan merupakan keterbatasan

individu dalam menilai probabilitas gagal atau berhasilnya

keputusan yang telah dibuat. Ketidakpastian lingkungan


31

adalah situasi seseorang yang terkendala untuk

memprediksi situasi di sekitarnya sehingga mencoba untuk

melakukan sesuatu untuk menghadapi ketidakpastian

tersebut.

3. Komitmen Manajemen (KM)

Komitmen manajemen cenderung didefinisikan sebagai

suatu perpaduan antara sikap dan perilaku. Komitmen

manajemen terbentuk pada dasarnya adanya komitmen

karyawan (individu).

4. Kapasitas Sumber Daya Manusia

Kapasitas sumber daya manusia adalah kemampuan

seseorang atau individu, suatu organisasi (kelembagaan),

atau suatu sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi atau

kewenangannya untuk mencapai tujuannya secara efektif

dan efisien. Kualitas harus dilihat sebagai kemampuan

untuk mencapai kinerja, untuk mengahsilkan keluaran-

keluaran (output) dan hasil-hasil (outcome).

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, maka dapat

disimpulkan faktor-faktor yang memengaruhi transparansi laporan

keuangan adalah keterbukaan informasi diharapkan menghasilkan

persaingan politik yang sehat toleran, transparansi dalam

pengambilan keputusan pemerintah dan pelaksanaan kebijakan

publik dapat mengurangi ketidak pastian dan membantu mencegah


32

korupsi oleh aparat pemerintah, dan tekanan eksternal (TE),

ketidakpastian lingkungan (kl), komitmen manajemen (km),

kapasitas sumber daya manusia.

8. Keterkaitan Sub-subfokus

Transparansi dalam pemerintahan mengungkapkan hal-hal yang

sifatnya material secara berkala kepada pihak-pihak yang memiliki

kepentingan atau yang membutuhkan informasi keuangan dan

informasi lainnya untuk itu dalam hal ini yaitu masyarakat luas.

Dilaksanakan berdasarkan adanya informasi yang mudah dipahami

dan diakses oleh pihak eksternal, dan komuniasi publik oleh

pemerintah. Dengan fungsi transparansi adalah menciptakan

kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat (pihak

eksternal), keterbukaan melalui informasi publik yang benar, jujur

dan tidak diskriminatif, dan tujuan transparansi adalah salah satu

wujud pertanggungjawaban pemerintah kepada rayat, Mencegah

korupsi tersedianya laporan keuangan yang mudah diakses dan

tepat waktu.

Transparansi dan akuntabilita smemiliki keterkaitan dalam

pembuatan Laporan Keuangan suatu bentuk kebutuhan transparansi

yang merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas yang

berupa keterbukaan pemerintah atas aktivitas pengelolaan sumber

daya publik. Transparansi dan Akuntabilitas secara konsep saling


33

berhubungan. tanpa transparansi tidak akan ada akuntabilitas, tanpa

akuntabilitas transparansi tidak berarti.

2. Akuntabilitas

1) PengertianAkuntabilitas

Akuntabilitas menurut Lampiran I.01 Peraturan Pemerintah

RI Nomor 71 Tahun 2010 adalah mempertanggung jawabkan

pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang

dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan secara periodik. Dalam hal ini akuntabilitas

dapat diimplementasikan dengan baik apabila menerapkan

akuntansi berbasis akrual. Sektor pemerintahan memerlukan

bentuk laporan keuangan yang berada dengan sektor privat karena

perbedaan akuntabilitas yang dihadapi.

Menurut (Atmadja, 2013:19)Akuntabilitas adalah kewajiban

organisasi untuk memberikan pertanggung jawaban atau

menjawab dan menerangkan kinerja serta tindakan seseorang atau

pemimpin suatu unit organisasi kepada pihak yang berwenang

meminta pertanggunng jawaban.

Menurut (Lukito, 2014:2) Akuntabilitas adalah bentuk

kewajiban penyelenggaraan kegiatan publik untuk dapat

menjelaskan dan menjawab segala hal menyangkut langkah dari

suatu keputusan dan proses yang dilakukan, serta pertanggung

jawaban terhadap hasil dan kinerjanya.


34

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, maka dapat

disimpulkan Akuntabilitas adalah dengan kata lain terkandung

kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala tindak

tanduk dan kegiatan terutama di bidang administrasi keuangan

kepada pihak yang lebih tinggi/atasanya.

2) Prinsip – Prinsip DasarAkuntabilitas

Dalam pelaksanaan akuntabilitas dalam lingkungan

pemerintahan, perlu memperhatikan prinsip-prinsip akuntabilitas,

seperti dikutip Lembaga Administrasi Negara (LAN) dan BPKP

(Modul 4 Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah : 43) yaitu

sebagai berikut :

1. Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi

untuk melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar

akuntabel.

2. Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin

penggunaan sumber daya secara konsisten dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

3. Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan.

4. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil

dan manfaat yang diperoleh.

5. Harus jujur, objektif, transparan dan inovatif sebagai

katalisator perubahan manajemen instansi pemerintahan


35

dalam bentuk pemuktahiran metode dan teknik pengukuran

kinerja dan penyusunan laporan akuntabilitas.

Menurut (https://www.komsiana.com )yang di akses 6

november 2016 (sewandono ,2016) Prinsip –prinsip akuntabilitas

kinerja adalah sebagai berikut:

1. Konsisten dan menggambarkan penerapan prinsip-prinsip

tata kelola yang baik (good governance) dan auditable.

2. Obyektif, komprehensif, informatif dan akurat.

3. Didukung dengan bukti-bukti yang cukup, relevan, kompeten

(berkesesuaian) dan materil.

4. Menunjukan tingkat pencapaian kinerja atau tujuan/sasaran

yang telah ditetapkan, termasuk tingkat keberhasilan dan atau/

kegagalan dalam pencapaian tujuan/sasaran yang telah

ditetapkan.

Menurut Skripsi Fierda, (2015:16)Prinsip-prinsip Materi laporan

sekurang kurangnya mengenai:

1) Tingkat kemajuan/pencapaian kinerja tujuan/sasaran yang

telah ditetapkan

2) Realisasi/pertanggung jawaban keuangan/ pembiayaannya

3) Pengelolaan barang inventaris /pedrsediaan/bantuan.

4) Kendala / permasalahan yang dihadapi dan penanganan /

penyelesaiannya.
36

5) Pengaduan masyarakat dan stakeholders lainnya serta tindak

lanjutnya.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, maka dapat

disimpulkan prinsip-prinsip akuntabilitas adalah harus jujur, objektif,

transparan, obyektif, komprehensif, informatif dan akurat, dan

meningkatan kemajuan dalam pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan.

3) Fungsi dan TujuanAkuntabilitas

Fungsi Akuntabillitas

Menurut (Sedarmayanti (2013:31) mengatakan bahwa fungsi

pelaksanaan akuntabilitas perlu memperhatikan asas-asas sebagai

berikut :

1. Komitmen pemimpin dan seluruh staf instansi untuk

melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.

2. Beberapa sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber

daya secara konsisten dengan peraturan perundang-

undangan yang diperoleh.

3. Menunjukkan tingkat pencapaian visi dan misi serta hasil

dan manfaat yang diperoleh.

4. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan

manfaat yang diperoleh.

5. Jujur, obyektif, transparan, dan inovatif sebagai katalisator

perubahan manajemen instansi pemerintah.


37

Menurut (Nasirah ,2016:16) Fungsi akuntabilitas untuk kegiatan

kontrol terutama dalam pencapaian hasil pada pelayanan publik.

Dalam hubungan ini, diperlukan evaluasi kinerja yang dilakukan

untuk mengetahui sejauh mana pencapaian hasil serta cara-cara

yang digunakan untuk mencapai semua itu.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, maka dapat

disimpulkan fungsi auntabilitas keuangan adalah memulihkan dan

memelihara kepercayaan masyaraat terhadap pemerintah, jujur

obyektif, transparan, dan inovatif sebagai katalisator perubahan

manajemen instansi pemerintah.

Tujuan Akuntabilitas

Menurut (Andrianto,2007:23) dalam (Skripsi

Widiyanti,2017:24) tujuan akuntabilitas adalah sebagai berikut:

a. Mampu menyajikan informasi penyelenggaraan pemerintah

secara terbuka, cepat dan tepat kepada masyarakat.

b. Mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi

publik.

c. Mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat

dalam proses pembangunan dan pemerintahan

d. Mampu menjelaskan dan mempertanggung jawabkan setiap

kebijakan publik secara proporsional.

e. Adanya sasaran bagi politik untuk menilai kinerja

pemerintah. Dengan pertanggung jawabkan publik,


38

masyarakat dapatmenilai drajat pencapaian pelaksanaan

program /kegiatan pemerintah.

Menurut Waluyo (2007:197) dalam Skripsi (Fierda,2015:17)

tujuan akuntabilitas menurut Herbert, Killough, dan Stretss,

manajemen suatu organisasi harus “accountable” untuk :

a. Menentukan tujuan yang tepat;

b. Mengembangkan standar yang diperlakukan untuk

pencapaian tujuan yang ditetapkan;

c. Secara efektif memperomosikan penerapan pemakaian

standar;

d. Mengembangkan standar organisasi dan operasi

secaraekonomis dan efesien.

Menurut (Waluyo,2007:197) dalam Skripsi (Fierda,2015:33)

upaya terwujudnya sistem akuntabilitas pada organisasi dimaksudkan

untuk :

1. Menentukan dan memelihara kepercayaan masyarakat

terhadap organisasi.

2. Mendorong terciptanya transparansi dan reponsiveness

organisasi.

3. Mendorong partisipasi masyarakat.

4. Menjadikan organisasi lebih dapat beroperasi secara efisien,

efektif, ekonomis dan responsive terhadap aspirasi

masyarakat dan lingkungannya.


39

5. Mendorong pengembangan sistem penilaian yang wajar

melalui pengembangan pengukuran kinerja.

6. Mendorong terciptanya iklim kerja yang sehat dan kondusif

serta peningkatan disiplin.

7. Mendorong peningkatan kualitas pelayanan kepada

masyarakat.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, maka dapat

disimpulkan tujuan akuntabilitas keuangan adalah mampu

menyajikan informasi penyelenggaraan pemerintah secara terbuka,

cepat dan tepat kepada masyarakat, mampu memberikan pelayanan

yang memuaskan bagi publik, dan melihara kepercayaan masyarakat

terhadap pemerintah.

4) Metode Akuntabilitas

Menurut (https://cintaimabar.blogspot.com) diakses 9 Januari

2013 Terdapat 3 (tiga) mekanisme yang yang dapat dilaksanakan

daerah agar lebih responsif, transparan, dan akuntabel yaitu :

1) Mendengarkan suara atau aspirasi masyarakat serta

membangun kerjasama pemberdayaan masyarakat

2) Memperbaiki internal rules dan mekanisme pengendalian

3) Membangun iklim kompetisi dalam memberikan layanan

terhadap masyarakat serta marketisasi.


40

Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan bertanggung

jawab (akuntabilitas), dapat dilakukan melalui prioritas program:

(https://waskitozx.wordpress.com) diakses pada 31 Januari 2014

1) Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan,

2) Kemandirian lembaga peradilan,

3) Profesionalitas dan integritas aparatur pemerintah,

4) Penguatan partisipasi masyarakat madani, dan

5) Peningkatan kesejahteraan rakyat dalam rangka otonomi

daerah.

Menurut (https://kompasiana.com) Unsur-unsur pendukung

akuntabilitas meliputi: diakses pada 6 November 2016 :

1) Penetapan Tujuan dan Sasaran yang jelas, baik untuk

jangka pendek maupun jangka menengah. Rencana tata

kelola harus mengandung visi dan misi yang jelas, sebagai

acuan untuk menyusun tujuan dan sasaran tata kelola.

2) Struktur Kelembagaan yang solid untuk mendorong

terwujudnya sistem manajemen yang efisien dan efektif

guna mencapai tujuan dan sasaran yang telah diterapkan.

3) Penetapan Kebijakan yang jelas dan terarah, konsisten

dengan tujuan organisasi, tertulis dan transparan.

4) Perencanaan yang realistis, terinci dan sesuai dengan

kebutuhan, transparan dan partisipatif, akomodatif terhadap

sosial budaya masyarakat setempat, dan merupakan


41

penjabaran tujuan dan sasaran yang ditetapkan oleh

pemangku kebijakan.

5) Penetapan Prosedur kerja yang tepat dan jelas, mudah

dilaksanakan, mudah dimengerti dan transparan, serta

mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait.

6) Sumber Daya Manusia yang kompeten, profesional dan

bermoral.

7) Pelaksanaan Kegiatan yang efektif dan efisien, tertib

administrasi, transparan, baik dalam pengadaan barang

dan jasa, pengelolaan keuangan, pengelolaan aset negara,

pengelolaan barang inventaris, pengelolaan barang

persediaan maupun pengelolaan barang bantuan.

8) Sistem Pencatatan yang jelas, akurat dan sederhana.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, maa dapat

disimpulkan metode akuntabilitas keuangan adalah

mendengarkan suara atau aspirasi masyarakat serta membangun

kerjasama pemberdayaan masyarakat, penguatan pasrtisiapasi

masyarakat madani, dan penetapan tujuan dan sasaran yang jelas,

baik untuk jangka pendek maupun jangka menengah.


42

5) Tahapan Akuntanbilitas

Menurut (www.kemenperin.go.id)diakses 10 Maret 2014

tahapan yang harus dilalui Unit Organisasi dalam

mengimplementasikan Akuntabilitas Kinerja sebagai berikut :

1)Menyusun perencanaan jangka menengah (rencana strategis)

2) Menyusun perencanaan kinerja tahunan

3) Membuat penetapan kinerja dengan atasan (PK)

4) Melaksanakan rencana

5) Mengukur pencapaian rencana

6) Melaporkan capaian.

Menurut Hajar (2017:13) Akuntabilitas dilihat sebagai suatu

tingkatan dengan lima tahap yang berbeda yang diawali dari tahap

yang lebih baik banyak membuthkan ukuran-ukuran subyektif.

Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:

1. Probity and legality accountability. Hal ini menyangkut

pertanggung jawaban penggunaan dana sesuai dengan

anggaran yang telah disetujui dan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku (compliance).

2. Process accountability . dalam hal ini digunakan proses,

prosedur, atau ukuran-ukuran dalam melaksanakan

kegiatan yang ditentukan (planning, allocanting and

managing).
43

3. Performance accountability. Pada level ini dilihat apakah

kegiatan yang dilakukan sudah efisien (efficient and

economy)

4. Program accauntability. Disini akan disoroti penetapan dan

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan tersebut (outcomes

and effectiveness).

5. Policy accountability. Dalam tahap ini dilakukan pemilihan

berbagai kebijakan yang akan diterapkan atau tidak (value).

Menurut (Mardiasmo, 2013:16)Kerangka transparansi dan

akuntabilitas publik dibangun paling tidak atas lima komponen yaitu:

1) Sistem Perencanaan strategik

Rencana strategis adalah suatu proses yang membantu

organisasi untuk memikirkan tentang sasaran harus

diterapkan untuk memenuhi misi mereka dan arah apa yang

harus dikerjakan untuk mencapai sasaran tersebut.

2) Sistem pengukuran kinerja

Rencana kinerja menekankan komitmen organisasi untuk

mencapai hasil tertentu sesuai dengan tujuan, sasaran, dan

strategi dari rencana strategis organisasi untuk permintaaan

sumberdaya yang dianggarkan.

3) Sistem pelaporan keuangan

Dipublikasikan tahunan atau setiap periode tahun, maksimal

satu bulan setelah satu tahun berjalan.


44

4) Saluran akuntabilitas publik

Kesepakatan kinerja didesai, dalam hubunganya antara

dengan yang melaksanakan pekerjaan untuk menyediakan

sebuah proses untuk mengukur kinerja dan bersamaan

dengan itu membangun akuntabilitas.

5) Auditing sektor publik

Dimana organisasi memonitor kinerjanya dan mengevaluasi

kemampuannya mencapai tujuan kinerja, ukuran pencapaian

kinerjanya, dan tahapan-tahapan, serta mengendalikan dan

meningkatkan.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, maka dapat

disimpulkan tahapan auntabilitas keuangan adalah menyusun

perencanaan dan melaksanan perencanaan dan melaporkan hasil

rencana yang telah di buat.

6) IndikatorAkuntabilitas

Menurut Krina (2003:14) dalam Jurnal Martha, (2014:14)

Indikator Akuntabilitas adalah :

1. Akurasi dan kelengkapan informasi yang berhubungan

dengan cara-cara mencapai sasaran suatu program.

2. Kejelasan dari sasaran kebijakan yang telah diambil dan

dikomunikasikan.

3. Kelayakan dan konsistensi dari target operasional maupun

prioritas.
45

4. Penyebarluasan informasi mengenai suatu keputusan

melalui media massa.

5. Akses publik pada informasi atas suatu keputusan setelah

keputusan dibuat dan mekanisme pengaduan masyarakat.

6. Sistem informasi manajemen dan monitoring hasil.

Menurut Sutedi (2009:398-399) dalam Jurnal Febriana

(2016:81-82) terdapat beberapa tahap untuk menjaminnya

akuntabilitas terlaksana, yaitu:

Pada tahap proses pembuatan keputusan, beberapa indikator

untuk menjamin akuntabilitas adalah :

(a) Pembuatan sebuah keputusan harus di buat secara tertulis


dan tersedia bagi setiap warga yang membutuhkan
(b) Pembuatan keputusan sudah memenuhi standar etika dan
nilai-nilai yang berlaku
(c) Adanya kejelasan dari sasaran kebijakan yang diambil,

dan sudah sesuai dengan visi, misi organisasi, serta

standar yang berlaku

(d) Adanya mekanisme untuk menjamin bahwa standar telah

terpenuhi, dengan konsekuendi pertanggung jawaban

jika standar tersebut tidak terpenuhi

(e) Konsistensi maupun kelayakan dari target operasional

yang telah ditetapkan maupun prioritas dalam mencapai

target tersebut
46

Pada tahap sosialisasi kebijakan, beberapa indikator untuk

menjamin akuntabilitas adalah :

(a) Penyebarluasan informasi mengenai suatu keputusan,

melalui media massa, media nirmassa, maupun media

komunikasi personal

(b) Akurasi dan kelengkapan informasi yang berhubungan

dengan cara-cara mencapai sasaran suatu program

(c) Akses publik pada informasi atau suatu keputusan

setelah keputusan dibuat dan mekanisme pengaduan

masyarakat

(d) Ketersediaan sistem informasi manajemn dan

monitoring hasil yang telah dicapai oleh pemerintah .

Menurut Sedarmaryanti (2013:23) Indikator Akuntabilitas adalah

sebagai berikut :

1. Adanya kesesuaian antara pelaksanan dengan standar

prosedurpelaksanaan.

2. Adanya saksi yang ditetapkan pada setiap kesalahan atau

kelalaian dalam pelaksanaan kegiatan.

3. Pembuatan laporan pertanggung jawaban dari kegiatan

penyelenggaraan negara kepada masyarakat sesuai dengan

peraturan-peraturan perundang-undangan.

4. Meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah

daerah.
47

5. Berkurangnya kasus-kasus KKN.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, maka dapat

disimpulkan indikator akuntabilitas keuangan adalah akurasi dan

kelengkapan informasi yang berhubungan dengan sasaran suatu

program, adanya kejelasan dari sasaran kebijakan yang diambil, dan

sudah sesuai dengan visi, misi organisasi, serta standar yang berlaku,

penyebarluasan informasi mengenai suatu keputusan melalui media

massa dan berkurangnya kasus-kasus Korupsi, Kolusi, Nepotisme

(KKN).

7) Faktor – Faktor Yang MempengaruhiAkuntabilitas

Faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas akuntabilitas

keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) :

1. Faktor yang mempengharuhi kualitas akuntabilitas

keuangan adalah kecukupan pengungkapan informasi yang

akuntabel dan transparan merupakan salah satu tujuan

pelaporan keuangan. (Undang-undang Nomor 15 tahun

2004 tentang Pemeriksaan pengelolaan dan Tanggung

Jawab Keuangan Negara pasal 16 ayat (1) adalah

pengungkapan yang cukup, dimana laporan kepatuhan

terhadap undang-undang berpengaruh positif dan signifikan

terhadap akuntabilitas keuangan Derah.)

2. Faktor yang mempengharui kualitas akuntabilitas adalah

kepatuhan terhadap peraturan perundangan-undangan.


48

(Dalam penyajian laporan keuanngan pemerintah daerah

telah diatur dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003

dan selanjutnya diiatur dalam Peraturan Badan Pemeriksa

Keuangan Republik Indonesia No. 7 Tahun 2007 tentang

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.)

3. Faktor yang mempengharui kualitas akuntabilitas adalah

sistem pengendalian intern. Sistem pengendalian

merupakan proses dan prosedur yang dijalan untuk

menyediakan jaminan memadai bahwa tujuan pengendalian

dipenuhi. (Romney dan Steinbart, 2014).

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, maka dapat

disimpulkan faktor-faktor yang memengaruhi akuntabilitas

keuangan adalah kecukupan pengungkapan informasi yang

akuntabel dan transparan, sistem pengendalian intern merupakan

proses da prosedur yang dijalan untuk menyediakan jaminan

memadai bahwa tujuan pengendalian di penuhi.

8) Keterkaitan Sub-subfokus

Akuntabilitas keuangan adalah dengan kata lain terkandung

kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala tindak

tanduk dan kegiatan terutama di bidang administrasi keuangan

kepada pihak yang lebih tinggi atau atasannya. Dilaksanakan

berdasarkan prinsip-prinsip akuntabilitas harus jujur, objektif,

transparan, obyektif, komprehensif, informatif dan akurat, dan


49

meningkatan kemajuan dalam pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan. Dengan menggunakan metode akuntabilitas yang

mendengarkan suara atau aspirasi masyarakat serta membangun

kerjasama pemberdayaan masyarakat, penguatan pasrtisiapasi

masyarakat, dan penetapan tujuan dan sasaran yang jelas.

Sehingga indikator akuntabilitas adalah akurasi dan kelengkapan

informasi yang berhubungan dengan cara-cara mencapai sasaran

suatu program, adanya kejelasan dari sasaran kebijakan yang

diambil, dan sudah sesuai dengan visi, misi organisasi, serta

standar yang berlaku, penyebarluasan informasi mengenai suatu

keputusan melalui media massa, dengan faktor-faktor yang

memengaruhi akuntabilitas adalah kecukupan pengungkapan

informasi yang akuntabel dan transparan.


50

2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan disajikan dalam bentuk tabel di


bawah ini:

Tabel 2.1
Hasil penelitian yang Relevan

No Penelitian dan Metode


Judul Hasil Penelitian
Tahun Penelitian

1. Made Analisis Kualitatif Berdasarkan hasil


Wiradarma Transparasi Dan uji dan pembahasan
Setiawan,Dkk Akuntabilitas yang dilakukan
Pelaporan Alokasi dapat ditarik
(2017) Dana Desa simpulan, yaitu:
Pengimplementasia
n prinsip transparasi
dan akuntabilitas
pada alokasi dana
desa dapat dilihat
saat melakukan
perencanaan dan
pembuatan laporan

2. Febriana F. Penerapan Sistem Kualitatif Hasil penelitian ini


Albugis (2016) Akuntansi sistem akuntansi
Keuangan Daerah keuangan daerah
Dalam provinsi sulut sudah
Mewujudkan menerapkan
Trasparasi Dan transparasi dan
Akuntabilitas akuntabilitas
Keuangan
Pemerintah
Daerah Provinsi
Sumatera Utara
51

3. Bashir Tranparency And A mixed Addressed relating


Bature(2014) Accountability: method to oil and gas
Adaptation And approach revenue
Implementation Of transparency also to
Extra Industries be no corresponding
Transparency improvement in
Initiative (EITI) accountability for
Principles In the use of oil and
Nigeria. gas revenue for the
good of Nigerian
society.
52

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Menurut Sujarweni (2015:26) rancangan penelitian adalah suatu

rancangan tentang bagaimana mengumpulkan dan mengelola data

agar penelitian yang diharapkan dapat tercapai. Dengan kata

lainrancangan penelitian merupakan suatu kesatuan, secara terperinci

dan spesifik mengenai cara memperoleh, menganalisis, dan

menginterprestasikan data yang ada.

Penelitian ini membahas tentang penerapan sisteminformasi

akuntansi keuangan daerah dalam mencapai transparansidan

akuntabilitas keuangan pemerintah di Dinas Komunikasi, Informatika

dan Statistika Kabupaten Musi Rawas. Sifat dari penelitian ini adalah

metode penelitian kualitatif.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

a. Waktu

Penelitian ini dilakukan selama enam bulan dari bulan Januari

2019 hingga bulan Juni 2019. Berikut ini adalah tabel kegiatan

penelitian.
53

Tabel 3.1
Matrik Rencana Pelaksanaan Kegiatan Penelitian

Waktu Penelitian
No Keterangan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst
1 Pengajuan Judul
Pembuatan
2
Proposal
Bimbingan
3
Proposal
Seminar
4
Proposal
Pengumpulan &
5
Pengolahan data
Pengajuan Bab
6
I-V
Perbaikan Bab
7
I-V
8 Ujian Skripsi

b. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Komunikasi Informasi dan Statistik

Kabupaten Musi Rawas yang terletak di Jalan Lintas Sumatera, Dusun

Beliti Baru, Muara Beliti Baru, Muara Beliti Desa Muara Beliti,

Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan 31661.

3.3 Latar Penelitian

Pada Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang pengelolaan

keuangan daerah.Pemerintah daerah adalah penyelenggaraan urusan

pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

otonomi seluas luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Pemerintah daerah selaku pengelola dana publik

harus mampu menyediakan informasi keuangan yang diperlukan secara

akurat, relevan, tepat waktu, dan dapat dipercaya. Dalam konteksnya


54

sebagai organisasi yang bergerak di bidang jasa pelayanan publik,

pemerintahan dalam pengelolaannya harus melakukan transparansi dan

akuntabilitas.Laporan keuangan di Dinas Komunikasi, Informatika dan

Statistika Kabupaten Musi Rawas belum mampu disajikan secara

Transparan dan mudah dipahami serta mudah diakses oleh masyarakat

luas.

3.4 Metode dan Prosedur Penelitian

a. Metode

Menurut Afrizal ( 2017 : 13 ) Metode Penelitian Kualitatif

didefinisikan sebagai penelitian Ilmu - ilmu Sosial yang mengumpulkan

dan menganalisis data berupa kata - kata ( lisan maupun tulisan ) dan

perbuatan - perbuatan manusia serta peneliti tidak berusaha menghitung

atau mengkualifikasikan data kualitatif.

Dari penjelasan diatas, maka metode penelitian yang digunakan oleh

peneliti adalah metode kualitatif untuk penerapan sisteminformasi

akuntansi keuangan daerah dalam mencapai transparansidan akuntabilitas

keuangan pemerintah di Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistika

Kabupaten Musi Rawas.

b. Prosedur Penelitian

Menurut Sugiono ( 2015 : 230 ) ada beberapa langkah - langkah dalam

melakukan penelitian yaitu :

1. Tahap Deskriptif, pada tahap ini peneliti baru akan melakukan

observasi dan mencari informasi yang ada pada objek penelitian.


55

2. Tahap Reduksi, pada tahap ini peneliti mereduksi segala informasi

yang telah diperoleh dan menganalisa data - data untuk

memfokuskan pada masalah tertentu.

3. Tahap Seleksi, pada penelitian tahap ke-3 ini, setelah peneliti

melakukan analisis yang mendalam terhadap data dan informasi

yang diperoleh, maka peneliti dapat menemukan solusi untuk

masalah yang terjadi.

Dari penelitian diatas, maka prosedur penelitian yang dilakukan oleh

peneliti adalah deskriptif, reduksi, seleksi.

3.5 Data dan Sumber Data

Sumber data menurut Sugiono ( 2015 : 245 ) terbagi menjadi dua

yaitu:

1. Data Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data.

2. Data Sekunder adalah data yang bersumber tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data.

Dalam penelitian ini peniliti menggunakan data primer dan data

sekunder. Data primer yang digunakan peneliti merupakan wawancara.

Data sekunder yang peneliti kumpulkan dari pihak internal Dinas

Komunikasi, Informatika dan Statistika Kabupaten Musi Rawas adalah

laporan keuangan serta data - data lainnya yang berhubungan dengan

penelitian ini.
56

3.6 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Menurut Sugiono ( 2015 : 224 ) Teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena

tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Adapun

prosedur dalam pengumpulan data yang akan dilakukan yaitu :

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap suatu gejala yang tampak pada objek

penelitian.

b. Wawancara

Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara

menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya

adalah dengan bercakap-cakap secara tata muka.

c. Dokumentasi

Dokumtansi adalah setiap catatan tertulis lalu, yang

berhubungan dengan suatu peristiwa masa lalu, baik yang

dipersiapkan maupun tidak dipersiapkan untuk suatu

penelitian.

Berdasarkan dari penjelasan diatas, maka peneliti menggunakan

pengumpulan data dan prosedur observasi, wawancara, dokumentasi.

3.7 Prosedur Analisis Data

Menurut Sugiono ( 2015 : 245 – 253 ) analisis data dalam penelitian

kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama


57

lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Dalam kenyataanya , analisis

data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada

setelah selesai pengumpulan data.

a. Analisis sebelum di lapangan

Analisis ini dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan,

atau sekunder , yang akan digunakan untuk menentukan fokus

penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat

sementara dan akan berkembang setealah peneliti masuk dan

selama di lapangan.

b. Analisis Data di lapangan

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai

pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara,

peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang

diwawancarai.

c. Analisis data selama di lapangan

Proses penelitian kualitatif setelah memasuki lapangan dimulai

dengan menetapkan seseorang informan kunci “key informan“

yang merupakan informan yang beribawa dan dipercaya mampu

“ membuka pintu “ kepada peneliti untuk memasuki objek

penelitian.
58

Berdasarkan penjelasan diatas, maka prosedur analisi data yang

dilakukan oleh peneliti yaitu analisis sebelum lapangan, analisis data

lapangan dan analisis data selama di lapangan.

3.8 Pemeriksaan Keabsahan Data

Menurut Sugiono ( 2015 : 267 – 277 ) dalam penelitian kualitatif

yang diuji adalah datanya. Oleh karena itu penelitian kualitatif lebih

pada aspek validitas. Suatu realitas itu bersifat majemuk / ganda,

dinamis / selalu berubah, sehingga tidak ada yang konsisten, dan

berulang seperti semula. Uji keabsahan data dalam penelitian

kualitatif yaitu meliputi :

a. Uji Kredibilitas

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil

penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjang

pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian,

triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus

negatif dan membercheck.

b. Pengujian Transferabulity

Transferability ini merupakan validitas eksternal dalam

penelitian kuantitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat

ketepatan atau dapat diterapkan hasil penelitian ke populasi di

mana sampel tersebut diambil. Supaya orang lain dapat

memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada

kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut,


59

maka penelitian dalam membuat laporannya harus

memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat

dipercaya.

c. Pengujian Depenability

Dalam penelitian kualitatif, uji depenability dilakukan dengan

melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.

Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke

lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti seperti ini

perlu di uji depenabilitynya. Caranya dilakukan oleh auditor

yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit

keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.

d. Pengujian Konfirmability

Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip dengan uji

depenability, sehingga penggujiannya dapat dilakukan secara

bersamaan. Menguji konfirmability berati menguji hasil

penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan.

Dari penjelasan diatas, maka peneliti menggunakan Uji Kredibilitas

dan Uji Transferbility.


60

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Kantor Dinas Komunikasi Informatika dan

Statistik (DKIS) Kabupaten Musi Rawas

Berdasarkan Peraturan Bupati Musi Rawas Nomor 10 Tahun 2016

tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Musi

Rawas, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Susunan

Organisasi, Tugas dan Fungsi Dinas Komunikasi, Informatika dan

StatistikKabupaten Musi Rawas.

Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik merupakan unsur

pelaksana urusan pemerintahan yang menangani urusan pemerintahan

daerah di bidang komunikasi dan informatika, bidang statistik dan

bidang persandian.berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan

yang diberikan kepada daerah Kabupaten.

Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris, mempunyai tugas

melaksanakan urusan administrasi perkantoran, umum dan

kepegawaian, pengelolaan keuangan, urusan perlengkapan, serta

pembinaan dan koordinasi penyusunan program dan kegiatan dinas.


61

Adapun Visi Di Kantor DKIS Kabupaten Musi Rawas adalah

sebagai berikut :

“MURA SEMPURNA 2021 Sejahtera, Mandiri, Produktif, Unggul,

Religius, Nyaman, dan Aman”.

Adapun Misi Di Kantor DKIS Kabupaten Musi Rawas adalah

sebagai berikut:

1. Memperbaiki kualitas sumber daya manusia dan infrastruktur

2. Menumbuhkembangkan sistem dan usaha agribsnis dan

agroindustri komoditi unggulan

3. Mengembangkan usaha ekonomi produktif masyarakat non petani

4. Meningkatkan kemandirian dan keberdayaan masyarakat dalam

pembangunan daerah dan pengelolaan sumberdaya alam yang

ramah lingkungan

5. Meningkatkan tata kelola Pemerintahan yang bersih, berwibawa

dan pelayanan prima.

6. Memantapkan pembangunan masyarakat yang religius menuju

MURA Darussalam.

7. Memastikan kondisi Kabupaten MURA yang lebih aman dan

nyaman untuk berinvestasi, menarik, dan berkesan untuk

dikunjungi.

4.1.2 Stuktur Organisasi dan Pemisahan Tugas

Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistikterdiri atas Sekretariat

yang membawahkan Subbagian-subbagian dan Bidang-bidang yang


62

membawahkan Seksi-seksi,Unit Pelaksana Teknis Dinas, Kelompok

Jabatan Fungsional.

Stuktur Organisasi dan Pemisahan Tugas Di DKIS Kabupaten Musi

Rawas adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1
STRUKTUR ORGANISASI DINAS KOMUNIKASI ,
INFORMATIKA DAN STATISTIK KABUPATEN MUSI RAWAS

Plt.KEPALA DINAS
M.ROZAK,SE

SEKRETARIAT:
M.ROZAK,SE

JABATAN
SUB BAGIAN SUB BAGIAN UMUM SUB BAGIAN
PERENCANAAN DAN DAN KEPEGAWAIAN KEUANGAN DAN ASET
FUNGSIONAL EVALUASI
LUMBAB,S.SOS DESY HARTATY,SP
MARTINA,SE

BIDANG PENGELOLAAN BIDANG INFRASTRUKTUR BIDANG BIDANG


KOMUNIKASI PUBLIK TEKNOLOGI, INFORMASI
DAN KOMUNIKASI LAYANAN STATISTIK DAN
e-GOVERNMENT PERSANDIAN
SEKSI LAYANAN
SEKSI INFRASTRUKTUR
KOMUNIKASI PUBLIK SEKSI
DAN TEKNOLOGI
PENGEMBANGAN
SEKSI
APLIKASI PENGOLAHAN
SEKSI PENGELOLAAN SEKSI PENGENDALIAN, DATA DAN
KELOMPOK KOMUNIKASI PENGAWASAN INFRASTRUKTUR STATISTIK
PUBLIK AGUNG SASTRA
TIK SEKSI
PENGEMBANGAN
SEKSI
SEKSI KEMITRAAN EKOSISTEM PERSANDIAN
SEKSI INTEGRASI SISTEM
KOMUNIKASI PUBLIK e-GOVERNMENT
INFORMASI DAN DATABASE

SEKSI TATA KELOLA


e-GOVERNMENT SEKSI KEAMANAN
DATA DAN
ISMARLIA INFORMASI

RIO

UPTD Lembaga Penyiaran Publik UPTD Layanan Pengadaan Secara


Lokal (LPPL) Radio Darussalam Elektronik (LPSE)
63

Organisasi/stuktur organisiasi tersebut di atas yang mempunyai tugas dan

fungsi sebagai berikut :

1. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris, mempunyai tugas melaksanakan

urusan administrasi perkantoran, umum dan kepegawaian,

pengelolaan keuangan, urusan perlengkapan, serta pembinaan dan

koordinasi penyusunan program dan kegiatan dinas.

Sekretariat dalam melaksanakan tugas, mempunyai fungsi sebagai

berikut:

1) penyusunan perencanaan program dan kegiatan pada Dinas;

2) pengoordinasian penyusunan program dan kegiatan Dinas;

3) penyelenggaraan pengelolaan administrasi perkantoran,

administrasi keuangan, dan administrasi kepegawaian;

4) pelaksanaan urusan umum dan perlengkapan, keprotokolan dan

hubungan masyarakat;

5) pelaksanaan ketatalaksanaan, kearsipan dan perpustakaan dinas;

6) pelaksanaan koordinasi, pembinaan dan pelaporan pelaksanaan

kegiatan Dinas; dan

7) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas, sesuai

dengan tugas dan fungsinya.


64

2. Subbagian Perencanaan dipimpin oleh Kepala Subbagian, mempunyai

tugas :

1) menyusun rencana dan anggaran Dinas;

2) menyiapkan bahan koordinasi penyusunan rencana, program dan

kegiatan Dinas;

3) menyusun rencana strategis, rencana kerja, program dan kegiatan

dinas;

4) menyusun laporan kinerja serta menyusun dokumen SAKIP dinas;

5) melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program dan

kegiatan Dinas;

6) melaksanakan tugas lain yang diberikan Sekretaris, sesuai dengan

tugasnya.

3. Subbagian Keuangan dan Aset dipimpin oleh Kepala Subbagian,

mempunyai tugas :

1) menyusun rencana kegiatan penyelenggaraan administrasi

keuangan Dinas;

2) melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan dan aset Dinas;

3) melaksanakan kegiatan pembendaharaan, verifikasi dan

pembukuan anggaran keuangan Dinas;

4) menyusun laporan realisasi keuangan, menyusun laporan keuangan

akhir tahun;

5) melakukan pengelolaan dan penatausahaan barang milik negara;


65

6) melakukan penyusunan laporan dan pendokumentasian serta

mutasi aset Dinas;

7) melaksanakan tugas lain yang diberikan Sekretaris, sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

4. Subbagian Umum dan Kepegawaian di pimpin oleh Kepala

Subbagian, mempunyai tugas :

1) menyusun rencana kegiatan urusan umum dan kepegawaian;

2) melaksanakan pemeliharaan dan perawatan kendaraan dinas,

peralatan dan perlengkapan kantor dan aset lainnya;

3) melaksanakan penyiapan rencana kebutuhan pengadaan sarana

dan prasarana dilingkungan dinas;

4) melaksanakan urusan pengadaan, penyimpanan, pendistribusian

dan inventarisasi barang-barang inventaris;

5) melaksanakan pengawasan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan

kegiatan perlengkapan;

6) melaksanakan urusan umum, keprotokolan, hubungan

masyarakat, penyiapan rapat-rapat dinas dan dokumentasi;

7) melaksanakan pengelolaan administrasi perkantoran, administrasi

kepegawaian, administrasi kearsipan dan perpustakaan dinas:

8) menyiapkan bahan pembinaan kepegawaian dan pelayanan

administrasi kepegawaian;

9) melaksanakan penyiapan bahan standar kompetensi pegawai,

tenaga teknis dan fungsional;


66

10) melakukan pengawasan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan

kegiatan bidang tugasnya; dan

11) melaksanakan tugas lain yang diberikan Sekretaris, sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

5. Bidang Pengelolaan Komunikasi Publik

Bidang Pengelolaan Komunikasi Publik dipimpin oleh Kepala

Bidang, mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, dan

pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan,

evaluasi dan pelaporan dibidang pengelolaan komunikasi publik.

Bidang Pengelolaan Komunikasi Publik dalam melaksanakan

tugas sebagaimana dimaksud, menyelenggarakan fungsi:

1) penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang

pengelolaan komunikasi dan media publik;

2) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria

di bidang pengelolaan komunikasi dan media publik,

3) penyiapan bimbingan teknis dan supervisi di bidang

pengelolaan komunikasi dan media publik;

4) pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas, sesuai

dengan tugas dan fungsinya.


67

6. Seksi Layanan Komunikasi Publik dipimpin oleh Kepala Seksi,

mempunyai tugas :

1) menyiapkan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di

bidang program, monitoring, dan evaluasi layanan komunikasi

publik;

2) menyiapkan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria di bidang program, monitoring dan evaluasi layanan

komunikasi publik;

3) menyiapkan bahan bimbingan teknis, supervisi, pemantauan,

evaluasi dan pelaporan pada layanan komunikasi publik;

4) mengelola informasi publik berdasarkan perundang-undangan;

5) melayani pemberian informasi publik berdasarkan perundang-

undangan;

6) melaksanakan layanan pengaduan masyarakat;

7) menyiapkan bahan dan data lingkup komunikasi publik;

8) menyiapkan bahan dan data pelayanan penyebarluasan informasi

pembangunan melalui komunikasi tatap muka dan media cetak;

dan

9) melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai

dengan tugas dan fungsinya.


68

7. Seksi Pengelolaan Kelompok Komunikasi Publik dipimpin oleh

Kepala Seksi, mempunyai tugas :

1) menyiapkan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di

bidang program, monitoring, dan evaluasi pengelolaan

kelompok komunikasi publik;

2) menyiapkan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria di bidang program, monitoring, dan evaluasi

pengelolaan kelompok komunikasi publik;

3) menyiapkan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di

bidang program, monitoring, dan evaluasi pengelolaan

kelompok komunikasi publik;

4) melaksanakan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang

program, monitoring, dan evaluasi pengelolaan kelompok

komunikasi publik;

5) melaksanakan seminar, diskusi panel dalam rangka

penyebarluasan informasi pembangunan daerah;

6) melaksanakan kerjasama dengan pihak terkait yang

berhubungan dengan pengembangan komunikasi, informasi dan

potensi masyarakat; dan

7) melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai

dengan tugas dan fungsinya.


69

8. Seksi Kemitraan Komunikasi Publik dipimpin oleh Kepala Seksi,

mempunyai tugas :

1) menyiapkan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di

bidang program, monitoring, dan evaluasi kemitraan komunikasi

publik;

2) menyiapkan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria di bidang program, monitoring, dan evaluasi kemitraan

komunikasi publik;

3) menyiapkan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di

bidang program, monitoring, dan evaluasi kemitraan komunikasi

publik;

4) melakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang

program, monitoring, dan evaluasi kemitraan komunikasi publik;

5) menyedikan bahan komunikasi bagi pimpinan daerah, layanan

fasilitas juru bicara pemerintah daerah;

6) melakukan pengembangan sumber daya komunikasi publik;

7) melaksanakan penguatan kapasitas sumber daya publik serta

penyediaan akses informasi;

8) melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

9. Bidang Infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi

Bidang Infrastruktur Informasi dan Komunikasi dipimpin oleh

Kepala Bidang, mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan


70

pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan

kriteria dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta

pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang Infrastruktur Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK).

Bidang Infrastruktur Teknologi Infromasi dan Komunikasi dalam

melaksanakan tugas sebagaimanamenyelenggarakan fungsi:

1) Penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di

bidangInfrastruktur dan teknologi, pengendalian, pengawasan

infrastruktur TIK dan integrasi sistem informasi dan database;

2) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di

bidang infrastruktur dan teknologi, pengendalian, pengawasan

infrastruktur TIK dan integrasi sistem informasi dan database;

3) penyiapan bimbingan teknis dan supervisi di bidang

Infrastruktur dan teknologi, pengendalian, pengawasan

infrastruktur TIK dan integrasi sistem informasi dan database;

4) pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang Infrastruktur

dan teknologi, pengendalian, pengawasan infrastruktur TIK

dan integrasi sistem informasi dan database; dan

5) melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya.


71

10. Seksi Infrastruktur dan Teknologi dipimpin oleh Kepala Seksi,

mempunyai tugas :

1) menyiapkan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di

bidang program, monitoring dan evaluasi pengelolaan

infrastruktur dan teknologi;

2) penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria di bidang program, monitoring dan evaluasi pengelolaan

infrastruktur dan teknologi;

3) menyiapkan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di

bidang program, monitoring dan evaluasi pengelolaan

infrastruktur dan teknologi;

4) melaksanakan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang

program, monitoring dan evaluasi pengelolaan infrastruktur dan

teknologi;

5) memberikan layanan Pengembangan dan penyelenggaraan Data

Center (DC) dan Disaster Recovery Center (DRC);

6) memberikanlayanan pengembangan dan inovasi TIK dalam

implementasi e-Government;

7) memberikan layanan pengelolaan akses internet pemerintah dan

publik;

8) melaksanakan pengembangan layanan akses internet, serta

inrastruktur teknologi informasi dan komunikasi; dan


72

9) melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

11. Seksi Pengendalian, Pengawasan Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) dipimpin oleh Kepala Seksi, mempunyai tugas:

1) penyiapan bahan penysunan norma, standar, prosedur, dan kriteria

di bidang program, monitoring dan evaluasi pengendalian,

Pengawasan Teknologi Informasi dan Komunikasi;

2) menyiapkan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di

bidang program, monitoring dan evaluasi pengendalian,

Pengawasan Teknologi Informasi dan Komunikasi;

3) melakukan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang

program, monitoring dan evaluasi pengendalian, Pengawasan

Teknologi Informasi dan Komunikasi;

4) memberikan layanan peningkatan kapasitas SDM dalam

pengelolaan infrastruktur dan Teknologi Infrormatika,

Government Cloud Computing;

5) memberikan layanan interkoneksi Jaringan Intra Pemerintah; dan

6) melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai

dengan tugas dan fungsinya.


73

12. Seksi Integrasi Sistem Informasi dan Database dipimpin oleh Kepala

Seksi, mempunyai tugas:

1) menyiapkan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di

bidang program, monitoring dan evaluasi Integrasi Sistem

Informasi dan Database;

2) penyiapan bahan penysunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria di bidang program, monitoring dan evaluasi Integrasi

Sistem Informasi dan Database;

3) menyiapkan bahan bimbingan teknis dan supervisi di bidang

program, monitoring dan evaluasi Integrasi Sistem Informasi

dan Database;

4) memantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang program,

monitoring dan evaluasi Integrasi Sistem Informasi dan

Database;

5) menetapkan standar format data informasi, validata dan

kebijakan;

6) memberikan layanan recovery data informasi;

7) memberikan layanan data elektronik pemerintahan dan non

pemerintahan;

8) memberikan layanan interoperabilitas;

9) memberikanlayanan interkonektivitas layanan publik dan

pemerintahan;
74

10) melaksanakan manajemen data warehouse serta interoperabilitas

sarana informasi dan komunikasi; dan

11) melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

13. Bidang Layanan e-Government dipimpin oleh Kepala Bidang,

mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria dan

pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta pemantauan, evaluasi

dan pelaporan di Bidang Layanan e-Government.

Bidang Layanan e-Government dalam melaksanakan tugas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, menyelenggarakan fungsi:

1) penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang

pengembangan aplikasi, ekosistem, dan tata kelola e-

Government;

2) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria

di bidang pengembangan aplikasi, ekosistem, dan tata kelola e-

Government;

3) penyiapan bimbingan teknis dan supervisi di bidang

pengembangan aplikasi, ekosistem, dan tata kelola e-

Government;

4) pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan

aplikasi, ekosistem, dan tata kelola e-Government;

5) pelayanan filtering konten negatif;


75

6) penetapan alokasi internet protocol dan numbering di

lingkungan pemerintah kabupaten;

7) melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

14. Seksi Pengembangan Aplikasi dipimpin oleh Kepala Seksi,

mempunyai tugas:

1) menyiapkan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di

bidang program, monitoring dan evaluasi Pengembangan

Aplikasi;

2) menyiapkan bahan penyusunan norma, standar, prosedur dan

kriteria di bidang program, monitoring dan evaluasi

Pengembangan Aplikasi;

3) menyiapkan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di

bidang program, monitoring dan evaluasi Pengembangan

Aplikasi;

4) melakukan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang

program, monitoring dan evaluasi Pengembangan Aplikasi;

5) memberikan layanan pusat Aplication Programming Interface

(API) daerah;

6) melaksanakan layanan pengembangan dan pengelolaan aplikasi

generik spesifik dan suplemen yang terintegrasi; dan

7) melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai

dengan tugas dan fungsinya.


76

15. Seksi Pengembangan Ekosistem e-Government dipimpin oleh

Kepala Seksi, mempunyai tugas :

1) menyiapkan bahan perumusan dan melaksanakan kebijakan di

bidang program, monitoring dan evaluasi Pengembangan

Ekosistem e-Government;

2) menyiapkan bahan penyusunan norma, standar, prosedur dan

kriteriadi bidang program, monitoring dan evaluasi

Pengembangan Ekosistem e-Government;

3) menyiapkan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di

bidang program, monitoring dan evaluasi Pengembangan

Ekosistem e-Government;

4) melakukan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang

program, monitoring dan evaluasi Pengembangan Ekosistem e-

Government;

5) memberikan layanan bimbingan teknis dalam pemanfaatan

sistem komunikasi oleh aparatur pemerintah;

6) memberikanlayanan sistem informasi Smartcity;

7) memberikanlayanan interaktif pemerintah dan masyarakat;

8) memberikanlayanan penyedian sarana dan prasarana

pengendalian Smatrcity;

9) memberikanlayanan pendaftaran nama domain dan sub domain

instansi penyelenggara Negara, pelayanan publik dan kegiatan

pemerintahan;
77

10) menetapkan sub domain terhadap domain yang telah ditetapkan

oleh pemerintah pusat;

11) memberikanlayanan peningkatan kapasitas aparatur dalam

pengelolaan domain, portal dan website;

12) menetapkan dan mengubah nama pejabat domain;

13) menetapkan tata kelola nama domain dan sub domain;

14) menyiapkan layanan publik dan event terkait bidang e-

Government

15) melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

16. Seksi Tata Kelola e-Government dipimpin oleh Kepala Seksi,

mempunyai tugas :

1) menyiapkan bahan perumusan dan melaksanakan kebijakan di

bidang program, monitoring dan evaluasi tata kelola e-

Government;

2) menyiapkan bahan penyusunan norma, standar, prosedur dan

kriteria di bidang program, monitoring dan evaluasi tata kelola

e-Government;

3) menyiapkan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di

bidang program, monitoring dan evaluasi tata kelola e-

Government;

4) melakukan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang

program, monitoring dan evaluasi tata kelola e-Government;


78

5) memberikan layanan peningkatan kapsitas Sumber Daya

Manusia dalam pemanfaatan Sistem Informasi Pemerintahan

dan Sistem Informasi Publik;

6) menyusun regulasi dan kebijakan terpadu implementasi e-

Government Kabupaten;

7) memberikanlayanan koordinasi kerjasama lintas organisasi

Pemerintah Daerah, lintas Pemerintah daerah dan lintas

pemerintah pusat serta non pemerintah;

8) memberikan layanan integrasi pengelolaan TIK dan e-

Government Pemerintah Kabupaten;

9) memberikanlayanan peningkatan kapasitas masyarakat dalam

implementasi e-Government dan Smartcity;

10) memberikanlayanan implementasi e-Government dan Smartcity;

11) melakukan promosi pemanafaatan layanan Smartcity;

12) menyelenggarakan Government Chief Information Officer

(GCIO) kabupaten;

13) mengembangkan e-Government Kabupaten, Kecamatan, Desa

dan Masyarakat;

14) melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

17. Bidang Statistik dan Persandian dipimpin oleh Kepala Bidang,

mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria dan


79

pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta pemantauan, evaluasi

dan pelaporan di bidang statistik dan persandian.

Bidang Statistik dan Persandian dalam melaksanakan tugas

sebagaimana, menyelenggarakan fungsi:

1) penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang

pengelolaan data dan statistik serta bidang persandian;

2) penyiapan perumusan norma, standar, prosedur dan kriteria di

bidang pengelolaan data dan statistik serta bidang persandian;

3) penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang

pengelolaan data dan statistik serta bidang persandian;

4) pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pengelolaan

data dan statistik serta bidang persandian; dan

5) pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Dinassesuai

dengan tugas dan fungsinya.

18. Seksi Pengelolaan Data dan Statistik dipimpin oleh Kepala Seksi,

mempunyai tugas :

1) menyiapkan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di

bidang program, monitoring, dan evaluasi pengelolaan

informasi publik, data dan statistik;

2) menyiapkan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria di bidang program, monitoring, dan evaluasi

pengelolaan data dan statistik;


80

3) menyiapkan bahan bimbingan teknis dan supervisi di bidang

program, monitoring, dan evaluasi pengelolaan data dan

statistik;

4) melakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang

program, monitoring, dan evaluasi pengelolaan data dan

statistik;

5) menganalisis data informasi lintas sektoral;

6) mengelola informasi data untuk mendukung pendataan lintas

sektoral lingkup nasional dan pemerintah daerah;

7) menyiapkan bahan penyebarluasan informasi data dan statistik;

8) menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama kelembagaan

dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Perangkat Daerah

dalam pengelolaan data dan statistik;

9) melaksanakan statistik sektoral skala kabupaten dan kecamatan,

kegiatan teknis pengembangan jejaring statistik khusus skala

kabupaten dan menyusun data daerah makro; dan

10) melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

19. Seksi Persandian dipimpin oleh Kepala Seksi, mempunyai tugas :

1) menyiapkan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di

bidang persandian;

2) menyiapkan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria di bidang persandian;


81

3) menyiapkan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di

bidang persandian;

4) melakukan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang

persandian;

5) melaksanakan monitoring kegiatan persandian;

6) memberikan layanan peningkatan kapasitas SDM di bidang

persandian;

7) memberikan layanan persandian pada sistem Elektronik

Pemerintah Daerah; dan

8) melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

20. Seksi Keamanan Data dan Informasi dipimpin oleh Kepala Seksi,

mempunyai tugas :

1) menyiapkan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di

bidang keamanan data dan informasi;

2) menyiapkan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan

kriteria di bidang keamanan data dan informasi;

3) menyiapkan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di

bidang keamanan data dan informasi;

4) memantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang keamanan data

dan informasi;
82

5) memberikan layanan penyediaan keamanan data dan informasi

pada sarana dan prasarana telekomunikasi pemerintah (telpon,

ip-phone, email, video-conference dan lainnya);

6) melakukan evaluasi dan pemeriksaan secara rutin terhadap Unit

teknis yang meliputi kamar sandi, peralatan sandi, sistem sandi

dan personil sandi; dan

7) melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

21. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan

sebagian tugas Pemerintah Daerah sesuai dengan keahlian dan

kebutuhan.
83

Satuan kerja Unit anggaran Panitia DPRD


anggaran

Propeda
Ptnjk. Operaional
Repetada Draf RAPBD RAPBD
Lempar Kerja
Renstra
Usulan OKA
Lap. Keu.
Thn. Lalu
Penelaaan Pembahasan
RAPBD
Rekam dan
konsolisasi
usulan
OKA,LK,PO
RAPBD
Penyusunan Revisian
Usulan RAPBD
OKA,LK,PO
OKA Konsulid
OKA Konsolidasi
RAPBD
hasil
Ptnjk. Operasional perbaikan
Lembar Kerja penyusunan

Usulan OKA
Draf RAPBD
Persetujuan
Draf RAPBD APBD

APBD yg di
setujui

Pengesahan APBD

APBD

Bahan danOKA, LK,


PO dgn, Sat. Kerja
APBD

LK Proses Akuntansi
PO Alokasi Anggaran

OKA

Gambar 4.2. Flowchart Prosedur Pengelolaan dan Penyusunan Keuangan Daerah


84

Keterangan :
Propeda : Program Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Repetada : Rencana Pembangunan Tahunan Daerah
Renstra : Rencana Strategik
OKA : Otorisasi Kredit Anggaran
LK : Lembaran Kerja
PO : Petunjuk Operasional
RAPBD : Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

Berdasarkan gambar 4.2. diatas Untuk menerapkan prosedur penyusunan

anggaran dalam mengelola keuangan daerah pemerintah kabupaten Musi

Rawas, berdasarkan kinerja yang menggambarkan klasifikasi anggaran

berdasarkan kegiatan dan fungsi maka anggaran harus disusun oleh setiap

Satuan Kerja yang mewakili fungsi pemerintahan daerah dengan mengacu

pada Rencana Strategik (Renstra) masing-masing. Renstra ini harus disusun

oleh Satuan Kerja dalam Program Pembangunan Jangka Panjang Daerah

(Propeda). Berdasarkan Renstra, setiap Satuan Kerja menyusun usulan

(Otorisasi Kredit Anggaran) OKA yang mencakup OKA Pendapatan, Belanja

Operasi, Belanja Modal, usulan Lembaran Kerja (LK), Petunjuk Operasional

(PO).

Jika Pemerintah Daerah masih mengeluarkan Rencana Pembangunan

Tahunan Daerah (Repetada), maka seluruh OKA yang disusun berdasarkan

Renstra ini masih harus disesuaikan sedapat mungkin dengan Repetada.

Setelah usulan OKA, LK dan PO disusun, masing-masing Satuan Kerja

menyerahkan usulan OKA, LK dan OKA tersebut kepada Unit Anggaran

untuk meyakinkan apakah usulan kegiatan telah sesuai dengan target rencana
85

yang telah ditetapkan dalam renstra. Sesudah usulan OKA, Unit Anggaran

menyusun Draft RAPBD dan menyerahkan ke Panitia Anggaran

Panitia Anggaran yang terdiri atas Bappeda, Unit Pengawasan Daerah,

Unit-unit Keuangan, Unit Perlengkapan, Unit Pembinaan Pendapatan Daerah,

melakukan penelahaan terhadap Draft RAPBD. Hasil penelaahan oleh Panitia

Anggaran berupa RAPBD diserahkan ke DPRD kepada Unit Anggaran untuk

dibahas secara bersama antara Panitia Anggaran dengan DPRD. Jika ada

unsur-unsur dalam RAPBD yang perlu diperbaiki maka Panitia Anggaran

memperbaiki RAPBD tersebut. Hasil perbaikan tersebut dibahas lagi untuk

disetujui DPRD menjadi APBD. APBD yang telah disetujui oleh DPRD

diserahkan ke Unit Anggaran. APBD selanjutnya disahkan oleh Pemerintah.

Setelah APBD disahkan oleh pemerintah, Unit Anggaran melakukan

pembahasan Otorisasi Kredit Anggaran, Lembaran Kerja, dan Petunjuk

Operasi dengan Satuan Kerja. Selanjutnya melakukan proses Akuntansi

Alokasi Anggaran.
86

4.2 Hasil Penelitian


Berdasarkan tabel 4.1 dapat di lihar bahwa laporan keuangan (SPJ

Belanja Daerah ) di Kantor Dinas Komunikasi Informatika dan

Statistika Kabupaten Musi Rawas sesuai dengan Standar Akuntansi

Pemerintah yang berbasis Akrual, dan Menerapkan Akuntabilitas atau

pertanggung jawaban Kepada Masyarakat umum hanya saja masyarakat

belum mengetahui untuk mengakses tentang web DKIS (Dinas

Komunikasi Informatika dan Statistika) yang telah di buat oleh Kantor

DKIS (Dinas Komunikasi Informatika dan Statistika) kabupaten musi

rawas karena, kurangnya sosialisasi untuk web yang telah di buat

tersebut.

Kantor Sekretariat DKIS (Dinas Komunikasi Informatika dan

Statistika) Kabupaten Musi Rawas memberikan Laporan Kuangan

hanya kepada pihak-pihak internal untuk transparansi seperti bagian

Audit Akuntansi di kantor DKIS, BPKD (Badan Pengelola Keuangan

Daerah) Bagian Akuntansi, Inspektorat Kabupaten Musi Rawas, BPK

RI(Badan Pengawasan Keuangan Republik Indonesia) Perwakilan

Sumatera Selatan dan tidak sepenuhnya transparansi kepada pihak

pihak eksternal seperti masyarakat/publik.

Pertanggung jawaban atau Akuntabilitas pemerintah sangatlah

penting karena, merupakan salah satu bentuk pertanggung jawaban

pemerintah daerah sebagai entitas pengelola dan penggunaan kekayaan

daerah.
87

4.2.1 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Berdasarkan Hasil Wawancara Dengan Ibu Desy Hartaty,SP

selaku Ka.Subag. Keuangan dan Aset di kantor DKIS Kabupaten

Musi Rawas, Menyatakan bahwa pada kantor DKIS Kabupaten Musi

Rawas sudah menerapkan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah yang

berbasi akrual dengan asset bantu aplikasi SIMDA untuk membantu

pemerintah daerah dalam meningkatkan efektifitas implementasi

pengelolaan keuangan daerah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Standar

Akuntansi Pemerintah, Untuk Laporan keuangan yang berbasis

Akrual maka dibuatlah Peraturan Menteri Dalam Negeri No 21 Tahun

2011 tentang pedoman pengelolaan Keuangan Daerah bahwa Sistem

Akuntansi Keuangan Daerah Sekurang-kurangnya meliputi Sebagai

berikut :

1. Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas

Menurut Peraturan Menteri dalam Negeri No.21 Tahun 2011

tentang pedoman pengelelolaan Keuangan Daerah Pasal 241

mengatakan bahwa prosedur akuntansi penerimaan kas adalah

serangkaian proses mulai dari pencatatan,pengikhtisaran, sampai

dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan penerimaan kas

dalam rangka pertanggung jawaban APBD yang dapat dilakukan

secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.


88

2. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas

Prosedur akuntansi pengeluaran kas di laksanakan oleh Pejabat

pengelola keuangan (PPK-SKPD).PPK-SKPD berdasarkan bukti

transaksi pengeluaran kas melalui pencatatan ke dalam jurnal

pengeluaran kas dengan mencantumkan uraian rekening lawan asal

penerimaan kas berkenaan, dan secara periodik jurnal tersebut

diposting kedalam buku besar.

3. Prosedur Akuntansi dan Aset tetap/barang Milik Daerah dan

Peraturan Pemerintah dalam Negeri dalam no.21 Tahun 2011

tetang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah mengatakan bahwa

prosedur akuntansi asset adalah . “serangkaian pencatatan dan

pelaporan akuntansi atas perolehan,pemeliharaan, rehabilitas,

perubahan klarifikasi dan penyusutan terhadap asset tetap yang di

kuasai atau di gunakan SKPD”.

4. Prosedur Akuntansi Selain Kas

Peraturan Pemenrintah dalam Negeri no.21 Tahun 2011 tentang

pedoman pengelolaan keuangan daerah mengatakan bahwa

prosedur akuntansi selain kas adalah: “Serangkaian proses mulai

dari pencatatan, pengikhitisaran, sampai dengan pelaporan

keuangan keuangan yang berkaitan dengan semua transaksi

kejasian selain kas yang dapat dilakukan secara manual atau

menggunakan aplikasi komputer”.


89

Untuk menggali dan menilai bagaimana penerapan sistem ini

apakah sudah berjalan dengan baik atau belum serta kendala

kendala apa yang sekiranya ditemui oleh pemerintah daerah dalam

menerapkan sistem ini, selain dengan kendala yang dibahas.

Komponen Laporan Keuangan yang dibuat telah sesuai dengan

peraturan pemerintah No. 71 Tahun 2010 dan Pemendagri No. 64

Tahun 2013.Komponen Laporan Keuangan yang di buat di DKIS

Kabupaten Musi Rawas.

1. Neraca

2. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

3. Laporan Operasional (LO)

4. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

5. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)

Laporan Keuangan Menjadi suatu hal yang sangat penting untuk

memberikan kepada pemberi amanah karena melalui laporan keuangan,

pemberi amanah dapat mengetahui posisi keuangan organisasi dapat

mengambil keputusan tertentu. Laporan Keuangan merupakan wujud

dari transparansi dan akuntabilitas suatu entitas yang dijadikan sebagai

informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-

pihak eksternal entitas pemerintah daerah (kabupaten,kota,atau

provinsi) yang membutuhkan dan memerlukan Laporan Keuangan.

Peningkatan perencanaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

pada DKIS Kabupaten Musi Rawas hanya mengacu pada Peraturan


90

Kementerian Keuangan dan Peraturan Kepala Daerah (Bupati) yang

mana peraturan Bupati akan menjelaskan dasar pembiayaan-

pembiayaan pada setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) pada

Pemerintah Kabupaten Musi Rawas.

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah sudah diterapkan di DKIS

Kabupaten Musi Rawas akan tetapi belum mampu memenuhi kiteria

informasi mengenai Laporan Kinerja Pemerintah secara transparan dan

mudah di pahami serta mudah di akses oleh masyarakat/ publik yang

membutuhkan .

Adapun tujuan penyajian Laporan Keuangan bagi Pemerintah Daerah

dalam Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010 :

a. Untuk memberikan informasi yang bermanfaat dalam

pengambilan keputusan ekonomi,sosial,dan politik

b. Untuk alat Akuntabilitas public

c. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam mengevaluasi

kinerja manajerial dan organisasi.

4.2.2 Transparansi

Menurut Lampiran 1.01 Peraturan Pemerintah RI nomor 71 Tahun

2010, Transparansi adalah memberikan informasi keuangan yang

terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan

bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan

menyeluruh atas pertanggung jawaban pemerintah dalam pengelolaan


91

sumber daya yang dipercaya kepedanya dan ketaatan pada peraturan

perundang-undangan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Desy Hartaty,SP selaku

Ka.Subag. Keuangan dan Aset di Kantor DKIS Kabupaten Musi

Rawas menyatakan bahwa Organisasi Perangkat Daerah (OPD)

menerapkan Sistem Keuangan dan penggaran yang transparansi

kepada pihak-pihak internal bagian Audit Akuntansi di kantor DKIS,

BPKD (Badan Pengelola Keuangan Daerah) Bagian Akuntansi,

Inspektorat Kabupaten Musi Rawas, BPK RI(Badan Pengawasan

Keuangan Republik Indonesia) Perwakilan Sumatera Selatan dan

tidak sepenuhnya transparansi kepada pihak pihak eksternal seperti

masyarakat/publik ,investor,kreditor,lembaga donor,pers, serta pihak-

pihak lain yang berkepentingan dengan laporan tersebut sebagai dasar

pengambilan keputusan ekonomi,sosial, dan politik . Maka dapat

dikatakan di kantor DKIS Kabupaten Musi Rawas belum sepenuhnya

Transparansi kepada pihak-pihak eksternal.

Dari hasil wawancara peneliti menyimpulkan bahwa Transparansi di

Dinas Komunikasi Informatika dan Statistika Kabupaten Musi Rawas

Sebagai berikut :

1. Adanya publikasi di DKIS Kabupaten Musi Rawas namun

belum menyeluruh untuk pihak-pihak eksternalnya.

2. Laporan Tahunan , Kantor DKIS Kabupaten Musi Rawas selalu

membuat Laporan Tahunan Keuangan.


92

3. Website atau media publikasi organisasi, Kantor DKIS

Kabuapten Musi Rawas telah membuat Website tersebut, namun

tidak terlalu update tentang kegiatan dan masalah Laporan

Keuangan .dan belum sepenuhnya di sosialisasi kepada pihak-

pihak eksternal.

Transparansi merupakan kebebasan untuk mengakses aktivitas politik

dan ekonomi pemerintah dan keputusan-keputusannya.Pemerintah baik

pusat maupun daerah di tuntut untuk lebih terbuka dalam memberikan

pelayanan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya

publik kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi.

Dalam penyusunan laporan keuangan daerah yang baik dengan adanya

transparansi dapat mencapai pemerintah yang baik,bersih, dan bertanggung

jawab.Penyusunan, Pelaksanaan dan pertanggung jawaban anggaran harus

dilakukan secara transparan, hasil ini nantinya, seluruh proses penyusunan

anggaran akan jadi bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan

dalam penempatan kebijakan umum.

Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa transparansi disuatu

Pemerintahan dapat terealisasi apabila sistem pemerintah tersebut

memberikan kebebasan bagi masyarakat/publik.Dan informasi perlu dapat di

akses oleh pihak-pihak yang membutuhkan atau berkepentingan dengan

informasi yang tersedia harus memadai agar dapat mengerti dan mudah

dipahami.
93

1.2.3. Akuntabilitas

Akuntabilitas menurut Lampiran 1.01 Peraturan Pemerintah RI

Nomor 71 Tahun 2010 adalah mempertanggung jawabkan

pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang

dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan secara periodik. Dalam hal ini akuntabilitas dapat

diimplementasikan dengan baik apabila menerapkan Akuntansi

berbasis Akrual.

Hasil pengamatan dan wawancara peneliti dengan Ibu Desy

Hartaty,SP selaku Ka.Subag. Keuangan dan Asetdi kantor DKIS

Kabupaten Musi Rawas , beliau menyampaikan bahwa salah satu

upaya untuk mencapai akuntabilitas pengelolaan keuangan adalah

penyampaian laporan pertanggung jawaban keuangan pemerintah

yang memenuhi prinsip-prinsip akuntabilitas dan disusun dengan

mengikuti stansar akuntansi pemerintah yang telah diterima secara

umum.

Berdasarkan data Laporan Keuangan Pertanggung jawaban (SPJ)

dalam Tabek 4.1 dapat dilihat bahwa Laporan Keuangan di Kantor

DKIS Kabupaten Musi Rawas sudah akuntabel.

Akuntabilitas keuangan pemerintah daerah di DKIS Kabupaten

Musi Rawas telah diterapkan Akuntabilitas keuangan pemerintah

daerah berdasarkan penyusunan Laporan Keuangan Berbasis

Akrual.Penerapan akuntabilitas berbasis akrual dan efesiensi


94

pelaporan menyelenggarakan akuntasi dan menyajikan Laporan

keuangan dalam pengaturan (pendapatan dan beban) mapun

pengaturan asset. Tanggung jawab dari bagian keuangan di DKIS

Kabupaten Musi Rawas terkait Akuntabilitas Keuangan :

Sebagaimana telah disinggung di awal bahwa penyajian laporan

keuangan adalah salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas pengelolaan

keuangan publik.Dengan demikian, tidak adanya laporan keuangan

menunjukan lemahnya akuntabilitas.Jika lemah akuntabilitas

mengindikasikan lemahnya sistem yang selanjutnya berimbas pada

membudayakan korupsi sistemik. Maka dari itu untuk mengikis korupsi,

salah satu caranya adalah dengan membudayakan akuntabilitas yang baik

dengan membuat Laporan Keuangan secara teliti,dan benar .

Tujuan Akuntabilitas adalah sebagai berikut :

1. Mampu menyajikan informasi penyelenggaraan pemerintah

secara terbuka,cepat,dan tepat kepada masyarakat

2. Mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi publik

3. Mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat

dalam proses pembangunan dan pemerintahan.

4. Mampu menjelaskan dan mempertanggung jawabkan setiap

kebijakan publik secara proporsional

Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Musi Rawas

Hampir sepenuhnya menjalankan kewajibannya untuk mencapai


95

akuntabilitas. Maka dari itu kantor DKIS Kabupaten Musi Rawas telah

Akuntabel atau Akuntabilitas dalam Laporan Keuangan.

Akuntabilitas. Berkaitan erat dengan pertanggung jawaban terhadap

efektivitas kegiatan dalam pencapaian sasaran atau target kebijakan atau

program. Konsep keadilan berarti bahwa masyarakat diperlakukan secara

sama di mata hukum, dan mempunyai drajat yang sama dalam partisipasi

politik dalam pemerintahan.


96

BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Penyusunan laporan keuangan yang berpedoman pada standar

akuntansi pemerintah sesungguhnya adalah dalam rangka peningkatan

kualitas laporan keuangan yang dimaksud dapat meningkatkan kredilitas,

dan akan dapat mencapai transparansi dan akuntabilitasnya pengelolaan

keuangan pemerintah daerah. Terdapat 2 Subsistem, Satuan Kerja

Pengelolaan Keuangan Daerah (SKPKD) dan Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD). Laporan keuangan SKPD merupakan sumber untuk

menyusun Laporan keuangan SKPKD, oleh karena itu setiap SKPD harus

menyusun laporan keuangan sebaik mungkin.Laporan keuangan

pemerintah yang dihasilkan harus memenuhi prisinip-prinsip tepat waktu

dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah (SAP) sesuai

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) setiap tahunnya

mendapatkan penilaian berupa opini dari Badan Pengawasan Keuangan

(BPK). Terdapat empat opini yang diberikan pemeriksa yaitu : Opini

Wajar Tanpa Pengecualian (WTP),Opini Wajar Dengan Pengecualian

(WDP), Opini Tidak Wajar (TP), dan Pernyataan Menolak Memberi Opini

atau Tidak Memberi Pendapat (TMP). Menurut UU No 15 Tahun 2004

penjelasan ayat 1, opini merupakan pernyataan professional pemeriksaan


97

mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan

keuangan.

Untuk hasil pemeriksaaan Laporan Keuangan yang diperiksa di kantor

DKIS Kabupaten Musi Rawas, oleh Badan Pengawasan Keuangan (BPK)

pada tahun 2018 adalah WDP (Wajar Dengan Pengecualian). Di kantor

DKIS Kabupaten Musi Rawas telah menerapkan Sistem Akuntansi

Keuangan Daerah yang berbasis Akrual dengan alat bantu aplikasi

SIMDA

dan penerapan yang dilakukan dikantor DKIS Kabupaten Musi Rawas

untuk membantu pemerintah daerah meningkatkan efektifitas,

implementasi pengelolaan keuangan daerah berdasarkan asas efesiensi,

ekonomis, efektif, transparansi, akuntabel,dan auditabel. Peningkatan

perencanaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah hanya mengacu pada

Peraturan Kementerian Kuangan dan Peraturan Kepada Daerah (Bupati)

yang mana peraturan Bupati akan menjelaskan dasar stadar pembiayaan-

pembiayaan pada setiap organisasi perangkat daerah (OPD) pada

Kabupaten Musi Rawas.

Agar pengelolaan keuangan Daerah dapat memenuhi asas tertib,

ekonomis, efektif, efesien,transparan,akuntabel, dan komperatif, maka

dikeluarkanlah Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No.

64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis

Akrual pada pemerintah daerah , dan salah satu upaya kongkrit untuk

mencapai transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan adalah


98

penyampaian pertanggung jawaban laporan diterima secara umum,

sehingga dapat dibandingkan, dan tidak menyesatkan.

Laporan keuangan menjadi suatu hal yang sangat penting, untuk dapat

mengetahui posisi keuangan organisasi dalam mengambil keputusan

tertentu untuk mendukung kelangsungan suatu organisasi.Laporan

keuangan merupakan wujud dari transparansi dan akuntabilitas suatu

entitas sebagai dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-

pihak yang berkepentingan atau membutuhkan laporan keuangan.

Pemendagri no 64 Tahun 2013 tentang pedoman pengelolaan keuangan

daerah menyatakan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah merupakan

“serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan

data,pencatatan,pengikhtisaran sampai dengan pelaporan keuangan dalam

rangka pertanggung jawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan

secara manual atau menggunakan aplikasi komputer”. Pada kantor DKIS

Kabupaten Musi Rawas telah menerapkan Sistem Akuntansi keuangan

daerah berbasis Akrual dengan alat bantu aplikasi SIMDA.

Fokus sistem akuntansi ini pada pengukuran sumber daya ekonomis dan

perubahan sumber daya pada suatu entitas.Dalam akuntansi akrual

informasi yang dihasilkan jauh lebih lengkap dan menyediakan informasi

yang lebih rinci mengenai aktiva dan kewajiban. Peraturan Pemerintah

Nomor 71 Tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintah , telah

mewajibkan laporan keuangan pemerintah harus berbasis akrual.


99

Kantor Dinas Komunikasi Informasi dan Statistik Kabupaten Musi

Rawas telah menerapkan Sistem Akuntansi yang berbasis Akrual dan telah

sesuai dengan PP No.71 Tahun 2010 Standar Akuntansi Pemerintah.

5.2. Transparansi

Transparansi adalah memberikan informasi keuangan yang terbuka

dan jujur kepada masyarakat (salah satu pihak Eksternal) berdasarkan

pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara

terbuka dan menyeluruh atas pertanggung jawaban pemerintah dalam

pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatan

kepada peraturan perundang-undangan. Adapun pihak eksternal itu

adalah pertanggung jawaban kepala daerah kepada masyarakat,investor

krediator,lembaga donor, pers, serta pihak-pihak lain yang

berkepentingan dengan laporan keuangan tersebut sebagai dasar untuk

pengambilan keputusan ekonomi,sosial, dan politik.

Transparansi di kantor DKIS Kabupaten Musi Rawas Hanya

memberikan Laporan Keuangan kepada pihak-pihak Internal dan

melakukan kerja sama kepada Organisasi Perangkat Daerah(OPD) . dan

belum melakukan transparansi sepenuhnya kepada pihak-pihak eksternal

dan pihak yang yang memiliki kepentingan tertentu. Karena , pihak

eksternal juga perlu tau atas kegiatan atau transaksi keuangan yang

dilakukan oleh Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten

Musi Rawas. Dengan adanya Transparansi pengelolaan keuangan

(perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi) pada kantor DKIS Kabupaten


100

Musi Rawas Sangat banyak nilai plus dan apresiasi oleh pihak eksternal ,

karena dengan sistem pengelolaan yang transparansi kepada

masyarakat/publik.dapat mengetahui pelaksanaan keuangan pada DKIS

Kabupaten Musi Rawas dan tidak adanya jalan tindakan untuk melakukan

kecurangan/korupsi.

Transparansi menjadi semakin penting seiring semakin kuatnya

desakan bagi pemerintah untuk menyelenggarakan tata kepemerintahan

yang baik.

Menerapkan Transparansi di suatu kantor pemerintahan maka dapat

mengurangi tindakan kecurangan atau kasus korupsi, kolusi dan

nepotisme (KKN). Maka dari itu sebaiknya setiap kantor pemerintahan

jika sudah menerapkan Transparansi dan akuntabilitas bisa mengurangi

atau mencegah terjadinya tindak kecurangan laporan keuangan maupun

kasus KKN.

5.3. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah pertanggung jawaban pengelolaan sumber daya

serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan

dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan secara periodik.Setiap

entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya yang

telah dilakukan dan hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara

sistematis dan terstuktur pada periode pelaporan.

Dinas Komunikasi Iinformasi Statistika Kabupaten Musi

Rawas.Dalam rangka melaksanakan akuntabilitas publik, pemerintah


101

daerah berkewajiban untuk memberikan informasi sebagai bentuk

pemenuhan hak-hak publik. Hak-hak publik itu sendiri terdiri dari :

a. Hak untuk tahu

b. Hak untuk diberi informasi

c. Hak untuk di dengar aspirasinya

d. Pemerintah daerah di tuntut untuk tidak sekedar melakukan

akuntabilitas vertikal , yaitu hanya pelaporan kepada

pemerintah atasan , akan tetapi juga melakukan akuntabilitas

horizontal yaitu pelaporan kepada pihak pihak eksternal salah

satunya masyarakat luas.


102

Kaitan Penelitian Relevan Dengan Penelitian Relevan Yang

Dilakukan Peneliti Di Dinas Komunikasi Informatika Dan Statistika

Kabupaten Musi Rawas :

1. Made Wiradarma Setiawan,Dkk Analisis Transparasi Dan Akuntabilitas

Pelaporan Alokasi Dana Desa Berdasarkan hasil uji dan pembahasan yang

dilakukan dapat ditarik simpulan, yaitu: Pengimplementasian prinsip

transparasi dan akuntabilitas pada alokasi dana desa dapat dilihat saat

melakukan perencanaan dan pembuatan laporan ternyata hasil penelitian

made wiradarma tidak sama dengan penelitian yang telah di lakukan oleh

peneliti di Dinas Komunikasi Informatika dan Statistika Kabupaten Musi

Rawas bahwasanya sudah menerapkan sistem Keuangan daerah sesuai

dengan Peraturan Pemerintah nomor 71 Tahun 2010 dan sudah

menerapkan transparansi berbasis web dan juga sudah menerapkan

akuntabilitas .

2. Febriana F. Albugis (2016) Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan

Daerah Dalam Mewujudkan Trasparasi Dan Akuntabilitas Keuangan

Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara Hasil penelitian ini sistem

akuntansi keuangan daerah provinsi sulut sudah menerapkan transparasi

dan akuntabilitas ternyata hasil penelitian Febriana F. Albugis sama

dengan penelitian yang telah di lakukan oleh peneliti di Dinas Komunikasi

Informatika dan Statistika Kabupaten Musi Rawas bahwasanya sudah

menerapkan sistem Keuangan daerah sesuai dengan Peraturan Pemerintah


103

nomor 71 Tahun 2010 dan sudah menerapkan transparansi berbasis web

dan juga sudah menerapkan akuntabilitas .


104

BAB VI
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1. SIMPULAN
Kantor Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Musi

Rawas sudah menerapkan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah yang

berbasis akrual dengan alat bantu aplikasi SIMDA.

Berdasarkan Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 71

Tahun 2010 Standar Akuntansi Pemerintah bahwa Transparansi harus

terbuka dan jujur kepada Masyarakat .karena, masyarakat juga punya

hak untuk tau Laporan Keuangan terbsebut. Akan tetapi di Kantor

DKIS Kabupaten Musi Rawas belum melakukan sosialiasi atau website

yang telah di buat kantor DKIS Kabupaten Musi Rawas.

Laporan Keuangan di Kantor DKIS Kabupaten Musi Rawas telah

akuntabilitas atau akuntabel karena kantor tersebut telah

mempertanggung jawabkan pengelolaan sumber daya, menjalankan

tugas dan wewenangnya dalam membuat laporan keuangan yang sesuai

dengan peraturan pemerintah No. 71 Tahun 2010.

6.2. Rekomendasi
Adapun rekomendasi berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan

yang mungkin dapat di pertimbangkan sebagai masukan untuk

dilaksanakan di kantor Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik

Kabupaten Musi Rawas, sebaiknya melakukan transparansi sesuai

dengan PP No.71 Tahun 2010 di dalam peraturan itu menyebutkan


105

bahwa transparansi keterbukaan dan jujur. Masyarakat juga punya hak

untuk tahu dalam Laporan Keuangan yang terbuka dan jujur, dengan

cara mensosialisasikan website yang telah dibuat oleh DKIS

Kabupaten Musi Rawas untuk masyarakat maupun pihak-pihak

eksternal lainnya yang membutuhkan atau berkepentingan dalam

membuat maupun mengambil suatu keputusan ekonomi,sosial dan

politik.Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap DKIS

Kabupaten Musi Rawas serta dapat mecapai transparansi dan

akuntabilitas keuangan daerah, maka harus menggunakan sumber daya

yang berpotensi dan mempunyai keahlian dalam bidangnya agar bisa

lebih baik dan berjalan semestinya dengan peraturan pemerintah yang

telah ditetapkan.
106

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim, dkk. 2010. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Edisi Pertama,
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Atmadja, 2013 Akuntansi Manajemen Sektor Publik, Singaraja Universitas
Pendidikan Ganesha
Anggraini,2013. “Transparansi, Partisipasi, dan Akuntabilitas Pengelolaan
Anggaran Dana BOS Dalam Program RKAS di SDN Pacarkeling VIII
Surabaya”Universitas Airlangga
Artika, Yuli. 2016. “Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan
Pemerintah Daerah, Kapasitas Sumber Daya Manusia dan Pemanfaatan
Teknologi Informasi Terhada Kualitas Laporan Keuangan Pemerinta
Daerah Kabupaten Rokan Hulu (Studi pada SKPD)”. Universitas
Riau:JOM Fekon Vol.03 No.1
Atmadja. 2013. “Akuntansi Manajemen Sektor Publik Singaraja”. Universitas
Pendidikan Ganesha.
Drs. Arnold Poli, SH. MAP, 2016. Indikator Kinerja Pengelolaan Keuangan
Daerah yang Baik (online),(http://www.manadotoday.co.id)
Febriana F. Albugis, 2016.“Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Dalam Mewujudkan Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan
Pemerintahan Daerah Provinsi Sulawesi Utara”.ISSN.2303-1174. Jurnal
EMBA.Vol:4.No:3.September:2016: Sulawesi Utara
Fierda Shafratunnisa, 2015.“Penerapan Prinsip Transparansi Dan
Akuntabilitas dalam Pengelolaan Keuangan Kepada Stakeholders di SD
Islam Binakheir”. Skripsi: Jakarta.
Gosal,dkk.2016. “Penerapan Prinsip Transparasi dan Akuntabilitas Dalam
Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa”
Harefa, Tulus. 2015. “Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan
Standar Akuntansi Pemerintahan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
(Survey Pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten
Bandung)”. Jurnal: Bandung
Herdiansyah,2017 Prinsip Dasar Akuntansi dalam Membuat Laporan
Keuangan (online), (https://blog.ruangguru.com) Artikel yang diakses 9
November 2017
Hidayatullah, Moh. Syarif. 2015. “Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan
untuk Mengetahui Proses Pengolahan Limbah dan Tanggung Jawab
Sosial pada Rumah Sakit Ibnu Sina Kota Gresik”. Universitas Islam
Negeri Maulama Malik Ibrahim:Malang
107

Julianto,dkk.2017. “Pengaruh Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi


Keuangan Daerah dan Pengawasan Keuangan Daerah Terhadap
Transparasi Pelaporan Keuangan Daerah dan Akuntabilitas Pemerintah
Daerah Pada Satuan Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten
KARANGASEM” Universitas Pendidikan Ganesha :JurnalAkuntansi
Program S1 Vol.16 No. 04
Kementerian Perindustrian. 2014 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintahan (LAKIP). (Online). (www.kemenperin.go.id) Artikel yang
diakses 10 Maret 2014.
Komalasari, 2016 “Pengaruh Sistem Akunatnsi Keuangan Daerah (SAKD) dan
Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan (SPIP) Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan Daerah”. (Studi Empiris Pada DPPKAD Kabupaten
Subang). Bandung
Martha Widya, 2014.“Pengaruh Transparansi dan Akuntabilitas Terhadap
Kinerja Instansi Pemerintah Pada Dinas di Kota Bandung”.jurnal .
Universitas Widiyatama: Bandung
Mahmudi. 2016. “Akuntansi Sektor Publik”. UII Press Yogyakarta
Mahmudi. 2016. “Analisis Lapoan Keuangan Pemerintah Daerah”. Edisi
Ketiga, Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Mardiasmo. 2016. “Akuntansi Sektor Publik”.Grasindo: Jakarta
Masrura,dkk.2018.”Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Akuntansi
Keuangan Terhadap Akuntabilitas Pendapatan Pajak Daerah di Badan
Pengelolaan Pajak dan Restribusi Kota Medan” Universitas Sumatera
Utara : (JRAM)Vol.5 No. 01
Mulyono,2017Tujuan Akuntansi Pemerintah
(online),(http://bpkad.banjarkab.go.id) Artikel yang diakses 11 September 2017
Noor Juliansyah. 2015. “Metodologi Penelitian”. Prenada Media Group:Jakarta
Pangalila, Billy Rivaldy. 2016. “Analisis Penerapan Sistem Akuntansi
Pemerintah Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
MinahasaTenggara” .Universitas Sam Ratulangi:Jurnal Berkala Ilmiah
Efisiensi Vol.16 No. 04
Peraturan Mentri Dalam Negri No 58 tahun 2005Sistem Informasi Keuangan
Daerah,: Jakarta
Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2010, Standar
Akuntansi Pemerintahan,Fokus Media: Bandung
108

Rumengam, Gery. 2015. “Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban dengan


Anggaran Sebagai Alat Pengendalian Biaya di Hotel Quality Manado”.
Universitas Sam Ratulangi:Manado.
Sedarmayanti. 2013.“Good Governance “Kepemerintahan Yang Baik” Bagian
pertama Edisi Revisi Dalam Rangka Otonomi Daerah Upaya Membangun
Organisasi Efektif dan Efesiensi melalui Restrukturisasi dan
Pemberdayaan”. Mandar Maju: Bandung
Sujarweni V Wiratna. 2015 “Akuntansi Sektor Publik”, Pustaka Baru
Press:Yogyakarta
Sewandono. 2016 Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik untuk
Pembangunan Berkelanjutan. (Online).(www.kompasiana.com) Artikel
yang diakses 6 November 2016
Sugiyono. 2016.“Metodelogi Penelitian”. Alfabeta: Bandung
Surjono, Welly. 2017. “Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Terhadap Akuntabilitas Laporan Keuangan pada Satuan Kerja Dinas
Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) Pemerintah Daerah
Kabupaten Bandung”. Universitas Sangga Buana-YPKP:Jurnal Riset
Akuntansi dan Keuangan Vol.5 No.1
Tahir Arifin, 2014 “Kebijakan Publik dan Transparansi Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah”. Alfabeta: Bandung
Tanjung Abdul Hafiz. 2014. “Akuntansi Pemerintahan Daerah”.
Bandung:Alfabeta.
Tim.2018. Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa STIE-MURA
Lubuklinggau.
Wibowo, Eva Herawati. 2017. “Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan (
Studi Kasus pada OWABONG Kabupaten Purbalingga)”. Universitas
Sanata Dharma:Yogyakarta
Widiyanti Arista. 2017.“Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Alokasi
Dana Desa”. Skripsi. Universitas Islam Negeri (UIN): Malang
Wikipedia Bahasa Indonesia,2019. Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah
(online) ,(https://id.wikipedia.org/wiki).
109

Tabel 4.1.

KABUPATEN MUSI RAWAS


LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN DAN BELANJA DAERAH
110
111
112
113
114
115

Anda mungkin juga menyukai