Anda di halaman 1dari 22

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Lanjut Usia


2.1.1 Pengertian Lanjut Usia
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lansia apabila usianya
60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita. Sedangkan Departeman kesehatan RI
menyebutkan seseorang dikatakan berusia lanjut usia dimulai dari usia 55 tahun
keatas. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) usia lanjut dimulai dari usia 60
tahun (Kushariyadi, 2010; Indriana, 2012).
2.1.2 Batasan Umur Lanjut Usia
Batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia dari pendapat berbagai ahli
yang di kutip dari Nugroho (2008) :
1) Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab I pasal 1 ayat II yang
berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
2) Menurut WHO:
a) Usia pertengahan : 45-59 tahun
b) Lanjut usia : 60 – 74 tahun
c) Lanjut usia tua : 74- 90 tahun
d) Usia sangat tua : di atas 90 tahun
(Kushariyadi, 2010).
2.1.3 Perubahan yang terjadi pada lanjut usia
Menurut Mujahidullah (2012) dan Wallace (2007), beberapa perubahan yang
akan terjadi pada lansia diantaranya adalah perubahan fisik,intlektual, dan
keagamaan.

2.1.3.1 Perubahan fisik


a) Sel, saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel dalam tubuh
akan berubah, seperti jumlahnya yang menurun, ukuran lebuh
besar sehingga mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan proposi
protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati beekurang.
b) Sistem persyarafan, keadaan system persyarafan pada lansia akan
mengalami perubahan, seperti mengecilnya syaraf panca indra. Pada indra
pendengaran akan terjadi gangguan pendengaran seperti hilangnya
kemampuan pendengaran pada telinga. Pada indra penglihatan akan
terjadi seperti kekeruhan pada kornea, hilangnya daya akomodasi dan
menurunnya lapang pandang. Pada indra peraba akan terjadi seperti respon
terhadap nyeri menurun dan kelenjar keringat berkurang. Pada indra pembau
akan dan kelenjar keringat berkurang. Pada indra pembau akan sehingga
kemampuan membau juga berkurang.
c) Sistem gastrointestinal, pada lansia akan terjadi menurunya selara makan ,
seringnya terjadi konstipasi, menurunya produksi air liur(Saliva) dan
gerak peristaltic usus juga menurun.
d) Sistem genitourinaria, pada lansia ginjal akan mengalami pengecilan
sehingga aliran darah ke ginjal menurun.
e) Sistem musculoskeletal, pada lansia tulang akan kehilangan cairan dan makin
rapuh, keadaan tubuh akan lebih pendek, persendihan kaku dan tendon
mengerut.
f) Sistem Kardiovaskuler, pada lansia jantung akan mengalami pompa darah
yang menurun, ukiran jantung secara keseluruhan menurun dengan tidaknya
penyakit klinis, denyut jantung menurun, katup jantung pada lansia akan
lebih tebal dan kaku akibat dari akumulasi lipid. Tekanan darah
sistolik meningkat pada lansia kerana hilangnya distensibility arteri.
Tekanan darah diastolic tetap sama atau meningkat

2.1.3.2 Perubahan intelektual


Menurut Hochanadel dan Kaplan dalam Mujahidullah (2012), akibat proses
penuaan juga akan terjadi kemunduran pada kemampuan otak seperti
perubahan intelegenita Quantion ( IQ) yaitu fungsi otak kanan mengalami
penurunan sehingga lansia akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi
nonverbal, pemecehan masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah
seseorang. Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan , karena penurunan
kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk menerima
rangsangann yang di berikan kepada sehingga kemampuan untuk mengingat lansian
juga menurun
2.1.3.3 Perubahan keagamaan
Menurut Maslow dalam Mujahidin (2012), pada umumnya lansia akan semakin
teratur dalam kehidupan keagamaannya, hal tersebut bersangkutan dengan keadaan
lansia yang akan meninggalkan kehidupan dunia.
d. Tugas perkembangan pada lanjut usia
Menurut Havighurst dalam Stanley (2007), tugas perkembangan adalah tugas yang
muncul pada periode tertentu dalam kehidupan suatu individu. Ada beberapa tahapan
perkembangan yang terjadi pada lansia, yaitu :
1) Penyesuaikan diri kepada penurunan kesehatan dan kekuatan fisik
2) Penyesuaian diri kepada masa pension dan hilangnya pendapatan
3) Penyesuaaian diri kepada kematian pasangan dan orang terdekat lainnya.
4) Pembantukan gabungan pergelompokan yang sesuai denganya
5) Pemenuhan kewajiban social dan kewarganegaraan.
6) Pembentukan kepuasan pengaturan dalam kehidupan.

2.2 Konsep Pengetahuan

2.2.1 Pengertian Pengetahuan


Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu, atau kenal, sadar,
mengerti, pandai. Pengetahuan merupakan hasil process dari usaha manusia untuk
tahu (Bahtiar, 2004).

2.2.2 Tingkat pengetahuan


Tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007), sebagai berikut:
1) Tahu
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima.
2) Memahami
Memahami merupakan kemampuan menjelaskan secara benar, tentang objek
yang diketahui dan dapat mengiterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi
Aplikasi merupakan suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.

4) Analisis
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi dan suatu
objek kedalam komponen – komponen, tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan
kata lain sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru
dari formasi yang ada.

6) Evaluasi
Evaluasi merupakan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu
materi atau objek, untuk memperoleh data atau informasi tentang
pengetahuan cukup dilakukan dengan wawancara baik wawancara mendalam
atau terstruktur dengan kuisioner dan Focus Group Discussion (FGD).
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Mubarak, (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi informasi tentang diit
hipertensi adalah :
1) Tingkat pendidikan
Pendidikan merupakan cara untuk memberikan sebuah pengetahuan sehingga
terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.
2) Budaya
Merupakan pikiran atau akal. Kebiasaan atau tingkah laku manusia dalam
mengetahui kebutuhan yang memiliki sikap atau kepercayaan.
3) Informasi
Seseorang dengan sumber informasi yang lebih banyak akan memenuhi
kebutuhan hidup.
4) Social ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang melalui pengetahuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup.
5) Pengalaman
Semakin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang maka semakin banyak
pula pengetahuan yang diperoleh.

2.3 Konsep Hipertensi pada Lansia


2.3.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole mengalami
kenaikan yang melebihi batas normal yaitu tekanan darah systole > 140mmHg
dan diatole . 90 mmHg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu
penyakit salah satu resiko tinggi yang bisa menjadi penyakit jantung, stroke dan
gagal ginjal ( Muwarni, 2011 ;Zhao, 2013).
Kaplan memberikan batasan hipertensi dengan memperhatikan usia dan jenis
kelamin ( Soeparman dalam buku Udjianti, 2010).

1) Pria berusia lebih dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah
pada waktu berbaring lebih dari 120/90 mmHg
2) Pria berusia 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari
145/95 mmHg.
3) Wanita, hipertensi bila tekanan darah lebih dari 150/95 mmHg.

2.3.2 Klasifikasi Hipertensi


Berikut adalah klasifikasi hipertensi:

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi

Batasan Tekanan Darah (mmHg) Batasan Tekanan Darah


(mmHg)
Diastolic
< 80 Tekanan darah normal
80-90 Prehipertensi
90-99 Hipertensi stage 1
≥ 100 Hipertensi stage 2
Sistolic
≤ 120 Tekanan darah normal
120-139 Prehipertensi
140-159 Hipertensi stage 1
≥ 160 Hipertensi stage 2

Sumber: Fundamental Of Nursing (Potter dan Perry, 2009)

2.3.3 Macam-macam Hipertensi


Hipertensi dapat terbagi menjadi dua golongan
1. Hipertensi Esensial atau Hipertensi Primer
Sekitar 95% kasus hipertensi primer atau esensial merupakan hipertensi yang
sampai saat ini masih belum diketahui penyebabnya secara pasti ( Rudianto,
2013).
2. Hipertensi SekundePada sekitar 5% kasus hipertensi sekunder adalah hipertensi
yang disebabkan oleh penyakit lain seperti diabetes, kerusakan vaskuler,
kerusakan ginjal dan lain-lain (Rudianto, 2013).

2.3.4 Tanda dan Gejala Hipertensis


Menurut Udjianti (2010) tanda dan gejala hipertensi yang sering terjadi adalah:

1) Sakit kepala( rasa berat di tengkuk)


2) Kelelahan
3) Keringat berlebihan
4) Tremor otot
5) Mual, muntah

Adapun menurut Sustrani,et al (2004), bahawa tanda dan gejala hipertensi antara
lain:

1) Sakit kepala
2) Jantung berdebar-debar
3) Sulit bernafas setelah bekerja keras
4) Mudah lelah
5) Penglihatan kabur
6) Dunia terasa berputar (vertigo)
7) Hidung berdarah
8) Wajah memarah

2.3.5 Faktor penyebab mempengaruhi hipertensi


1) Diet
2) Merokok
3) Kegiatan fisik (gaya hidup)
4) Obesitas
5) Stress
2.3.6 Faktor Yang Mempengaruhi Kekambuhan Hipertensi
1) Gaya hidup
Kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan kandungan garam yang tinggi
memicu naiknya tekanan darah (Martuti, 2009).
2) Stress
Realitas kehidupan setiap hari yang tidak bisa dihindari, stress atau ketegaan
emosional dapat mempengaruhi system kardiovaskuler, khusus hipertensi,
stress dianggap sebagai faktor psikologis yang dapat meningkatkan tekanan darah
(Marliani, 2007)
3) Merokok
Pada sistem kardiovaskuler, rokok menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Merokok juga mengakibatkan dinding pembuluh darah menebal secara bertahap
yang dapat menyulitkan jantung untuk memompa darah. Kerja jantung yamg
lebih berat tentu dapat meningkatkan tekanan darah (Marliani, 2007).

2.3.7 Pencegahan Hipertensi


Menurut Febry, et al (2013), pencegahan terjadi hipertensi mel meliputi:

1) Mengurangi konsumsi garam . kebutuhan garam per hari yaitu 5 gr ( 1 dst).


2) Mencegah kegemukan

3) Membatsi konsumsi lemak


4) Olah raga teratur
5) Makan buah dan sayuran segar
6) Hindari merokok dan tidak minum alcohol
7) Latihan relaksasi/ meditasi

2.3.8 Pengobatan Hipertensi


Menurut Rudianto (2013) pengobatan hipertensi dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1) Pengobatan Non Farmakologi diantaranya

a) Diit rendah garam/ kolesteral/ lemak jenuh


b) Mengurangi asupan garam kedalam tubuh
c) Ciptakan keadaan rileks
d) Melakukan olah raga seperti senam aerobic atau jalan cepat selama
30-45 sebanyak 3-4 kali seminggu.
e) Berhenti merokok dan Alkohol

2) Pengobatan dalam Farmakologi


Terdapat banyak jenis obat antihipertensi saat ini. Untuk pemilihan obat yang
tepat diharapkan menghubungi dokter diantaranya:
a. Deuretik
Bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh( lewat kencing) sehingga
volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa
jantung lebih ringan . contoh: Hidroklorotiazid
b. Penghambat simpatetik
Bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis ( saraf yang bekerja
pada saat kita beraktivitas).Contoh: Metildopa, Klonidin dan resepin.
c. Betabloker
Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan
daya pompa jantung dan tidak dianjurkan pada penderita yang
mengidap gangguan pernapasan eperti asma bronchial. Pada orang
tua terdapat gejala bronkospame (penyempitan saluran pernapasan),
sehingga pemberian obat harus berhati-hati. Contoh: Metoprolol,
propanplol dan atenolol
d. Antagonis kalsium
Menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi
jantung (kontraktilitis)Contoh: nifedipin, Diltiasem dan Verapamil
2.3.9 Diit hipertensi
Diit hipertensi adalah cara untuk mencegah terjadinya hipertensi tanpa efek
samping, karena menggunakan bahan makanan yang lebih alami dari pada
menggunakan obat penurunan tekanan darah (Sustrani, 2005).
Diit hipertensi menurut Sustrani et al (2005) diantaranya adalah:
1) Mengurangi asupan garam
Mengurangi garam sering juga diimbangi dengan asupan lebih banyak
kalsium, magnesium, dan kalium( bila diperlukan untuk kasus tertentu.) Puasa
garam untuk kasus tertentu dapat menurunkan tekanan darah secara nyata ,
mengkonsumsi garam dalam seharian pagi penderita hipertensi tidak boleh lebih
dari 4 gram / hari bagi hipertensi ringan,jika hipertensi berat hanya 2 gram / hari
(Febry, 2013).
Tujuan dari diet rendah garam adalah membantu menghilangkan retensi
garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi. Syarat diit rendah garam adalah cukup energy. Protein,
mineral dan vitamin.(Almatsier, 2006)
2) Memperbanyakan serat
Mengkonsumsi lebih banyak atau makanan rumahan yang mengandung
banyak serat memperlancar buang air besar dan menahan sebagian asupan
natrium. Sebaiknya penderita hipertensi menghindari makanan kalengan dan
makanan siap saji dari restoran, yang dikuatirkan mengandung banyak pengawet
dan kurang serat.
3) Menghentikan kebiasaan buruk
Menghentikan rokok, kopi dan alcohol dapat mengurangi beban jantung,
sehingga jantung dapat bekerja dengan baik. Rokok dapat meningkatkan resiko
kerusakan pembuluh darah yang mengedap kolestrol pada pembuluh darah
koroner, sehingga jantung bekerja lebih keras.
4) Memperbanyakan asupan kalium
Diketahui bahwa dengan mengkonsumsi 3.500 miligram kalium dapat
membantu mengatasi kelebihan natrium, sehingga dengan volume darah yang
ideal dapat dicapai kembali tekanan darah yang normal. Kalium bekerja mengusir
natirum dari senyawanya, sehingga lebih mudah dikeluarkan. Makanan yang
kaya kalium adalah pisang, sari jeruk, jagung, kubis dan brokoli.
5) Memenuhi kebutuhan magnesium
Kebutuhan magnesium menurut kecukupan gizi yang dianjurkan atau RDA
(Recommended dietary Allowance) adalah sekitar 350 miligram . kekurangan
asupan magnesium terjadi dengan semakin banyaknya makanan olahan yang
dikonsumsi. Sumber makanan yang kaya mahnesium antara lain kacang tanah,
bayam, kacang polong dan makanan laut. Tetapi berhati-hati agar jangan
mengkonsumsi terlalu banyak suplemen magnesium karena dapat menyebabkan
diare.
6) Melengkapi kebutuhan kalsium
7) Mengetahui sayuran dan bumbu dapur yang ber manfaat untuk tekanan darah.
Sayuran dan bumbu dapur yang bermanfaat untuk pengontrolan tekanan
darah adalah:
a) Tomat
b) Wortel
c) Seledri, sedikitnya 4 batang per hari dalam sup/ masakan lain.
d) Bawang putih, sedikitnya satu siung per hari. Bisa juga digunakan
bawang merah dan bawang bombai
e) Kunyit
f) Bumbu lain adalah lada hitam, adas, kemangi, dan rempah lainnya.

2.3.10 Contoh Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan bagi penderita
hipertensi:
Table . Contoh Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan

Bahan makanan Dianjurkan Tidak dianjurkan


Sumber karbohidrat Beras, Roti, biskut dan kue-kue
kentang,singkong,terigu, yang dimasak dengan
makanan yang diolah garam dapur/ baking
bahan makanan tersebut pouder dan soda
diatas tanpa garam dapur
dan soda seperti: makroni,
mi, bihun, roti,
biskut ,kue kering
Sumber protein Daging dan ikan maksimal Otak, ginjal, lidah,sardine,
hewani 100 gram sehari, telur daging, ikan ,susu,dan telur
maksimal 1 butir/ hari yang diawet dengan garam
dapur seperti daging asap,
ham, bacon,
dendeng,abon,keju,ikan
asin, ikan kaleng,
koenet, udang kering,telur
asin, dan telur pindang
Sumber protein nabati Semua kacang-kacangan Keju, kacang tanah dan
dan hasilnya yang diolah semua kacang-kacangan
dan dimasak tanpa garam yang hasilnya dimasak
dapur dengan garam dapur dan
ikatan natrium
Buah-buahan Semua buah-buahan Buah-buahan yang
segar, buah yang diawet diawet dengan garam
tanpa garam dapur dan dapur dan lain ikatan
natrium banzoat natrium seperti buah
dalam kaleng
Lemak Minyak goreng, margain, Margain dan mentaga
dan mentaga tanpa garam biasa
Minuman Teh Minuman ringan kopi

Sumber : Penuntun diit (Almatsier, 2004).


2.4 Asuhan Keperawatan Secara Teori\
Asuhan kepearawtan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktek
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien didalam pelayanan
kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan bersifat humanistic dan berdasarkan pada
kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.

2.4.1. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistemik yang
dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
pasien baik fisik,mental,sosial maupun spiritual dapat ditemukan. Pada tahap ini
muncul 3 kegiatan yaitu : pengumpulan data,analisis data,penetuan masalah.
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui kegiatan
pengumpulan data atau peroleh data yang akurat dapat pasien guna mengetahui
berbagai permasalahan yang ada (Alimul Azis : 2009). Adapun pengkajian pada psien
dengan hhipertensi menurut Doenges (2001) adalah :
1.Aktivitas Istirahat
Gejala : kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan trauma jantung
2.Sirkulasi
Gejala : riwayat HT, PJK
Tanda : kenaikan TD, nada denyutan jelas dan karotis, denyut optical
3.Eliminasi
Gejala: ganggaun ginjal sakit
4.Makanan/Cairan
Gejala: makanan yang disukai mecakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolestrol, mual muntah.
Tanda: bb normal, adanya edema.
5.Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala: penyakit artri koroner, nyeri hilang timbul, sakit kepala.
6.Pernafasan
Gejala: dispena yang berkaitan dengan aktivitas kerja riwayat merokok.
Tanda: distres respirasi, bunyi nafas tambahan, sianosis.
7.Neurosensori
Gejala : pusing, sakit kepala, kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
Tanda : perubahan status mentak, pola isi bicara, proses pikir atau memori.
8.Keamanan
Gejala : gangguan cara berjalan, hipotesia pastural
Tanda : frekuensi jantung meningkat, takipnea.

2.4.2. Diagnosa keperawatan


Diagnosa kpeerawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensial (Alimul Azis : 2009). Menurut Nanda Nic-Noc tahun 2015, diagnosa
keperawatan yang ditemukan pada pasien dengan hipertensi adalah:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontrisi, hipertrofi
2. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan vaskuler serebraldan iskemia
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium yang
mengakibatkan edema
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot
5. Ketidakefektifan koping behubungan dengan krisis situasional, perubahan hidup
menyatakan ketidakmampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan
6. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan suplay O2 ke otak
menurun
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi mengenai penyakit
8. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi yang didapat
9. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
2.4.3. Intervensi keperawatan
Intervensi adalah proses penyusunan berbagai intervensi yang dibutuhkan untuk
mencegah, menghilangkan atau mengurangi masalah pasien (Alimul Azis : 2009).
1. Diagnosa 1 : Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontrisi,
hipertrofi
Definisi : Ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan
curah jantung
Kriteria Hasil:
1) Tanda – tanda vital dalam batas normal
2) Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
3) Tidak ada edema paru
4) Tidak ada penurunan kesadaran
Intervensi :

Intervensi Rasional
1. Monitor TTV (suhu, nadi, TD, RR) 1. Vital sign digunakan untuk mengetahui
keadaan klinis pasien dan menegakkan
diagnosa
2. Monitor toleransi aktivitas pasien 2. Aktivitas yang dilakukan pasien, membantu
mengetahui sejauh mana kemampuan dalam
melakukan aktivitas
3. Monitor balance cairan 3. Balance cairan menrupakan indikator yang
menunjukkan adanya overload
4. Monitor adanya dispnea, takipnea 4. Pernapasan dispnea (<20x/menit), Takpnea
(<20x/menit) menunjukkan peningkatan pada
jantung
2. Diagnosa 2 : Nyeri akut berhubungan dengan tekanan vaskuler serebral dan iskemia
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial digambarkan dalam hal
kerusakan jaringan.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan rasa nyeri dapat
berkurang atau teratasi.
Kriteria Hasil:
1) Mampu mengontrol nyeri
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang
3) Mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi :

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan 1. Nyeri merupakan indikator untuk dapat
karakteristik nyeri memberikan tindakan selanjutnya
2. Dorong pasien untuk melaporkan 2. Mencoba untuk mentoleransi nyeri
rasa nyeri
3. Observasi reaksi non verbal dan 3. Reaksi non verbal seperti ekspresi klien
ketidaknyamanan menunjukkan saat nyeri timbul
4. Tingkatkan istirahat 4. Istirahat dapat membantu mengurangi
rasa nyeri yang timbul
5. Ajarkan untuk relaksasi dan distraksi 5. Meningkatkan kenyamanan dan koping
6. Koaborasi dengan tenaga medis lain 6. Profilaksis dapat menghilangkan rasa
untukpemberian analgesik nyeri

3. Diagnosa 3 : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium yang


mengakibatkan edema
Definisi : Peningkatan retensi cairan isotonik.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan kelebihan cairan dapat
dikurangi.
Kriteria Hasil:

1. Tidak ada edema


2. Tidak ada dispnea
3. Terbebas dari kelebihan. kecemasan atau ketegangan.
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Monitor hasil Hb yang sesuai 1. Hb merupakan protein yang
dengan reaksi cairan mengandung zat besi di dalam sel darah
yang berfungsi sebagai pengangkat O2
dari paru – paru keseluruh tubuh.
2. Monitor vital sign 2. Vital sign digunakan untuk mengetahui
keadaan klinis pasien dan meneggakkan
diagnosa
3. Kaji lkasi dan luas edema 3. Adanya edema menunjukkan bahwa
pasien mengalami kelebihan dalam
tubuh.
4. Kolaborasi pemberian diuretik 4. Diuretik merupakan obat yang
digunakan sebagai hipertensi.

4. Diagnosa 4 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot


Definisi : Ketidak cukupan energi psikologis dan fisiologis untuk menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari – hari yang harus dilakukan
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat
melakukanaktivitas kembali.
Kriteria Hasil:
1. Partisipasi dalam aktivitas fisik tanpa peningkatan tekanan darah, nadi,RR
2. Mampu melakukan aktivitas sehari – hari
3. Tanda vital dalam batas normal
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Bantu klien dalam mengidentifikasi 1. Dengan adanya aktivitas yang masih
aktivitas yang dapat dilakukan bisa dilakukan membuat pasien punya
motivasi untuk berlatih dalam
berktivitas
2. Bantu untuk mendapatkan alat 2. Kursi roda bertujuan menghemat
bantuan aktivitas seperti kursi roda energi
3. Bantu pasien untuk mengembangkan 3. Motivasi yang diberikan perawat
motivasi diri dan penguatan dapat menumbuhkan rasa percaya diri
4. Bantu mengidentifikasi aktivitas 4. Aktivitas yang disukai dapat
yang disukai membantu pasien lebih termotivasi
untuk beraktivitas.

5. Diagnosa 5 : Ketidakefektifan koping behubungan dengan krisis situasional, perubahan


hidup menyatakan ketidakmampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pola koping efektif.
Kriteria Hasil:
1. Mengidentifikasi pola koping yang efektif
2. Mengungkapkan secara verbal tentang koping yang efektif
3. Mengatakan penurunan stres
4. Klien mengatakan menerima kondisinya

Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Bantu pasien menentukan tujuan 1. Hal yang dilakukan supaya pasien
yang realistis dan mengenali merasa nyaman menentukan
keterampialan dan pengetahuan pribadi pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki.
2. Gunakan pendekatan yang 2. Pasien lebih bebas dalam
menyenangkan mengungkapkan perasaan
3. Hidari pengambilan keputusan saat 3. Pengambilan keputusan dalam
pasien dalam kondisi stres berat kondisi tersebut membuat pasien tidak
tepat dalam pengambilan keputusan
dan tertekan.
4. Beri informasi yang aktual terikat 4. Informasi yang diberian membuat
dengan diagnosa terapi pasien merasa lebih tenang

6. Diagnosa 6 : Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan suplay O2


ke otak menurun
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan otak tersuplay O2.
Kriteria Hasil:
1. Tekanan sistolik dan diastolik dalam rentang normal
2. Tidak ada peningkatan tekanan intrakranial
3. Dapat berkomunikasi dengan jelas dan sesuai kemampuan
4. Membuat keputusan dengan benar
5. Menunjukkan fungsi sensori motorik

Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Monitor adana daerah tertentu yang 1. Monitor dilakukan untuk
hanya peka terhadap atau dingin atau mendapatkan data sehingga dapat
tajam atau tumpul menegakkan diagnosa dan menentukan
intervensi
2. Mengobservasi kulit jika ada lesi 2. Lesi pada kulit menunjukkan bahwa
terdapat luka pada kulit
3. Batasi gerakan pada kepala, leher 3. Aktivitas yang banyak dapat
dan punggung mengganggu perfusi jaringan pada otak
4. Kolaborasi pemberian analgesik 4. Analgesik diberikan untuk
mengurangi rasa nyeri.
7. Diagnosa 7 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi mengenai penyakit minim.
Tujuan : Pasien mengerti tentang kondisi yang dihadapi saat ini
KH :
1. Menyatakan pemahamannya tentang proses penyakit, pengobatan
2. Berpartisipasi dalam program pengobatan
3. Pasien akan memahami menfaat perawatan yang diberikan

Intervensi :

Intervensi Rasional
1. Jelaskan penyakit dan hal yang 1. Pasien dapat memahai dan dapat
berhubungan pada pasien dengan menerima kondisinya sehingga akan
tepat mengembalikan fungsi optimal oleh
tubuh.
2. Gambarkan tanda gejala penyakit 2. Informasi yang diberikan dengan jelas
yang biasa muncul dengan tepat mengenai tanda gejala penyakit
membuat pasien mengerti tanda-tanda
fisiknya jika sakit tersebut kambuh
3. Diskusikan perubahan gaya hidup 3. Perubahan gaya hidup yang tidak baik
untuk mencegah komplikasi masa dapat meningkatkan komplikasi pada
datang pasien
4. Diskusikan pilihan terapi atau 4. Terapi yang dipilih disesuaikan dengan
penanganan yang dialami pasien untuk melanjutkan
tindakan keperawatan.

8. Diagnosa 8 : Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi yang didapatkan.


Tujuan : Pasien tampak tenang
KH :
1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
2. Vital sign dalam batas normal
3. Ekspresi wajah menunjukan berkurangnya kecemasan.
Intervensi :

Intervensi Rasional
1. Gunakan pendekatan yang 1. Pasien lebih bebas dalam
menenangkan mengungkapkan perasaan.
2. Jelaskan prosedur dan apa yang 2. Mengurangi tingkat kecemasan pasien
dirasakan selama prosedur
3. Dengarkan keluhan pasien dengan 3. Keluhan yang diungkapkan pasien
penuh perhatian membantu pasien dalam menetapkan
diagnosa dan melanjutkan intervensi
selanjutnya.
4. Pahami ansietas pasien 4. Kecemasan yang ditunjukan pasien
membantu pearawat dalam melakukan
intervensi selanjutnya
5. Kaji tingkat cemas yang dialami 5. Cemas yang dirasakan akan diberikan
pasien atau diajarkan pearwat dalam mengatasi
cemas.

9. Diagnosa 9 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya rasa nyeri


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat tidur dengan nyaman dan
nyenyak.
KH :
1. Pasien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak
2. Pasien mengatakan tidak ada gangguan saat tidur
3. Perasaan nyaman dan segar setelah bangun tidur
Intervensi :

Intervensi Rasional
1. Jelaskan pada pasien tentang 1. Penjelasan yang adekuat dapat
pentingnya istirahat atau tidur memberikan pengetahuan dasar
pentingnya istirahat tidur
2. Ciptakan lingkungan yang aman 2. Lingkungan yang nyaman dapat
dan nyaman serta bersih pada membantu
pasien menenangkan/merilekskan pikiran
sehingga dapat tidur
3. Berikan tempat tidur yang bersih 3. Kebersihan tempat tidur merupakan
dan nyaman salah satu indikator supaya pasien
bisa istirahat dengan tenang dan
merasa nyaman.
4. Berikan posisi tidur yang 4. Posisi tidur berpengaruuh pada
membuat klien nyaman intensitas pasien untuk tidur jika ia
tidur pada bagian yang sakit maka
akan terasa sulit untuk tidur.
5. Kontrol kebisingan 5. Kebisingan dapat memicu pasien
untuk susah tidur.

Anda mungkin juga menyukai