PENDAHULUAN
1
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
hati.Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3, sebagian dari
bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan dua belas.
Bentuk makroskopis ginjal pada orang dewasa, bentuknya seperti
kacang polong dengan ukuran panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13
cm (4,7 hingga 5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci),
dan beratnya sekitar 125- 150 gram, kira-kira seukuran kepalan tangan.
Masing-masing ginjal manusia terdiri dari kurang lebih satu juta nefron,
masing-masing mampu membentuk urine. Ginjal tidak dapat membentuk
nefron baru. Oleh karena itu, pada trauma ginjal, penyakit ginjal, atau proses
penuaan yang normal akan terjadi penurunan jumlah nefron secara bertahap.
Dibawah ini terdapat gambar tentang anatomi fisiologi ginjal
2.1.3 Etiologi
Begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya gagal
ginjal kronis. Akan tetapi, apapun sebabnya, respon yang terjadi adalah
penurunan fungsi ginjal secara progresif. Kondisi klinis yang
memungkinkan dapat mengakibatkan gagal ginjal kronik bisa disebabkan
dari ginjal sendiri dan di luar ginjal (Muttaqin dan Kumalasari,2012:166).
1) Penyakit dari ginjal :
(1) Penyakit pada saringan (glomerulus)
(2) Infeksi kuman; pyelonefritis, ureteritis
(3) Batu ginjal
(4) Trauma langsung pada ginjal
(5) Keganasan pada ginjal
(6) Sumbatan; batu, tumor, penyempitan atau striktur
2) Penyakit umum di luar ginjal :
(1) Penyakit sistemik; diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi
(2) Dislipidemia
(3) SLE
(4) Infeksi di badan; TBC paru, sipilis, malaria, hepatitis
(5) Pre eklamsi
(6) Obat-obatan
(7) Kehilangan banyak cairan yang
2.1.4 Klasifikasi
Sesuai dengan topik yang saya tulis didepan Cronic Kidney Disease
(CKD). Pada dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan Cronoic Renal
Failure (CRF), namun pada terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka
untuk membatasi kelainan pasien pada kasus secara dini, kerena dengan
CKD dibagi 5 grade, dengan harapan pasien datang/ merasa masih dalam
stage-stage awal yaitu 1 dan 2. secara konsep CKD, untuk menentukan
10
2.1.5 Patofisiologi
Pada awal perjalanannya, keseimbangan cairan, penanganan garam,
dan penimbunan produk sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian
ginjal yang sakit.Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal,
manifestasi klinis gagal ginjal kronis mungkin minimal karena nefron-
nefron lain yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron
yang tersisa meningkatkan laju filtrasi, reabsorbsi, dan sekresinya serta
mengalami hipertrofi dalam proses tersebut. Seiring dengan makin
banyaknya nefron yang mati, nefron yang tersisa menghadapi tugas yang
semakin berat, sehingga nefron-nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya
mati. Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan
tuntutan pada nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan reasorbsi protein.
Seiring dengan penyusutan progresif nefron, terjadi pembentukkan
jaringan parut dan penurunan aliran darah ginjal.Pelepasan renin dapat
meningkat dan bersama dengan kelebihan beban cairan, dapat menyebabkan
hipertensi.Hipertensi mempercepat gagal ginjal, mungkin dengan
meningkatkan filtrasi (karena tuntutan untuk reasorbsi) protein plasma dan
menimbulkan stress oksidatif.Kegagalan ginjal membentuk eritropoietin
dalam jumlah yang adekuat sering kali menimbulkan anemia dan keletihan
akibat anemia berpengaruh buruk pada kualitas hidup.Selain itu, anemia
kronis dapat menyebabkan penurunan oksigenasi jaringan di seluruh tubuh
dan mengaktifkan refleks-refleks yang ditujukan untuk meningkatkan curah
jantung guna memperbaiki oksigenasi. Refleks ini mencakup aktivasi
susunan saraf simpatis dan peningkatan curah jantung.Akhirnya, perubahan
tersebut merangsang individu yang menderita gagal ginjal mengalami gagal
jantung kongestif sehingga penyakit ginjal kronis menjadi satu faktor risiko
yang terkait dengan penyakit jantung (Corwin, 2013:729).
Menurut (Muhammad, 2012:34), perjalanan umum gagal ginjal kronis
dapat dibagi menjadi 4 stadium, yaitu sebagai berikut.
1) Stadium I (Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antar 40%– 75%)
Tahap inilah yang paling ringan, dimana faal ginjal masih baik dan laju
filtrasi glomerulus 40-50% tetapi, sekitar 40-75% nefron tidak berfungsi.
12
Pada tahap ini penderita ini belum merasakan gejala gejala dan
pemeriksaan laboratorium faal ginjal masih dalam batas normal. Selama
tahap ini kreatinin serum dan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) dalam
batas normal dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal
mungkin hanya dapat diketahui dengan memberikan beban kerja yang
berat, seperti tes pemekatan kemih yang lama atau dengan mengadakan
test GFR yang teliti.
2) Stadium II (Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20% – 50%))
Pada tahap ini penderita dapat melakukan tugas tugas seperti biasa
padahal daya dan konsentrasi ginjal menurun. Pada stadium ini
pengobatan harus cepat dalam hal mengatasi kekurangan cairan,
kekurangan garam, gangguan jantung dan pencegahan pemberian obat-
obatan yang bersifat mengganggu faal ginjal. Bila langkah- langkah ini
dilakukan secepatnya dengan tepat dapat mencegah penderita masuk
ketahap yang lebih berat. Pada tahap ini lebih dari 75% jaringan yang
berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas
normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung dari
kadar protein dalam diet.Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai
meningkat melebihi kadar normal.
3) Stadium III (Gagal Ginjal (faal ginjal kurang dari 10%))
Pada tahap ini laju filtrasi glomerulus 10-20% normal, BUN dan
kreatinin serum meningkat. Semua gejala sudah jelas dan penderita
masuk dalam keadaan dimana tak dapat melakukan tugas sehari - hari
sebagaimana mestinya. Gejala-gejala yang timbul antara lain mual,
muntah, nafsu makan berkurang, sesak nafas, pusing, sakit kepala, air
kemih berkurang, kurang tidur, kejang-kejang dan akhirnya terjadi
penurunan kesadaran sampai koma. Oleh karena itu, penderita tidak
dapat melakukan tugas sehari-hari.
4) Stadium IV (End Stage Meal Disease (ESRD)
Stadium akhir timbul pada sekitar 90% dari massa nefron telah hancur.
Nilai GFR nya 10% dari keadaan normal dan kadar kreatinin mungkin
sebesar 5-10 ml/menit atau kurang.Pada keadaan ini kreatinin serum dan
13
2.1.7 Komplikasi
Menurut (Corwin, 2013:730), komplikasi dari penyakit gagal ginjal
kronik adalah sebagai berikut :
1) Pada gagal ginjal progresif, terjadi beban volume, ketidakseimbangan
elektrolit, asidosis metabolik, azotemia, dan uremia.
2) Pada gagal ginjal stadium 5 (penyakit stadium akhir), terjadi azotemia
dan uremia berat. Asidosis metabolik memburuk, yang secara mencolok
merangsang kecepatan pernapasan.
3) Hipertensi, anemia, osteodistrofi, hiperkalemia, ensefalopati uremik, dan
pruritus (gatal) adalah komplikasi yang sering terjadi.
4) Penurunan pembentukan eriropoietin dapat menyebabkan sindrom
anemia kardiorenal, suatu trias anemia yang lama, penyakit
kardiovaskular, dan penyakit ginjal yang akhirnya menyebabkan
peningkatan morbiditas dan mortalitas.
5) Dapat terjadi gagal jantung kongestif.
6) Tanpa pengobatan dapat terjadi kima dan kematian.
2.1.9 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan
elektrolit dan mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut:
1) Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang
serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Dialisis diperbaiki
abnormalitas biokimia; menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat
dikonsumsi secara bebas; menghilangkan kecenderungan perdarahan dan
membantu penyembuhan luka.
2) Koreksi hiperkalemia
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemia dapat
menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama harus diingat
adalah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan
darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila
terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi
intake kalium, pemberian Na bikarbonat pemberian infus glukosa.
3) Koreksi anemia
Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi faktor defisiensi,
kemudian mencari Apakah ada perdarahan yang mungkin dapat diatasi.
Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan dapat meninggikan HB.
Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat,
misalnya ada misalnya ada insufficiency koroner.
4) Koreksi asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari.
Natrium bikarbonat dapat diberikan per oral atau parenteral. Pada
permulaan 100 mEq natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-lahan,
jika diperlukan dapat diulang. Hemodialisis dan dialisis peritoneal dapat
juga mengatasi asidosis.
5) Pengendali hipertensi
Pemberian obat Beta Bloker, Alfa metildopa, dan vasodilator dilakukan.
intake garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati Karena
tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium.
19
6) Transplantasi ginjal
Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka seluruh
faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru (Muttaqin dan
Kumalasari,2012:173).
bahan yang mengandung lubang berbagai ukuran atau pori-pori. Hal ini
meniru proses penyaringan yang terjadi pada ginjal, ketika darahmemasuki
ginjal dan zat lebih besar dipisahkan dari yang kecil dalam gomerulus.
(Alligood, 2014).
Dua jenis utama dialisis hemodialisis dan dialisis peritoneal,
menghilangkan limbah dan kelebihan air dari darah dengan cara yang
berbeda. Hemodialisis menghiangkan limbah dan air dengan sirkulasi darah
di luar tubuh melalui filter eksternal disebut dialyzer, yang berisi membrane
semipermiabel. Darah mengalir dalam satu arah dan dialisat mengalir di
seberang. Aliran kontra saat ini darah dan dialisat memaksimalkan gradient
konsentrasi zat terlarut (misalnya kalium, fosfor dan urea) yang tidak
diinginkan yang tingi dalam darah, tetapi rendah atau tidak dalam larutan
dialisis dan penggantian konstan dialisat memastikan bahwa konsentrasi zat
terlarut yang tidak diinginkan tetap rendah dalam sisi membrane. Larutan
dialisis memiliki kadar mineral seperti kalium dan kalsium yang mirip
dengan konsentrasi alami mereka dalam darah yang sehat. Untuk yang lain,
terlarut bikarbonat, tingkat dialisis solusi adalah ditetapkan pada tingkat
sedikit lebih tinggi daripada di darah normal, untuk mendorong difusi
bikarbonat di dalam darah, untuk bertindak sebagai buffer PH untuk
menetralkan asidosis metabolik yang hadir pada pasien ini.
Pada dialisis peritoneal limbah dan air dikeluarkan dari darah dalam
tubuh dengan menggunakan membran peritoneal dan perioneum sebagai
membrane semipermiabel alami. Limbah dan memindahkan kelebihan air
dari darah, melintasi membran peritoneal dan ke dalam larutan dialisis
khusus, yang disebut dialisat, di rongga perut yang memiliki komposisi
mirip dengan cairan darah. Hemodialisis berlangsung 2-4 jam, ssedang
dialisis peritoneal berlangsung selama 36 jam (Mary Baradero, 2011)
21
2.2.4. Indikasi
Keputusan untuk memulai dialisis atau hemofiltration pada pasien
dengan gagal ginjal tergantung beberapa factor. Ini dapat dibagi menjadi
indikasi akut atau kronis.
1) Indikasi untuk dialisis pada pada pasien dengan cidera ginjal akut adalah:
(1) Asidosis metabolik, dalam situasi dimana koreksi dengan natrium
bikarbonat tidak praktis atau dapat mengakibatkan overload cairan.
(2) Kelainan elektrolit seperti hiperkalemia.
(3) Overload cairan tidak diharapkan untuk merespon pengobatan
dengan diuretic.
(4) Komplikasi uremia, seperti perikarditis, ensefalopati atau perdarahan
gastrointestinal.
(5) Keracunan, yaitu keracunan akut dengan zat dialyzable.
2) Indikasi untuk pasien dengan gagal ginjal kronis:
(1) Gejala gagal ginjal.
(2) Rendah LFG sering dianjrrkan untuk dimulai pada LFG kurang dari
10-15 mls/min/1,73 m2. Pada penderita diabetes dialisis dimulai
sebelumnya.
(3) Kesulitan dalam medis mengendalikan overload cairan kalium serum
dan atau fosfor saat LFG rendah. (Irwin, 2013)
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
25
26
4) Psikososial
Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan dialysis
akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri.
Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan, gangguan konsep diri
(gambaran diri) dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).
5) Pemeriksaan Fisik
Menurut (Muttaqin, 2012:171-172), pemeriksaan fisik pada pasien
dengan gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut:
(1) B1 (Breathing) : Pasien bernapas engan bau urine (feter urenik)
sering didapatkan pada fase ini. Respons uremia didipatakan adanya
pernapasan kussmaul. Pola napas cepat dan dalam merupakan upaya
untuk melakukan pembuangan koarbon dioksida yang menumpuk di
sirkulasi.
(2) B2 (Blood) : Pada kondisi uremia berat, tindakan auksultasi
perawatat akan menemukan adanya friction rub yang merupakan
tanda khas efusi perikardial. Didapatkan tanda dan gejala gagal
jantung kongestif, TD meningkat, akral dingin, CRT >3 detik,
palpitasi, nyeri dada atau angina dan sesak napas, gangguan irama
jantung, edema penurunan perfusi perifer sekunder dari penurunan
curah jantung akibat hiperkalemi, dan gangguan konduksi elektrikal
otot ventrikel. Pada sistem hematologi sering didapatkan anemia.
(3) B3 (Brain) : didapatkan pemurunan tingkat kesadaran, disfungsi
serebral, seperti perubahan proses pikir dan disoreintasi. Pasien
sering didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perifer, kram otot
dan nyeri otot.
(4) B4 (Bladder) : penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal
tahap lanjut). Abdomen kembung, diare, atau konstipasi.Perubahan
warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan. Oliguria,
dapat menjadi anuria.
(5) B5 (Bowel) : didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia dan
diare sekunder dari bau mulut amonia, peradangan mukosa mulut,
27
3.1.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan yaitun
membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan
dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan (Nurarif, 2015).
1) Berhasil: perilaku klien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal
yang ditetapkan di tujuan.
2) Tercapai sebagian: klien menunjukan prilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan.
3) Belum tercapai: klien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku
yang diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.