Anda di halaman 1dari 2

Nama : Erwinson Simbolon

Nim : 1805511091
Fakultas/Prodi : Teknik/ T.Sipil
Bab 3 (Buku The end of me)
Direndahkan Supaya Ditinggikan
Pada bab ini di jelaskan ada sebuah ilustrasi terhadap korban kejadian salju longsor,
korban terjebak longsoran salju yang mencoba menyelamatkan diri dengan menggali secara
membabi buta tapi itu merupakan hal yang sia sia sebab dia tidak tau arah mana yang harus
dia gali, oleh sebab itu dia mati dengan sia sia. Ada sebuah cara yang seharusnya dilakukan si
korban ketika terjebak di timbunan salju yaitu dengan meludah kearah wajah kita. Ketika kita
meludah, kita bisa tau kearah mana arah ludah akan mengalir kearah samping kanan ataupun
kiri, ini cukup membantu kita mengetahui arah jalan keluar. Karena ketika aliran ludah kita
mengalir ke bawah maka berarti pergerakan kita menuju ke atas dan kemungkinan besar kita
bisa selamat.

Dari ilustrasi diatas menganalogikan bahwa ketika Yesus turun ke dunia, ada banyak
kebingungan tentang arah yang harus dituju. Sama halnya kita terus menggali tetapi kita tidak
tau arah mana yang harus digali. Tuhan berkata bahwa jalan untuk menuju ke atas adalah
bergerak ke bawah atau sebaliknya, sebab tertulis bahwa berbahagialah orang yang rendah
hati, karena mereka akan memiliki Bumi. (Matius 5:5). Artinya ketika kita rendah hati banyak
orang akan menghargai kita sebab kita akan ditinggikan, karena kalo kita memiliki sifat
sebaliknya kita akan direndahkan orang serta tidak menghargai kita.

Ditantang Untuk Menentukan Arah dan perumpamaan tentang orang Farisi dan
pemungut cukai
Kita akan melanjutkan pembahasan ajaran Yesus lewat perumpamaan-perumpamaan di dalam
Injil Lukas. Hari ini kita akan melihat di Lukas 18:9-14. Perumpamaan ini biasanya dikenal
dengan judul Perumpamaan tentang orang Farisi dan Pemungut cukai. Seorang pemungut
cukai adalah orang yang memungut pajak dari rakyat Israel atas nama pemerintahan Roma.
Mereka sangat dimusuhi oleh orang-orang Israel karena mereka dianggap melayani penguasa
Roma, dan dengan demikian adalah pengkhianat bangsa. Mereka dipandang sebagai orang
tidak beragama dan tidak memiliki hati nurani, yang tidak peduli pada kesejahteraan rakyat
Israel, umat Allah, bangsa mereka sendiri.

Perlu ditegaskan bahwa pemungut cukai ini menyebut dirinya orang berdosa,
bukan seorang yang berdosa. Ungkapan orang berdosa ini sangat penting karena ia
memandang dirinya tidak sekadar sebagai salah satu dari sekian banyak orang berdosa
sehingga Allah dapat berkata, “Nah, kamu ini hanya salah satu dari sekian banyak orang
berdosa. Di dunia ini ada miliaran orang berdosa. Siapa yang peduli dengan salah satu dari
antaranya?” Tidak. Orang ini sedang mengalami pengungkapan yang sangat mendalam tentang
dosa-dosanya sehingga ia berkata, “Aku orang berdosa, aku orang yang berdosa besar. Aku
yang terburuk dari yang lainnya. Orang lain tidak melakukan dosa separah aku. Aku ini orang
paling berdosa.”

Perumpamaan ini tentunya sudah sangat terkenal di antara kita, dan anak-anak yang
duduk di sekolah minggu pasti akan berkata, “Kami sudah tahu isi ceritanya.” Tetapi
persoalannya adalah apakah Anda tahu maknanya? Apa makna perumpamaan ini? Pada
dasarnya, perumpamaan ini berbicara tentang sikap hati. Sikap adalah masalah terpenting
dalam hidup ini. Tidak ada hal yang lebih penting di dunia ini dibandingkan dengan memiliki
sikap yang benar. Bukan peristiwanya yang penting, tetapi sikap kita terhadap peristiwa itu
yang penting. Artinya Tuhan menekan kan kita harus menjadi pribadi yang rendah hati sebab
kebesaran adalah kerendahan hati.

Menjadi pribadi yang rendah hati


Dalam buku ini dijelaskan bahwa sipenulis membuat daftar yang membuat dia sampai pada
akhir keakuannya :
1. Merendahkan diri berarti sukaresla mengaku dosa

Pengakuan dosa suka rela adalah sebuah cara untuk merendahkan diri, dan Allah meninggikan
orang yang melakukannya, ini adalah janjinya.

2. Merendahkan diri berarti memberi dengan penuh pengorbanan dan tanpa


mencantumkan nama.

Saat memberi dengan penuh pengorbanan, artinya pemberian itu benar-benar mengorbankan
kepentingan diri sendiri, maka ini adalah cara yang sangat nyata untuk menyatakan bahwa
kerajaan Allah lebih penting daripada diri sendiri. Hal ini menunjukkan kita bukan orang paling
penting sebab ada yang lebih penting yaitu Yesus itu sendiri.
3. Merendahkan diri berarti memperlakukan orang lain lebih baik dari pada diri sendiri
Dalam Filipi 2:3, Paulus menulis, “ sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang
menganggap yang lai lebih utama daripada dirinya sendiri”. Artinya ketika merendahka hati
kita diajarkan untuk tidak memegahkan diri yang membawa kita kepada keegoisan diri.
4. Merendahkan diri berarti saya siap untuk meminta tolong
Ketika dalam posisi kacau dan tidak tau harus melakukan apa meminta bantuan dalam setiap
masalah yang tidak kita bias atasi sendiri adalah bentuk kerendahatian kita.

Yang disimpulkan dari bab ini adalah mengenai Hidup harus rendah hati, sebab ketika
merendahkan hati itu merupakan perbuatan meniggikan kristus itu sendiri. Menjadi pribadi
yang rendah hati bukan semata mata kita rendah diri sehingga membuat kita menderita di
dalamnya. Tetapi kerendahatian mengajarkan untuk menjadi pribadi yang tidak egois dan tidak
sombong.

Anda mungkin juga menyukai