Anda di halaman 1dari 5

FRAKSINASI SIMPLISIA

I. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu melakukan freksinasi ekstrak tumbuhan dengan Ekstraksi Cair –
cair.
II. Dasar Teori

Ekstraksi cair - cair adalah suatu metode ekstraksi yang menggunakan corong pisah
sehingga biasa juga disebut dengan ekstraksi corong pisah (Anonim, 2012).Ekstraksi cair-
cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia diantara dua fase pelarut yang
tidak dapat saling bercampur dimana sebagian komponen larut pada fase pertama dan
sebagiannya lagi larut pada fase kedua. Kedua fase yang mengandung zat terdispersi
dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan
fase zat cair. Komponen kimia akan terpisah ke dalam dua fase tersebut sesuai dengan
tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap . Umumnya salah satu
fase berupa larutan air dan yang lainnya berupa pelarut organik lipofilik seperti eter,
MTBE, diklorometana, kloroform, atau pun etil asetat. (Sudjadi, 1986).
Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu dari campuran (padat,
cair, terlarut, suspensi atau isotop) dibagi dalam beberapa jumlah kecil (fraksi) komposisi
perubahan menurut kelandaian. Pembagian atau pemisahan ini didasarkan pada bobot dari
tiap fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada paling dasar sedang fraksi yang lebih
ringan akan berada diatas. Fraksinasi bertingkat biasanya menggunakan pelarut organik
seperti eter, aseton, benzena, etanol, diklorometana, atau campuran pelarut tersebut. Asam
lemak, asam resin, lilin, tanin, dan zat warna adalah bahan yang penting dan dapat
diekstraksi dengan pelarut organik (Adijuwana dan Nur 1989).
Fraksinasi bertingkat umumnya diawali dengan pelarut yang kurang polar dan
dilanjutkan dengan pelarut yang lebih polar. Tingkat polaritas pelarut dapat ditentukan
dari nilai konstanta dielektrik pelarut. Emapat tahapan fraksinasi bertingkat dengan
menggunakan empat macam pelarut yaitu:
1. ekstraksi aseton
2. fraksinasi n-heksan
3. fraksinasi etil eter
4. fraksinasi etil asetat (Lestari dan Pari 1990).
Ekstraksi merupakan suatu proses penyaringan suatu senyawa kimia dari suatu bahan
alam dengsan menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi bisa dilakukan dengan berbgai
macam metode yang sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi. Pada proses ekstraksi ini
dapat digunakan sampel dalam keadaan segar atau yang telah dikeringkan. Tergantung
pada sifat tumbuhan dan senyawa yang akan diisolasi. Untuk mengekstraksi senyawa
utama yang terdapat dalam bahan tumbuhan dapat digunakan pelarut yang cocok.
Kebanyakan pelarut organik berada di atas fase air kecuali pelarut yang memiliki
atom dari unsur halogen. Pemisahan ini didasarkan pada tiap bobot dari fraksi, fraksi
yang lebih berat akan berada pada bagian dasar sementara fraksi yang lebih ringan akan
berada di atas. Tujuannya untuk memisahkan golongan utama kandungan yang satu dari
kandungan yang lain. Senyawa yang bersifat polar akan masuk ke pelarut polar dan
senyawa non polar akan masuk ke pelarut non polar.
Terjadinya proses pemisahan dapat dengan cara :
1. Adsorpsi - Adsorpsi komponen atau senyawa diantara permukaan padatan dengan
cairan (solid liquid interface) - Agar terjadi pemisahan dengan baik, maka
komponen-komponen tersebut harus mempunyai afinitas yang berbeda terhadap
adsorben dan ada interaksi antara komponen dengan adsorben
2. Partisi - Fase diam dan fase gerak berupa cairan yang tidak saling bercampur
Senyawa yang akan dipisahkan akan berpartisi antara fase diam dan fase gerak.
Karena fase diam dapat memberikan daerah yang sangat luas bagi fase gerak,
maka pemisahan berlangsung lebih baik(Anonim, 2012).
Kebanyakan pelarut organik berada di atas fase air keculai pelarut yang memiliki
atom dari unsur halogen. Corong pemisah berbentuk kerucut yang ditutupi setengah bola.
Ia mempunyai penyumbat di atasnya dan keran di bawahnya. Corong pemisah yang
digunakan dalam laboratorium terbuat dari kaca borosilikat dan kerannya terbuat dari
kaca ataupun Teflon. Ukuran corong pemisah bervariasi antara 50 mL sampai 3 L. Dalam
skala industri, corong pemisah bisa berukuran sangat besar dan dipasang sentrifuge.

Untuk memakai corong ini, campuran dan dua fase pelarut dimasukkan ke dalam
corong dari atas dengan corong keran ditutup. Corong ini kemudian ditutup dan digoyang
dengan kuat untuk membuat dua fase larutan tercampur. Corong ini kemudian dibalik dan
keran dibuka untuk melepaskan tekanan uap yang berlebihan. Corong ini kemudian
didiamkan agar pemisahan antara dua fase berlangsung. Penyumbat dan keran corong
kemudian dibuka dan dua fase larutan ini dipisahkan dengan mengontrol keran corong.
Macam – macam proses fraksinasi:
a) Proses Fraksinasi Kering (Winterization)
Fraksinasi kering adalah suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada berat molekul
dan komposisi dari suatu material. Proses ini lebih murah dibandingkan dengan proses
yang lain, namun hasil kemurnian fraksinasinya rendah.
b) Proses Fraksinasi Basah (Wet Fractination)
Fraksinasi basah adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan zat pembasah
(Wetting Agent) atau disebut juga proses Hydrophilization atau detergent proses. Hasil
fraksi dari proses ini sama dengan proses fraksinasi kering.
c) Proses Fraksinasi dengan menggunakan Solvent (pelarut)/ Solvent Fractionation
Ini adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan pelarut. Dimana pelarut yang
digunakan adalah aseton. Proses fraksinasi ini lebih mahal dibandingkan dengan proses
fraksinasi lainnya karena menggunakan bahan pelarut.
d) Proses Fraksinasi dengan Pengembunan (Fractional Condentation)
Proses fraksinasi ini merupakan suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada titik
didih dari suatu zat / bahan sehingga dihasilkan suatu produk dengan kemurnian yang
tinggi. Fraksinasi pengembunan ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi namun proses
produksi lebih cepat dan kemurniannya lebih tinggi.

III. Metode Kerja


A. Alat dan Bahan
o Alat
1. Beaker glass
2. Statif dan Klem
3. Timbangan analitik
4. Cawan porselen
5. Waterbatch
6. Erlenmeyer
7. Corong pisah
8. Gelas ukur
9. Vial 4 buah
10. Alumunium Foil
o Bahan
1. Ekstrak hasil infudasi
2. N-heksan
3. Etil asetat
4. Air- Etanol
5. Kloroform
B. Cara Kerja
1. Ditimbang ekstrak sebanyak 4 gram
2. Dilarutkan ekstrak dalam air 30 ml + etanol (95%) sebanyak 20 ml atau
dengan berbandingan 1 : 1,5. Jika tidak larut , tambahkan air sebanyak 10 ml
lalu disaring dan masukan dengan corong pisah. Jangan lupa untuk
mengoleskan vaselin ke tutup bagian atas corong pisah dan bilas corong pisah
dengan sedikit pelarut N-heksan.
3. Dimasukan ekstrak kedalam corong pisah lalu dimasukan N-heksan sebanyak
25 ml, lalu digojog secara perlahan-lahan. Ditunggu selama 10 menit atau
sampai pelarut terpisah. Yaitu N-heksan berada diatas dan air berada dibawah.
Lalu dimasukan kedalam wadah yang berbeda ( bekker glass)
4. Lalu dibuka corong pisah ,cairan yang didalam bekker glass dimasukan
kedalam cawan porselen dan diuapkan diatas waterbatch sampai tersisa ± 5
ml. Lalu dimasukan kedalam vial yang telah diberi label.
5. Lalu dicuci bersih corong pisah dan dibilas dengan sedikit kloroform.
6. Dimasukan lagi kedalam corong pisah ekstrak + etanol air ditambahkan
pelarut kloroform 25 ml lalu dikocok secara perlahan-lahan. Ditunggu selama
10 menit atau sampai pelarut terpisah.
7. Lalu dibuka corong pisah dan cairan dimasukan kedalam bekker glass, dan
dimasukan kedalam cawan porselen.
8. Lalu diuapkan diatas waterbatch sampai ± 5 ml , lalu dimasukan kedalam vial
yang telah diberi label
9. Dicuci corong pisah sampai bersih lalu dibilas dengan sedikit pelarut etil
asetat.
10. Dimasukan kedalam corong pisah ekstrak + etanol air ditambahkan etil asetat
sebanyak 25 ml lalu digojog secara perlahan-lahan. Ditunggu selama 10 menit
atau sampai pelarut tepisah.
11. Lalu dibuka tutup corong pisah dan cairan dimasukan kedalam bekker glass
dan cairan dimasukan kedalam cawan porselen.
12. Kemudian diuapkan diatas waterbatch sampai ± 5 ml lalu dimasukan kedalam
vial yang telah diberi label.
13. Pelarut yang tersisa didalam corong pisah dikeluarkan lalu diuapkan diatas
waterbatch sampai ± 5 ml yang tersisa, lalu dimasukan kedalam vial yang
telah diberi label.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Farmakope Herbal Indonesia edisi I. Departemen Kesehatan Republik
Indoneisa. Jakarta.
Harborne. 1987. Metode Fitokimia. Penerbit ITB. Bandung
Haznawati, H. 2012. Fraksinasi. http://darknessthe.blogspot.com. Diakses pada 28 Juli
2018.

Anda mungkin juga menyukai