Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena

pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula

darah atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif

menggunakan insulin yang dihasilkannya (Kemenkes 2018).

Menurut IDF Diabetes Atlas, 2017, Prevalensi diabetes telah

meningkat lebih cepat di negara berpenghasilan rendah dan menengah

daripada di negara-negara berpenghasilan tinggi. Pada tahun 2017, sekitar

425 juta orang di seluruh dunia atau 8,8% diperkirakan menderita diabetes.

Prevalensi diabetes mellitus pada tahun 2045 diperkirakan mencapai 9,9

% atau 629 juta jiwa pada usia 20-79 tahun akan menderita diabetes.

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018, menunjukkan

prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia menurut diagnosis dokter pada

penduduk umur ≥ 15 tahun terjadi peningkatan pada tahun 2013 sebanyak

1,5% dan pada tahun 2018 sebanyak 2%, untuk provinsi Sulawasi Selatan

pada tahun 2013 sebanyak 1,6% dan tahun 2018 sebanyak 1,8%.

Sedangkan prevalensi penyakit Diabetes Melitus pada penduduk semua

umur dan berdasarkan rutin periksa gula darah di Indonesia pada tahun
2013 sebanyak 1,2% dan pada tahun 2018 sebanyak 1,4%, untuk provinsi

Sulawesi Selatan sebanyak 2,0% tahun 2013 dan 1,3% tahun 2018.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Makassar 2017, kasus baru

Diabetes Melitus di 46 Pusekesmas tahun 2017 yaitu 4.406 dan kasus lama

sebanyak 16.755. Kasus Diabetes Melitus tahun 2017 mengalami

penurunan dibandingkan tahun 2016 yaitu sebanyak 6.106 kasus ( laki-

laki; 1.568, perempuan; 4.538) untuk kasus baru, sedangkan untuk kasus

lama sebanyak 16.800 (laki-laki; 4.657, perempuan; 12.143). Adapun

kematian akibat Diabetes Melitus terdapat 198 ( laki-laki; 74, dan

perempuan; 124) sepanjang tahun 2016.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh yousaf, dkk (2016)

tentang “Self Care, Coping Strategies and Quality of Life of Individuals

With Diabetes” dan meifianto (2016) tentang “Hubungan Strategi Coping

Dan Kualitas Hidup Dalam Diabetes Melitus Tipe 2 Pasien Di Wilayah

Kerja Puskesmas Mulyorejo Surabaya” menyimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara strategi koping dengan kualitas hidup.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RS

Roemani Semarang tanggal 3 November 2018 didapatkan hasil dengan 5

orang pasien, 3 dari 5 pasien memiliki mekanisme koping adaptif dan 2

dari 5 pasien memiliki mekanisme koping maladaptif. 2 dari 3 pasien yang

memiliki mekanisme koping adaptif menyatakan bahwa kualitas hidup

baik, sedangkan 1 dari 3 pasien yang memiliki mekanisme koping adaptif

menyatakan bahwa kualitas hidupnya sedang. 1 dari 2 pasien yang


memiliki mekanisme mal adaptif menyatakan bahwa kualitas hidupnya

sedang, dan 1 dari 2 pasien yang memiliki mekanisme koping maladaptif

menyatakan kualitas hidupnya buruk.

Berdasarkan penelitian Firmansyah (2018), bahwa salah satu upaya

untuk dapat mengatasi dan mencegah komplikasi penyakit Diabetes

Melitus tipe 2 yaitu pasien harus memiliki koping yang adaptif. Stres yang

dihadapi terhadap penyakit yang dialami berpengaruh dengan respon

cemas yang terjadi pada pasien Diabetes Melitus sangat berkaitan dengan

mekanisme koping yang dimilikinya. Oleh karena itu diperlukan suatu

mekanisme koping yang baik/adaptif oleh pasien Diabetes Melitus, agar

pasien Diabetes Melitus mampu mematuhi aturan tentang pola hidup sehat

pasien Diabetes Melitus, sehingga kadar glukosa darah pasien dapat

diturunkan yang pada akhinya komplikasi Diabetes Melitus dapat

dihindari.

Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang

Hubungan Mekanisme Koping Dengan Self-Care Management Pasien

Diabetes Melitus Tipe 2.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini

“Apakah Ada Hubungan Mekanisme Koping Dengan Self-Care

Management Pasien Diabetes Melitus tipe 2”?


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Hubungan Mekanisme Koping Dengan Self-

Care Management Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui mekanisme koping adaptif dengan Diabetes

Melitus tipe 2.

b. Untuk mengetahui mekanisme koping maladaptif dengan Diabetes

Melitus tipe 2.

c. Untuk mengetahui self-care management dengan Diabetes Melitus

tipe 2.

d. Untuk mengetahui hubungan mekanisme koping adaptif dan

maladapif dengan self-care management pasien diabetes melitus

tipe 2.

D. Ruang Lingkup

Penelitian ini berfokus pada penderita Diabetes Melitus dalam area

keperawatan komunitas.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Terhadap Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi

tentang mekanisme koping dengan self-care management pasien


Diabetes Melitus, khususnya bagi mahasiswa D IV Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar.

b. Terhadap Peneliti

Sebaga pengembangan kemampuan dalam melakukan

penelitian sehingga dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang

diperoleh. Dan sebagai khasanah ilmu dan informasi yang dapat

dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Terhadap Masyarakat

Dapat memotivasi masyarakat agar menerapkan koping

yang adaptif dalam melakukan self-care managment Diabetes

Melitus.

b. Terhadap Puskesmas

Penelitian ini dapat menjadi masukan dalam peningkatan

mutu pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai