Anda di halaman 1dari 37

BAB II

KONSEP PENYAKIT

I. Konsep Teori Intra Cerebral Hemorragge


A. Anatomi dan Fisiologi Otak
Otak berbentuk seperti sebuah ‘’kembang kol’’ yang beratnya rata-rata
1,2 kg pada laki-laki dan 1 kg pada perempuan (2% dari berat badan
pemiliknya), mengkonsumsi 25% oksigen dan menerima 1,5% curah jantung
(Sloane, 2015). Sistem saraf pusat (SSP) meliputi otak (bahasa Latin:
'ensephalon') dan sumsum tulang belakang (bahasa Latin: 'medulla spinalis').
Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat
penting maka perlu perlindungan. Otak dilindungi dari cedera oleh rambut,
kulit dan tulang yang membungkusnya (Price & Wilson, 2016). Otak dan
sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:
1. Badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)
2. Serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)
3. Sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di
dalam sistem saraf pusat.
Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama
tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau
kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang
belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan
bagian korteks berupa materi putih.

3
Gambar 1. (a) Subtansi kelabu dan putih pada sumsum tulang belakang, (b)
substansi kelabu dan putih pada otak
Sumber: www.google.com

A. Lapisan Pelindung Otak


Lapisan pelindung otak terdiri dari rangka tulang bagian luar dan tiga
lapisan jaringan ikat yang disebut meninges. Lapisan meningeal terdiri dari
piameter, lapisan arakhnoid, dan durameter (Gambar 2) (Sloane, 2017).
1. Piameter
Lapisan piameter berhubungan erat dengan otak dan sumsum tulang
belakang, mengikuti tiap sulcus dan gyrus. Piameter ini merupakan lapisan
dengan banyak pembuluh darah dan terdii dari jaringan penyambung yang
halus serta dilalui pembuluh darah yang memberi nutrisi pada jaringan saraf.
2. Arachnoid
Lapisan ini merupakan suatu membaran yang impermeable halus, yang
menutupi otak dan terletak diantara piameter dan durameter. Membran ini
dipisahkan dari durameter oleh ruang potensial yaitu spatium subdurale, dan
dari piameter oleh cavum subarachnoid yang berisi cerebrospinal fluid.
Cavum subarachnoid (subarachnoid space) merupakan suatu rongga/
ruangan yang dibatasi oleh arachnoid di bagian luar dan piameter pada
bagian dalam. Pada daerah tertentu arachnoid menonjol kedalam sinus
venosus membentuk villi arachnoidales. Villi arachnoidales ini berfungsi

4
sebagai tempat perembesan cerebrospinal fluid ke dalam aliran darah.
Struktur yang berjalan dari dan ke otak menuju cranium atau foraminanya
harus melalui cavum subarachnoid.
3. Durameter
Lapisan terluar adalah lapisan yang tebal dan terdiri dari dua lapisan.
Lapisan ini biasanya terus bersambungan, tapi terputus pada beberapa sisi
spesifik. Terdiri dari:
a. Lapisan periosteal luar
b. Lapisan meningeal dalam
c. Ruang subdural, memisahkan durameter dai arachnoid pada regia
kranial dan medulla spinalis
d. Ruang epidural adalah ruangan potensial antara periosteal luar dan
lapisan meningeal dalam pada durameter di regia medulla spinalis.

Gambar 2. Lapisan Pelindung Otak

Bagian-bagian otak

5
Gambar 1. Anatomi Otak manusia
Sumber: A.D.A.M
Otak terletak di dalam rongga kranium otak. Seperti terlihat pada gambar di
atas, otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Cerebrum (Otak Besar)
2. Cerebellum (Otak Kecil)
3. Brainstem (Batang Otak)
4. Limbic System (Sistem Limbik)
Serebrum
Pada otak besar ditemukan beberapa lobus yaitu:
1. Lobus frontalis, adalah bagian dari serebrum yang terletak di depan sulkus
sentralis.
2. Lobus parietalis, terdapat di depan sulkus sentralis dan dibelakang oleh
korako-oksipitalis.
3. Lobus temporalis, terdapat dibawah lateral dari fisura serebralis dan di
depan lobus oksipitalis.
4. Oksipitalis yang mengisi bagian belakang dari serebrum.

Fungsi serebrum antara lain:


1. Mengingat pengalaman yang lalu.

6
2. Pusat persarafan yang menangani, aktivitas mental, akal, intelegensi,
keinginan, dan memori.
3. Pusat menangis, buang air besar, dan buang air kecil.
Batang otak
Batang otak terdiri dari:
1. Diensefalon, ialah
bagian otak yang paling
rostral, dan tertanam di antara
ke-dua belahan otak besar
(haemispherium cerebri).
Diantara diensefalon dan
mesencephalon, batang otak
membengkok hampir
sembilah puluh derajat
kearah ventral. Kumpulan dari sel saraf yang terdapat di bagian depan lobus
temporalis terdapat kapsula interna dengan sudut menghadap kesamping.
Fungsi dari diensefalon:
a. Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah
b. Respiratori, membantu proses persarafan.
c. Mengontrol kegiatan refleks.
d. Membantu kerja jantung.
2. Mesensefalon, atap dari mesensefalon terdiri dari empat bagian yang
menonjol ke atas. Dua di sebelah atas disebut korpus kuadrigeminus
superior dan dua di sebelah bawah disebut korpus kuadrigeminus inferior.
Serat saraf okulomotorius berjalan ke ventral di bagian medial. Serat nervus
troklearis berjalan ke arah dorsal menyilang garis tengah ke sisi lain.
Fungsinya:
a. Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata.
b. Memutar mata dan pusat pergerakan mata.
3. Pons varoli, brakium pontis yang menghubungkan mesensefalon dengan
pons varoli dengan serebelum, terletak di depan serebelum di antara otak

7
tengah dan medula oblongata. Disini terdapat premotoksid yang mengatur
gerakan pernapasan dan refleks. Fungsinya:
a. Penghubung antara kedua bagian serebelum dan juga antara medula
oblongata dengan serebelum atau otak besar.
b. Pusat saraf nervus trigeminus.
4. Medula oblongata merupakan bagian dari batang otak yang paling bawah
yang menghubungkan pons varoli dengan medula spinalis. Bagian bawah
medula oblongata merupakan persambungan medula spinalis ke atas, bagian
atas medula oblongata yang melebar disebut kanalis sentralis di daerah
tengah bagian ventral medula oblongata. Fungsi medula oblongata:
a. Mengontrol kerja jantung.
b. Mengecilkan pembuluh darah (vasokonstriktor).
c. Pusat pernapasan.
d. Mengontrol kegiatan refleks

Serebelum
Serebelum (otak kecil)
terletak pada bagian bawah dan
belakang tengkorak dipisahkan
dengan serebrum oleh fisura
transversalis dibelakangi oleh
pons varoli dan di atas medula
oblongata. Organ ini banyak
menerima serabut aferen
sensoris, merupakan pusat
koordinasi dan integrasi.
Bentuknya oval, bagian yang mengecil pada sentral disebut vermis dan
bagian yang melebar pada lateral disebut hemisfer. Serebelum berhubungan
dengan batang otak melalui pendunkulus serebri inferior (korpus retiformi)
permukaan luar serebelum berlipat-lipat menyerupai serebelum tetapi

8
lipatannya lebih kecil dan lebih teratur. Permukaan serebelum ini mengandung
zat kelabu.
Korteks serebelum dibentuk oleh subtansia grisea, terdiri dari tiga lapisan
yaitu granular luar, lapisan purkinye, lapisan granular dalam. Serabut saraf
yang masuk dan yang keluar dari serebrum harus melewati serebelum. Fungsi
serebelum, yaitu:
1. Arkhioserebelum (vestibuloserebelum), serabut aferen berasal dari telinga
dalam yang diteruskan oleh nervus VIII (auditorius) untuk keseimbangan
dan rangsangan pendengaran ke otak.
2. Paleaserebelum (spinoserebelum. Sebagai pusat penerima impuls dari
reseptor sensasi umum medula spinalis dan nervus vagus (N. trigeminus)
kelopak mata, rahang atas, dan bawah serta otot pengunyah.
3. Neoserebelum (pontoserebelum). Korteks serebelum menerima informasi
tentang gerakan yang sedang dan yang akan dikerjakan dan
mengaturgerakan sisi badan.

Gangguan pada Fungsi Otak


Terdapat banyak gangguan pada otak, salah satu penyebab kematian terbanyak di
dunia adalah stroke. Stroke merupakan penyakit yang menyerang otak dan jaringan
di dalamnya disebabkan oleh multietiologi.
Klasifikasi Stroke (Mutaqin, 2015)
Klasifikasi stroke dibedakan menurut patologi dari serangan stroke meliputi:
1. Stroke Hemoragik
Merupakan perdarahan seebri dan mungkin perdarahan subarakhnoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga
terjadi pada saat istirahat. Kesadaran klien umumnya menurun.
Perdarahan otakk dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Perdarahan Intraserebri

9
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisme) terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa
yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak.
b. Perdarahan Subarakhnoid
Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang subarakhnoid mengakibatkan
terjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka
nyeri sehingga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk.
2. Stroke Non Hemoragik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebri biasanya terjadi saat
setelah lama beristirahat, baru bangun tidur, dan atau di pagi hari. Tidak terjadi
perdarahan namun terjadi iskemik yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya
dapat menimbulkan edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.

10
Algoritma Perdarahan
Untuk dapat menegakkan diagnosa stroke apakah termasuk stroke perdarahan
ataupun non perdarahan, terdapat algoritma atau cara dimana memudahkan untuk
menegakkan diagnosa awal sebelum dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya,
yaitu:

Algoritma Gajah Mada

11
Interpretasi:
Apabila terdapat pasien stroke akut dengan atau tanpa penurunan kesadaran,
nyeri kepala dan terdapat reflek babainski atau dua dari ketiganya maka merupakan
stroke hemoragik. Jika ditemukan penurunan kesadaran atau nyeri kepala ini juga
merupakan stroke non hemoragik. Sedangkan bila hanya didapatkan reflek babinski
positif atau tidak didapatkan penurunan kesadaran, nyeri kepala dan reflek babinski
maka merupakan stroke non hemoragik.
Siriraj Skor

12
Siriraj Stroke Score = (2,5 X Derajat Kesadaran) + (2 X muntah) + (2 X
sakit kepala) + (0,1 X tekanan darah diastol) – (3 X ateroma) – 12 . Apabila
skor yang didapatkan < 1 maka diagnosisnya stroke non perdarahan dan
apabila didapatkan skor ≥ 1 maka diagnosisnya stroke perdarahan.

B. INTRA CEREBRAL HEMORARGIC (ICH)

13
1. Pengertian
Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan
otak biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak.
Secara klinis ditandai dengan adanya penurunan kesadaran yang kadang-
kadang disertai lateralisasi, pada pemeriksaan CT Scan didapatkan adanya
daerah hiperdens yang indikasi dilakukan operasi jika Single, Diameter
lebih dari 3 cm, Perifer, Adanya pergeseran garis tengah, Secara klinis
hematom tersebut dapat menyebabkan gangguan neurologis/lateralisasi.
Operasi yang dilakukan biasanya adalah evakuasi hematom disertai
dekompresi dari tulang kepala. Faktor-faktor yang menentukan
prognosenya hampir sama dengan faktor-faktor yang menentukan prognose
perdarahan subdural. (Paula, 2009)
Intra Cerebral Hematom adalah perdarahan kedalam substansi otak.
Hemorragi ini biasanya terjadi dimana tekanan mendesak kepala sampai
daerah kecil dapat terjadi pada luka tembak ,cidera tumpul. (Suharyanto,
2018)
Intra secerebral hematom adalah pendarahan dalam jaringan otak itu
sendiri. Hal ini dapat timbul pada cidera kepala tertutup yang berat atau
cidera kepala terbuka. Intraserebral hematom dapat timbul pada penderita
stroke hemorgik akibat melebarnya pembuluh nadi. (Corwin, 2017).

2. Etiologi
Menurut Salman dalam American Heart Association (2017);
Zuccarello (2015) dan Chakrabarty & Shivane (2018) :
a. Penyakit pembuluh darah kecil: aterosklerosis, amiloid angiopati,
genetik
b. Malformasi pembuluh darah: malformasi arteriovenous, malfomasi
cavernous
c. Aneurisma intracranial
d. Penyakit vena : sinus serebral/ trombosis vena, dural arteriovenous fistula
e. Reversible cerebral
f. Sindrom vasokontriksi

14
g. Sindrom moyamoya
h. Inflamasi: vaskulitis, aneurisma mikotik
i. Penyakit maligna: tumor otak, metastasis serebral
j. Koagulopati: genetik, diturunkan/iatrogenik
k. Pengobatan vasoaktif
l. Serangan jantung karena perdarahan
m. Trauma kepala : fraktur tengkorak dan luka penetrasi (luka tembak) dapat
merusak arteri dan menyebabkan perdarahan.
n. Hipertensi : peningkatan tekanan darah menyebabkan penyempitan arteri
yang kemudian pecahnya arteri di otak
o. Terapi pengenceran darah : obat seperti coumadin, heparin, dan warafin
yang digunakan untuk pengobatan jantung dan kondisi stroke
p. Kehamilan: eklamsia, trombosis vena
q. Merokok
r. Tidak diketahui

3. Manifestasi Klinik
Intracerebral hemorrhage mulai dengan tiba-tiba. Dalam sekitar
setengah orang, hal itu diawali dengan sakit kepala berat, seringkali selama
aktifitas. Meskipun begitu, pada orang tua, sakit kepala kemungkinan ringan
atau tidak ada Dugaan gejala terbentuknya disfungsi otak dan menjadi
memburuk sebagaimana peluasan pendarahaan.
Beberapa gejala, seperti lemah, lumpuh, kehilangan perasa, dan mati
rasa, seringkali mempengaruhi hanya salah satu bagian tubuh. orang
kemungkinan tidak bisa berbicara atau menjadi pusing. Penglihatan
kemungkinan terganggu atau hilang. Mata bisa di ujung perintah yang
berbeda atau menjadi lumpuh. Pupil bisa menjadi tidak normal besar atau
kecil. Mual, muntah, serangan, dan kehilangan kesadaran adalah biasa dan
bisa terjadi di dalam hitungan detik sampai menit. Menurut Corwin (2009)
manifestasi klinik dari dari Intra cerebral Hematom yaitu :
a. Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring dengan
membesarnya hematom.

15
b. Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal.
c. Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal.
d. Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra cranium.
e. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan
gerakan motorik dapat timbul segera atau secara lambat.
f. Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan
peningkatan tekanan intra cranium.

4. Komplikasi
a. Oedem serebri, pembengkak otak
b. Kompresi batang otak, meninggal
Sedangkan outcome intraserebral hematom dapat berupa :
a. Mortalitas 20-30%
b. Sembuh tanpa defisit neurologis ataupun sembuh dengan defisit
neurologis
5. Patofisiologi
Perdarahan intraserebral ini dapat disebabkan oleh karena ruptur
arteria serebri yang dapat dipermudah dengan adanya hipertensi. Keluarnya
darah dari pembuluh darah didalam otak berakibat pada jaringan
disekitarnya atau didekatnya, sehingga jaringan yang ada disekitarnya akan
bergeser dan tertekan. Darah yang keluar dari pembuluh darah sangat
mengiritasi otak, sehingga mengakibatkan vosospasme pada arteri disekitar
perdarahan, spasme ini dapat menyebar keseluruh hemisfer otak dan
lingkaran willisi, perdarahan aneorisma-aneorisma ini merupakan lekukan-
lekukan berdinding tipis yang menonjol pada arteri pada tempat yang lemah.
Makin lama aneorisme makin besar dan kadang-kadang pecah saat
melakukan aktivitas. Dalam keadaan fisiologis pada orang dewasa jumlah
darah yang mengalir ke otak 58 ml/menit per 100 gr jaringan otak. Bila
aliran darah ke otak turun menjadi 18 ml/menit per 100 gr jaringan otak akan
menjadi penghentian aktifitas listrik pada neuron tetapi struktur sel masih
baik, sehingga gejala ini masih revesibel. Oksigen sangat dibutuhkan oleh
otak sedangkan O2 diperoleh dari darah, otak sendiri hampir tidak ada

16
cadangan O2 dengan demikian otak sangat tergantung pada keadaan aliran
darah setiap saat. Bila suplay O2 terputus 8-10 detik akan terjadi gangguan
fungsi otak, bila lebih lama dari 6-8 menit akan tejadi jelas/lesi yang tidak
putih lagi (ireversibel) dan kemudian kematian. Perdarahan dapat
meninggikan tekanan intrakranial dan menyebabkan ischemi didaerah lain
yang tidak perdarahan, sehingga dapat berakibat mengurangnya aliran darah
ke otak baik secara umum maupun lokal. Timbulnya penyakit ini sangat
cepat dan konstan dapat berlangsung beberapa menit, jam bahkan beberapa
hari. (Corwin, 2009).

6. Pemeriksaan khusus dan penunjang


Menurut American Heart Association (2017); Zuccarello (2013) dan
Chakrabarty & Shivane (2018) pemeriksaan penunjang untuk ICH adalah:
a. Angiografi
Angiografi berfungsi untuk menyelidiki keadaan normal dan patologis
dari sistem kapal penyempitan dan obstruksi lumen terutama atau
pelebaran aneurismal. Selain kondisi tumor, malformasi arteriovenosa
(AVM) dan fistula arteriovenosa (aVF) atau sumber perdarahan
diselidiki dengan angiografi.
b. Lumbal pungsi
c. MRI
Magnetic resonance imaging (MRI) atau pencitraan resonansi magnetik
adalah alat pemindai yang memanfaatkan medan magnet dan energi
gelombang radio untuk menampilkan gambar struktur dan organ dalam
tubuh. MRI dapat memberikan informasi struktur tubuh yang tidak dapat
ditemukan pada tes lain, seperti X-ray,ultrasound, atau CT scan.
Beberapa penyakit pada otak dan saraf tulang belakang yang dapat
didiagnosis dengan MRI, antara lain stroke, tumor, aneurisma, multiple
sclerosis, cedera saraf tulang belakang, serta gangguan mata dan telinga
bagian dalam.
d. Thorax photo
e. Laboratorium

17
f. EKG
g. CT Scan
Pemindai CT-scan atau CT-scanner (computerized tomography scanner)
adalah mesin sinar-x khusus yang mengirimkan berbagai berkas
pencintraan secara bersamaan dari sudut yang berbeda. Berkas-berkas
sinar-X melewati tubuh dan kekuatannya diukur dengan algoritma
khusus untuk pencitraan. Berkas yang telah melewati jaringan kurang
padat seperti paru-paru akan menjadi lebih kuat, sedangkan berkas yang
telah melewati jaringan padat seperti tulang akan lemah.
Perbedaan antara perdarahan dan infark serebral tidak dapat dibuat
berdasarkan pemeriksaan klinis atau pemeriksaan cairan serebrospinal
(LCS), melainkan memerlukan CT scan/MRI. Pada CT scan adanya
daerah hipodens tampak beberapa jam setelah infark serebri, sedangkan
setelah perdarahan langsung timbul daerah hipodens (Rubenstein, 2007).
Contoh CT scan pada ICH

Gambar 4. The dynamic evolution of a CT Perfusion Spot Sign. A 86-year old


female patient presenting within 105 min of symptom onset. Individual frames
extracted from a dynamic CT perfusion study are presented. (A,B) No contrast

18
enhancement is seen within the first 9 s. (C,D) At 18 s early contrast is seen
within a CT Spot Sign, peaking at 36 s (E). Dissipation of contrast material is
seen on delayed image at 36 s (F).

7. Terapi yang dilakukan menurut (Corwin, 2009)


Pendarahan intracerebral lebih mungkin menjadi fatal dibandingkan
stroke ischemic. Pendarahan tersebut biasanya besar dan catastrophic,
khususnya pada orang yang mengalami tekanan darah tinggi yang kronis.
Lebih dari setengah orang yang mengalami pendarahan besar meninggal
dalam beberapa hari. Mereka yang bertahan hidup biasanya kembali sadar
dan beberapa fungsi otak bersamaan dengan waktu. Meskipun begitu,
kebanyakan tidak sembuh seluruhnya fungsi otak yang hilang.
Pengobatan pada pendarahan intracerebral berbeda dari stroke
ischemic. Anticoagulant (seperti heparin dan warfarin), obat-obatan
trombolitik, dan obat-obatan antiplatelet (seperti aspirin) tidak diberikan
karena membuat pendarahan makin buruk. Jika orang yang menggunakan
antikoagulan mengalami stroke yang mengeluarkan darah, mereka bisa
memerlukan pengobatan yang membantu penggumpalan darah seperti :
a. Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse.
b. Transfusi atau platelet. Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah
dan pengangkatan platelet (plasma segar yang dibekukan).
c. Pemberian infus pada produk sintetis yang serupa pada protein di dalam
darah yang membantu darah untuk menggumpal (faktor penggumpalan).
Operasi untuk mengangkat penumpukan darah dan menghilangkan
tekanan di dalam tengkorak, bahkan jika hal itu bisa menyelamatkan
hidup, jarang dilakukan karena operasi itu sendiri bisa merusak otak.
Juga, pengangkatan penumpukan darah bisa memicu pendarahan lebih,
lebih lanjut kerusakan otak menimbulkan kecacatan yang parah.
Meskipun begitu, operasi ini kemungkinan efektif untuk pendarahan

19
pada kelenjar pituitary atau pada cerebellum. Pada beberapa kasus,
kesembuhan yang baik adalah mungkin.
Menurut Corwin (2009) menyebutkan penatalaksanaan untuk Intra
Cerebral Hematom adalah sebagai berikut :
a. Observasi dan tirah baring terlalu lama.
b. Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi
hematom secara bedah.
c. Mungkin diperlukan ventilasi mekanis.
d. Untuk cedera terbuka diperlukan antibiotiok.
e. Metode-metode untuk menurunkan tekanan intra kranium termasuk
pemberian diuretik dan obat anti inflamasi.
f. Pemeriksaan Laboratorium seperti: CT-Scan, Thorax foto, dan
laboratorium lainnya yang menunjang.

Farmakologi
1) Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti-edema serebral,
dosis sesuai dengan berat ringannya trauma.
2) Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat), berat untuk mengurangi
vasodilatasi.
3) Pengobatan anti-edema dengan larutan hipertonis, yaitu manitol 20%,
atau glukosa 40%, atau gliserol 10%.
4) Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (panisillin) atau untuk
infeksi anaerob diberikan metronidasol.
5) Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak
dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrose 5%, aminofusin,
aminopel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2-3 hari
kemudian diberikan makanan lunak.
6) Pada trauma berat. Karena hari-hari pertama didapat klien mengalami
penurunan kesadaran dan cenderung terjadi retensi natrium dan
elektrolit maka hari-hari pertama(2-3 hari) tidak perlu banyak cairan.
Dextrosa 5% 8 jam pertama, ringer dextrose 8 jam kedua, dan dextrose
5% 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadran rendah maka

20
makanan diberikan melalui nasogastric tube (25000-3000 TKTP).
Pemberian protein tergantung dari nilai urenitrogennya.

21
C. Clinical Pathway

Trauma kepala, Fraktur depresi tulang tengkorak, hipertensi, malformasi arteri venosa,
aneurisma, distrasia darah, obat, merokok

Pecahnya pembuluh darah otak (perdarahan intracranial)

Darah masuk ke dalam jaringan otak

Penatalaksanaan:
Kraniotomi
Darah membentuk massa atau hematoma

Luka insisi Port the entry Penekanan pada


pembedahan mikroorganisme jaingan otak

Sel melepaskan Peningkatan


mediator nyeri: Resiko Infeksi tekanan
prostaglandin, intrakranial
sitokinin

Metabolisme
anaerob Gangguan aliran Fungsi otak
Impuls ke pusat
darah dan menurun
nyeri di otak
oksigen ke otak
Vasodilatasi
pembuluh darah Refleks
Somasensori
menelan
korteks otak: nyeri Ketidakefektifan menurun
dipersepsikan perfusi jaringan
serebral
anoreksia
Nyeri akut

Kerusakan
Ketidakseimbangan
neuromotorik
kebutuhan nutrisi
Gangguan 22
Kelemahan otot
mobilitas fisik progresif
E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Umum
a. Identitas klien
Nama: mengetahui identitas klien
Umur dan tanggal lahir: dapat terjadi pada semua usia meningkat pada usia lanjut
Jenis kelamin: bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan
Suku bangsa: dapat terjadi pada semua suku bangsa
Pekerjaan: pekerjaan yang meningkatkan TIK dapat memicu lebih banyak terjadinya
misalnya pekerjaan mengangkat beban berat setiap harinya
Pendidikan: pendidikan menentukan pengetahuan dalam memahami proses penyakit
Status menikah: dukungan dari istri/suami dapat mempercepat proses penyembuhan
dari pada klien yang hidup sendiri
Alamat: mengetahui identitas klien
Tanggal MRS: mengetahui identitas klien
Diagnosa medis: IntraCerebral Hemorraghae (ICH)
b. Identitas penaggung jawab meliputi nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat.
c. Alasan MRS dan Keluhan Utama: Tanyakan kepada pasien adanya keluhan seperti
nyeri kepala, pernah pingsan sebelumnya
d. Riwayat penyakit sekarang: Informasi yang dapat diperoleh meliputi informasi
mengenai peningkatan TIK dan perdarahan otak, trauma pada kepala, riwayat gejala
penyakit hipertensi.
e. Riwayat penyakit dahulu: riwayat penyakit hipertensi, kebiasaan sehari-hari klien
mengkonsumsi rokok ataupun obat-obatan antikoagulan.
f. Riwayat penyakit keluarga: tanyakan pada pasien apakah keluarga pasien ada yang
mengalami hal yang sama dengan pasien atau apakah keluarga ada yang mengalami
penyakit degeneratif.

2. Pengkajian Fisik
a. Primary Survey (ABCDE)
1) Airway. Tanda-tanda objektif-sumbatan Airway

23
a) Look (lihat) apakah penderita mengalami agitasi atau kesadarannya menurun.
Agitasi memberi kesan adanya hipoksia, dan penurunan kesadaran memberi
kesan adanya hiperkarbia. Sianosis menunjukkan hipoksemia yang disebabkan
oleh kurangnya oksigenasi dan dapat dilihat dengan melihat pada kuku-kuku
dan kulit sekitar mulut. Lihat adanya retraksi dan penggunaan otot-otot napas
tambahan yang apabila ada, merupakan bukti tambahan adanya gangguan
airway. Airway (jalan napas) yaitu membersihkan jalan napas dengan
memperhatikan kontrol servikal, pasang servikal kollar untuk immobilisasi
servikal sampai terbukti tidak ada cedera servikal, bersihkan jalan napas dari
segala sumbatan, benda asing, darah dari fraktur maksilofasial, gigi yang patah
dan lain-lain. Lakukan intubasi (orotrakeal tube) jika apnea, GCS (Glasgow
Coma Scale) < 8, pertimbangan juga untuk GCS 9 dan 10 jika saturasi oksigen
tidak mencapai 90%.
b) Listen (dengar) adanya suara-suara abnormal. Pernapasan yang berbunyi
(suara napas tambahan) adalah pernapasan yang tersumbat.
c) Feel (raba)
2) Breathing. Tanda-tanda objektif-ventilasi yang tidak adekuat
a) Look (lihat) naik turunnya dada yang simetris dan pergerakan dinding dada
yang adekuat. Asimetris menunjukkan pembelatan (splinting) atau flail chest
dan tiap pernapasan yang dilakukan dengan susah (labored breathing)
sebaiknya harus dianggap sebagai ancaman terhadap oksigenasi penderita dan
harus segera di evaluasi. Evaluasi tersebut meliputi inspeksi terhadap bentuk
dan pergerakan dada, palpasi terhadap kelainan dinding dada yang mungkin
mengganggu ventilasi, perkusi untuk menentukan adanya darah atau udara ke
dalam paru.
b) Listen (dengar) adanya pergerakan udara pada kedua sisi dada. Penurunan atau
tidak terdengarnya suara napas pada satu atau hemitoraks merupakan tanda
akan adanya cedera dada. Hati-hati terhadap adanya laju pernapasan yang
cepat-takipneu mungkin menunjukkan kekurangan oksigen.
c) Gunakan pulse oxymeter. Alat ini mampu memberikan informasi tentang
saturasi oksigen dan perfusi perifer penderita, tetapi tidak memastikan adanya
ventilasi yang adekuat
3) Circulation dengan kontrol perdarahan

24
a) Respon awal tubuh terhadap perdarahan adalah takikardi untuk
mempertahankan cardiac output walaupun stroke volum menurun
b) Selanjutnya akan diikuti oleh penurunan tekanan nadi (tekanan sistolik-
tekanan diastolik)
c) Jika aliran darah ke organ vital sudah dapat dipertahankan lagi, maka timbullah
hipotensi
d) Perdarahan yang tampak dari luar harus segera dihentikan dengan balut tekan
pada daerah tersebut
e) Ingat, khusus untuk otorrhagia yang tidak membeku, jangan sumpal MAE
(Meatus Akustikus Eksternus) dengan kapas atau kain kasa, biarkan cairan
atau darah mengalir keluar, karena hal ini membantu mengurangi TTIK
(Tekanan Tinggi Intra Kranial)
f) Semua cairan yang diberikan harus dihangatkan untuk menghindari
terjadinya koagulopati dan gangguan irama jantung.
4) Disability
a) GCS setelah resusitasi
b) Bentuk ukuran dan reflek cahaya pupil
c) Nilai kuat motorik kiri dan kanan apakah ada parese atau tidak
5) Expossure dengan menghindari hipotermia. Semua pakaian yang menutupi tubuh
penderita harus dilepas agar tidak ada cedera terlewatkan selama pemeriksaan.
Pemeriksaan bagian punggung harus dilakukan secara log-rolling dengan harus
menghindari terjadinya hipotermi (America College of Surgeons ; ATLS)
b. Secondary Survey
1) Kepala dan leher
Kepala. Inspeksi (kesimetrisan muka dan tengkorak, warna dan distribusi rambut
kulit kepala), palpasi (keadaan rambut, tengkorak, kulit kepala, massa,
pembengkakan, nyeri tekan, fontanela (pada bayi)).
Leher. Inspeksi (bentuk kulit (warna, pembengkakan, jaringan parut, massa),
tiroid), palpasi (kelenjar limpe, kelenjar tiroid, trakea), mobilitas leher.
2) Dada dan paru
Inspeksi. Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk dan kesimetrisan
ekspansi serta keadaan kulit. Inspeksi dada dikerjakan baik pada saat dada
bergerak atau pada saat diem, terutama sewaktu dilakukan pengamatan

25
pergerakan pernapasan. Pengamatan dada saat bergerak dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui frekuensi, sifat dan ritme/irama pernapasan.
Palpasi. Dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding
dada, nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi, dan tactil vremitus
(vibrasi yang dapat teraba yang dihantarkan melalui sistem bronkopulmonal
selama seseorang berbicara)
Perkusi. Perhatikan adanya hipersonor atau ”dull” yang menunjukkan udara
(pneumotorak) atau cairan (hemotorak) yang terdapat pada rongga pleura.
Auskultasi. Berguna untuk mengkaji aliran udara melalui batang trakeobronkeal
dan untuk mengetahui adanya sumbatan aliran udara. Auskultasi juga berguna
untuk mengkaji kondisi paru-paru dan rongga pleura.
3) Kardiovaskuler
Inspeksi dan palpasi. Area jantung diinspeksi dan palpasi secara stimultan untuk
mengetahui adanya ketidaknormalan denyutan atau dorongan (heaves). Palpasi
dilakukan secara sistematis mengikuti struktur anatomi jantung mulai area aorta,
area pulmonal, area trikuspidalis, area apikal dan area epigastrik
Perkusi. Dilakukan untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung. Akan tetapi
dengan adanya foto rontgen, maka perkusi pada area jantung jarang dilakukan
karena gambaran jantung dapat dilihat pada hasil foto torak anteroposterior.
4) Ekstermitas
Beberapa keadaan dapat menimbulkan iskemik pada ekstremitas bersangkutan,
antara lain :
a) Cedera pembuluh darah.
b) Fraktur di sekitar sendi lutut dan sendi siku.
c) Crush injury.
d) Sindroma kompartemen.
e) Dislokasi sendi panggul.
Keadaan iskemik ini akan ditandai dengan :
a) Pusasi arteri tidak teraba.
b) Pucat (pallor).
c) Dingin (coolness).
d) Hilangnya fungsi sensorik dan motorik.
e) Kadang-kadang disertai hematoma, ”bruit dan thrill”.

26
Fiksasi fraktur khususnya pada penderita dengan cedera kepala sedapat
mungkin dilaksanakan secepatnya. Sebab fiksasi yang tertunda dapat
meningkatkan resiko ARDS (Adult Respiratory Disstress Syndrom) sampai 5
kali lipat. Fiksasi dini pada fraktur tulang panjang yang menyertai cedera
kepala dapat menurunkan insidensi ARDS.
5) Pemeriksaan 12 saraf kranial (Muttaqin, 2018)
Saraf I (N.Olfaktorius)
Biasanya pada klien ICH tidak dapat menginterpretasi bau dengan baik.
Saraf II (N.Optikus)
Ketajaman penglihatan tidak normal terjadi ketidakmampuan melihat karena
penurunan kesadaran.
Saraf III, IV & VI (N.Okulomotor, N.Troklearis, N.Abdusen)
Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada pasien ICH yang tidak disertai
penurunan kesadaran biasnya tanpa kelainan. Pada pasien dengan penurunan
tingkat kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reaksi pupil akan
didapatkan biasanya pupil akan lenyap.
Saraf V (N.Trigeminus)
Umumnya ditemukan paralisis pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tejadi
kelainan.
Saraf VII (N.Fasialis)
Bisa terjadi ketidaksimetrisan atau lumpuh pada salah satu sisi wajah. Perubahan
perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan motorik dapat
timbul segera atau secara lambat.
Saraf VIII (N.Vestibulo-Koklearis)
Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
Saraf IX dan X (N.Glosofaringeus dan N.Vagus)
Terjadi reflek mual dan muntah.
Saraf XI (N.Aksesorius)
Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Adanya usaha dari
pasien untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk (rigiditas nukal).
Saraf XII (N.Hipoglosus)
Lidah simetris terjadi deviasi pada satu sisi dan terdapat fasikulasi (kedutan) dan
indra pengecapan dan tidak dapat berbicara.

27
6). Macam Reflek Patologis
No. Nama Reflek Gambar Penilaian
1. Babinski Positif
apabila
dorsofleksi ja
ri besar dan
pengembanga
n jari-jari
yang lebih
kecil.
2. Hoffman Positif
apabila
dorsofleksi ja
ri besar dan
pengembanga
n jari-jari
yang lebih
kecil.
3. Tromner Positif
apabila
dorsofleksi ja
ri besar dan
pengembanga
n jari-jari
yang lebih
kecil.

28
4. Wartenberg Positif
apabila
dorsofleksi ja
ri besar dan
pengembanga
n jari-jari
yang lebih
kecil.
5. Chaddoks Positif
apabila
dorsofleksi ja
ri besar dan
pengembanga
n jari-jari
yang lebih
kecil.

6. Oppenheim Positif
apabila
dorsofleksi ja
ri besar dan
pengembanga
n jari-jari
yang lebih
kecil.
7. Gordon Positif
apabila
dorsofleksi ja
ri besar dan
pengembanga
n jari-jari
yang lebih
kecil.

29
8. Schaeffer Positif
apabila
dorsofleksi ja
ri besar dan
pengembanga
n jari-jari
yang lebih
kecil.

F. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan Tahanan pembuluh
darah; infark
b. Nyeri kepala akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial (TIK)
c. Resiko: Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Kelemahan neutronsmiter

30
G. Rencana tindakan keperawatan
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Ketidakefektifan perfusi NOC: NIC:
jaringan cerebral Tissue Perfusion: Cerebral Neurologic Monitoring Neurologic Monitoring
berhubungan dengan (NOC: 543b) a. Monitor ukuran pupil, bentuk, a. mengetahui tingkat kesadaran
Tahanan pembuluh Circulation Status (NOC: 138b) kesimetrisan, dan reaktifitasnya melalui saraf pupil
darah; infark (NANDA: Neurological Status (NOC: b. Monitor level kesadaran b. mengontrol keadaan serebral
236) 376b) c. Monitor level orientasi c. mengetahui tingkat kesadaran
Cardiac Pump Effectiveness d. Monitor Glasgow Coma Scale d. mengetahui tingkat kesadaran
(NOC: 115b) e. Monitor tanda vital: suhu, tekanan e. mengetahui kondisi tubuh
darah, nadi, dan respirasi klien
Setelah dilakukan asuhan selama f. Monitor status respirasi: level f. mengetahui keadekuatan
1 X 24 jam ketidakefektifan AGD, oksimetri nadi, kedalaman, pernafasan klien
perfusi jaringan cerebral teratasi pola, laju, dan usaha napas
dengan kriteria hasil: g. Monitor Intra Cranial Pressure g. mengetahui keadaan serebral
a. Tekanan systole dan diastole (ICP) dan Cerebral Perfusion klien
dalam rentang yang Pressure (CPP) h. mengetahui tingat kesadaran
diharapkan (sistol: <140 h. Monitor refleks kornea i. mengetahui tingkat kesadaran
mmHg; diastole: <90 mmHg) i. Monitor tonus otot pergerakan j. mengetahui perkembangan
b. Tidak ada ortostatikhipertensi j. Catat perubahan pasien dalam pengobatan klien
merespon stimulus

31
c. Komunikasi jelas k. Monitor status cairan k. mengontrol keseimbangan
Menunjukkan konsentrasi l. Pertahankan parameter ditubuh
dan orientasi (GCS : hemodinamik l. hemodinamik menentukan
E4V5M6) keadekuatan sirkulasi
a. Pupil seimbang dan reaktif m. Tinggikan kepala 0-45o tergantung m. menurunkan TIK
b. Bebas dari aktivitas kejang pada konsisi pasien dan order
c. Tidak mengalami nyeri medis
kepala
Intracranial Pressure (ICP)
Monitoring
n. Monitor intake dan output
o. Cek kaku kuduk klien
n. mengatur keseimbangan cairan
p. Posisikan klien dengan kepala dan o. kaku kuduk mengindikasikan
leher pada posisi normal, peningkatan TIK
menghindari hip fleksi yang p. mencegah peningkatan TIK
ekstrim q. melancarkan sirkulasi darah
q. Sesuaikan kepala di tempat tidur r. terlalu banyak intervensi
untuk mengoptimalkan pefusi mendorong peningkatan TIK
serebral

32
r. Batasi perawatan untuk
meminimalkan peningkatan ICP
2 Nyeri kepala akut NOC: NIC:
berhubungan dengan Pain Control (NOC: 615b) Pain Management
peningkatan tekanan Pain Level (NOC: 392b) 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Mengetahui gambaran klinis
intracranial (TIK) Comfort Status (NOC: 158b) komprehensif termasuk lokasi, nyeri yang dirasakan
(NANDA: 440) Setelah dilakukan tinfakan karakteristik, durasi, frekuensi,
keperawatan selama 1x 24 jam kualitas dan faktor presipitasi
Pasien tidak mengalami nyeri, 2. Observasi reaksi nonverbal dari 2. Memvalidasi ketidaknyamanan
dengan kriteria hasil: ketidaknyamanan klien melalui subjektif dan
a. Mampu mengontrol nyeri objektif
(tahu penyebab nyeri, 3. Bantu pasien dan keluarga untuk 3. Dukungan untuk kesembuhan
mampu menggunakan mencari dan menemukan dukungan klien
tehnik nonfarmakologi 4. Kontrol lingkungan yang dapat 4. Memberikan kenyamanan
untuk mengurangi nyeri, mempengaruhi nyeri seperti suhu klien agar tidak fokus pada
mencari bantuan) ruangan, pencahayaan dan nyeri
b. Melaporkan bahwa nyeri kebisingan
berkurang dengan 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri 5. Menghindari timbulnya nyeri
menggunakan manajemen 6. Kaji tipe dan sumber nyeri 6. Untuk menentukan intervensi
nyeri

33
c. Mampu mengenali nyeri 7. Ajarkan tentang teknik non 7. Memberikan kenyamanan
(skala, intensitas, frekuensi farmakologi: napas dada, relaksasi, klien agar tidak fokus pada
dan tanda nyeri) distraksi, kompres hangat/ dingin nyeri
d. Menyatakan rasa nyaman 8. Berikan analgetik untuk
setelah nyeri berkurang mengurangi nyeri 8. Bantuan farmakologis dasar
e. Tanda vital dalam rentang 9. Tingkatkan istirahat
normal (Suhu : 36,5-3,5ºC; 10. Berikan informasi tentang nyeri 9. Mengurangi timbulnya nyeri
TD: 100/70-140/90 mmHg; seperti penyebab nyeri, berapa lama 10. Meningkatkan koping diri
nadi: 60-100 x/menit; RR: nyeri akan berkurang dan antisipasi klien
16-24 x/menit) ketidaknyamanan dari prosedur
f. Tidak mengalami gangguan
tidur
3 Resiko: NOC : NIC :
Ketidakseimbangan Nutritional status: Adequacy of Weight Management Weight Management
kebutuhan nutrisi kurang nutrient 1. Diskusikan bersama pasien 1. Memberikan pengetahuan bagi
dari kebutuhan tubuh Nutritional Status : food and mengenai hubungan antara intake klien
berhubungan dengan Fluid Intake makanan, latihan, peningkatan BB
anoreksia (NANDA: Weight Control dan penurunan BB
161) Setelah dilakukan tindakan 2. Diskusikan bersama pasien 2. Memberikan pengetahuan bagi
keperawatan selama 1 x 24 jam mengenai kondisi medis yang klien
dapat mempengaruhi BB

34
nutrisi kurang teratasi dengan 3. Diskusikan bersama pasien 3. Memberikan pengetahuan bagi
indikator: mengenai kebiasaan, gaya hidup klien
1. Albumin serum dan factor herediter yang dapat
2. Pre albumin serum mempengaruhi BB
3. Hematokrit 4. Diskusikan bersama pasien 4. Penurunan BB menyebabkan
4. Hemoglobin mengenai risiko yang berhubungan kekurangan nutrisi untuk
5. Total iron binding capacity dengan BB berlebih dan penurunan peningkatan kesembuhan
6. Jumlah limfosit BB 5. Mengontrol BB
5. Dorong pasien untuk merubah 6. Mengetahui target peningkatan
kebiasaan makan BB
6. Perkirakan BB badan ideal pasien

Nutrition Management 1. Menghindari pemberian


1. Kaji adanya alergi makanan makanan yang menimbulkan
alergi bagi klien
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 2. Mengatur intake bagi nutrisi
menentukan jumlah kalori dan klien
nutrisi yang dibutuhkan pasien.
3. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe jika tidak 3. Membantu meningkatkan
ada kontaindikasi kualitas aliran darah

35
4. Anjurkan pasien untuk 4. Meningkatkan kekebalan
meningkatkan protein dan vitamin tubuh
C
5. Berikan substansi gula jika tidak 5. Meningkatkan pembentukan
ada kontaindikasi energi
6. Yakinkan diet yang dimakan 6. Konstipasi dapat
mengandung tinggi serat untuk meningkatkan BB namun
mencegah konstipasi menimbulkan penyakit
7. Berikan makanan yang terpilih ( penyerta lain
sudah dikonsultasikan dengan ahli 7. Mengadvokasi kebutuhan
gizi) klien
8. Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan harian. 8. Memandirikan konsumsi nutisi
9. Monitor jumlah nutrisi dan bagi klien di rumah
kandungan kalori 9. Mengukur intake dan output
10. Berikan informasi tentang klien
kebutuhan nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien untuk 10. Meningkatkan kesadaran bagi
mendapatkan nutrisi yang klien tentang pentingnya
dibutuhkan nutrisi

36
11. Mengetahui nutrisi yang
memungkinkan untuk
dikonsumsi dan mudah
didapatkan klien
4 Gangguan mobilitas fisik NOC: NIC:
berhubungan dengan Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation Exercise therapy : ambulation
Kelemahan Mobility Level 1. Monitoring vital sign 1. Mengontrol kemampuan klien
neutronsmiter (216) Self care : ADLs sebelm/sesudah latihan dan lihat
Transfer performance respon pasien saat latihan
Setelah dilakukan tindakan 2. Konsultasikan dengan terapi fisik 2. Melakukan terapi sesuai
keperawatan selama 1 x 24 jam tentang rencana ambulasi sesuai dengan kemampuan klien
gangguan mobilitas fisik teratasi dengan kebutuhan
dengan kriteria hasil: 3. Bantu klien untuk menggunakan 3. Mencegah cidera
1. Klien meningkat dalam tongkat saat berjalan dan cegah
aktivitas fisik terhadap cedera
2. Mengerti tujuan dari 4. Ajarkan pasien atau tenaga 4. Melatih klien untuk melakukan
peningkatan mobilitas kesehatan lain tentang teknik rentang gerak minimal
3. Memverbalisasikan ambulasi 5. Menentukan terapi mobilisasi
perasaan dalam 5. Kaji kemampuan pasien dalam selanjutnya
meningkatkan kekuatan dan mobilisasi
kemampuan berpindah

37
4. Memperagakan penggunaan 6. Latih pasien dalam pemenuhan 6. Memandirikan klien untuk
alat Bantu untuk mobilisasi kebutuhan ADLs secara mandiri melakukan activity daily living
(walker) sesuai kemampuan (ADL)
7. Dampingi dan Bantu pasien saat 7. Memberikan dukungan bagi
mobilisasi dan bantu penuhi kemajuan klien
kebutuhan ADLs ps.
8. Berikan alat bantu jika klien 8. Membantu klien terbiasa
memerlukan. secara pelahan dengan kondisi
9. Ajarkan pasien bagaimana merubah tubuhnya
posisi dan berikan bantuan jika 9. Membantu klien terbiasa
diperlukan secara pelahan dengan kondisi
tubuhnya

38
H. Discharge Planning (NIC: 150)
a. Kaji kemampuan klien untuk meninggalkan Rumah Sakit
b. Kolaborasikan dengan terapis, dokter, ahli gizi, atau petugas kesehatan lain tentang
kebelanjutan perawatan klien di rumah
c. Identifikasi bahwa pelayanan kesehatan tingkat pertama (puskesmas atau petugas
kesehatan di rumah klien) mengetahui keadaan klien
d. Identifikasi pendidikan kesehatan apa yang dibutuhkan oleh klien yaitu hindari
penyebab peningkatan TIK, kontrol tekanan darah dengan diet hipertensi dan gaya
hidup sehat, hindari benturan pada kepala, dan mengenali tanda dan gejala timbulnya
perdarahan serebral.
e. Komunikasikan dengan klien tentang perencanaan pulang
f. Dokumentasikan perencanaan pulang
g. Anjurkan klien untuk melakukan pengontrolan kesehatan secara rutin

39

Anda mungkin juga menyukai