KELOMPOK : 03
LeniWidyastuti (19308141018)
NadiyaKusumawati (19308141020)
Bagus Budi Priyono (19308141021)
Winner SabillaRudita Sari Mulia Sofa (19308141022)
Auliya El Ihsani (19308141023)
Kelas :
Biologi B 2019
A. Latar Belakang
Untuk tumbuh dan berkembang secara normal tumbuhan membutuhkan air
karena air didalam tumbuhan berfungsi sebagai medium untuk beberapa reaksi. Air
pada jaringan tumbuhan memiliki potensial. Potensial air merupakan alat untuk
menentukan secara tepat keadaan status air dalam jaringan tumbuhan tersebut. Semakin
rendah potensial dari suatu jaringan tumbuhan maka akan semakin besar kemampuan
tanaman untuk menyerap air di dalam tanah. Serta sebaliknya jika semakin tinggi
potensial air dari suatu tumbuhan maka akan semakin besar kemampuan jaringan untuk
memberikan air kepada sel yang mempunyai kandungan air lebih rendah.
Potensial air memiliki dua komponen, yang pertama adalah potensial dan yang
kedua adalah potensial osmotik. Potensial tekanan dapat menambah atau mengurangi
potensial air, sedangkan potensial osmotik menunjukan status larutan didalam sel
tersebut. Untuk mengetahui keadaan potensial air dan pergerakan air didalam jaringan
tumbuhan maka dilakukan praktikum dengan cara merendam potongan jaringan
contohnya kentang (Solanum tuberosum) kedalam cawan yang berisi sukrosa dengan
berbagai konsentrasi.
Plasmolisis dapat terjadi karena sel tumbuhan atau jaringan tumbuhan
diletakkan pada larutan yang hipertonik yang mengakibatkan plasmalema sel lepas dari
dinding sel. Adanya plasmolisis sel tumbuhan dapat digunakan untuk mengetahui
konsentrasi yang dimiliki oleh cairan sel dan dapat digunakan untuk menghitung
tekanan osmosis sel. Untuk mengetahui peristiwa plasmolisis pada suatu sel tumbuhan
contohnya adalah dengan sayatan Rhoeo discolor yang kemudian diberi tetesan sukrosa
dan kemudian diamati sel yang mengalami plasmolisis. Oleh karena itu, perlunya kita
mempelajari potensial air dan osmotik pada tumbuhan juga plasmolisis karena kedua
hal tersebut merupakan hal yang mendasar dalam fisiologi tumbuhan.
B. Tujuan
1) Mengetahui nilai PA umbi kentang
2) Menemukan fakta tentang gejala plasmolisis
3) Menunjukkan faktor penyebab plasmolisis
4) Mendeskripsikan tentang peristiwa plasmolisis
5) Menunjukkan hubungan antara plasmolisis dengan status potensial osmotik antara
cairan selnya dengan larutan dilingkungannya.
1
C. DasarTeori
Potensial air merupaka alat diagnosis yang memungkinkan penentuan secara
tepat keadaan status air dalam sel atau jaringan tumbuhan. Semakin rendah potensial
dari suatu sel atau jaringan tumbuhan, maka semakin besar kemampuan tanaman yang
menyerap air dari dalam tanah. Sebaliknya , semakin tinggi potensial air , semakin besar
kemampuan jaringan jaringan untuk memberikan air kepada sel yang mempunyai
kandungan air lebih rendah (Basahona,2011).
Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potensial osmosis (solut)
dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel, air murni
cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor didalam sel mengakibatkan air
meninggalkan sel. Pengaturan potensial osmosis dapat dilakukan jika potensial
turgornya sama dengan nol yang terjadi saat sel mengalami plasmolisis (Indri
Rahmawati, 2014).
Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel bahan terlarut yang larut
didalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel.
Nilai potensial osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan juga semakin
besar. Suhu berpengaruh terhadap potensial osmoti yaitu semakin tinggi suhunya maka
nilai potensial osmotiknya semakin turun (semakin negatif) dan konsentrasi partikel-
partikel terlarut semakin tinggi maka nilai potensial osmotiknya semakin rendah.
(Salisbury dan Ross, 1992)
Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang
diakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola (Salisbury dan Ross, 1992). Jika sel
dimasukkan dalam larutan gula, maka arah gerak air ditentukan oleh perbedaan nilai
potensial air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air
akan bergerak dari luar ke potensial air yang lebih rendah yaitu dalam sel, bila potensial
larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air.
Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volume sel akan
menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang
dibentuk oleh dinding sel. Sel daun Rhoeo discolor yang dimasukkan ke dalam larutan
sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin
banyak sel yang mengalami plasmolisis (Tjitrosomo,1987).
Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasma yang
menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang tersebut dikenal
dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul tertentu
sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah (Salisbury,1995).
Untuk mengatur PO saja, maka PT harus nol. Potensial turgor sama dengan nol
terjadi pada keadaan sel mengalami plasmlisis. Plasmolisis merupakan persitiwa
2
lepasnya protoplasma dari dinding sel karena keluarnya sebagian air dari vakuola.
Keadaan dimana volume vakuola tepat cukup untuk menahan menempelnya
protplasma pada dinding sel, sehingga kehilangan air sedikit saja berakibat lepasnya
prtoplasma dari dinding sel, disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis insipien dapat
dikenali apabila dalam suatu larutan eksternal (misal sukrosa) dijumpai sekumpulan sel
yang 50% berplasmolisis dan 50% lagi tidak berplasmolisis. Keadaan rata-rata ini
disebut sebagai plasmolisis insipien. Digunakan nilai rata-rata karena PO sel-sel
tersebut tidak sama atau bervariasi. Pada keadaan plasmolisis insipien, sel berada dalam
keadaan tanpa tekanan; PO larutan eksternal memiliki nilai sama dengan O cairan sel,
maka disebut isotonik terhadap cairan sel (Ismail, 2011).
E. Cara Kerja.
a. Mengukur Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan
1) Buatlah silinder umbi kentang dengan menggunakan pelubang gabus.Buatlah
potongan silinder umbidengan ukuran 40mm,40 buah.
2) Masukkan 4 potong silinder kentang kedalam seri larutan sukrosa 30 ml:0,0 ;
0,4 ; 0,8 ; 1,2 ; 1,6 ; 2,0 M.
3
3) Kerjakanlah dengan cepat untuk memperkecil terjadinnya penguapan dari
permukaan silinder kentang.
4) Tutuplah rapat botol tersebut dan biarkan selama 40 menit.
5) Ambillah dan ukurlah panjang potongan-potongan kentang tadi.
F. Hasil Data
G. Pembahasan
4
Pembahasan mengukur potensial osmosis dan potensial air jaringan
Pada konsentrasi 0,4 M, pada data yang pertama didapatkan hasil dengan
rata-rata berat awal 0,38975 gr dan berat akhir sebesar 0,46225 gr, dengan
selisih 0,0725 gr. Sedangkan pada data kedua didapatkan rata-rata berat awal
sebesar 0,404 gr, dan rata-rata berat akhir sebesar 0,4335 gr, dengan selisih
0,0295 gr.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa kentang yang direndam dengan larutan
sukrosa terjadi penambahan berat, karena air memiliki viskositas (kekentalan)
yang rendah sehingga menyebabkan air dengan mudah melakukan difusi
kedalam jaringan kentang dan menyebabkan potensial air kedalam sel kentang
menjadi meningkat. pada larutan dengan konsentrasi yang rendah, air yang
5
berada dilarutan cenderung akan masuk kedalam jaringan sehingga panjang dari
kentang akan bertambah.
sehingga bisa terlihat lebih jelas. Jadi seharusnya pada grafik sel yang
terplasmolisis dihasilkan data berupa garis lurus yang naik dari kiri ke
kanan, menujukkan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada hari
Senin, 10 Januari 2020, didapatkan hasil dari sampel irisan paradermal
epidermis bawah daun Rhoe discolor yang diberi variasi larutan sukrosa dengan
konsentrasi 0,14 M ; 0,16 M; 0,18 M; 0,20 M; 0,22M; 0,24 M; 0,26 M berupa
jumlah sel yang terplasmolisis selama 5 menit ketiga atau selama 15 menit. Pada
larutan sukrosa 0,14 M dari 36 sel segar yang terplasmolisis selama 5 menit
terakhir sebanyak 24 dengan persentase 66,667%; larutan sukrosa 0,16 M dari
96 sel segar yang terplasmolisis selama 5 menit terakhir sebanyak 32 dengan
persentase 33,333%; larutan sukrosa 0,18 M dari 60 sel segar yang
terplasmolisis selama 5 menit terakhir sebanyak 22 dengan persentase 36,667%;
larutan sukrosa 0,20 M dari 71 sel segar yang terplasmolisis selama 5 menit
terakhir sebanyak 26 dengan persentase 52%; larutan sukrosa 0,22 M dari 75 sel
segar yang terplasmolisis selama 5 menit terakhir sebanyak 28 dengan
persentase 37,333%; larutan sukrosa 0,24 M dari 47 sel segar yang
terplasmolisis selama 5 menit terakhir sebanyak 11 dengan persentase 42,553%;
dan larutan sukrosa 0,26 M dari 39 sel segar yang terplasmolisis selama 5 menit
terakhir sebanyak 20 dengan persentase 51,282%. Data tersebut menunjukkan
peningkatan persentase sel yang terplasmolisis seiring dengan meningkatnya
6
jumlah konsentrasi. Dari konsentrasi 0,16 M – 0,20 M dan 0,22 M – 0,26 M
menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi maka persentase sel yang
plasmolisis semakin besar. Sel epidermis daun Rhoe discolor mengalami proses
plasmolisis ketika konsentrasi pelarut di luar sel epidermis lebih rendah
dibandingkan di dalam sel epidermis Rhoe discolor. Sebagai akibatnya air di
dalam sel akan keluar dari sel. Selanjutnya sel mengalami proses dehidrasi dan
terjadi pelepasan membrane sel dari dinding sel (plasmolisis). Dengan
meningkatnya jumlah konsentrasi sukrosa, maka peristiwa plasmolysis akan
semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena potensial air yang berbanding
lurus dengan potensial osmotik. Dengan demikian plasmolisis akan terjadi jika
pelarut didalam sel lebih tinggi dibandingkan di luar sel.
7
Dilihat dari grafik diketahui hasilnya berupa garis naik-turun, bukan garis
lurus yang selalu naik ataupun selalu turun. Seharusnya terdapat hubungan
antara banyaknya konsentrasi dengan terjadinya plasmolysis. Menurut teori
semakin tinggi konsentrasi di luar sel maka sel yang terplasmolisis akan
bertambah banyak. Hal ini terjadi karena pada saat sel ditempatkan pada larutan
hipertonis, maka air keluar dari vakuola sehingga membran sitoplasma akan
mengkerut begitu juga sitoplasma, dan secara otomatis akan menciutkan ukuran
vakuola. Sehingga pigmen antosianin di dalam vakuola tidak terlalu jelas
terlihat. Saat sitoplasma mengkerut, kloroplas yang tersebar di dalam sitoplasma
akan merapat bahwa sel yang terplasmolisis semakin banyak pada konsentrasi
yang semakin meningkat. Sedangkan pada grafik sel yang tak terplasmolisis
dihasilkan data berupa garis lurus yang turun dari kiri ke kanan menujukkan
bahwa sel yang tak terplasmolisis semakin sedikit pada konsentrasi yang
semakin meningkat.
H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dan data yang telah diperolah maka
dapat disimpulkan bahwa :
J. Lampiran
1. Kegiatan 2
9
Cawan Petri Kentang
10
Neraca Analitik Pipet Tetes
11
Sukrosa 0,4 M Sukrosa 0,8 M
Sukrosa 2,0 M
2. Kegiatan 2
Silet Mikroskop
12
Daun Rheo discolor Sayatan Pada Daun Rhoeo discolor
13
Sukrosa 0,22 M Sukrosa 0,26 M
Sukrosa 0, 20 M
14