TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep stress hospitalisasi
a. Definisi Stress Hospitalisasi
6
akan peningkatan fisik persepsi ancaman dan dapat mempengaruhi
keterampilan koping anak-anak, efek cahaya, suara dan bau yang
berlebihan mengganggu stimulasi sensorik, dan ketergantungan diskusi
dengan kelompok usianya. Stres yang dialami anak adalah terjadi suatu
perpisahan antara orang tua dan teman sebaya, kehilangan kontrol,
ketergantungan, perubahan peran keluarga, cedera dan nyeri tubuh, dan
rasa takut terhadap sakit itu sendiri (Wong, 2003).
Menurut Foster (1989), tanda dan gejala stres anak usia sekolah
terdiri dari:
7
3) Intelektual, yang ditandai dengan : menolak pendapat orang lain,
daya hayal tinggi (khawatir akan penyakitnya), konsentrasi menurun
terutama pada pekerjaan yang rumit, penurunan kreatifitas, berpikir
lambat, reaksi lambat, sulit dalam pembelajaran, sikap yang tidak
peduli, malas.
d. Faktor Yang Mempengaruhi Stres Hospitalisasi
1) Cemas Karena Perpisahan
Respon perilaku anak akibat perpisahan dibagi dalam 3 tahap, yaitu:
a) Tahap Protes ( Phase of Protest )
Tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat, menjerit, dan
memanggil ibunya atau menggunakan tingkah laku agresif,
seperti menendang, menggigit, memukul, mencubit, mencoba
untuk membuat orang tuanya tetap tinggal, dan menolak
perhatian orang lain.
b) Tahap Putus Asa ( Phase of Despair )
Tahap ini anak tampak tegang, tangisnya berkurang, tidak aktif,
kurang berminat untuk bermain, tidak ada nafsu makan, menarik
diri, tidak amu berkomunikasi, sedih, apatis, dan regresi
(mengompol atau menghisap jari)
c) Tahap Keintiman Kembali ( Phase of Detachment )
Tahap ini secara samar – samar anak menerima perpisahan,
mulai tertarik dengan apa yang ada disekitarnya, dan membina
hubungan dangkal dengan orang lain. Anak mulai kelihatan
gembira. Fase ini terjadi setelah perpisahan yang lama dengan
orang tua. (Wong, 2002)
2) Kehilangan Kendali
Anak berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan otonominya.
Hal ini terlihat jelas dalam perilaku mereka dalam hal kemampuan
motorik, bermain, melakukan hubungan interpersonal, melakukan
8
aktivitas sehari – hari (Activity of Daily Living – ADL ), dan
komunikasi. (Nursalam)
3) Takut akan cedera tubuh dan nyeri
Reaksi anak terhadap rasa nyeri sama seperti sewaktu masih bayi,
namun jumlah variabel yang mempengaruhi responnya lebih
kompleks dan bermacam - macam. Anak akan bereaksi terhadap rasa
nyeri dengan menyeringaikan wajah, menangis, mengatupkan gigi,
menggigit bibir, membuka mata dengan lebar, atau melakukan
tindakan yang agresif seperti menggigit, menendeng, memukul, atau
berlari keluar (Nursalam, 2005).
Berdasarkan reaksi stres yang muncul , maka dapat tingkat stres
dapat dikategorikan sebagai berikut: 1 = stres ringan (satu gejala
dalam pilihan yang ada), 2 = stres sedang (separuh dari gejala yang
ada), 3 = stres berat (lebih dari separuh gejala yang ada), 4 = stress
sangat berat (semua gejala yang ada. (Modifikasi dari pengukuran
tingkat kecemasan, Nursalam, 2003).
9
2) Faktor Berpisah dengan orang yang sangat berarti; Berpisah dengan
suasana rumah sendiri, benda-benda yang familiar digunakan sehari-
hari, juga rutinitas yang biasa dilakukan dan juga berpisah dengan
anggota keluarga lainnya (Pelander & Leino-Kilpi,2010 dalam Yuli
Utami, 2014).
3) Faktor kurangnya informasi yang didapat anak dan orang tuanya
ketika akan menjalani hospitalisasi. Hal ini dimungkinkan mengingat
proses hospitalisasi merupakan hal yang tidak umum di alami oleh
semua orang. Proses ketika menjalani hospitalisasi juga merupakan
hal yang rumit dengan berbagai prosedur yang dilakukan (Gordon
dkk,2010 dalam Yuli Utami, 2014).
4) Faktor kehilangan kebebasan dan kemandirian; Aturan ataupun
rutinitas rumah sakit, prosedur medis yang dijalani seperti tirah
baring, pemasangan infus dan lain sebagainya sangat mengganggu
kebebasan dan kemandirian anak yang sedang dalam taraf
perkembangan (Price & Gwin,2005 dalam Yuli Utami, 2014).
5) Faktor pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan;
semakin sering seorang anak berhubungan dengan rumah sakit, maka
semakin kecil bentuk kecemasan atau malah sebaliknya (Pelander &
Leino-Kilpi,2010 dalam Yuli Utami, 2014).
6) Faktor perilaku atau interaksi dengan petugas rumah sakit; khususnya
perawat; mengingat anak masih memiliki keterbatasan dalam
perkembangan kognitif, bahasa dan komunikasi. Perawat juga
merasakan hal yang sama ketika berkomunikasi, berinteraksi dengan
pasien anak yang menjadi sebuah tantangan, dan dibutuhkan
sensitifitas yang tinggi serta lebih kompleks dibandingkan dengan
pasien dewasa. Selain itu berkomunikasi dengan anak juga sangat
dipengaruhi oleh usia anak, kemampuan kognitif, tingkah laku,
10
kondisi fisik dan psikologis tahapan penyakit dan respon pengobatan
(Pena & Juan,2011 dalam Yuli Utami, 2014).
11
Faktor-faktor yang membuat anak lebih rentan terhadap dampak
emosional dan hospitalisasi menyebabkan kebutuhan anak menjadi
berbeda secara signifikan yaitu pengalaman sebelumnya dan
pengenalan terhadap peristiwa-peristiwa medis, lama dan jumlah
masuk rumah sakit. Oleh karena itu, pengalaman sebelumnya dapat
dengan mudah menggantikan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak
diketahui dan sudah diketahui (Wong, Hockenberry, Eaton, Wilson,
Winkelstein & Schwartz, 2009).
g. Keuntungan hospitalisasi
12
2. Caring Perawat
a. Pengertian Caring Perawat
13
menerima yang terbentuk sebagai awal dari saling mengenal dan peduli
antara perawat dan klien (Setiawan, 2009).
14
3) Caring merupakan respon yang diterima oleh seseorang tidak hanya
saat itu saja namun juga mempengaruhi akan seperti apakah
seseorang tersebut nantinya.
4) Lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung
perkembangan seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam
memilih tidakan yang terbaik untuk dirinya sendiri.
5) Caring lebih kompleks dari pada curing, praktik caring memadukan
antara pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku
manusia yang berguna dalam peningkatan derajat kesehatan dan
membantu klien yang sakit.
6) Caring merupakan inti dari keperawatan. Bahwa sikap caring
diberikan melalui kejujuran, kepercayaan dan niat baik.
7) Caring menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek
fisik, psikologis, spiritual dan sosial. Bersikap caring untuk klien dan
bekerjasama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan
esensi keperawatan.
b. Perilaku caring
15
struktur social,pandangan dan nilai kultur setiap orang yang berbeda pada
satu tempat dengan tempat lain (Dwidiyanti, 2010).
Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang
berarti merawat atau memelihara. Perawat adalah seseorang (seorang
profesional) yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab dan
kewenangan melaksanakan pelayanan atau asuhan keperawatan pada
berbagai jenjang pelayanan keperawatan (Kusnanto, 2004).
16
b. Peran utama perawat profesional
c. Proses keperawatan
1) Pengkajian
17
diri, fungsi peran, dan ketergantungan. Oleh karena itu, pengkajian
pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku, yaitu pengkajian klien
terhadap masing-masing model adaptasi secara sistematik dan
holistic. Pelaksanaan pengkajian dan pencatatan pada empat model
adaptif akan memberikan gambaran keadaan klien kepada tim
kesehatan yang lain.
3) Intervensi keperawatan
18
4) Evaluasi
19
domain yangsangat penting untuk terbentuknya perilaku
seseorang (Notoatmodjo 2003)
Menurut epistemologi setiap pengetahuan manusia itu adalah
hasil dari berkontaknya dua macam besaran, yaitu
a) benda atau yang diperiksa, diselidiki, dan akhirnya
diketahui (obyek),
b) manusiayang melakukan pelbagai pemeriksaan,penyelidika
n,dan akhirnya mengetahui (mengenal) benda atau hal tadi
(Ensiklopedi Indonesia).
Adapun pengethaun itu ialah kesatuan subyek yang mengetahui
dan obyek yang diketahui. Satukesatuan dalam mana obyek itu
dipandang oleh subyek sebagai diketahui (M.J. Langeveld).
Pengetahuan dapat dirumuskan sebagai partisipasi oleh suatu
realita dalam suatu realita yang lain,tetapi tanpa terjadinya
modifikasi-modifikasi dalam kualitas yang lain itu, sebaliknya
subyek yang mengetahui dipengaruhi (Max Scheler 1874-
1928). Knowledge is relation between object andsubject (James
K. Feibleman).
Menurut Mohamad Adlany, 2010, maksud dari pengetahuan
(knowledge) adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam
jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi,
persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam
sekitarnya. Pengetahuan ini meliputi emosi,
tradisi,keterampilan, informasi, akidah, dan pikiran-pikiran.
Dalam komunikasi keseharian, kita sering menggunakan
kalimat seperti, “Saya terampil mengoperasikan mesin ini”,
“Saya sudah terbiasa menyelesaikan masalah itu”, “Saya
menginformasikan kejadian itu”, “Saya meyakini bahwa
masyarakat pasti mempercayai Tuhan”, “Saya tidak emosi
20
menghadapi orang itu”, dan “Saya mempunyai pikiran-pikiran
baru dalam solusi persoalan itu”.Ketika mengamati atau
menilai suatu perkara, kita biasanya menggunakan kalimat-
kalimat seperti, saya mengetahuinya, saya memahaminya, saya
mengenal, meyakini dan mempercayainya. Berdasarkan
realitas ini, bisa dikatakan bahwa pengetahuan itu memiliki
derajat dan tingkatan.Disamping itu, bisa jadi hal tersebut bagi
seseorang adalah pengetahuan, sementara bagi yang lainnya
bukan pengetahuan. Terkadang seseorang mengakui bahwa
sesuatu itu diketahuinya dan mengenal keadaannya dengan
baik, namun, pada hakikatnya, ia salah memahaminya dan
ketikadan dengan seseorang yang sungguh sungguh
mengetahui realitas tersebut, barulah iamenyadari bahwa ia
benar-benar tidak memahami permasalahan tersebut
sebagaimana adanya.
Pengetahuan adalah suatu keadaan yang hadir dikarenakan
persentuhan kita dengan suatu perkara.Keluasan dan kedalaman
kehadiran kondisi-kondisi ini dalam pikiran dan jiwa kita
sangat bergantung pada sejauh mana reaksi, pertemuan,
persentuhan, dan hubungan kita dengan objek-objek eksternal.
Walhasil, makrifat dan pengetahuan ialah suatu keyakinan yang
kita miliki yang hadir dalam syarat-syarat tertentu dan terwujud
karena terbentuknya hubungan-hubungan khususantara subjek
(yang mengetahui) dan objek (yang diketahui) dimana
hubungan ini sama sekali kitatidak ragukan. John Dewey
menyamakan antara hakikat itu sendiri dan pengetahuan dan
beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan hasil dan
capaian dari suatu penelitian danobservasi. Menurutnya,
pengetahuan seseorang terbentuk dari hubungan dan jalinan ia
21
dengan realitas-realitas yang tetap dan yang senantiasa
berubah.(Mohammad Adlany 2010)
a) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi
proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah
yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri
individu, kelompok atau masyarakat. Beberapa hasil
penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap
perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan
itu mempertinggi taraf intelegensi individu.
22
b) Persepsi
Persepsi, mengenal dan memilih berbagai objek
sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.
c) Motivasi
Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga
penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk
melakukan sesuatu dengan mengenyampingkan hal-hal
yang dianggap kurang bermanfaat. Dalam mencapai tujuan
dan munculnya motivasi memerlukan rangsangan dari
dalam diri individu (biasanya timbul dari perilaku yang
dapat memenuh kebutuhan sehingga menjadi puas)
maupun dari luar (merupakan pengaruh dari orang
lain/lingkungan). Motivasi murni adalah motivasi yang
betul-betul disadari akan pentingnya suatu perilaku dan
dirasakan suatu kebutuhan.
d) Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui,
dikerjakan), juga merupakan kesadaran akan suatu hal
yang tertangkap oleh indra manusia. Pengetahuan yang
diperoleh dari pengalaman berdasarkan kenyataan yang
pasti dan pengalaman yang berulang-ulang dapat
menyebabkan terbentuknya pengetahuan. Pengalaman
masalalu dan aspirasinya untuk masa yang akan datang
menentukan perilaku masa kini.
23
sifat dan perilaku individu. Sosial ekonomi, penghasilan sering
dilihat untuk menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan. Kebudayaan adalah perilaku
normal, kebiasaan, nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam
suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup. Informasi
adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan yang dapat
menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi perilaku. Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita
ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat
tersebut diatas
Sikap adalah perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu
disiapkan, dipelajari, dan diatur melalui pengalaman, yang memberikan pengaruh
khusus pada respon seseorang terhadap orang, obyek, dan keadaan.
Menurut Sukidjo sikap adalah keadaan mental dan saraf dan kesiapanyang diatur
melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamis atauterarah terhadap
respon indi1idu pada semua obyek dan situasi yang berkaitandengannya. Sikap
merupakan penilaian seseorang terhadap stimulus atau obyek.Setelah orang
mengetahui stimulus atau obyek proses selanjutnya akan menilaiatau bersikap
terhadap stimulus atau obyek tersebut.
1. Menerima ( Receiving )
24
Menerima, diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek).
2. Merespons (responding)
3. Menghargai (Valuing)
Menghargai adalah suatu sikap yang menghormati apa sesuatu, tetapitidak untuk
merubah perilaku sendiri. misalnya ketika ketika seorang pasienmeminta sesuatu
yang bertentangan dengan kodisi keadaannya. maka yang harus perawat lakukan
adalah mengatakan kepada pasien bahwa permintaan tersebut bisa terpenuhi ketika
kondisi pasien sudah normal kembali
B. Komponen Sikap
25
Nilai sangat terkait dengan sikap, nilai membantu sebagi jalan untuk mengatur
sikap nilai didefinisikan sebagi konstelasi dari suka, tidak suka,titik pandang,
keharusan.
Suatu sikap yang dipunyai individu mengenai pekerjaannya dihasilkan dari persepsi
mereka terhadap pekerjaannya, didasarkan pada faktor lingkungan kerja, gaya
super1isi, kebijakan dan prosedur
26
B. Tepat, kecepatan tanpa ketepatan dalam bekerja tidak menjamin kepuasan
konsumen. Bagaimana perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien
yaitu tepat memberikan bantuan dengan keluhan"keluhan dari pasien.
C. Aman, rasa aman meliputi aman secara fisik dan psikis selama
pengkonsumsian suatu poduk atau. Dalam memberikan pelayanan jasa yaitu
memperhatikan keamanan pasien dan memberikan keyakinan dankepercayaan
kepada pasien sehingga memberikan rasa aman kepada pasien.
D. Ramah tamah, menghargai dan menghormati konsumen, bahkan pada saat
pelanggan menyampaikan keluhan. Perawat selalu ramah dalam
menerimakeluhan tanpa emosi yang tinggi sehingga pasien akan merasa
senang danmenyukai pelayanan dari perawat
E. N'yaman, rasa nyaman timbul jika seseorang merasa diterima apa
adanya.Pasien yang membutuhkan kenyaman baik dari ruang rawat inap
maupunsituasi dan kondisi yang nyaman sehingga pasien akan merasakan
kenyamanan dalam proses penyembuhannya .
Berdasarkan pandangan beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
aspek"aspek kualitas pelayanan keperawatan adalah sebagai berikut
1. .Penerimaan meliputi sikap perawat yang selalu ramah, periang,
selalutersenyum, menyapa semua pasien. Perawat perlu memiliki minat
terhadaporang lain, menerima pasien tanpa membedakan golongan, pangkat,
latar belakang sosial ekonomi dan budaya, sehingga pribadi utuh. +gar
dapatmelakukan pelayanan sesuai aspek penerimaan perawat harus memiliki
minatterhadap orang lain dan memiliki wawasan luas. –
2. Perhatian, meliputi sikap perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
perlu bersikap sabar, murah hati dalam arti bersedia memberikan bantuan dan
pertolongan kepada pasien dengan sukarela tanpa mengharapkan
imbalan,memiliki sensiti1itas dan peka terhadap setiap perubahan pasien,
maumengerti terhadap kecemasan dan ketakutan pasien.
27
3. Komunikasi, meliputi sikap perawat yang harus bisa melakukan
komunikasiyang baik dengan pasien, dan keluarga pasien. +danya komunikasi
yangsaling berinteraksi antara pasien dengan perawat, dan adanya hubungan
yang baik dengan keluarga pasien.
4. Kerjasama, meliputi sikap perawat yang harus mampu melakukan
kerjasamayang baik dengan pasien dan keluarga pasien.
5. Tanggung jawab, meliputi sikap perawat yang jujur, tekun dalam
tugas,mampu mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas,
konsistenserta tepat dalam bertindak.
28
B. Kerangka Teori
o Faktor lingkungan
Rumah
o Faktor Berpisah
o Kurangnya Informasi
o Faktor Kehilangan
29
Persepsi CEMAS
Motivasi
Pengalaman
Resiko Individual
30
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau
variable-variabel yang akan diamati melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo,
2010).
Kerangka konsep pada penelitian ini bagaimana sikap perawat dalam manajemen stress
hospitalisasi pada anak Di Rumah Sakit Roemani Semarang Tahun 2019
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang
berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2010). Variabel adalah
sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh
suatu penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu. Berdasarkan hubungan fungsional
antara variabel satu dengan lainnya, variabel dibedakan menjadi dua, yaitu variabel
tergantung, akibat, terpengaruh atau variabel dependen dan variabel bebas, sebab,
mempengaruhi atau variabel independen.
Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini adalah sikap manajemen stress
perawat pada anak yang meliputi perawat yang ramah dan sopan terhadap pasien, perhatian,
peduli, dukungan, motivasi ataupun dengan metode pengalihan stress pada anak seperti
dengan metode audio,metode bercerita.
Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah Tingkat Kecemasan
Pasien anak diantaranya perasaan cemas, takut, gelisah, tegang, marah, depresi, gangguan
tidur, gemetar, gangguan kecerdasan.
31
D. Hipotesis penelitian
32
33