ANTI HIV
Zidovudine adalah anti retroviral pertama yang memperlihatkan efek klinis yang
bermakna pada terapi infeksi HIV. Sejak dikeluarkannya pada tahun 1987, keefektifan
Zidovudine telah diakui pada bebarapa percobaan klinik. Pada monoterapi dini
pasien-pasien dengan penyakit yang berat, menunjukkan Zidovudine meningkatkan
survival 24 minggu. Pada studi selanjutnya menunjukkan menurunnya resiko progresi
penyakit pada penderita simptomatik dan asimptomatik pada periode lebih 12 bulan.
Zidovudine dikombinasi dengan agen inhibitor reverse transcriptase lainnya dapat
meningkatkan efektifitasnya dibandingkan penggunaan tunggal. Zidovudine dikombinasi
dengan lamivudine menurunkan progfesifitas penyakit sebesar 66%. Akan lebih efektif
jika dikombinasi dua nulkeosida yang analog yaitu dkombinasi dengan protease
inhibitor dan nukleosida analog atau nukleosida analog dengan non-nulkeosida
reverse transcriptase inhibitor . Regimen ini dapat mengontrol viremia dan secara
substansial meningkatkan jumlah CD4 dan menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.
Pemberian Zidovudine pada ibu hamil yang terinfeksi HIV dan anak yang akan
dilahirkan, Zidovudine menurunkan 2/3 resiko transmisi perinatal. Zidovudine juga
diberikan pada petugas kesehatan segera setelah terpapar cairan tubuh yang
terkontaminasi untuk mencegah transmisi HIV.
Pada pemberian Zidovudine neutropenia juga dapat terjadi dalam 4 minggu saat
dimulainya terapi dan 37% cenderung pada HIV berat. Pemakaian zidovudine jangka
panjang dapat menyebabkan hiperpigmentasi kuku, myopi,toksik hepatic dengan atau
tanpa steatorhoe dan asidosis laktat. Zidovudine dapat menyebabkan kerusakan oto
karena menurunkan jumlah DNA mitokondria, dengan cara menghambat DNA polymerase-?
mitokondria.
2. DIDANOSINE
2.1 Mekanisme kerja dan mekanisme resistensi
2�3�-dideoxyadenosine 5�-triphosphate (ddATP) adalah metabolit aktif
intraseluler dari didanosine yang berkompetisi dengan seluler dATP untuk
bergabung dengan DNA virus. Didanosine masuk kedalam sel melalui sebuah carier
nukleobase dan mengalami monofosforilasi oleh 5�-nukleotidasae. Metabolit ini
kemudian diubah menjadi monofosfat dideoxyadenosine oleh adenilsuksinat sintetase
dan a denilsuksinatliase. Fosforilase menghasilkan difosfat dan akhirnya membentuk
akit trifosfat yang berakumulasi dalam intraseluler.
Penurunan kepekaan didanisine berhubungan denga adanya mutasi pada kodon 74 reverse
transcriptase. Hal ini menyebabkan 5-26 kali lipat penurunan kepekaan didanosine.
Mutasi yang menyebabkan resistensi terjadi pada kodon 184,65, 135, dan 200.
3. STAVUDINE
3.1 Mekanisme kerja dan mekanisme resistensi
Setelah difusi pasif kedalam sel stavudine harus difosforilasi agar dalam bentuk
aktifnya yaiut stavudin trifosfat. Pertama kali difosforilase oleh timidine kinase.
Tidak seperti zidovudine monofosfat, stavudine monofosfat tidak diakumulasi dalam
sel. Selanjutnya peristiwa fosforilasi dikatalisis oleh thymidilate kinasae dan
pirimidine difosfat kinase. Stavudine trifosfat menghambat reverse
transkriptasedengan cara berkompetisi dengan 2�-deoxytimidine-5�-trifosfat,yang
menyebabkan terminasi untai DNA. Karena timinide kinase mempunyai afinitas yang
tinggi terhadap zidovudine dibandingkan dengan stavudine, maka zidovudine mempunyai
efek antagonis terhadap stavudine.
Tidak seperti nukleosida analog, dasar genetic terjadinya resistensi stavudin masih
sedikit diketahui. Paparan HIV-1 terhadap stavudine secara invitro terjadi mutasi
pada kodon 75, dan resistensi berlipat 7 kali pada kodon 50, mekanisme resistensi
ini tidak jelas hubungannya terhadapterjadinya mutasi. Strain-strain yang sangat
resisten terhadap multiple nukleosida reverse transcriptase inhibitor secara
konsisten
resisten pula terhadap stavudine.
4. ZALCITABINE
4.1 Mekanisme kerja dan mekanisme resistensi
Zalcitabine masuk kedalam sel melalui mekanisme mediated-carier dan non-mediated
carier. Agen ini pertama kali difosforilasi oleh dexycytidine kinase dan
selanjutnya oleh kinase seluler diubah menjadi metabolit aktif yaiatu
dideoxycytidine 5�-trifosfat. Adanya trifosfat mengakhiri pemanjangan DNA virus.
5. LAMIVUDINE
5.1 Mekanisme kerja dan reistensi
Lamivudine masuk kedalam sel dengan cara difusi pasif kemudian difosforilasi
menjadi metabolit aktif, yaitu lamivudine trifosfat. Lamivudine trifosfat
berkompetisi dengan deoxycystidine trifosfat untuk berikatan dengan reverse
transcriptase dan bergabung dengan DNA sehingga mengakibatkan terminasi untai DNA.
6. ABACAVIR
6.1 Mekanisme kerja dan mekanisme resistensi
Abacavir mengalami fosforilasi oleh enzim yang tidak memfosforilasi NRTI lainnya.
Agen ini dimonofosforilasi oleh jalur yang melibatkan adenosine fosfotransferase
dan kemudian mengalami difosforilasi dan trifosforilasi. Resistensi isaolat klinis
pada pasien yan telah menerima NRTI sebelumnya dikaitkan dengan mutasi multiple.
Strain-strain yang resisten terhadap NRTI lainnya juga resisten terhadap abacavir.
1. NEVIRAPINE
1.1 Mekanisme kerja dan mekanisme resistensi
Nevirapine berdifusi ke dalam sel dan berikatan dengan reverse transcriptase
yang berdekatan dengan catalytic-site. Hal ini menginduksi perubahan konformasi
menjadi enzim inaktif. Resistensi berkembang cepat pada sel-sel yang terpapar
nevirapine. FDA merekomendasikan terjadinya reaksi silang pada semua
nonnukleosida reverse transcriptase inhibitor. Resistensi level tinggi
berkaitan dengan terjadinya mutasi reverse transcriptase pada kodon 101,103,106,
108, 135, 181, 188 dan 190. Mutasi tunggal pada 103 dan 181 menurunkan
kepekaan sebesar 100 kali lipat.
Pada penelitian terakhir yang mengevaluasi nevirapine dalam regimen tiga obat
bahwa 52 % pasien dewasa menunjukkan plasma HIV-1 RNA dibawah 400 copies
permililiter jika diberi kombinasi nevirapone , zidovudine dan didanosine
2. DELAVIRDINE
2.1 Mekanisme kerja dan mekanisme resistensi
Setelah masuk kedalam sel delavirdine merikatan dengan kantung hidrofobik pada p66b
subunit reverse transcriptase. Ikatan ini mengubah konformasi pada enzim yang
stabil menjadi bentuk inaktif. Delavirdine transcriptase komplek distabilisasi oleh
hydrogen yang berikatan dengan residu lys-103 dan interaksi hidrofobik yang kuat
dengan residu pro-236. Konsentrasi delavirdine yang tinggi dibutuhkan untuk dapat
menghambat polymerase seluler dari pada reverse transcriptase.
Sama seperti NNRTI yang lainnya, resistensi level tinggi terhadap agen ini juga
mudah terjadi. Sebagian besar strain klinik yang resisten mengalami mutasi pada
reverse transcriptase kodon 181 dan atau 103. Terdapat bukti yang menunjukkan
reistensi terhadap delavirdine mungkin mengembalikan zidovudine sensitive
menjadi zidovudine resisten.
3. EFAVIRENZ
3.1 Mekanisme kerja dan mekanisme resisten
Efavirenz berdifusi ke dalam sel dimana ini akan terikat dengan site
aktif yang
berdekatan dari reverse transcriptase. Hal ini menyebabkan perubahan
konformasi enzim ini dan akan menghambat fungsinya.
Resistensi level tinggi dari efavirenz dapat terjadi invitro dan in vivo. Mutasi
yang paling sering terjadi pada pasien yang diterapi dengn efavirenz adalah pada
kodon 103. Mutasi lainnya juga dilaporkan pada kodon 100, 106, 188 dan 190.
C. PROTEASE INHIBITOR
1. SAQUINAVIR
1.1 Mekanisme kerja dan mekanisme resistensi
Protease HIV memotong poliprotein virus (gag-pol) menjdi bentuk enzim aktif dan
protein structural. Saquinavir secara reversible terikat padaactive site protease
HIV, mencegah proses polipeptida dan maturasi virus selanjutnya. Dengan adanya
saquinavir partikel virus dihasilkan dalam kondisi immature dan noninfeksius.
Pada saat replikasi virus dengan adanya saquinavir dapat menyeleksi viru-virus yang
resisten. Diantara pasien yang diterapi saquinavir setiap saa timbul reistensi yang
dikaitkan dengan adanya akumulasi progresif mutasi.
2. INDINAVIR
2.1 Mekanisme kerja adnmekanisme resistensi
Indinavir berikatan secara reversible active site dari protease inhibitor yang
mencegah proses polipeptida virus dan maturasi virus. Dengan adanya indinavir
partikel virus yang dihasilkan menjadi immature dan nnoninfeksius.
Dengan adanya indinavir replikasi virus dapat menyeleksi virus yang resisten.
Resistensi indinavir di klinik dikaitkan dengan akumulasi progresif mutasi dari
kodon. Mutasi kodon yang paling penting adalah pada posisi 46 dan 82.
3. RITONAVIR
3.1 Mekanisme kerja dan mekanisme resistensi
Ritonavir berikatan secara reversible di activesite protease HIV yang mencegah
proses polipeptida dan maturasi virus selanjutnya. Dengan adanya ritonavir dapat
menghasilkan produk partikel virus yang immature dan noninfeksius.
4. NELFINAVIR
4.1 Mekanisme kerja dan mekanisme resistensi
Nelfinavir menghambat protease dengan cara berikatan secara reversible pada active
site, sehingga mencegah proses polipeptida dan maturasi virus lebih lanjut.
Partikel virus yang dihasilkan menjadi immature dan noninfeksius.
Dengan adanya amprenavir , replikasi virus dapat menimbulkan seleksi terhadap virus
yang resistensi terhadap obat.
6. LOPINAVIR
6.1 Mekanisme kerja dan mekanisme resistensi
Lopinavir menghambat secara reversible pad active site protease HIV sehingga
mencegah terjadinya proses polipeptida dan maturasi virus selanjutnya. Dengan
adanya lopinavir partikel virus yang dihasilkan menjadi immature dan noninfeksius.