Anda di halaman 1dari 6

Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016

Gambaran enzim transaminase pada pasien tuberkulosis paru yang


diterapi dengan obat-obat anti tuberkulosis
di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

1
Inez Clarasanti
2
Marthen C. P. Wongkar
2
Bradley J. Waleleng

1
Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: inezclarasanti@gmail.com

Abstract: Pulmonary tuberculosis is a chronic infection and still a major worldwide health
problem. Data from World Health Organization in 2013 showed that Indonesia was the fifth
country with the highest prevalence of TB in the world. Treatment of TB in Indonesia is using
the antituberculosis medication guide. One of the side effects of treatment is hepatotoxicity.
Liver function tests commonly used are the transaminase enzymes (SGOT and SGPT). Levels
of SGOT and SGPT will increase in case of damage or inflammation of the liver tissue. The
results showed that after administration of the antituberculosis medication 26% of patients had
high levels of transaminase enzymes meanwhile 74% of patients had normal levels of
transaminase enzymes.
Keywords: Pulmonal Tuberculosis, OAT, hepatotoxicity, transaminase enzymes, SGOT,
SGPT

Abstrak: Tuberkulosis paru adalah infeksi kronik yang sampai saat ini masih menjadi
masalah kesehatan dunia yang utama. Data WHO tahun 2013 menunjukkan bahwa Indonesia
menempati negara kelima dengan prevalensi TB tertinggi di dunia. Pengobatan TB di
Indonesia menggunakan panduan obat antituberkuolosis (OAT) dan salah satu efek samping
pengobatan ialah hepatotoksisitas. Tes fungsi hati yang umum digunakan ialah pemeriksaan
enzim transaminase yakni kadar SGOT dan SGPT yang akan menunjukkan peningkatan jika
terjadi kerusakan atau radang pada jaringan hati. Hasil penelitian memperlihatkan terdapat
26% pasien TB dengan kadar enzim transaminase yang tinggi setelah pemberian OAT, dan
74% pasien TB yang memiliki kadar enzim transaminase yang normal setelah pemberian
OAT.
Kata kunci: tuberkulosis paru, OAT, hepatotoksisitas, enzim transaminase, SGOT, SGPT

Tuberkulosis (TB) paru adalah suatu secara mikrobiologis dimulai dan


1
penyakit infeksi kronik yang sudah sangat penatalaksanaannya lebih terarah.
lama dikenal pada manusia. Penyakit ini Walaupun pengobatan TB yang efektif
dapat menyerang hampir seluruh tubuh sudah tersedia tapi sampai saat ini TB
manusia tetapi paling banyak adalah organ masih tetap menjadi masalah kesehatan
paru. Pada tahun 1882, Robert Koch dunia yang utama. Pada bulan maret 1993
mengidentifikasi basil tahan asam M. WHO mendeklarasikan TB sebagai global
tuberculosis untuk pertama kali sebagai health emergency. TB sebagai peringkat
kuman penyebabnya, semacam bakteri terkemuka kedua menyebabkan kematian
berbentuk batang dan dari sinilah diagnosis dari penyakit menular di seluruh dunia,
1
Clarasanti, Wongkar, Waleleng: Gambaran enzim transaminase...

setelah human immuno deficiency virus (SGOT), dan alanine transaminase (ALT)
(HIV). TB dianggap sebagai masalah yang biasanya di Indonesia disebut sebagai
kesehatan dunia yang penting karena lebih serum glutamic-pyruvic transaminase
kurang 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh (SGPT). SGOT dan SGPT akan menunjuk-
mikobakterium TB. Pada tahun 1998 ada kan peningkatan jika terjadi kerusakan atau
3.617.047 kasus TB yang tercatat di radang pada jaringan hati. SGPT lebih
seluruh dunia. Sebagian kasus TB ini spesifik terhadap kerusakan hati dibanding
(95%) dan kematiannya (98%) terjadi di SGOT. Sering ditemukan sedikit
negara-negara yang sedang berkembang.2 peningkatan (hingga dua kali angka
Indonesia adalah negeri dengan normal) kadar SGOT dan SGPT. Bila kadar
prevalensi TB ke-5 tertinggi di dunia.3 SGOT dan SGPT lebih dari dua kali angka
Menurut WHO pada tahun 2013, normal umumnya dianggap bermakna dan
diperkirakan 9,0 juta insiden kasus TB membutuhkan pemeriksaan lebih jauh.4
kisaran (8.600.000-9.400.000), secara Penelitian ini bertujuan untuk
global setara dengan 126 kasus per 100.000 mendapatkan gambaran kadar enzim
penduduk. Sebagian besar perkiraan jumlah transaminase pada pasien TB yang diterapi
kasus pada tahun tahun 2013 terjadi di Asia dengan OAT.
(56%) dan daerah Afrika (29%). Keenam
Negara yang menonjol memiliki jumlah METODE PENELITIAN
insiden kasus terbesar pada tahun 2013 Jenis penelitian ini ialah deskriptif
adalah India (2,0 juta-2,3 juta), Cina (0,9 dengan desain potong lintang. Pengambilan
juta-1,1 juta), Nigeria (340.000-880.000), data pasien yang menderita penyakit
Pakistan (370.000-650.000), Indonesia tuberkulosis paru dan melihat gambaran
(410.000-520.000) dan Afrika Selatan kadar enzim transaminase pasien.
3
(410.000-520.000). Berdasarkan survei Penelitian dilaksanakan di Bagian Rekam
kesehatan rumah tangga 1985 dan survei Medis RSUP Prof. R. D. Kandou Manado
kesehatan nasional 2001, TB menempati periode November 2014 – November 2015,
ranking nomor 3 sebagai penyebab dan sumber data yang digunakan yakni data
kematian tertinggi di Indonesia.1 sekunder dari rekam medis (medical
Dalam pemakaian obat-obat anti record).
tuberkulosis (OAT) yakni rifampisin, Sampel dalam penelitian ini yaitu
isoniazid, pirazinamid dan ethambutol/ semua data pasien tuberkulosis paru yang
streptomisin, tidak jarang ditemukan efek diterapi dengan OAT yakni rifampisin,
samping yang mempersulit sasaran isoniazid, pirazinamid, etambutol
pengobatan. Salah satu efek samping dari /streptomisin dan memiliki hasil
penggunaan OAT yakni rifampisin, pemeriksaan laboratorium yakni kadar
isoniazid, pirazinamid adalah kemampuan enzim transaminase (SGOT dan SGPT).
untuk menimbulkan efek merusak atau
meracuni sel hati (hepatotoksik). Bila efek HASIL PENELITIAN
samping ini ditemukan, mungkin obat anti Dari catatan rekam medis data pasien
tuberkulosis yang bersangkutan masih yang berobat mulai 01 November 2014
dapat diberikan dengan efek teraupeutik hingga 30 November 2015 diperoleh 480
yang kecil, tetapi bila efek samping ini data pasien dengan diagnosis tuberkulosis
sangat mengganggu OAT yang paru, tetapi hanya 186 data yang memenuhi
bersangkutan harus dihentikan pemberian- kriteria inklusi dan 294 data lainnya
nya, dan pengobatan tuberkulosis dapat memenuhi kriteria eksklusi.
diteruskan dengan obat lain.1 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat
Tes fungsi hati yang umum ialah bahwa dari 186 data yang menjadi sampel
aspartate transaminase (AST), yang di penelitian, pasien yang terdiagnosis
Indonesia lebih sering disebut sebagai tuberkulosis paru dan diterapi OAT serta
serum glutamic-oxaloacetic transaminase menunjukan kadar enzim transaminase
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016

yakni SGOT dan SGPT yang tinggi, pasien yang memiliki kadar enzim
sejumlah 48 pasien (26%) dan 138 (74%) transaminase yang tinggi setelah pemberian
pasien lainnya memiliki kadar enzim OAT ialah gizi kurang atau malnutrisi
transaminase yang normal. sejumlah 15 orang.

Tabel 1. Karakteristik sampel penelitian


Kelompok Usia
Kadar
Jumlah
Persentase 60

Jumlah Pasien
Transaminase (%) 40 Normal
Tinggi 48 26 20
Normal 138 74 0
Total 186 100

30-40
41-50
51-60
<30

>60
Gambar 1 menunjukkan jenis kelamin Kelompok Usia
terbanyak yang memiliki kadar normal
setelah pemberian terapi OAT yaitu laki- Gambar 2. Distribusi sampel berdasarkan
laki sejumlah 93 pasien sedangkan kelompok usia
perempuan sejumlah 45 pasien. Yang
memiliki kadar enzim transaminase tinggi 60

setelah terapi OAT terbanyak ialah pasien 50


berjenis kelamin laki-laki sebanyak 32 40
pasien sedangkan yang berjenis kelamin 30
perempuan 16 pasien. 20
Normal
10
Tinggi
100 0
80
60
Laki-laki
40
Perempuan
20
Gambar 3. Distribusi sampel berdasarkan
0 penyakit penyerta
Normal Tinggi
Gambar 4 menunjukkan bahwa dari 48
Gambar 1. Distribusi sampel berdasarkan jenis sampel yang memiliki kadar enzim
kelamin transaminase tinggi setelah pemberian
OAT, peningkatan terbanyak terjadi pada
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa minggu pertama hingga minggu ketiga
sampel terbanyak yang memiliki kadar setelah terapi OAT, dimana pada minggu
enzim transaminase normal setelah pertama didapatkan sejumlah 16 orang,
pemberian OAT ialah kelompok usia minggu kedua 11 orang dan minggu ketiga
kurang dari 30 tahun sejumlah 48 orang 8 orang.
sednagkan sampel dengan kadar enzim
transaminase tinggi setelah terapi OAT BAHASAN
paling banyak pada kelompok usia 41-50 Berdasarkan hasil penelitian yang
tahun sejumlah 16 orang. dilakukan di Bagian Rekam Medis RSUP
Gambar 3 memperlihatkan bahwa Prof. DR. R. D. Kandou Manado periode
sejumlah 53 pasien tidak memiliki penyakit November 2014 hingga November 2015,
penyerta pada sampel dengan kadar enzim ditemukan 186 data pasien tuberkulosis
transaminase yang normal setelah terapi paru yang diterapi dengan OAT.
OAT. Penyakit penyerta terbanyak pada
3
Clarasanti, Wongkar, Waleleng: Gambaran enzim transaminase...

Lama Pengobatan yaitu kelompok usia 41-50 tahun sejumlah


16 pasien (33%). Penelitian ini sejalan
18
dengan penelitian yang dilakukan oleh
16 I
Adriani et al.7 yang menyatakan pasien
14 II
12
tuberkulosis paru yang paling banyak
Jumlah Pasien

III
10
menderita hepatotoksisitas pada kelompok
IV
8 usia 40-60 tahun sejumlah 7 orang.
V
6 Penelitian lain oleh Govindan5 juga
VI
4 menyatakan terdapat 12 orang pasien
VII tuberkulosis paru yang menderita
2
0 VIII hepatotoksisitas dan penyebabnya karena
I II III IV V VI VII VIII >VIII >VIII peningkatan umur. Semakin meningkatnya
Minggu Ke-
usia, semakin tinggi resiko terjadinya
hepatotoksisitas karena fungsi hepar akan
Gambar 4. Distribusi pasien yang memiliki menurun seiring dengan peningkatan usia.8
kadar enzim transaminase tinggi berdasarkan Studi lain juga menyebutkan bahwa
lama pemberian OAT hepatotoksisitas pada pasien tuberkulosis
paru dipengaruhi oleh peningkatan usia
Dari 186 data ditemukan sejumlah 138 karena terjadi penurunan clearance obat
memiliki kadar transaminase normal dan 48 yang dimetabolisme oleh enzim CYP450
pasien memiliki kadar enzim transaminase dan juga terjadi perubahan pengaliran darah
tinggi setelah pemberian OAT. hepar dan perubahan ukuran hepar seiring
Dari hasil penelitian dapat diperoleh dengan meningkatnya usia.9
gambaran bahwa berdasarkan jenis Dari penelitian ini juga dapat dilihat
kelamin, laki-laki lebih banyak disbanding- bahwa penyakit penyerta yang paling
kan perempuan. Hasil ini mendukung banyak diderita pada pasien tuberkulosis
penelitian sebelumnya pada tahun 2011 paru yang memiliki peningkatan kadar
oleh Govindan5 di Medan Sumatera Utara, enzim transaminase setelah pemberian
yang menyatakan bahwa pasien OAT ialah gizi kurang atau malnutrisi
tuberkulosis paru yang paling banyak sejumlah 15 pasien (37%). Hal yang sama
mengalami hepatotoksisitas ialah pasien juga ditemukan pada penelitian sebelumnya
laki-laki sejumlah 85,7%. Jenis kelamin oleh Nurazminah10 mengenai prevalensi
perempuan ditemukan memiliki keber- TB paru yang mengalami hepatitis imbas
hasilan terapi jauh lebih baik dibandingkan OAT dan faktor resiko yang berhubungan
laki-laki. Hal ini dipertimbangkan karena di RSUP Persahabatan Jakarta dan RSPG
berbagai hal yaitu lebih rendahnya perilaku Cisarua pada tahun 2012 yang
merokok dibanding laki-laki, faktor mendapatkan bahwa status gizi member-
compliance, pajanan dari lingkungan kerja kan pengaruh pada kejadian hepatitis imbas
dan lain-lain. Perempuan lebih fokus dalam OAT. Status gizi yang kurang bahkan
menjalani terapi dan waktunya tidak buruk akan lebih rentan terkena hepatitis
banyak tersita sia-sia dalam pekerjaan. Hal imbas OAT. Hal ini dikarenakan pasien
ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh yang memiliki IMT rendah <20 memiliki
Hudelson6 dalam makalahnya yang cadangan glutation yang sangat rendah.
berjudul Gender Differentials in Glutation adalah protein yang secara alami
Tuberculosis. diproduksi oleh tubuh yang berperan
Berdasarkan kelompok usia, hasil penting dalam sistem kekebalan tubuh dan
penelitian menunjukan dari 48 data pasien juga regenerasi sel serta berperan sebagai
tuberkulosis paru, kelompok usia terbanyak antioksidan dan antitoksin. Tanpa adanya
yang menunjukan peningkatan enzim glutation dalam jumlah yang memadai
transaminase setelah pemberian OAT di maka akan rentan terkena cedera oksidatif.
RSUP. Prof. DR. R. D. Kandou Manado Pada pasien yang mengalami malnutrisi
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016

juga disebutkan bahwa proses metabolisme Dalam penelitian ini, terdapat beberapa
obat menjadi lebih lambat dibandingkan kekurangan diantaranya:
dengan pasien yang status gizinya baik. - Jumlah sampel penelitian yang kurang
Dari sisi lama pemberian OAT, pasien dikarenakan banyaknya berkas rekam
tuberkulosis paru paling banyak medis yang tidak ditemukan maupun
menunjukkan peningkatan kadar enzim tidak lengkap.
transaminase pada kategori minggu - Peneliti tidak mencantumkan
pertama hingga minggu ketiga setelah pengobatan atau terapi yang sedang
terapi OAT. Berbeda dari hasil penelitian dijalankan pasien sehingga konsumsi
sebelumnya oleh Praditya11 yang obat tertentu mungkin saja dapat
mendapatkan sejumlah 17 orang (43%) memengaruhi hasil pemeriksaan kadar
pasien tuberkulosis paru mengalami enzim transaminase yang seharusnya.
peningkatan enzim transaminase terbanyak - Data dari rekam medis yang tidak
pada minggu keempat hingga minggu lengkap, seperti tidak didapatkannya
keenam setelah pemberian OAT di RSU data kadar SGOT maupun kadar SGPT
Siti Hajar Medan Sumatera Utara. sebelum dan sesudah pemberian terapi
Hepatotoksik adalah efek samping paling OAT.
serius dari terapi antituberkulosis sehingga -
America Thoracic Society (ATS) SIMPULAN
merekomendasikan pemeriksaan awal Berdasarkan hasil penelitian dan
serum transaminase, alkaline phospatase, bahasan dapat disimpulkan, bahwa:
kreatinin dan trombosit pada pasien dewasa 1. Jenis kelamin yang memiliki kadar
sebelum memulai terapi OAT. Selain itu, enzim transaminase normal maupun
follow up serum ALT secara berkala yang tinggi setelah terapi OAT ialah
direkomendasikan pada pasien yang laki-laki .
mempunyai faktor risiko untuk terjadinya 2. Kelompok usia terbanyak yang
hepatotoksisitas. menunjukkan kadar enzim transaminase
Hepatotoksisitas yang diinduksi oleh normal setelah terapi OAT ialah
OAT dapat menyebabkan mortalitas dan kelompok usia <30 tahun, dan yang
morbiditas yang mengurangi efektivitas menunjukkan kadar enzim transaminase
terapi. Peningkatan transaminase asimto- tinggi terbanyak pada kelompok usia 41-
matik biasa dijumpai selama terapi 50 tahun.
antituberkulosis, namun hepatotoksik dapat 3. Penyakit penyerta yang paling banyak
menjadi fatal jika tidak dikenali secara dini diderita pada pasien tuberkulosis paru
dan jika terapi tidak dihentikan pada saat yang memiliki kadar enzim
yang tepat.10 Hepatotoksisitas secara umum transaminase yang tinggi ialah gizi
lebih sering terjadi dalam minggu hingga kurang atau malnutrisi, sedangkan pada
bulan dibandingkan dalam hari hingga pasien yang memiliki kadar enzim
minggu seperti yang terjadi dalam reaksi transaminase yang normal paling banyak
hipersensitivitas. Dari gejala klinis, reaksi ditemukan tidak memiliki penyakit
hepatik biasanya muncul pada dua bulan peyerta.
pertama pengobatan, namun dapat muncul 4. Berdasarkan lama pemberian OAT,
pula pada kapanpun selama periode terapi. pasien tuberkulosis paru paling banyak
Gejala dan tanda klinis tidak cukup spesifik menunjukkan peningkatan kadar enzim
untuk memastikan gangguan hati oleh transaminase ada pada kategori minggu
karena itu konfirmasi laboratorium untuk pertama hingga minggu ketiga.
menilai fungsi hati sangat dibutuhkan.
Keluhan oleh karena hepatitis imbas obat SARAN
ini sebagian besar dapat hilang jika terapi Diharapkan untuk RSUP Prof. Dr. R.
dihentikan.10 D. Kandou Manado agar melengkapi
pencatatan rekam medik khususnya yang
5
Clarasanti, Wongkar, Waleleng: Gambaran enzim transaminase...

berhubungan dengan data nilai SGOT dan Indo Vol. 31, No. 1, Januari 2011)
SGPT pasien TB paru yang menjalani 7. Adriani W, Fauzi AZ. Rahayu W.
pengobatan dengan OAT. Gambaran Nilai SGOT dan SGPT
Pasien Tuberkulosis Paru Yang
Dirawat Inap di RSUD Arifin
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Provinsi Riau Tahun 2013.
1. Zulkifli A, Asril B. Tuberkulosis Paru. In:
Universitas Riau: 2013. (JOM FK
Setiati S, Alwi I, Sudoyo A,
Volume 2, No 2, Oktober 2015).
Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam
8. Khadka J. Malla P. The Study of Drug
AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Induced Hepatotoxicity in ATT
Dalam (6th ed). Jakarta: Interna
patients attending in National
Publishing, 2014; p. 863-72.
Tuberculosis Centre in Bhaktapur.
2. World Health Organization for establishing
SAARC Journal of Tuberculosis,
DOTS-Plus pilot projects for the
Lung Disease and HIV/AIDS.
management of multidrug-resistant
2009;2:17-21.
tuberculosis. Geneva: WHO, 2000.
9. Toastmann et al. Antituberculosis drug-
3. World Health Organization (WHO). Global
induced hepatotoxicity: Concise up-
Tuberculosis Report 2014. 2014 Oct
to-date review. Journal of
23 [cited 2015 Sep 21].
Gastroenterology and Hepatology.
4. Seattle Treatment Education Project (STEP)
2007;10:192-202.
Ezine. Liver Function Tests. 2000
10. Nurazminah A. Prevalensi Pasien TB Paru
Nop 1 [cited 2015 Sep 19].
yang Mengalami Hepatitis Imbas
5. Govindan N. Angka Kejadian
Obat dan Faktor Resiko yang
Hepatotoksisitas pada Penderita
Berhubungan di RSUP Persahabatan
Tuberkulosis Paru Pengguna Obat
Jakarta dan RSPG Cisarua pada tahun
Anti Tuberkulosis Lini Pertama di
2012. Jakarta: Universitas Islam
RSUP Haji Adam Malik tahun 2010.
Negeri Syarif Hidayatullah; 2012.
Medan: Universitas Sumatera Utara:
11. Praditya EP. Profil Klinis Pasien Hepatitis
2011. (JOM FK Volume 2, No 2,
Imbas OAT d RSU Siti Hajar Medan
Oktober 2015).
tahun 2012. Universitas Sumatera
6. Hudelson P. Gender Differentials In
Utara: 2012. (JOM FK Volume 2, No
Tuberculosis: the role of socio-
2, Oktober 2015).
economic and cultural factor. Tuber
Lung Dis 1996; 77:391-400. (J Respir

Anda mungkin juga menyukai