Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa


tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada
pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah
kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai
dengan data Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi
belum adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia.

Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan


tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah
yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat
menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit
jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi
secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien
hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus
meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari
berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun
masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan.

1.2 Tujuan
Penulisan case ini bertujuan untuk menambah pengetahuan pembaca dan
penulis mengenai Hipertensi mulai dari definisi sampai ke
penatalaksanaan.

1
1.3 Manfaat
a. Bagi penulis
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari,
mengidentifikasi dan mengembangkan teori yang telah disampaikan
mengenai Hipertensi.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sumber referensi atau bahan perbandingan bagi
kegiatan yang ada kaitannya dengan pelayanan kesehatan khususnya yang
berkaitan dengan Hipertensi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan pembuluh darah yang persisten
ditandai dengan tekanan sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan diastolik ≥90
mmHg.5

2.2 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, 80-95% penderita hipertensi digolongkan sebagai
hipertensi primer atau esensial yaitu ketika penyebab hipertensi tidak dapat
diidentifikasi (idiopatik) dan sebagian besar merupakan interaksi yang kompleks
antara genetik dan interaksi lingkungan.5
Sementara itu 5-20% lainnya digolongkan sebagai hipertensi sekunder, yang
diakibatkan adanya penyakit yang mendasari seperti gangguan ginjal, gangguan
adrenal,penyempitan aorta, obstructive sleep apneu, gangguan neurogenik,
endokrin, dan obat-obatan.5

2.3 Klasifikasi
Penentuan derajat hipertensi dilakukan berdasarkan rata-rata dari dua atau
lebih pengukuran tekanan darah (dalam posisi duduk) selama dua atau lebih
kunjungan pasien rawat jalan.3Klasifikasi hipertensi dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tekanan darah Tekanan darah


Klasifikasi
sistolik (mmHg) diastolik (mmHg)

Normal < 120 dan < 80

Pre-hipertensi 120 – 139 atau 80 -89

Hipertensi tingkat 1 140 –159 atau 90 – 99

Hipertensi tingkat 2 ≥ 160 atau ≥ 100

Tabel 1. Klasifikasi hipertensi

3
2.4 Faktor risiko
Terdapat beberapa gaya hidup yang berperan sebagai faktor risiko
berkembangnya hipertensi, termasuk diantaranya adalah: konsumsi makanan yang
mengandung banyak garam dan lemak, sedikit sayur dan buah, penggunaan
alkohol hingga di tingkat yang membahayakan, kurangnya aktivitas disik, serta
pengelolaan stress yang rendah. Gaya hidup tersebut juga sangat dipengaruhi oleh
kondisi pekerjaan dan kehidupan individu.5

Faktor Gaya Metabolik


sosial
• Globalisasi
hidup
• Diet tidak • Tekanan
• Urbanisasi sehat darah tinggi
• Usia • Rokok • Obesitas
• Pendapatan • Alkohol • Diabetes
• Pendidikan • Kurangnya • Peningkatan
aktivitas kadar lemak
darah

Gambar 1. Faktor risiko hipertensi

Faktor risiko di atas, lebih lanjut lagi dapat dibedakan menjadi dua
yakni faktor yang dapat dan tidak dapat dikendalikan.
I. Faktor yang tidak dapat dikendalikan
a. Usia
Risiko kejadian hipertensi akan meningkat seiring dengan bertambahnya
usia. Pada umur 25-44 tahun prevalensi hipertensi sebesar 29%, pada
umur 45-64 tahun sebesar 51% dan pada umur >65 Tahun sebesar 65%.
Penelitian Hasurungan pada lansia menemukan bahwa dibanding umur
55-59 tahun, pada umur 60-64 tahun terjadi peningkatan risiko hipertesi
sebesar 2,18 kali,umur 65-69 tahun 2,45 kali dan umur >70 tahun 2,97
kaliMeskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling

4
sering dijumpai pada orang berusia >35 tahun. Prevalensi hipertensi
dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian
sekitar 50 % diatas umur 65 tahun. Peningkatan tekanan darah dapat
terjadi seiring dengan bertambahnya usia, disebabkan oleh perubahan
struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih
sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku.7,8

b. Jenis Kelamin
Prevalensi hipertensi lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan
wanita, dengan peningkatan risiko sebesar 2 kali lipat untuk peningkatan
tekanan darah sistolik. Pria lebih banyak mengalami kemungkinan
hipertensi dari pada wanita,seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat
(merokok dan konsumsi alkohol), depresi dan rendahnya status
pekerjaan, perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan
pengangguran.7

c. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi akan meningkatkan
risiko kejadian hipertensi terutama pada hipertensi primer. Keluarga yang
memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi
2-5 kali lipat. Jika kedua orang tua menderita hipertensi, kemungkinan
anaknya menderita hipertensi sebesar 45%, sedangkan jika hanya salah
satu dari orang tuanya yang menderita hipertensi maka kemungkinan
anaknya menderita hipertensi sebesar 30%.8

d. Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar
monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur).
Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer
(esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, akan

5
menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50
tahun akan timbul manifestasi klinis.8

II. Faktor yang dapat dikendalikan


a. Kebiasaan Merokok
Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi.Hubungan antara rokok
dengan peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak
dibuktikan.Semakin lama seseorang merokok dan semakin banyak rokok
yang dihisap maka kejadian hipertensi akan semakin
meningkat.Seseorang yang menghisap lebih dari satu pak rokok sehari
meningkatkan risiko kejadian hipertensi 2 kali lipat daripada mereka
yang tidak.
Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap
melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan
endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis
dan hipertensi.Selain itu merokok juga meningkatkan denyut jantung dan
kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot jantung. Merokok pada
penderta hipertensi akan semakin meningkatkan risiko kerusakan pada
pembuluh darah arteri.3

b. Konsumsi Garam
Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis
hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa
dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram
tiap hari akan mengurangi risiko kejadian hipertensi, sedangkan jika
asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat
menjadi 15-20 %. Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi
melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.
Garam menyebabkan retensi cairan dalam tubuh, sehingga akan
meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada manusia yang
mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang ditemukan tekanan darah rata-
rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya

6
rata-rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6
gram/hari setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari.3

c. Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol


Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi.Mekanisme peningkatan
tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun diduga,
peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta
kekentalan darah merah berperan dalam menaikkan tekanan darah.

d. Olahraga
Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi
karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan.Orang yang tidak aktif
juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi
sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi.
Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar
tekanan yang dibebankan pada arteri.

e. Psikososial dan stress


Stress atau ketegangan jiwa dapat merangsang kelenjar adrenal
melepaskan hormon adrenalin dan memicu jantung berdenyut lebih cepat
dan kuat, sehingga meningkatkan tekanan darah. Jika keadaan ini
berlangsung terus menerus maka tubuh akan berusaha mengadakan
penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis.

f. Hiperlipidemia/hiperkolesterolemia
Kelainan metabolisme lemak (lipid) ditandai dengan peningkatan kadar
kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan atau penurunan
kolesterol HDL darah. Kolesterol merupakan faktor penting dalam
terjadinya aterosklerosis yang mengakibatkan peningkatan resistensi
perifer sehingga meningkatkan tekanan darah.

7
Komponen Lipid Batasan (mg/dl) Klasifikasi
Kolesterol total <200 Yang diinginkan
200-239 Batas tinggi
>240 Tinggi
Kolesterol LDL <100 Optimal
100-129 Mendekati optimal
130-159 Batas tinggi
160-189 Tinggi
>190 Sangat tinggi
Kolesterol HDL <40 Rendah
>60 Tinggi
Trigliserida <150 Normal
150-199 Batas tinggi
200-499 Tinggi
>500 Sangat tinggi
Tabel 2.Batasan kadar lipid dalam darah
g. Obesitas
Kegemukan (obesitas) adalah persentase abnormalitas lemak yang
dinyatakan dalam indeks massa tubuh (body mass index) Berat badan dan
indeks massa tubuh berkorelasi dengan tekanan darah. Obesitas tidak
menyebabkan hipertensi, namun prevalensi hipertensi pada obesitas jauh
lebih besar.Orang dengan obesitas memiliki risiko 5 kali lipat lebihbesar
untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan orang dengan berat
badan yang normal..Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran
mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak.Obesitas
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Makin
besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok
oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang
beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi
tekanan lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan juga

8
meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah.
Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air.

2.5 Patofisiologi
\

Gambar 2.Patofisiologi hipertensi

Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi


dilakukan oleh aksi memompa dari jantung (cardiac output/CO) dan resistensi
vaskular (peripheral vascular resistance).Fungsi kerja masing-masing penentu
tekanan darah ini dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai faktor yang kompleks.
Hipertensi sesungguhnya merupakan abnormalitas dari faktor-faktor tersebut,
yang ditandai dengan peningkatan curah jantung dan / atau ketahanan peripheral.
Cardiac output berhubungan dengan hipertensi, peningkatan cardiac output
secara logis timbul dari dua jalur, yaitu baik melalui peningkatan cairan (preload)
atau peningkatan kontraktilitas dari efek stimulasi saraf simpatis. Tetapi tubuh

9
dapat mengkompensasi agar cardiac output tidak meningkat yaitu dengan cara
meningkatkan resistensi perifer.
Selain itu konsumsi natrium berlebih dapat menyebabkan hipertensi karena
peningkatan volume cairan dalam pembuluh darah dan preload, sehingga
meningkatkan cardiac output.

Gambar 3.Peran natrium dan kalium dalam patofisiologi hipertensi

10
2.6 Diagnosis

Evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan:

1. Mengidentifikasi penyebab hipertensi.


2. Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskuler, beratnya
penyakit, serta respon terhadap pengobatan.
3. Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskuler yang lain atau penyakit
penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan panduan
pengobatan.

Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan cara


anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan
penunjang. Peninggian tekanan darah kadang sering merupakan satu-satunya
tanda klinis hipertensi sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah yang
akurat. Berbagai faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran seperti faktor
pasien, faktor alat dan tempat pengukuran.

2.6.1 Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama
menderitanya, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan seperti
penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler dan lainnya.Apakah
terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala yang berkaitan dengan
penyakit hipertensi, perubahan aktifitas atau kebiasaan (seperti merokok,
konsumsi makanan, riwayat dan faktor psikososial lingkungan keluarga,
pekerjaan, dan lain-lain). Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran
tekanan darah dua kali atau lebih dengan jarak dua menit, kemudian diperiksa
ulang di kontrolateralnya.

2.6.2 Pemeriksaan Fisik


Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan bentuk tubuh, termasuk berat
dan tinggi badan. Pada pemeriksaan awal, tekanan darah diukur pada kedua
lengan, dan lebih baik dikukur pada posisi terlentang, duduk, dan berdiri untuk

11
mengevaluasi hipotensi postural. Dilakukan palpasi leher untuk mempalpasi
dari pembesaran tiroid dan penilaian terhadap tanda hipotiroid atau hipertiroid.
Pemeriksaan pada pembuluh darah dapat dilakukan dengan funduskopi,
auskultasi untuk mencari bruit pada arteri karotis. Retina merupakan jaringan
yang arteri dan arteriolnya dapat diperiksa dengan seksama. Seiring dengan
peningkatan derajat beratnya hipertensi dan penyakit aterosklerosis, pada
pemeriksaan funduskopi dapat ditemukan peningkatan reflex cahaya arteriol,
hemoragik, eksudat, dan papiledema. Pemeriksaan pada jantung dapat
ditemukan pengerasan dari bunyi jantung ke-2 karena penutuan dari katup
aorta dan S4 gallop. Pembesaran jantung kiri dapat dideteksi dengan iktus
kordis yang bergeser ke arah lateral. 5

2.6.3 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang sebagai evaluasi inisial pada penderita
hipertensi meliputi pengurukan funsi ginjal, elektrolit serum, glukosa puasa,
dan lemak dapat diulang kembali setelah pemberian agen antihipertensi dan
selanjutnya sesuai dengan indikasi klinis.Pemeriksaan laboratorium ekstensif
diperlukan pada pasien dengan hipertensi yang resisten terhadap obat dan
ketiga evaluasi klinis mengarah pada bentuk kedua dari hipertensi.5

Sistem Pemeriksaan
Ginjal Urinanalisis mikroskopik, eksresi albumin, serum BUN
dan/atau kreatinin
Endokrin Serum natrium, kalium, kalsium, dan TSH
Metabolik Glukosa puasa atau HbA1c, profil lipid (kolesterol total,
HDL dan LDL, trigliserida)
Lainnya Darah lengkap, rontgen dan elektrokardiogram

Tabel 3.Pemeriksaan Penunjang sebagai evaluasi awal

12
2.7 Tatalaksana
2.7.1 Tatalaksana Farmakologis

Gambar 4.Algoritma tatalaksana hipertensi pada dewasa3

13
Untuk terapi farmakologis, berikut adalah beberapa jenis obat serta
dosisnya yang dapat digunakan.

Tabel 4.Obat anti hipertensi beserta dosisnya3

14
2.7.2 Tatalaksana Non Farmakologis
Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum
penambahan obat-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh
seorang yang sedang dalam terapi obat.Sedangkan pasien hipertensi yang
terkontrol, pendekatan nonfarmakologis ini dapat membantu pengurangan
dosis obat pada sebagian penderita. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup
merupakan hal yang penting diperhatikan, karena berperan dalam keberhasilan
penanganan hipertensi.Pendekatan nonfarmakologis dibedakan menjadi
beberapa hal:
I. Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis.
Berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang
hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke
berbagai organ dan dapat meningkatkan beban kerja jantung. Selain itu
pengurangan makanan berlemak dapat menurunkan risiko aterosklerosis.
Penderita hipertensi dianjurkan untuk berhenti merokok dan mengurangi
asupan alkohol. Berdasarkan hasil penelitian eksperimental, sampai
pengurangan sekitar 10 kg berat badan berhubungan langsung dengan
penurunan tekanan darah rata-rata 2-3 mmHg per kg berat badan.

II. Olahraga dan aktifitas fisik


Selain untuk menjaga berat badan tetap normal, olahraga dan
aktifitas fisik teratur bermanfaat untuk mengatur tekanan darah, dan
menjaga kebugaran tubuh.Olahraga seperti jogging, berenang baik
dilakukan untuk penderita hipertensi.Dianjurkan untuk olahraga teratur,
minimal 3 kali seminggu, dengan demikian dapat menurunkan tekanan
darah walaupun berat badan belum tentu turun.Melakukan aktivitas
secara teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit/hari) diketahui
sangat efektif dalam mengurangi risiko relatif hipertensi hingga mencapai
19% hingga 30%. Begitu juga halnya dengan kebugaran kardio respirasi
rendah pada usia paruh baya diduga meningkatkan risiko hipertensi
sebesar 50%.
Olahraga yang teratur dibuktikan dapat menurunkan tekanan
perifer sehingga dapat menurunkan tekanan darah.Olahraga dapat

15
menimbulkan perasaan santai dan mengurangi berat badan sehingga
dapat menurunkan tekanan darah. Yang perlu diingat adalah bahwa
olahraga saja tidak dapat digunakan sebagai pengobatan hipertensi.

III. Perubahan pola makan


a. Mengurangi asupan garam
Pada hipertensi derajat I, pengurangan asupan garam dan upaya
penurunan berat badan dapat digunakan sebagai langkah awal
pengobatan hipertensi.Nasihat pengurangan asupan garam harus
memperhatikan kebiasaan makan pasien, dengan memperhitungkan
jenis makanan tertentu yang banyak mengandung garam.Pembatasan
asupan garam sampai 60 mmol per hari, berarti tidak menambahkan
garam pada waktu makan, memasak tanpa garam, menghindari
makanan yang sudah diasinkan, dan menggunakan mentega yang
bebas garam. Cara tersebut diatas akan sulit dilaksanakan karena akan
mengurangi asupan garam secara ketat dan akan mengurangi
kebiasaan makan pasien secara drastic.
b. Diet rendah lemak jenuh
Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis yang
berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak
jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan
dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal
dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber
dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah.
c. Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan dan susu rendah
lemak.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa mineral
bermanfaat mengatasi hipertensi.Kalium dibuktikan erat kaitannya
dengan penurunan tekanan darah arteri dan mengurangi risiko
terjadinya stroke.Selain itu, mengkonsumsi kalsium dan magnesium
bermanfaat dalam penurunan tekanan darah.Banyak konsumsi sayur-
sayuran dan buah-buahan mengandung banyak mineral, seperti

16
seledri, kol, jamur (banyak mengandung kalium), kacang-kacangan
(banyak mengandung magnesium). Sedangkan susu dan produk susu
mengandung banyak kalsium.

IV. Menghilangkan stress


Stres menjadi masalah bila tuntutan dari lingkungan hampir atau
bahkan sudah melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya. Cara untuk
menghilangkan stres yaitu perubahan pola hidup dengan membuat
perubahan dalam kehidupan rutin sehari-hari dapat meringankan beban
stres.

2.8 Komplikasi
I. Jantung
Penyakit jantung merupakan penyebab yang tersering menyebabkan
kematian pada pasien hipertensi. Penyakit jantung hipertensi merupakan
hasil dari perubahan struktur dan fungsi yang menyebabkan pembesaran
jantung kiri disfungsi diastolik, dan gagal jantung.5
II. Otak
Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting terhadap infark dan
hemoragik otak.Sekitar 85 % dari stroke karena infark dan sisanya karena
hemoragik. Insiden dari stroke meningkat secara progresif seiring dengan
peningkatan tekanan darah, khususnya pada usia> 65 tahun. Pengobatan
pada hipertensi menurunkan insiden baik stroke iskemik ataupun stroke
hemorgik.5
III. Ginjal
Hipertensi kronik menyebabkan nefrosklerosis, penyebab yang sering
terjadi pada renal insufficiency.Pasien dengan hipertensif nefropati,
tekanan darah harus 130/80 mmHg atau lebih rendah, khususnya ketika
ada proteinuria.5

17
BAB III

LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Nama : Ny. G

Umur : 53 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : IRT

Alamat : Simpang Pulai

No. MR : 2086

Tujuan Poli : Klinik Lansia

ANAMNESA :

Keluhan Utama : Sakit kepala sejak satu minggu ini

Riwayat penyakit Sekarang :

- Sakit kepala, terasa nyeri, terus menerus dan semakin memberat saat
banyak pikiran sejak satu minggu ini.
- Sering pusing dan merasa kelelahan sejak satu minggu ini
- Tidak ada mual ataupun sampai muntah
- Tidak ada jantung berdebar debar
- Tidak ada keluhan penglihatan kabur
- BAB dan BAK normal, tidak ada keluhan

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Hipertensi sejak tahun 2017 minum obat tidak teratur


- Riwayat alergi obat dan makanan (-)

18
Riwayat Penyakit Keluarga :

- Orang tua pasien pernah dikatakan menderita tekanan darah tinggi


- Saat ini tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama
seperti pasien

Riwayat pekerjaan sosial dan kebiasaan


o Pasien adalah seorang ibu rumah tangga
o Pasien mengaku suka mengonsumsi makanan yang asin, suka makan yang
digoreng, jarang mengonsumsi buah dan sayur serta tidak ada olah raga
sejak beberapa tahun ini.
o Pasien mengaku sering banyak pikiran saat ini.

PEMERIKSAAN FISIK

Vital Sign

- Keadaan Umum : tampak sakit sedang


- Kesadaran : compos mentis cooperatif
- Tekanan Darah : 150/70 mmHg
- Nadi : 82 x/menit, reguler
- Nafas : 20 x/ menit
- Suhu : 36,5
- Tinggi Badan : 165 cm
- Berat Badan : 66 kg
- IMT :24,2 ( berat badan berlebih)

Status Generalisata

- Kepala : Normocephal, rambut hitam beruban tidak mudah


rontok.
- Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
- Hidung : Simetris, penciuman baik
- Mulut : Mukosa mulut kering
- Telinga : Simetris, pendengaran normal.

19
- Leher
Inspeksi : Tidak tampak pembesaran tiroid.
Palpasi : Tidak teraba pembesaran tiroid
- KGB
Inspeksi : Tidak tampak pembesaran KGB
Palpasi : Tidak teraba pembesaran KGB
 Thorax
- Paru : inspeksi : Simetris kiri dan kanan dalam keadaan statis dan
dinamis
Palpasi : Fremitus sama kiri dan kanan
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)

- Jantung: inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat


Palpasi : Iktus kordis teraba di LMCS RIC V
Perkusi : Batas kanan atas, di LPSD RIC II
Batas kanan bawah, di LPSD RIC IV
Batas kiri atas, di LPSS RIC II
Batas apex jantung, di LMCS RIC V, 1 jari lateral.
Auskultasi :Bunyi jantung murni reguler, S1>S2, bising (-),
Gallop (-)

Abdomen :

inspeksi : distensi (-), darm counture (-), darm steifung (-), sikatrik (-)

Palpasi : soepel, nyeri tekan pada hipokondrium kanan, hepar lien tidak
teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

20
 Ekstremitas : akral hangat (+), sianosis (-), edema (-)
Kekuatan otot 555 555
555 555

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Gula darah random : 87 mg/dl

Asam urat : 5,3 mg/dl

Kolesterol total : 198 mg/dl

DIAGNOSA

- Hipertensi stage 1

Diagnosis Banding

- Ensefalitis

PENATALAKSANAAN

I. Non farmakologi ( konseling dan edukasi )


A. Promotif :
- Memberi penyuluhan atau edukasi mengenai hipertensi, jelaskan
bahwa hipertensi merupakan penyakit yang tidak menular dan
merupakan penyakit yang tidak bisa sembuh tetapi dapat di kontrol
dengan mengubah pola hidup menjadi sehat dan minum obat
teratur.
- Menjelaskan tentang faktor resiko, gejala-gejala pada penyakit
hipertensi dan resiko penyulit yang mungkin terjadi.
- Menjelaskan bahwa penyakit hipertensi,selain dari faktor genetik,
merupakan akibat dari gaya hidup yang tidak sehat, seperti
merokok, makanan berlemak, jarang berolahraga, alkohol, dan
lainnya dan hal ini dapat dicegah dengan menghidari faktor resiko
tersebut.

21
- Menganjurkan agar mengurangi konsumsi makanan yang asin dan
berhenti menaburkan garam pada nasi yang dikonsumsi, serta
mengurangi konsumsi makanan yang digoreng dan makanan yang
berlemak.
- Menjelaskan agar tekun meminum obat dan rutin memeriksakan
dirinya di Puskemas KTK, meskipun sudah merasa sehat.
- Menganjurkan pasien mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-
buahan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
- Menganjurkan untuk melakukan aktifitas fisik yang teratur dan
ritmik secara rutin terjadwal.

B. Preventif.
- Pengisisan secara berkala Kartu Menuju Sehat Faktor Resiko
Penyakit Tidak Menular, untuk memantau kecenderungan
terjadinya penyakit tersebut. Dapat dilakukan saat posbindu,
berikut ini contoh format KMS

22
-

RENCANA TINDAK LANJUT

 Rujuk ke klinik internal ke klinik lansia, untuk dilakukan posbindu secara


teratur dan melakukan screening faktor resiko PTM dengan mengisi KMS
FR-PTM secara berkala.
 Konsul ke bagian gizi puskesmas, untuk pola diet yang harus diterapkan
sehari-hari.
 Modifikasi gaya hidup :
o Penurunan berat badan : jaga berat badan ideal (BMI:18,5-24,9
kg/m2)
o Diet (DASH) : diet kaya buah, sayuran, produk rendah lemak
dengan jumlah lemak total dan lemak jenuh yang rendah.
o Penurunan intake natrium :kurangi hingga <100 mmol perhari (2,0
g natrium atau 6 5 g natrium klorida atau 1 sendok teh garam
perhari)

23
o Aktifitas fisik aerobik : aktifitas fisik aerobik yang teratur (misal:
jalan cepat) 30 menit sehari, hampir setiap hari dalam seminggu.
o Stop alkohol
o Stop merokok
 Pola makan sehat untuk mecegah hipertensi, berikut ini didapat dari
sumber, seminar hipertensi senat mahasiswa kedokteran Yarsi, september
2002:
o Sumber karbohidrat : biji-bijian
o Sumber protein hewani : ikan, unggas, putih telur, susu bebas
lemak
o Sumber protein nabati : kacang-kacangan dan hasil olahannya
o Sumber vitamin dan mineral : sayur dan buah buahan segar
 Konsumsi garam tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh per hari.
 Hindari :
o Makan berkadar lemak jenuh tinggi (otak, paru, usus, minyak
kelapa)
o Makanan yang diolah menggunakan garam natrium (keripik,
makanan kering yang asin)
o Makanan dan minuman kaleng
o Susu full cream, mentega, margarin, keju, mayonaise, kuning telur,
kulit ayam.
o Saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lainnya yang
pada umumnya mengandung garam natrium
o Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol, seperti durian,
tape.
o Daging kambing.
II. Farmakologi:
Amlodipin 1x 5mg/hari
Paracetamol 3x500mg/hari
Vitamin B complex 1x1 tablet/ hari
PROGNOSIS
Prognosis pada umumnya bonam apabila terkontrol.

24
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang


pasien didiagnosis hipertensi grade 1 tidak terkontrol. Pasien memiliki
beberapa faktor resiko yang yang menyebabkan hipertensi yaitu :
keturunan darah tinggi dari orangtuanya, dan pasien juga memiliki pola
hidup yang kurang sehat sehingga memacu meningkatnya tekanan
darahnya, antara lain, memiliki kebiasaan tidur larut malam dan istirahat
kurang, tidak mengontrol makanan yang dikonsumsi, kurangnya olah raga
serta tidak teratur minum obat anti hipertensinya.

Maka terbukti bahwa kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh


beberapa unsur menurut Teori Blum. Oleh karena itu sebagai dokter
keluarga yang bekerja di Puskesmas, sebaiknya dapat memberikan
penyuluhan perorangan untuk memperbaiki pola hidup pasien.

4.2 Saran
Pada penderita Hipertensi, untuk melakukan pola hidup yang sehat,
agar tekanan darah tetap stabil yaitu dengan cara mengontrol makanan
yang dikonsumsi,mengurangi asupan garamdan berlemak, menambah
makanan yang sehat, istirahat yang cukup, mengurangistres dan teratur
minum obat antihipertensinya dan selalu di kontrol tekanan darahnya
dengan datang ke Puskesmas terdekat. Pada keluarga pasien sebagai
kelompok risiko tinggi, untuk berperilaku hidup sehat dengan cara
mengontrol makanan, istirahat cukup dan olah raga teratur .

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Sunarto, K. Sosiologi Kesehatan. Pusat Penerbitan Universitas Indonesia.


Hlm. 2.3-2.5, 2002
2. Kasper DL, Fauci AS, Lonjo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL:
Harrison's Principles Of Internal Medicine, 16 th ed, Mc Graw Hill Med.
Publ.Div., 2005.
3. Mansjoer A, Suprohalita, Wardhani WL, Setiowulan W: Kapita Selekta
Kedokteran, Jakarta, Media Aaesculapius FKUI, 2001.
4. WHO Techn. Rep. Ser. 231, Arterial Hypertension & IHD (Preventive
Aspects WHO Chronicle 1962
5. Noer MS: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Jilid kesatu,
Balai Penerbit FKUI, 2003.
6. Wawolumaya.C.Survei Epidemiologi Sederhana, Seri No.1, 2001. Cermin
Dunia Kedokteran No. 150, 2006 35
7. Boedhi-Darmojo, R. Community Prevalence of hypertension in Indonesia
8th World Congress of Cardiology, Tokyo, 1978
8. Kartari, dkk.: Blood Pressure values and Prevalence of Hypertension in
certain Ethnic Groups in Indonesia, Bull. Health Studies, 1976
9. Mustacchi P. The Interface of the work environment and hypertension,
Med. Clin. N-Am., 61.3,531, 1977

26
27

Anda mungkin juga menyukai