Anda di halaman 1dari 3

Pekerjaan

Penelitian menganalisis factor yang bias menjadi presdiposisi perkerja pada terjadinya gangguan
metabolic, seperti diabetes mellitus tipe 2, bias dikatakan baru. Analisis yang ada baru sebatas
indentifikasi dari factor resiko pada grub penelitian tanpa mencari korelasi dari proses pekerjaan
dan terjadinya diabetes mellitus tipe 2 (Almeida, 2011).

Diabetes mellitus tidak dianggab sakit profeseional, dan tidak spesifik pada pekerja kesehatan.
Gaya hidup yang pekerja ini lakukan bias meningkatkan angka kejadian dari penyakit. Pada
banyak kasus pekerja bias berkerja sepanjang hari, memiliki beberapa pekerjaa, pekerjaan
dengan shift, menimbulkan kesulitan untuk melakukan kebiasan hidup sehat, tanpa menyinggung
bahwa secara natural pekerjaan akan menimbulkan stress dan ansietas pada setiap harinya. Ini
telah terbukti berbahaya pada kesehatan orang-orang, dan membuat mereka rentan pada masalah
kesehatan kronik (Almeida, 2011).

Pola hidup sedentari merupakan salah satu factor resiko yang besar pada pekerja suster. Tidak
adanya atau kuantitas aktifitas fisik yang rendah dapat menjadi factor yang berhubungan dengan
pekerjaan ketika mempertimbangkan beberapa pekerjaan atau okupasi memiliki karateristik
membatasi aktifitas fisik porfesional. Terkadang pada beberapa waktu pekerja melakukan
pekerjaan yang membutuhkan perpindahan tempat yang sering dari pos jaga menimbulkan
perasaan yang salah bahwa tubuh aktif. Padahal untuk aktif secara fisik untuk memiliki efek
kesehatan harus berlangsung terus menerus, regular, dan tingkan intensitas yang adekuat.
(Almeida, 2011).

Kondisi sedentari pada subjek penelitian menjadi lebih penting dikarenakan selain merupakan
factor resiko untuk diabetes mellitus tipe 2. Sedentari juga merupakan salah satu penyebab dari
factor resiko diabetes mellitus yang lain seperti kelebihan berat badan dan obesitas abdominal.
Hal ini meningkatkan efek factor resiko subjek penelitian untuk mengalami diabetes mellitus
(Almeida, 2011).

Jelas bahwa dari sudut pandang biologi, menjadi seorang pekerja kesehatan tidak menentukan
apakah seseorang menjadi pasien diabetes mellitus atau tidak. Tetapi dari sudut pandang lain,
pekerjaan bisa mempengaruhi secara tidak langsung proses terjadi nya penyakit dan
mempengaruhi variable sosio-demografik dan psikososial yang merupakan focus analisis yang
sangat penting terutama pada kasus diabetes mellitus tipe2 yang merupakan target untuk
pencegahan primer. Pencegahan primer secarra esensial berdasarkan analisis dan intervensi pada
profil resiko total subjek untuk masalah kesehatan, bukan hanya pada aspek biologi. (Almeida,
2011).

Jenis kelamin

Kebanyakan subjek penelitian merupakan perempuan, tetapi fakta ini menggarisbawahi dominasi
wanita dalam tenaga kerja rumah sakit. (Almeida, 2011).

Pada penelitian ini, prevalensi perempuan lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki.
(Suwannaphant, 2017)

Toleransi glukosa terganggu secara umum lebih banyak terjadi pada perempuan dibandikan pada
laki-laki. Secara umum wanita memiliki massa otot lebih rendah dibandingkan laki-laki sehingga
lebih sedikit otot yang tersedia untuk di gunakan pada test toleransi glukosa oral.
(Suwannaphant, 2017)

Wanita juga memiliki kadar relative esterogen dan progesterone yang lebih tinggi, kedua
hormone ini dapat menurunkan sesnsitifitas insulin secara keseluruhan (Suwannaphant, 2017)

Pada kenyataan karateristik berdasarkan gender hanya relevan jika dikaitakn dengan factor-
faktor lain seperti BMI dan WHR (waist hip reatio) (Almeida, 2011).

Waist-Hip Ratio merupakan pengukuran yang digunakan untuk mengkarateristikan tipe


penyebabaran lemat tubuh. Proporsi ini mengindikasikan kuantitas lemak di bagian atas tubuh
dibandingkan bagian bawah tubuh. WHR rendah berarti merupakan obesitas pola gyneoid
sedangkan WHR tinggi berarti obesitas pola android. Obesitas sentral (android) dihubungkan
dengan peningkatan glukosa dan trigliserida sehingga memiliki kemungkinan lebih besar
mengalami diabetes dan penyakit kardiovaskular. (Almeida, 2011).

Perempuan lebih berisiko untuk terkena diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang
untuk mengalami peningkatan indeks masa tubuh yang berisiko obesitas. Orang yang mengalami
obesitas mempunyai masukan kalori yang lebih besar, sehingga sel beta pankreas akan
mengalami kelelahan dan tidak mampu untuk memproduksi insulin yang adekuat dalam
mengimbangi pemasukan kalori dalam tubuh, sehingga kadar glukosa dalam darah meningkat
dan menyebabkan DM (Fahra, 2017)

Pendidikan

Mengenai pendidikan, pada penelitian yang dilakukan Almeida (2011) dittemukan bawha 86,3 %
memiliki gelar pendidikan menengah atau lebih tinggi. Ini dapat menjadi kharateristik kelompok
yang penting yang mengungkapkan potensi untuk menerapkan strategi pendidikan paktis dengan
tujuan promosi kesehatan. (Almeida, 2011).

Sesuai pada penelitian yang dilakukan Fahra (2017) yang menemukan pendidikan terakhir
subjek penelitian terbanyak pada perguruan tinggi (Sarjana) yaitu sebanyak 22 orang (34,9%)

Perkembangan diabetes mellitus tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan mempengaruhi
orang dengan berbagai level sosioekonomi. Walaupun tingkat pendidikan rendah bisa
meingkatkan resiko ketidakpatuhan minum obat dan terjadinya komplikasi. Hal ini disebabkan
pada subjek penelitian yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi pada umumnya memeliki
pengetahuan serta kesadaran lebih dalam melakukan pola hidup sehat (Suwannaphant, 2017;
Fahra, 2017)

Umur

Umur merupakan salah satu faktor resiko penting untuk metabolic endokrin termasuk obesitas,
toleransi glukosa terganggu, dan diabetes mellitus tpe 2. Kemunduran progresif pada fungsi
endokrin merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan pada homeostasis metabolic.
(Suwannaphant, 2017)

Anda mungkin juga menyukai