Anda di halaman 1dari 57

1

MAKALAH
KONSEP KELAS IBU HAMIL DAN IBU BALITA,
POSYANDU, PENGISIAN KOHORT PWSKIA
Disususn untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas.
Dosen Pengampu: Dr. Melyaan NW, SSiT, M.Kes

Disusun oleh :

1. Nilam Ramadani (P1337424118025)


2. Namira Fitria Salsabila (P1337424118026)
3. Izzatin Nihyah (P1337424118022)
4. Khoirun Nikmah (P1337424118034)
5. Annisa Herrinda (P1337424118003)
6. Difa Nadila Utami (P1337424118023)
7. Oky Tri Setiowati (P1337424118035)
8. Elisa Budi Setyowati (P1337424118046)
9. Safira Rosyada (P1337424118050)
10. Dini Suciani (P1337424118054)
11. Miflahun Finiara (P1337424118012)

PRODI DIPLOMA III KEBIDANA SEMARANG


JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SEMARANG
2020
2

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, yang telah memberikan petunjuk-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pengarang


buku maupun artikel yang telah membantu kami dengan tulisannya. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah memberikan kesempatan
untuk menyusun makalah ini, serta teman - teman yang telah memotivasi sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Semarang, 02 Februari 2020

Penyusun
3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................... i

Daftar Isi ..................................................................................................... ii

BAB I ........................................................................................................... 3

A. Latar Belakang ....................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 3

C. Tujuan ..................................................................................................... 3

BAB II ......................................................................................................... 4

A. Konsep Kelas Ibu HAmil dan Ibu Balita ................................................ 4

B. Posyandu .............................................................................................. 20

C. Pengisian Kphort PWS KIA .................................................................. 37

BAB III ...................................................................................................... 52


A. Kesimpulan ........................................................................................... 52

B. Saran ..................................................................................................... 52

Daftar Pustaka .......................................................................................... 53


4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun 2015 target MDG’s menyatakan bahwa angka kematian


ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) masih tinggi yang menjukan
ada kegagalan pada pencapaian target. Setelah terbentuknya Sustainable
Development Goals (SDG’s) menurunkan AKI dan AKB masih menjadi
prioritas, karena angka AKI dan AKB menjadi salah satu indikator
kesejahteraan suatu bangsa.

Dengan tingginya AKI dan AKB maka pemerintah Indonesia


menciptakan program-program yang mendukung kesehatan ibu dan anak.
Selain sebagai salah satu tujuan dari penurunanAKI dan AKB program
yang dijalankan ini juga dapat membina kerjasama yang baik antara
pemerintah dan masyarakat dalam peningkatan kerja sama. Program-
program yang disebutkan antara lain kelas ibu hamil dan ibu balitta,
postandu, dan pencatatan kohot PWS KIA.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep kelas ibu hamil dan ibu balita?

2. Apa yang dimaksud dengan posyandu?

3. Bagaimana pengisian Kohort PWS - KIA?

C. Tujuan

1. Mengetahui konsep kelas ibu hamil dan ibu balita.

2. Mengetahi pengertian, tujuan posyandu.

3. Mengeyahui pengisian Kohort PWS - KIA.


5

BAB II

ISI

A. Konsep Kelas Ibu Hamil dan Balita

1. Kelas Ibu Hamil

a. Pengertian

Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil

dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu-ibu

hamil akan belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman,

tentang kesehatan ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh dan

sistematis serta dapat dilaksankan secara terjadwal dan

berkesinambungan. Kelas ibu hamil difasilitasi oleh bidan/tenaga

kesehatan dengan menggunakan paket kelas ibu hamil, yang

terdiri atas buku KIA, lembar balik (flip chart), pedoman

pelaksanaan kelas ibu hamil, pegangan fasilitator kelas ibu hamil,

dan buku senam ibu hamil. (Kemenkes RI, 2014).

Beberapa keuntungan kelas ibu hamil antara lain

(Kemenkes RI, 2014) :

a. Materi diberikan secara menyeluruh dan terencana sesuai

dengan pedoman kelas ibu hamil yang memuat mengenai

(1) pemeriksaan kehamilan agar ibu dan janin sehat, (2)

persalinan aman, nifas nyaman, ibu selamat, bayi sehat,

(3) pencegah penyakit, komplikasi kehamilan,


6

persalinan, dan nifas agar ibu dan bayi sehat, (4)

perawatan bayi baru lahir agar tumbuh kembang optimal

serta (5) aktifitas fisik ibu hamil.

b. Materi lebih komperhensif sehingga memudahkan

petugas kesehatan dalam persiapan pelaksanaan kelas ibu

hamil sebelum penyajian materi.

c. Dapat mendatangkan tenaga ahli untuk memberikan

penjelasan mengenai topik tertentu.

d. Waktu pembahasan materi menjadi efektif karena pola

penyajian materi terstruktur dengan baik.

e. Ada interaksi antara petugas kesehatan dengan ibu hamil

pada saat pembahasan materi dilaksanakan.

f. Dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan.

g. Dilakukan evaluasi terhadap petugas kesehatan dan ibu

hamil dalam memberikan penyajian materi sehingga

dapat meningkatkan kualitas sistem pembelajaran.

b. Tujuan Kelas Ibu Hamil

1) Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu

agar memahami tentang pemeriksaan kehamilan agar ibu dan

janin sehat, persalinan aman, nifas nyaman, ibu selamat, bayi

sehat, pencegahan penyakit fisik dan jiwa, gangguan gizi dan

komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, serta bayi sehat,


7

perawatan bayi baru lahir agar tumbuh kembang optimal, serta

aktivitas fisik ibu hamil (Kemenkes RI, 2014).

2) Tujuan Khusus

a. Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antara

peserta (ibu hamil/ suami/ keluarga/ dengan ibu hamil/

suami/ keluarga) dan antara ibu hamil/ suami/ keluarga

dengan petugas kesehatan/ bidan tentang (1) pemeriksaan

kehamilan agar ibu dan janin sehat, (2) persalinan aman,

nifas nyaman, ibu selamat, bayi sehat, (3) pencegahan

penyakit, komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas

agar ibu dan bayi sehat, (4) perawaan bayi baru lahir agar

tumbuh kembang optimal serta (5) aktivitas fisik ibu

hamil.

b. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil

tentang :

1) Pemeriksaan kehamilan agar ibu dan janin sehat

(pengertian kehamilan, tanda-tanda kehamilan,

keluhan yang sering dialami ibu hamil, perubahan

fisik ibu hamil, perubahan emosional ibu hamil,

pemeriksaan kehamilan, pelayanan kesehatan pada

ibu hamil, menjaga ibu dan janin sehat, hal-hal yang

harus dihindari oleh ibu selama hamil, mitos/tabu,

dan persiapan menghadapi persalinan.


8

2) Persalinan aman, nifas nyaman, ibu selamat, bayi

sehat (tanda- tanda awal persalinan, tanda-tanda

persalinan, proses persalinan, inisiasi menyusu dini

(IMD), KB pasca persalinan, pelayanan nifas,

menjaga ibu bersalin dan nifas serta bayi seta, hal-hal

yang harus dihindari ibu bersalin dan nifas)

3) Pencegahan penyakit, komplikasi kehamilan agar

ibu dan bayi sehat (penyakit malaria, gejala dan

akibatnya, cara penularan malaria, cara pencegahan

malaria, infeksi menular seksual (IMS), gejala

umum, HIV dan AIDS, cara pencegahan HIV/AIDS

pada ibu hamil, Kurang energi kronis (KEK),

Anemia tanda bahaya pada kehamilan, tanda bahaya

pada persalinan, tanda bahaya dan penyakit pada ibu

nifas, dan sindroma pasca melahirkan).

4) Perawatan bayi baru lahir agar tumbuh kembang

optima (tanda bayi lahir sehat, perawatan bayi baru

lahir, pelayanan neonates (6 jam – 28 hari), tanda

bahaya pada bayi baru lahir, cacat bawaan,

perawatan metode kangguru (PMK), posisi dan

perlekatan menyusui yang benar, pemberian

imunisasi, menjaga bayi agar sehat, hal-hal yang

harus dihindari, mitos dan akta kelahiran).


9

5) Aktivitas fisik ibu hamil (Kemenkes RI, 2014).

c. Sasaran Kelas Ibu Hamil

Peserta ibu hamil sebaiknya semua ibu hamil yang ada di

wilayah tersebut, dengan usia kehamilan 4-36 minggu, atau

pada usia kehamilan 22-36 minggu untuk mengikuti kegiatan

tambahan dalam kelas ibu hamil yaitu senam hamil. Pada usia

kehamilan tersebut ibu sudah cukup kuat, tidak takut terjadi

keguguran, dan efektif untuk mengikuti senam hamil. Jumlah

peserta kelas ibu hamil maksimal sebanyak 10 orang setiap

kelas. Suami/keluarga ikut serta minimal 1 kali pertemuan

sehingga dapat mengikuti berbagai materi penting, misalnya

materi tentang persiapan persalinan atau materi yang lain

(Kemenkes RI, 2014).

d. Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

Penyelenggaraan kelas ibu hamil dapat dilaksanakan

oleh pemerintah, swasta, LSM dan masyarakat.

1) Fungsi dan peran (Provinsi, Kabupaten, dan

Puskesmas).

Pelaksanaan kelas ibu hamil dikembangkan sesuai

dengan fungsi dan peran pada masing-masing level

yaitu Provinsi, Kabupaten, dan Puskesmas

2) Fasilitator dan Narasumber

Fasilitator kelas ibu hamil adalah bidan atau petugas


10

kesehatan yang telah mendapat pelatihan fasilitator kelas

ibu hamil (melalui on the job training) dan setelah itu

diperbolehkan untuk melaksanakan fasilitas kelas ibu

hamil. Dalam pelaksanaan kelas ibu hamil, fasilitator

dapat meminta bantuan nara sumber untuk

menyampaikan materi bidang tertentu. Narasumber

adalah tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian

dibidang tertentu untuk mendukung kelas ibu hamil.

3) Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk

melaksanakan kelas ibu hamil adalah ruang belajar untuk

kapasitas 10 orang peserta dengan ventilasi dan

pencahayaan yang cukup, alat tulis menulis, buku KIA,

lembar balik kelas ibu hami, buku pedoman pelaksanaan

kelas ibu hamil, buku pegangan fasilitator, alat peraga

(KB kit, food model, boneka, dll), tikar/karpet, bantal,

kursi, buku senam hamil, dan CD senam hamil.

4) Tahapan Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

a. Pelatihan bagi pelatih

b. Pelatihan bagi fasilitator

c. Sosialisasi kelas ibu hamil pada tokoh agama, tokoh

masyarakat, dan stakeholder

d. Persiapan pelaksanaan kelas ibu hamil


11

e. Pelaksanaan kelas ibu hamil

f. Monitoring, evaluasi dan pelaporan

e. Kegiatan Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

Pertemuan kelas ibu hamil dilakukan minimal 4 kali

pertemuan selama hamil atau sesuai dengan kesepakatan

fasilitator dengan peserta. Pada setiap pertemuan, materi kelas

ibu hamil yang akan disampaikan disesuaikan dengan

kebutuhan dan kondisi ibu hamil tetapi tetap mengutamakan

materi pokok. Pada setiap akhir pertemuan dapat dilakukan

aktifitas fisik/senam ibu hamil. Aktivitas fisik/ senam ibu hamil

merupakan kegiatan/materi ekstra di kelas ibu hamil, jika

dilaksanakan, setelah sampai dirumah diharapkan dapat

dipraktekkan. Waktu pertemuan disesuaikan dengan kesiapan

ibu-ibu, bisa dilakukan pada pagi atau sore hari dengan lama

waktu pertemuan 120 menit termasuk senam hamil 15- 20

menit.Materi yang disampaikan pada setiap pertemuan yaitu :

Tabel 2.1 Materi Pertemuan Kelas Ibu Hamil

Pertemuan Materi yang disampaikan

ke-
12

I. Pemeriksaan Kehamilan Agar Ibu dan Janin Sehat

Ulasan materi :

1. Apa itu kehamilan.

2. Tanda hamil.

3. Keluhan umum saat hamil dan cara mengatasinya.

I 4. Perubahan tubuh ibu selama kehamilan.

5. Perubahan mental pada ibu hamil.

6. Pemeriksaan kehamilan.

7. Pelayanan kesehatan pada ibu hamil.

8. Menjaga ibu hamil sehat dan janin sehat.

9. Hal-hal yang perlu dihindari ibu selama hamil.

10. Mitos yang berkembang dimasyarakat.

II. Persalinan Aman, Nifas Nyaman, Ibu Selamat dan Bayi

Sehat

Ulasan materi :

a. Persiapan menghadapi persalinan yang aman.

b. Tanda-tanda awal persalinan.

c. Tanda-tanda persalinan.

II d. Proses persalinan.

e. Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

f. KB pasca persalinan

g. Pelayanan nifas.

h. Menjaga ibu bersalin dan nifas, serta bayi sehat.


13

i. Hal-hal yang harus dihindari ibu bersalin dan nifas.

j. Mitos

III. Pencegahan Penyakit, Komplikasi Kehamilan,

Persalinan dan Nifas agar Ibu dan Bayi Sehat

1. Anemia pada ibu hamil.

2. Kurang Energi Kronik (KEK).

3. Tanda bahaya kehamilan

4. Tanda bahaya persalinan.


III
5. Tanda bahaya dan penyakit ibu nifas.

6. Gangguan kejiwaan setelah melahirkan.

7. Penyakit malaria.

8. Cara penularan malaria.

9. Infeksi menular seksual.

10. Informasi dasar HIV/AIDS.

11. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak.

IV. Perawatan BBL agar Tumbuh Kembang Optimal


IV
1. Tanda bayi lahir sehat.

2. Perawatan bayi baru lahir.

3. Pelayanan kesehatan neonatus.

4. Tanda bahaya pada BBL.

5. Cacat bawaan.

6. Perawatan metode kangguru (PMK).


14

7. Pengertian ASI Eksklusif dan sukses menyusui.

8. Pemberian imunisasi pada bayi.

9. Hal-hal yang harus dihindari.

10. Mitos

11. Akta kelahiran.

V. Aktivitas Fisik pada Ibu Hamil

1. Aktivitas fisik.

2. Manfaat aktivitas fisik sehari-hari dan latihan fisik

ringan.

3. Kondisi yang tidak memungkinkan ibu hamil

melakukan aktivitas fisik.

V 4. Prinsip-prinsip aktivitas fisik.

5. Prinsip-prinsip latihan fisik ringan.

6. Program latihan fisik.

7. Gerakan latihan fisik dan olahraga yang dihindari.

8. Contoh gerakan pemanasan, peregangan dan

pendinginan.

9. Contoh senam hamil.

10. Pemantauan.

Sumber :(Kemenkes RI,2014).

f. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dilakukan dalam rangka melihat perkembangan

dan pencapaian, serta masalah dalam pelaksanaan kelas ibu


15

hamil, hasil monitoring dapat dijadikan bahan acuan untuk

perbaikan dan pengembangan kelas ibu hamil selanjutnya.

Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik

positif maupun negative pelaksanaan kelas ibu hamil

berdasarkan indikator. Monitoring dan evaluasi perlu dilakukan

secara berkala dan berkesinambungan untuk menilai dan

memantau pelaksanaan kelas ibu hamil. Seluruh pelaksanaan

kegiatan dalam kelas ibu hamil dibuatkan pencatatan dan

pelaporan serta dokumentasi.

g. Perkembangan Kelas Ibu Hamil

Pada jurnal penelitain telah disebutkan bahwa ibu hamil

sudah sudah mulai banyak ikut serta dalam kegiatan kelas ibu

hamil. Diebutkan bahwa ibu hamil zaman sekarang sudah mulai

peduli akan keadaan dan kesehatan janinnya. Dengan tingginya

partisipasi ibu hamil maka, perlulah dibuat trobosan baru agar

ibu dapat lebih mudah mendapat informasi yang benar dan

akurat dimanapun dan kapanpun.

Pada era seperti sekarang ini banyak bidan–bidan modern

yang mampu mengembangkan kelas ibu hamil sesuai dengan

pasar dan kondisi masyarakatnya. Kondisi masyarakat sekarang

yang sudah sangat melek teknologi dan gampangnya mengakses

media sosial banyak bidan yang membagikanilmu-ilmu atau

materi kelas ibu hamil melalui sosial media. Seperti contoh


16

akun instagram @bidankita, akun tersebut dibuat oleh Yessie

Aprilia seorang Bidan yang senantiasa membaikan ilmu-ilmu

tentang kehamilan, persalinan, nifas, yoga, dan sebagainya

melalui akun instagramnya yang dikemas dengan tampilan yang

menarik dan bahasa yang mudah dibaca oleh masyarakat

umum.

Selain membagikan informasi melalui unggahannya di

feeds Instagram Bidan Yessie juga membuka kelas online yang

dilakukan via video call. Selain itu beliau juga aktif menulis di

blog www.bidankita.com, yang memuat akrtikel dengan gaya

bahasa yang mudah dimengerti namun sangat informatif bagi

ibu yang mau membaca atau mecari informasi secara lengkap.

Tidak hanya itu, Bidan Kita juga mempunyai akun youtube

yang juga tidak kalah informatif. Pemanfaatan teknologi yang

sangat dimanfaatkan oleh Bidan Yessie haruslah ditiru oleh

bidan-bidan yang lainnya karena selain bidan datang dengan

membawa informasi yang benar serta dapat meluruskan

kekeliruan informasi di internet oleh pihak yang tidak

bertanggung jawab, dengan adanya kemajuan teknologi ini

bidan dapat mencakup lebih banyak ibu hamil.

Permasaahan ibu yang malu menghadiri kelas ibu hamil, atau

ibu yang sibuk bekerja, atau bahkan karena faktor lain penyeab ibu

tidak dapat menghadiri kelas ibu hamil dapat teratasi dengan adanya
17

kemudahan teknologi ini. Namun, dengan kemajuan ini bidan tetap

harus menjalankan tugas di lingkungannya, tetap menjalankan kelas

hamil secara offline dan melakukan kunjungan rumah. Karena tidak

bisa kita pungkiri bahwa tidak semua masyarakat mampu untuk

memiliki fasilitas internet yang memadai.

h. Keikutsertaan Ibu Dalam Kelas Ibu Hamil Terhadap Pengetahuan

Tentang Materi Buku Kia

a) Keikutsertaan Kelaas Ibu Hamil

Keikutsertaan Kelas Ibu Hamil Berdasarkan hasil penelitian diketahui

responden yang tidak ikut sebagai peserta kelas ibu hamil berjumlah 53,3% lebih

besar dari yang ikut sebagai peserta kelas ibu hamil yaitu 46,7%. Peserta kelas

ibu hamil adalah seluruh ibu hamil yang berada dalam satu wilayah dengan

jumlah peserta maksimal 10 orang pada setiap kelas. Di kelas ini ibu-ibu hamil

akan belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan ibu dan

anak secara menyeluruh dan sistematis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal

dan berkesinambungan (Kemenkes RI, 2014). Penelitian ini didukung oleh

penelitian yang dilakukan Astuti (2016), menyebutkan bahwa keikutsertaan kelas

ibu hamil dengan kategori kurang aktif sebanyak 72,5% lebih besar dibandingkan

dengan kategori aktif yaitu 27,5%. Kurang aktifnya responden dalam kelas ibu

hamil dipengaruhi oleh faktor pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian dan teori

terkait peneliti berasumsi bahwa keikutsertaan kelas ibu hamil dipengaruhi oleh

kesadaran ibu hamil tentang pentingnya kelas ibu hamil. Pada penelitian ini

didapatkan lebih banyak responden dengan paritas multigravida yaitu berjumlah

65%. Ibu hamil dengan kehamilan multigravida sudah merasa tahu tentang
18

kehamilannya berdasarkan pengalaman yang didapatkan pada kehamilan

sebelumnya, sehingga merasa tidak perlu mengikuti kelas ibu.

b) Hubungan Keikutsertaan Kelas Ibu Hamil dengan Pengetahuan Tentang

Materi Buku KIA

Pada penelitian ini, pengetahuan adalah pengetahuan ibu hamil tentang

materi buku KIA. Hasil penelitian menunjukkan 69,3% responden mempunyai

pengetahuan baik dan 30,7% mempunyai pengetahuan kurang baik. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang sifnifikan antara

keikutsertaan kelas ibu hamil dengan pengetahuan tentang materi buku KIA.

Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Pengetahuan merupakan hasil

dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu.Pengetahuan tentang kesehatan dapat diperoleh melalui pendidikan

formal, pengalaman, informasi dari petugas kesehatan dan media massa

(Notoatmodjo, 2010). Pada kelas ibu hamil Volume 11, Desember 2019, Anur

Rohmin1 , Eka Rahmadhayanti2 Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science

Kesehatan | 7 peserta akan membentuk kelompok dengan jumlah maksimal 10

orang kemudian berdiskusi dan bertukar pengalaman tentang kesehatan ibu dan

anak terutama materi-materi yang ada dalam buku KIA (Kemenkes RI, 2014).

Dengan mengikuti kegiatan tersebut, maka responden akan mendapatkan banyak

pengetahuan dan informasi tentang materi buku KIA. Penelitian ini didukung

oleh Sasnitiari (2017), yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara

keikutsertaan ibu dalam kelas ibu hamil dengan pengetahuan dan sikap ibu hamil

terhadap tanda bahaya kehamilan. Sikap positif ibu hamil tentang tanda bahaya

kehamilan didapatkan melalui informasi pada saat mengikuti kelas ibu hamil.
19

Selain itu Khafidzoh (2016) juga menyebutkan bahwa keikutsertaan kelas ibu

hamil dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang perawatan masa nifas.

Pelaksanaan kelas ibu hamil juga bermanfaat untuk ibu dalam persiapan

persalinan oleh karena ibu hamil mendapatkan informasi kesehatan ibu dan anak,

bertukar pendapat dan mendapat pengetahuan serta ketrampilan tentang persiapan

persalinan (Lucia, 2015). Penelitian Pertiwi (2017), menyatakan bahwa ada

hubungan antara keikutsertaan kelas ibu hamil dengan pengetahuan tentang

pemberian ASI eksklusif, ibu yang mempunyai pengetahuan tinggi dalam

pemberian Asi eksklusif rata-rata mengkikuti kelas ibu. Persiapan persalinan,

perawatan masa nifas dan pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu materi

yang ada dalam buku KIA. Berdasarkan hasil penelitian dan penelitian terkait

menunjukkan bahwa keikutsertaan ibu dalam kelas ibu hamil dapat meningkatkan

pengetahuan ibu tentang materi buku KIA. Melalui kelas ibu hamil, ibu dapat

belajar bersama tentang kesehatan, berinteraksi dengan sesama ibu hamil dan

petugas kesehatan sehingga ibu dapat terlibat aktif dan dapat menambah

pengetahuan setelah mengikuti kelas ibu hamil. Sebaliknya responden yang tidak

mengikuti kelas ibu mendapatkan informasi melalui keterpaparan mereka tentang

materi buku KIA melalui media cetak maupun elektronik yang akhirnya dapat

menambah wawasan dan pengetahuan mereka.

2. Kelas Ibu Balita

a. Pengertian

Kelas Ibu Balita adalah kelompok belajar dengan anggota yang

mempunyai balita antara 0 sampai 5 tahun dan kemudian

mengelompokannya jadi kelompok usia 0-1 tahun, 1-2 tahun, dan 2-5
20

tahun.

b. Tujuan Kelas Ibu Balita

a) Tujuan Umum: Meningkatkan pengetahuan, sikap dan

perilaku ibu dengan menggunakan Buku KIA dalam

mewujudkan tumbuh kembang Balita yang optimal.

b) Tujuan Khusus :

1. Meningkatkan kesadaran pemberian ASI secara eksklusif

2. Meningkatkan pengetahuan ibu akan pentingnya Imunisasi

pada bayi

3. Meningkatkan keterampilan ibu dalam pemberian MP-ASI

dan gizi seimbang kepada Balita

4. Meningkatkan kemampuan ibu memantau pertumbuhan

dan melaksanakan stimulasi perkembangan Balita

5. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang cara perawatan

gigi Balita dan mencuci tangan yang benar

6. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang penyakit

terbanyak, cara pencegahan dan perawatan Balita Kelas

Ibu Balita diselenggarakan secara partisipatif: artinya para ibu

tidak diposisikan hanya menerima informasi karena posisi pasif

cenderung tidak efektif dalam merubah prilaku.

Oleh sebab itu Kelas Ibu Balita dirancang dengan metode

belajar partisipatoris dimana para ibu tidak dipandang sebagai murid,

melainkan sebagai warga belajar. Dalam prakteknya para ibu


21

didorong untuk belajar dari pengalaman sesama, sementara fasilitator

berperan sebagai pengarah kepada pengetahuan yang benar.

c. Materi yang disampaikan

Materi yang disampaikan di kelas ibu balita ini dapat membantu

ibu dalam melakuakn perawatan pada buah hatinya secara maksimal.

Adapun materinya antara lain:

1) Anak umur 0-1 tahun

Materi : Pemberian ASI 03

Materi : Pemberian Imunisasi 10

Materi : Pemberian MP-ASI usia 6-12 bulan 15

Materi : Tumbuh Kembang Bayi 20

Materi : Penyakit Terbanyak pada Bayi 27

2) Materi anak umur 1-2 tahun

Materi : Perawatan Gigi Anak 35

Materi : Pemberian MP-ASI 38

Materi : Tumbuh Kembang Anak 43

Materi : Penyakit Pada Anak 51

Materi : Permainan Anak 57

3) Materi anak umur 2-5 tahun

Materi : Tumbuh Kembang Anak 63

Materi : Pencegahan Kecelakaan 69

Materi : Gizi Seimbang 72

Materi : Penyakit Pada Anak 76


22

Materi : Obat Pertolongan Pertama 82

Materi : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 84

B. Posyandu

a. Pengertian

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan

Bersumber Daya Masyarakat (UKMB) yang dikelola dan

diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan

masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk

mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.

Pelayanan kesehatan dasar di Posyandu adalah pelayanan

kesehatan yang mencakup sekurang-kurangnya 5 kegiatan, yakni

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), Imunisasi,

Gizi, dan Penanggulangan Diare.

Posyandu merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan

yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat dengan

dukungan tekhnis dari petugas kesehatan4 .Agar kegiatan Posyandu

berlangsung dengan baik maka perlu diadakan pengelolaan posyandu

yang salah satu kegiatannya merupakan kegiatan pembinaan5 .

Peran serta pemerintah dalam peningkatan kinerja posyandu

adalah kegiatan Revitalisasi Posyandu dan salah satu strategi dalam

rangka mencapai tujuan Revitalisasi Posyandu adalah memperkuat


23

dukungan pembinaan dan pendampingan dari tenaga profesional dan

masayarakat termasuk unsur LSM6 .

b. Tujuan

1) Tujuan Umum

Menunjang percepatan penurunan AKI, AKB, dan AKABA di

Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.

2) Tujuan Khusus

1) Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya

kesehatan dasar.

2) Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan

Posyandu.

3) Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan

dasar.

c. Sasaran

Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya:

1) Bayi

2) Anak balita

3) Ibu hamil, ibu nifas, dan ibu menyusui

4) Pasangan Usia Subur (PUS)

d. Fungsi
24

1) Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi

dan keterampilan dari petugas kesehatan kepada masayarakat dan

antar sesama masyarakat.

2) Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar.

e. Manfaat

1) Bagi masyarakat

a) Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan

pelayanan kesehatan

b) Memperoleh layanan secara profesional dalam pemecahan


kesehatan

c) Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar


terpadu

4) Bagi kader, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat

a) Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya


kesehatan

b) Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu


masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan

5) Bagi Puskesmas

a) Optimalisasi fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak

pembangunan berwawasan kesehatan

b) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan

masalah kesehatan setempat


25

c) Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada

masyarakat

6) Bagi sektor lain

a) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan

masalah kesehatan dan sosial dasar lainnya

b) Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara

terpadu

f. Lokasi

Posyandu berada di setiap desa/kelurahan yang sesuai atau

jika diperlukan serta memungkinkan untuk di didirikan di RW

ataupun dusun.

g. Kedudukan

1) Kedudukan Posyandu terhadap Pemerintahan

Desa/Kelurahan

Kedudukan Posyandu terhadap pemerintahan

desa/kelurahan adalah sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di

bidang kesehatan dan sosial dasar lainnya yang secara

kelembagaan dibina oleh pemerintahan desa/kelurahan.

2) Kedudukan Posyandu Terhadap Kelompok Kerja (Pokja)

Kedudukan Posyandu terhadap Pokja adalah sebagai satuan

organisasi yang mendapat binaan aspek administratif, keuangan,

dan program dari Pokja.

3) Kedudukan Posyandu Terhadap Berbagai UKBM


26

Kedudukan Posyandu terhadap UKBM dan berbagai

lembaga kemasyarakatan /LSM desa/kelurahan yang bergerak di

bidang kesehatan adalah sebagai mitra.

4) Kedudukan Posyandu Terhadap Forum Peduli Kesehatan

Kecamatan

Kedudukan Posyandu terhadap Forum Peduli Kesehatan

Kecamatan adalah sebagai satuan organisasi yang mendapat arahan

dan dukungan sumberdaya dari Forum Peduli Kesehatan

Kecamatan.

5) Kedudukan Posyandu Terhadap Puskesmas

Kedudukan Posyandu terhadap Puskesmas adalah sebagai

wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara

teknis medis dibina oleh Puskesmas.

h. Pengorganisasian

1) Struktur Organisasi

Struktur organisasi Posyandu bersifat fleksibel, sehingga dapat

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kondisi, permasalahan

dan kemampuan sumberdaya. Struktur organisasi minimal terdiri

dari ketua, sekretaris, dan bendahara serta kader Posyandu yang

merangkap sebagai anggota.

Kemudian dari beberapa Posyandu yang ada di suatu

wilayah (desa/kelurahan atau dengan sebutan lain), selayaknya


27

dikelola oleh suatu Unit/Kelompok Pengelola Posyandu yang

keanggotaannya dipilih dari kalangan masyarakat setempat.

2) Pengelola Posyandu

Pengelola Posyandu adalah unsur masyarakat, lembaga

kemasyarakatan, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya

masyarakat, lembaga mitra pemerintah, dan dunia usaha yang

dipilih, bersedia, mampu, dan memiliki waktu dan kepedulian

terhadap pelayanan sosial dasar masyarakat di Posyandu.

3) Kader Posyandu

Kader Posyandu yang selanjutnya disebut kader adalah anggota

masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk

menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara sukarela.

i. Pembentukan

Langkah-langkah pembentukan Posyandu dapat dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut:

1) Pendekatan Internal

Tujuan pendekatan internal adalah mempersiapkan para

petugas/aparat, sehingga bersedia dan memiliki kemampuan

mengelola serta membina Posyandu.

2) Pendekatan Eksternal

Tujuan pendek3tan eksternal adalah mempersiapkan

masyarakat, krususnya tokoh masyarakat, sehingga bersedia

mendLkung penyelenggaraan Posyandu.


28

3) Survei Mawas Diri (SMD)

Tujuan SMD adalah menimbulkan rasa memiliki masyarakat

(sense o( belonging) melalui penemuan sendiri masalah yang

cihadapi serta potensi yang dimiliki.

4) Musyawarah Masyarcj(at Desa (MMD)

lnisiatif penyelenggaraan MMD adalah para tokoh masyarakat

yang mendukung pembentukan Posyandu atau Forum Peduli

Kesehatan Kecamatan (jika telah terbentuk).

5) Pembentukan dan Pemantauan Kegiatan Posyandu

Pembentukan dan pemantauan kegiatan Posyandu dilakukan

dengan kegiatan sebagai berikut:

1) Pemilihan Pengurus dan Kader Posyandu

2) Orientasi Pengurus dan Pelatihan Kader Posyandu

3) Pembentukan dan Peresmian Posyandu

4) Penyelenggaraan dan Pemantauan Kegiatan Posyandu

j. Kegiatan Posyandu

1) Kegiatan Utama

a) Kesehatan Ibu dan Anak

1) Ibu Hamil

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil

mencakup:

(a) Lakukan pemeriksaan 10T pada ibu hamil


29

(b) Dilakukannya kelas ibu hamil, dapat dilakukan di hari

yang sama dengan kegiatan posyandu maupun di lain

hari.

2) lbu Nifas dan Menyusui

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan

menyusui mencakup:

(a) Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan,

lnisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif dan

gizi.

(b) Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 Sl.

(c) Perawatan payudara.

(d) Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan

payudara, pemeriksaan tinggi fundus uteri dan

pemeriksaan lochia oleh petugas kesehatan.

3) Bayi dan Anak balita

Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu

untuk balita mencakup:

(a) Penimbangan berat badan

(b) Penentuan status pertumbuhan

(c) Penyuluhan dan konseling

(d) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan

pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini

tumbuh kembang.
30

b) Keluarga Berencana

Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader

adalah pemberian kondom dan pemberian pil. Jika da tenaga

kesehatan Puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan KB

dan konseling KB.

c) Imunisasi

Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh

petugas Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan

dengan program terhadap bayi dan ibu hamil.

d) Gizi

Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Jenis

pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan,

deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling

gizi, pemberian makanan tambahan (PMT) lokal, suplementasi

vitamin A dan tablet Fe.

e) Pencegahan dan Penanggulangan Diare

Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan pemberian oralit.

2) Kegiatan Pengembangan/Tambahan

Pada saat ini telah dikenal beberapa kegiatan tambahan Posyandu

yang telah diselenggarakan antara lain:

(a) Bina Keluarga Balita (BKB).

(b) Kelas lbu Hamil dan Balita.


31

(c) Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian

Luar Biasa (KLB), seperti ISPA, DBD, gizi buruk, polio,

campak, difteri, pertusis, tetanus neonatorum.

(d) Pos Pendidikan Anak Usia Dir-i (PAUD).

(e) Usaha Kesehatan Gigi Masya8kat Desa (UKGMD).

(f) Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman

(PAB- PLP).

(g) Program diversifikasi pertanian tanaman pangan dan

pemanfaatan pekarangan, melalui Taman Obat Keluarga

(TOGA).

(h) Kegiatan ekonomi produktl

(i) Tabungan lbu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyarakat (Tabu

mas).

(j) Kesehatan lanjut usia melalui Bina Keluarga Lansia (BKL).

(k) Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR).

(l) Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan

penyandang masalah kesejahteraan sosial.

k. Penyelenggaraan Posyandu

1) Waktu Penyelenggaraan

Posyandu buka satu kali dalam sebulan. Hari dan waktu yang

dipilih, sesuai dengan hasil kesepakatan.

2) Tempat Penyelenggaraan
32

Tempat penyelenggaraan kegiatan Posyandu sebaiknya berada

pada lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat.

3) Penyelenggaraan Kegiatan

Kegiatan rutin Posyandu diselenggarakan dan digerakkan oleh

Kader Posyandu dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan

sektor terkait.

Langkah Kegiatan Pelaksana

Pertama Pendaftaran Kader

Kedua Penimbangan Kader

Ketiga Pengisian KMS Kader

Keempat Penyuluhan Kader

Kelima Pelayanan Kesehatan Kader bersama petugas

kesehatan

4) Tugas dan Tanggungjawab Para Pelaksana

a. Kader

Tugas serta tanggungjawab kader dalam pelaksanaan Posyandu

dilakukan sebelum posyandu dimulai, saat posyandu dimulai

dan setelah posyandu berakhir.

b. Petugas Kesehatan

Kehadiran tenaga kesehatan Puskesmas yang diwajibkan di

Posyandu satu kali dalam sebulan. Dengan perkataan lain


33

kehadiran tenaga kesehatan Puskesmas tidak pada setiap hari

buka Posyandu.

5) Pembiyaan

a. Sumber biaya

Pembiayaan Posyandu berasal dari berbagai sumber, antara lain

masyarakat (dengan iuran pengunjung posyandu, iuran

masyarakat umum, sumbangan, dll), hasil usaha (KUB,

TOGA), pemerintah (yakni berupa dana stimulan atau bantuan

lainnya dalam bentuk sarana dan prasarana Posyandu).

b. Pemanfaatan dan Pengolahan Dana

Dana yang diperoleh Posyandu, digunakan untuk membiayai

kegiatan Posyandu.

6) Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dilakukan oleh kader segera setelah kegiatan

dilaksanakan, dan pada pelaporan pada dasarnya kader Posyandu

tidak wajib melaporkan kegiatannya kepada Puskesmas ataupun

kepada sektor terkait lainnya. Bila Puskesmas atau sektor terkait

membutuhkan data tertulis yang terkait dengan berbagai kegiatan

Posyandu, Puskesmas atau sektor terkait tersebut harus

mengambilnya langsung ke Posyandu.

l. Pembinaan Dan Pengawasan Posyandu

Pembinaan dan pengawasan posyandu dilakukan oleh Menteri Dalam

Negeri, Gubernur, Bupati/Walikota, Camat, dan Kepala Desa. Dengan


34

dilakukannya Sosialisasi, rapat koordinasi, konsultasi, workshop, lomba,

penghargaan, orientasi dan pelatihan.

m. Tingkat Perkembangan Posyandu

Untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, telah dikembangkan

metode dan alat telaahan perkembangan Posyandu, yang dikenal dengan nama

Telaah Kemandirian Posyandu. Tujuan telaahan adalah untuk mengetahui

tingkat perkembangan Posyandu yang secara umum dibedakan atas 4 tingkat

sebagai berikut:

1) Posyandu Pratama

Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai

oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah

kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang.

2) Posyandu Madya

Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan

kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader

sebanyak lima orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya

masih rendah, yaitu kurang dari 50%.

3) Posyandu Purnama

Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan

kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader

sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih

dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah

memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh


35

masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di

wilayah kerja Posyandu.

4) Posyandu Mandiri

Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan

kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader

sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih

dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah

memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh

masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di

wilayah kerja Posyandu.

n. Proses Pembinaan Posyandu

1) Pembinaan Prosedur Tetap Posyandu

a) Pendataan sasaran
Proses pembinaan pendataan sasaran posyandu dilakukan 5

Informan utama (Bidan) dengan memberdayakan kader dengan cara

menjadikan kader sebagai tenaga utama yang mendata sasaran di setiap

wilayah binaannya. Masalah yang dialami terkait kegiatan pendataan

sasaran adalah tempat yang terpisah dengan wilayah lain, masalah

tersebut telah diatasi bidan dengan tetap mengarahkan kader untuk

melaksanakan pendataan secara bergantian

b) Pelaksanaan Rapat Koordinasi


Pelaksanaan rapat koordinasi hanya dilaksanakan 1 dari 5 Informan

dengan frekuensi 2 atau 3 bulan sekali. Empat Informan lainnya tidak


36

pernah melaksanakan rapat koordinasi. Masalah yang dialami adalah

kesalahan anggapan bahwa posyandu hanya milik orang kesehatan serta

kesulitan dalam menyingkronkan waktu. Upaya yang dilakukan bidan

sebagai tenaga pembina posyandu yaitu dengan pendekatan kepada lurah,

pendekatan RT serta memotivasi kader untuk melakukan pendekatan

terhadap ketua RT.

c) Pembagian Undangan atau pemanggilan sasaran


Semua informan utama yaitu bidan tidak pernah melaksanakan

pembagian undangan maupun pemanggilan sasaran dari rumah ke rumah.

Bidan hanya mengarahkan kader untuk mendatangi sasaran atau

mengumumkan hari buka posyandu melalui sarana umum yaitu mesjid

serta ada juga bidan yang mengumumkan saat hari posyandu untuk bulan

berikutnya. Masalah yang sering dialami adalah sasaran yang lupa jadwal

posyandu, sehingga bidan berupaya mengatasinya dengan mengarahkan

kader untuk memanggil sasaran maupun menghubungi lewat telepon.

d) Pembinaan 5 meja Posyandu


Pembinaan 5 meja secara lengkap hanya dilaksanakan 1 dari 5

Informan utama. Empat informan lain tidak melaksanakan karena

kesulitan dalam membagi waktu. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi

masalah yang ada 22 yaitu dengan mengarahkan kader sesuai dengan

materi yang tidak dimengerti.

e) Pelaksanaan pertemuan Posyandu beberapa saat setelah selesai Posyandu


37

Pelaksanaan pertemuan beberapa saat setelah selesai posyandu

hanya dilaksanakan 3 dari 5 informan utama. Masalah yang dihadapi

karena kesulitan dalam menyingkronkan waktu, bidan memiliki tugas

lain selain di posyandu.

2) Pelaksanaan kunjungan rumah kepada sasaran yang tidak datang

Empat dari 5 Informan utama menyatakan dalam kegiatan

kunjungan rumah, bidan hanya mengarahkan kader dan 1 Informan

lainnya tidak melaksanakan kunjungan rumah. Masalah yang dialami

karena kader tidak memiliki cukup waktu untuk melaksanakan kunjungan

rumah. Informan belum melakukan upaya dalm permasalahan ini

3) Pembinaan Sistem Informasi posyandu (SIP)

a) Pengisian Format & Pembinaan Balok SKDN

Semua informan tidak melaksanakan pembinaan pengisian format,

karena pembinaan dilaksanakan oleh koordinator posyandu di

puskesmas yaitu petugas gizi, perawat dan tenaga promosi

kesehatan. Masalah yang dihadapi adalah bidan tidak dapat

mengetahui secara langsung kondisi posyandu yang dibinanya dan

upaya yang dilakukan adalah pendekatan dengan kader

4) Pelaksanaan Promosi Kesehatan/ Penyuluhan

Promosi Kesehatan / Penyuluhan hanya dilaksanakan satu dari lima

informan, empat informan lainnya tidak melaksanakan penyuluhan karena

kader masih merasa kurang percaya diri melakukan penyuluhan dan bidan
38

tidak memiliki cukup waktu untuk melaksanakan penyuluhan. Upaya yang

dilaksanakan yaitu dengan memberikan KIE kepada pengunjung posyandu

5) Pembinaan Pencatatan Pelaporan

Semua Informan Utama tidak melakukan pembinaan untuk

pencatatan pelaporan, pembinaan pencatatan pelaporan dilaksanakan oleh

koordinator posyandu. Masalah yang dihadapi adalah kekurangan waktu

dalam proses pembinaan, upaya yang dilakukan informan utama yaitu

menyarankan kader untuk menunggu tenaga dari puskesmas dan

mengarahkan pada bagian yang sesuai dengan keilmuan.

6) Pembinaan Kader

Pembinaan kader tidak dilaksanakan secara lengkap, hanya

dilakukan sebagai pendampingan sesuai dengan bagian yang tidak

dipahami kader. Masalah yang dihadapi berupa keterbatasan kader dalam

mengingat materi dan upaya yang dilaksanakan yaitu dengan

mengingatkan dan mengarahkan kader.

o. Faktor Kinerja dalam Proses Pembinaan posyandu

1) Umur

Satu dari 5 informan mengalami masalah yaitu pengunjung kurang

percaya jika dilayani atau dibina oleh tenaga kesehatan yang berumur

muda. Upaya yang dilakukan adalah dengan mengalihkan pengunjung ke

tenaga kesehatan yang lebih senior.

2) Suku
39

Mayoritas suku informan triangulasi adalah melayu yang homongen

dengan suku Kader. Masalah yang dihadapi adalah masih ada suku tertentu

yang belum mau diimunisasikan dan mendapatkan pelayanan oleh tenaga

kesehatan yang se suku. Belum ada upaya yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan.

3) Jarak

Semua informan triangulasi menyatakan tidak ada masalah yang

terjadi dengan jarak. Jarak antara posyandu dan tempat tenaga kesehatan

relatif dekat dengan keadaan jalan yang baik. Jarak tempuh sekitar 15

sampai 20 menggunakan kendaraan bermotor.

4) Ketenagaan

Tenaga yang dilibatkan dalam pembinaan posyandu adalah bidan,

petugas gizi, petugas imunisasi yaitu perawat. Masalah yang terjadi adalah

tenaga kesehatan dari puskesmas yang sering datang terlambat, upaya

yang dilakukan informan yaitu dengan menghubungi lewat telepon agar

cepat datang.

5) Dana

Dana pembinaan posyandu tidak dianggarkan secara rutin, sehingga

pelaksanaan pembinaan optimal, belum ada upaya secara spesifik yang

dilakukan oleh informan utama.

6) Sarana dan Prasarana

Sarana dalam pelaksanaan posyandu lengkap tetapi untuk beberapa

posyandu ada 3 posyandu yang belum layak karena masih menumpang di


40

rumah warga serta warung. Belum ada upaya spesifik yang dilakukan

informan.

7) Pelatihan

Semua informan menyatakan tidak mendapatkan pelatihan, dan

menggunakan buku pegangan kader sebagai acuan dalam melaksanakan

pembinaan. Belum ada upaya yang dilaksanakan oleh Informan utama.

8) Kebijakan

Untuk kegiatan pembinaan, belum ada kebijakan secara spesfik

tentang alur dan job deskripsi dalam kegiatan pembinaan posyandu, belum

ada upaya spesifik yang dilakukan oleh Informan utama, hanya

melaksanakan kegiatan pembinaan sesuai dengan bidangnya

masingmasing.

p. Kesulitan Posyandu dapat Dipengaruhi oleh Beberapa Faktor

1) Jumlah kader yang kurang, kader tidak aktif, serta kurangnya penghargaan

untuk kader

2) Kader merupakan motor penggerak posyandu, sehingga hidup-matinya

posyandu sangat tergantung dari aktif tidaknya kader

3) Kegiatan posyandu sangat tergantung pada kader, mereka dibutuhkan

dalam pelayanan kesehatan dasar, karena merupakan ujung tombak

sekaligus kepanjangan tangan puskesmas

4) Pengetahuan kader tentang posyandu Kader posyandu tidak mengetahui

dengan baik tentang pengertian posyandu, kegiatan utama posyandu,

maupun tugas mereka sebagai kader posyandu.


41

5) Pengetahuan kader yang kurang tentang posyandu memberikan kontribusi

terhadap ketidakaktifan kader dalam bentuk rasa malas dan kurang percaya

diri dalam menghadiri kegiatan di posyandu.

6) Kelengkapan sarana dan prasarana, dukungan kepala desa dan petugas

kesehatan, insentif dan penghargaan kader serta partisipasi masyarakat ke

posyandu tidak memberikan kontribusi terhadap ketidakaktifan kader.

q. Perkembangan Posyandu

Posyandu sekarang ini mulai mengalami kemajuan salah satunya telah

diluncurkannya aplikasi mPosyandu pada tahun 2016. Aplikasi ini diciptakan

tidak untuk menggantian kader namun membantu kader dalaam memantau

pertumbuhan balita dengan cara yang lebih akurat dan cepat.

Aplikasi ini menklain dapat membantu meningkatkan kualitas posyandu

melalui dua fitur, yaitu

1) Pemantauan pertumbuhan anak dengan cara memasukan identitas

anak dan data pengukuran pada saat itu, lalu dengan cepat dapat

mendapatkan hasil apakah pertumbuhan anak baik atau tidak .

2) Aplikasi ini juga dapat membantu kader dalam memberikan

konseling. Pesan yang muncul dalam apikasi merupakan hasil dari

praktik makan anak yang dalam hal ini sangat membantu kader

dalam melakuakn tindakan prioritas untuk konseling. Aplikasi ini

juga dilengkapi dengan artikel yang menarik, gambar, dan video

yang dapat membantu kader dalam penyampaian informasi.


42

Dengan adanya aplikasi mPosyandu data anak yang telah

melakukan pemeriksaan secara otomatis tersimpan di server pusat, hal ini

sangat menguntungkan karena data didapatkan pada waktu yang sama

tanpa harus menunggu kader melakuakn rekapitulasi laporan. Selain itu,

data dengan mudah dapat diakses oleh semua pihak, baik dinas kesehatan

atau pihak berwenang lain yang telah memiliki izin.

C. Pegisian Kohort PWS KIA

1. PWS KIA

a. Pengertian

Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak

(PWS KIA) adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan

program KIA di suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar

dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA

yang dimaksud meliputi: pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu

nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi

baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.

Kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis

dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi ke

penyelenggara program dan pihak/instansi terkait untuk tindak

lanjut.

Definisi dan kegiatan PWS tersebut sama dengan definisi

Surveilens.Menurut WHO, Surveilens adalah suatu kegiatan

sistematisberkesinambungan, mulai dari kegiatan mengumpulkan,


43

menganalisisdan menginterpretasikan data yang untuk selanjutnya

dijadikan landasan dalam membuat rencana, implementasi dan

evaluasisuatu kebijakan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu,

pelaksanaansurveilens dalam kesehatan ibu dan anak adalah

dengan melaksanakanPWS KIA.

b. Pemantauan dan Pelaporan

Pemantauan kegiatan PWS KIA dapat dilakukan melalui

laporan kegiatan PWS KIA bulanan dengan melihat kelengkapan

data PWS KIA berikut dengan :

a) Hasil analisis indikator PWS KIA, antara lain : grafik hasil

cakupan, hasil penelusuran dll

b) Rencana tindak lanjut berupa jadwal rencana kegiatan.

Pelaksanaan PWS KIA yang dilaporkan dimasing masing

tingkatan adalah :

a) Di tingkat Desa untuk dilaporkan ke Puskesmas setiap bulan.

b) Di tingkat puskesmas untuk dilaporkan ke Dinas

Kesehatankabupaten/kota setiap bulan.

c) Di tingkat kabupaten/propinsi untuk dilaporkan ke Dinas

Kesehatan.

c. Pengumpulan, Pencatatan, Pengolahan Data dan Pembuatan

Grafik KIA
44

a) Pengumpulan Data

Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan kegiatan

pokok dari PWS KIA. Data yang dicatat per desa/kelurahan dan

kemudian dikumpulkan di tingkat puskesmas akan dilaporkan

sesuai jenjang administrasi. Data yang diperlukan dalam PWS KIA

adalah Data Sasaran dan Data Pelayanan.

Data sasaran berasal dari perkiraan jumlah sasaran

(proyeksi) yang dihitung berdasarkan rumus yang diuraikan diatas.

Berdasarkan data tersebut, Bidan di Desa bersama dukun

bersalin/bayi dan kader melakukan pendataan dan pencatatan

sasaran di wilayah kerjanya. Data pelayanan pada umumnya berasal

dari :

1) Register kohort ibu

2) Register kohort bayi

3) Register kohort anak balita

4) Register kohort KB

2. Kohort.

a. Pengertian.

Kohort berasal dari kata cohort yang artinya suatu proses

pengamatan prospektif, survey prospektif terhadap suatu subjek

maupun objek. Sedangkan pada pemantauan pelayanan kebidanan

register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas,

neonatal, bayi dan balita.


45

b. Tujuan.

Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan neonatal

yang terdeteksi di rumah tangga yang teridentinfikasi dari data

bidan.

1. Jenis Kohort.

a. Kohort Ibu.

1). Pengertian.

Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu

hamil dan bersalin, serta keadaan/resiko yang dipunyai ibu

yang di organisir sedemikian rupa yang pengkoleksiaannya

melibatkan kader dan dukun bayi diwilayahnya setiap bulan

yang mana informasi pada saat ini lebih difokuskan pada

kesehatan ibu dan bayi baru lahir tanpa adanya duplikasi

informasi.

2) Tujuan.

Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ibu yang

terdeteksi di rumah tangga yang teridentinfikasi dari data bidan.

b. Kohort Bayi.

1). Pengertian.

Kohort bayi merupakan sumber data pelayanan kesehatan

bayi, termasuk neonatal.

2). Tujuan.
46

Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan bayi yang

terdeteksi di rumah tangga yang teridentinfikasi dari data bidan.

Cara Pengisian Kohort Ibu :

1. Diisi nomer urut.

2. Diisi nomer indeks dari family folder.

3. Diisi nama ibu hamil.

4. Diisi nama suami ibu hamil.

5. Diisi alamat ibu hamil.

6. Diisi umur ibu hamil.

7. Diisi umur kehamilan pada kunjungan pertama dalam

minggu / tanggal HPL.

8. Factor resiko : diisi v ( rumput ) untuk ibu kurang dari 20

tahun atau lebih dari 35 tahun.

9. Paritas diisi Gravidanya.

10. Diisi bila jarak kehamilan.

11. Diisi bila BB ibu.

12. Diisi bila TB ibu.

13. Sampai dengan 17) Resiko tinggi : Diisi dengan tanggal

ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi, HB diperiksa dan

ditulis hasil pemeriksaannya.

14. Pendeteksian faktor resiko : Diisi tangga ditemukan ibu

hamil dengan resiko tinggi oleh tenaga kesehatan.


47

15. Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi oleh

tenaga kesehatan.

16. Sampai dengan 22) Diisi tanggal imunisasi sesuai dengan

statusnya.

17. Sampai dengan 34) Diisi umur kehamilan dalam bulan kode

pengisian sebagai berikut:

K I : Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan dimana saja

pada kehamilan 1 s/d 5 bulan dengan rambu – rambu O dan

secara langsung juga akses dengan rambu – rambu. K 4 :

Kunjungan ibu hamil yang keempat kalinya.

Untuk memperoleh K4 dapat memakai rumus 1 – 1 – 2 atau 0 –

2 – 2 dengan rambu-rambu Δ

Perhatian : K4 tidak boleh pada usia kehamilan 7 bulan.

Pada ibu hamil pertama kali kunjungan pada usia kehamilan 5

bulan pada bulan berikutnya yaitu 6 bulan harus berkunjung

atau dikunjungi agar tidak kehilangan K4.

Pada ibu hamil yang awalnya periksa diluar kota, dan pada

akhir kehamilannya periksa di wilayah kita karena untuk

melahirkan dan penduduk setempat bisa mendapatkan K1, K4

dan sekaligus Akses apabila ibu tersebut dapat menunjukan

pemeriksaan dengan jelas

Akses :Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan tidak

memandang usia kehamilan dengan rambu-rambu Ο.


48

- Penolong Persalinan, diisi tanggal penolong persalinan tenaga

kesehatan.

- Diisi tanggal bila yang menolong bukan tenaga kesehatan.

- Hasil akhir Kehamilan : Abortus diisi tanggal kejadian

abortus.

- Diisi lahir mati.

- Diisi BB atau BBL <>


49

- Diisi BB atau BBL > 2500 gram.

- Keadaan ibu bersalin, diberi tanda v bila sehat.

- Dijelaskan sakitnya.

- Diisi sebab kematiannya.

- Diisi sebab kematiannya.

- Diisi v ( rumput ).

- Diisi apabila pindah, atau yang perlu diterangkan.


50

2.Kohort Bayi.

a. Kolom diisi sebagai berikut :

1). Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disesuaikan dengan

nomor urut ibu pada register kohort ibu.

2). Diisi nomor indeks dari family folder.

3). Sampai dengan 7) Jelas.

8). Sampai dengan 9) Diisi angka berat bayi lahir dalam gram.

10). Diisi tanggal pemeriksaan neonatal oleh tenaga kesehatan.

11). Diisi tanggal pemeriksaan post neonatal oleh petugas kesehatan.

12). Sampai dengan 23) Diisi hasil penimbangan bayi dalam kg dan

rambu gizi yaitu : N = naik, T = turun, R = Bawah garis titik¬ – titik

(BGT), BGM = Bawah garis merah.

24). Sampai dengan 35) Diisi tanggal bayi tersebut mendapat imunisasi.

36). Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal.

37). Diisi penyebab kematian bayi tersebut.

38). Diisi bila bayi pindah atau ada kolom yang perlu keterangan.
51

3. Kohort Balita.

a. Kolom diisi sebagai berikut :

1).Diisi nomor urut. Sebaliknya nomor urut bayi disesuaikan dengan

nomor urut ibu pada register khort ibu.

2). Diisi nomor indeks dari Family Folder.

3). Sampai dengan 7) Jelas.

8). Sampai dengan 31) Dibagi 2, diisi hasil penimbangan dalam kg dan

rambu gizi.

32).Sampai dengan 35) Diisi tanggal pemberian vitamin A bulan

Februari dan Agustus.

36).Diisi tanggal bila ditemukan sakit.

37) Diisi penyebab sakit.

38) Diisi tanggal meninggal.

39) Diisi sebab meninggal.


52

40) Diisi tanggal bila ditemukan kelainan tumbuh kembang.

41) Diisi jenis kelamin tumbuh kembang.

42) Diisi bila ada keterangan penting tentang balita tersebut.

B.RANCANGAN LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN

KEBIDANAN

1.Langkah I : pengumpulan data dasar Data yang dibutuhkan dalam

pengumpulan data dasar :

a. Riwayat kesehatan

b.Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya

c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

d.Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil

studi

2. Langkah II : interpretasi data dasar Standar nomenklatur diagnosis

kebidanan :

a. Diakui dan telah disahkan oleh profesi


53

b.Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan

c. Memiliki ciri khas kebidanan

d.Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan

3. Langkah III : mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial

dalam langkah ini bidan dituntut untuk dapat mengidentifikasi

masalah dan diagnosa potensial terlebih dahulu baru setelah itu

menentukan antisipasi yang dapat dilakukan.

4. Langkah IV : Dari data yang ada mengidentifikasi keadaan yang ada

perlu atau tidak tindakan segera ditangani sendiri/dikonsultasikan

(dokter, tim kesehatan, pekerja sosial, ahli gizi)/kolaborasi Langkah

V tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi

klien, tapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien

(apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu

merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan

sosial-ekonomi, kultural/masalah psikologis. Dalam perencanaan ini

apa yang direncanakan harus disepakati klien, harus rasional, benar-

benar valid berdasar pengetahuan dan teori yang up to date.

5. Langkah VI

a. Bisa dilakukan oleh bidan, klien, keluarga klien, maupun tenaga

kesehatan yang lain.

b.Bidan bertanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaan asuhan

bersama yang menyeluruh.

6. Langkah VII
54

Evaluasi efektifitas dari asuhan yang telah dilakukan.


55

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari data-data diatas dapat disimpulkan bahwa konsep dasr terbentuknya

kelas ibu hamil dan ibu balita, posyandu, dan pengisian kohort PWS KIA adalah

dalam rangka peningkatan kesehatan ibu dan anak serta dalam mencapai tujuan

akhir yaitu menurunnya angka kematian ibu, balita, dan anak.

B. Saran

Pemanfaatan kemajuan teknologi seharusnya membantu petugas kesehatan

dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Diharapkan pada waktu

mendatang pemanfaatan teknologi harus lebih dimaksimalkan karena selain dapat

mempermudah dengan kemajuan teknologi padat mempercepat proses

penyimpulan data dan penentuan prioritas.


56

DAFTAR PUSTAKA

Kamidah, Enny Yuliaswati. 2019. Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil sebagai Upaya
Menurunkan Angka Kematian Ibu. Ilmiah Bidan. Vol. 17 (2), 168-175

Rosita, Ratna. 2011. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI

Lucia, Sorongan. Purwandari, Atik. Pesak, Ellen. 2015. Pengaruh Pelaksanaan


Kelas Ibu Hamil Terhadap Pengetahuan Tentang Persiapan Persalinan. Vol. 3
(1), 61-65

Wijayanti, Bettis. 2016. Deskripsi Pemantauan Kesehatan Anak Pada Sistem


PWS-KIA Di Puskesmas Ranuyoso Lumajang. Berkala Epidemiologi. Vol. 4 (2),
151-163

Awaludin, Iwan. Syakrani, Iwan. Soewono, Bambang. 2019. Inovasi Dan Data
Elektronik Untuk Posyandu Kelurahan Caringan Kota Bandung. Ikraith-
Abdimas. Vol 2 (2). 31-35

Rohmin, Anur. Rahmadhayanti, Eka. 2019. Keikutsertaan Ibu Dalam Kelas Ibu
Hamil Terhadap Pengetahuan Tentang Materi Buku KIA. Ilmiah Multi Science
Kesehatan. Vol 11. 1-8

Saepudin, Encang. Rizal, Edwin. Rusman, Agus. 2017. Peran Posyandu Sebagai
Pusat Informasi Kesehatan Ibu dan Anak. Vol. 3 (2), 201-207

Budihardja. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan


Anak (PWS-KIA). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Mulati, Erna. 2019. Pedoman Umum Manajemen Kelas Ibu. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI

Yudi, Wibowo. 2014. Perancangan Sistem Informasi Posyandu Online.


Yogyakarta: UGM
57

Agustiningsih. 2017. Efektifitas Program Pembelajaran Ibu Hamil terhadap


Pengetahuan Gizi, Status Anemia, KEK, dan BBLR di Kecamatan Grogol
Kabupaten Sukoharjo. Surakarta: UMS

Kementerian Kesehatan RI. 2019. Pedoman Umum Pelaksanaan Ibu Balita.


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Kementerian Kesehatan RI. 2019. Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Balita. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI

Anda mungkin juga menyukai