Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi cytomegalovirus (CMV) kongenital masih banyak ditemukan

terutama di negara-negara berkembang, yaitu 1% dari seluruh bayi baru lahir.

Penularannya lebih banyak terutama dari ibu yang sebelumnya terinfeksi CMV

dibandingkan yang reaktivasi dan 10% bayi baru lahir yang terinfeksi ditandai

oleh badan inklusi.1 Pada 90% wanita dengan infeksi CMV selama kehamilan,

tidak menunjukkan gejala dan tidak terlacak. Diagnosa yang dipergunakan selama

ini berdasarkan pemeriksaan serologi, yaitu dengan mendeteksi adanya antibodi

immunoglobulin M (Ig M) dan immunoglobulin G (Ig G).2 Beberapa penelitian

deteksi Ig M menunjukkan sensitifitas berkisar 22% sampai 69% untuk

mendeteksi infeksi CMV kongenital.3,4 Selain itu infeksi oleh karena CMV dapat

dilacak dengan pengecatan Giemsa pada sediaan apus urin atau air liur sehingga

didapatkan badan inklusi berbentuk “owl eyes” yang merupakan tempat replikasi

CMV, sehingga dapat dikatakan dalam metode ini menemukan langsung penyebab

infeksi.5 Cara yang paling tepat adalah menggunakan Polymerase Chain Reaction

(PCR), namun cara ini lebih membutuhkan biaya dan tehnik yang tidak dapat

diterapkan di seluruh rumah sakit bila dibandingkan dengan pemeriksaan serologi

dan pengecatan Giemsa.3


Identifikasi adanya infeksi kongenital CMV yang tepat merupakan hal yang

sangat penting untuk penatalaksanaan yang tepat dan sedini mungkin. Hal ini

mempertimbangkan akibat yang ditimbulkan oleh infeksi kongenital CMV.

Sekitar 90% infeksi CMV kongenital tidak menunjukkan gejala. Sementara yang

1
lain menunjukkan gejala khas berupa ikterik (62%), petechiae (58%), dan

hepatosplenomegali (50%). Ketiga gejala tersebut merupakan trias gejala khas

yang sering ditemui pada penderita.6


Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk menunjang diagnosa infeksi

CMV akut sejak munculnya gejala yang tidak spesifik. Adanya Immunoglobulin

M (IgM) tidak dapat secara langsung diartikan sebagai infeksi primer mengingat

Ig M juga diproduksi pada saat reaktifasi dan reinfeksi. IgG dapat

dipertimbangkan apakah infeksi CMV tersebut merupakan infeksi primer atau non

primer.7 Sedangkan pengecatan Giemsa merupakan metode tradisional untuk

mendeteksi badan inklusi yang menjadi diagnosa pasti adanya infeksi CMV.8,9
Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti hubungan antara pengecatan

giemsa badan inklusi dengan pemeriksaan serologi pada infeksi cytomegalovirus

kongenital mengingat pemeriksaan badan inklusi lebih jarang dipakai di sebagian

besar rumah sakit dibandingkan pemeriksaan serologi Ig M dan Ig G.

1.2 Masalah Penelitian


Adakah hubungan antara pengecatan giemsa badan inklusi dengan

pemeriksaan serologi pada infeksi cytomegalovirus kongenital?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara pengecatan giemsa badan inklusi dengan

pemeriksaan serologi pada infeksi cytomegalovirus kongenital.


1.3.2 Tujuan khusus
Menganalisis hubungan antara pengecatan giemsa badan inklusi dengan

pemeriksaan serologi pada infeksi cytomegalovirus kongenital.

1.4 Manfaat Penelitian

2
1. Memberikan dasar ilmiah tentang hubungan pengecatan giemsa badan

inklusi dengan pemeriksaan serologi untuk identifikasi infeksi

cytomegalovirus kongenital.
2. Meningkatkan kemampuan laboratorium mikrobiologi klinik dalam

mengidentifikasi badan inklusi cytomegalovirus dengan cepat dan

akurat yang kemudian dilakukan konfirmasi dengan hasil serologi.


3. Memberikan bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut

mengenai hubungan pengecatan giemsa badan inklusi dengan

pemeriksaan serologi untuk identifikasi infeksi cytomegalovirus

kongenital.
1.5 Orisinalitas

Belum pernah ada penelitian mengenai hubungan pengecatan giemsa badan

inklusi dengan pemeriksaan serologi untuk identifikasi infeksi cytomegalovirus

kongenital.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Infeksi cytomegalovirus kongenital

Infeksi kongenital CMV disebabkan oleh virus dari family Herpetoviridae

subfamily β berukuran sedang yang mengandung double stranded DNA.

Nukleokapsid berukuran garis tengah 110 nm, simetri kubikal dan memiliki 162

kapsomer. Selubung virus mengandung lipoprotein dan mempunyai diameter

antara 150 nm dan 200 nm.8,12

Diagnosis infeksi CMV kongenital dilakukan dengan mendeteksi partikel

virus dalam cairan tubuh. Hal ini dapat dari urin, dimana jumlah partikel virus

paling banyak ditemukan. Dapat pula ditemukan pada air liur atau darah. Jika

3
partikel virus terdeteksi dalam waktu 2-3 minggu setelah lahir, diagnosis infeksi

CMV kongenital terjamin. Seiring dengan diagnostik, aspek prognostik adalah

persoalan lebih lanjut. Penilaian risiko untuk penilaian sequelae onset lambat

merupakan hal yang penting.6

Sepuluh persen dari bayi dengan infeksi CMV kongenital dapat dikenali dari

gejala saat lahir. Penderita ini sering datang dengan gangguan beberapa sistem

organ seperti gangguan pendengaran, retardasi mental, defisit neurologi, retinitis,

hepatitis, pneumonitis, penyakit gastrointestinal (ulkus gaster, esophagus dan

kolitis), dan poliradikulopati. Ditemukan pula hambatan pertumbuhan saat dalam

kandungan, petechiae, anemia, leukopenia, dan trombositopenia. Temuan klasik

pada CT scan kepala pada CMV kongenital adalah kalsifikasi periventricular.

Gambaran kalsifikasi ini merupakan gambaran pengapuran di daerah

periventricular yang diyakini terkait dengan kecenderungan infeksi cepat dari

CMV.6,10,11

2.2 Badan inklusi cytomegalovirus

Cytomegaloviruses merupakan spesies yang spesifik pada tipe sel tertentu.

Percobaan untuk menulari hewan dengan cytomegalovirus manusia telah gagal

karena sifat cytomegalovirus yang spesifik untuk setiap spesies.13

Cytomegalovirus menghasilkan efek cytopathic yang khas. Pembentukan

inklusi sitoplasma perinuklear di samping inklusi intranuklear yang khas pada

herpesvirus. Banyak sel-sel yang terkena efek virus menjadi sangat besar. Badan

inklusi merupakan granula pada sitoplasma atau nucleus dari sel yang terkena

infeksi virus. Granula ini dapat merupakan bagian dari virus, dapat berupa asam

4
nukleat virus atau protein yang sedang dalam proses dirakit menjadi virion. Pada

infeksi CMV bentuk badan inklusi ini khas berupa sel dengan dua inti menyerupai

mata burung hantu atau “owl eyes”.5,13,14 Badan inklusi ini termasuk dalam badan

inklusi intranuklear Cowdry tipe-A yang dikelilingi oleh halo dan dibatasi oleh

kromatin. Badan inklusi ini dapat ditemukan di tubulus ginjal, duktus kandung

empedu, paru, parenkim hati, usus, telinga bagian dalam dan kelenjar saliva,

namun tidak banyak ditemukan pada otak.15 Sel-sel yang terinfeksi dapat

mononuklear atau multinuklear. Cytomegalovirus menghasilkan badan inklusi

yang bersifat basofilik dalam sel yang membesar.9

2.3 Pengecatan giemsa

Pengecatan giemsa merupakan pengecatan Romanowsky yang banyak

digunakan, beberapa di antaranya untuk mewarnai malaria, Yersinia pestis,

Borellia sp, juga badan inklusi dari cytomegalovirus. Perbedaan pewarnaan

giemsa untuk badan inklusi cytomegalovirus dengan pewarnaan giemsa lainnya

terletak pada pengenceran giemsa dengan air buffer dan pada lama pengeringan

cat giemsa sebelum dicuci dengan air buffer. Cat giemsa yang dipakai pada

pewarnaan badan inklusi sebanyak 0,5 ml dan air buffer sebanyak 19,5 ml.

Sedangkan waktu yang diperlukan untuk mendiamkan cat giemsa selama 1½

sampai 2 jam. Hasil pengecatan badan inklusi tampak warna biru muda ataupun

ungu gelap.5

5
2.4 Serologi cytomegalovirus

Pemeriksaan ELISA mampu mendeteksi antibodi spesifik IgG dan IgM.

Antibody IgM terdeteksi paling tinggi pada tahap awal infeksi dan akan

berangsur-angsur tidak terdeteksi pada 12–16 minggu setelah onset infeksi. IgM

tetap ada selama gejala infeksi terutama pada kasus infeksi kongenital CMV.

Kadar CMV yang lebih rendah dapat ditemukan pada infeksi CMV rekuren.

Sementara itu Ig G yang muncul dapat menyertai Ig M pada infeksi berulang dan

bila terdeteksi hanya Ig G dapat merupakan infeksi yang telah berlalu atau ada

infeksi berulang. Ig G menetap selama hidup.16

BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

3.1.Kerangka Teori

Infeksi Cytomegalovirus kongenital

Pengecatan Pemeriksaan
Giemsa badan serologi
inklusi Ig M
Badan inklusi
Ig G

3.2 Kerangka Konsep

6
Pengecatan Pemeriksaan
Giemsa badan serologi
inklusi

Infeksi Cytomegalovirus kongenital


3.3 Hipotesis
Ada hubungan antara pengecatan giemsa badan inklusi dengan

pemeriksaan serologi pada infeksi cytomegalovirus kongenital.

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Ruang Lingkup Penelitian

4.1.1 Ruang lingkup keilmuan

Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang ilmu

Mikrobiologi Kedokteran.

4.1.2 Ruang lingkup tempat

Penelitian dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Klinik FK Undip/

RSUP Dr. Kariadi.

4.1.3 Ruang lingkup waktu

Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni-Oktober 2011.

7
4.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat observasional laboratorik

4.3 Variabel Penelitian

4.3.1 Variabel bebas

Pengecatan giemsa badan inklusi

4.3.2 Variabel tergantung

Pemeriksaan serologi pada infeksi cytomegalovirus kongenital.

4.3.3 Definisi operasional dan skala

Istilah Definisi operasional Skala


Pengecatan Pengecatan specimen, yang dalam hal Nominal
giemsa badan ini adalah urin, menggunakan giemsa
inklusi yang telah diencerkan menggunakan
buffer sebanyak 19,5 ml dan giemsa
sebanyak 0,5 ml. Dari hasil
pengecatan akan didapatkan sel
berukuran besar dengan inti ganda
menyerupai gambaran mata burung
hantu atau “owl eyes”.

Pemeriksaan Pemeriksaan kualitatif Ig M dan Ig G Nominal


serologi pada menggunakan metode ELISA.
infeksi Diambil dari data pasien di rekam

8
cytomegalovirus medic yang telah dikerjakan di
kongenital. laboratorium Patologi Klinik.

4.4 Populasi dan Sampel

4.4.1 Populasi penelitian

Populasi penelitian adalah bayi dan anak yang lahir dengan infeksi

kongenital cytomegalovirus.

4.4.2 Sampel penelitian

Sampel penelitian adalah bayi dan anak yang lahir dengan infeksi kongenital

cytomegalovirus yang berobat di RSUP dr. Kariadi Semarang.

4.4.2.1 Kriteria inklusi

Bayi dan anak yang lahir dengan infeksi kongenital cytomegalovirus yang

bersedia diperiksa urin dan serologi untuk diagnosa infeksi CMV

kongenital.

4.4.2.2 Kriteria eksklusi

 Bayi dan anak yang lahir dengan beberapa infeksi kongenital

TORCH.
 Bayi dan anak dengan infeksi penyerta.

4.4.3 Besar sampel

N= (Zα+Zβ)2π
(P1-P2)2
N = Jumlah sampel

Zα = Deviat baku alpha

Zβ = Deviat baku beta

9
P = Besarnya ketidaksesuaian

P1-P2 = Perbedaan proporsi minimal yang dianggap bermakna

4.5 Materi/ Alat Penelitian

4.5.1 Bahan

- Urin

- Cat giemsa

- Air buffer

- Methanol

- Minyak emersi

4.5.2 Alat

- Gelas obyek

- Kaca dek

- Kontainer urin

- Lampu spirtus

- Ose bulat

- Pipet

- Mikroskop cahaya

- Tabung sentrifugal

- Sentrifugal

- Gelas ukur

- Pengaduk

- Stiker label pasien

10
4.6 Prosedur Penelitian/ Cara Pengumpulan Data

4.6.1 Jenis data

Data yang dikumpulkan merupakan data primer berupa hasil pengecatan

urin menggunakan giemsa dan data sekunder hasil pemeriksaan serologi

yang tercantum di rekam medis pasien.

4.6.2 Waktu dan tempat pengumpulan data

Pengumpulan data mulai dilakukan bulan Juni- Oktober 2011. Tempat

pengumpulan data adalah Laboratorium Mikrobiologi dan bagian rekam

medik RS Dr. Kariadi.

4.6.3 Cara kerja dan alur penelitian

a. Urin dari pasien dimasukkan dalam tabung sentrifugal dan dilakukan

sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit.


b. Urin yang telah disentrifugasi diambil supernatant.
c. Teteskan supernatant ke gelas obyek. Buat preparat apus.
d. Fiksasi dengan methanol selama 2 sampai 3 menit.
e. Keringkan di udara bebas.
f. Dilusi cat giemsa dengan air buffer dengan cara menuangkan air buffer

pada gelas ukur sebanyak 19,5 ml dan cat giemsa sebanyak 0,4 ml.
g. Teteskan cat giemsa yang telah terdilusi ke preparat apus.
h. Diamkan selama 2 jam.
i. Cuci gelas obyek yang telah diberi giemsa dengan air buffer.
j. Keringkan di udara bebas.
k. Amati dengan mikroskop. Badan inklusi akan tampak biru muda atau

ungu gelap.
l. Catat hasil pengamatan badan inklusi untuk disandingkan dengan hasil

pemeriksaan serologi CMV.

4.7 Pengolahan dan Analisis Data

Untuk mengetahui hubungan antara pengecatan giemsa badan inklusi dengan

pemeriksaan serologi pada infeksi cytomegalovirus kongenital digunakan uji

11
statistik Chi Square dalam tabel 2x2. Pengolahan data dilakukan dengan

menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 15.0

for Windows.

4.8 Rencana Anggaran

No. Uraian Volume Satuan Harga Satuan Total


1. Honor peneliti
Ketua peneliti (1 orang) 60 jam jam/orang 25.000 1.500.000
Anggota peneliti (1 orang) 50 jam jam/orang 20.000 1.000.000
Teknisi 50 jam jam/orang 15.000 750.000
2. Bahan dan alat
Cat giemsa 2 botol 1.000.000 2.000.000
Air buffer 2 botol 500.000 1.000.000
Methanol 2 botol 400.000 800.000
Minyak emersi 2 botol 100.000 200.000
Obyek Glass 4 box 100.000 400.000
Deck Glass 4 box 50.000 200.000
Hand schoon 4 box 50.000 200.000
Tabung reaksi 50 tabung 5000 250.000
Tabung sentrifugal 50 tabung 5000 250.000
3.
Pengadaan proposal 7 buah 10.000 70.000
Log book 1 buah 25.000 25.000
Pengadaan laporan akhir 7 buah 200.000 200.000
Ethical clearance 100.000 100.000
4 Publikasi (Presentasi 1.000.000 1.000.000
pertemuan ilmiah)
TOTAL 9.945.000

DAFTAR PUSTAKA

12
1. Corrales-Medina VF, Shandera WX. Cytomegalovirus disease. In: McPhee SJ,
Papadiks MA, editors. Current Medical Diagnosis and Treatment. 49 ed. New
York: McGraw-Hill; 2010. p. 1245-6.

2. Quinonez JM. Congenital Toxoplasmosis and Congenital Cytomegalovirus.


Hospital Physician Pediatric Medicine Board Review Manual. 2004:9-11.

3. Naessens A, Casteels A, Decatte L, Foulon W. A Serologic Strategy For


Detecting Neonates At Risk For Congenital Cytomegalovirus Infection. The
Journal of Pediatrics. 2005;146:194-7.

4. Halwachs-Baumann G. Congenital Cytomegalovirus Infection, Epidemiology,


Diagnosis, Therapy. NewYork: Springer Wien; 2011.

5. Cheesbrough M. Cytomegalovirus. Medical Laboratory Manual For Tropical


Countries: The Thetford Press Ltd; 1984. p. 363-4.

6. Leung AKC, Sauve RS, Davies HD. Congenital Cytomegalovirus Infection.


Journal of The National Medical Association. 2003;95:213-8.

7. Jahromi AS, Makiani MJ, Farjam MR, Madani A, Amirian M, Eftekhri TE, et
al. Cytomegalovirus Immunity in Pregnancy in South of Iran. American
Journal of Infectious Diseases. 2010;6:8-11.

8. Soedarto. Cytomegalovirus. Virologi Klinik. Jakarta: Sagung Seto; 2010. p.


202-3.

9. Koneman EW, Allen SD, Janda WM, Schreckenberger PC, Winn WC. Virus
Diagnostic. Diagnostic Microbiology. 4th ed. Philadelphia: JB Lippincot
company; 1992. p. 988-1005.

10. Janner D. Congenital Disease. Clinical Guide to Pediatric Infectious Disease.


1st ed. California: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.

11. Southwick FS. Cytomegalovirus. Infectious Diseases A Clinical Short Course.


2nd ed. New York: McGraw-Hill Companies Inc; 2007. p. 381-2.

12. Drew WL. Herpesviruses. In: Ryan KJ, Ray CG, editors. Medical
Microbiology Introduction to Infectious Disease. 4th ed. New York: The
McGraw-Hill Companies Inc; 2004. p. 567-9.

13. Jawetz, Melnick, Adelberg. 2007. Herpesvirus. Jawetz, Melnick, and


Adelberg's Medical Microbiology. 24th Edition. New York: McGraw-Hill
Companies. 163-166.

13
14. Tortora GJ, Funke BR, Case CL. Cytomegalovirus Infections. In: Berriman L,
editor. Microbiology An Introduction. 10th ed. San Fransisco: Pearson
Education Inc; 2010. p. 658.
15. Griffiths PD. Cytomegalovirus. Principles and Practice of Clinical Virology.
6th ed. West Sussex, UK: John Wiley & Sons Ltd.; 2009. p. 161.

16. Haaheim LR, Pattison JR, Whitley RJ. Cytomegalovirus. A Practical Guide to
Clinical Virology. 2nd ed: John Wiley & Sons Ltd; 2002. p. 149.

14

Anda mungkin juga menyukai