Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PERTAMBANGAN EMAS

Pertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan ekstraksi


mineral dan bahan tambang lainnya dari bumi, salah satunya adalah
pertambangan emas. Pertambangan emas selain dikelola oleh perusahaan juga
banyak dijumpai pertambangan emas tanpa izin (PETI). Pertambangan tanpa
izin ini biasa dilakukan masyarakat setempat. Kegiatan pertambangan ini
dilakukan secara tradisional, yang biasanya dilakukan oleh masyarakat di tepi
sungai dengan cara mendulang [10]. Biji-biji emas hasil dulang biasanya
dibersihkan dengan proses amalgamasi [20].
Proses selanjutnya untuk mendapatkan biji emas dari campuran batuan
dilakukan proses amalgamasi dengan menggunakan merkuri. Limbah proses
amalgamasi tersebut biasanya dibuang ke sungai atau ditumpuk di daerah
pemprosesan sehingga dapat mencemari lingkungan. Data Badan Pengelolaan
dan Pelestarian Lingkungan Hidup tahun 2002, melaporkan bahwa setiap
tahun diperkirakan 10 ton Hg sisa penambangan emas tradisional di buang ke
lingkungan sekitar.

2.2 PENGOLAHAN EMAS CARA AMALGAMASI


Amalgamasi adalah proses penyelaputan partikel emas oleh air raksa
dengan membentuk amalgam (Au-Hg). Amalgamasi merupakan metode
ekstraksi logam emas yang paling sederhana dan murah, tetapi hanya sesuai
untuk bijih emas dengan kadar tinggi, mempunyai ukuran butir kasar ( >74 μ)
dan dalam bentuk emas murni yang bebas (free native gold). Proses
amalgamasi merupakan proses kimia fisika, apabila amalgamnya dipanaskan,
maka akan terurai menjadi elemen-elemen yaitu air raksa dan butiran emas.
Amalgam dapat terurai dengan pemanasan di dalam sebuah retort, dimana air
raksa akan menguap dan dengan proses kondensasi uap air raksa tersebut

Universitas Sumatera Utara


dapat diperoleh lagi air raksanya untuk dapat dipergunakan kembali.
Sementara Au-Hg tetap tertinggal di dalam retort sebagai logam.

Metode yang digunakan oleh para pengolah bijih emas adalah metode
langsung. Dalam metode ini semua material (bijih emas, media giling, kapur
tohor, air, air raksa) dimasukkan secara bersama-sama pada awal proses,
sehingga proses penghalusan bijih emas dan pengikatan emas oleh air raksa
terjadi secara bersamaan. Metode amalgamasi cara langsung ini kurang efektif
dengan beberapa alasan yaitu memerlukan jumlah air raksa relatif lebih
banyak, air raksa yang digunakan cepat rusak menjadi butir-butir kecil
(flouring) , sehingga daya ikat air raksa terhadap emas kurang, dan butir-butir
air raksa yang kecil mudah terbuang bersama ampas sewaktu dilakukan
pendulangan memisahkan ampas dengan amalgam. Akibatnya, metode ini
menghadapi dua permasalahan utama yaitu perolehan emas yang rendah dan
kehilangan air raksa yang cukup tinggi. Perolehan emas dalam metode
amalgamasi jarang melebihi 85 % [20]. Untuk tambang rakyat yang
menggunakan metode amalgamasi cara langsung perolehan emasnya lebih
rendah dari 85 %. Ini mengakibatkan terjadinya pemborosan sumber daya
mineral karena hanya bijih emas kadar tinggi saja yang diolah, sementara
ampas (tailing) sebagai sisa pengolahan yang masih mengandung emas
dibuang dan dalam jumlah yang cukup banyak.

2.3 TAILING
Tailing secara teknis didefinisikan sebagai material halus yang
merupakan mineral yang tersisa setelah mineral berharganya diambil dalam
suatu proses pengolahan bijih [13]. Dalam kamus istilah teknik pertambangan
umum tailing diidentikkan dengan ampas. Tailing juga didefenisikan sebagai
limbah proses pengolahan mineral yang butirannya berukuran relatif halus
[20]. Sebagai limbah sisa pengolahan batuan, tailing masih mengandung
logam berat seperti yang disajikan pada tabel 2.1.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1 Kandungan Logam Berat pada Tailing Dari Salah Satu Perusahaan
Pengolahan Biji Emas [13]
No Logam Berat Rumus kimia Kandungan
(mg/kg)
1 Merkuri Hg 30.65
2 Timbal Pb 0.28
3 Kadmium Cd 2.36
4 Zink Zn 0.42
5 Tembaga Cu 0.31
6 Aurum Au 0.01
7 Arsen As 6.68

Oleh karena itu limbah padat (tailing) yang masih mengandung logam-
logam berat dan air raksa dengan kadar yang masih tinggi akan berpotensi
mencemari lingkungan apabila dibuang secara tidak benar (sembarangan).
Fakta yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa pencemaran lingkungan
karena pembuangan limbah tailing bijih emas secara tidak benar
(sembarangan) masih banyak terjadi di beberapa lokasi pengolahan bijih emas.
Hal ini diindikasikan dengan tingginya kandungan Hg dan logam berat lainnya
yang terdapat dalam air sungai di sekitar lokasi pengolahan bijih emas.

2.4 DAMPAK NEGATIF MERKURI


Tailing atau limbah penambangan dari proses amalgamasi yang banyak
mengandung Merkuri langsung dibuang ke lingkungan (sungai) tanpa diproses
terlebih dahulu, sehingga sangat memungkinkan menyebabkan pencemaran
bagi lingkungan. Selain itu, lingkungan yang terkontaminasi oleh merkuri
dapat membahayakan kehidupan manusia karena adanya rantai makanan.
Merkuri merupakan satu - satunya logam yang mengalami biomagnifikasi
melalui rantai makanan dan sangat mudah mengalami transformasi menjadi
bentuk - bentuk organikyang lebih toksik (metil - merkuri, dimetil - merkuri,
etil - merkuri, dan lain - lain). Efek bahan pencemar merkuri terhadap
lingkungan, antara lain pada kondisi fisik, ekonomi, vegetasi, kehidupan

Universitas Sumatera Utara


binatang dan estetika. Efek lainnya, yaitu terhadap kesehatan manusia secara
umum yang dapat berupa sakit (akut dan kronis), terganggunya fungsi
fisiologis (syaraf, paru, kemampuan sensorik), iritasi sensorik serta
penimbunan bahan bahaya pada tubuh.

Gambar 2.1. Proses pencampuran merkuri [14]

Orang-orang yang mempunyai potensial terkena kandungan Hg


diantaranya pekerja pabrik/penambang emas yang menggunakan Hg, janin
bayi dan anak-anak (Metil merkuri) dapat menembus placenta, sistem syaraf
sensitif terhadap keracunan Hg. Efek toksisitas merkuri terutama pada susunan
saraf pusat (SSP) dan ginjal, dimana merkuri terakumulasi yang dapat
menyebabkan kerusakan SSP dan ginjal antara lain tremor, kehilangan daya
ingat [16].
Berbagai penyakit pada manusia yang disebabkan oleh merkuri adalah :
1. Toksisitas yaitu penyakit gangguan sistem pencernaan dan sistem syaraf
yang disebabkan kontak langsung dengan merkuri. Biasanya penderita
akan terasa tidak nyaman, kesakitan, bahkan kematian.
2. Akumulasi Hg dalam tubuh dapat menyebabkan tremor, parkinson,
gangguan lensa mata berwarna abu-abu, serta anemia ringan, dilanjutkan
dengan gangguan susunan syaraf yang sangat peka terhadap Hg dengan
gejala pertama adalah parestesia, ataksia, disartria, ketulian, dan
akhirnya kematian.

Universitas Sumatera Utara


3. Wanita hamil yang terpapar alkil merkuri bisa menyebabkan kerusakan
pada otak janin sehingga mengakibatkan kecacatan pada bayi yang
dilahirkan.
4. Garam merkuri anorganik bisa mengakibatkan presipitasi protein,
merusak mukosa saluran pencernaan, merusak membran ginjal maupun
membran filterglomerulus.
5. Merkuri juga menyebabkan penyakit kulit seperti gatal-gatal bahkan
kanker kulit.
Berdasarkan uraian diatas bahwa penggunaan merkuri pada penambangan
emas tidak hanya merugikan kepada pekerja tambang tersebut, namun juga
berdampak kepada alam dan masyarakat sekitar penambangan [16].

2.5 SOLIDIFIKASI/STABILISASI
Dua hal penting yang berkaitan dengan pencemaran tanah oleh logam
berat seperti merkuri adalah mobilitas dan pelepasan logam berat ke dalam
tanah. Mobilitas logam berat berkaitan dengan gerakan senyawa-senyawa
berbahaya dalam tanah ke aliran air tanah dan efeknya bila terjadi kontak
dengan material biologi. Pelepasan logam berat berkaitan dengan efek kontak
fisik dengan kontaminan, termasuk kemungkinan masuknya kontaminan ke
dalam material. Salah satu pengolahan limbah logam berat seperti merkuri
dapat diatasi dengan proses stabilisasi/solidifikasi
Stabilisasi/solidifikasi (S/S) adalah proses yang melibatkan pencampuran
limbah dengan zat pengikat untuk mengurangi pelepasan kontaminan baik
secara fisik maupun kimia dan mengkonversi atau mengubah limbah
berbahaya ke dalam bentuk yang bersahabat dengan lingkungan untuk
keperluan konstruksi atau penimbunan tanah [4]. Proses S/S telah digunakan
dalam penanganan limbah lebih dari 20 tahun, dan beberapa istilah diberikan
pada langkah penanganan yang berbeda yang termasuk dalam proses S/S.
1. Limbah berbahaya adalah limbah yang dapat meningkatkan tingkat
keracunan akut dan kematian, atau dengan kata lain limbah merupakan
substansi yang berpotensi sebagai racun terhadap kesehatan manusia
atau lingkungan apabila tidak ditangani, diangkut, disimpan atau diatur

10

Universitas Sumatera Utara


dengan benar. Badan Perlindungan Lingkungan (EPA, Environmental
Protection Agency) mendefinisikan limbah sebagai hasil proses
produksiyang memenuhi salah satu atau lebih karakteristik, yaitu mudah
terbakar, korosif, reaktif dan toksik. Prosedur Peluluhan Karakteristik
Toksisitas TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure)
merupakan uji untuk limbah beracun. Proses S/S biasanya dipakai untuk
menguji limbah beracun [9].
2. Solidifikasi adalah suatu penanganan yang menghasilkan padatan limbah
yang memiliki identitas struktural yang tinggi. Proses solidifikasi
menyebabkan kontaminan tidak dapat berinteraksi dengan reagen
solidifikasi. Hal ini terjadi karena secara mekanik, kontaminan dikunci
atau dijebak dalam padatan yang terbentuk dari proses solidifikasi.
3. Stabilisasi adalah suatu teknik yang didesain untuk meminimalkan
mobilitas atau kelarutan kontaminan baik dengan atau tanpa terjadi
perubahan sifat fisik dari limbah. Proses stabilisasi biasanya melibatkan
penambahan material ke dalam limbah berbahaya dan menciptakan
produk yang lebih tidak berbahaya.
4. Pengikat (binder), biasanya semen atau material seperti semen, atau
resin yang digunakan untuk mengikat partikel secara bersama-sama.
Penambahan air atau bahan aditif lain sangat dimungkinkan. Pengikat
akan menciptakan bentuk limbah yang terstabilkan. Semen Portland
merupakan pengikat yang paling umum digunakan dalam proses S/S.
5. Bahan aditif adalah material yang ditambahkan ke dalam binder untuk
meningkatkan keberhasilan proses S/S. Bahan aditif, seperti silika dapat
memperlambat proses pengerasan, lempung dapat meningkatkan
ketahanan terhadap air atau kontaminan, dan surfaktan dapat
meningkatkan penyatuan senyawa organik. Bahan aditif biasanya
ditambahkan hanya dalam jumlah kecil.

2.6 TUJUAN PROSES SOLIDIFIKASI/STABILISASI


Proses Solidifikasi/Stabilisasi (S/S) didesain untuk mengakomodasikan
salah satu atau lebih dari tujuan berikut [15] :

11

Universitas Sumatera Utara


1. Menurunkan mobilitas atau kelarutan kontaminan.
2. Meningkatkan penanganan dan karakteristik fisik limbah dengan cara
menciptakan suatu matrik padatan yang tidak bebas air.
3. Menurunkan luas muka limbah dengan cara mentransfer kontaminan
yang mungkin terdapat dalam padatan limbah.
Untuk mengetahui keberhasilan tujuan dari proses S/S dilakukan dengan
cara melakukan uji standard dan uji termodifikasi. Tiga hal yang umumnya
dilakukan dalam pengujian proses S/S adalah [15] :
1. Fisik, mencakup kelembaban, kerapatan, kepadatan, kekuatan dan daya
tahan.
2. Kimiawi, mencakup pH, reaksi redoks, kapasitas penetralan asam,
kebasaan, dan kandungan senyawa organik.
3. Peluluhan, mencakup TCLP, prosedur ekstraksi bertingkat, peluluhan
dinamis prosedur peluluhan pengendapan asam sintetis (SPLP, Synthetic
Acid Precipitation Leaching Procedure) dan ekstraksi berurutan.
Penanganan dengan proses S/S dikatakan berhasil bila dihasilkan produk
limbah yang kuat dan tahan lama yang tidak akan meluluhkan logam dalam
jangka waktu pendek maupun panjang. Bentuk limbah yang tidak kuat dan
padat akan mudah berkurang seiring dengan berjalannya waktu, mudah hancur
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga akan meningkatkan resiko
peluluhan. Bentuk limbah harus tahan lama dalam lingkungan yang selalu
berubah dan mempunyai tingkat ketahanan terhadap siklus kering/basah dan
pembekuan/pencairan.

2.7 BETON
Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran atas
semen Portland, pasir, kerikil dan air. Dalam keadaan yang mengeras, beton
memiliki kekuatan tinggi. Beton juga akan memberikan hasil akhir yang bagus
jika pengolahan akhir dilakukan dengan cara khusus, misalnya diekspose
agregatnya (agregat yang mempunyai bentuk yang bertekstur seni tinggi
diletakkan dibagian luar, sehingga nampak jelas pada permukaan betonnya).

12

Universitas Sumatera Utara


Selain tahan terhadap serangan api, beton juga tahan terhadap serangan korosi
[18].
Beton mempunyai beberapa kelebihan, antara lain yaitu [18] :
1. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi.
2. Mampu memikul beban yang berat.
3. Tahan terhadap temperatur yang tinggi.
4. Nilai kekuatan dan daya tahan (durability) beton adalah relatif tinggi.
5. Biaya pemeliharaan yang kecil.
Selain kelebihan, beton juga mempunyai beberapa kekurangan antara
lain yaitu [18] :
1. Bentuk yang telah dibuat sulit untuk dirubah.
2. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi.
3. Kekuatan tarik beton relatif rendah.
4. Daya pantul suara yang besar.

2.7.1. Material Penyusun Beton


1. Agregat
Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan
pengisi dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini kira-kira menempati
sebanyak 78 % volume mortar atau beton. Walaupun hanya sebagai bahan
pengisi akan tetapi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat
mortar/betonnya sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting
dalam pembuatan mortar/beton. Seperti dengan alternatif pemanfaatan
pecahan beton yang terbakar sebagai agregat kasar, karena kondisi pada saat
ini agregat mulai berkurang dan harganya melambung tinggi.
Sifat yang paling penting dari suatu agregat (batu-batuan, kerikil, pasir
dan lain- lain) ialah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan, yang
dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, porositas dan
karakteristik penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses
pembekuan waktu musim dingin dan agresi kimia, serta ketahanan terhadap
penyusutan [13].

13

Universitas Sumatera Utara


2. Semen Portland
Semen portland atau biasa disebut semen adalah bahan pengikat hidrolis
berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker (bahan
ini tertuma terdiri dari silika-silika kalsium yang bersifat hidrolis), dengan
batu gips sebagai bahan tambahan [18].
Semen portland yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat
SII.0013-8 1 atau Standar Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986 dan harus
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam standar tersebut (PB. 1989:3.2-
8) .
a. Sifat Sifat Semen Portland
Menurut (Samekto dan Candra, 2001) semen portland memiliki beberapa
sifat yang diantaranya dijelaskan sebagai berikut:
1) Kehalusan Butir
Pada umumnya semen memiliki kehalusan sedemikian rupa
sehingga kurang lebih 80 % dari butirannya dapat menembus ayakan 44
mikron. Makin halus butiran semen, makin cepat pula persenyawaannya.
Makin halus butiran semen, maka luas permukaan butir untuk suatu
jumlah berat semen akan semakin menjadi besar. Makin besar luas
permukaan butir ini , makin banyak pula air yang dibutuhkan bagi
persenyawaannya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
menentukan kehalusan butir semen. Cara yang paling sederhana dan
mudah dilakukan ialah dengan mengayaknya.
2) Kekekalan Bentuk
Yang dimaksud dengan kekekalan bentuk adalah sifat dari bubur
semen yang telah mengeras, dimana bila adukan semen dibuat suatu
bentuk tertentu bentuk itu tidak berubah. Buka benda dari adukan semen
yang telah mengeras. Apabila benda menunjukkan adanya cacat (retak,
melengkung, membesar atau menyusut), berarti semen itu tidak baik atau
tidak memiliki sifat tetap bentuk.
3) Kekuatan Semen
Kekuatan mekanis dari semen yang mengeras merupakan sifat
yang perlu diketahui di dalam pemakaian. Kekuatan semen ini

14

Universitas Sumatera Utara


merupakan gambaran mengenai daya rekatnya sebagai bahan
perekat/pengikat. Pada umumnya, pengukuran kekuatan daya rekat ini
dilakukan dengan menentukan kuat lentur, kuat tarik atau kuat tekan
(desak) dari campuran semen dengan pasir.

b. Bahan Penyusun Semen Portland


Bahan utama pembentuk semen portland adalah Kapur (CaO), Silica
(SiO3), Alumina (Al2O3), sedikit Magnesia (MgO), dan terkadang sedikit
Alkali. Untuk mengontrol komposisinya, terkadang ditambahkan Oksida Besi,
sedangkan Gipsum (CaSO4.2H2O) ditambahkan untuk mengatur waktu ikat
semen. [18]
Komposisi senyawa utama dan senyawa pembentuk dalam semen portland
dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.3 Komposisi Senyawa Utama Semen Portland [18]


Nama Kimia Rumus Kimia Persen Berat

Trikalsium Silikat 3CaO.SiO2 55

Dikalsium Silikat 2CaO.SiO2 18

Trikalsium Aluminat 3CaO.Al2O3 10

Tetrakalsium Aluminoferit 4CaO.Al2O3.Fe2O3 8

Gipsum CaSO4.2H2O 6

15

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.4 Komposisi Senyawa Pembentuk Semen Portland [18]
Oksida Nama Senyawa Persen Berat

CaO Kapur 64,67

SiO2 Silika 21,03

Al2O3 Aluminium 6,16

Fe2O3 Oksida Besi 2,58

MgO Magnesia 2,62

K2O3 Alkali 0,61

Na2O3 Alkali 1,34

SO3 Sulfur Trioksida 2,03

3. Air
Air diperlukan pada pembuatan beton beton untuk memicu proses
kimiawi semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam
pekerjaan beton. Air yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai
campuran beton. Air yang mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya,
yang tercemar garam, minyak, gula atau bahan kimia lainnya , bila dipakai
dalam campuran beton akan menurunkan kualitas beton, bahkan dapat
mengubah sifat-sifat beton yang dihasilkan [18].
Karena pasta semen merupakan hasil reaksi kimia antara semen air,
maka bukan perbandingan jumlah air terhadap total berat campuran yang
penting, tetapi justru perbandingan air dengan semen atau yang biasa disebut
sebagai Faktor Air Semen (water cement ratio). Air yang berlebihan akan
menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai,
sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak
tercapai seluruhnya, sehingga akan mempengaruhi kekutan beton. Untuk air
yang tidak memenuhi syarat mutu, kekuatan beton pada umur 7 hari atau 28

16

Universitas Sumatera Utara


hari tidak boleh kurang dari 90 % jika dibandingkan dengan kekuatan beton
yang menggunakan air standar/suling (PB 1989:9).
Menurut [18], dalam pemakaian air untuk beton itu sebaiknya air
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Tidak mengandung lumpur lebih dari 2 gram/liter.
b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton lebih dari
15 gram.
c. Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter
Kandungan zat-zat tersebut apabila terlalu banyak dapat berpengaruh
jelek terhadap beton, antara lain:
a. Mempengaruhi proses reaksi kimia dari semennya.
b. Mempengaruhi lekatan antara pasta semen dan butiran batuan.
c. Mengurangi kekuatan atau keawetan beton.
d. Dapat juga membuat beton mengembang, sehingga terjadi retak-retak
Secara umum air yang dapat dipakai untuk bahan pencampur beton ialah
air yang bila dipakai akan dapat menghasilkan beton dengan kekuatan
lebih dari 90% kekuatan beton yang memakai air suling.
Semakin banyak bahan batuan yang digunakan dalam beton, maka
semakin hemat penggunaan semen Portland sehingga semakin murah
harganya. Tentu saja dalam penggunaan agregat tersebut ada batasnya, sebab
pasta semen diperlukan untuk pelekatan butir-butir dalam pengisian rongga-
rongga halus dalam beton. Karena bahan batuan tidak susut, maka susut
pengerasan hanya disebabkan oleh adanya pengerasan pasta semen. Semakin
banyak agregat, semakin berkurang susut pengerasan betonnya. Gradasi yang
baik pada agregat dapat menghasilkan beton yang padat sehingga volume
rongga berkurang dan penggunaan semen Portland berkurang pula. Susunan
beton yang padat dapat menghasilkan beton dengan kekuatan yang besar.
Workability adukan beton plastis dapat diusahakan dengan menggunakan
gradasi agregat yang baik. Tetapi gradasi untuk mobilitas yang baik
memerlukan butir-butir berlapis pasta semen untuk dapat memudahkan gerak
adukan betonnya, sehingga butir-butir tidak dapat saling bersinggungan.

17

Universitas Sumatera Utara


4. Pengaruh agregat kasar terhadap kualitas beton
Selain kekuatan pasta semen, hal ini yang perlu menjadi perhatian adalah
agregat. Seperti yang telah dijelaskan, proporsi campuran agregat dalam beton
70-80 %, sehingga pengaruh agregat akan menjadi besar, baik dari sisi
ekonomi maupun dari sisi tekniknya. Semakin baik mutu agregat yang
digunakan, secara linier dan tidak langsung akan menyebabkan mutu beton
menjadi baik, begitu juga sebaliknya.
Agregat yang digunakan dalam beton berfungsi sebagai bahan pengisi,
namun karena prosentase agregat yang besar dalam volume campuran, maka
agregat memberikan kontribusi terhadap kekuatan beton [18].
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan beton terhadap agregat
adalah sebagai berikut [18] :
a. Perbandingan agregat dan semen campuran.
b. Kekuatan agregat
c. Bentuk dan ukuran
d. Tekstur permukaan
e. Gradasi
f. Reaksi kimia
g. Ketahanan terhadap panas

18

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai