Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
Metode yang digunakan oleh para pengolah bijih emas adalah metode
langsung. Dalam metode ini semua material (bijih emas, media giling, kapur
tohor, air, air raksa) dimasukkan secara bersama-sama pada awal proses,
sehingga proses penghalusan bijih emas dan pengikatan emas oleh air raksa
terjadi secara bersamaan. Metode amalgamasi cara langsung ini kurang efektif
dengan beberapa alasan yaitu memerlukan jumlah air raksa relatif lebih
banyak, air raksa yang digunakan cepat rusak menjadi butir-butir kecil
(flouring) , sehingga daya ikat air raksa terhadap emas kurang, dan butir-butir
air raksa yang kecil mudah terbuang bersama ampas sewaktu dilakukan
pendulangan memisahkan ampas dengan amalgam. Akibatnya, metode ini
menghadapi dua permasalahan utama yaitu perolehan emas yang rendah dan
kehilangan air raksa yang cukup tinggi. Perolehan emas dalam metode
amalgamasi jarang melebihi 85 % [20]. Untuk tambang rakyat yang
menggunakan metode amalgamasi cara langsung perolehan emasnya lebih
rendah dari 85 %. Ini mengakibatkan terjadinya pemborosan sumber daya
mineral karena hanya bijih emas kadar tinggi saja yang diolah, sementara
ampas (tailing) sebagai sisa pengolahan yang masih mengandung emas
dibuang dan dalam jumlah yang cukup banyak.
2.3 TAILING
Tailing secara teknis didefinisikan sebagai material halus yang
merupakan mineral yang tersisa setelah mineral berharganya diambil dalam
suatu proses pengolahan bijih [13]. Dalam kamus istilah teknik pertambangan
umum tailing diidentikkan dengan ampas. Tailing juga didefenisikan sebagai
limbah proses pengolahan mineral yang butirannya berukuran relatif halus
[20]. Sebagai limbah sisa pengolahan batuan, tailing masih mengandung
logam berat seperti yang disajikan pada tabel 2.1.
Oleh karena itu limbah padat (tailing) yang masih mengandung logam-
logam berat dan air raksa dengan kadar yang masih tinggi akan berpotensi
mencemari lingkungan apabila dibuang secara tidak benar (sembarangan).
Fakta yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa pencemaran lingkungan
karena pembuangan limbah tailing bijih emas secara tidak benar
(sembarangan) masih banyak terjadi di beberapa lokasi pengolahan bijih emas.
Hal ini diindikasikan dengan tingginya kandungan Hg dan logam berat lainnya
yang terdapat dalam air sungai di sekitar lokasi pengolahan bijih emas.
2.5 SOLIDIFIKASI/STABILISASI
Dua hal penting yang berkaitan dengan pencemaran tanah oleh logam
berat seperti merkuri adalah mobilitas dan pelepasan logam berat ke dalam
tanah. Mobilitas logam berat berkaitan dengan gerakan senyawa-senyawa
berbahaya dalam tanah ke aliran air tanah dan efeknya bila terjadi kontak
dengan material biologi. Pelepasan logam berat berkaitan dengan efek kontak
fisik dengan kontaminan, termasuk kemungkinan masuknya kontaminan ke
dalam material. Salah satu pengolahan limbah logam berat seperti merkuri
dapat diatasi dengan proses stabilisasi/solidifikasi
Stabilisasi/solidifikasi (S/S) adalah proses yang melibatkan pencampuran
limbah dengan zat pengikat untuk mengurangi pelepasan kontaminan baik
secara fisik maupun kimia dan mengkonversi atau mengubah limbah
berbahaya ke dalam bentuk yang bersahabat dengan lingkungan untuk
keperluan konstruksi atau penimbunan tanah [4]. Proses S/S telah digunakan
dalam penanganan limbah lebih dari 20 tahun, dan beberapa istilah diberikan
pada langkah penanganan yang berbeda yang termasuk dalam proses S/S.
1. Limbah berbahaya adalah limbah yang dapat meningkatkan tingkat
keracunan akut dan kematian, atau dengan kata lain limbah merupakan
substansi yang berpotensi sebagai racun terhadap kesehatan manusia
atau lingkungan apabila tidak ditangani, diangkut, disimpan atau diatur
10
11
2.7 BETON
Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran atas
semen Portland, pasir, kerikil dan air. Dalam keadaan yang mengeras, beton
memiliki kekuatan tinggi. Beton juga akan memberikan hasil akhir yang bagus
jika pengolahan akhir dilakukan dengan cara khusus, misalnya diekspose
agregatnya (agregat yang mempunyai bentuk yang bertekstur seni tinggi
diletakkan dibagian luar, sehingga nampak jelas pada permukaan betonnya).
12
13
14
Gipsum CaSO4.2H2O 6
15
3. Air
Air diperlukan pada pembuatan beton beton untuk memicu proses
kimiawi semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam
pekerjaan beton. Air yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai
campuran beton. Air yang mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya,
yang tercemar garam, minyak, gula atau bahan kimia lainnya , bila dipakai
dalam campuran beton akan menurunkan kualitas beton, bahkan dapat
mengubah sifat-sifat beton yang dihasilkan [18].
Karena pasta semen merupakan hasil reaksi kimia antara semen air,
maka bukan perbandingan jumlah air terhadap total berat campuran yang
penting, tetapi justru perbandingan air dengan semen atau yang biasa disebut
sebagai Faktor Air Semen (water cement ratio). Air yang berlebihan akan
menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai,
sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak
tercapai seluruhnya, sehingga akan mempengaruhi kekutan beton. Untuk air
yang tidak memenuhi syarat mutu, kekuatan beton pada umur 7 hari atau 28
16
17
18