Anda di halaman 1dari 12

1.

PENGANTAR
Penyelidikan bahan material bangunan dilakukan untuk mendapatkan
gambaran mengenai bentuk bahan bangunan yang dapat digunakan untuk
mengatasi gempa bumi dari suatu daerah tertentu. Untuk tujuan
tersebut,diperlukan contoh-contoh bahan material yang dapat digunakan,yaitu
dengan cara mensurvey ataupun dengan cara menguji bahan-bahan tersebut
dengan menggunakan alat tertentu.

2.TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah mempelajari bab ini, diharapkan dapat memahami dan mengetahui
material-material yang baik digunakan dalam menahan bencana alam seperti
gempa bumi untuk tujuan penelitian yang hasilnya dapat memberikan
informasi yang lebih efektif dan terpecaya mengenai karakteristik fisik
material tersebut.

3.TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mempelajari bab ini akan dapat:
 Memahami dan mengetahui material-material yang umum digunakan
dalam membangunan bangunan.
 Memahami dan mengetahui kekurangan dan kelebihan dari material
yang digunakan.
 Mengetahui contoh-contoh material yang baik digunakan didaerah
tersebut.
4. URAIAN MATERI POKOK
4.1. PENDAHULUAN
Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat. Hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati seluruh
rakyat sebagai peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan
merata. Hukum bangunan adalah seluruh perangkat peraturan perundang-
undangan yang berhubungan dengan bangunan, meliputi pendirian, perawatan,
pembongkaran, penyerahan, baik yang bersifat perdata maupun publik.
Seiring berkembangnya zaman semakin pesat pembangunan dan
dimulainya era perbaikan disegala bidang,dari industri perdagangan hingga
pariwisata dan disertai dengan pembangunan infrastruktur seperti
jalan,jembatan,gedung-gedund dan lainnya.
Untuk membangun pembangunan tersebut diperlukan berbagai data dan
penyelidikan informasi,salah satunya adalah data geologi teknik.Data geologi
teknik memberikan informasi mengenai kekuatan serta lapisan tanah/batuan
yang bergunan didalam perencanaan.Data dan informasi tersebut dapat
diperoleh dengan cara melakukan penyelidikan geologi teknik.
Dengan didapatkan data geologi teknik pada suatu daerah diharapkan
tidak terjadinya kesalahan-kesalahan dalam pengembangan wilayah maupun
perencanaan konstruksi bangunan.Lokasi yang disurvei antara lain daerah
Gayo Lues dan Aceh Tenggara.

4.2 Tujuan
1.Untuk menentukan berbagai wilayah yang baik digunakan untuk
bangunan-bangunan terutama yang tinggi dalam menahan bencana alam.
2.Menentukan kapasitas tanah menurut jenis pondasi yang
digunakan.
3.Menentukan material-material yang mampu dalam menahan
bencana alam.

4.3 Letak Geologi


Wilayah Kabupaten Gayo Lues tersusun dari berbagai jenis
formasi batuan. Susunan batuan di sebelah tengah dan utara terdiri dari formasi
batu gamping. Sedangkan susunan batu granit letaknya menyebar. Susunan
yang mendominasi adalah formasi batu gamping. Pada bagian selatan tersusun
oleh formasi alas, layang baung dan mikrodolit dalam.

No. Formasi Geologi Luas Persentase


(ha) (%)
1. Anggota Batu Gamping Reuengeuet. 233.10 0.04
2. Anggota Terlis 1,947.06 0.35
3. Batolit Serbajadi 2,309.00 0.42
4. Batu Gamping Tak Terpisahkan 2,528.98 0.46
5. Batuan Gamping Kenyaran 2.537.02 0.46
6. Dusun Member 3,012.35 0.54
7. Formasi Alam 3,197.97 0.58
8. Formasi Batu Gamping Sise 3,229.74 0.58
9. Formasi Batu Gamping Ujeuen 3,841.20 0.69
10. Formasi Batu Gamping Brawan 4,874.13 0.88

4.4 Jenis Tanah


Jenis tanah yang menyusun wilayah Kabupaten Gayo Lues
terdiri dari jenis alluvial hidromof, hidromof kelabu, kambisol, latosol,
podsolik merah kuning dan podsolik coklat. Lahan persawahan didominasi
oleh jenis tanah alluvial hidromof dan hidromof kelabu, sedangkan pada
daerah pergunungan jenis tanah pada umumnya adalah latosol, podsolik merah
kuning dan kambisol. Jenis tanah podzolik merah kuning mendominasi sampai
70,15% dari total luas wilayah.
4.5 Hidrologi
Tutupan hutan yang masih sangat luas di Kabupaten Gayo Lues
mengindikasikan potensi sumber daya air yang sangat besar. Tingkat kerapatan
jaringan sungai relatif tinggi merupakan kombinasi topografi dan luasan hutan
sebagai penyimpan dan penahan air. Pemanfaatan secara umum potensi
sumber daya air tersebut adalah untuk pengairan pertanian, sumber air bersih
dan sumber pembangkit listrik. Sampai tahun 2011 ada 158 unit jaringan
irigasi untuk rencana cakupan areal pertanian 14.992 hektar, 7 unit instalasi
pengolahan air minum untuk melayani air bersih dan air minum di Kecamatan
Blangkejeren, Blangpegayon, dan Dabun Gelang, serta 11 unit Pembangkit
Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang dibangun dari tahun 1997 sampai
dengan 2012 dengan total daya mampu 1298 KW dari 1510 KW.

4.6 Bahan Material


1) Batu bata
Batu bata yang digunakan untuk rumah rumah di pesisir pantai ini masih belum
memenuhi kriteria untuk bahan bangunan tahan gempa. Bata tersebut masih
tergolong getas (brittle), seperti pada gambar berikut ini.

Pada gambar di atas terlihat beberapa batu bata yang pecah-pecah dan retak-
retak.Adapun kualitas batu bata yang seharusnyaadalah yang memenuhi
persyaratan batu bata menurut SII-0021-78 dan PUBI 1982 adalah:
Ukuran standar batu bata yaitu:190x90x65mm,190x140x65mm, atau
230x110x55mm
Bentuk standar batu bata adalah prisma segi empat panjang, sudut harus
siku-siku, tajam, permukaan rata dan tidak retak-retak
Bata dibagi menjadi 6 kelas kekuatan tekan yaitu kelas 25, kelas 50, kelas
150, kelas 200
Bata merah tidak boleh mengandung garam dalam jumlah besar sehingga
menimbulkan bercak-bercak putih yang menutupi permukaan batanya lebih
dari 50%.

2)SEMEN
Semen yang digunakan adalah semen PC Dengan Kualitas SNI.

3)KAYU
Kayu yang akan digunakan harus kering, bebas cacat, tidak retak, tidak
berlubang, tidak lapuk dan lurus.
4) BESI
Besi Beton (Tulangan) standar SNI Diameter 6mm dan 5mm.

5) SENG
Seng yang digunakan adalah seng gelombang BJLS 0.20 X 3 X 6 bd 11
dengan kualitas SNI.
6) TRIPLEK
Triplek yang digunakan adalah triplek tebal 4 mm ukuran 1.22 x 2.44 m
dengan standar SNI.

7) TANAH TIMBUN
Tanah timbun berguna untuk memikul beban lapisan konstruksi bangunan.
8) BATU
Batu merupakan material yang digunakan sebagai bahan bangunan,terutama
untuk proses pemasangan pondasi.

4.6.Wilayah Rawan Bencana dan Faktor Penyebab


Secara geografi dan geologi wilayah Kabupaten Gayo Lues merupakan
wilayah rawan bencana , khususnya bencana gempa, pergerakan tanah, banjir
dan longsor, terlebih wilayah ini secara geologi terhubung dengan
percabangan patahan semangko. Namun kawasan yang paling rentan banjir
atau longsor berada di Desa Ramung Musara, Pungke dan Agusen di
Kecamatan Putri Betung, Desa Pining, Lesten dan Pasir di Kecamatan Pining,
Desa Ise-Ise di Kecamatan Pantan Cuaca.
Bencana alam yang paling sering terjadi di Kabupaten Gayo Lues adalah
longsor dan banjir. Longsor pada umumnya terjadi pada topografi curam
akibat menurunnya kemampuan tanah menyimpan dan menahan air sehingga
pada saat intensitas curah hujan di atasnya tinggi terjadi perpindahan massa
tanah (landslide) dengan volume yang tinggi.
Kawasan rawan longsor dengan intensitas tertinggi di Kabupaten Gayo
Lues terjadi di :
a. Desa Pungkejaya, Desa Ramung di Kecamatan Putri Betung
b. Desa Genting di Kecamatan Dabun Gelang
c. Desa Ise-Ise di Kecamatan Pantan Cuaca dan
d. Desa Pining, Desa Pertik, Desa Ekan, Desa Pasir Putih di Kecamatan Pining
Pengembangan wilayah Kabupaten Gayo Lues secara keruangan harus
memperhatikan kendala pengembangan secara fisik, terutama terhadap resiko
bencana alam. Untuk mengembangkan wilayah yang memiliki kerentanan
tinggi terhadap bencana perlu dibarengi dengan pembangunan berbasis
mitigasi bencana.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSTRUKSI DI GAYO LUES


DAN ACEH TENGGARA:
Gayo Lues
• Rawan Longsor
• Daerah Dataran Tinggi
• Jarang Terjadi Banjir
• Rawan Gempa
Aceh Tenggara
• Jarang Terjadi Longsor
• Daerah Dataran Rendah
• Rawan Banjir
• Rawan Gempa

Masalah yang harus diatasi ialah mendesain rumah yang dapat menahan
potensi gempa yang bergerak secara horizontal menggunakan teknologi
konstruksi knock down yang dapat dibangun dalam waktu cepat dengan
menggunakan bahan beton bertulang pada struktur utamanya.
4.7.Pondasi Anti Gempa

Salah satu komponen penting dalam pembuatan bangunan anti gempa


adalah pondasi anti gempa. Pada umumnya pondasi anti gempa menggunakan
sistem pondasi batu kali yang menerus dimana hubungan antara pondasi rumah
dengan sloof menggunakan angker setiap jarak setengah meter. Hal ini bertujuan
agar ada keterikatan antara pondasi rumah dengan sloof. Sehingga ketika terjadi
gempa ikatan antara pondasi dengan sloof tidak terlepas. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam membuat pondasi tahan gempa dari batu kali :

Pondasi Anti Gempa Harus Terletak di Tanah yang Keras

Fungsi pondasi yang terutama adalah meyebarkan beban bangunan ke


tanah. Jadi pastikan tanah dimana pondasi anti gempa yang dibuat memiliki
kestabilan dan kekuatan yang cukup keras

Pada saat setelah penggalian tanah untuk konstruksi pondasi telah selesai
disarankan untuk membiarkan selama beberapa hari agar tanah cukup padat
dengan cara menyiram dan memadatkannya secara manual. Bila tidak cukup
padat bisa menambahkan lapisan sirtu (pasir batu) ke lapisan dasar pondasi dan
memadatkannya menggunakan stamper agar lapisan dasar tanah untuk pondasi
benar-benar keras.
Pondasi Terletak Cukup Dalam dari Muka Tanah

Pondasi batu kali apabila digunakan sebagai pondasi anti gempa sekurang-
kurangnya memiliki kedalaman 45 cm dari muka tanah untuk bangunan satu
lantai. Sedangkan untuk bangunan rumah dua lantai maka sekurang-kurangnya
memiliki kedalaman hingga 60 cm agar mampu menahan beban bangunan
diatasnya.

Bisa saja bangunan dua lantai menggunakan pondasi batu kali dengan
kedalaman 45 cm namun di titik tertentu seperti lokasi kolom dan pertemuan
dinding sebaiknya ditambahkan pondasi telapak atau pondasi sumuran
dibawahnya.
MENGEKSPLOR MATERIAL-MATERIAL
KONSTRUKSI DI WILAYAH GAYO LUES
DAN ACEH TENGGARA

Disusun oleh:
MUHAMMAD EMIL KAUTSAR (1804101010020)
MUHAMMAD IQBAL (1804101010040)
AFIQA DHAIFINA (1804101010119)

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2018

Anda mungkin juga menyukai