Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR PADA TN. K


DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WONOSARI
Asuhan Keperawatan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah PKK I

Dosen Pembimbing : Eko Suryani S.Pd, S.Kep, M.A

Disusun Oleh :
Suci Ramadhani P07120218043
Risa Ayu Nabila P07120218044
Rahmi Nur Fadlilah P07120218045

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
1. Definisi
Istirahat (KBBI) merupakan kata kerja yang berarti berhenti
(mengaso) sebentar dari suatu kegiatan untuk melepas lelah, bisa juga
disebut rehat. Istirahat juga dapat dideskripsikan sebagai keadaan yang
relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak
beraktifitas saja akan tetapi istirahat juga membutuhkan ketenangan. Kata
istirahat berarti menyegarkan diri atau diam setelah melakukan kerja keras,
suatu keadaan untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri,
atau suatu keadaan melepaskan diri dari segala hal yang membosankan,
menyulitkan, bahkan menjengkelkan.
Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana individu dapat
dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai (Guyton, 1986). Tidur
merupakan suatu kebutuhan bukan suatu keadaan istirahat yang tidak
bermanfaat, tidur merupakan proses yang diperlukan manusia untuk
pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak,
memberi waktu organ tubuh untuk istirahat maupun untuk menjaga
keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh (Mass, 2002). Dengan
kata lain, tidur merupakan suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relative,
bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih kepada
suatu urutan siklus yang berulang. Tidur memiliki ciri, yaitu adanya
aktivitas yang minimum, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapatnya
perubahan proses fisiologis, dan terjadinya penurunan respon terhadap
rangsangan dari luar.
Gangguan pola tidur (SDKI: 2016) adalah gangguan kualitas dan
kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut antara
lain hambatan lingkungan, kebisingan, kurang privasi dan lain sebagainya.
Beberapa kondisi klinis juga dapat menyebabkan gangguan pola tidur antara
lain nyeri, kecemasan, kehamilan, dan beberapa lainnya.
Tabel. Kebutuhan Dasar Manusia

Umur Tingkat Jumlah Kebutuhan


Perkembangan Tidur
0-1 bulan Bayi baru lahir 14-18 jam/hari
1-18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari
18 bulan -3 Masa anak 11-12 jam/hari
tahun
3-6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari
6-12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari
12-18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari
18-40 tahun Masa dewasa 7-8 jam/hari
40-60 tahun Masa muda paruh baya 7 jam/hari
60 tahun ke Masa dewasa tua 6 jam/hari
atas

2. Epidemiologi
Studi yang dilaksanakan oleh Liu X dan kawan-kawan di SMU di
provinsi Shandong, Cina. Hasil studi menyatakan rata-rata lama tidur di
malam hari adalah 7,64 jam dan menurun dengan meningkatnya usia.
Penelitian yang dilakukan oleh Johnson EO dkk pada remaja 13 hingga 16
tahun mengenai epidemiologi insomnia sesuai DSM-IV pada remaja
menunjukkan bahwa prevalensi insomnia adalah 10,7% dengan usia median
timbulnya insomnia adalah 11 tahun.Penelitian Halbower dan Marcus yang
menyatakan gangguan tidur yang paling banyak ditemukan pada remaja
adalah insomnia.

3. Etiologi

Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur :


Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas
tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur
dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Berikut
ini faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur,
antara lain :
a. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dapat tidur
dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka
kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik
sehingga tidak dapat tidur dengan nyenyak. Banyak penyakit yang
dapat memperbesar kebutuhan tidur, seperti penyakit yang
disebabkan oleh infeksi terutama infeksi limpa. Infeksi limpa
berkaitan denga keletihan sehingga penderitanya membutuhkan
banyak tidur untuk mengatasinya. Banyak juga keadaan sakit yang
membuat penderitanya kesulitan tidur atau bahkan tidak bisa tidur.
Misalnya pada klien dengan gangguan pada sistem pernapasan.
Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak mungkin
dapat istirahat dan tidur.
b. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang nyaman dan aman bagi seseorang dapat
mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya, lingkungna yang
tidak aman dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan
hilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi proses tidur.

c. Stress psikologis
Kecemasan merupakan perasaan yang tidak jelas, keprihatinan dan
kekhawatiran karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan
seseorang (Carpenito, 2000). Cemas dan depresi akan menyebabkan
gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena pada
kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui sistem
saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.
d. Obat-obatan
Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang
memengaruhi proses tidur, seperti jenis golongan obat diuretic yang
dapat menyebabkan insomnia, antidepresan yang dapat menekan
REM, kafein yang dapat meningkatkan saraf simpatis sehingga
menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta blocker dapat
berefek pada timbulnya insomnia, dan golongan narkotik dapat
menekan REM sehingga mudah mengantuk.
e. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat proses tidur.
Konsumsi protein yang tinggi dapat menyebabkan individu tersebut
akan mempercepat proses terjadinya tidur karena dihasilkan
tripofan. Tripofan merupakan asam amino hasil pencernaan protein
yang dapat membantu kemudahan dalam tidur. Demikian
sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga memengaruhi
proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur
f. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk
tidur, sehingga dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya
keinginan untuk tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses
tidur.
4. Patofisiologi
Fisiologi tidur merupakan pengaturan tidur yang melibatkan
hubungan mekanisme serebral secara bergantian agar mengaktifkan dan
menekan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas
tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis. Sistem tersebut
mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat, termasuk
pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan
tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Dalam keadaan
sadar, neuron dalam reticular activating sistem (RAS) akan melepaskan
katekolamin seperti norepineprin. Selain itu, RAS yang dapat
memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga
dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan
emosi dan proses pikir. Pada saat tidur, terdapat pelepasan serum
serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah,
yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan saat bangun
bergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dipusat otak dan
sistem limbic. Dengan demikian, sistem batang otak yang mengatur
siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR.
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis,
yaitu:
- Penurunan tekanan darah dan denyut nadi
- Dilatasi pembuluh darah perifer
- Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal
- Relaksasi otot-otot rangka
- Basal matabolsme rate menurun 10-30%

5. Klasifikasi
Berdasarkan prosesnya, terdapat dua jenis tidur, pertama jenis
tidur yang disebabkan oleh menurunnya kegiatan di dalam sistem
pengaktivasi retikularis. Jenis tidur tersebut disebut dengan tidur
gelombang lambat karena gelombang otaknya sangat lambat, atau
disebut tidur nonrapid eye movement (NREM). Kedua jenis tidur yang
disebabkan oleh penyaluran isyarat-isyarat abnormal dari dalam otak,
meskipun kegiatan otak tidak tertekan secara berarti. Jenis tidur yang
kedua disebut dengan jenis tidur paradox atau rapid eye movement
(REM).
a. Tidur gelombang lambat/NREM, jenis tidur ini dikenal dengan tidur
yang dalam, atau juga dikenal dengan tidur yang nyenyak. Ciri-ciri
tidur nyenyak adalah menyegarkan, tanpa mimpi atau tidur dengan
gelombang delta. Ciri lainnya adalah individu berada dalam keadaan
istirahat penuh, tekanan darah menurun, frekuensi napas menurun,
pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang dan metabolisme
menurun. Perubahan selama proses NREM tampak melalui
elektroensefalografi dengan memperlihatkan gelombang otak
berada pada setiap tahap tidur NREM. Tahap tersebut yaitu ;
kewaspadaan penuh dengan gelombang delta yang berfrekuensi
tinggi dan bervoltase rendah, istirahat tenang yang dapat
diperlihatkan pada gelombang alfa, tidur ringan karena terjadi
perlambatan gelombang alfa ke jenis beta atau delta yang bervoltase
rendah, dan tidur nyenyak gelombang lambat dengan gelombang
delta bervoltase tinggi dan berkecepatan 1-2 perdetik.
Tahapan tidur jenis NREM :
 Tahap I
Tahap ini adalah tahap transisi antara bangun dan tidur dengan
ciri sebagai berikut : rileks, masih sadar dengan lingkungan,
merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke
samping, frekuensi nadi dan napas sedikit menurun, serta dapat
bangun segera selama tahap ini berlangsung selama 5 menit.
 Tahap II
Tahap ini merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus
menurun dengan ciri sebagai berikut : mata pada umumnya
menetap, denyut jantung dan frekuensi napas menurun,
temperature tubuh menurun, metabolisme menurun, serta
berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.

 Tahap III
Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi,
frekuensi napas, dan proses tubuh lainnya lambat. Hal ini
disebabkan oleh adanya dominasi sistem parasimpatis sehingga
sulit dibangunkan.
 Tahap IV
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan
jantung dan pernapasan menurun, jarang bergerak, sulit
dibangunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun
dan tonus otot menurun.
b. Tidur paradox/REM, tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur
malam yang terjadi selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit.
Periode pertama timbul 80-100 menit. Namun apabila kondisi
seseorang sangat lelah, maka awal tidur sangat cepat dan bahkan
jenis tidur ini tidak ada. Ciri tidur REM adalah sebagai berikut :
 Biasanya disertai dengan mimpi aktif
 Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak NREM
 Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukan
inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis
 Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur
 Pada otot perifer, terjadi gerakan otot yang tidak teratur
 Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular,
tekanan darah meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster
meningkat, dan metabolism meningkat
 Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga
berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi

Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan


menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut :

 Cenderung hiperaktif
 Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi
 Nafsu makan bertambah
 Bingung dan curiga
Secara umum, siklus tidur normal adalah sebagai berikut:

Bangun (Pratidur)

NREM I Tidur REM

NREM II NREM II

NREM III NREM III

NREM IV

Gambar. Siklus tidur (sumber : Potter & Perry, 1997)

Jenis-jenis gangguan tidur :

a. Insomnia
Insomnia merupakan suatu keadaan yang menyebabkan individu
tidak mampu mendapatkan tidur yang adekuat, baik secara kualitas
maupun kuantitas sehingga individu tersebut hanya tidur sebentar atau
susah tidur. Insomnia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu inisial insomnia.
intermiten insomnia dan terminal insomnia. Inisial insomnia merupakan
ketidakmampuan individu untuk jatuh tidur atau memulai tidur.
Intermitten insomnia merupakan ketidakmampuan tetap tidur karena
selalu terbangun pada malam hari. Sedangkan terminal insomnia
merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah bangun tidur
pada malam hari. Proses gangguan tidur ini kemungkinan besar
disebakan adanya rasa khawatir dan tekanan jiwa.
b. Hipersomia
Hipersomia merupakan gangguan tidur dengan criteria tidur
berlebihan. Pada umumnya, lebih dari sembilan jam pada malam hari,
yang disebabkan oleh kemungkinan masalah psikologis, depresi, cemas,
gangguan sususnan sistem saraf pusat, ginjal, hati, dan gangguan
metabolisme.
c. Parasomia
Parasomia merupakan kumpulan penyakit yang dapat
menyebabkan gangguan pola tidur. Misalnya somnmbulisme yang
banyak terjadi pada anak-anak yaitu pada tahap III dan IV dari tidur
NREM.
d. Enuresis
Enuresis merupakan buang air kecil yang tidak sengaja pada
waktu tidur. Enuresis ada dua macam, yaitu enuresis nocturnal dan
enuresis diurnal. Enuresis nocturnal merupakan mengompol pada waktu
tidur. Umumnya, terjadi sebagai gangguan tidur NREM. Enuresis
diurnal merupakan mengompol pada saat bangun tidur.
e. Somnambulisme
Somnambulisme adalah gangguan tingkah laku yang sangat
kompleks mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik,
seperti membuka pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur, menabrak
kursi, termasuk tingkah laku berjalan dalam beberapa menit kemudian
kembali tidur.
f. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh
keinginan yang tidak terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan bahwa
narkolepsi adalah serangan mengantuk yang mendadak, sehingga ia
dapat tertidur pada saat dimana serangan tidur tersebut datang.

g. Night terrors
Night terrors merupakan mimpi buruk. Umumnya terjadi pada
anak-anak. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga
dan berteriak, pucat, dan ketakutan.
h. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan terhadap
pengaliran udara di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan
adenoid dapat menjadi faktor yang turut menyebabkan mendengkur.
Pangkal lidah yang menyumbat saluran napas pada lansia. Otot-otot di
bagian belakang mulut mengendur lalu bergetar jika dilewati udara
pernapasan.

Selain gangguan tidur yang telah diuraikan diatas, terdapat pula gangguan
tidur yang diklasifikasikan menjadi empat kategori utama (Thorpy, 1994),
yaitu :
a. Disomnia
Merupakan gangguan primer yang berasal dari sistem tubuh yang
berbeda dan dibagi lagi menjadi tiga kelompok besar, diantaranya :
 Gangguan tidur intrinsik meliputi gangguan untuk memulai dan
mempertahankan tidur, yaitu berbagai bentuk insomnia dan
gangguan rasa kantuk yang berlebihan seperti narkolepsi dan apnea
tidur obstruktif
 Gangguan tidur ekstrinsik terjadi akibat beberapa faktor eksternal,
yang jika dihilangkan menyebabkan hilangnya gangguan tidur.
 Gangguan irama sirkadian sewaktu tidur dapat terjadi karena
ketidaksejajaran antara waktu tidur dan apa yang diinginkan oleh
individu atau norma sosial.

b. Parasomnia
Merupakan perilaku tidak diinginkan yang terjadi terutama pada saat
tidur diantaranya gangguan terjaga, terjaga sebagian, atau selama
transisi dalam siklus tidur atau dari tidur ke terbangun.
c. Gangguan tidur yang berhubungan dengan gangguan medis dan
psikiatrik
Banyak gangguan tidur medis dan psikiatrik yang berhubungan dengan
gangguan tidur dan bangun. Gangguan tidur tersebut dibagi menjadi
gangguan tidur yang yang berhubungan dengan psikiatrik, neurologik,
atau gangguan medis lainnya.

d. Gangguan tidur yang masih bersifat usulan


Merupakan gangguan baru yang belum memiliki banyak informasi yang
adekuat mengenai keberadaan gangguan tersebut.

6. Gejala Klinis
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan
menimbulkan gejala seperti adanya perubahan-perubahan pada siklus
tidur biologiknya, daya tahan tubuh menurun serta menurunkan prestasi
kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang
pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang
lain.
Gejala tidur REM adalah sebagai berikut :
- Biasanya disertai dengan mimpi aktif
- Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak NREM
- Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan yang
menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistema
pengaktivasi retikularis
- Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur
- Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur
- Mata cepat tertutup dan terbuka

7. Pemeriksaan Fisik
a. Kaji penampilan wajah klien, adakah lingkaran hitam disekitar mata,
mata sayu, konjungtiva merah, kelopak mata bengkak, wajah terlihat
kusut dan lelah
b. Kaji perilaku klien : cepat marah, gelisah, perhatian menurun, bicara
lambat, postur tubuh tidak stabil
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik merupakan hal penting dalam perawatan klien
di rumah sakit. Dimana validitas dari hasil pemeriksaan diagnostik
sangat ditentukan oleh bahan pemeriksaan, persiapan klien, alat dan
bahan yang digunakan serta pemeriksaannya sendiri.

9. Diagnosis
a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kerusakan transfer oksigen,
gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, imobilisasi, nyeri pada
kaki, lingkungan yang mengganggu.
b. Cemas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk tidur, henti
nafas saat tidur.
c. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan insomnia.
10. Intervensi
Intervensi dibagi menjadi 2 tahap yaitu :
a. Terapi non farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan
karena penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek
ketergantungan. Ada pun cara yang dapat dilakukan antara lain :

- Terapi relaksasi

Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress


yang dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak
membawa pekerjaan kantor ke rumah, teknik pengaturan
pernapasan, mengatasi stress dengan aroma terapi, peningkatan
spiritual dan pengendalian emosi.

- Terapi tidur yang bersih


Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan
nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan
tempat tidur dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.

- Terapi pengaturan tidur

Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita


mengikuti irama sirkardian proses tidur normal penderita. Jadi
penderita harus disiplin menjalankan waktu-waktu tidurnya

- Terapi psikologi/psikiatri

Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress


berat yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan
oleh tenaga ahli atau dokter psikiatri

- Mengubah gaya hidup

Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari


rokok dan alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu
untuk berekreasi ke tempat-tempat terbuka seperti pantai dan
gunung.

b. Terapi Farmakologi

Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-


obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh
dilakukan oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan
untuk penanganan gangguan tidur antara lain :

- Golongan obat hipnotik


- Golongan obat antidepresan
- Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin
- Golongan obat antihistamin.

Ada terapi khusus untuk kasus-kasus gangguan tidur tertentu selain


yang telah disebutkan di atas. Misalnya pada sleep apnea yang berat dapat
dibantu dengan pemakaian masker oksigen (Continuous positive airway
pressure) atau tindakan pembedahan jika disebabkan kelemahan otot atas
pernapasan.Pada Restless Leg Syndrome kita harus mencari penyakit
dasarnya untuk dapat memperoleh terapi yang adekuat.

11. Komplikasi
a. Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan
berkonsentrasi , irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan
sebagainya.
b. Efek fisik/somatik. Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan
sebagainya.
c. Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah
mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa
menikmati hubungan sosial dan keluarga.
d. Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki
angka harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam
semalam. Hal ini mungkin disebabkan karena penyakit yang
menginduksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup
atau karena high arousal state yang terdapat pada insomnia
mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi kemungkinan
sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita insomnia
memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami
kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orang normal.
Daftar Pustaka

Potter, Patricia A., Perry, Anne G. 2014. Fundamental Keperawatan, Edisi


7 Buku 3. Jakarta: Salemba Medika

NANDA International. 2018. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan


Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC

Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., Swanson, Elizabeth.


2018. Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition. Missouri: Mosby

Dochterman, Joanne Mccloskey, Bulechek, Gloria M. 2018. Nursing


Interventions Classification (NIC), Fourth Edition. Missouri: Mosby

https://www.academia.edu/37861531/LP_GANGGUAN_ISTIRAHAT_
TIDUR_-_KDM diakses pada Sepetember 2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Tn K Dengan Gangguan


Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur di Ruang Cempaka RSUD Wonosari

Nama Mahasiswa : Suci Ramadhani P07120218043


Risa Ayu Nabila P07120218044
Rahmi Nur Fadlilah P07120218045

Asuhan Keperawatan ini telah disetujui dan disahkan pada:


Hari, tanggal :

Gunungkidul, September 2019


Pembimbing Rumah Sakit Pembimbing Pendidikan

Eko Suryani S.Pd, S.Kep, M.A

Mahasiswa Praktik
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Ny Si Dengan Gangguan


Pemenuhan Kebutuhan Aman Nyaman di Ruang Cempaka RSUD Wonosari

Nama Mahasiswa : Rahmi Nur Fadlilah


NIM : P07120218045

Asuhan Keperawatan ini telah disetujui dan disahkan pada:


Hari, tanggal :

Gunungkidul, September 2019


Pembimbing Rumah Sakit Pembimbing Pendidikan

Eko Suryani S.Pd, S.Kep, M.A

Mahasiswa Praktik

Rahmi Nur Fadlilah

Anda mungkin juga menyukai