Amami Baru

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KIMIA ANALISA MAKANAN DAN MINUMAN

“Pengawet Makanan”

DISUSUN OLEH:

Kelompok 1

1. Ahmad Adianto
2. Almifta Binjabar
3. Amelia Maharani
4. Anisa Rizky Ameilia
5. Anisa Wulan Anggraini
6. Bagas Janiarti
7. Clara Ade Gustiana

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS TINGKAT IIA
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita
nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan yang luar biasa ini
yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “Pengawet
Makanan”. Kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk
Ibu Eka Farpina, S.Farm.Apt, MPH selaku dosen mata kuliah Kimia Analisa
Makanan dan Minuman yang telah menyerahkan kepercayaan kepada kami guna
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Kami juga berharap dengan sungguh-sungguh agar makalah ini dapat berguna
dan bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan. Selain itu,
kami juga sadar bahwa terdapat banyak sekali kekurangan dan ketidaksempurnaan
yang terdapat pada makalah kami ini. Oleh sebab itu, kami sangat menantikan kritik
dan saran yang membangun untuk kemudian dapat kami revisi dan kami tulis di masa
yang selanjutnya. Sebab sekali lagi kami menyadari, bahwa tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif. Di akhir kami berharap makalah
sederhana kami ini dapat dimengerti oleh semua pihak yang membaca. Kami pun
memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah kami terdapat
perkataan yang tidak berkenan di hati.

Samarinda, 3 Februari 2020

Penyusun,

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………...…………………………………. i

DAFTAR ISI …………………………………..……………………………..……. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………..……….… 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………..……..……. 2

C. Tujuan …………………………………………………………..………….. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengawetan Makanan dan Minuman ……………………………...…......... 3

B. Macam-Macam Bahan Pengawet …………......……………….…….…….. 3

C. Jenis-Jenis Pengawetan Makanan dan Minuman ………………………… 12

D. Metode Pemeriksaan Pengawet Pada Formalin …………………...…..... 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………………......… 16

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….....…. 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak manusia dapat melakukan budidaya tanaman dan hewan,
manusia menghadapi permasalahan melimpahnya hasil produki panen. Bahan-
bahan tersebut ada yang lekas busuk (seperti daging dan buah-buahan) dan
terpaksa harus dibuang. Untuk menangani hal tersebut, manusia melakukan
pengawetan pangan. Saat ini, teknologi pengawetan dan pengemasan
makanan yang dikembangkan dalam skala industri pada dasarnya tetap
berbasis pada cara-cara tradisional yang lazim digunakan untuk
memperpanjang masa konsumsi bahan makanan. Pengawetan makanan harus
memperhatikan jenis bahan makanan yang diawetkan, keadaan bahan
makanan, cara pengawetan, dan daya tarik produk pengawetan makanan (rasa,
citra, warna, dan bau).
Usaha pengawetan makanan sudah dilakukan sejak dahulu, yang
dimulai dengan cara pengasapan atau pengeringan. Di setap negara, cara
pengawetan makanan tidak sama karena terjadinya perkembangan teknologi
yang menyebabkan perubahan taraf kehidupan penduduk di suatu negara.
Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi secara cepat atau lambat, dalam
hal ini perubahan lambat yang berlangsung adalah perubahan dalam cara
kebiasaan makan. Perkembangan teknologi pada pengawetan makanan
bergantung pada faktor cara kebiasaan makan dan daya beli penduduk.
Prinsip dasar dibalik pengawetan makanan adalah pengeringan,
fermentasi, pengasapan, dan kyuring. Setiap budaya berusaha
mempertahankan sumber makanan lokalnya dengan menggunakan prinsip
dasar pengawetan yang sama. Dehidrasi atau pengeringan makanan adalah

1
metode pengawetan makanan tertua di dunia. Sebelum kita mengenal kulkas,
freezer dan alat modern lainnya manusia telah melakukan pengawetan
makanan. Hari ini kita hidup di zaman dimana banyak makanan dikalengkan,
dibekukan, atau diradiasi. Pengalengan merupakan salah satu cara untuk
mengawetkan dan menyimpan makanan dan baru berusia sekitar 200 tahun.
Baik pengalengan dan pembekuan makanan meningkat menjadi populer pada
awal 1990-an, ketika listrik menjadi semakin tersedia bagi manusia, tidak
peduli dimana mereka tinggal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengawet makanan?
2. Apa saja macam-macam pengawet makanan?
3. Metode apa saja yang dapat dilakukan untuk pemeriksaan pengawet
makanan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pengawet makanan.
2. Untuk mengetahui macam-macam pengawet makanan.
3. Untuk mengetahui metode pemeriksaan pengawet makanan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengawetan Makanan dan Minuman


Proses pengawetan makanan atau minuman bertujuan untuk menghindari
kecepatan, kerusakan pangan. Namun, harus dilakukan secara benar dan tepat.
Proses pengawetan makanan juga berkaitan erat dengan proses pengemasan.
Jenis pengawetan makanan yang diterapkan pada suatu produk akam
memengaruhi cara dan pemilihan penggunaan jenis kemasan yang cocok. Secara
teknis kemasan merupakan lapisan terluar suatu makanan, tetapi memiliki fungsi
pendukung proses pengawetan. Selain itu, penggunaan jenis kemasan dan
pemilihan proses pengawetan yang tepat sangat penting untuk memudahkan
proses distribusi. Tujuan pengawetan bahan makanan adalah sebagai berikut :
1. Supaya bahan makanan dapat dikonsumsi kapan saja dan dimana saja
berdasarkan cara pengawetan dan aspek lainnya. Hal ini tidak dapat
sepenuhnya terpenuhi. Ada batas kadaluwarsa bahan makanan yang harus
diperhatikan.
2. Supaya kandungan kimia dan bahan makanan dapat dipertahankan.
3. Supaya bahan-bahan yang tidak dikehendaki dalam bahan makanan
(seperti racun alami dan lain sebagainya) dapat dinetralkan atau
disingkirkan dari bahan makanan.

B. Macam-Macam Bahan Pengawet


1. Pengawet Bahan Alami
a. Pengertian pengawet bahan alami
Pengawet bahan alami adalah bahan tambahan makanan yang
tidak menggunakan bahan-bahan kimia. Contohnya adalah garam,

3
gula, karagenan, buah picung, biji kepayang, gambir, dan
chitosan.
b. Macam-macam pengawet alami
1. Garam
Larutan garam yang dimasukkan ke dalam jaringan
diyakini mampu menghambat pertumbuhan aktivitas
bakteri penyebab pembusukan sehingga membuat
makanan lebih awet. Prosesnya biasa disebut dengan
pengasinan atau penggaraman. Pengawetan dengan garam
ini memungkinkan daya simpan yang lebih lama
dibandingkan dengan produk segarnya yang hanya bisa
bertahan selama beberapa hari atau jam. Contohnya ikan
yang hanya tahan beberapa hari, bila diasinkan dapat tahan
selama berminggu – minggu. Tentu saja prosedur
pengawetan ini memerlukan perhatian karena konsumsi
garam secara berlebihan bisa memicu penyakit darah
tinggi.

2. Karagenan
Keragenan adalah bahan alami pembentuk gel yang
dapat digunakan untuk mengenyalkan bakso dan mie
basah sebagai bahan alternatif yang aman pengganti
boraks. Karagenan dihasilkan dari rumput laut Euchema
sp. yang telah dibudidayakan di berbagai perairan
Indonesia. Dijelaskannya bahwa setiap 1 kilogram bakso
membutuhkan 0,5-1,5 gram karagenan untuk
mengenyalkannya. Di pasaran, 0,5-1,5 gram karagenan
dijual dengan harga Rp750,00 sampai Rp900,00.
Karagenan dalam industri sering dijadikan bahan

4
campuran kosmetik, obat-obatan, es krim, susu, kue, roti
dan berbagai produk makanan.

3. Buah Picung
Pohon picung atau kluwak (dalam bahasa Jawa) banyak
tersebar di seluruh nusantara. Selain sebagai bumbu masak
dapur, biji buah picung juga bisa dimanfaatkan sebagai
pengawet alami ikan segar. Kombinasi 2% biji buah
picung dan 2% garam dari total berat ikan telah mampu
mengawetkan ikan kembung segar selama 6 hari tanpa
mengubah mutu. Normalnya, ikan kembung segar yang
disimpan di suhu kamar tanpa penambahan picung atau es
hanya bisa bertahan 6 jam. Lebih dari itu, ikan tersebut
akan busuk dan rusak. Seorang nelayan untuk
mempertahankan mutu ikan hasil tangkapannya
membutuhkan es batu minimal 1 :1 berat ikan segar. Bila
ikan yang ditangkap 50 kg, maka nelayan membutuhkan
es batu minimal 50 kg pula. Namun dengan memanfaatkan
cacahan biji buah picung, nelayan hanya membutuhkan 1
kg cacahan biji buah picung untuk 50 kg ikan segar.

4. Biji Kepayang
Pohon tanaman ini memiliki tinggi hingga 40 m dengan
diameter batang 2,5 m. Jika melihat uraian diatas, maka
dapat dikatakan tanaman ini tumbuh tersebar luas hampir
di seluruh Nusantara. Kepayang mulai berbuah di awal
musim hujan pada umur 15 tahun dengan jumlah 300 biji
di setiap pohonnya . Tanaman ini telah lama digunakan
sebagai bahan pengawet ikan. Untuk dapat

5
memanfaatkannya sebagai pengawet, terlebih dahulu biji
dicincang halus dan dijemur selama 2-3 hari. Hasil
cincangan tanaman ini kemudian dimasukkan ke dalam
perut ikan laut yang telah dibersihkan isi perutnya.
Cincangan biji kepayang memiliki efektivitas sebagai
pengawet ikan hingga 6 hari . Khusus untuk pengangkutan
jarak jauh, tanaman ini dicampur garam, dengan
perbandingan 1 bagian garam dan 3 bagian biji Kepayang.

5. Gambir
Tanaman gambir (Uncariae Romulus et Uncus) di
Indonesia, daun dan getahnya digunakan untuk bahan
kelengkapan untuk menyirih. Tanaman yang termasuk
keluarga Rubiaceae ini juga sering digunakan untuk obat
luka bakar, sakit kepala, diare, disentri, sariawan, dan sakit
kulit, serta bahan tekstil. Secara alami para produsen
makanan sering menggunakan tanaman yang daunnya
berbentuk bujur sangkar dengan permukaan licin ini untuk
pengawet makanan. Pasalnya, dalam daun ini terdapat
sebuah kandungan katekin yang dapat mengawetkan
makanan dari kerusakan akibat mikroorganisme dan
degradasi reaksi oksidasi (penyebab basi).

6. Chitosan
Chitosan dihasilkan dari chitin dan mempunyai struktur
kimia yang sama dengan kitin, terdiri dari rantai molekul
yang panjang dan berat molekul yang tinggi. Perbedaan
antara kitin dan kitosan adalah pada setiap cincin molekul
kitin terdapat gugus asetil (-CH3-CO) pada atom karbon

6
kedua, sedangkan pada kitosan terdapat gugus amina (-
NH). Kitosan dapat dihasilkan dari kitin melalui proses
deasetilasi yaitu dengan cara direaksikan dengan
menggunakan alkali konsentrasi tinggi dengan waktu yang
relatif lama dan suhu tinggi.

7. Air ki
Air ki merupakan salah satu bahan pengawet alami
yang menggunakan bahan dasar jerami. Cara
penggunaannya cukup sederhana. Jerami dibakar hingga
menjadi abu, lalu abu jerami dimasukkan ke dalam wadah
yang diberi air dan rendam sekitar 1 sampai 2 jam.
Selanjutnya disaring sehingga sisa pembakaran jerami
tidak bercampur dengan air. Air sisa pembakaran jerami
inilah yang disebut air ki. Air ki mengandung antiseptik
yang dapat membunuh kuman, dengan pemberian air ki,
makanan dapat bertahan lebih lama seperti pada mie basah
yang mampu bertahan sampai dua hari.

8. Kunyit
Kunyit dapat digunakan sebagai pengawet
makanan karena berfungsi sebagai antibiotik, antioksidan,
antibakteri, anti radang dan antikanker. Kunyit basah
kandungan utamanya adalah kurkuminoid 3-5 %.
Sedangkan pada kunyit ekstrak, kandungan kurkuminoid
mencapai 40-50%. Untuk penggunaan kunyit disarankan
agar tidak melalui pemanasan, terkena cahaya dan
lingkungan yang basah. Sebaiknya kunyit ditumbuk,
digiling dan diperas airnya.

7
2. Bahan Pengawet Buatan/sintesis
a. Pengertian Bahan Pengawet Sintesis
Bahan pengawet sintesis adalah bahan tambahan hasil sintesis
dari bahan-bahan kimia yang bermanfaat agar bahan-bahan yang
ada di sekitar kita bisa lebih tahan lama atau awet sehingga bisa
digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
b. Macam-Macam Bahan Pengawet Sintesis
1) Sodium Benzoate
Pengawet ini berfungsi mencegah pertumbuhan jamur
dan bakteri dalam makanan. Biasnya terdapat dalam buah
atau bumbu di dalam makanan yang berbentuk bubuk putih
seperti garam tapi tidak memiliki bau.
2) Sodium Nitrit
Pengawet ini berfungsi mencegah produksi bakteri
dalam jenis daging tertentu sehingga daging terlihat lebih
merah atau pink dan tidak cepat berubah warna menjadi
coklat. Pengawet ini berbentuk serbuk berwarna kekuningan.
3) Kalium (Pottasium) Sorbate,
Pengawet ini berfungsi menahan produksi ragi dan
jamur dalam makanan. Biasa digunakan dalam pembuatan
roti, kue, pie, keju, mayonnaise atau bisa juga di dalam
minuman.
4) Natrium Sorbate
Pengawet ini berfungsi menghentikan produksi bakteri,
kapang dan jamur serta membantu menghilangkan rasa dan
bau tidak enak dalam makanan. Biasa digunakan dalam
minuman anggur, keju dan saus.

8
5) Kalsium Benzoat
Bahan pengawet ini dapat menghambat pertumbuhan
bakteri penghasil toksin (racun), bakteri, spora dan bakteri
bukan pembusuk. Senyawa ini dapat mempengaruhi rasa.
Bahan makanan atau minuman yang diberi benzoat dapat
memberikan kesan aroma fenol, yaitu seperti aroma obat cair.
6) Asam Benzoat
Digunakan untuk mengawetkan minuman ringan,
minuman anggur, saus sari buah, sirup, dan ikan asin. Bahan
ini bisa menyebabkan dampak negatif pada penderita asma
dan bagi orang yang peka terhadap aspirin. Kalsium Benzoat
bisa memicu terjadinya serangan asma.
7) Sulfur Dioksida (SO2)
Bahan pengawet ini juga banyak ditambahkan pada sari
buah, buah kering, kacang kering, sirup dan acar. Meski
bermanfaat, penambahan bahan pengawet tersebut berisiko
menyebabkan perlukaan lambung, mempercepat serangan
asma, mutasi genetik, kanker dan alergi.
8) Kalium Nitrit
Kalium nitrit berwarna putih atau kuning dan
kelarutannya tinggi dalam air. Bahan ini dapat menghambat
pertumbuhan bakteri pada daging dan ikan dalam waktu yang
singkat. Sering digunakan pada daging yang telah dilayukan
untuk mempertahankan warna merah agar tampak selalu
segar, semisal daging kornet. Jumlah nitrit yang ditambahkan
biasanya 0,1% atau 1 gram/kg bahan yang diawetkan. Untuk
nitrat 0,2% atau 2 gram/kg bahan. Bila lebih dari jumlah
tersebut bisa menyebabkan keracunan, selain dapat
mempengaruhi kemampuan sel darah membawa oksigen ke

9
berbagai organ tubuh, menyebabkan kesulitan bernapas, sakit
kepala, anemia, radang ginjal, dan muntah-muntah.
9) Kalsium Propionat atau Natrium Propionat
Keduanya yang termasuk dalam golongan asam
propionat sering digunakan untuk mencegah tumbuhnya
jamur atau kapang. Bahan pengawet ini biasanya digunakan
untuk produk roti dan tepung. Untuk bahan tepung terigu,
dosis maksimum yang disarankan adalah 0,32% atau 3,2
gram/kg bahan. Sedangkan untuk makanan berbahan keju,
dosis maksimumnya adalah 0,3% atau 3 gram/kg bahan.
Penggunaaan melebihi angka maksimum tersebut bisa
menyebabkan migren, kelelahan, dan kesulitan tidur.
10) Natrium Metasulfat
Sama dengan Kalsium dan Natrium Propionat, Natrium
Metasulfat juga sering digunakan pada produk roti dan
tepung. Bahan pengawet ini diduga bisa menyebabkan alergi
pada kulit.
11) Asam Sorbat
Beberapa produk beraroma jeruk, berbahan keju, salad,
buah dan produk minuman kerap ditambahkan asam sorbat.
Meskipun aman dalam konsentrasi tinggi, asam ini bisa
membuat perlukaan di kulit. Batas maksimum penggunaan
asam sorbat (mg/l) dalam makanan berturut-turut adalah sari
buah 400; sari buah pekat 2100; squash 800; sirup 800;
minuman bersoda 400.
12) Natamysin
Bahan yang kerap digunakan pada produk daging dan
keju ini, bisa menyebabkan mual, muntah, tidak nafsu
makan, diare dan perlukaan kulit.

10
13) Kalium Asetat
Makanan yang asam umumnya ditambahi bahan
pengawet ini. Padahal bahan pengawet ini diduga bisa
menyebabkan rusaknya fungsi ginjal.
14) Butil Hidroksi Anisol (BHA)
Biasanya terdapat pada daging babi dan sosisnya,
minyak sayur, keripik kentang, pizza, dan teh instan. Bahan
pengawet jenis ini diduga bisa menyebabkan penyakit hati
dan memicu kanker.
15) Sulfur (Belerang) Dioksida
Pengawet ini berbentuk bubuk yang bila dilarutkan
dalam air dapat menghentikan proses pemasakan buah,
mengubah susunan kimiawi yang dapat mengubah rasa dari
buah. Biasanya ditemukan dalam anggur, cuka dan beberapa
jenis jus buah seperti jus jeruk atau jus apel.
16) Formalin (Formaldehyde Solution)
Formalin adalah suatu larutan yang tidak berwarna,
berbau tajam yang mengandung lebih kurang 37 %
formaldehit dalam air, biasanya ditambahkan mineral 10-15
% sebagai pengawet. Nama lain formalin adalah Formal,
Morbicid, Methanol, Formic aldehyde, Methyl oxide,
Oxymethylene, Methyl aldehyde, Oxomethane, Formalin,
Oxomethane, Karsan, Methylene glycol, Paraforin,
Polyoxymethylene glycols, Superlysoform,
Tetraoxymethylene dan Trioxane. Menurut Food and Drugs
Administration (FDA), keamanan suatu pengawet makanan
harus mempertimbangkan jumlah yang mungkin dikonsumsi
dalam jumlah zat yang akan terbentuk dalam makanan dari
penggunaan pengawet, efek akumulasi dari pengawet dalam

11
makanan dan potensi toksisitas yang dapat terjadi dari
pengawet jika dicerna oleh manusia atau hewan, termasuk
potensi menyebabkan kanker.

C. Jenis-Jenis Pengawetan Makanan dan Minuman


1. Alamiah
a. Pendinginan
Metode ini berguna untuk mencegah berkembang biaknya
mikroorganisme. Ada 3 jenis metode pendinginan :
1) Cold storage, contoh : Suhu antara (-10oC) sampai 0oC untuk
daging ikan
2) Freezer, contoh : Suhu 0oC untuk keju, mentega, dan susu
3) Cool storage, contoh : Suhu 15-20oC untuk buah-buahan; suhu
10-15oC untuk telur; dan suhu <2oC untuk makanan kaleng

b. Pengeringan
Bertujuan untuk menghilangkan air yang terdapat didalam
makanan. Cara ini terbatas pada pembuangan air pada makanan dan
merupakan cara yang paling baik. Dengan menghilangkan kandungan
air dalam makanan, bakteri yang dapat merusak makanan tidak dapat
hidup. Proses ini tidak akan merusak isi, kecuali bahwa kandungan
vitamin C hilang bersama kandungan air yang keluar.
Ada beberapa jenis pengeringan yaitu :
1. Pengeringan alami.
Pengeringan alami terdiri dari :
a) Sun Drying
Pengeringan dengan menggunakan sinar matahari
sebaiknya dilakukan di tempat yang udaranya kering dan
suhunya lebih dari 100°F. Pengeringan dengan metode

12
ini memerlukan waktu 3-4 hari. Untuk kualitas yang lebih
baik, setelah pengeringan, panaskan bahan di oven
dengan suhu 175°F selama 10-15 menit untuk
menghilangkan telur serangga dan kotoran lainnya
b) Air Drying
Pengeringan dengan udara berbeda dengan pengeringan
dengan menggunakan sinar matahari. Pengeringan ini
dilakukan dengan cara menggantung bahan di tempat udara
kering berhembus. Misalnya di beranda atau di daun
jendela. Bahan yang biasa dikeringkan dengan metode ini
adalah kacang-kacangan.

2. Pengeringan Buatan
Pengeringan buatan terdiri dari:
a) Menggunakan alat Dehidrator Pengeringan makanan
memerlukan waktu yang lama. Dengan menggunakan alat
dehydrator, makanan akan kering dalam jangka waktu 6-10
jam. Waktu pengeringan tergantung dengan jenis bahan
yang kita gunakan.
b) Menggunakan oven
Dengan mengatur panas, kelembaban, dan kadar air,
oven dapat digunakan sebagai dehydrator. Waktu yang
diperlukan adalah sekitar 5-12 jam. Lebih lama dari
dehydrator biasa. Agar bahan menjadi kering, temperature
oven harus di atas 140°F.

b. Penggaraman atau Pengasinan


Tujuan utama metode ini adalah memperkecil peluang
hidupnya bakteri karena bakteri sulit hidup dalam garam

13
berkonsentrasi tinggi. Nilai makanan sedikit berkurang. Garam
berfungsi menyerap air dalam makanan.
c. Pengasaman
Pengasaman terutama dilakukan pada buah-buahan dan
makanan.
d. Pemanisan
Metode ini ditujukan untuk menghambat kehidupan
mikroorganisme.
e. Pengasapan
Teknik pengasapan kurang menguntungkan, selain hasilnya
juga tidak dapat disimpan lama.
f. Fermentasi atau peragian
Metode ini ditujukan untuk menghambat dan mematikan
mikroorganisme.
g. Penambahan bahan-bahan kimia
Metode ini paling banyak dilakukan, baik melalui teknik
penggaraman, pengasaman, dan pemanisan. s
Untuk menyimpan bahan makanan dirumah sarana penyimpanan yang
dapat digunakan adalah lemari es dan lemari biasa. Perlu diperhatikan juga bahwa
makanan yang akan disimpan harus dalam keadaan bersih. Lemari biasa yang
digunakan untuk menyimpan makanan harus dilengkapi dengan ventilasi yang
dilapisi kawat kasa dan harus bebas dari debu, serangga, dan tikus. Snitasi dapur
meliputi ketersediaan air yang mencukupi, adanya saluran air limbah, ak pencuci
tangan, dan adanya tempat sampah. Selain itu, peralatan dapur juga harus dalam
keadaan bersih, dapur memiliki ventilasi yang mencukupi, memiliki tampat
penyimpanan makanan yang bersih, tidak ada alat atau zat berbahaya yang diletakkan
dekat bumbu masak dan bahan makanan lain.

14
D. Metode Pemeriksaan Pengawet Pada Formalin
1. Alat
Spektrofotometer UV-VIS, timbangan analitik, penangas air,
oven, sentrifugator, lemari pendingin, alat-alat gelas.
2. Metode
Penetapan kadar larutan baku formalin dilakukan dengan
metode titrasi asam basa sesuai dengan prosedur formakope Indonesia.
Larutan standar formaldehid 0,03% dbuat dari larutan induk
formaldehid 0,3% dengan pengenceran 10 kali. Kondisi optimum
analisis secara speltrofotometri visible dengan pereaksi nash diperoleh
dengan mencari panjang gelombang maksimum dan kestabilan serapan
warna kompleks yang dihasilkan. validasi metode analisis yang
dilakukan dengan penentuan linieritas kurva kalibrasi, penentuan batas
deteksi dan batas kuantitasi, uji keterulangan dan uji perolehan
kembali.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengawetan makanan atau minuman bertujuan untuk menghindari
kecepatan, kerusakan pangan. Namun, harus dilakukan secara benar dan tepat.
Proses pengawetan makanan juga berkaitan erat dengan proses pengemasan.
Tujuan pengawetan bahan makanan adalah supaya bahan makanan dapat
dikonsumsi kapan saja dan dimana saja berdasarkan cara pengawetan dan
aspek lainnya, supaya kandungan kimia dan bahan makanan dapat
dipertahankan, dan supaya bahan-bahan yang tidak dikehendaki dalam bahan
makanan (seperti racun alami dan lain sebagainya) dapat dinetralkan atau
disingkirkan dari bahan makanan.
Bahan pengawet di bagi menjadi dua yaitu bahan pengawet alami dan
sintesis. Pengawet bahan alami adalah bahan tambahan makanan yang tidak
menggunakan bahan-bahan kimia. Contohnya adalah garam, gula, karagenan,
buah picung, biji kepayang, gambir, dan chitosan. Sedangkan bahan pengawet
sintesis adalah bahan tambahan hasil sintesis dari bahan-bahan kimia yang
bermanfaat agar bahan-bahan yang ada di sekitar kita bisa lebih tahan lama
atau awet sehingga bisa digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
Contohnya Sodium Benzoate, Sodium Nitrit, Kalium (Pottasium) Sorbate,
Natrium Sorbate, Kalsium Benzoat, Asam Benzoat, Sulfur Dioksida (SO2),
Kalium Nitrit, dan lain-lain.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sugiarto, Bambang. 2010. Kimia Untuk Pendidikan Sains. Surabaya: Unesa Unipress
Http://Www.Scribd.Com/Doc/93342497/ZAT-PENGAWET.

Aryulina, Diah, Dkk. 2004. BIOLOGI 3 SMA dan MA Untuk Kelas XII.
Jakarta:Esis.

Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta:Buku


Kedokteran EGC.

Karyadi, Benny. 1996. Kimia 2 Untuk Sekolah Menengah Umum 2. Jakarta : Balai Pustaka.

Nita. Zat aditif pada pewarna makanan. http://nitatheexplorer.wordpress.com/2011


/05/03/zat-aditif-pada-makanan.

Kusnadi, Joni. 2018. Pengawet Alami Untuk Makanan. Malang:UB Press.

17

Anda mungkin juga menyukai