Anda di halaman 1dari 30

ALJABAR LINEAR

HASIL KALI TITIK PROYEKSI, HASIL KALI SILANG DAN GARIS DAN BIDANG DI
RUANG-3

OLEH:

1. NI PUTU MAYRA MIRANTI


2. RAHMA
3. WINDA NUR KHOLIFAH

PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2019

1
3.3 HASIL KALI TITIK ; PROYEKSI

Pada bagian ini kita perkenalkan semacam perkalian vektor di ruang-2 dan
ruang-3. Sifat-sifat ilmu hitung perkalian ini akan ditentukan dan beberapa
penerapannya akan diberikan.

Misalnya u dan v adalah dua vektor taknol di ruang-2 dan ruang-3,dan


anggaplah vektor-vektor ini telah dilokasikan sehingga titik awalnya berimpit. Yang
kita artikan dengan sudut di antara u dan v, dengan sudut θ yang ditentukan oleh u
dan v yang memenuhi 0 ≤ θ ≤ π

u
θ
u θ
θ v
u
v v

Definisi : Jika u dan v adalah vektor-vektor di ruang-2 atau ruang-3 dan θ adalah
sudut di
antara u dan v, maka hasil kali titik (dot product) atau hasil kali dalam Euclidis (Euclidean
inner product) u • v didefinisikan oleh :

CONTOH 5

1
z
(0, 2, 2)

(0, 0, 1) θ
v
θ
u
=

Dari gambar diatas, maka sudut di antara vektor u = (0, 0, 1) dan vektor v = (0,
2, 2) adalah 45°. Jadi,

u v = ‖u ‖‖v ‖ cos θ = ?√02 + 02 + 12 ) (√02 + 22 + 22 ) (

1
Misalkan u = (u1, u2, u3) dan v = (v1, v2, v3) adalah dua vektor taknol. Jika, seperti
pada gambar dibawah, θ adalah sudut di antara u dan v, maka hukum cosinus menghasilkan

z
P(u1, u2,u3)

u
Q(v1, v2, v3)
v
θ
y

Karena = v – u, maka dapat kita tuliskan kembali sebagai

atau

Dengan mensubstitusikan

1
dan
Maka setelah menyederhanakannya akan kita dapatkan

Jika u = (u1, u2) dan v = (v1, v2) adalah dua vektor di ruang-2, maka rumus yang
bersesuaian adalah
u.v  u1 .v1  u 2. .v 2

Jika u dan v adalah vektor taknol, maka rumus di atas dapat kita tulis

u.v
cos  
u v

Tinjaulah vektor-vektor berikut

u = (2, −1,1)danv = (1,1,2)

carilahu v dan tentukanlah sudut  diantara u dan v.

pemecahan

untuk vektor yang diberikan kita dapat‖u‖ = ‖v‖ = √6 , sehingga


u v
cos  = 3 1
‖u‖‖v‖ = (√6)(√6) = 2

Jadi  = 60°

CONTOH 7
Carilah sudut diantara diagonal kubus dan salah satu sisinya.

Misalkan k adalah panjang sisi dan perkenalkanlah system koordinat yang


diperlihatkan pada gambar dibawah ini:

(0, 0, k)

(k, k, k)
?
d

? y
(0, k, 0)
?
3

z 1

(
k
Jika kita misalkan u 1 = (k , 0,0), ? 2 = (0, k , 0), dan u 3 = (0,0, k
,
),maka vektor d0= (k, k, k) = u 1 +u 2 +u 3 adalah diagonal kubus tersebut
,
Sudut  diantara
0 d dan sisi u1, memenuhi
)
u1 .d k2 1
cos   
u d  k  3k 2

3 
Jadi
 1 
  cos 1    54  44 '
 3

Teorema berikut ini memperlihatkan bagaimana hasil kali titik dapat digunakan
untuk mendapatkan informasi mengenai sudut diantara dua vektor; teorema ini juga
menghasilkan hubungan penting di antara norma dan hasil kali titik.

Teorema 2

Misalkan u dan v adalah vektor di ruang-2 atau ruang-3.

a.
b. Jika u dan v adalah vektor-vektor taknol dan θ adalah sudut di antara kedua
vektor tersebut, maka
θ lancip jika dan hanya jika u • v > 0
θ tumpul jika dan hanya jika u • v< 0
θ = π/2 jika dan hanya jika u • v = 0

Bukti :
a. Karena sudut θ diantara v dan v adalah 0, maka dapat diperoleh :
2 2
v.v  v v cos   v cos   v

v • v = ‖v ‖2 , maka

b. Karena ‖u ‖ > 0, ‖v‖ > 0, dan u • v= ‖u ‖‖v ‖ cos  , maka u • v

mempunyai tandasama seperti cos  . Karena  memenuhi 0 ≤  ≤  ,


maka sudut  lancip jika dan hanya jika cos  > 0 ; dan  tumpul jika dan


hanya jika cos  < 0 ; serta   jika dan hanya jika cos  = 0
2

Contoh 8
Jika u = (1, -2, 3), v = (-3, 4, 2), dan w = (3, 6, 3), m
u v = (1)(−3) + (−2)(4) + (3)(2) = −5
v w = (−3)(3) + (4)(6) + (2)(3) = 21
u w = (1)(3) + (−2)(6) + (3)(3) = 0
maka u dan v membentuk sudut tumpul karena u v < 0 , v dan w memben tuk
sudut lancip karena 0 < v w < 0, u dan w tegak lurus satu
sama lain karena u w=0

Vektor tegaklurus disebut juga vektor ortogonal. Pada teorema di atas, dua vektor
taknol adalah tegaklurus jika dan hanya jika hasil kali titiknya adalah nol. Jika kita
sepakat menganggap u dan v agar tegaklurus maka salah satu atau kedua vektor ini
haruslah 0, karenanya kita dapat menyatakan tanpa kecuali bahwa baik vektor u
maupun v akan ortogonal jika dan hanya jika u • v = 0.Untuk menetapkan bahwa u
dan v adalah vector orthogonal maka kita dapat menuliskan u⊥ v

Teorema 3

Jika u, v dan wadalah vektor-vektor di ruang-2 atau ruang-3 dan k adalah skalar, maka

a)

b)
Bukti :
Kita akan membuktikan (c) untuk vektor di ruang 3 dan membiarkan bukti selebihnya sebagai
latihan bagi anda. Misalkan
Jika u dan a ditempatkan sedemikian rupa maka titik awalnya akan menempati
titik Q, kita dapat menguraikan vektor u sebagai berikut.

w2 u
w2 u
u w
2

Q w1
a Q a w1 w Q a
1
Turunkanlah garis tegaklurus dari atas u ke garis yang melalui a, dan bentuklah
vektor w1 dari Q ke alas garis yang tegaklurus tersebut. Bentuk selanjutnya akan
menjadi

Sebagaimana ditunjukkan pada gambar di atas, vektor w1 sejajar dengan a,


vektor w2 tegaklurus dengan a, dan

Vektor w1 tersebut kita namakan proyeksi ortogonal u pada a atau kadang-


kadang kita namakan komponen vektor u sepanjang a. Hal ini kita nyatakan dengan

proyau

Vektor w2 kita namakan komponen vektor u yang ortogonal terhadap a.

Karena

w2 = u – w1 maka vektor ini dapat kita tulis sebagai

w2 = u – proyau

Teorema 4

Jika u dan aadalah vektor-vektor di ruang-2 atau ruang-3 dan jika a ≠ 0, maka

(komponen vektor u sepanjang a)

(komponen vektor u yang ortogonal terhadap a)


Bukti :

Misalkan w1 = proyau dan w2 = u – proyau. Karena w1 sejajar dengan a,maka


kita harus mengalikan skalar a, sehingga kita dapat menuliskan dalam bentuk w1
= ka.

u = w1 + w2 = ka + w2

Dengan mengambil hasil kali titik dari kedua sisi dengan a maupun dengan
menggunakan teorema 2 dan 3 akan menghasilkan

Namun = 0 karena w2 tegaklurus kepada a, sehingga persamaan di atas

menjadi

Karena proyau = w1 = ka, kita dapatkan


3.4 Hasil Kali Silang
Definisi.

Jika dan adalah vektor di ruang-3, maka

hasil kali silang adalah vektor yang didefinisikan oleh

Jika bentuk matriks 2 x 3, terdapat pola rumus yang perlu diingat.

Baris pertama adalah komponen faktor utama u dan baris kedua adalah komponen
faktor kedua v, maka determinan dalam komponenn pertama u x v didapatkan
dengan mencoret kolom pertama matriks tersebut, determinan dalam komponen
kedua didapatkan dengan mencoret kolom kedua dari matriks tersebut, sedangkan
determinan dalam komponen ketiga didapatkan dengan mencoret kolom ketiga
dari matriks tersebut.

Contoh. Jika dan maka

Teorema 5. Jika u dan v adalah vektor di ruang-3, maka:

(a) (u x v ortogonal ke u)

(b) (u x v orthogonal ke v)

(c) (Identitas Lagrange)


Bukti. Misalkan dan

(a)

= ( ( (

=0

(b) ( (

= ( ( (

=0

(c)

(d) Dengan menggunakan identitas lagrange

Perlu diingat bahwa, jadi


Jika ab-abc=ab(1-c)

Jadi,

tetapi adalah tinggi jajar genjang yang ditentukan oleh u dan v. jadi luas

A dari jajar genjang ini

A= (alas)(tinggi) =

Dengan kata lain, norma u x v sama dengan luas jajaran genjang yang ditentukan
oleh u dan v.

Gambar 3.4.1

Teorema 6. Jika u, v dan w adalah sebarang vektor diruang-3 dan k adalah


skalar, maka:

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)
Bukti:

(a) Misal dan

(b)

(c)

(d)


Jadi terbukti bahwa

(e)

(f)

(g)

Kita dapat menurunkan bahwa,


Jika dan vektor-vektor taknol, maka arah dari tegak lurus

terhadap bidang yang didefinisikan oleh dan .

Contoh soal.

1. Tinjaulah vektor-vektor

Masing-masing vektor ini mempunyai panjang 1 dan terletak


sepanjang sumbu koordinat. Vektor tersebut dinamakan vektor satuan

batu (standar unit vectors) diruang-3. Setiap vektor di

ruang-3 dapat diungkapkan dengan dan karenanya kita dapat

menuliskan

Misalnya,

Gambar 3.4.2
Kita dapatkan

Maka akan didapatkan hasil-hasil seperti berikut:


2. Tentukan luas daerah jajaran genjang dengan sisi-sisi PQ dan PR

dimana dan

Jawab:
luas daerah diberikan oleh dengan

Dan

Jadi luas daerah jajaran genjang adalah satuan luas.

3. Carilah luas segitiga yang ditentukan oleh titik-titik

dan

Jawab:

Luas segitiga tersebut adalah luas jajaran genjang yang

ditentukan oleh vektor-vektor dan

Gambar 3.4.3
Maka dan dan didapat
Jadi luas dari segitiga adalah

3.5 GARIS DAN BIDANG DI RUANG-3

Pada bagian ini akan menjelaskan penggunaan vector-vektor untuk


menurunkan persamaan garis dan persamaan bidang di ruang-3. Persamaan-
persamaan ini digunakan untuk memecahkan beberapa soal geometrik dasar.

1. Persamaan bidang di ruang-3


Dalam bidang geometri analitik, sebuah garis dapat ditentukan dengan
memberikan kemiringannya dan salah satu titiknya. Demikian juga sebuah
bidang di ruang-3 dapat ditentukan dengan memberikan inklinasinya dan
dengan menetapkan salah satu titiknya. Metode yang memudahkan untuk
menjelaskan inklinasi tersebut adalah dengan menetapkan sebuah vektor (yang
dinamakan normal) yang tegak lurus ke bidang tersebut.

Gambar 3.31

Misalkan kita ingin persamaan bidang yang lewat melalui titik P 0(x0y0z0)
dan mempunyai vector teknol n=(a, b, c) sebagai normal. Jelaslah dari gambar
bahwa bidang tersebut terdiri dari persis titik-titik P(x, y, z)untuk mana vector

ortogonal ke n; yakni untuk mana

n. =0 (3.20)

karena = (x-x0, y-y0, z-z0), persamaan (3.20) dapat dituliskan kembali

sebagai
a(x-x0) + b(y-y0) + (z-z0) = 0 (3.21)
kita akan menamakan ini bentuk normal titik dari persamaan bidang.

Contoh 17
Carilah persamaan bidang yang melewati titik (3, -1, 7) dan tegak lurus ke
vector n = (4, 2, -5).
Pemecahan, Dari (3.21) dapat dituliskan kembali dalam bentuk
ax + by + cz + d = 0 (3.22)
dimana a, b, c, dan d adalah konstanta, dan a, b, serta c tidak semuanya nol.
Untuk melukiskannya, maka persamaan pada contoh 17 dapat dituliskan
sebagai
4x + 2y – 5z + 25 = 0
Seperti yang diperlihatkan oleh teorema kita berikutnya, setiap persamaan
yang berbentuk (3.22) menyatakan bidang di ruang-3.

Teorema 7. Jika a, b, c, dan d adalah konstanta dan a, b, serta c tidak


semuanya nol, maka grafik persamaan

ax + by + cz + d = 0

adalah senuah bidang yang mempunyai vektor n = (a, b, c ) sebagai normal

Bukti. Menurut hipotesis, maka koefisien a, b, dan c tidak semuanya nol.


Untuk sementara, anggaplah bahwa a ≠ 0. Maka persamaan ax + by + cz + d =
0 dapat dituliskan kembali sebagai a(x + (d/a)) + by + cz = 0. Tetapi ini adalah
bentuk normal titik dari bidang yang melewati titik (-d/a, 0, 0) dan mempunyai
n = (a, b, c) sebagai normal.
Jika a = 0 maka b ≠ 0 atau c ≠ 0. Modifikasi langsung dari argument diatas
akan menangani kasus lain ini.

Persamaan (3.22) adalah persamaan linear di x, y, dan z, persamaan


tersebut dinamakan bentuk umum persamaan bidang.

Seperti halnya pemecahan sistem persamaan linear

ax + by = k1

cx + dy = k2

bersesuaian terhadap titik perpotongan garis ax + by = k1 dan cx + dy = k2 di


bidang xy, maka demikian juga pemecahan sistem

ax + by + cz = k1

dx + ey + fz = k2

gx + hy + iz = k3

bersesuaian dengan titik perpotongan bidang ax + by + cz = k 1, dx + ey + fz =


k2 dan gx + hy + iz = k3

Pada gambar 3.32 kita telah melukiskan beberapa kemungkinan geometric


yang terjadi bila (3.23) mempunyai nol, satu, atau tak terhingga banyaknya
pemecahan.
Gambar 3.32 (a) tidak ada pemecahan (3 bidang sejajar). (b) tidak ada
pemecahan (3 bidang tanpa titik potong bersama). (d) tak terhingga banyaknya
pemecahan (3 bidang berimpit). (e) tak terhingga banyaknya pemecahan (3
bidang berpotongan dalam sebuah garis). (f) satu pemecahan (3 bidang
berpotongan di sebuah titik).

Contoh 18

Carilah persamaan bidang yang melalui titik P 1(1, 2, -1), P2(2, 3, 1) dan P3(3,
-1, 2). Pemecahan. Karena ketiga titik tersebut terletak pada bidang, maka
koordinatnya harus memenuhi persamaan umum ax + by + cz + d = 0 dari
bidang tersebut. Jadi,

a + 2b – c + d = 0

2a + 2b + c + d = 0

3a – b + 2c + d = 0
Dengan memecahkan system ini maka akan memberikan

Dengan memisalkan t = -16, misalnya, maka akan menghasilkan persamaan


ini, sehingga sembarang nilai t ≠ 0 akan sama saja baiknya.

Pemecah alternatif. Karena P1 (1, 2, -1), P2 (2, 3, 1) dan P3 (3, -1, 2) terletak

pada bidang tersebut, maka vektor dan vektor

sejajar dengan bidang tersebut. Maka x = (9, 1,

-5) adalah normal pada bidang, karena hasil kali silang tersebut tegaklurus

baik untuk maupun . Dari persamaan dan bukti ini bahwa P1 terletak

pada bidang, maka bentuk titik normal untuk persamaan bidang tersebut
adalah

9(x-1) + (y-2) – 5(z+1) = 0

atau

9x + y – 5z – 16 = 0

2. Persamaan garis di ruang-3


Kita sekarang akan memperlihatkan bagaimana mendapatkan persamaan
untuk garis di ruang-3 yang melalui titik P0(x0, y0, z0) dan sejajar dengan vektor
teknol v=(a, b, c). Jelaslah (Gambar 3.33) bahwa persis terdiri dari titik P (x, y,

z) untuk mana vektor sejajar dengan v, yakni, untuk mana terdapat scalar

t sehingga
(3.24)

Pada suku dari komponen-komponen (3.24) dapat kita tuliskan sebagai Dari
persamaan tersebut kita peroleh bahwa

x = x0 + ta
y = y0 + tb dimana - ∞< t < + ∞
z = z0 + tc

Persamaan-persamaan ini dinamakan persamaan parametrik untuk I karena


garis I ditelusuri oleh P (x, y, z) jika parameter t berubah dari - ∞ ke + ∞.

PERNYATAAN. Singkatnya, kita akan sering meminjam ungkapan “ di mana


- ∞< t < + ∞ “.

Gambar 3.33

Contoh 19

Garis yang melalui titik (1, 2, -3) dan sejajar dengan vector v = (4, 5, -7)
mempunyai persamaan parametrik

x = 1 + 4t
y = 2 + 5t di mana - ∞< t < + ∞

z = -3 – 7t

Contoh 20

(a) Carilah persamaan parametrik untuk garis l yang lewat melalui titik-titik P1
(2, 4 -1) dan P2 (5, 0, 7)
(b) Di manakah garis tersebut memotong bidang xy ?

Pemecahan. (a) karena vektor = (3, -4, 8) sejajar dengan l dan P 1 (2, 4,

-1) terletak pada l, maka garis l diberikan oleh

x = 3 + 2t

y = 4 – 4t di mana - ∞< t < + ∞

z = -1 + 8t

(b) Garis tersebut memotong bidang xy pada titik dimana z = -1 + 8t = 0;


yakni, bila t= 1/8. Dengan mensubstitusikan nilai t ini dalam persamaan
parametric untuk l akan menghasilkan titik perpotongan

(x, y, z) = (

Contoh 21

Carilah persamaan parametrik untuk garis perpotongan bidang-bidang

3x + 2y – 4z – 6 = 0 dan x – 3y – 2z – 4 = 0

Pemecahan. Garis perpotongan tersebut terdiri dari semua titik (x, y, z ) yang
memenuhi kedua persamaan dalam sistem

3x + 2y – 4z = 6

x – 3y – 2z = 4

dengan memecahkan sistem ini akan memberikan


x= y= z=t

maka persamaan parametrik untuk l adalah

x=

y= di mana - ∞< t < + ∞

z=t

dalam beberapa soal, sebuah garis diberikan

x = x0 + at
y = y0 + bt dimana - ∞< t < + ∞
z = z0 + ct
dan diinginkan untuk mencari dua bidang yang perpotongannya adalah garis
yang diberikan tersebut. Karena terdapat tak terhingga banyaknya bidang yang
melalui garis tersebut, maka selalu ada tak terhingga banyaknya pasangan
bidang seperti itu. Untuk mencari dua bidang seperti itu bila a, b, dan c
semuanya berbeda dari nol, maka kita dapat menuliskan setiap persamaan
dalam (3.25) dengan bentuk

Dengan mengeliminasi parameter t akan memperlihatkan bahwa garis tersebut


terdiri dari semua titik (x, y, z) yang memenuhi persamaan

yang dinamakan persamaan simetrik untuk garis tersebut. Dengan demikian,


garis tersebut dapat dipandang sebagai perpotongan bidang-bidang
dan

atau sebagai perpotongan dari

dan

Contoh 22

Carilah dua bilangan yang perpotongannya adalah garis

x = 3 + 2t

y = -4 + 7t di mana - ∞< t < + ∞

z = 1 + 3t

Pemecahan. Karena persamaan simetrik untuk garis ini adalah:

Maka garis ini adalah perpotongan bidang-bidang

dan

atau secara ekuivalen

7x – 2y – 29 = 0 dan 3y – 7z + 19 = 0

Pemecahan lain dapat diperoleh dengan memilih pasangan-pasangan yang


berbeda dari (3.26)

3. Jarak titik terhadap bidang


Teorema 8. Jarak diantara titik P0 (x0, y0, z0) dengan bidang ax + by + cz + d
= 0 adalah

(3.27)

Bukti. Misalkan Q(x1, y1, z1) adalah sembarang titik dalam bidang tersebut.
Posisi normal n = (a, b, c) sehingga dengan demikian titik awalnya terletak di
Q. sebagaimana diilustrasikan pada gambar 3.35, jarak D adalah sama dengan
panjang proyeksi ortogonal QP0 pada n. jadi, dari (3.11) bagian 3.3 kita
peroleh

Gambar 3.35

Tetapi
Jadi, (3.28)

Ketika titik Q (x1, y1, z1) terletak pada bidang tersebut, maka koordinatnya
memenuhi persamaan bidang, sehingga dengan demikian

ax1 + by1 +cz1 + d = 0

atau d = - ax1 – by1 – cz1

dengan menyulihkan ekspresi ini dalam (3.28) menghasilkan(3.27)

PERNYATAAN. Perhatikan keserupaan antara (3.27) dengan rumus untuk


jarak antara sebuah bidang di ruang-2 [(3.14) bagian 3.3].

Contoh 23

Carilah jarak D antara titik (1, -4, -3) dengan bidang 2x – 3y + 6z = 1.

Pemecahan. Untuk menerapkan (3.27), mula-mula kita menulis kembali


persamaan bidang dalam bentuk

2x – 3y + 6z + 1 = 0

Kemudian

Contoh 24

Bidang x + 2y – 2x = 3 dan 2x + 4y – 4z = 7

Adalah sejajar karena bidang tersebut normal, (1, 2, -2) dan (2, 4, -4),
merupakan vector sejajar. Carilah jarak antara bidang-bidang tersebut.

Pemecahan. Untuk mencari jarak D antara bidang-bidang, kita dapat memilih


sembarang titik dalam sebuah bidang dan menghitung jaraknya pada bidang
lainnya. Dengan melengkapi y = z = 0 dalam persamaan x + 2y – 2z = 7 adalah

Anda mungkin juga menyukai