Skripsi Sri Wulandari (1305025045)

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 212

ANALISIS BEBAN KOGNITIF SISWA SMA YANG DIAJAR DENGAN

MODEL PEMBELAJARAN PERUBAHAN KONSEPTUAL PADA


MATERI LARUTAN PENYANGGA KELAS XI SMA NEGERI 3
SAMARINDA TAHUN AJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Oleh:

SRI WULANDARI
NIM 1305025045

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018
ANALISIS BEBAN KOGNITIF SISWA SMA YANG DIAJAR DENGAN
MODEL PEMBELAJARAN PERUBAHAN KONSEPTUAL PADA
MATERI LARUTAN PENYANGGA KELAS XI SMA NEGERI 3
SAMARINDA TAHUN AJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan


Pada Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Mulawarman

Oleh:

SRI WULANDARI
NIM 1305025045

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018
ii
ABSTRAK

Sri Wulandari, 2018. Analisis Beban Kognitif Siswa SMA yang diajar dengan
Model Pembelajaran Perubahan Konseptual pada Materi
Larutan Penyangga Kelas XI SMA Negeri 3 Samarinda
Tahun Ajaran 2017/2018.
Penelitian ini di bawah bimbingan Iis Intan widiyowati, S.
Pd., M. Pd. selaku pembimbing I dan Muflihah, S. Pd., M.
Si. selaku pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban kognitif siswa SMA yang diajar
dengan model pembelajaran perubahan konseptual pada materi larutan penyangga.
Sampel penelitian ini adalah kelas XI MIPA 5 SMA Negeri 3 Samarinda sebanyak
36 siswa yang dipilih melalui teknik acak kelompok. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah teknik tes dan non tes, teknik tes yaitu lembar kerja siswa
(LKS), post tes, kuisioner dan teknik non tes yaitu observasi dan wawancara untuk
mengetahui beban kognitif siswa. Hasil penelitian menunjukkan nilai akhir
Instrinsic Cognitive Load (ICL) siswa sebesar 65,80 dengan kategori baik, nilai
akhir Germane Cognitive Load (GCL) siswa sebesar 59,91 dengan kategori sedang
dan nilai akhir Extraneous Cognitive Load (ECL) siswa sebesar 53,56 dengan
kategori sedikit kesulitan sehingga dapat disimpulkan bahwa beban kognitif siswa
rendah. Peneliti memberikan rekomendasi untuk penelitian yang sama sebaiknya
menggunakan model pembelajaran yang lain untuk mengurangi ECL siswa.

Kata Kunci: Beban Kognitif, Model Pembelajaran Perubahan Konseptual,


Larutan Penyangga

iii
ABSTRACT

Sri Wulandari, 2018. Analysis of Student’s Cognitive Load Of High School


Student’s taught with Conceptual Change Learning Model
on Buffer in Class of XI SMA Negeri 3 Samarinda the
School Year 2017/2018. This research are guided by Iis
Intan Widiyowati, S. Pd., M. Pd. as the first guide and
Muflihah, S. Pd., M. Si. as the second guide.

The goal of research is to know the student’s cognitive load of high school
student’s taught with conceptual change learning model on buffer. Sample in this
Research is XI MIPA 5 class in SMA Negeri 3 Samarinda which has 36 students
with clusters random sampling technique. Data collection technic was done by test
and nontest technic, the test types are student work sheet, posttest and questionnaire,
and for the nontest are observation sheet and an interview to know student’s
cognitive load. The results of research showed that student’s total value of Instrinsic
Cognitive Load (ICL) of 65,80 with the category is good, Student’s total value of
Germane Cognitive Load (GCL) of 59,91 with the category is moderate and last,
student’s total value of Extraneous Cognitive Load (ECL) of 53,56 with the
category a little difficulty so that can conclude in general the student’s cognitive
load is low. Researchers provide recommendations for the same research, should
use other learning models to reduce student ECL.

Key Words: Cognitive Load, Conceptual Change, Buffer

iv
RIWAYAT HIDUP

Sri Wulandari, lahir di Pasir, Kalimantan Timur pada tanggal

04 September 1995. Merupakan anak ketiga dari empat

bersaudara, putri dari pasangan Bapak Sumardi dan Ibu Tarmi.

Penulis memiliki tiga orang saudara perempuan yaitu Tutik

Handayani, Dwi Lestari dan Tya Ayu Widyasari.

Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 2000 di TK Nurul Amin,

Suatang Baru. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 015 Pasir

Belengkong dan lulus pada tahun 2007. Selanjutnya melanjutkan ke SMP Negeri 2

Pasir Belengkong dan lulus pada tahun 2010. Selanjutnya masuk di SMA Negeri 1

Tanah Grogot dan lulus pada tahun 2013. Pendidikan berikutnya di Perguruan

Tinggi Negeri Universitas Mulawarmanyang dimulai pada tahun 2013 di Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dengan Program Studi Pendidikan Kimia

melalui program SNMPTN.

Penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia Dasar pada tahun 2014 dan

Kimia Lanjutan pada tahun 2016. Selama perkuliahan penulis aktif dalam berbagai

kegiatan organisasi internal maupun eksternal. Adapun Organisasi yang diikuti

adalah HMPK, LDK’m MDU, Penanggung Jawab Tim PAI akhwat FKIP, Badan

Pelaksana Praktikum Agama Islam (BPPAI), Komunitas IBA, KPMKP, KAMMI.

Pada tahun 2016 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Batu

Besaung, Kecamatan Samarinda Ulu Kota Samarinda, Kalimantan Timur dan

melakukan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 5 Samarinda.

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tiada kata yang paling indah dan paling mulia selain puji dan syukur

saya kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Berkat nikmat-Nya, penulis

mendapatkan kemudahan dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan skripsi

penelitian dengan judul “Analisis Beban Kognitif Siswa SMA yang diajar

dengan Model Pembelajaran Perubahan Konseptual pada Materi Larutan

Penyangga Kelas XI SMA Negeri 3 Samarinda Tahun Ajaran 2017/2018”.

Dalam kesempatan ini dengan kerendahan dan segenap ketulusan hati,

penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu

dalam penyusunan skripsi ini kepada:

1. Allah SWT. Tuhan Semesta Alam.

2. Bapak Prof. Dr. H. Masjaya M.Si. selaku Rektor Universitas Mulawarman.

3. Bapak Prof. Dr. H. Muh. Amir M., M. Kes. selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan llmu Pendidikan Universitas Mulawarman.

4. Bapak Dr. H. Mukhamad Nurhadi, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Matematika dan llmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan llmu

Pendidikan Universitas Mulawarman.

5. Ibu Dr. Nurlaili, MP. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas

Keguruan dan llmu Pendidikan Universitas Mulawarman.

6. Ibu lis Intan Widiyowati, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing I dan Ibu

Muflihah S.Si. M. Si. selaku dosen pembimbing II yang tidak pernah mengenal

vi
kata lelah dalam membimbing dan mendampingi penulis dalam penyusunan

skripsi ini.

7. Bapak Sukemi, S. Pd., M. Sc. selaku dosen penguji 1, Bapak Dr. H. Mukhamad

Nurhadi, M.Si. selaku dosen penguji II, dan Ibu Dr. Pintaka Kusumaningtyas,

S. Pd., M. Pd. selaku dosen penguji III yang telah memberikan kritik dan saran

bagi perbaikan skripsi ini.

8. Dosen Prodi Pendidikan Kimia yang telah banyak memberikan bimbingan dan

ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti perkuliahan sehingga dapat

menyelesaikan Pendidikan di Universitas Mulawarman

9. Bapak Abdul Rozak, M. Pd. dan Bapak Suyudi selaku kepala sekolah dan wakil

kepala sekolah SMA Negeri 3 Samarinda yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian di SMA Negeri 3 Samarinda.

10. Bapak Delvi Asfian Nur, S. Pd. selaku guru kimia kelas XI MIPA 5 yang telah

membantu penulis untuk melangsungkan penelitian di SMA Negeri 3

Samarinda.

11. Siswa-siswi kelas XI MIPA 5 SMA Negeri 3 Samarinda yang telah membantu

dan bekerjasama dalam pelaksanaan penelitian.

12. Ayahanda Sumardi dan Ibunda Tarmi yang telah membesarkan penulis dengan

penuh kasih sayang dan penuh kesabaran mendidik penulis. Memberikan

nasehat, doa, dukungan, semangat, dan perhatian. Terima kasih atas apa yang

telah diberikan kepada penulis yang tidak bisa dibandingkan dan digantikan

dengan apapun untuk selamanya.

vii
13. Saudara tersayang penulis kepada Tutik Handayani, Dwi Lestari, dan Tya Ayu

Widyasari yang telah memberikan nasehat, doa, dukungan, dan semangat bagi

penulis saat dalam menyelesaikan studi ini.

14. Vega Zulia Putri Adi, Ani Suryani Simbolon, Diah Eka Puteri, Oktaviana,

Ryahatun Ni’mah, Muthmainnah, Ayu Paramitha dan Efi Kurniasari yang

te1ah memberikan do’a, dukungan, semangat, dan nasehat kepada penulis.

15. Teman-teman penulis Pendidikan Kimia Reguler Pagi dan Sore angkatan 2013,

kakak tingkat dan adik tingkat yang telah memberikan doa, dukungan,

semangat, dan bantuan dalam menyelesaikan studi ini.

16. Keluarga Besar LDKm MD’U, BPPAI, Akhwat 2013, HMPK, Asrama Putri

Paser Wana Sebaya Samarinda, KPMKP, Komunitas IBA dan KAMMI.

17. Teman-teman KKN Batu Besaung dan PPL SMA Negeri 5 Samarinda.

18. Semua pihak secara langsung dan tidak langsung telah banyak membantu dan

memberikan doa serta dukungannya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis, baik dalam

materi, saran, maupun bentuk lainnya mendapat balasan dari Tuhan Yang

Maha Esa. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, sekiranya

masih banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, dengan penuh

kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

pembaca sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi. Terima kasih.

Samarinda, 24 Oktober 2018

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
ABSTRACT ..................................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Belajar ................................................................... 7
B. Pembelajaran ................................................................................ 9
C. Model Pembelajaran ...................................................................... 12
D. Model Pembelajaran Perubahan Konseptual................................. 14
E. Beban Kognitif .............................................................................. 21
F. Larutan Penyangga ........................................................................ 30

BAB III METODE PENELITIAN


A. Definisi Konsepsional .................................................................. 41
B. Definisi Operasional ..................................................................... 41
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan .................................................. 43
D. Populasi dan Sampel .................................................................... 44
E. Jenis Peneitian ............................................................................... 44
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 44
G. Teknik Pengolahan Data .............................................................. 47
H. Teknik Analisis Data ..................................................................... 52
I. Prosedur Penelitian ....................................................................... 52
J. Alur Penelitian .............................................................................. 57

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum ......................................................................... 58
B. Hasil Penelitian ............................................................................ 59
C. Pembahasan .................................................................................. 63

ix
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 79
B. Saran ............................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 80
LAMPIRAN .................................................................................................... 85

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Alur Penelitian .......................................................................... 57

Gambar 4.1 Nilai Akhir ICL ........................................................................ 64

Gambar 4.2 Nilai Akhir GCL ....................................................................... 68

Gambar 4.3 Nilai Akhir ECL ....................................................................... 71

Gambar 4.4 Beban Kognitif ......................................................................... 73

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fase (Sintak) Model Perubahan Konseptual dengan


Pendekatan Konflik Kognitif ......................................................... 19
Tabel 2.2 Indikator Istrumen Menggolah dan Menerima Informasi (MMI) . 26
Tabel 2.3 Level Taksonomi Robert Marzano ................................................ 27
Tabel 2.4 Indikator Instrumen Usaha Mental (UM) ...................................... 28
Tabel 3.1 Kategorisasi MMI dan HB ............................................................. 49
Tabel 3.2 Kategorisasi Usaha Mental ............................................................ 49
Tabel 3.3 Tafsiran Persentase Sebaran Siswa ................................................ 50
Tabel 3.4 Skala Likert .................................................................................... 51
Tabel 3.5 Skala Guttman................................................................................ 51
Tabel 3.6 Persentase Aktivitas Model Pembelajaran Conceptual Change .... 52
Tabel 4.1 BK Siswa Komponen ICL pada Materi Larutan Penyangga ......... 59
Tabel 4.2 BK siswa Komponen GCL pada Materi Larutan Penyangga ........ 60
Tabel 4.3 BK Siswa Komponen ECL pada Materi Larutan Penyangga ....... 61
Tabel 4.4 Presentase Aktifitas Penerapan Model Pembelajaran Perubahan
Konseptual ..................................................................................... 62

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I ............................ 85


Lampiran 2 Kisi-kisi dan Pedoman Penskoran Soal Evaluasi Lembar Kerja
Siswa (LKS) Pertemuan Ke-I ................................................... 109
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan Ke- I........................... 111
Lampiran 4 Kisi-kisi dan Pedoman Penskoran Soal Post tes Pertemuan Ke-
I ................................................................................................. 119
Lampiran 5 Soal Post tes Pertemuan Ke-I ................................................... 125
Lampiran 6 Kisi-kisi Kuisioner Usaha Mental Siswa .................................. 127
Lampiran 7 Kuisioner Usaha Mental Siswa ................................................ 131
Lampiran 8 Instrumen Validasi Soal ........................................................... 134
Lampiran 9 Nilai ICL Indikator Komponen Informasi ................................ 138
Lampiran 10 Nilai Akhir ICL ........................................................................ 140
Lampiran 11 Kategori ICL ............................................................................. 142
Lampiran 12 Data Sebaran Indikator Komponen Informasi .......................... 143
Lampiran 13 Data Sebaran Indikator Integrasi Informasi ............................. 144
Lampiran 14 Data Sebaran Indikator Aplikasi Informasi .............................. 145
Lampiran 15 Nilai GCL Indikator Retrieval .................................................. 146
Lampiran 16 Nilai Akhir GCL ....................................................................... 148
Lampiran 17 Kategori GCL ........................................................................... 150
Lampiran 18 Data Sebaran Indikator Retrieval ............................................. 151
Lampiran 19 Data Sebaran Indikator Comprehension ................................... 152
Lampiran 20 Data Sebaran Indikator Analisis ............................................... 153
Lampiran 21 Data Sebaran Indikator Utilization ........................................... 154
Lampiran 22 Data Sebaran Indikator Metakognisi ........................................ 155
Lampiran 23 Data Sebaran Indikator Self ...................................................... 156
Lampiran 24 Nilai ECL Indikator 1. A .......................................................... 157
Lampiran 25 Nilai Akhir ECL ....................................................................... 159
Lampiran 26 Kategori ECL............................................................................ 161
Lampiran 27 Data Sebaran Indikator 1. A ..................................................... 162
Lampiran 28 Data Sebaran Indikator 1. B ..................................................... 163

xiii
Lampiran 29 Data Sebaran Indikator 2. A ..................................................... 164
Lampiran 30 Data Sebaran Indikator 2. B ..................................................... 165
Lampiran 31 Data Sebaran Indikator 2. C ..................................................... 166
Lampiran 32 Data Sebaran Indikator 3. A ..................................................... 167
Lampiran 33 Data Sebaran Indikator 3. B ..................................................... 168
Lampiran 34 Lembar Observasi Aktifitas Guru dan Siswa Pertemuan Ke-I . 169
Lampiran 35 Kisi-kisi Panduan pertanyaan Wawancara ............................... 184
Lampiran 36 Panduan pertanyaan Wawancara .............................................. 185
Lampiran 37 Hasil Wawancara ...................................................................... 188
Lampiran 38 Dokumentasi ............................................................................. 193
Lampiran 39 Surat Keterangan Penelitian ..................................................... 194

xiv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemahaman adalah kemampuan untuk memberi arti pada suatu objek

atau subjek pembelajaran. Pemahaman bukan hanya sekedar mengingat fakta,

tetapi berkenaan dengan kemampuan menjelaskan, menerangkan,

menafsirkan, atau kemampuan mengungkapkan makna atau arti dari sebuah

konsep (Sari dkk, 2015). Pemahaman tersebut sangat penting dimiliki oleh

siswa dalam mengikuti pembelajaran, karena siswa dapat memperluas

pemahamannya tidak hanya ilmu ilmiah tetapi juga aplikasi ke lingkungan.

Ketika pembelajaran ini dilakukan terus menerus membuat siswa terus berpikir

dan mengalami kesulitan memahami konsep yang terlalu banyak. Kesulitan ini

memperlihatkan bahwa adanya beban dalam kognitif siswa pada saat menerima

dan memahami konsep. Hal ini terjadi karena kemampuan memahami konsep

dalam diri siswa berbeda-beda.

Proses pemahaman berhubungan dengan kemampuan memori kerja

(working memory) dalam menerima dan mengolah informasi untuk

membentuk skema kognitif. Memori kerja setiap orang berbeda-beda dan

memiliki kapasitas yang terbatas. Kapasitas memori kerja yang terbatas ini

menyebabkan seseorang menjadi merasa berat dan terbebani ketika harus

menerima informasi yang banyak sejalan dengan bertambahnya kompleksitas

informasi yang harus diterimanya. Pada kondisi seperti ini seseorang atau siswa
2

dikatakan memiliki beban kognitif (BK) (Rahmat, dkk, 2015). Beban kognitif

dalam memori kerja disebabkan oleh tiga sumber, yaitu; 1) Intrinsic cognitive

load (kemampuan menerima dan mengolah informasi); 2) Extraneous

cognitive load (usaha mental); dan 3) Germane cognitive load (kemampuan

penalaran) (Sweller, 2010). Beban yang berlebihan dapat dikurangi dengan

pemberian tugas, contoh kerja dan tugas penyelesaian, dengan

mengintegrasikan berbagai sumber informasi, dan menggunakan banyak

modalitas. Beban instrinsic dapat dikelola dengan tugas belajar dari sederhana

kerumit dan bekerja dari lingkungan rendah sampai tinggi. Beban germane

dapat dioptimalkan dengan meningkatkan variabilitas dari tugas, menerapkan

interferensi kontekstual dan membangkitkan penjelasan diri (van Merriënboer,

2010).

Proses pembelajaran yang baik merupakan pembelajaran yang dapat

memberikan tugas-tugas yang dapat mencapai ICL yang tidak berlebih,

menurunkan ECL dan meningkatkan GCL (Meissner dan Bogner, 2013).

Instruksi harus dirancang sedemikian rupa agar mencapai tingkat kompleksitas

yang optimal pada beban kognitif instrinsic, mengurangi beban pada memori

kerja yang dihasilkan dari sebuah proses tidak akan berkontribusi terhadap

pembelajaran pada beban kognitif exstraneous siswa, dan mengoptimalkan

sejauh mungkin beban kognitif gemane dapat mendorong pembelajaran (Van

Gog dkk, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Nyuanti (2016) tentang pembelajaran

siklus air dan siklus nitrogen dengan multimedia interaktif bahwa


3

menggunakan multimedia interaktif dapat menurunkan BK pada kelas

eksperimen khususnya ICL dan GCL tetapi tidak untuk ECL komponen BK

dapat diturunkan. Hal ini juga didukung penelitian yang dilakukan oleh

Hindriana (2014) tentang pembelajaran fisiologi tumbuhan terintegrasi struktur

tumbuhan berbasis kerangka instruksional Marzano dapat dinyatakan bahwa

pembelajaran PeNKIM (Pembelajaran terintegrasi tipe Nested dengan

Kerangka Instruksional Marzano) yang dikembangkan dapat menurunkan BK

yang ditunjukkan dari korelasi antar ketiga komponen BK yaitu korelasi positif

(tinggi) antara instrinsic load terhadap germane load dan korelasi negatif

(rendah) antara extraneous load terhadap germane load. Pembelajaran dengan

menggunakan metode two stay two stray pada materi spermatophyta mampu

menurunkan BK sesuai gaya belajar siswa, terutama siswa yang bergaya

belajar audio. Hal tersebut disebabkan oleh langkah-langkah pada

pembelajaran two stay two stray seperti bertamu, sehingga mampu

memfasilitasi siswa yang mempunyai gaya belajar audio, sehingga siswa

mampu menerima dan mengolah informasi sesuai kapasitas memori kerjanya

(Munandar, 2015).

Usaha untuk mengetahui BK siswa diperlukan model pembelajaran

yang mengedepankan keaktifan siswa. Salah satu model pembelajaran yang

mengedepankan siswa menjadi pusat dalam proses pembelajaran dan dapat

mengurangi BK siswa adalah model pembelajaran perubahan konseptual.

Model perubahan konseptual adalah pembelajaran yang mengubah konsepsi

yang sudah ada (yaitu, keyakinan, ide atau cara berpikir) sehingga belajar
4

bukan hanya mengumpulkan fakta-fakta baru atau belajar keterampilan baru

tetapi juga mengubah konsepsi yang sudah ada (Davis, 2001).

Hasil penelitian yang dilakukan Sari dan Harun (2015) menyatakan

bahwa penerapan model pembelajaran perubahan konseptual dapat mereduksi

miskonsepsi yang dialami siswa menuju ke arah tahu konsep. Penelitian yang

dilakukan oleh Raksabrata (2015) mengenai model perubahan konseptual pada

pembelajaran sistem ekskresi untuk menurunkan BK siswa SMA,

menunjukkan bahwa model pembelajaran perubahan konseptual tidak

berpengaruh pada penurunan BK secara keseluruhan, model pembelajaran

perubahan konseptual hanya dapat menurunkan Extraneous Cognitive Load

(ECL) dengan cara menurunkan usaha mental siswa selama pembelajaran

berlangsung.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan menjadi referensi bagi

penulis untuk melakukan penelitian pada BK dengan menggunakan model

perubahan konseptual. Model perubahan konseptual dalam penelitian ini

digunakan untuk mengajar siswa SMA pada kelas XI MIPA yang akan

dianalisis beban kognitifnya. Topik yang diangkat dalam penelitian ini adalah

larutan penyangga. Larutan penyangga merupakan salah satu materi dalam

pembelajaran kimia yang meliputi sub materi yaitu, komposisi larutan

penyangga, pH larutan penyangga, prinsip kerja larutan penyangga dan larutan

penyangga dalam kehidupan sehari-hari. Larutan penyangga merupakan salah

satu pokok bahasan dalam kimia yang menekankan pada penguasaan konsep

dan perhitungan.
5

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, penulis tertarik

melakukan penelitian dengan judul analisis BK siswa SMA yang diajar dengan

model pembelajaran perubahan konseptual pada materi larutan penyangga

kelas XI SMA Negeri 3 Samarinda tahun ajaran 2017/2018.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian yaitu “Bagaimana BK siswa siswa SMA yang diajar dengan model

pembelajaran perubahan konseptual pada materi larutan penyangga kelas XI

SMA Negeri 3 Samarinda tahun ajaran 2017/2018?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

yaitu untuk mengetahui BK siswa SMA yang diajar dengan model

pembelajaran perubahan konseptual pada materi larutan penyangga kelas XI

SMA Negeri 3 Samarinda tahun ajaran 2017/2018.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang diharapkan

adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

a. Mengetahui BK siswa pada materi larutan penyangga kelas XI SMA

Negeri 3 Samarinda dengan penerapan model perubahan konseptual.


6

b. Sebagai bahan acuan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dalam ruang

lingkup yang lebih luas dan mendalam, untuk perbaikan dalam dunia

pendidikan.

2. Manfaat praktis

a. Siswa, sebagai ajang untuk saling bekerja sama, belajar bersosialisasi

dengan orang lain, serta untuk menumbuhkan rasa saling menghargai

pendapat dari orang lain yang sangat berbeda-beda. Siswa juga dapat

saling bertukar pikiran dengan teman sekelompoknya tanpa rasa malu

ataupun segan.

b. Guru, sebagai bahan masukan untuk melakukan variasi pengajaran sesuai

dengan materi kimia yang akan diajarkan agar proses pembelajaran dapat

berjalan dengan baik dan memperoleh hasil yang diinginkan.

c. Peneliti, sebagai pengetahuan baru sehingga ilmu yang bermanfaat dapat

diterapkan bagi dunia pendidikan.

d. Pembaca, untuk menambah ilmu pengetahuan tentang dunia pendidikan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Belajar

Aktivitas kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah dapat terlepas

dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri,

maupun didalam suatu kelompok tertentu, dipahami ataupun tidak dipahami,

sesungguhnya sebagian besar aktivitas didalam kehidupan sehari-hari kita

merupakan kegiatan belajar. Dengan demikian dapat kita katakana, tidak ada

ruang waktu dimana manusia dapat melepaskan dirinya dari kegiatan belajar,

dan itu berarti pula bahwa belajar tidak pernah dibatasi usia, tempat maupun

waktu, karena perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas belajar itu juga

tidak pernah berhenti (Aunurrahman, 2013).

Menurut Sofan (2013) belajar merupakan suatu proses perubahan

tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya yang

memenuhi kebutuhan hidup. Menurut Reber dalam Sofan (2013)

mendefinisikan belajar dalam dua pengertian, yaitu:

1. Belajar merupakan proses memperoleh pengetahuan.

2. Belajar sebagai perubahan kemamuan bereaksi yang relative langgeng

sebagai hasil latihan yang diperkuat.

Untuk lebih mempermudah pemahamaan kita tentang definisi belajar,

berikut ini disampaikan beberapa pendapat ahli dalam Fathurrohman dan

Sutikno (2011) tentang definisi belajar itu sendiri:


8

1. Sinner, mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi atau

penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.

2. Hilgrad dan Bower dalam bukunya Theories of Learning mengemukakan

bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang

terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya

yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu

tidak dapat dijelaskan atas kecenderungan respon pembawaan,

kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seorang (misalnya kelelahan,

pengaruh obat dan sebagainya).

3. M. Sobry Sutikno dalam bukunya Menuju Pendidikan Bermutu,

mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil

pengalamnnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Kaki

seseorang patah karena terkena benda yang berat yang terjatuh dari atas

loteng, ini tidak bisa disebut perubahan hasil dari belajar. Jadi perubahan

yang bagaimana yang disebut belajar? Perubahan yang dimaksud disini

adalah perubahan yang terjadi secara sadar (disengaja) dan tertuju untuk

memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

4. C.t. Morgan dalam Introduction to Psychology merumuskan belajar

sebagai suatu perubahan yang relatif dalam menetapkan tingkah laku

sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu.

5. Thursan Hakim dalam bukunya Belajar Secara Efektif, mengartikan

belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian manusia dan


9

perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan

kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pegetahuan, sikap,

kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain

kemampuannya.

B. Pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi

unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur

yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia

terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga

lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku,

papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape.

Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio

visual, juga computer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode

penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya. Rumusan

tersebut tidak terbatas dalam ruang saja. Sistem pembelajaran dapat

dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas atau di sekolah.

Karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen

yang saling berkaitan, untuk membelajarkan peserta didik (Hamalik,

2012).

Pembelajaran merupakan salah satu sub sistem dari sistem

pendidikan, disamping kurikulum, konseling, administrasi, dan evaluasi


10

pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu desain dan pengembangan

penyajian informasi dan aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada hasil

belajar tertentu. Menurut walter (dalam Yamin, 2013), mendefinisikan

pembelajaran sebagai intervensi pendidikan yang dilaksanakan dengan

tujuan tertentu, bahan atau prosedur yang ditargetkan pada pencapaian

tujuan tersebut dan pengukuran dalam menentukan perubahan yang

diinginkan membandingkannya dengan istilah kurikulum. Kurikulum

dalam pembelajaran adalah bahwa kurikulum berkaitan dengan apa yang

diajarkan sedangkan pembelajaran berkaitan dengan bagaimana

mengajarkan (Yamin, 2013).

2. Tujuan Pembelajaran

Hamalik (2012) yang menjadi kunci dalam rangka menentukan

tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran dan guru itu

sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak

dicapai, dan dikembangkan dan diapresiasi. Berdasarkan mata ajaran yang

ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan

yang diinginkan. Guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para

siswa, dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan-tujuan

pendidikan yang bermakna, dan dapat terukur. Suatu tujuan pembelajaran

seyogyanya memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya

dalam situasi bermain peran;


11

b. Tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur

dan dapat diamati;

c. Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki,

misalnya pada peta pulau Jawa, siswa dapat mewarnai dan memberi

label pada sekurang-kurangnya tiga gunung utama.

3. Prinsip-prinsip Pembelajaran

Pentingnya belajar yang memiliki tujuan terhadap kebutuhan siswa

ataupun pembelajar dalam sebuah pembelajaran memerlukan suatu

landasan untuk menciptakan proses belajar mengajar yang baik dan

kondusif. Proses belajar mengajar yang baik dan kondusif dapat dilihat

dari hasil belajar siswa ataupun pembelajar. Landasan dalam pembelajaran

merupakan prinsip-prinsip yang harus ada dalam suatu pembelajaran yang

dapat menunjang hasil belajar siswa.

Prinsip-prinsip pembelajaran diantaranya sebagai berikut

(Dimyanti dan Mudjiono, 2006):

a. Motivasi, Kematangan dan persiapan diperlkan dalam proses belajar

mengajar, tanpa motivasi dalam proses belajar mengajar, terutama

motivasi instrinsik proses belajar mengajar tidak akan efektif dan

tanpa kematangan organ-organ biologis dan fisiologis, upaya belajar

sukar berlangsung.

b. Pembentukan presepsi yang tepat terhadap rangsangan sensoris

merupakan dasar dari proses belajar mengajar yang tepat.


12

c. Kemajuan dan keberhasilan proses belajar mengajar ditentukan oleh

antara lain bakat khusus, taraf kecerdasan, minat serta tingkat

kematangan dan jenis sifat dan intensitas dari bahan yang dipelajari.\

d. Proses belajar mengajar dapat dangkal, luas dan mendalam,

tergantung pada materi yang menjadi pembahasan dalam

pembelajaran tersebut.

e. Proses belajar mengajar berlangsung dari yang sederhana meningkat

kepada yang kompleks, dari yang konkret kepada yang abstrak, dari

yang khusus ke umum, dari yang mudah ke sulit, dari yang induksi ke

deduksi.

C. Model Pembelajaran.

Model pembelajaran merupakan cara atau teknik penyajian yang

digunakan guru dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran.

Ada beberapa model pembelajaran, yakni ceramah, diskusi, demonstrasi, studi

kasus, bermain peran (role play) dan lain sebagainya. Tentu saja, masing-

masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Model sangat penting peranannya

dalam pembelajaran, karena pemilihan model yang tepat dapat mengarahkan

guru pada kualitas pembelajaran efektif (Hamiyah dan Jauhar, 2014).

Sukmara (2007) menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah

landasan praktik didepan kelas hasil penurunan teori psikologi dan teori

belajar. Model pembelajaran yang dirancang berdasarkan proses analisis


13

potensi siswa, daya dukung dan keterkaitan dengan lingkungan dalam

implementasi kurikulum.

Menurut Rusman (2012) model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:

1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.

Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen

dan berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih

partisipasi dalam kelompok secara demokratis.

2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir

induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.

3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar

dikelas, misalnya model Synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas

dalam pembelajaran mengarang.

4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan:

a. Urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax).

b. Adanya prinsip-prinsip reaksi.

c. Sistem sosial, dan

d. Sistem pendukung

Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru

akan melaksanakan suatu model pembelajaran.

5. Memiliki dampak sebagai terapan model pembelajaran. Dampak tersebut

meliputi: (1) Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur;

(2) Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka Panjang.


14

6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman

model pembelajaran yang dipilihnya.

D. Model Pembelajaran Perubahan Konseptual

1. Pengertian Model Pembelajaran Perubahan Konseptual

Model perubahan konseptual merupakan model pembelajaran yang

banyak digunakan dalam mata plajaran IPA. Model ini untuk pertama

kalinya diperkenalkan oleh Posner, dkk tahun 1982 dan sudah lebih dari

satu decade model ini telah banyak mempengaruhi riset dalam bidang

konsepsi anak. Model ini pertama kali dikembangkan di Cornell

University pada tahun 1978-1979 (Barlia, 2009).

Pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang sesungguhnya

berasal dari pengetahuan yang secara spontan diperoleh dari interaksinya

dengan lingkungan. Sementara pengetahuan baru dapat bersumber dari

intervensi di sekolah yang keduanya bisa konflik, kongruen, atau masing-

masing berdiri sendiri. Dalam kondisi konflik kognitif, siswa dihadapkan

pada tiga pilihan, yaitu:

a. Mempertahankan intuisinya semula.

b. Merevisi sebagian intuisinya melalui proses asimilasi.

c. Merubah pandangannya yang bersifat intuisi tersebut dan

mengakomodasikan pengetahuan baru.

Perubahan konseptual terjadi ketika siswa memutuskan pada

pilihan yang ketiga. Agar terjadi proses perubahan konseptual, belajar


15

melibatkan pembangkitan dan restrukturisasi konsepsi-konsepsi yang

dibawa oleh siswa sebelum pembelajaran. Ini berarti bahwa mengajar

bukan melakukan transmisi pengetahuan tetapi memfasilitasi dan

memediasi agar terjadi proses negosiasi makna menuju pada proses

perubahan.

Pentingnya perubahan konseptual siswa dari pengetahuan awal

menuju proses pembelajaran yang konstruktif, Nussbaum dan Novick

(1982) mengemukakan bahwa perubahan konseptual terjadi melalui

akomodasi kognitif yang berawal dari pengetahuan awal siswa. Konsep

awal siswa tentang bebatuan mungkin berbeda dari pandangan yang

diterima secara ilmiah yang kita ingin mereka miliki, instruksi harus

mendorong perubahan konseptual (pengembangan gagasan) tentang

konsep (batu) dengan membuat pengetahuan sebelumnya eksplisit dan

kemudian merestrukturisasi elemen pengetahuan yang ada ini melalui

jalannya pembelajaran baru.

Adapun langkah-langkah pada model pembelajaran Novick dalam

Rezeki (2017) yaitu sebagai berikut:

1. Fase pertama, mengungkap konsepsi awal

Terdapat dua hal utama yang perlu dilakukan pada fase

pertama ini:
16

a. Mengungkap konsepsi awal siswa Mengungkap konsepsi awal

siswa pada proses pembelajaran betujuan agar terjadinya

perubahan konseptual siswa, hal ini sesuai dengan gagasan dari

teori konstruktivisme yaitu yang memungkinkan siswa untuk

mengkonstruksi konsepsi pengetahuan awal siswa atas dasar

pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

b. Mendiskusikan dan mengevaluasi konsepsi awal siswa Tujuan

langkah ini adalah untuk memperjelas dan meninjau konsepsi

awal para siswa melalui diskusi kelompok di kelas. Hal pertama

yang dapat dilakukan oleh guru yaitu dengan bertanya kepada

siswa tentang uraian konsepsi mereka. Setelah semua konsepsi

siswa terungkap, maka guru memimpin kelas untuk mengevaluasi

masingmasing konsepsi yang telah diajukan berdasarkan

kejelasannya atau kemengertiannya (intelligible), dapat masuk

akal (plausible), dan peluang keberhasilan (fruitfull) dalam

masalah yang dihadirkan.

2. Fase kedua, menciptakan konflik konseptual

Menciptakan konflik konseptual atau disebut juga konflik

kognitif dalam pikiran siswa adalah suatu tahap yang penting dalam

pembelajaran, sebab hanya dengan adanya konflik tersebut siswa

merasa tertantang untuk belajar dengan kata lain mereka merasa tidak

puas terhadap kenyataan yang sedang dihadapannya. Konflik

konseptual ini bisa terjadi jika masalah yang dihadirkan tidak sesuai
17

dengan pemahamannya dan hal ini dapat dilakukan dengan

mengadakan diskusi di kelas. Melalui diskusi ini akan terjadi

perbedaan pemahaman dari setiap siswa sesuai dengan konsep awal

yang mereka miliki

3. Fase ketiga, mengupayakan terjadinya akomodasi kognitif

Wadsworth mengemukakan bahwa bila pengalaman baru

masih bersesuaian dengan skema yang dipunya seseorang, maka

skema itu hanya dikembangkan melalui proses asimilasi, tetapi bila

pengalaman baru sungguh berbeda dengan skema yang ada, sehingga

skema yang lama tidak cocok lagi untuk menghadapi pengalaman

baru, skema yang lama diubah sampai adanya keseimbangan lagi, dan

ini lah merupakan proses akomodasi. Jadi, mendorong terjadinya

akomodasi dalam struktur kognitif siswa dalam pembelajaran perlu

dilakukan agar pikiran mereka kembali ke kondisi keseimbangan

(equibilirium). Maka dari itu melalui akomodasi, siswa mengubah

konsep yang tidak cocok lagi dengan fenomena yang mereka hadapi.

2. Karakteristik Model Pembelajaran Perubahan Konseptual

Perubahan konseptual pada siswa akan sulit dilakukan, hal ini

disebabkan oleh perubahan konsep awal siswa sangatlah sulit. Menurut

Posner dkk (1982) ada beberapa kondisi penting yang harus dipenuhi

sebelum akomodasi mungkin terjadi. Empat hal kondisi-kondisi yang

umumnya terjadi pada sebagian besar kasus akomodasi adalah:


18

a. Harus ada ketidakpuasan (dissatisfaction) dengan konsepsi yang ada.

Ilmuwan dan para siswa tidak mungkin untuk membuat perubahan

utama di (dalam) konsep mereka sampai mereka percaya bahwa

adanya sedikit perubahan radikal yang terjadi. Perubahan seperti itu

terjadi sebelum akomodasi.

b. Suatu konsepsi baru harus dapat dimengerti atau memiliki kejelasan

(intelligibility). Individu harus mampu menyerap bagaimana

pengalaman dapat tersusun oleh suatu konsep baru yang cukup untuk

menyelidiki berbagai kemungkinan yang tidak bisa dipisahkan di

dalamnya. Para penulis sering menekankan pentingnya analogi dan

kiasan untuk kejelasan konsep baru tersebut.

c. Suatu konsepsi baru harus nampak pada awalnya masuk akal atau

memiliki logika (plausibility). Apapun konsep baru yang diadopsi

harus sedikitnya nampak untuk mempunyai kemampuan memecahkan

permasalahan yang dihasilkan oleh konsep pendahulunya. Jika tidak,

maka tidak akan nampak suatu pilihan yang masuk akal. Hal yang

masuk akal adalah konsistensi konsep dengan pengetahuan lain.

d. Suatu konsep baru menyarankan kemungkinan suatu program riset

yang penuh keberhasilan (fruitfulness). Konsep baru tersebut

potensial untuk diperluas, sehingga dapat merintis area pemeriksaan

yang baru terhadap konsep tersebut.

Seperti disebutkan di atas, peserta didik mengandalkan gagasan

yang ada untuk memahami dan berfungsi di dunianya, mereka mungkin


19

tidak mudah membuang gagasan mereka dan menerapkan cara berpikir

baru. Jadi, hanya menyajikan konsep baru atau memberi tahu peserta didik

bahwa pandangan mereka tidak akurat tidak akan menghasilkan perubahan

konseptual. Pengajaran untuk perubahan konseptual memerlukan

pendekatan konstruktivis di mana peserta didik berperan aktif dalam

menata ulang pengetahuan mereka. Strategi konflik kognitif, yang berasal

dari pandangan konstruktivis Piaget tentang pembelajaran, adalah alat

yang efektif dalam mengajarkan perubahan konseptual (Duit, 1999) dalam

Davis (2001). Strategi konflik kognitif sejalan dengan teori perubahan

konseptual Posner dkk. dalam tujuan bersama mereka adalah menciptakan

empat kondisi yang diperlukan untuk perubahan konseptual.

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Perubahan Konseptual

Menurut Makhrus (2014) langkah-langkah model pembelajaran

perubahan konseptual adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Fase (Sintaks) Model Perubahan Konseptual dengan


Pendekatan Konflik Kognitif

Fase
Pembelajaran Aktivitas Dosen dan Mahasiswa
(Sintak)
Fase I Menyampaikan Dosen menyampaikan informasi atau
konteks masalah mendemontrasikan contoh-contoh
(penyajian konflik yang kontradiksi dengan konsepsi
kognitif) awal mahasiswa dan membagikan
LKM.
Fase II Menetapkan hasil Dosen memberikan sebuah
atau posisi pertanyaan atau masalah (tantangan)
untuk dipecahkan mahasiswa.
Mahasiswa fokus dengan pertanyaan
atau masalah yang disampaikan dosen
dengan harapan menjadi sadar
mengenai pemikiran mereka sendiri
dengan merespon sebuah pertanyaan
20

Fase
Pembelajaran Aktivitas Dosen dan Mahasiswa
(Sintak)
atau dengan mencoba untuk
memecahkan masalah atau tantangan
tersebut.
Fase III Mengekspos Dosen membimbing mahasiswa
kepercayaan untuk melakukan diskusi dan menguji
gagasan-gagasan mahasiswa dengan
aktivitas penyelidikan untuk
memberikan pengalaman langsung
pada mahasiswa.
Mahasiswa melakukan berbagi dan
mendiskusikan gagasan-gagasan
mereka, prediksi, dan alasan–alasan
mereka dengan teman sekelas mereka
sebelum mereka mulai menguji
gagasan mereka dengan aktivitas
penyelidikan.
Fase IV Mengkonfrontasikan Dosen menantang mahasiswa untuk
kepercayaan mengkonfrontasikan pemikiran
(menciptakan mereka terkini melalui pengalaman-
konflik kognitif) pengalaman kolaboratif yang
menantang pra konsepsi mereka;
bekerja dengan material,
mengumpulkan data, dan
mengkonsultasikan sumber-sumber.
Mahasiswa mengkonfrontasikan
pemikiran mereka terkini melalui
pengalaman-pengalaman kolaboratif
yang menantang pra konsepsi
mereka; bekerja dengan material,
mengumpulkan data, dan
mengkonsultasikan sumber-sumber.
Fase V Mengakomodasi Mahasiswa mengakomodasi sebuah
konsep-konsep pandangan, konsep-konsep atau
kemampuan-kemampuan baru
dengan menyimpulkan,
mendiskusikan, berdebat, dan
menginkorporasikan informasi baru.
21

Fase
Pembelajaran Aktivitas Dosen dan Mahasiswa
(Sintak)
Fase VI Memperluas Dosen meminta mahasiswa untuk
konsep-konsep memperluas konsep yang telah
diperoleh dalam pembelajaran
dengan cara mengaplikasikan dan
membuat hubungan antara konsep
baru atau kemampuan dengan situasi-
situasi dan gagasan-gagasan lain dan
menantang mahasiswa untuk
menyampaikan hasilnya dalam
diskusi kelas agar mahasiswa lain
dapat memberikan tanggapannya.
Mahasiswa mengaplikasikan dan
membuat hubungan antara konsep
baru atau kemampuan dengan situasi-
situasi dan gagasan-gagasan lain serta
menyampaikan hasilnya dalam
diskusi kelas.
Fase VII Penyelesaian Mahasiswa mengaplikasikan dan
(pengujian membuat hubungan antara konsep
masalah) baru atau kemampuan dengan situasi-
situasi dan gagasan-gagasan lain serta
menyampaikan hasilnya dalam
diskusi kelas.
Mahasiswa mengajukan dan
mengejar pertanyaan-pertanyaan,
gagasan-gagasan, serta permasalahan
baru dengan cara mereka sendiri.
Fase Evaluasi Meminta mahasiswa untuk
VIII melakukan penilaian terhadap
kebenaran konsep yang mereka miliki
dan menerapkan konsep-konsep
ilmiah.
(Makhrus, 2014)

E. Beban Kognitif

1. Teori Beban Kognitif

Menurut Goldman (2008) dalam Syakur (2015) teori BK

merupakan bagian dari kelompok teori kognitif dan termasuk ke dalam


22

kelompok besar teori tentang keterbatasan kapasitas kognitif. Teori BK

menunjukkan peran yang signifikan dalam desain pembelajaran selama

dua dekade terakhir. Review yang dilakukan oleh Paas dkk. (2010) dalam

Syakur (2015) juga menunjukkan kekuatan pengaruh teori BK terhadap

bidang psikologi pendidikan dan desain pembelajaran dalam dua dekade

terakhir. Sedikitnya terdapat dua alasan mengapa teori ini dapat bertahan

bahkan berkembang dengan baik. Pertama, sudut pandang teoritis

menunjukkan bahwa teori ini: 1) tahan uji falsifikasi, 2) memberikan

konfirmasi yang konsisten terhadap hipotesis yang sudah ada, 3)

memungkinkan segera dilakukannya modifikasi terhadap teori sesuai

dengan kondisi data yang baru, dan 4) membuka peluang pengembangan

berbagai hipotesis baru. Selain itu, karena dibangun di atas dasar teori dan

hasil-hasil riset disiplin terkait, seperti psikologi, neurosains, dan biologi

evolusioner, teori ini lebih responsif terhadap tantangan pendidikan

kontemporer.

Sedangkan alasan kedua (yaitu sudut pandang praktis),

memperlihatkan bahwa berdasarkan teori ini telah dikembangkan ragam

prosedur dan desain pembelajaran yang terbukti efektif. Contoh sudut

pandang praktis ini misalnya dapat ditemukan pada pembedaan pebelajar

pemula dengan pebelajar ahli ke dalam tiga kategori oleh Sweller (1988),

yakni: (1) ingatan terhadap konfigurasi masalah, (2) strategi penyelesaian

masalah, dan (3) fitur-fitur yang digunakan dalam mengelompokkan

masalah.
23

Menurut Syakur (2015) teori BK berasumsi bahwa pengetahuan

dalam bidang tertentu disimpan dalam memori jangka panjang dalam

bentuk skemata. Skemata merupakan faktor utama yang membedakan

tingkat keterampilan pemecahan masalah antara seorang pemula dengan

seorang ahli. Oleh karena itu, pembelajaran pada tahap awal dianjurkan

agar memfasilitasi pemerolehan pengetahuan bukan dengan strategi

berpikir yang rumit. Sementara di satu sisi bukti-bukti empiris semakin

banyak menunjukkan bahwa aktivitas penyelesaian masalah konvensional

tidaklah efektif dalam pemerolehan skemata (Sweller, 1988) dalam Syakur

(2015) karena proses kognitif yang diperlukan oleh kedua aktivitas

(penyelesaian masalah dan pemerolehan skemata) itu justru overlapping.

2. Beban Kognitif

Teori belajar kognitif (cognitive learning theories) menekankan

proses mental yang tidak dapat diamati yang digunakan orang untuk

mempelajari dan mengingat informasi atau kemampuan baru. Siswa dalam

belajar berpusat pada kemampuan mental atau kognitifnya untuk dapat

memahami yang dipelajarinya. Belajar selalu membutuhkan kemampuan

kognitif untuk memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan.

Berpikir merupakan bagian dari kemampuan kognitif siswa dalam

menghadapi setiap kegiatan belajar sehingga dalam belajar siswa harus

diajak untuk berpikir. BK merupakan usaha mental yang harus dilakukan

dalam memori kerja untuk memproses informasi yang diterima pada

selang waktu tertentu. Pemrosesan informasi dalam kognitif manusia ini


24

disebut teori pemrosesan informasi. Teori pemrosesan informasi

mengatakan bahwa bagian utama dari sistem memori yang bekerja dalam

memproses informasi adalah memori jangka pendek (short-term memory)

dan memori jangka panjang (long-term memory). Memori jangka panjang

adalah bagian sistem memori yang menjadi tempat menyimpan informasi

dalam kurun waktu yang lama. Memori jangka pendek atau yang disebut

juga memori kerja (working memory) adalah sistem penyimpanan yang

dapat memuat informasi dalam jumlah terbatas selama beberapa detik.

Teori BK menyatakan bahwa kekuatan dan keterbatasan arsistektur

kognitif manusia berasal dari desain instruksional (Yohanes dkk, 2016).

Teori BK membagi BK menjadi tiga, yaitu BK intrinsic, BK

extraneous, dan BK germane (Plass, Moreno, dan Brunken, 2010; Sweller,

Ayres, dan Kalyuga, 2011) dalam Yohanes (2016). BK intrinsic mengacu

pada elemen interaktivitas dalam materi. BK extraneous mengacu pada

desain instruksional yang membebani siswa dalam belajar. BK germane

mengacu pada usaha mental yang relevan dengan proses belajar.

Marcharis (2015) pada dasarnya, kemampuan kerja memori atau

kemampuan kognitif setiap orang berbeda-beda, memori setiap orang

memiliki kapasitas penerimaan informasi yang terbatas. Keterbatasan ini

merupakan beban bagi seseorang ketika menghadapi kerja otak yang

berlebih. Sebagaimana dijelaskan de Jong (2010) dalam artikelnya bahwa

kapasitas kognitif dalam memori kerja terbatas, sehingga jika tugas belajar

melebihi kapasitas, pembelajaran akan terhambat. Cowan, 2001; Miller,


25

1956 (dalam de Jong, 2010) mengemukakan bahwa terdapat dua macam

memori yaitu memori jangka panjang (long term memory) dan memori

jangka pendek (short term memory). Memori jangka panjang merupakan

bagian dari memori di mana sejumlah besar informasi disimpan (semi-)

permanen sedangkan memori jangka pendek merupakan 2 sistem memori

di mana hanya sejumlah kecil informasi yang disimpan. Hal ini perlu

diketahui oleh para pendidik untuk memastikan siswanya tidak mengalami

BK diakibatkan oleh tugas belajar yang melebihi kapasitas pada proses

pembelajarannya.

Menurut Marcharis (2015), BK yang terbatas itu perlu distabilkan

dalam proses kerja memori dalam pembelajaran khususnya pembelajaran

sains. Terdapat tiga komponen BK yang terjadi dalam memori kerja

selama belajar, yaitu:

a. Intrinsic Cognitive Load (ICL)

Intrinsic Cognitive Load (ICL) berhubungan dengan

karakteristik yang melekat pada isi yang harus dipelajari dan

berhubungan pula dengan kesulitan terhadap permasalahan materi

pelajaran. ICL digambarkan oleh kemampuan menerima dan

mengolah informasi (MMI) siswa yang dapat dilihat dari perolehan

skor siswa dalam mengisi instrumen tugas yang kompleks dalam

setiap pertemuan pada saat kegiatan pembelajaran. Menggambarkan

ICL, yaitu dengan Lembar Kerja Siswa (LKS):


26

1) Berisi pertanyaan singkat terkait penerimaan dan pengolahan

informasi.

2) Diberikan setelah siswa menerima dan mengeolah informasi pada

pertemuan selesai.

3) Dikembangkan berdasarkan tiga standar pemrosesan informasi

Marzano (1993) yaitu, komponen informasi, integrase informasi,

aplikasi informasi.

4) Pertanyaan dalam tugas yang kompleks worksheet dinilai

menggunakan empat skala penilaian dengan skor mulai dari 1-4

berdasarkan tingkat kompleksitas jawaban yang diberikan siswa.

(Azalia, 2015)

Tabel 2.2 Indikator Instrumen MMI

Tugas yang Pertanyaan


kompleks
Komponen Menyebutkan informasi yang diperoleh
Informasi Menghafalkan informasi yang dipeoleh
Integrasi Informasi Menjelaskan informasi yang dipeoleh
Aplikasi Informasi Menggunakan informasi yang dipeoleh
(Hernita, 2015)

b. Germane Cognitive Load (GCL)

Germane Cognitive Load (GCL) erat mengacu pada beban

yang dikenakan oleh hasil belajar (de Jong, 2010). GCL yang

digambarkan oleh hasil belajar (HB) siswa dilihat dari skor akhir

siswa tepatnya dari soal posttest pada akhir pertemuan setelah

pengambilan data MMI. Menggambarkan GCL yaitu dengan soal:


27

1) Mengacu pada enam standar taksonomi Marzano (2001) yaitu:

retrieval, comprehension, analisis, utilization, metakognisi dan

self.

2) Diberikan dalam bentuk essay sebanyak 6 soal.

3) Dilakukan diakhir pembelajaran sebagai post tes.

(Azalia, 2015)

Tabel 2.3 Level Taksonomi Robert Marzano

Level
Taksonomi Deskripsi
Marzano
Proses dari prosedur pengetahuan mengingat
Retrieval
kembali atau melakukan, tanpa pemahaman.
Proses dari urutan atau struktur pengetahuan,
sintesis/ langkah-langkah dan gambarannya
Comprehension
secara mendasar untuk pemahaman dasar atau
pemahaman awal.
Proses mengakses dan menguji pengetahuan
mengenai persamaan dan perbedaan, hubungan
Analisis pangkat atas dan pangkat bawah, mendiagnosa
kesalahan, atau logika yang konsekuen, atau
prinsip yang dapat diduga.
Proses dalam penggunaan pengetahuan darimana
masalah bisa disikapi atau dipecahkan,
Utilization
investigasi dapat direncanakan, keputusan dan
aplikasi dapat diperoleh.
Proses untuk memonitor apa dan bagaimana
pengetahuan yang baik bisa dimengerti,
pengujian yang secara sadar terhadap proses-
Metakognisi
proses kognitif untuk melihat apakah proses-
proses tersebut mempengaruhi tujuan-tujuan
yang akan dicapai.
Proses mengidentifikasi respon/rangsangan
emosi, melatih persepsi, motivasi, dan
Self
manfaatnya pada kepercayaan terhadap
pengetahuan awal.
(Marzano, 2001)

c. Extraneous Cognitive Load (ECL)


28

Extraneous Cognitive Load (ECL) merupakan BK yang

ditimbulkan oleh bahan instruksional dan tidak langsung

berkontribusi terhadap pembelajaran (de Jong, 2010). ECL

digambarkan oleh usaha mental (UM) siswa yang dapat dilihat dari

perolehan skor siswa dari instrumen skala penilaian subjektif yang

dapat diambil bersamaan dengan pengambilan data MMI dan HB.

Menggambarkan ECL, yaitu dengan soal:

1) Berisi pernyataan singkat terkait informasi yang sudah didapat

selama kegiatan pembelajaran. Informasi yang didapat dapat

berasal dari strategi pembelajaran (sistematis, menarik dan

efisien) guru yang mengajar.

2) Diberikan setelah siswa mengerjakan soal post tes.

3) Jenis instrumen ini dikatakan “Subjective” karena yang mengisi

siswa sendiri dan dikatakan “Rating Scale” karena pernyataan

yang ada dalam angket ini menggunakan skala Likert. Skala

Likert yang digunakan terdiri dari sangat membantu (skor 1),

membantu (skor 2), kurang membantu (skor 3) dan tidak

membantu (skor 4).

4) Semakin rendah skor yang diperoleh siswa maka akan semakin

rendah pula UM yang digunakan siswa untuk memperoleh

informasi yang ada selama pembelajaran.

(Azalia, 2015)
29

Tabel 2.4 Indikator Instrumen UM

Usaha
No. Indikator kuisioner
Mental
Penyampaian materi oleh guru sesuai
Materi Kompetensi Dasar dan indikator
1 sistematis Penyampaian materi oleh guru dengan
berpedoman pada RPP
Penyampaian materi oleh guru dengan
memberikan contoh-contoh dan latihan soal
Materi Guru memberikan kesempatan siswa untuk
2
efektif bertanya dan mengemukakan pendapatnya
Guru menggunakan metode diskusi dan
presentasi
Guru menyampaikan materi dengan
menggunakan powerpoint disertai dengan
Materi
3 tulisan, warna dan gambare
menarik
Guru memberikan LKS dengan tampilan yang
menarik
(Sari, 2016)

Menurut Marcharis (2015) BK yang dimiliki oleh siswa sangat

berpengaruh terhadap proses belajarnya. Semakin besar beban kognitifnya

(overload) maka semakin terhambat proses belajarnya. Kondisi kognitif

seseorang (siswa) seharusnya dapat mencapai tingkat ICL yang cukup,

mampu menurunkan ECL dan mampu meningkatkan GCL Sesuai dengan

pernyataan De Jong (2010) dalam Marcharis (2015) bahwa ICL (MMI)

siswa disesuaikan dengan sedikit banyaknya pengetahuan tentang materi

yang akan dipelajari. ICL tinggi (MMI rendah) jika pengetahuan siswa

sedikit terhadap materi yang akan diajarkan dan ICL rendah (MMI tinggi)

ketika siswa mampu menguasai materi yang sedang dipelajari dengan

pengetahuan yang mereka miliki. Ketika ICL rendah (MMI tinggi), maka

ECL siswa akan rendah (UM rendah) karena usaha siswa dalam

memahami pelajaran sedikit begitu pula sebaliknya saat ICL siswa tinggi
30

(MMI rendah), maka ECL siswa akan tinggi (UM tinggi) dikarenakan

siswa harus berusaha keras untuk memahami pelajaran yang sedang siswa

pelajari. GCL akan sangat dipengaruhi oleh ICL dan ECL. GCL (HB) akan

lebih baik saat MMI lebih tinggi dibandingkan dengan UM. Dimana hal

itu menunjukkan bahwa pengetahuan awal siswa sudah mencukupi

kapasitas memorinya sehingga usaha yang dilakukan untuk memahami

materi yang sedang dipelajari sangat kecil, dengan demikian beban

kognitif yang dirasakan siswa kecil. Beban dikatakan rendah apabila MMI

lebih tinggi dibandingkan UM, MMI dan HB berbanding lurus.

F. Larutan Penyangga

Larutan buffer adalah semua larutan yang pH-nya dapat dikatakan

tetap, walaupun ditambahkan sedikit asam atau basa. Biasanya, larutan buffer

mengandung asam lemah beserta basa lemah konjugatnya dalam konsentrasi

yang hampir sama. Larutan buffer berperan besar dalam mengontrol kelarutan

ion-ion dalam larutan sekaligus mempertahankan pH dalam proses biokimia

dan fisiologis. Banyak proses kehidupan sensitif terhadap pH sehingga

diperlukan sedikit pengaturan dalam interval konsentrasi H3O+ dan OH-.

Organisme mempunyai buffernya sendiri-sendiri untuk melindunginya dari

perubahan pH yang besar. Sebagai contoh, darah manusia mempunyai pH

mendekati 7,4 yang dipertahankan oleh kombinasi sistem buffer karbonat,

fosfat, dan protein. pH darah di bawah 7 atau di atas 7,8 dapat mempercepat

kematian.
31

1. Perhitungan Cara Kerja Buffer

Perhatikan asam lemah yang khas, asam format (HCOOH), dan

basa konjugatnya, ion format (HCOO-). yang terakhir ini dapat diperoleh

dengan cara melarutkan garam seperti natrium format (NaHCOO) ke

dalam air. kesetimbangan asam-basa yang tercapai antara komponen-

komponen ini dihasilkan oleh:

HCOOH(aq) + H2O(l) ⇌ H3O+(aq) + HCOO-(aq)

dengan tetapan ionisasi asam:

[𝐻3 𝑂 + ][𝐻𝐶𝑂𝑂− ]
[𝐻𝐶𝑂𝑂𝐻]
= Ka = 1,77 × 10-4

Dalam subbab ini pH larutan yang hanya mengandung asam lemah (seperti

HCOOH) atau hanya basa lemah (seperti HCOO-) telah dibahas. Misalkan

sekarang asam lemah dan basa konjugatnya keduanya sudah ada sejak

awal.

Misalkan 1 mol HCOOH dan 0,5 mol NaHCOO ditambahkan ke dalam air

dan diencerkan sampai 1 L. Hitung pH larutan.

Penyelesaian:

HCOOH(aq) + H2O(l) ⇌ H3O+(aq) + HCOO-(aq)

Awal : 1,00 ≈0 0,500

Bereaksi : -y +y +y

Setimbang :1,00-y y 0,500+y

Persaamaan kesetimbangan adalah,

𝑦 (0,500+𝑦)
= Ka = 1,77 × 10-4
1,00−𝑦
32

karena y relative lebih kecil disbanding 1 dan 0,500, bentuk persamaan

akan menyerupai

𝑦 (0,500)
≈ 1,77 × 10-4
1,00

y = 3,54 × 10-4 M = [H3O+]

Pengamatan sekilas membuktikan bahwa y relative memang kecil

dibandingkan 1 dan 0,5. dengan demikian:

pH = -log10 (3,54 × 10-4) = 3,45

untuk melihat larutan buffer bekerja, kita akan menulis persamaan

kesetimbangan untuk ionisasi asam lemah HA dalam bentuk:

[𝐻𝐴]
[H3O+] = Ka [𝐴− ]

Konsentrasi ion hidronium tergantung pada nisbah konsentrasi asam

lemah. terhadap konsentrasi basa konjugataya. Kunci cara kerja larutan

buffer yang efektif adalah menjaga agar kedua konsentrasi ini hampir sama

dan cukup besar. Dengan penambahan sejumlah kecil basa ke dalam

larutan buffer yang efektif hanya membutuhkan beberapa persen molekul

HA dengan mengubahnya menjadi ion A- dan hanya menambah beberapa

persen saja A- yang ada sejak awal. Nisbah [HA]/[A-] turun, tetapi hanya

sedikit Asam yang ditambahkan mengkonsumsi sebagian kecil basa A-

yang dipakai untuk menghasilkan sedikit HA lagi. Nisbah [HA]/[A-]

sekarang naik, tetapi lagi-lagi perubahannya hanya sedikit. Karena

konsentrasi H30+ sangat dipengaruhi nisbah ini, perubahannya juga hanya

sedikit. Contoh berikut menggambarkan cara kerja larutan buffer secara

kuantitatif.
33

Contoh Soal:

Misalkan 0,10 mol asam kuat seperti HCl ditambahkan ke dalam larutan

dalam contoh l0.7. Hitung pH larutan yang dihasilkan.

Penyelesaian:

Asam kuat HCl terionisasi seluruhnya dalam larutan air yang encer.

Pada mulanya, anggap bahwa semua ion hidrogen dari HCl diambil oleh

ion format untuk membentuk asam format, di mana setelahnya sebagian

asam format terionisasi kembali menjadi ion format dan H3O+. Ini semata-

mata merupakan cara yang sederhana untuk melihat rute menuju

kesetimbangan dan bukan menyatakan urutan reaksi yang terjadi

sebenarnya. Posisi kesetimbangan akhir tidak tergantung pada rute menuju

kesetimbangan tersebut.

Karena 0,10 mol HCl bereaksi dengan jumlah mol HCOO- yang sama

konsentrasi HCOO- dan HCOOH sebelum ionisasi adalah

[HCOO-]0 = 0,50-0,10 = 0,40 M

[HCOOH]0 = 1,00+0,10 = 1,10 M

Bagan untuk menghitung konsentrasi pada kesetimbangan adalah:

HCOOH(aq) + H2O(l) ⇋ H3O+(aq) + HCOO-(aq)

Awal 1,10 ≈0 0,40

Bereaksi -y +y +y

Seimbang 1,10-y y 0,40+y

Persaamaan kesetimbangan kemudian akan menjadi

𝑦 (0,40+𝑦)
1,10−𝑦
= 1,77 × 10-4
34

karena y sekali lagi relatif kecil dibanding 0,40 dan 1,10

1,10
𝑦 ≈ ( 0,40 ) (1,77x10−4 ) = 4,9× 10-4

pH = 3,31

Meskipun 0,1 mol asam kuat ditambahkan, pH hanya berubah sedikit dari

3,45 sampai 3,31. Sebaliknya, jumlah asam yang sama ditambahkan ke

dalam satu liter air murni, akan mengubah pH dari 7 menjadi 1.

Perhatikan bahwa soal ini diselesaikan pertama-tama dengan

perhitungan stoikiometri (membatasi reaktan) baru kemudian perhitungan

kesetimbangan. Perhitungan yang sama dapat dilakukan jika basa kuat

seperti OH-, dan bukan asam kuat, ditambahkan. Basa bereaksi dengan

asam format menghasilkan ion format. Penambahan 0,10 mol OH- ke

dalam larutan buffer HCOOH/HCOO- seperti dalam Contoh 10.7 hanya

akan menaikkan pH menjadi 3,58. Tanpa ada sistem buffer, basa yang

sama akan menaikkan pH menjadi 13.

Dalam setiap larutan buffer terdapat persaingan antara

kecenderungan asam menyumbangkan ion hidrogen pada air (menaikkan

keasaman) dan kecenderungan basa menerima ion hidrogen dari air

(menaikkan kebasaan). pH yang dihasilkan tergantung pada Ka. Jika Ka

relatif besar dibanding 10-7, ionisasi asam akan menang dan keasaman

akan naik, seperti dalam larutan buffer HCOOH/HCOO-. Buffer basa

(dengan pH > 7) dapat dibuat dengan menggunakan pasangan asam-basa

dengan Ka di bawah 10-7. Dalam hal ini, reaksi netto akan menghasilkan

OH-, dan Kb harus digunakan untuk menentukan keadaan kesetimbangan.


35

Contoh yang khas adalah larutan buffer NH4+/NH3 yang dibuat dengan

mencampurkan amonium klorida dengan amonia.

2. Pembuatan Buffer

Larutan penyangga yang mengandung komponen asam dan basa

berupa pasangan konjugasi, dapat disiapkan sebagai berikut.

a. Larutan penyangga HA/A- dapat dibuat dari:

1) Asam lemah + garamnya

Contoh: pembuatan larutan penyangga CH3COOH/

CH3COO- dari CH3COOH dengan CH3COONa.

CH3COOH H+ + CH3COO-
Asam lemah

CH3COONa → Na+ + CH3COO-


basa Konjugasi
Garam asam lemah

Larutan Penyangga
CH3COOH/CH3COO
-

 Komponen asam CH3COOH dalam larutan penyangga berasal

dari asam lemah CH3COOH yang hanya terurai sedikit sekali

 Komponen basa CH3COO- dalam larutan penyangga dianggap

hanya berasal dari garam asam lemah CH3COONa yang terurai

sempurna
36

2) Asam lemah berlebih + basa kuat

Contoh: pembuatan larutan penyangga CH3COOH/

CH3COO- dari CH3COOH berlebih dengan NaOH.

CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O

Asam lemah basa garam

Berlebih kuat asam lemah

CH3COOH H+ + CH3COO-
Asam lemah

CH3COONa Na+ + CH3COO-


basa Konjugasi
Garam asam lemah

Larutan Penyangga
CH3COOH/CH3COO

Asam lemah CH3COOH berlebih akan bereaksi dengan basa

kuat NaOH membentuk garam CH3COONa.

 Komponen asam CH3COOH dalam larutan penyangga berasal

dari asam lemah CH3COOH yang hanya terurai sedikit sekali

 Komponen basa CH3COO- dalam larutan penyangga dianggap

hanya berasal dari garam asam lemah CH3COONa yang terurai

sempurna
37

3) Garam asam lemah berlebih + asam kuat

Contoh: pembuatan larutan penyangga CH3COOH/

CH3COO- dari CH3COONa berlebih dengan HCl.

CH3COONa + HCl → CH3COOH + NaCl

Garam asam asam asam lemah


lemah berlebih kuat

CH3COOH
H+ + CH3COO-
Asam lemah

CH3COONa Na+ + CH3COO-


Garam asam lemah basa Konjugasi

Larutan Penyangga
CH3COOH/CH3COO-

Garam asam lemah CH3COONa berlebih akan bereaksi

dengan asam kuat HCl membentuk asam lemah CH3COOH.

 Komponen asam CH3COOH dalam larutan penyangga berasal

dari asam lemah CH3COOH yang hanya terurai sedikit sekali

 Komponen basa CH3COO- dalam larutan penyangga dianggap

hanya berasal dari garam asam lemah CH3COONa yang terurai

sempurna

1) Larutan penyangga B/BH+ dapat dibuat dari:

Basa lemah + garamnyaContoh: pembuatan larutan penyangga

NH3/NH4+ dari NH3 degan NH4Cl.


38

NH3
basa lemah + H2O NH4+ + OH-

NH4Cl NH4+ + Cl-


Garam basa lemah asam Konjugasi

Larutan Penyangga
NH3/NH4+

 Komponen basa NH3 dalam larutan penyangga berasal dari basa

lemah NH3 yang hanya terurai sedikit sekali

 Komponen asam NH4+ dalam larutan penyangga dianggap

hanya berasal dari garam basa lemah NH4Cl yang terurai

sempurna

2) Basa lemah berlebih + asam kuat

Contoh: pembuatan larutan penyangga NH3/NH4+ dari NH3

dengan HCl.

NH3 + HCl → NH4Cl


Basa lemah berlebih asam kuat garam basa lemah
Basa lemah NH3 berlebih akan bereaksi dengan asam kuat

NH3
basa lemah sisa + H2O NH4+ + OH-

NH4+
NH4Cl asam konjugasi + Cl-
Garam basa lemah

Larutan
HCl membentuk garam NHPenyangga
4Cl.
NH3/NH4+
39

 Komponen basa NH3 dalam larutan penyangga berasal dari basa

lemah NH3 yang hanya terurai sedikit sekali

 Komponen asam NH4+ dalam larutan penyangga dianggap

hanya berasal dari garam basa lemah NH4Cl yang terurai

sempurna

3) Garam basa lemah berlebih + basa kuat

Contoh: pembuatan larutan penyangga NH3/NH4+ dari

NH4Cl berlebih dan NaOH.

NH4Cl + NaOH → NH4OH + NaCl

Garam basa basa kuat basa lemah


Lemah berlebih

NH3
basa lemah + H2O NH4+ + OH-

NH4Cl NH4+ + Cl-


asam Konjugasi
Garam basa lemah sisa

Larutan Penyangga

NH3/NH4+

Garam basa lemah NH4Cl berlebih akan bereaksi dengan

basa kuat NaOH membentuk basa lemah Nh4OH.

 Komponen basa NH3 dalam larutan penyangga berasal dari basa

lemah NH3 yang hanya terurai sedikit sekali


40

 Komponen asam NH4+ dalam larutan penyangga dianggap

hanya berasal dari garam basa lemah NH4Cl yang terurai

sempurna
41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Definisi Konsepsional

Perlu diperjelas dan disamakan persepsi tentang judul penelitian ini,

maka penulis dapat menguraikan secara singkat beberapa konsep yang

berhubungan dengan variabel peneliti, yaitu:

1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,

perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2015).

2. Model pembelajaran merupakan cara atau teknik penyajian yang

digunakan guru dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan

pembelajaran (Hamiyah, 2014).

3. Beban kognitif merupakan usaha mental yang harus dilakukan dalam

memori kerja untuk memproses informasi yang diterima pada selang

waktu tertentu (Yohanes dkk, 2016)

4. Larutan buffer adalah semua larutan yang pH-nya dapat dikatakan tetap,

walaupun ditambahkan sedikit asam atau basa (Unggul, 2013).

B. Definisi Operasional

Perlu diberikan gambaran yang lebih jelas tentang permasalahan yang

akan diteliti, maka penulis perlu merumuskan secara operasional. Definisi


42

operasional merupakan petunjuk tentang variabel yang diukur atau batasan data

yang diperlukan dengan menilai indikator-indikator yang relevan.

1. Model perubahan konseptual dalam penelitian ini berupa model perubahan

konseptual yang digunakan dalam setiap satuan pembelajaran untuk

mengubah pemahaman salah pada siswa dalam menafsirkan konsep

menjadi benar sesuai dengan kaidah sains. Berikut 8 sintak dalam model

pembelajaran perubahan konseptual, sintak tersebut terdiri dari: (1)

Penyampaian konteks masalah, (2) menetapkan hasil atau posisi, (3)

mengekspos kepercayaan, (4) mengkonfrontasikan kepercayaan

(menciptakan konflik kognitif), (5) mengakomodasi konsep-konsep, (6)

memperluas konsep-konsep, (7) penyelesaian (pengujian masalah), (8)

evaluasi.

2. Beban kognitif dalam penelitian ini merupakan suatu ketidakseimbangan

antar komponen beban kognitif yang dapat dianalisis melalui hubungan

antara ketiga komponen beban kognitif yang diukur dengan menggunakan

instrumen tugas yang kompleks, skala penilaian subjektif dan post tes.

Ketiga beban kognitif yang akan dilihat keterkaitannya adalah:

a. Intrinsic Cognitive Load (ICL) yang digambarkan oleh kemampuan

Menerima dan Mengolah Informasi (MMI) siswa yang dapat dilihat

dari perolehan skor siswa dalam mengisi instrumen tugas yang

kompleks pada saat pembelajaran berlangsung. Menggambarkan ICL,

yaitu dengan soal lembar kerja siswa yang dikembangkan berdasarkan


43

tiga standar pemrosesan informasi Marzano (1993) yaitu: Komponen

informasi, integrasi informasi dan aplikasi informasi.

b. Germane Cognitive Load (GCL) yang digambarkan oleh hasil belajar

(HB) siswa dilihat dari skor akhir siswa tepatnya dari soal post-test

pada akhir pertemuan setelah pengambilan data MMI.

Menggambarkan GCL yaitu dengan soal essay sebanyak 6 soal yang

mengacu pada enam standar taksonomi Marzano (2001) yaitu:

retrieval, comprehension, analisis, utilization, metakognisi dan self.

c. Extraneous Cognitive Load (ECL) yang digambarkan oleh Usaha

Mental (UM) siswa yang dapat dilihat dari perolehan skor siswa dalam

mengisi instrumen skala penilaian subjektif yang dapat diambil

setelah kegiatan pembelajaran selesai. Menggambarkan ECL yaitu

dengan kuisioner yang berisi pernyataan singkat terkait informasi

yang sudah didapat selama kegiatan pembelajaran. Informasi yang

didapat dapat berasal dari strategi pembelajaran (sistematis, menarik

dan efisien) guru yang mengajar.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Pelaksanaan Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 13 Februari

sampai 13 Maret 2018 tahun ajaran 2017/2018.


44

2. Tempat Pelaksaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 3 Samarinda yang

berlokasi di Jl. Ir. H. Juanda No. 20 Air Putih Samarinda Ulu.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA

Negeri 3 Samarinda Tahun Ajaran 2017/2018.

2. Sampel

Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini diambil 1 kelas

yaitu kelas XI IPA 5 dengan 36 siswa. Teknik pengambilan sampel adalah

pemilihan kelas secara acak (cluster random sampling).

E. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Metode

penelitian ini digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat

kuantitatif.

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:


45

1. Teknik Tes

Teknik tes adalah cara pengukuran penguasaan siswa terhadap

materi yang diajarkan oleh guru atau yang dipelajari oleh siswa. Tes terdiri

dari sejumlah pertanyaan atau butir-butir soal yang digunakan untuk

memperoleh data atau informasi melalui jawaban peserta tes. Melalui hasil

jawaban tersebut diperoleh suatu ukuran mengenai karkteristik peserta tes

seperti keterampilan, pemahaman atau pengetahuan intelegensi. Tes beban

kognitif dilakukan melalui pelaksanaan:

a. Tes MMI untuk mengukur ICL berupa tugas yang kompleks yang

berisi pertanyaan-pertanyaan yang menggambarkan kemampuan

MMI yang terintegrasi melalui LKS dalam pembelajaran materi

larutan penyangga. Pertanyaan dinilai dari yang sederhana sampai

dengan yang kompleks (Brunken dkk, 2010) berdasarkan standar

pengolahan informasi dari Marzano (1993). Skor kemampuan analisis

dikonversi dalam bentuk kualitatif dengan merujuk pada kategorisasi

dari Arikunto (2012). Tabel Indikator Instrumen MMI dapat dilihat

pada tabel 2.2 pada bab II.

b. Post tes menggambarkan Instrumen HB digunakan untuk mengukur

ketercapaian siswa dalam memahami pembelajaran pada materi

larutan penyangga pada kemampuan penalaran (GCL). Soal ini

digunakan untuk mendapatkan hasil belajar siswa, sehingga dapat

dihubungkan antara kemampuan analysis informasi dengan usaha

mental yang ada pada siswa. Soal-soal yang digunakan adalah soal-
46

soal pilihan ganda yang mencakup enam level penalaran yang

dikemukakan oleh Marzano (2001). Tabel Level Taksonomi Marzano

dapat dilihat pada tabel 2.3 pada bab II.

c. Lembar kuisioner menggambarkan Instrumen Usaha Mental (UM)

digunakan untuk mengukur ECL siswa dalam mengolah informasi

yang diberikan dalam pembelajaran, dan mengetahui keterkaitan

strategi yang digunakan guru dengan informasi yang disampaikan

dalam proses pembelajaran tersebut. Skor kemampuan analisis

dikonversi dalam bentuk kualitatif dengan merujuk pada kategorisasi

dari Arikunto (2012). Tabel indikator instrumen UM dapat dilihat

pada tabel 2.4 pada bab II.

2. Lembar Observasi

Observasi dilakukan secara langsung terhadap aktivitas siswa dan

guru selama kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar

observasi berupa tabel penilaian dan diisi oleh observer sebanyak 3 orang

yaitu 1 orang Alumni Mahasiswa FKIP Kimia, dan 2 orang mahasiswa

FKIP Kimia. Lembar observasi digunakan sebagai data pendukung untuk

melihat atau mengamati aktivitas siswa dan guru selama mengikuti

kegiatan pembelajaran yang dibuat berdasarkan sintak model

pembelajaran perubahan konseptual.


47

3. Wawancara

Wawancara dilakukan secara dialog (tanya jawab) secara lisan,

baik langsung maupun tidak langsung. Wawancara digunakan sebagai alat

untuk mendapatkan fakta/data informasi dari murid secara lisan. Siswa

yang diwawancarai terdiri dari 6 siswa, yaitu 2 siswa yang memiliki nilai

tertinggi, 2 siswa dengan nilai sedang dan 2 siswa dengan nilai terendah

G. Teknik Pengolahan Data

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, yang berarti bahwa hanya

memaparkan data yang diperoleh melalui lembar observasi, LKS, kuisioner

dan post tes. Data yang diperoleh kemudian disusun, dijelaskan dan akhirnya

dianalisis dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan. secara rinci

analisis dalam 10 tahap, yaitu:

1. Memberikan skor mentah untuk setiap jawaban siswa yang mengacu pada

pedoman penilaian yang telah dibuat.

2. Menghitung nilai yang diperoleh siswa untuk masing-masing indikator

beban kognitif siswa setiap pertemuan (LKS 1, LKS 2, LKS 3, kuisioner

1, kuisioner 2, kuisioner 3, post tes 1, post tes 2, dan post tes 3) dengan

menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Slameto (2001) sebagai

berikut:

skor mentah
nilai siswa= x 100
skor maksimal
48

3. Menghitung indikator beban kognitif ICL dari MMI siswa yang diperoleh

dari tiga kali pertemuan:

KI1 LKS1 + KI2 LKS2 + KI3 LKS3


MMI1 =
3

II1 LKS1 + II2 LKS2 + II3 LKS3


MMI2 =
3
AI1 LKS1 + AI2 LKS2 + AI3 LKS3
MMI3 =
3

MMI1 + MMI2 + MMI3


MMITotal =
3

Keterangan:

MMI = Mengolah dan menerima informasi


KI = Komponen Informasi
II = Integrasi Informasi
AI = Aplikasi Informasi
LKS = Lembar Kerja Siswa

4. Menghitung indikator beban kognitif GCL dari HB siswa yang diperoleh

dari tiga kali pertemuan:

R1 PT1 + R2 PT2 + R3 PT3


GCL1 =
3
C1 PT1 + C2 PT2 + C3 PT3
GCL2 =
3
A1PT1 + A2 PT2 + A3 PT3
GCL3 =
3
U1 PT1 + U2 PT2 + U3 PT3
GCL4 =
3
M1 PT1 + M2 PT2 + M3 PT3
GCL5 =
3
S1 PT1 + S2 PT2 + S3 PT3
GCL6 =
3

GCL1 + GCL2 + GCL3 + GCL4 + GCL5 + GCL6


GCLTotal =
6

Keterangan:
GCL = Germane Cognitive Load
R = Retrieval
49

C = Comprehension
A = Analisis
U = Utilization
M = Metakognisi
S = Self
PT = Post-test

5. Menghitung indikator beban kognitif ECL dari indikator UM siswa yang

diperoleh dari tiga kali pertemuan:

S1 K1 + S2 K2 + S3 K3
ECL1 =
3
E1 K1 + E2 K2 + E3 K3
ECL2 =
3

M1 K1 + M2 K2 + M3 K3
ECL3 =
3

ECL1 + ECL2 + ECL3


ECLTotal =
3

Keterangan:
ECL = Extrinsic Cognitive Load
S = Sistematik
E = Efektif
M = Menarik
K = Kuisioner

6. Menentukan kategorisasi instrumen MMI dan HB

Tabel 3.1 Kategorisasi Instrumen MMI dan HB

Skor konversi skala 100 Kategori kualitatif


80 – 100 Sangat baik
60 – 79 Baik
40 – 59 Sedang
20 – 39 Kurang
0 – 19 Sangat kurang
(Arikunto, 2012)

7. Menetuan kategorisasi UM.

Tabel 3.2 Kategorisasi UM

Skor konversi skala 100 Kategori kualitatif


80 – 100 Sangat kesulitan
50

Skor konversi skala 100 Kategori kualitatif


60 – 79 Kesulitan
40 – 59 Sedikit kesulitan
20 – 39 Tidak kesulitan
0 – 19 Sangat tidak kesulitan
(Arikunto, 2012)

8. Menghitung persentase sebaran siswa untuk masing-masing kategori

beban kognitif dengan menggunakan rumus:

∑X
Sebaran Siswa (%) = ×100%
∑Y

Keterangan:
ΣX = Jumlah siswa pada setiap kategori beban kognitif
ΣY = Jumlah total siswa

9. Menafsirkan data sebaran yang diperoleh menggunakan kriteria yang

dikemukakan oleh (Koentjaraningrat, 1990) seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.3 Tafsiran Persentase Sebaran Siswa

Persentase (%) Tafsiran Kualitatif


0,00 Tidak ada
1-25,99 Sebagian kecil
26-49,99 Hampir separuhnya
50 Separuhnya
51-75,99 Sebagian besar
76-99,99 Hampir seluruhnya
100 Seluruhnya
(Koentjaraningrat, 1990)

10. Pengolahan Lembar Observasi

Pelaksanaan observasi dituliskan kedalam bentuk tabel penilaian

sangat baik (5), baik (4), cukup (3), kurang (2), dan sangat kurang (1),

dikategorikan sebagai hasil observasi. Data yang diperoleh dari hasil

observasi merupakan data pendukung dalam penelitian ini. Data observasi

diperoleh melalui pengisian lembar observasi yang dilakukan pada saat


51

pembelajaran berlangsung dan diisi oleh observer atau pengamat.

Pengolahan data hasil observasi menggunakan rumus:

skor yang diperoleh


Nilai Aktivitas = jumlah skor maksimum x 100%

Berdasarkan persentase yang diperoleh terhadap keterlaksanaan

model pembelajaran perubahan konseptual pada materi larutan penyangga.

Data mengenai aktivitas siswa menggunakan kriteria dapat dilihat pada

Tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4 Skala Likert

Penilaian Nilai
Sangat Baik 5
Baik 4
Cukup 3
Kurang 2
Sangat Kurang 1
(Sugiyono, 2013)

Selanjutnya untuk mengetahui aktivitas guru menggunakan model

pembelajaran perubahan konseptual digunakan lembar observasi sebagai

instrumen pengumpul data. Lembar observasi untuk mengamati aktivitas

guru dalam pembelajaran menggunakan Skala Guttman dengan kriteria

pada Tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5 Skala Guttman

Penilaian Nilai
Ya 1
Tidak 0
(Sugiyono, 2013)
52

Data hasil lembar obeservasi ini digunakan sebagai data

pendukung dalam penelitian. Pengolahan data hasil lembar observasi

menggunakan rumus:

Skor
P= × 100%
Jumlah Skor Maksimum

Menafsirkan data hasil lembar observasi yang diperoleh

menggunakan ktiteria seperti pada Tabel 3.5:

Tabel 3.5 Persentase Aktivitas Model Pembelajaran perubahan


konseptual

Presentase (%) Kategori Sikap


0-20 Sangat Kurang
21-40 Kurang
41-60 Cukup
61-80 Baik
81-100 Sangat Baik
(Arikunto, 2012)

H. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif

dari masing-masing nilai akhir indikator ICL, GCL dan ECL. Beban dikatakan

rendah apabila MMI lebih tinggi dibandingkan UM, MMI dan HB berbanding

lurus.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur atau tahapan penelitian disususn secara sistematis untuk

mencapai tujuan penelitian. Secara umum prosedur penelitian secara sistematis


53

terdiri dari 3 tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap

penyelesaian. Adapun alur tahapan dalam prosedur penelitian ini yaitu:

1. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan, langkah-langkah yang ditempuh peneliti

adalah sebagai berikut:

a. Melakukan observasi ke sekolah untuk mengetahui permasalahan

yang ada dan berkaitan dengan materi yang sulit.

b. Melakukan studi literatur berkaitan dengan model pembelajaran yang

cocok dengan materi larutan penyangga.

c. Melakukan studi pustaka terhadap buku, jurnal, artikel dan laporan

penelitian tentang beban kognitif dan model pembelajaran perubahan

konseptual

d. Menganalisis silabus serta kompetensi inti dan kompetensi dasar pada

materi larutan penyangga.

e. Menganalisis materi ajar, indikator dan tujuan pembelajaran yang

akan diajarkan yaitu materi larutan penyangga.

f. Merencanakan model pembelajaran yang sesuai dengan konsep materi

yang akan diajarkan yaitu model pembelajaran perubahan konseptual

dengan perhitungan waktu yang diperlukan.

g. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) menggunakan sintak model pembelajaran

perubahan konseptual.
54

h. Mempersiapkan instrumen penelitian berupa LKS, post tes, kuisioner

dan lembar observasi.

i. Melakukan validasi instrumen MMI (LKS), instrumen HB (post tes)

dan instrumen UM (kuisioner).

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Menentukan sampel sebanyak satu kelas yaitu, kelas XI IPA 5.

b. Melakukan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran

perubahan konseptual dengan tahapan sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyiapkan siswa

untuk belajar.

2) Fase I (menyampaikan konteks masalah): Guru menyampaikan

informasi dan membagikan LKS (Instrumen MMI) terkait

konteks masalah.

3) Fase II (menetapkan hasil atau posisi): Guru memberikan sebuah

pertanyaan atau masalah (tantangan) untuk dipecahkan siswa.

4) Fase III (mengekspose kepercayaan): Guru membimbing siswa

untuk melakukan diskusi dan menguji gagasan-gagasan siswa

dengan aktivitas penyelidikan untuk memberikan pengalaman

langsung pada siswa.

5) Fase IV (mengkonfrontasikan kepercayaan (menimbulkan

konflik kognitif)): Guru menantang siswa untuk

mengkonfrontasikan pemikiran mereka terkini melalui bekerja


55

dengan material, mengumpulkan data, dan mengkonsultasikan

sumber-sumber.

6) Fase V (mengakomodasi konsep-konsep): Guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengakomodasi sebuah

pandangan, konsep-konsep atau kemampuan-kemampuan baru

dengan menyimpulkan, mendiskusikan, berdebat, dan

menginkorporasikan informasi baru.

7) Fase VI (memperluas konsep-konsep): Guru meminta siswa

untuk memperluas konsep yang telah diperoleh dalam

pembelajaran dengan cara mengaplikasikan dan membuat

hubungan antara konsep baru atau kemampuan dengan situasi-

situasi dan gagasan-gagasan lain dan menantang siswa untuk

menyampaikan hasilnya dalam diskusi kelas agar siswa lain dapat

memberikan tanggapannya.

8) Fase VII (penyelesaian (pengujian masalah)): Guru

mempersilahkan siswa untuk mengaplikasikan dan membuat

hubungan antara konsep baru atau kemampuan dengan situasi-

situasi dan gagasan-gagasan lain serta menyampaikan hasilnya

alam diskusi kelas. Guru memimpin kelas dalam mengevaluasi

masing-masing untuk kejelasan, masuk akal, dan bermanfaatnya

dalam menjelaskan kejadian yang mengungkap.


56

9) Fase VIII (Evaluasi): Guru meminta siswa untuk melakukan

penilaian terhadap kebenaran konsep yang mereka miliki dan

menerapkan konsep-konsep ilmiah.

10) Guru memberikan post tes (instrumen HB) setelah pengambilan

data MMI.

11) Guru memberikan kuisioner skala penilaian subjektif (instrumen

UM) untuk mengukur usaha mental dalam memahami informasi

selama pembelajaran berlangsung.

12) Para observer melakukan observasi langsung terhadap aktivitas

guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran dengan mengisi

lembar observasi guru dan siswa.

3. Tahap penyelesaian

Pada tahap ini yang dilakukan peneliti antara lain:

a. Mengelolah data yang telah diperoleh.

b. Menganalisis dan membahas hasil penelitian.

c. Menarik kesimpulan dari hasil yang diperoleh sesuai dengan teknik

analisis yang digunakan.


57

J. Alur Penelitian

Rancangan penelitian ini dapat digambarkan dengan skema sebagai

berikut:
Tahap Persiapan

Studi literatur berkaitan dengan model


pembelajaran yang cocok dengan Melakukan observasi
materi larutan penyangga ke sekolah berkaitan
dengan materi yang
Analisis silabus, KI dan KD materi sulit
larutan penyangga

Penentuan
Studi pustaka tentang model sampel penelitian
pembelajaran perubahan konseptual

Penyususnan Rancangan Pelaksanaan


Pembelajaran (RPP)

Validitas Menyusun Instrumen


(Instrumen MMI,
UM, HB dan lembar
observasi)
Tahap Pelaksanaan
Pengukuran
Pelaksanaan dengan model ICL dan ECL
pembelajaran perubahan konseptual
Observasi

Post tes Pengukuran


GCL

Tahap Penyelesaian

Mengolah dan Kesimpulan


Pembahasan
menganalisis data

Gambar 3.1 Alur Penelitian


58

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah menengah atas dikota

Samarinda yaitu SMA Negeri 3 Samarinda, Kalimantan Timur. SMA Negeri 3

Samarinda beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 20 Air Putih Samarinda Ulu. SMA

Negeri 3 Samarinda menempati luas tanah 8.606 m2, dengan luas bangunan

Gedung 5.970 m2 dan luas halaman 714 m2. Sekolah ini berstatus negeri

dengan jenjang akreditasi A yang berlaku mulai tahun 2010 hingga sekarang.

SMA Negeri 3 Samarinda memiliki 28 lokal kelas. Jumlah rombongan belajar

(rombel) disekolah ini adalah 28 dengan rincian kelas X 10 kelas, kelas XI 9

kelas dan kelas XII 9 kelas.

Jumlah waktu belajar untuk setiap minggu adalah 44 jam dengan

alokasi waktu pembelajaran 45 menit untuk tiap jam pembelajaran. Jurusan

minat siswa terbagi menjadi dua, yaitu jurusan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam (MIPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Sistem

kurikulum yang diterapkan disekolah ini adalah kurikulum 2013.

SMA Negeri 3 Samarinda merupakan salah satu sekolah yang memiliki

sarana dan prasarana pembelajaran yang cukup lengkap. Hal ini dibuktikan

dengan tersedianya perpustakaan dan laboratorium sebagai penunjang

pelaksanaan pembelajaran. Laboratorium di sekolah ini dibedakan menjadi


59

tiga, yaitu laboratorium IPA yang terdiri atas laboratorium kimia, fisika,

biologi, laboratorium IPS dan laboratorium bahasa.

B. Hasil Penelitian

Berikut ini disajikan data hasil penelitian sebagai berikut:

1. Analisis BK Siswa Komponen ICL pada Materi Larutan Penyangga

Hasil penelitian ini diperoleh dari pengumpulan data berupa nilai

evaluasi lembar kerja siswa (LKS) yang diberikan pada setiap pertemuan

di kelas XI IPA 5 SMA Negeri 3 Samarinda. Berikut data BK siswa

komponen ICL pada materi larutan penyangga dianalisis berdasarkan

setiap indikator dari instrumen MMI setiap pertemuan materi larutan

penyangga yang terdapat pada lampiran 11 dapat dilihat pada Tabel 4.1

sebagai berikut:

Tabel 4.1 BK Siswa Komponen ICL pada Materi Larutan Penyangga

Indikator Nilai Akhir


76,51
Komponen Informasi
Baik
70,83
Integrasi Informasi
Baik
50,05
Aplikasi Informasi
Sedang
65,80
Rata-rata
Baik

2. Analisis BK Siswa Komponen GCL pada Materi Larutan Penyangga

Berikut data BK siswa komponen GCL pada materi larutan

penyangga dianalisis berdasarkan setiap indikator dari instrumen HB


60

setiap pertemuan materi larutan penyangga yang terdapat pada lampiran

17 dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2 BK Siswa Komponen GCL pada Materi Larutan Penyangga

Indikator Nilai Akhir


91,20
Retrieval
Sangat Baik
67,89
Comprehension
Baik
55,80
Analisis
Sedang
49,69
Utilization
Sedang
51,54
Metakognisi
Sedang
42,92
Self
Sedang
59,84
Nilai Akhir
Sedang

3. Analisis Beban Konitif Siswa Komponen Extraneous Cognitive Load


(ECL) Siswa pada Materi Larutan Penyangga

Berikut data BK siswa komponen ECL pada materi larutan

penyangga dianalisis berdasarkan setiap indikator dari instrumen UM

setiap pertemuan materi larutan penyangga yang terdapat pada lampiran

25 dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3 BK Siswa Komponen ECL pada Materi Larutan Penyangga


Indikator Nilai Akhir
Penyampaian materi oleh guru sesuai 57,50
Kompetensi Dasar dan Indikator Sedikit Kesulitan
Penyampaian materi oleh guru dengan 52,36
berpedoman pada RPP Sedikit Kesulitan
Penyampaian materi oleh guru dengan 52,55
memberikan contoh-contoh dan latihan soal Sedikit Kesulitan
61

Indikator Nilai Akhir


Guru memberikan kesempatan siswa untuk 52,62
bertanya dan mengemukakan pendapatnya Sedikit Kesulitan
Guru menggunakan metode diskusi dan 46,95
presentase Sedikit Kesulitan
Guru menyampaikan materi dengan 52,55
menggunakan powerpoint disertai dengan
tulisan, warna dan gambar Sedikit Kesulitan
Guru memberikan LKS dengan tampilan yang 60,42
menarik Kesulitan
53,56
Rata-rata
Sedikit Kesulitan

4. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Perubahan Konseptual

Berdasarkan hasil dari lembar observasi, dapat dilihat

presentase aktifitas pelaksanaan dari penerapan model perubahan

konseptual yang terdapat pada lampiran 34 dapat dilihat pada Tabel 4.4

sebagai berikut:

Tabel 4.4 Presentase Aktifitas Penerapan Model Pembelajaran


Perubahan Konseptual pada Materi Larutan Penyangga

Pertemuan Aktivitas Kategori Aktivitas Kategori


Ke- Guru Siswa
1 85,70% Sangat Baik 80,47% Sangat Baik
2 88,07% Sangat Baik 84,23% Sangat Baik
3 92,85% Sangat Baik 80,71% Sangat Baik
Rata-rata 88,87% Sangat Baik 81,80% Sangat Baik

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan hasil analisis yang lebih

lengkap. Setelah memperoleh data hasil belajar siswa, dilakukan

wawancara terhadap beberapa siswa yang memiliki nilai berbeda-beda.

Hasil wawancara untuk siswa yang memiliki nilai tinggi, lebih mudah

memahami materi yang disampaikan guru dengan menggunakan model

pembelajaran perubahan konseptual, dalam mengerjakan soal siswa tidak


62

memerlukan usaha yang besar karena soal mirip dengan contoh, LKS yang

diberikan dan soal-soal di LKS membantu siswa untuk memahami materi,

kemampuan berpikir siswa meningkat dengan mengerjakan soal-soal post

tes yang bervariasi tingkat kesulitannya, proses diskusi yang dilakukan

selama pembelajaran dapat menambah pengetahuan siswa dan dalam

mengerjakan soal-soal siswa lebih mengandalkan usaha sendiri.

Hasil wawancara untuk siswa yang memiliki nilai sedang, cukup

memahami materi yang disampaikan guru dengan menggunakan model

pembelajaran perubahan konseptual, dengan pemberian soal yang banyak

dapat membantu siswa memahami materinya dan dalam mengerjakan soal

memerlukan usaha untuk menganalisis, LKS yang diberikan dan soal-soal

di LKS cukup membantu siswa untuk memahami materi selama

pembelajaran, kemampuan berpikir siswa meningkat dengan mengerjakan

soal-soal post tes yang bervariasi tingkat kesulitannya, proses diskusi yang

dilakukan selama pembelajaran dapat membantu siswa memahami materi,

dalam mengerjakan soal-soal siswa cukup mengandalkan usaha sendiri

dan sesekali bertanya kepada teman.

Hasil wawancara untuk siswa yang memiliki nilai rendah, kurang

memahami materi yang disampaikan guru dengan menggunakan model

pembelajaran perubahan konseptual, dalam mengerjakan soal cukup

memerlukan usaha yang besar, LKS dan soal-soal di LKS cukup

membantu siswa untuk memahami materi selama pembelajaran karena

diberikan gambar-gambar yang berhubungan dengan materi, kemampuan


63

berpikir meningkat dengan mengerjakan soal-soal post tes yang diberikan

karena soal post tes bervariasi dan harus dianalisis, proses diskusi yang

dilakukan selama pembelajaran dapat membantu memahami materi karena

anggota kelompok bisa diajak kerja sama dan dalam mengerjakan soal-

soal siswa cukup sering bertanya kepada teman. Menurut semua siswa

yang diwawancarai waktu yang diberikan dalam mengerjakan soal

evaluasi di LKS dan post tes kurang. Hasil wawancara secara rinci yang

dilakukan peneliti dengan 6 siswa dapat dilihat pada lampiran 37.

C. Pembahasan

Beban kognitif dibagi menjadi tiga yaitu, beban kognitif instrinsic,

beban kognitif germane dan beban kognitif extraneous. Berikut ini disajikan

pembahasan dari data hasil penelitian yang diperoleh:

1. Intrinsic Cognitive Load (ICL) Siswa pada Materi Larutan Penyangga

Beban kognitif instrinsic berhubungan dengan elemen

interaktifitas dalam pembelajaran yang dapat mempengaruhi tingginya

beban germane. Berikut adalah perolehan nilai akhir ICL siswa:


64

Gambar 4.1 Nilai Akhir ICL

Beban kognitif instrinsic siswa yang diajar dengan model

perubahan konseptual pada materi larutan penyangga terdapat pada

kesalahan dalam menuliskan senyawa dari komponen larutan penyangga,

kurang memahami prinsip kerja larutan penyangga dan fungsi larutan

penyangga dalam keidupan sehari. Kegiatan pembelajaran dikelas, terjadi

proses pengolahan informasi oleh siswa yang akan menghasilkan hasil

belajar. Informasi merupakan pengetahuan yang diperoleh siswa dari

penjelasan guru dan pengalaman. Pemrosesan informasi terjadi interaksi

antara kondisi internal dan eksternal siswa. Kondisi internal adalah

keadaan dalam diri siswa yang diperlukan untuk memperoleh hasil belajar

dan proses kognitif yang terjadi dalam individu, sedangkan kondisi

eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi siswa

selama proses pembelajaran (Putra, 2008)

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa kemampuan

mengolah dan menerima informasi siswa pada indikator komponen

informasi lebih tinggi dibandingkan dengan indikator yang lain yakni


65

sebesar 76,51 dengan kategori baik. Komponen informasi merupakan

pertanyaan yang meminta siswa untuk menyebutkan dan menghafalkan

informasi yang telah diperoleh selama pembelajaran. Pertanyaan indikator

ini termasuk dalam kategori yang mudah yaitu menyebutkan dan

menghafalnya untuk menjawab pertanyaan, yakni siswa diminta

mendefinisikan larutan penyangga asam, reaksi dari penambahan asam

atau basa dan pengertian dari alkalosis. Jawaban yang diminta tidak

kompleks. Komponen informasi meminta siswa untuk menghafal dan

menyebutkan informasi yang telah diperoleh selama pembelajaran.

Perolehan nilai yang tinggi ini dipengaruhi oleh kondisi siswa yang

mampu menghafal atau mengingat informasi dari guru dan teman-teman

kelompok yang memberikan informasi ketika diskusi kelompok.

Perolehan nilai akhir ICL terendah adalah indikator aplikasi

informasi yakni sebesar 50,05 dengan kategori sedang. Komponen

informasi merupakan pertanyaan yang meminta siswa mengaplikasikan

informasi yang telah diperoleh. Indikator ini dapat membentuk

pemahaman siswa yang lebih luas, karena siswa menggunakan konsep dan

mengembangkan konsepnya untuk menjawab pertanyaan. Pertanyaan

indikator ini meminta siswa mengaplikasikan konsep yang diterima untuk

mencari jawaban yang diinginkan, seperti pada soal pertemuan pertama

siswa diminta menentukan campuran yang dapat membentuk larutan

penyangga. Konsep yang ingin ditekankan oleh guru dalam pertanyaan ini

adalah suatu campuran dari larutan dapat membentuk larutan penyangga


66

apabila hasil reaksinya dalam larutan terdapat asam lemah dan

konjugasinya/basa lemah dan konjugasinya. Proses pembelajaran

pertemuan pertama guru memberikan contoh dan mengerjakan soal di

LKS pada tahap memperluas konsep-konsep cara pembuatan larutan

penyangga, kandungan larutan penyangga dan komponen yang ada pada

larutan yang telah direaksikan. Respon siswa dalam menjawab pertanyaan

yakni sudah mampu menentukan campuran yang termasuk larutan

penyangga dengan mereaksikannya, akan tetapi siswa tidak dapat

memberikan alasan mengapa larutan tersebut termasuk larutan penyangga.

Kesulitan siswa dalam hal ini adalah memahami syarat-syarat larutan

dapat dikatakan larutan penyangga. Kesulitan siswa yang menunjukkan

beban instrinsic tidak hanya disebabkan oleh jumlah dan interaksi elemen

dan ada teknik yang dapat membantu mengendalikan beban instrinsic ini

(Jong, 2010). Siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan alasan dari

campuran yang dapat membentuk larutan penyangga. Elemen yang

berhubungan denggan penjelasan ini adalah menentukan senyawa yang

dihasilkan dan sisa reaksi dari larutan. Siswa harus mampu menentukan

senyawa yang dihasilkan dan senyawa sisa reaksi sehingga kemudian

siswa mampu menjelaskan alasan larutan tersebut merupakan larutan

penyangga. Kesulitan menjelaskan ini memberikan beban kognitif yang

berasal dari interaksi elemen yakni campuran dari larutan yang dapat

membentuk larutan penyangga.


67

Semakin kompleks materi dan banyaknya unsur-unsur yang

saling terkait maka semakin tinggi beban instrinsic-nya. Sebaliknya, beban

kognitif intrinsic rendah jika materinya tidak rumit dan masing-masing

unsur bisa dipelajari secara terpisah dan gampang (Mayer, 2009).

Sedangkan perolehan nilai dari 3 indikator beban instrinsic ini

menunjukkan bahwa perolehan nilai indikator aplikasi informasi yang

paling rendah dimana jawaban yang diminta adalah jawaban yang

kompleks dan saling terkait. Soal yang diberikan pada indikator ini

meminta siswa menggaplikasikan materi yang diperolehnya, kemampuan

siswa mengaplikasikan dipengaruhi pemahamannya terhadap materi

dalam pembelajaran. Sehingga hasil penelitian ini pada beban instrinsic

tidak sesuai dengan teori Mayer. Permasalahan ataupun kesuitan siswa

dalam menerima dan mengolah informasi dari pelajaran yang telah

dijelaskan oleh guru yaitu larutan penyangga merupakan beban instrinsik

yang terbentuk akibat kompleksitas materi ajar yang tinggi dan materinya

memiliki interkoneksi yang tinggi, sehingga siswa kurang mampu

menyimpan informasi yang diperoleh sesuai dengan kapasitas memori

kerjanya (Kalyuga, 2010).

2. Germane Cognitve Load (GCL) pada materi Larutan Penyangga

Kemampuan siswa dalam menganalisis informasi menurut Lawson

(1995) merupakan salah satu kemampuan kognitif tinggi karena mampu

memecahkan informasi menjadi beberapa bagian yang kemudian akan

dirangkai menjadi suatu informasi yang bermakna. Diasumsikan jika


68

kemampuan siswa dalam menganalisis informasi baik maka akan

berpengaruh terhadap kemampuan penalaran sebagai hasil belajar. Data

hasil belajar siswa diperoleh dengan menggunakan tes penalaran bentuk

essay berdasarkan taksonomi belajar yang dikembangkan Marzano (1993).

Berikut ini nilai akhir BK germane siswa pada materi larutan penyangga:

Gambar 4.12 Nilai Akhir GCL

Pemberian soal kepada siswa dapat meningkatkan beban germane

karena dengan pengerjaan soal ini siswa mampu mengungkapkan

usahanya untuk mengerjakan dan memperoses informasi yang ada pada

soal. Pemberian soal dari komponen ICL dapat membantu dan melatih

keterampilan otomatisasi siswa dalam mengerjakan soal GCL yang

diberikan. Berdasarkan Gambar 4.12 dapat dilihat bahwa perolehan nilai

akhir GCL yang tertinggi adalah indikator retrieval. Pertanyaan pada level

ini siswa diminta mengingat kembali pengetahuan tanpa pemahaman.

Siswa mengerjakan soal ini lebih mudah dibandingkan dengan soal yang

lain, karena soal ini tidak perlu dipahami dan dianalisis yakni lebih
69

mengutamakan kemampuan menghafal siswa. Siswa dapat menjawab soal

langsung pada inti jawaban, tidak perlu alasan maupun menjelaskan suatu

konsep dalam larutan penyangga.

Perolehan nilai akhir GCL terendah adalah indikator self.

Pertanyaan pada level ini siswa diminta untuk mengidentifikasi

respon/rangsangan emosi, melatih persepsi, motivasi, dan manfaatnya

pada kepercayaan terhadap pengetahuan awal. Menggunakan konsep

pengetahuan awalnya dalam memahami pertanyaan indikator ini dan

menganalisis jawaban yang diminta, waktu yang tersedia saat mengerjakan

soal ini sangat terbatas sehingga siswa terburu-buru dalam

mengerjakannya. Waktu yang diberikan berpengaruh dalam menjawab

soal ini karena kebanyakan siswa tidak menjawab soal ini, atau dapat

menjawabnya tetapi tidak utuh.

Beban kognitif germane dalam pembelajaran materi larutan

penyangga merupakan usaha siswa dalam memahami materi. Beban

kognitif germane siswa terjadi pada penguasaan konsep komponen larutan

penyangga, prinsip kerja larutan penyangga dan perhitungan pH larutan

penyangga. Materi yang sulit ini terlihat dari jawaban siswa yang masih

kurang sempurna dan salah, karena memang materi-materi tersebut

tergolong materi yang sulit. Kesulitan siswa dalam menguasa konsep

komponen larutan penyangga dapat disebabkan oleh kurangnya

pemahaman pengetahuan prasyarat siswa yaitu materi asam basa

Bronsted-Lowry, sehingga siswa masih bingung dengan istilah asam-basa


70

konjugasi dan garamnya. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh

Wulandari, dkk (2011) dalam penelitiannya yang mneliti tentang

penguasaan konsep pada materi larutan penyangga. Selanjutnya kesulitan

siswa pada prinsip kerja larutan penyangga disebabkan oleh pemahaman

siswa pada konsep prasyrat yaitu kesetimbangan kimia, sehingga siswa

masih bingung komponen larutan penyangga yang mana yang harus

bereaksi ketika ditambahkan asam, basa maupun air. Pentingnya

pemahaman siswa akan konsep-konsep dasar yang merupakan prasyarat

untuk mempelajari konsep larutan penyangga diungkapkan oleh Marsita,

dkk (2010).

Purnama, dkk (2016) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa

sebesar 69.3% siswa mengalami kesulitan belajar pada materi larutan

penyangga yang bersifat perhitungan pH dan pOH. Kemudian, Sihaloho

(2013) juga menyebutkan bahwa pemahaman siswa dalam penentuan pH

termasuk kategori yang sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa materi

perhitungan pH larutan penyangga merupakan konsep yang sulit dipahami

dan dimengerti oleh siswa.

Guru memberikan soal bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

pemahaman siswa terhadap materi yang telah dijelaskan. Pemberian soal

pada tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki

pemahaman yang kurang benar. Melalui pengerjaan soal ini dapat

membentuk skema materi larutan penyangga dan kemampuan otomisasi

dalam mengerjakan soal dan memahami materi larutan penyangga yang


71

menyeluruh. Situasi pada beban kognitif germane ini disebut variable

example (Plass, Moreno, dan Brunken, 2010).

3. Extraneous Cognitve Load (ECL) Siswa pada Materi Larutan


Penyangga

Beban kognitif extraneous bergantung pada cara penyampaian

materi oleh guru. Penyusunan dan penyampaian materi yang baik akan

mempengaruhi beban kognitif extraneous. Berikut ini hasil penelitian

untuk beban kognitif extraneous.

Gambar 4.3 Nilai Akhir ECL

Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa perolehan nilai akhir

ECL yang tertinggi adalah indikator penyampaian materi oleh guru guru

dengan memberikan LKS dengan tampilan yang menarik. Pernyataan pada

indikator ini berkaitan dengan seberapa besar isi LKS dan soal-soal yang

ada di LKS membantu siswa untuk memahami materi. Dilihat dari

perolehan nilai ini menunjukkan bahwa beban kognitif extraneous siswa

dalam memahami materi larutan penyangga lebih besar dibandingkan pada


72

dengan indikator yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa LKS yang

diberikan kepada siswa kurang membantu siswa memahami materi, salah

satu penyebabnya adalah LKS yang diberikan dikumpulkan kembali untuk

dinilai oleh guru, sehingga siswa yang tidak mencatat selain di LKS tidak

dapat belajar dirumah dari materi yang telah dibahas untuk tiap pertemuan.

Hal ini menyebabkan siswa akan melakukan usaha mental diluar proses

pembelajaran, karena siswa merasa informasi yang diperolehnya dikelas

belum membuatnya paham akan materi larutan penyangga.

Nilai akhir instrumen UM yang terendah adalah indikator guru

menyampaikan materi dengan metode diskusi dan presentasi. Siswa sangat

terbantu dengan cara mengajar guru yang menggunakan metode diskusi

dan presentase karena dapat membuat siswa menmperluas

pemahamannya. Karena diskusi kelompok pada penelitian ini

memungkinkan siswa saling berinteraksi dengan teman kelompok dalam

menyampaikan gagasan, menanggapi dan menjawab pertanyaan dari

kelompok lain yang dapat memunculkan konflik kognitif siswa. Proses ini

membantu siswa memperluas pengetahuannya, sehingga banyak konsep

yang siswa pahami dan siswa tidak terbebani untuk belajar materi larutan

penyangga. Hal ini menunjukkan bahwa indikator ini cocok dengan model

pembelajaran perubahan konseptual yang diterapkan pada pembelajaran

kimia khususnya materi larutan penyangga. Berikut ini disajikan Gambar

4.4, perolehan nilai akhir untuk beban kognitif dari ketiga komponennya

yaitu ICL, GCL dan ECL.


73

Gambar 4.4 Nilai Akhir ICL, GCL dan ECL

Berdasarkan perolehan nilai dari Gambar 4.4, menunjukkan bahwa

kemampuan MMI siswa memperoleh nilai rata-rata yang cukup tinggi.

Tingginya kemampuan MMI siswa menunjukkan menggunakan

pemrosesan internal dalam dirinya. Semakin tinggi kemampuan siswa

dalam menganalisis informasi, semakin rendah ICL siswa. Seperti yang

diungkapkan oleh Moreno dan Park (2010) dan Sweller (2010) bahwa

besarnya ICL berbanding terbalik dengan kemampuan analisis informasi.

Rendahnya ICL menunjukkan bahwa informasi yang diterima oleh peserta

didik masih dalam kapasitas memory kerjanya (Sweller, 2005).

Rendahnya ICL dapat disesbabkan dari cara mngejar guru selama proses

pembelajaran.

Hasil yang diperoleh untuk GCL menunjukkan bahwa hasil belajar

siswa cukup tinggi yang erarti beban kognitif germane tinggi, meskipun

masih berada dibawah standar minimal ketuntasan hasil belajar. Tingginya

GCL disini menunjukkan bahwa beban yang dihasilkan merupakan beban

untuk mengkonstruksi skema kognitif (Moreno, 2006). Skema kognitif


74

yang dimaksud adalah informasi-informasi yang saling berhubungan dan

tersimpan dalam memori kerja siswa.

Selanjutnya pada Gambar 4.4, menunjukkan hasil rata-rata ECL

rendah. Rendahnya rata-rata ECL menunjukkkan bahwa usaha mental

yang dimiliki siswa rendah. Rendahnya ECL dalam penelitian ini dapat

diindikasi karena model pembelajaran perubahan konseptual yang

diterapkan selama proses pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa siswa

dapat memperuas pengetahuan dan potensi yang dimilikinya selama

pembelajaran (Ayse, 2009). Sehingga dapat diketahui bahwa dalam

penelitin ini ICL siswa berada dalam kapasitas memori kerjanya dengan

ECL yang rendah.

Sesuai dengan pernyataan De Jong (2010) bahwa GCL (HB) akan

lebih baik saat MMI lebih tinggi (ICL rendah) dibandingkan dengan UM.

Sehingga dari perolehan hasil MMI lebih tinggi dibandingkan UM, MMI

dan HB berbanding lurus dapat disimpulkan bahwa beban kognitif siswa

dalam penelitian ini dikatakan rendah.

4. Penerapan Model Pembelajaran Perubahan Konseptual pada Materi


Larutan Penyangga.

Tahap pertama pada model pembelajaran perubahan konseptual

yaitu menyampaikan konteks, hal ini bertujuan untuk mengetahui konsepsi

awal siswa. Pada tahap ini guru memberikan gambar yang berhubungan

dengan materi yang dapat memancing respons siswa dan dapat

memperoleh informasi dari gambar yang diberikan pada tiap pertemuan.

Dilihat dari LKS yang dibagikan, dapat diketahui bahwa siswa dapat
75

mengungkapkan apa yang ia peroleh dari gambar yang telah ditampilkan.

Selanjutnya pada tahap menetapkan hasil yang bertujuan membantu siswa

mengenali konsep yang ia pahami dengan mengungkapkan respon siswa

yang diperoleh dari gambar atau bertanya tentang gambar yang

ditampilkan, pada tahap ini siswa juga diminta untuk membuat hipotesa

atau dugaan sementara dari respon siswa sendiri. Pada saat pembelajaran

beberapa siswa langsung mengungkapkan responnya atau hipotesisnya

atau langsung menuliskan di LKS.

Fase yang selanjutnya adalah menampilkan kepercayaan siswa, hal

ini bertujuan untuk memperjelas ide-ide dan pemahaman yang dimiliki

siswa dalam diskusi kelompok. Proses diskusi kelompok ini diisi dengan

mengemukakan konsep awal siswa atau jawaban sementara siswa dari

pertanyaannya yang selanjutnya terjadi proses perolehan informasi dari

siswa satu dengan yang lain, pada tahap ini siswa dapat memperluas

pengetahuan awalnya kemudian dilakukan pengujian gagasan dengan

melihat pada sumber bacaan atau buku paket kimia kelas XI. Setelah siswa

menampilkan kepercayaannya dengan teman sekelompok, guru

memberikan jawaban atau menjelaskan konsep yang diperoleh dari

gambar. Selanjutnya guru menjelaskan poin poin materi larutan

penyangga, materi yang dijelaskan selama 3 pertemuan yaitu pengertian

larutan penyangga, komponen larutan penyangga asam dan basa, prinsip

larutan penyangga, perhitungan pH larutan penyangga dan fungsi larutan

penyangga dalam kehidupan sehari-hari.


76

Fase selanjutnya adalah mengkonfrontasikan kepercayaan

(menimbulkan konflik kognitif), hal ini bertujuan untuk merangsang

respons siswa terhadap masalah-masalah yang ada yang tidak sesuai

dengan pemahaman awal siswa. Pada tahap ini guru memberikan

tantangan kepada siswa berupa pertanyaan atau pernyataan yang dapat

menguji pemahaman awal siswa, sebagai contoh pada pertemuan pertama

guru memberikan 2 contoh campuran larutan yang dapat membentuk

larutan penyangga, campuran yang pertama guru memberikan volume

basa lemah dan asam kuat berbeda dengan molaritas yang sama, campuran

yang kedua adalah volume dan molaritas dari asam lemah dan garamnya

sama, kemudian guru memunculkan konflik yaitu dapatkan larutan asam

basa lemah dan asam kuat dapat membentuk larutan penyangga dengan

volume dan molaritasnya sama.

Selanjutnya siswa mencari jawabannya dengan menghitung dan

mencari sumber-sumber dari buku yang menguatkan jawaban mereka.

Ketika siswa berusaha untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah

yang dimunculkan, siswa berusaha mendapakan pemahaman dengan cara

mengaitkan pengetahuan barunya dengan pengetahuan atau konsep awal

yang telah dimiliki dan membangun konsep baru. Selanjutnya fase

mengakomodasi konsep-konsep yang bertujuan untuk menggunakan

konsep siswa yang telah dikumpulkan untuk menganilisis pelajaran yang

telah dijelaskan.
77

Tahap yang selanjutnya adalah memperluas konsep-konsep yang

bertujuan untuk memperluas pengetahuan siswa pada suatu pertanyaan

atau soal. Siswa menjawab beberapa latihan soal yang diberikan pada

tahap ini kemudian berdiskusi dengan kelompok lain. Proses diskusi yang

dilakukan dapat menambah informasi antar siswa sehingga pemahamnnya

lebih berkembang tidak hanya pada satu konsep saja. Kemudian guru

mempersilahkan siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya dengan

kelompok lain dan memberikan kelompok lain kesempatan untuk memberi

tanggapan ataupun pertanyaan. Ada beberapa siswa yang bertanya

mengenai hal-hal yang belum dipahami dan siswa lain antusias dalam

menanggapi hasil diskusi.

Diskusi yang dilakukan menyebabkan adanya peningkatan

kemampuan menyampaikan dan menjelaskan konsep yang dipahami

siswa. Siswa lebih leluasa menyampaikan gagasannya, lebih siap

menjelaskan pemahaman konsep yang dipahami dan mampu menjawab

pertanyaan dari kelompok lain. Guru memperhatikan jawaban siswa dan

dapat mengukur pengetahuan siswa dalam memahami suatu konsep. Fase

selanjutnya adalah penyelesaian, hal ini bertujuan untuk memberikan

penegasan dan membatasi konsep-konsep yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran pada tiap pertemuan. Guru bersama siswa membuat

rangkuman tentang pembelajaran konsep larutan penyangga, serta guru

memberikan koreksi dan penguatan terhadap materi yang diberikan.


78

Selanjutnya tahap evaluasi yang bertujuan untuk mengevaluasi

sejauh mana konsep yang dipahami oleh siswa. Tahap evaluasi ini

dilaksanakan selama setengah jam dengan memberikan soal evaluasi,

yakni siswa diminta mengerjakan soal di tahap evaluasi di LKS, setelah

siswa diberikan post tes. Terakhir guru memberikan kuisioner yang

bertujuan untuk melihat respon siswa terhadap cara mengajar guru dikelas.

Berdasarkan penerapan model perubahan konseptual dari 3 pertemuan

dihadapkan dengan beberapa kendala yaitu, tidak semua siswa

mengemukakan hipotesisnya dan juga tidak mencari jawabannya, siswa

kebingungan dengan tantangan yang diberikan guru karena tidak sesuai

dengan pemahaman siswa, padahal tujuan diberikan tantangan adalah

menguji kemampuan berpikir siswa dalam menghadapi suatu masalah,

tidak semua siswa dapat menjelaskan alasan dari jawabannya.

Berdasarkan Tabel 4.4, hasil presentase aktifitas guru sebesar

88,87% dan aktifitas siswa 81,80% pada penerapan model pembelajaran

perubahan konseptual pada materi larutan penyangga dengan kategori

sangat baik yang menunjukkan penerapan model perubahan konseptual

berjalan dengan baik yang dapat menunjang hasil belajar siswa selama

pembelajaran pada materi larutan penyangga meskipun waktu yang

tersedia kurang.
79

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian melalui analisis secara deskriptif dari data

yang diperoleh, maka ditarik kesimpulan yaitu beban kognitif siswa pada

materi larutan penyangga dengan penerapan model perubahan konseptual yang

ditunjukkan dari nilai akhir ICL siswa sebesar 65,80 dengan kategori baik, nilai

akhir GCL siswa sebesar 59,91 dengan kategori sedang dan nilai akhir ECL

siswa sebesar 53,56 dengan kategori sedikit kesulitan sehingga dapat

disimpulkan bahwa beban kognitif siswa pada penelitian ini rendah.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat peneliti

ungkapkan saran-saran sebagai berikut:

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut menggunakan model pembelajaran

perubahan konseptual yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

yang lain untuk menganalisis beban kognitif siswa.

2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang beban kognitif menggunakan

model pembelajaran perubahan konseptual dengan pokok bahasan yang

berbeda.

3. Perlu adanya penelitian beban kognitif menggunakan model pembelajaran

perubahan konseptual dengan media pembelajaran


80

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Online. http://kbbi.co.id/.

Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Aunurrahman. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Ayse, S. C. 2009. “The Effect of the Project Based Learning Approach to the
Attitudes of Students towards Science Lesson”. Journal of Elementary
Education Online. Vol 8. No.1.

Azalia, H. 2015. Beban Kognitif Siswa SMA pada Kegiatan Praktikum Sistem
Ekskresi Menggunakan Pedoman Praktikum yang Dilengkapi Ilustrasi.
Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.

Barlia, Lily. 2009. Teori Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Subang: Royyan
Press.

Davis, J. 2001. Conceptual Change. In M. Orey (Ed.), Emerging perspectives on


learning, teaching, and technology, (Online),
(http://epltt.coe.uga.edu/index.php?title=Conceptual_Change.

Davis, J. 2014. Conceptual Change. (Online) http://epltt.coe.uga.edu/index.php?


title=Conceptual_Change.

Dimyanti dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Effendy. 2016. Ilmu Kimia Untuk Sswa SMA dan MA Kelas X. Malang: Indonesian
Academic Publishing.

Fathurrohman, M, dan Sutikno 2011. Strategi Belajar Mengajar Melalui


Penanaman Konsep Umum Dan Konsep Islami. Bandung: Refika
Aditama.

Fathurrohman, M. 2015. Model-Model Pembelajaran Inovaif. Jogjakarta: Ar-Ruzz


Media.

Hamalik, O. 2012. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hamiyah, N dan Jauhar, M. 2014. Strategi Belajar Mengajar Dikelas. Jakarta:


Prestasi Pustaka Publisher.
81

Hernita. 2015. Profil Beban Kognitif Siswa Sma Wilayah Bandung Pada
Pembelajaran Konsep Syaraf. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.

Hindriana, A.F. 2014. Pembelajaran Fisiologi Tumbuhan Terintegrasi Struktur


Tumbuhan Berbasis Kerangka Instruksional Marzano Untuk Menurunkan
Beban Kognitif. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.

Jalani, N.H. dan Serin, L.C. (2012). Beban Kognitif Dalam Pembelajaran
Berasaskan Masalah. Proceedings of 2012 World Congress, 26-36.

Johari dan Rachmawati. 2006. Kimia SMA dan MA untuk Kelas X. Jakarta:
Erlangga.

Jong, D. T. 2010. Cognitive Load Theory, Educational Research, and Instructional


Design: some food for thought. Instructional Sciences. 38

Kalyuga, S. 2010. Cognitive Load Theory: Recent Theoretical advences, Dalam


Plass J. L., Moreno R., dan Brunken, R (eds.). Cogitive Load Theory
Cambridge: Cambridge University Press.

Koentjaraningrat. 1990. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:


Gramedia.

Lawson, A. E. (1995). Science Teaching and Development of Thinking. Belmont:


Wadsworth Inc.

Makhrus, M. 2014. “Model Perubahan Konseptual Dengan Pendekatan Konflik


Kognitif (MPK-PKK)”. J. Pijar MIPA. Volume 9 Nomor 1.

Marcharis, D.A. 2015. Beban Kognitif Siswa Pada Pembelajaran Biologi Di Sma
Berbasis Pesantren. Skripsi. Universias Pendidikan Indonesia.

Marsita, R. A., Sigit Priatmoko dan Ersanghono Kusuma. 2010. “Analisis Kesulitan
Belajar Kimia Siswa SMA dalam Memahami Materi Larutan Penyangga
Dengan Menggunakan Two-Tier MultipleChoice Diagnostic Instrument”.
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia. Vol. 4, No.1

Marzano, R. J. 2012. Marzano’s New Taxonomi. https://www.intel.com/


content/dam/www/program/education/us/en/documents/project-design/
skills/marzano-taxonomy.pdf.

Mayer, R. E. 2009. Multimedia Learning. Cambridge University Press

Meissner, B. dan Bogner, F. X. 2013. “Towards Cognitive Load Theory as


Guideline for Instructional design Science Education”. World of Journal
Education. Vol. 3, No. 2.
82

Moreno R. dan Park, B. 2010. Cognitive Load Theory: Historical Development and
Relation to Other Theories, Dalam Plass J.L., Moreno R., dan Brünken, R.
(eds.). Cognitive Load Theory (hlm. 9 – 28), Cambridge: Cambride
University Press.

Moreno, R. 2006. When Worked Examples Don’t Work: Is Cognitive Load Theory
At An impasse? Learning and Instruction 16. University of New Mexico:
Educational Psychology Program.

Munandar, R. R. 2015. Efektivitas Pembelajaran Two Stay Two Stray dalam Upaya
Menurunkan Beban Kognitif Sesuai Gaya Belajar Siswa. Seminar
Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS.

Nussbaum, J. dan Novick, S. 1982. “Alternative Frameworks, Conceptual Conflict


and accommodation: Toward a Principled Teaching Strategy”. Journal
Science. Vol 11.

Nyuanti, A. S. 2016. Menurunkan Beban Kognitif Siswa Sma Pada Pembelajaran


Siklus Air Dan Siklus Nitrogen Dengan Multimedia Interaktif. Skripsi
Sarjana Bidang Biologi. Universitas Pendidikan Indonesia.

Plass, Moreno, dan Brunken, R. 2010. Cognitive Load Theory. New York:
Cambridge University Press.

Posner, G. J., Kenneth A. Strike, Peter W. Hewson dan William A. Gertzog. 1982.
“Accommodation of a scientific Conception: Toward a Theory of
Conceptual Change”. Science Education. Vol. 66.

Purba, M. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Purnama, R. D., Mawardi dan Raudhatul Fadhillah. (2016). “Analisis Kesulitan


Belajar Kimia pada Materi Larutan Penyangga Siswa Kelas XI IPA 1
MAN 2 Pontianak”. Ar-Razi Jurnal Ilmiah. Volume 4. Nomor 2.

Putra, Y. P. (2008). Memori dan Pembelajaran Efektif. Bandung: Yrama Widya.

Rahmat, A., Eni Nuraeni, Soesy Asiah Soesilawaty, Hernita, Dita Awaliyah, Tuti
Garnasih dan Noorwahidah. 2015. Beban kognitif dan kemampuan
penalaran siswa SMA, MA, dan SMA berbasis pesantren pada
pembelajaran Biologi. Prosiding. Seminar Sains dan Entepreneurship II.
Jurusan Pendidikan Bioloi. Universitas Pendidikan Indonesia.

Raksabrata, M. R. 2015. Model Conceptual Change Pada Pembelajaran Sistem


Ekskresi Untuk Menurunkan Beban Kognitif Siswa SMA. Skripsi.
Universitas Pendidikan Indonesia
83

Rezeki, Sri. 2017. “Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa


Melalui Penerapan Model Pembelajaran Novick”. Jurnal SAP Universitas
Indraprasta PGRI. Vol. 1 No. 3 April 2017.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Rusman. 2015. Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sangadji, E.M dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitin Pendekatan Praktis dalam
Penelitian. Yogyakarta: C. V. Andi Offset.

Santyasa, I W. 2007. Model-model Pembelajaran. http://file.upi.edu/Direktori/Fip/


Jur._Pend._Luar_Sekolah/194704171973032-Muliati Purwasasmita/
Model-Model Pembelajaran.pdf.

Sari, E. S. P. 2016. Pengembangan Perangkat Pembelalajaran Matematika


Bernuansa CLT (Cognitive Load Theory) Pokok Bahasan Sistem
Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) Kelas X SMK. Skripsi. Sarjana
Bidang Matematika. Universitas Jember.

Sari, M.W. dan Harun Nasrudin. 2015. “Penerapan Model Pembelajaran


Conceptual Change Untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa Pada Materi
Ikatan Kimia Kelas X Sma Negeri 4 Sidoarjo”. UNESA Journal of
Chemical Education. Volume 4 Nomor 2.

Sihaloho, M. (2013). “Analisis Kesalahan Siswa dalam Memahami Konsep Larutan


Penyangga pada Tingkat Makroskopis dan Mikroskopis”. Jurnal Entropi.
Volume 8, Nomor 1.

Sofan, A. 2013. Pengembangan Dan Model Pembelajarn Dalam Kurikulum 2013.


Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Sudarmo, U. 2013. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


Dan RdanD). Bandung: Alfabeta.

Sukmara, Q. D. 2007. Implementasi Life Skill dalam kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan melalui Model Manajemen Potensial. Bandung: CV Mughni
Sejahtera.

Survani, R. 2014. Pengukuran Cognitive Load Mahasiswa Biologi Pada


Perkuliahan Anatomi Tumbuhan Yang Berbasis Quantitative Literacy.
Skripsi. Sarjana Bidang Biologi. Universitas Pendidikan Indonesia.
84

Sweller, J. 2010. Cognitive Load Theory: Recent Theoretical Advances, Dalam


Plass J. L., Moreno R., dan Brünken, R. (eds.). Cognitive Load Theory.
Cambridge: Cambride University Press.

Sweller, J. 2005. Implications of Cognitive Load Theory for Multimedia Learning.


Dalam Mayer, R.E. (Ed.), The Cambridge Handbook of Multimedia Learn-
ing (hlm. 19-30). New York: Cambridge Univer-sity Press.

Syakur, A. 2015. Pengaruh Beban Kognitif Pembelajaran Multimedia Dan


Pengetahuan Awal Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Aplikasi
Pengolah Angka. http://stainpamekasan.ac.id/media/pdf/abdussyakur-
artikel-penjejakan.pdf.

Van Gog, T., Fred Pass dan John Swller. 2010. “Cognitive Load Theory: Advances
in Research on Worked, Animations, and Cognitive Load Measurement”.
Review of Educ Psychol.

Van Merriënboer, J. J. G. dan John Sweller. 2010. “Cognitive load theory in health
professional education: design principles and strategies”. Medical
EducatioN. Volume 44 Nomor 1.

Wulandari, W., Liliasari dan F. M. Titin Supriyanti. 2011. “Problem Based


Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif dan
Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Larutan Penyangga”. Jurnal
Pengajaran MIPA. Volume 16, Nomor 2.

Yamin, M. 2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: GP


Press Group.

Yohanes, B., Subanji dan sisworo. 2016. “Beban Kognitif Siswa Dalam
Pembelajaran Materi Geometri”. Jurnal Pendidikan. Volume 1. Nomor 2.
Lampiran 1. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Model Perubahan
Konseptual Pertemuan I

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/2
Program : IPA
Materi Pokok : Larutan Penyangga
Topik Bahasan : Komposisis Larutan Penyangga dan
Pembuatannya
Pertemuan : Pertama
Waktu : 2 X 45 menit

A. Kompetensi Inti
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator


Kompetensi Dasar
3.12 Menjelaskan prinsip kerja, perhitungan pH, dan peran larutan penyangga
dalam tubuh makhluk hidup

Indikator:
3.12.1 Menjelaskan komposisi larutan penyangga
3.12.2 Membedakan larutan penyangga dan bukan larutan penyanggga
3.12.3 Menjelaksan cara pembuatan larutan penyangga

85
C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan komposisi larutan penyangga
2. Siswa dapat membedakan larutan penyangga dan bukan larutan
penyanggga
3. Siswa dapat menjelaskan cara pembuatan larutan penyangga

D. Materi Pembelajaran
Suatu system reaksi kimia kadang-kadang hanya dapat berlangsung

pada kondisi lingkungan yang mempunyai pH tertentu. Sebagai contoh, reaksi

pemecahan protein didalam lambung oleh enzim peptidase dapat berjalan

dengan baik jika cairanlambung memounyai pH=3. Oksigen dapat terikat

dengan baik oleh butir-butir darah merah jika pH darah sdkeitar 6,1-7. Untuk

menjaga agsar pH larutan tersebut tetap berada pada kisaran angka tertertu

(tetap), maka diperlukan suatu system yang dapat mempertahankan nilai pH.

1. Komposisi Larutan Penyangga

Pada penambahan HCl dan NaOH ke dalam air akan mengakibatkan

pH air cepat berubah, sedangkan penambahan HCl dan NaOH ke dalam

campuran CH3COOH/CH3COONa dan campuran NH4OH/NH4Cl, pH nya

relative tidak banyak berubah. Hal ini ditandai dangan jumlah HCl dan

NaOH yang cukup banyak untuk mengubah warna indicator (mengubah

nilai pH). Jadi, ada system larutan yang pH-nya mudah berubah dan ada

sitem larutan yang pH-nya sukar berubah. Larutan yang pH-nya relative

tidak berubah pada penambahan sedikit basa disebut sebagai larutan

penyangga atau larutan buffer.

86
Dari hal tersebut, campuran asam asetat (CH3COOH) dengan

natrium asetat (CH3COONa) dan ammonia (basa lemah NH4OH dengan

ammonium klorida (NH4Cl) dapat berperan sebagai system penyangga atau

buffer. Ditinjau dari komposisi zat penyususnnya, terdapat dua system

larutan penyangga, yaitu, larutan penyangga asam lemah dengan basa

konjugasinya dan larutan penyangga basa lemah dengan asam

konjugasinya.

a. System penyangga Asam lemah dengan Basa konjugasinya

Campuran CH3COOH dan CH3COONa dalam percobaan ternyata

dapat berperan sebagai penyangga. Dalam system campuran ini

sebenarnya terdapat bebrapa spesi, yaitu CH3COOH yang tidak terurai

(asam lemah), CH3COO- hasil ionisasi dari sebagian kecil CH3COOH

dan ionisasi CH3COONa, ion H+ hasil ionisasi sebagian kecil

CH3COOH, dan ion Na+ dari ionisasi CH3COONa.

CH3COOH(aq) ↔ CH3COO-(aq) + H+(aq)

CH3COONa(aq) →CH3COO-(aq) + Na+(aq)

Didalam larutan penyangga tersebut terdapat campuran asam

lemah (CH3COOH) dengan basa konjugasinya (CH3COO-). System

campuran tersebut dibuat secara langsung dari asam lemah dengan garam

yang mengandung basa konjugasi pasangan dari asam lemah tersebut,

atau sering disebut campuran asam lemah dengan garamnya. Selain

dibuat secara langsung, larutan penyangga juga dapat dibuat secara tidak

87
langsung, yaitu dengan mereaksikan asam lemah berleih dengan basa

kuat.

Contoh:

Mereaksikan 100 mL larutan CH3COOH 0,1 M dengan 50 mL

larutan NaOH 0,1 M, sehingga secara stoikiometri didalam 150 mL

campuran yang dihasilkan terdapat 0,005 mol CH3COOH (sisa reaksi)

dan CH3COO- (hasil reaksi). Perhatikan perhitungan berikut:

CH3COOH(aq) + NaOH → CH3COONa(aq) + H2O(l)

Awal : 0,01 mol 0,005 -

Reaksi : -0,005 mol -0,005 mol +0,005 mol

Akhir : 0,005 mol 0 +0,005 mol

CH3COO-(aq) + Na+(aq)

0,005 mol

Jadi, setelah semua NaOH habis bereaksi, di dalam larutan

terdapat CH3COOH yang tidak bereaksi (0,005 mol) dan CH3COO- yang

berasal dari CH3COONa hasil reaksi (0,005 mol).

b. System penyangga Basa lemah dengan Asam konjugasinya

Pada bagian ini akan membahas system penyangga yang terbentuk

dari campuran NH3(aq) atau NH4OH dan NH4Cl. Dalam larutan,

sebenarnya terdapat ion OH- yang berasal dari ionisasi sebagian NH4OH,

serta ion NH4+ yang berasal dari ionisasi sebagian NH4OH dan ionisasi

88
NH4Cl. Dengan demikian, didalam system penyangga tersebut terdapat

campuran basa lemah dengan asam konjugasinya. System ini dapat

dibuat secara langsung dengan mencampurkan basa lemah dengan garam

yang mengandung asam konjuasi dari basa tersebut, dan sering dsebut

sebagai campuran dari nasa lemah dengan garamnya.

Contoh: Larutan NH3 atau NH4OH dicampur dengan larutan

NH4Cl. Dalam campuran ini terdapat NH4OH dan NH4+ yang berasal dari

ionisasi NH4Cl.

Selain dibuat secara langsung, larutan penyangga juga dapat

dibuat secara tidak langsung, yaitu dengan mereaksikan basa lemah

berlebih dan asam kuat.

Contoh:

Mereaksikan 100 mL larutan NH4OH 0,1 M dengan 50 mL

larutan HCl 0,1 M, sehingga secara stoikiometri didalam 150 mL

campuran yang dihasilkan terdapat 0,005 mol NH4OH (sisa reaksi) dan

NH4+ (hasil reaksi). Perhatikan perhitungan berikut:

NH4OH (aq) + HCl → NH4Cl (aq) + H2O(l)

Awal : 0,01 mol 0,005 -

Reaksi : -0,005 mol -0,005 mol +0,005 mol

Akhir : 0,005 mol 0 +0,005 mol

NH4+(aq) + Cl-(aq)

0,005 mol

89
2. Membuat Larutan penyangga

Larutan penyangga yang mengandung komponen asam dan basa

berupa pasangan konjugasi, dapat disiapkan sebagai berikut.

b. Larutan penyangga HA/A- dapat dibuat dari:

4) Asam lemah + garamnya

Contoh: pembuatan larutan penyangga CH3COOH/

CH3COO- dari CH3COOH dengan CH3COONa.

CH3COOH
Asam lemah H+ + CH3COO-

CH3COONa → Na+ + CH3COO-

Garam asam lemah basa Konjugasi

Larutan Penyangga

CH3COOH/CH3COO-

 Komponen asam CH3COOH dalam larutan penyangga berasal

dari asam lemah CH3COOH yang hanya terurai sedikit sekali

 Komponen basa CH3COO- dalam larutan penyangga dianggap

hanya berasal dari garam asam lemah CH3COONa yang terurai

sempurna

5) Asam lemah berlebih + basa kuat

Contoh: pembuatan larutan penyangga CH3COOH/

CH3COO- dari CH3COOH berlebih dengan NaOH.

90
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O

Asam lemah basa garam

Berlebih kuat asam lemah

CH3COOH
H+ + CH3COO-
Asam lemah
-
CH3COONa Na+ + CH3COO

Garam asam lemah basa Konjugasi

Larutan Penyangga

CH3COOH/CH3COO

Asam lemah CH3COOH berlebih akan bereaksi dengan basa

kuat NaOH membentuk garam CH3COONa.

 Komponen asam CH3COOH dalam larutan penyangga berasal

dari asam lemah CH3COOH yang hanya terurai sedikit sekali

 Komponen basa CH3COO- dalam larutan penyangga dianggap

hanya berasal dari garam asam lemah CH3COONa yang terurai

sempurna

6) Garam asam lemah berlebih + asam kuat

Contoh: pembuatan larutan penyangga CH3COOH/

CH3COO- dari CH3COONa berlebih dengan HCl.

91
CH3COONa + HCl → CH3COOH + NaCl

Garam asam asam asam lemah

lemah berlebih kuat

CH3COOH H+ + CH3COO-
Asam lemah

CH3COO-
CH3COONa Na+ + basa Konjugasi
Garam asam lemah

Larutan

Penyangga

CH3COO

H/CH3COO-
Garam asam lemah CH3COONa berlebih akan bereaksi

dengan asam kuat HCl membentuk asam lemah CH3COOH.

 Komponen asam CH3COOH dalam larutan penyangga berasal

dari asam lemah CH3COOH yang hanya terurai sedikit sekali

 Komponen basa CH3COO- dalam larutan penyangga dianggap

hanya berasal dari garam asam lemah CH3COONa yang terurai

sempurna

92
c. Larutan penyangga B/BH+ dapat dibuat dari:

4) Basa lemah + garamnya

Contoh: pembuatan larutan penyangga NH3/NH4+ dari NH3

degan NH4Cl.

NH3
basa lemah + H2O NH4+ + OH-
NH4+
NH4Cl asam Konjugasi + Cl-

Garam basa lemah

Larutan Penyangga
NH3/NH4+

 Komponen basa NH3 dalam larutan penyangga berasal dari basa

lemah NH3 yang hanya terurai sedikit sekali

 Komponen asam NH4+ dalam larutan penyangga dianggap

hanya berasal dari garam basa lemah NH4Cl yang terurai

sempurna

93
5) Basa lemah berlebih + asam kuat

Contoh: pembuatan larutan penyangga NH3/NH4+ dari NH3 dengan

HCl.
NH3 + HCl → NH4Cl

Basa lemah berlebih asam kuat garam basa lemah

NH3
basa lemah sisa + H2O NH4+ + OH-
NH4+
NH4Cl + Cl-
asam konjugasi
Garam basa lemah

Larutan Penyangga
NH3/NH4+

Basa lemah NH3 berlebih akan bereaksi dengan asam kuat

HCl membentuk garam NH4Cl.

 Komponen basa NH3 dalam larutan penyangga berasal dari basa

lemah NH3 yang hanya terurai sedikit sekali

 Komponen asam NH4+ dalam larutan penyangga dianggap

hanya berasal dari garam basa lemah NH4Cl yang terurai

sempurna

94
6) Garam basa lemah berlebih + basa kuat

Contoh: pembuatan larutan penyangga NH3/NH4+ dari

NH4Cl berlebih dan NaOH.

NH4Cl + NaOH → NH4OH + NaCl

Garam basa basa kuat basa lemah


Lemah berlebih

NH3 + H2O NH4+ + OH-


basa lemah
NH4Cl NH4+ + Cl-
asam Konjugasi
Garam basa lemah sisa

Larutan Penyangga

NH3/NH4+

Garam basa lemah NH4Cl berlebih akan bereaksi dengan

basa kuat NaOH membentuk basa lemah Nh4OH.

 Komponen basa NH3 dalam larutan penyangga berasal dari basa

lemah NH3 yang hanya terurai sedikit sekali

 Komponen asam NH4+ dalam larutan penyangga dianggap

hanya berasal dari garam basa lemah NH4Cl yang terurai

sempurna

95
Table beberapa larutan penyangga yang dibuat dari garam dan asam

atau basa kuat

Komponen penyusun larutan penyangga


pH
Garam Asam-Basa kuat
100 ml Kalium hydrogen ftalat 0,1 M 44,6 mL HCl 0,1 M 3,0
100 ml Kalium hydrogen ftalat 0,1 M 45,2 ml NaOH 0,1 M 5,0
100 mL KH2PO4 0,1 M 58,2 ml NaOH 0,1 M 7,0
100 mL Na2B4O7.10H2O 0,025 M 9,2 ml HCl 0,1 M 9,0
100 mL NaHCO3 0,05 M 45,4 ml NaOH 0,1 M 11,0
Contoh perhitungan membuat larutan penyangga dengan pH tertentu

Didalam wadah 1 L terdapat 0,1 mol asam format. Berapa mol

HCOONa yang perlu ditambahkan untuk membuat larutan penyangga

HCOOH/HCOO- dengan pH=3,5? (Ka HCOOH = 1,8 x 10-4 mol/L)

Jawab:

Larutan penyangga HCOOH/HCOO- dibuat dari asam lemah

HCOOH dan garamnya HCOONa.

 Mol komponen asam HCOOH diperoleh dari asam lemah HCOOH.

HCOOH(aq) H+(aq) + HCOO-(aq)

0,1 mol

 Mol komponen basa HCOO- diperoleh dari garam HCOONa yang

diumpamakan sebesar x mol.

HCOONa(aq) → Na+(aq) + HCOO-(aq)

X mol x mol

 Hitung x menggunakan persamaan Henderson-Hasselbalch:

[𝐻𝐶𝑂𝑂𝐻]
pH = pKa – log [𝐻𝐶𝑂𝑂−]

0,1 𝑀
3,5 = - log (1,8 x 10-4) – log 𝑥𝑀

96
0,1 𝑀
Log = 0,24
𝑥𝑀

0,1 𝑀
= 0,575 ; x = 0,173 mol
𝑥𝑀

Jadi mol HCOONa yang diperlukan adalah 0,173 mol

E. Strategi , Model, Metode Pembelajaran dan Pendekatan


Stratagi pembelajaran : Pemprosesan informasi
Model : Conceptual Change
Metode : Diskusi informasi, diskusi kelompok dan penugasan
Pendekatan : Scientifik dan student centre

F. Media dan Sumber Pembelajaran


1. Media
Media yang digunakan adalah papan tulis, LCD, dan spidol
2. Sumber pembelajaran
 Michael Purba,2006 Kimia Kelas XI SMA /MA , Erlangga; Jakarta
 Sudarmo, U, 2013, Kimia untuk SMA /MA Kelas XI, Erlangga; Jakarta
 Johari dan Rachmawati, 2006, Kimia XI SMA dan MA untuk Kelas
XI, Erlangga; Jakarta
3. Lembar Kerja Siswa (LKS)

97
G. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Pertemuan I

Indikator SINTAK Alokasi


No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pembelajaran MODEL Waktu
1. 1. Siswa dapat Pendahuluan 5
menjelaskan 1. Guru mengucapkan salam 1. Siswa menjawab salam guru menit
komposisi larutan 2. Guru menciptakan suasana kelas yang 2. Siswa berdoa bersama
penyangga religius dengan meminta ketua kelas
2. Siswa dapat untuk memimpin doa
membedakan 3. Guru memeriksa kehadiran siswa (guru 3. Siswa mengisi daftar hadir
larutan penyanga menanamkan sikap disiplin),
dan bukan larutan kebersihan dan kerapian kelas sebagai
penyangga wujud kepedulian lingkungan
3. Siswa dapat 4. Guru mempersiapkan media 4. Siswa mempersiapkan alat tulis
menjelaskan cara pembelajaran dan meminta siswa untuk dan buku pelajaran
pembuatan larutan mempersiapkan alat tulis yang
penyangga diperlukan (Guru mempersiapkan

97
powerpoint sesuai dengan tujuan
pembelajaran)
5. Guru memberikan motivasi pada siswa 5. Siswa mendengarkan motivasi
dan memusatkan perhatian siswa pada dari guru
materi yang akan disampaikan. “Hidup
itu seperti naik sepeda, agar tetap
seimbang, kau harus terus
bergerak”(Albert Einstein).
6. Apersepsi: Guru memberikan apersepsi 6. Siswa mendengarkan apersepsi
kepada siswa dengan mengingatkan yang diberikan guru dan
siswa kembali materi sebelumnya yaitu menjawab pertanyaan guru dari
asam dan basa, dalam kehidupan materi sebelumnya.
sehari-hari banyak sekali contoh-
contoh dari asam seperti air jeruk, asam
cuka, sedangkan basa ada sabun mandi,
detergen dan masih banyak lagi.
Kemudian menghubungkan materi
yang akan dipelajari dengan
mengibaratkan pembuatan sebuah

98
rumah, dimana dibuatkah tiang-tiang
sebagai penyangga untuk
mempertahankan berdirinya rumah
tersebut dengan kokoh. Hari ini kita
akan mempelajari suatu larutan yang
dapat mempertahankan pH nya yaitu
larutan penyangga.
7. Guru menyampaikan tujuan 7. Siswa mendengarkan tujuan
pembelajaran yaitu: pembelajaran
a. Menjelaskan komposisi larutan
penyangga
b. Membedakan larutan penyanga dan
bukan larutan penyangga
c. Menjelaskan cara pembuatan larutan
penyangga
8. Guru membagi siswa dalam beberapa 8. Siswa duduk bersama anggota
kelompok yang beranggotakan 5-6 kelompok
orang

99
2. Kegiatan inti 60
Menyampaikan 1. Guru membagikan LKS kepada siswa 1. Siswa menerima LKS dari guru menit
konteks masalah (Mengamati)
2. Guru menampilkan gambar pada 2. Siswa mengamati gambar yang
powerpoint dan meminta siswa untuk telah ditampilkan oleh guru
mengamati gambar yang ditampilkan

KOH pH awal KOH = 12

Ditambah asam Ditambah basa

KOH KOH

pH = 8 pH = 13

100
Ditambah air

KOH HCl

pH awal HCl = 3
pH = 9
Ditambah asam Ditambah basa

HCl HCl

pH = 7
pH = 2
Ditambah air

HCl CH3COOH

pH = 5 pH awal CH3COOH= 6

101
Ditambah asam

CH3COOH

pH = 2

Cl

102
103
Menetapkan hasil (Menanya) 3. Siswa menjawab pertanyaan guru
atau posisi 3. Guru bertanya tentang respon siswa dan mengungkapkan pertanyaan
terhadap gambar yang telah yang berkaitan dengan gambar
ditampilkan dan meminta siswa untuk yang ditampilkan dislide :
bertanya a. Mengapa perubahan pH pada
larutan berbeda jauh dan ada
yang hanya sedikit?
b. Yang manakah dari campuran
larutan yang merupakan larutan
penyangga?

4. Guru meminta siswa untuk membuat 4. Siswa membuat hipotesa/dugaan


hipotesa/dugaan sementara dari sementara dari pertanyaan yang
pertanyaan yang telah diajukan siswa telah diajukan siswa
Mengekspose (Mengumpulkan data)
kepercayaan 5. Guru meminta siswa berdiskusi dengan 5. Siswa berdiskusi dengan
kelompoknya masing-masing untuk kelompoknya masing-masing untuk
mengemukakan konsep awal dari mengemukakan konsep awal atau
informasi yang mereka miliki (sumber

104
bacaan) atau jawaban sementara dari jawaban sementara dari pertanyaan
pertanyaan yang dibuat oleh siswa yang dibuat oleh siswa.
6. Guru meminta siswa untuk menguji 6. Siswa menguji gagasan yang telah
gagasan yang telah diperoleh dengan diperoleh dengan aktivitas
aktivitas penyelidikan. penyelidikan.
7. Guru memberikan jawaban bahwa 7. Siswa mendengarkan jawaban dari
campuran beberapa larutan asam dan guru.
basa yang perubahan pH nya besar
bukanlah larutan penyangga sedangkan
yang mengalami sedikit perubahan
adalah larutan penyangga. Sehingga
jika dilihat dari reaksi asam basa diatas
yang merupakan larutan penyangga
adalah larutan CH3COOH/CH3COO-.
Mengkonfron- 8. Larutan penyangga dapat dibuat 8. Siswa membuka buku pelajaran
tasikan dengan mencampurkan 100 mL sebagai sumber informasi untuk
kepercayaan NH4OH 0,1 M dengan 50 mL HCl 0,1 mencari jawaban dari tantangan
(menimbulkan M atau 100 mL NH4OH 1 M dengan yang ada.
konflik kognitif) 100 mL NH4Cl 1 M . Mengapa larutan

105
penyangga tidak dapat dibuat dengan
50 mL NH4OH 0,1 M dengan 50 mL
HCl 0,1 M?
Mengakomodasi 9. Guru mengarahkan siswa 9. Siswa mengumpulkan informasi
konsep-konsep mengumpulkan informasi untuk untuk memahami komposisi dan
memahami komposisi dan cara cara pembuatan larutan penyangga
pembuatan larutan penyangga dengan yaitu dari CH3COOH dengan
mereaksikan asam lemah dengan basa NaOHp. Serta mencari contoh
kuat yaitu CH3COOH dengan NaOH. larutan penyangga yang lainnya.
Serta mencari contoh larutan
penyangga yang lainnya.
Memperluas 10. Guru meminta siswa untuk memperluas 10. Siswa memperluas konsep dengan
konsep-konsep konsep dengan menjawab pertanyaan menjawab pertanyaan yang ada
yang ada dalam LKS serta diskusi antar dalam LKS serta diskusi antar
kelompok kelompok.
11. Guru menantang siswa untuk 11. Siswa mempresentasikan hasil
mempresentasikan hasil diskusinya. diskusinnya.
12. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa lain untuk memberikan

106
tanggapannya kepada kelompok yang 12. Siswa lain bertanya kepada
presentasi. kelompok yang mempresentasikan
hasil diskusi
Penyelesaian (Mengasosiasi) 13. Siswa mencatat penegasan materi
(pengujian 13. Guru memberi penegasan dan mulai dan memperhatikan penjelasan
masalah) menjelaskan materi sesuai dengan guru melalui powerpoint.
tujuan pembelajaran serta
menampilkan video pembuatan larutan
penyangga dengan powerpoint.
14. Guru meminta siswa mengaplikasikan 14. siswa mengaplikasikan konsep
konsep baru atau mengajukan baru atau mengajukan pertanyaan
pertanyaan dalam diskusi kelas. dalam diskusi kelas.
Evaluasi (Mengkomunikasikan)
15. Guru memberikan latihan soal kepada 15. Siswa mengerjakan LKS.
siswa yang ada di LKS. 16. Siswa bertanya mengenai materi
16. Guru memberikan kesempatan bagi yang belum dipahami.
siswa untuk bertanya bagi yang masih
belum paham mengenai konsep materi.

107
17. Guru menjawab pertanyaan yang 17. Siswa menyimak jawaban dari
diajukan oleh murid mengenai konsep guru
materi
3. Penutup 25
1. Guru meminta siswa mengumpulkan 1. Siswa mengumpulkan LKS menit
LKS
2. Guru memberikan kuisioner untuk 2. Siswa mengerjakan Kuisioner
mengevaluasi usaha siswa dalam
pembelajaran
3. Guru memberikan post tes materi yang 3. Siswa mengerjakan post tes
telah disampaikan
4. Guru memberikan informasi kepada 4. Siswa mendengarkan informasi
siswa mengenai topik yang akan
dibahas pada pertemuan selanjutnya
yaitu prinsip kerja larutan penyangga
dan perhitungan pH larutan penyangga.
5. Guru menutup pelajaran dan
memberikan salam. 5. Siswa menjawab salam guru

108
Lampiran 2. Kisi-kisi dan Pedoman Penskoran Lembar Kerja Siswa Pertemuan Ke-I
No. Indikator Soal Level Kunci Jawaban Skor
1 Siswa dapat Apa yang Komponen Larutan penyangga asam adalah larutan penyangga yang
menjelaskan dimaksud dengan Informasi berasal dari campuran asam lemah dan basa 1
komposisi larutan penyangga konjugasinya Larutan ini mempunyai pH<7 dan dapat 1
larutan asam? mempertahankan nilai pH pada penambahan sedikit asam, 1
penyangga basa atau pada pengenceran.

2 Siswa dapat Berikan 2 contoh Komponen NH3 dan NH4I 2


membedakan larutan penyangga Informasi NH3 dan NH4Cl 2
larutan basa!
penyangga
dan bukan
larutan
penyanggga
3 Siswa dapat Jelaskan cara Integrasi Untuk langkah pertama hitung mol masing-masing dari
menjelaskan pembuatan larutan Informasi larutan CH3COOH dan KOH
cara penyangga dari n CH3COOH =MxV = 0,2 M x 100 mL = 2
pembuatan 100 mL 20 mmol 2
larutan CH3COOH 0,2 M n KOH = 0,2 M x 50 mL = 10
penyangga dengan 50 mL mmol 1
KOH 0,2 M! kedua reaksikan kedua larutan 1
CH3COOH + KOH CH3COOK + H2O 1

109
No. Indikator Soal Level Kunci Jawaban Skor
M =20 mmol 10 mmol - - 1
R =10 mmol 10 mmol 10 mmol 10 mmol
S = 10 mmol - 10 mmol 10 mmol
4 Siswa dapat Diketahui Aplikasi a. Bukan larutan penyangga 1
menjelaskan beberapa larutan Informasi karena di akhir reaksi tidak terdapat asam lemah dan
komposisi dari campuran basa konjugasinya 1
dan cara sebagai berikut: mol CH3COOH = 10 mmol 2
membuat a. 20 mL mol NaOH = 10 mmol 2
larutan CH3COOH 0,5 M CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O 1
penyangga dengan 50 mL M =10 mmol 10 mmol - - 1
NaOH 0,2 M R =10 mmol 10 mmol 10 mmol 10 mmol 1
b. 20 mL NH3 S =- - 10 mmol 10 mmol 1
0,5 M dengan 10 b. Larutan penyangga, 1
mL HCl 0,5 M karena di akhir reaksi terdapat basa lemah dan asam
Tentukan konjugasinya 1
campuran yang mol NH3 = 10 mmol 2
dapat membentuk mol HCl = 5 mmol 2
larutan penyangga NH3 + HCl NH4Cl + H2O 1
dan bukan larutan M =10 mmol 5 mmol - - 1
penyangga! R =5 mmol 5 mmol 5 mmol 5 mmol 1
Jelaskan! S = 5 mmol - 5 mmol 5 mmol 1
Skor Total 35

110
Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa Pertemuan I 111

LEMBAR KERJA SISWA


MATERI LARUTAN PENYANGGA

Nama :
NIS/No. hp :
Kelas :
Pertemuan Ke :1

Mengamati: Menyampaikan konteks masalah

pH awal KOH = 12
pH = 13
112

Menanya:

Menetapkan hasil atau posisi


Apa pertanyaanmu??
………………………………………………………………………….……

…………………………………………………………………….…………………

……………………………………………………….………………….……………

………………………

Hipotesa/dugaan sementara siswa

…………………………………………………………

…………………………………………………………………

…………………………………………………………………

……………………………………………………………..........

..........................................
113

Mengumpulkan data:

Mengekspose kepercayaan
Berikan jawaban sementara dan pengetahuan awal dari informasi yang kamu miliki!
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………..……….………………
………………………………
Uji gagasan yang kamu dapat dengan penyidikan atau pembuktian:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………..……….………………………………
………………

Tantangan dari Guru


Larutan penyangga dapat dibuat dengan mencampurkan 100 mL NH4OH 0,1 M
dengan 50 mL HCl 0,1 M atau 100 mL NH4OH 1 M dengan 100 mL NH4Cl 1 M.
apakah larutan penyangga dapat dibuat dengan mencampurkan 50 mL NH4OH 0,1 M
dengan 50 mL HCl 0,1 M? jika dapat tuliskan reaksinya! Jika tidak, Mengapa?

……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
………………………………………………
114

Mengakomodasi konsep-konsep

Sistem larutan penyangga dari asam lemah berlebih dengan basa kuat:
Mereaksikan 100 mL larutan CH3COOH 0,1 M dengan 50 mL larutan NaOH 0,1 M,
sehngga secara stoikiometri didalam 150 mL campuran yang dihasilkan terdapat
0,005 mol CH3COOH dan CH3COO-. Lengkapi perhitungan berikut.
Asam lemah :…..……………
Basa kuat :…………………
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) →…………….. (aq) +…………(l)
Awal : …………mol …………mol -
Reaksi: …………mol …………mol …………mol
Akhir : …………mol …………mol …………mol
Jadi, setelah semua ……………. Habis berekasi, didalam larutan terdapat
………………. Yang tidak bereaksi sebanyak ……… mol, dan …………… yang
berasal dari ionisasi ……………… dengan hasil reaksi sebanyak ………… mol.
Contoh Larutan Penyangga basa:……………….

Ayo Perluas konsep-konsep


mu
Tentukan komponen pembuatan larutan penyangga berdasarkan campuran berikut:
a. 60 mL NH3 0,1 M dengan 30 mL HNO3 0,1 M (basa lemah berlebih + asam
kuat)
b. 20 mL NH3 0,1 M dengan 20 mL NH4Cl 0,1 M ( basa lemah + garamnya)
c. 40 mL NH4Cl 0,1 M dengan 20 mL NaOH 0,1 M (garam basa lemah + basa
kuat)
a.
a. Basa lemah berlebih + asam kuat
Berdasarkan campuran larutan penyangganya yaitu …..mL ………………M, dengan
….mL ………….M.
Jumlah mol ………………= ……mL x ………..mmol/mL = ……………..
Jumlah mol ………………= ……mL x ………..mmol/mL = ……………..
Reaksi : ……….…..+………..…..→………..…..+……….……..
Mula-mula : …………... ………........ - -
Bereaksi : …………... …................ +………….
Akhir : …………... …................ …………….
115

 Larutan penyangga mengandung basa lemah (…………….., B) dan asam konjugasinya

(……………, BH+) yang berasal dari garam basa lemah.

 Komponen basa (…….) dalam larutan penyangga berasal dari basa lemah (…..) yang

hanya terurai sedikit sekali

 Komponen asam (…….) dalam larutan penyangga dianggap hanya berasal dari garam

basa lemah (…………..) yang terurai sempurna

b. Basa lemah + garamnya


Berdasarkan campuran larutan penyangganya yaitu …..mL ………………M,
dengan ….mL ………….M.
……….…..+………..….↔ ……….…..+………..…
……….…..………..…..→………..…..+……….……..

 Larutan penyangga mengandung basa lemah (…………….., B) dan asam konjugasinya

(……………, BH+) yang berasal dari garam basa lemah.

 Komponen basa (…….) dalam larutan penyangga berasal dari basa lemah (…..) yang

hanya terurai sedikit sekali

 Komponen asam (…….) dalam larutan penyangga dianggap hanya berasal dari garam

basa lemah (…………..) yang terurai sempurna

c. Garam basa lemah berlebih + basa kuat


Berdasarkan campuran larutan penyangganya yaitu …..mL
………………M, dengan ………..mL ………….M.
Jumlah mol ………………= ……mL x ………..mmol/mL = ……………..
Jumlah mol ………………= ……mL x ………..mmol/mL = ……………..
Reaksi : ……….…..+………..…..→………..…..+……….……..
116

Mula-mula : …………... ………........ - -


Bereaksi : …………... …................ +………….
Akhir : …………... …................ …………….

 Larutan penyangga mengandung basa lemah (…………….., B) dan asam konjugasinya

(……………, BH+) yang berasal dari garam basa lemah.

 Komponen basa (…….) dalam larutan penyangga berasal dari basa lemah (…..) yang

hanya terurai sedikit sekali

 Komponen asam (…….) dalam larutan penyangga dianggap hanya berasal dari garam

basa lemah (…………..) yang terurai sempurna

Tanggapan kelompok lain

……………………………………………………………………………………..……...
….………………………………….………………………………………………………
……………..………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
.……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
117

Mengasosiasi
Penyelesaian masalah

Ayok Catat Materi yang disampaikan oleh guru


………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………...………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
…………
Aplikasikan konsep baru atau sampaikan pertanyaanmu!
……………………...………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
118

Mengkomunikasikan Evaluasi

AYO ASAH KEMAMPUANMU


:)
1. Apa yang dimaksud dengan larutan penyangga asam?
2. Berikan 2 contoh larutan penyangga basa!
3. Jelaskan cara pembuatan larutan penyangga dari 100 mL CH3COOH 0,2 M dengan
50 mL KOH 0,2 M!
4. Diketahui beberapa larutan dari campuran sebagai berikut :
20 mL CH3COOH 0,5 M dengan 50 mL NaOH 0,2 M
20 mL NH3 0,5 M dengan 10 mL HCl 0,5 M
Tentukan campuran yang dapat membentuk larutan penyangga dan bukan
larutan penyangga! Jelaskan!
Lampiran 4. Kisi-kisi dan Penskoran Soal Post Tes Pertemuan Ke-I
No. Indikator Soal Level Kunci Jawaban skor
1 Siswa dapat Larutan penyangga terbagi menjadi Retrieval Komponen larutan penyangga asam terdiri
menjelaskan dua, yaitu larutan penyangga asam dari asam lemah dan basa konjugasinya, 2
komposisi dan larutan penyangga basa. Apabila sedangkan komponen larutan penyangga
larutan ditambahkan sedikit asam, basa dan basa terdiri dari basa lemah dan asam
penyangga pengenceran, pH pada larutan konjugasinya. 2
penyangga tidak mengalami
perubahan yang banyak. Sebutkan
komponen dari larutan penyangga
asam dan penyangga basa!
2 Siswa dapat Data percobaan pH beberapa larutan Comprehension Larutan K = bukan larutan penyangga 1
membedaka adalah sebagai berikut: Larutan L = bukan larutan penyangga 1
n larutan Larutan M = merupakan larutan penyangga 1
penyangga Larutan N = bukan larutan penyangga
dan bukan Larutan O = merupakan larutan penyangga 1
larutan 1
penyanggga

119
No. Indikator Soal Level Kunci Jawaban skor
Berdasarkan data di atas, tentukan
manakah larutan yang merupakan
larutan penyangga dan yang bukan
larutan penyangga!
3 Siswa dapat Tya memiliki 2 larutan didalam gelas Analisis Pada gelas 1 merupakan larutan yang terdiri
menjelaskan kimia yang akan diukur pH nya, gelas asam lemah HF dan garamnya KF. 2
cara ke I berisi larutan HF dan KF dan Yang akan terurai menjadi K+ dan F-. 1
pembuatan gelas ke II berisi larutan H2O. Pada Dilihat dari penyusunnya larutan digelas 1
larutan gelas ke I pH=5,12 dan gelas ke II merupakan larutan penyangga sehingga 1
penyangga pH=7. kemudian Tya menambahkan pH tidak berubah drastis saat ditambahkan
sedikit larutan NaOH pada kedua NaOH.
larutan tersebut dan mengukur Pada gelas 2 adalah H2O yang merupakan
kembali pH nya, ternyata kedua air. Larutan ini bukan larutan penyangga 1
larutan ini pH nya berubah. pH sehingga ketika ditambahkan NaOH pH
larutan gelas ke I = 5,12 menjadi 5,25 akan berubah drastis.
dan pH larutan gelas ke II = 7 menjadi
10,50. Dari hasil pengamatan Tya,
mengapa pada gelas ke II mengalami
perubahan pH yang cukup besar
dibandingkan dengan gelas ke I
setelah penambahan NaOH?
4 Siswa dapat Di dalam laboratorium tersedia dua Utilization a. Reaksi dari 2
menjelaskan larutan campuran yaitu: masing-masing campuran yaitu:

120
No. Indikator Soal Level Kunci Jawaban skor
komposisi 20 mL NaOH 0,1 M dengan 20 mL Diketahui: 2
dan cara HCOOH 0,1 M Mol NaOH = 20 mL x 0,1 M = 2 mmol 1
membuat 20 mL NaOH 0,1 M dengan 20 mL Mol HCOOH = 20 mL x 0,1 M = 2 mmol 1
larutan HCOOH 0,2 M HCOOH + NaOH ⇌ HCOONa + H2O 1
penyangga Berdasarkan larutan campuran yang Awal: 2 mmol 2 mmol 1
ada: Reaksi: 2 mmol 2 mmol 2 mmol 2 mmol
a. Tuliskan reaksi lengkap Sisa: 0 0 2 mmol 2 mmol
masing-masing campuran! 2
Berdasarkan reaksi yang telah Diketahui:
dituliskan pada soal a, tentukan dan Mol NaOH = 20 mL x 0,1 M = 2 mmol 2
jelaskan campuran yang merupakan Mol HCOOH = 20 mL x 0,2 M = 4 mmol 1
larutan penyangga dan sebutkan HCOOH + NaOH ⇌ HCOONa + H2O 1
komponen penyusun serta komponen Awal: 4 mmol 2 mmol 1
larutan penyangga tersebut! Jelaskan! Reaksi: 2 mmol 2 mmol 2 mmol 2 mmol 1
Sisa: 2 mmol 0 2 mmol 2 mmol

b. Dari hasil reaksi


diatas:
1) Campuran yang
merupakan larutan penyangga adalah : 1
Campuran larutan 20 mL NaOH 0,1 M
dengan 20 mL HCOOH 0,2 M karena pada
saat direaksikan terbentuk asam lemah

121
No. Indikator Soal Level Kunci Jawaban skor
(HCOOH) dan basa konjugasi (HCOO-) 1
yang berasal dari garam HCOONa. 1
Komponen penyusunnya larutan penyangga
tersebut adalah asam lemah berlebih dan 1
basa kuat.
1
1

5 Siswa dapat Handy mencampurkan beberapa Metakognisi a. Diketahui:


membedaka larutan sebagai berikut: Mol HCl = 50 mL x 0,2 M = 10 mmol 2
n larutan a. 50 mL HCl 0,2 M dan 100 mL Mol NH3 = 100 mL x 0,1 M = 10 mmol 2
penyangga NH3(aq) 0,1 M NH3 + HCl ⇌ NH4Cl 1
dan bukan b. 50 mL HCl 0,2 M dan 50 mL Awal: 10 mmol 10 mmol 1
larutan NH3(aq) 0,1 M Reaksi: 10 mmol 10 mmol 10 mmol 1
penyanggga c. 50 mL HCl 0,2 M dan 50 mL Sisa: 0 mmol 0 mmol 10 mmol 1
NaOH 0,1 M
Handy mengukur pH masing-masing b. Diketahui:
larutan, lalu Handy menambahkan Mol HCl = 50 mL x 0,2 M = 10 mmol 2
air, sedikit asam dan sedikit basa Mol NH3 = 50 mL x 0,1 M = 5 mmol 2
dari tiap larutan. Dari pengukuran NH3 + HCl ⇌ NH4Cl 1
pH yang dilakukan oleh Handy, Awal: 5 mmol 10 mmol 1
manakah dari larutan diatas yang Reaksi: 5 mmol 5 mmol 10 mmol 1
Sisa: 0 mmol 5 mmol 10 mmol 1

122
No. Indikator Soal Level Kunci Jawaban skor
perubahan pH nya relatif tetap?
Jelaskan! c. Diketahui:
Mol HCl = 50 mL x 0,2 M = 10 mmol 2
Mol NaOH = 50 mL x 0,1 M = 5 mmol 2
NaOH + HCl ⇌ NaCl + H2O 1
Awal: 5 mmol 10 mmol 1
Reaksi: 5 mmol 5 mmol 5 mmol 1
Sisa: 0 mmol 5 mmol 5 mmol 1

Dari perhitungan tidak ada larutan yang 1


pH nya relative tetap setelah ditambahkan
air, sedikit asam dan sedikit basa, karena
diakhir reaksi tidak terdapat basa lemah
yang bersisa. 2
6 Siswa dapat Dwi adalah asisten Self Larutan penyangga asam terdiri dari asam
menjelaskan laboratorim kimia, Dwi akan lemah dan basa konjugasinya. Larutan 1
cara menyiapkan bahan praktikum, yaitu penyangga basa terdiri dari basa lemah dan 1
pembuatan membuat larutan penyangga asam konjugasinya.
larutan sebanyak 4 jenis larutan penyangga, Agar dapat membentuk larutan penyangga
penyangga akan tetapi bahan yang tersedia maka kita harus melihat komponen
dilaboratorium hanya 7 jenis larutan komponen larutan dan memasangkannya.
berikut :  H2CO3 1
a. H2CO3 dicampurkan dengan HCO3- 1

123
No. Indikator Soal Level Kunci Jawaban skor
b. NaHCO3 Larutan penyangga asam 1
c. CH3COOH  CH3COOH
d. NH3 dicampurkan dengan CH3COONa 1
e. CH3COONa Larutan penyangga asam 1
f. HCO3-  NH3 1
g. NH4Cl dicampurkan dengan NH4Cl 1
Menurut kalian, bagaimana Larutan penyangga basa 1
cara Dwi membuat empat jenis  NH3
larutan penyangga tersebut, lalu dicampurkan dengan HCl
tentukan sifat larutan penyangganya! Larutan penyangga basa
Jumlah Skor 72

124
125
125

Lampiran 5. Soal Post tes Pertemuan Ke-I Larutan Penyangga TA. 2017/2018

Nama Siswa :
Kelas :
Mata Pelajaran : Kimia

1. Larutan penyangga terbagi menjadi dua, yaitu larutan penyangga asam dan
larutan penyangga basa. Apabila ditambahkan sedikit asam, basa dan
pengenceran, pH pada larutan penyangga tidak mengalami perubahan yang
banyak. Sebutkan komponen dari larutan penyangga asam dan penyangga basa!
2.
3. Data percobaan pH beberapa larutan adalah sebagai berikut:

pH larutan setelah
pH ditambahkan Berdasarkan data di
Larutan
awal Asam Basa atas, tentukan
Air
kuat kuat
larutan yang
K 5,40 6,50 4,50 6,00
L 5,40 6,50 6,38 5,02 merupakan larutan
M 5,20 5,23 5,18 5,25 penyangga dan
N 8,05 7,50 7,98 8,00 yang bukan larutan
O 8,20 8,24 8,15 8,26
penyangga!

4. Tya memiliki 2 larutan didalam gelas kimia yang akan diukur pH nya, gelas ke
I berisi larutan HF dan KF dan gelas ke II berisi larutan H2O. Pada gelas ke I
pH=5,12 dan gelas ke II pH=7. kemudian Tya menambahkan sedikit larutan
NaOH pada kedua larutan tersebut dan mengukur kembali pH nya, ternyata
kedua larutan ini pH nya berubah. pH larutan gelas ke I = 5,12 menjadi 5,25 dan
pH larutan gelas ke II = 7 menjadi 10,50. Dari hasil pengamatan Tya, mengapa
pada gelas ke II mengalami perubahan pH yang cukup besar dibandingkan
dengan gelas ke I setelah penambahan NaOH?

5. Di dalam laboratorium tersedia dua larutan campuran yaitu:


20 mL NaOH 0,1 M dengan 20 mL HCOOH 0,1 M
126

20 mL NaOH 0,1 M dengan 20 mL HCOOH 0,2 M


Berdasarkan larutan campuran yang ada :
b. Tuliskan reaksi lengkap masing-masing campuran!
c. Berdasarkan reaksi yang telah dituliskan pada soal a, tentukan dan jelaskan
campuran yang merupakan larutan penyangga dan sebutkan komponen
penyusun serta komponen larutan penyangga tersebut! Jelaskan!

6. Handy mencampurkan beberapa larutan sebagai berikut:


50 mL HCl 0,2 M dan 100 mL NH3(aq) 0,1 M
50 mL HCl 0,2 M dan 50 mL NH3(aq) 0,1 M
50 mL HCl 0,2 M dan 50 mL NaOH 0,1 M
Handy mengukur pH masing-masing larutan, lalu Handy menambahkan
air, sedikit asam dan sedikit basa dari tiap larutan. Manakah dari larutan diatas
yang perubahan pH nya relatif tetap? Jelaskan!

7. Dwi adalah asisten laboratorim kimia, Dwi akan menyiapkan bahan praktikum,
yaitu membuat larutan penyangga sebanyak 4 jenis larutan penyangga, akan
tetapi bahan yang tersedia dilaboratorium hanya 7 jenis larutan berikut:
a. H2CO3
b. NaHCO3
c. CH3COOH
d. NH3
e. CH3COONa
f. HCO3-
g. NH4Cl

Menurut kalian, bagaimana cara Dwi membuat empat jenis larutan penyangga
tersebut, lalu tentukan sifat larutan penyangganya!
Lampiran 6. Kisi-kisi Kuisioner Usaha Mental Siswa

No. Indikator kuisioner Nomor kuisioner


Penyampaian materi oleh guru sesuai Kompetensi Dasar dan
Materi 1, 3, 9, 24, 25
1 Indikator
sistematis
Penyampaian materi oleh guru dengan berpedoman pada RPP 2, 7, 19, 21, 35
Penyampaian materi oleh guru dengan memberikan contoh-contoh
4, 5, 17, 22, 30, 33
dan latihan soal
Materi
2 Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan
efektif 8, 12, 26
mengemukakan pendapatnya
Guru menggunakan metode diskusi dan presentase 6, 13, 14, 18, 20, 23
Guru menyampaikan materi dengan menggunakan powerpoint
Materi 10, 15, 28, 29
3 disertai dengan tulisan, warna dan gambar
menarik
Guru memberikan LKS dengan tampilan yang menarik 11, 16, 31, 32, 34

127
No. Indikator 1. A. Penyampaian materi oleh guru sesuai Kompetensi Dasar dan Indikator
1 Saya berpikir cara mengajar yang digunakan guru membuat saya kesulitan dalam memahami materi larutan penyangga
3 Setelah selesai pembelajaran saya tidak dapat menghubungkan materi kimia dengan keadaan yang terjadi sehari-hari
9 Pada saat pembelajaran, guru tidak mengaitkan atau memberikan contoh materi dikehidupan sehari-hari
24 Selama pembelajaran terlalu banyak informasi yang harus diingat sekaligus
Soal di lembar kerja siswa yang diberikan tidak berisi unsur-unsur yang mendukung pemahaman untuk mengerjakan
25
soal posttest

No. Indikator 1. B. Penyampaian materi oleh guru dengan berpedoman pada RPP
2 Setelah selesai pembelajaran saya merasa materi yang diajarkan guru tidak sistematis
7 Di akhir pembelajaran guru tidak memberikan penegasan atau kesimpulan materi untuk emeantapkan pemahaman saya
19 Menurut saya cara untuk menemukan solusi dari tantangan yang disampaikan oleh guru tidak mudah dipahami
21 Di awal pembelajaran guru tidak memberikan gambaran awal (apresepsi) mengenai materi yang akan diajarkan
35 Saya lebih senang guru mengajar dengan metode ceramah dibandingkan dengan cara mengajar guru yang sekarang

No. Indikator 2. A. Penyampaian materi oleh guru dengan memberikan contoh-contoh dan latihan soal
4 Setelah penyampaian materi guru tidak memberikan saya latihan soal untuk mengasah kemampuan dalam pelajaran kimia
5 Saat pembelajaran saya tidak diberi contoh-contoh soal dari materi yang dijelaskan oleh guru
17 Pertanyaan yang ada di lembar kerja siswa terlalu sulit untuk dipahami dan dikerjakan
22 Selama mengerjakan soal di lembar kerja siswa, sulit untuk menghubungkan informasi penting
30 Saat menyelesaikan soal-soal posttest tidak meningkatkan kemampuan pemahaman saya
33 Soal posttest yang diberikan sangat sulit untuk dikerjakan

128
No. Indikator 2. B. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya
8 Saya tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat saat pemahaman saya berbeda dengan guru
12 Saat pembelajaran, guru tidak memberikan kesempatan siswa untuk bertanya
26 Pembelajaran yang dilakukan memerlukan usaha yang keras untuk memahami materi

No. Indikator 2. C. Guru menggunakan metode diskusi dan presentase


6 Saat pembelajaran guru banyak menggunakan metode ceramah terus-menerus sehingga saya merasa bosan
13 Saat pembelajaran guru tidak memberi waktu yang cukup untuk berdikusi dengan teman kelompok saya
14 Saat pembelajaran guru tidak memberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok
18 Menurut saya penggunaan model pembelajaran ini tidak memerlukan bimbingan oleh guru
20 Menurut saya penjelasan dari guru tidak membantu saya untuk memecahkan masalah
Menurut saya komunikasi dalam berdiskusi dengan teman sekelas dan guru tidak penting dalam mengerjakan soal
23 di lembar kerja siswa

Indikator 3. A. Guru menyampaikan materi dengan menggunakan powerpoint disertai dengan tulisan, warna dan
No.
gambar
Guru menyampaikan materi dengan menggunakan powerpoint yang terlalu banyak tulisan dan tidak bervariasi dengan gambar-
10
gambar yang membuat saya bosan saat belajar
15 Guru menyampaikan materi tidak menggunakan powerpoint sehingga siswa sulit memahami materi
28 Cara mengajar guru tidak menyenangkan
29 Saya merasa tidak termoivasi dengan cara mengajar guru

129
No. Indikator 3. B. Guru memberikan LKS dengan tampilan yang menarik
11 Lembar Kerja Siswa yang diberikan guru tidak bervariasi warna-warni
16 Tampilan Lembar Kerja Siswa yang diberikan sangat tidak menarik
31 Lembar kerja siswa yang diberikan membuat saya kesulitan untuk memahami pembelajaran
32 Menurut saya waktu yang diberikan guru untuk mengerjakan lembar kerja siswa sangat sedikit
34 Saya harus sering bertanya kepada teman untuk mengerjakan soal evaluasi di lembar kerja siswa

130
131

Lampiran 7. Kuisioner Usaha Mental Siswa


Kuisioner Usaha Mental Siswa
Dibawah ini ada pertanyaan untuk mengetahui usaha mental anda dalam mengatasi
beban kognitif pada pelajaran kimia. Anda dimohon untuk memberikan tanda cek
(√) pada jawaban tersedia kriteria :
1 : Sangat Membantu
2 : Membantu
3 : kurang membantu
4 : Tidak Membantu
Kriteria
No. Indikator
1 2 3 4
Saya berpikir cara mengajar yang digunakan guru
1 membuat saya kesulitan dalam memahami materi
larutan penyangga
Setelah selesai pembelajaran saya merasa materi yang
2
diajarkan guru tidak sistematis
Setelah selesai pembelajaran saya tidak dapat
3 menghubungkan materi kimia dengan keadaan yang
terjadi sehari-hari
Setelah penyampaian materi guru tidak memberikan
4 saya latihan soal untuk mengasah kemampuan dalam
pelajaran kimia
Saat pembelajaran saya tidak diberi contoh-contoh
5
soal dari materi yang dijelaskan oleh guru
Saat pembelajaran guru banyak menggunakan metode
6
ceramah terus-menerus sehingga saya merasa bosan
Di akhir pembelajaran guru tidak memberikan
7 penegasan atau kesimpulan materi untuk
memantapkan pemahaman saya
Saya tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan
8
pendapat saat pemahaman saya berbeda dengan guru
Pada saat pembelajaran, guru tidak mengaitkan atau
9
memberikan contoh materi dikehidupan sehari-hari
Guru menyampaikan materi dengan menggunakan
powerpoint yang terlalu banyak tulisan dan tidak
10
bervariasi dengan gambar-gambar yang membuat saya
bosan saat belajar

131
132

Lembar Kerja Siswa yang diberikan guru tidak


11
bervariasi warna-warni
Saat pembelajaran, guru tidak memberikan
12
kesempatan siswa untuk bertanya
Saat pembelajaran guru tidak memberi waktu yang
13
cukup untuk berdikusi dengan teman kelompok saya
Saat pembelajaran guru tidak memberikan kesempatan
14
untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok
Guru menyampaikan materi tidak menggunakan
15
powerpoint sehingga siswa sulit memahami materi
Tampilan Lembar Kerja Siswa yang diberikan sangat
16
tidak menarik
Pertanyaan yang ada di lembar kerja siswa terlalu sulit
17
untuk dipahami dan dikerjakan
Menurut saya penggunaan model pembelajaran ini
18
tidak memerlukan bimbingan oleh guru
Menurut saya cara untuk menemukan solusi dari
19 tantangan yang disampaikan oleh guru tidak mudah
dipahami
Menurut saya penjelasan dari guru tidak membantu
20
saya untuk memecahkan masalah
Di awal pembelajaran guru tidak memberikan
21 gambaran awal (apresepsi) mengenai materi yang akan
diajarkan
Selama mengerjakan soal di lembar kerja siswa, sulit
22
untuk menghubungkan informasi penting
Menurut saya komunikasi dalam berdiskusi dengan
23 teman sekelas dan guru tidak penting dalam
mengerjakan soal di lembar kerja siswas
Selama pembelajaran terlalu banyak informasi yang
24
harus diingat sekaligus
Soal di lembar kerja siswa yang diberikan tidak berisi
25 unsur-unsur yang mendukung pemahaman untuk
mengerjakan soal posttest
Pembelajaran yang dilakukan memerlukan usaha yang
26
keras untuk memahami materi
Saya merasa tidak percaya diri pada saat diskusi
27
dengan teman kelompok
28 Cara mengajar guru tidak menyenangkan

132
133

Saya merasa tidak termoivasi dengan cara mengajar


29
guru
Saat menyelesaikan soal-soal posttest tidak
30
meningkatkan kemampuan pemahaman saya
Lembar kerja siswa yang diberikan membuat saya
31
kesulitan untuk memahami pembelajaran
Menurut saya waktu yang diberikan guru untuk
32
mengerjakan lembar kerja siswa sangat sedikit
Soal posttest yang diberikan sangat sulit untuk
33
dikerjakan
Saya harus sering bertanya kepada teman untuk
34
mengerjakan soal evaluasi di lembar kerja siswa
Saya lebih senang guru mengajar dengan metode
35 ceramah dibandingkan dengan cara mengajar guru
yang sekarang

133
134

Lampiran 8. Instrumen Validasi Soal

Mata Pelajaran : Kimia

Pokok bahasan : Larutan penyangga

Kelas/Semester : XI/II

Mohon menuliskan butir-butir revisi pada kolom saran atau menuliskan

langsung pada naskah.

Petunjuk validasi

1. Objek penilaian

2. Cara memberikan penilaian adalah dengan cara memberi tanda atau

(checklist) pada kolom yang telah disesuaikan.

Keterangan
No. Aspek yang dinilai Tidak
Valid
valid
I Materi
1. Soal sesuai dengan standar kompetensi √
2. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan
indikator. √
3. Kejelasan Batasan pertanyaan atau ruang
lingkup yang akan diukur √
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan
tingkatan kelas √
II Konstruksi
1. Pertanyaan soal menggunakan kata tanya yang
menuntut jawaban pasti √
2. Rumusan butir soal tidak menimbulkan
penafsiran ganda √
III Bahasa
1. Rumusan butir soal menggunakan bahasa yang
sederhana dan mudah dipahami √
2. Rumusan butir soal menggunakan bahasa
indonesia yang baik dan benar √
135

3. Rumusan butir soal tidak menggunakan bahasa


daerah setempat √

Saran:

…………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

……………………………
136

Mata Pelajaran : Kimia

Pokok bahasan : Larutan penyangga

Kelas/Semester : XI/II

Mohon menuliskan butir-butir revisi pada kolom saran atau menuliskan

langsung pada naskah.

Petunjuk validasi

3. Objek penilaian

4. Cara memberikan penilaian adalah dengan cara memberi tanda atau

(checklist) pada kolom yang telah disesuaikan.

Keterangan
No. Aspek yang dinilai Tidak
Valid
valid
I Materi
1. Soal sesuai dengan standar kompetensi √
2. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan
indikator. √
3. Kejelasan Batasan pertanyaan atau ruang
lingkup yang akan diukur √
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan
tingkatan kelas √
II Konstruksi
1. Pertanyaan soal menggunakan kata tanya yang
menuntut jawaban pasti √
2. Rumusan butir soal tidak menimbulkan
penafsiran ganda √
III Bahasa
1. Rumusan butir soal menggunakan bahasa yang
sederhana dan mudah dipahami √
2. Rumusan butir soal menggunakan bahasa
indonesia yang baik dan benar √
3. Rumusan butir soal tidak menggunakan bahasa
daerah setempat √
137

Saran:

Beberapa redaksi kalimat pertanyaan mohon diperbaiki


Lampiran 9. Tabel nilai ICL indikator Komponen Informasi

Skor
7 5 6
maksimal Nilai
kategori
No. Pertemuan Akhir
I II III
ke-
Nama skor Nilai kategori skor Nilai kategori skor Nilai kategori
1 Nama1 7 100 sangat baik 3 60 baik 6 100 sangat baik 86.67 sangat baik
2 Nama2 7 100 sangat baik 3 60 baik 6 100 sangat baik 86.67 sangat baik
3 Nama3 7 100 sangat baik 3 60 baik 3 50 sedang 70.00 baik
4 Nama4 5 71.43 baik 3 60 baik 6 100 sangat baik 77.14 baik
5 Nama5 7 100 sangat baik 3 60 baik 6 100 sangat baik 86.67 sangat baik
6 Nama6 7 100 sangat baik 3 60 baik 6 100 sangat baik 86.67 sangat baik
7 Nama7 7 100 sangat baik 5 100 sangat baik 6 100 sangat baik 100.00 sangat baik
8 Nama8 7 100 sangat baik 3 60 baik 3 50 sedang 70.00 baik
9 Nama9 7 100 sangat baik 3 60 baik 6 100 sangat baik 86.67 sangat baik
10 Nama10 7 100 sangat baik 3 60 baik 6 100 sangat baik 86.67 sangat baik
11 Nama11 7 100 sangat baik 3 60 baik 6 100 sangat baik 86.67 sangat baik
12 Nama12 7 100 sangat baik 3 60 baik 6 100 sangat baik 86.67 sangat baik
13 Nama13 6 85.71 sangat baik 3 60 baik 6 100 sangat baik 81.90 sangat baik
14 Nama14 7 100 sangat baik 5 100 sangat baik 6 100 sangat baik 100.00 sangat baik
15 Nama15 7 100 sangat baik 3 60 baik 6 100 sangat baik 86.67 sangat baik
16 Nama16 7 100 sangat baik 3 60 baik 6 100 sangat baik 86.67 sangat baik

138
Skor
7 5 6
maksimal Nilai
kategori
No. Pertemuan Akhir
I II III
ke-
Nama skor Nilai kategori skor Nilai kategori skor Nilai kategori
17 Nama17 7 100 sangat baik 3 60 baik 6 100 sangat baik 86.67 sangat baik
18 Nama18 7 100 sangat baik 3 60 baik 3 50 sedang 70.00 baik
19 Nama19 7 100 sangat baik 3 60 baik 6 100 sangat baik 86.67 sangat baik
20 Nama20 7 100 sangat baik 3 60 baik 6 100 sangat baik 86.67 sangat baik
21 Nama21 5 71,43 baik 3 60 baik 6 100 sangat baik 77.14 baik
22 Nama22 3 42.86 sedang 3 60 baik 6 100 sangat baik 67.62 baik
23 Nama23 3 42.86 sedang 2 40 sedang 3 50 sedang 44.29 sedang
24 Nama24 2 28.57 Kurang 3 60 baik 3 50 sedang 46.19 sedang
25 Nama25 3 42.86 sedang 3 60 baik 6 100 sangat baik 67.62 baik
26 Nama26 3 42.86 sedang 3 60 baik 3 50 sedang 50.95 sedang
27 Nama27 7 100 sangat baik 3 60 baik 6 100 sangat baik 86.67 sangat baik
28 Nama28 2 28.57 Kurang 5 100 sangat baik 3 50 sedang 59.52 sedang
29 Nama29 5 71.43 baik 1 20 Kurang 6 100 sangat baik 63.81 baik
30 Nama30 7 100 sangat baik 2 40 sedang 6 100 sangat baik 80.00 sangat baik
31 Nama31 7 100 sangat baik 3 60 baik 6 100 sangat baik 86.67 sangat baik
32 Nama32 2 28.57 Kurang 3 60 baik 6 100 sangat baik 62.86 baik
33 Nama33 2 28.57 Kurang 3 60 baik 3 50 sedang 46.19 sedang
34 Nama34 7 100 sangat baik 3 60 baik 6 100 sangat baik 86.67 sangat baik

139
Skor
7 5 6
maksimal Nilai
kategori
No. Pertemuan Akhir
I II III
ke-
Nama skor Nilai kategori skor Nilai kategori skor Nilai kategori
35 Nama35 2 28.57 Kurang 5 100 sangat baik 6 100 sangat baik 76.19 baik
36 Nama36 2 28.57 Kurang 2 40 sedang 6 100 sangat baik 56.19 sedang
Rata-rata 78.97 baik 61.67 baik 88.89 sangat baik 76.51 baik

Lampiran 10. Tabel Nilai Akhir ICL


Pertemuan ke-
Nilai
No. Nama I II III Kategori
Akhir
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
1 Nama1 81.67 sangat baik 38.89 Kurang 47.2222 sedang 55.93 sedang
2 Nama2 96.67 sangat baik 52.22 sedang 83.3333 sangat baik 77.41 baik
3 Nama3 96.67 sangat baik 63.33 baik 41.6667 sedang 67.22 baik
4 Nama4 85.48 sangat baik 63.33 baik 58.3333 sedang 69.05 baik
5 Nama5 81.67 sangat baik 60.00 baik 72.2222 baik 71.30 baik
6 Nama6 81.67 sangat baik 58.89 sedang 72.2222 baik 70.93 baik
7 Nama7 88.33 sangat baik 52.22 sedang 83.3333 sangat baik 74.63 baik
8 Nama8 81.67 sangat baik 55.56 sedang 30.5556 Kurang 55.93 sedang
9 Nama9 96.67 sangat baik 38.89 Kurang 47.2222 sedang 60.93 baik
10 Nama10 96.67 sangat baik 70.00 baik 83.3333 sangat baik 83.33 sangat baik

140
Pertemuan ke-
Nilai
No. Nama I II III Kategori
Akhir
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
11 Nama11 96.67 sangat baik 38.89 Kurang 47.2222 sedang 60.93 baik
12 Nama12 81.67 sangat baik 50.00 sedang 72.2222 baik 67.96 baik
13 Nama13 91.90 sangat baik 61.11 baik 83.3333 sangat baik 78.78 baik
14 Nama14 81.67 sangat baik 52.22 sedang 47.2222 sedang 60.37 baik
15 Nama15 88.33 sangat baik 45.56 sedang 72.2222 baik 68.70 baik
16 Nama16 88.33 sangat baik 38.89 Kurang 72.2222 baik 66.48 baik
17 Nama17 96.67 sangat baik 70.00 baik 83.3333 sangat baik 83.33 sangat baik
18 Nama18 88.33 sangat baik 63.33 baik 30.5556 Kurang 60.74 baik
19 Nama19 96.67 sangat baik 68.89 baik 83.3333 sangat baik 82.96 sangat baik
20 Nama20 96.67 sangat baik 63.33 baik 83.3333 sangat baik 81.11 sangat baik
21 Nama21 87.14 sangat baik 38.89 Kurang 72.2222 baik 66.08 baik
22 Nama22 57.62 sedang 38.89 Kurang 72.2222 baik 56.24 sedang
23 Nama23 57.62 sedang 47.78 sedang 30.5556 Kurang 45.32 sedang
24 Nama24 52.86 sedang 63.33 baik 30.5556 Kurang 48.92 sedang
25 Nama25 57.62 sedang 63.33 baik 72.2222 baik 64.39 baik
26 Nama26 57.62 sedang 68.89 baik 30.5556 Kurang 52.35 sedang
27 Nama27 96.67 sangat baik 58.89 sedang 83.3333 sangat baik 79.63 baik
28 Nama28 52.86 sedang 52.22 sedang 30.5556 Kurang 45.21 sedang
29 Nama29 78.81 baik 25.56 Kurang 83.3333 sangat baik 62.57 baik
30 Nama30 96.67 sangat baik 45.56 sedang 72.2222 baik 71.48 baik

141
Pertemuan ke-
Nilai
No. Nama I II III Kategori
Akhir
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
31 Nama31 96.67 sangat baik 38.89 Kurang 72.2222 baik 69.26 baik
32 Nama32 52.86 sedang 63.33 baik 72.2222 baik 62.80 baik
33 Nama33 52.86 sedang 66.67 baik 30.5556 Kurang 50.03 sedang
34 Nama34 96.67 sangat baik 54.44 sedang 83,3333 sangat baik 78,15 sangat baik
35 Nama35 52.86 sedang 52.22 sedang 72.2222 baik 59.10 sedang
36 Nama36 52.86 sedang 52.22 sedang 72.2222 baik 59.10 sedang
Rata-rata 80.40 sangat baik 53.80 sedang 63.4259 baik 65.80 baik

Lampiran 11. Tabel Kategori ICL

Indikator Pertemuan Ke-I Pertemuan Ke-II Pertemuan Ke-III Nilai Akhir


78,97 61,67 88,89 76,51
Komponen Informasi Baik Baik Sangat Baik Baik
82,64 56,94 72,92 70,83
Integrasi Informasi Sangat Baik Sedang Baik Baik
79,58 42,78 27,78 50,05
Aplikasi Informasi Baik Sedang Kurang Sedang
80,40 53,80 63,20 65,80
Rata-rata
Sangat Baik Sedang Baik Baik

142
Lampiran 12. Tabel Data Sebaran Indikator Komponen Infomasi

Kategori Pertemuan Ke-I Pertemuan Ke-II Pertemuan Ke-III Rata-rata


63,89% 11,11% 77,78% 50,93%
Sangat Baik
Sebagian Besar Sebagian Kecil Hampir Seluruhnya Hampir Separuhnya
8,33% 77,78% 0% 28,70%
Baik
Sebagian Kecil Hampir Seluruhnya Tidak Ada Hampir Separuhnya
11,11% 8,33% 22,22% 13,89%
Sedang
Sebagian Kecil Sebagian Kecil Sebagian Kecil Sebagian Kecil
16,67% 2,78% 0% 6,48%
Kurang
Sebagian Kecil Sebagian Kecil Tidak Ada Sebagian Kecil
0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Sangat Kurang
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

143
Lampiran 13. Tabel Data Sebaran Indikator Integrasi Informasi

Kategori Pertemuan Ke-I Pertemuan Ke-II Pertemuan Ke-III Rata-rata


58.33 13.89 63.89 45.37
Sangat Baik
Sebagian Besar Sebagian Kecil Sebagian Besar Hampir Separuhnya
13.89 0.00 0.00 4.63
Baik
Sebagian Kecil Tidak Ada Tidak Ada Sebagian Kecil
27.78 86.11 0.00 37.96
Sedang Hampir
Hampir Separuhnya Tidak Ada Hampir Separuhnya
Seluruhnya
0.00 0.00 36.11 12.04
Kurang
Tidak Ada Tidak Ada Hampir Separuhnya Sebagian Kecil
0.00 0.00 0.00 0.00
Sangat Kurang
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

144
Lampiran 14. Tabel Data Sebaran Indikator Aplikasi Informasi

Kategori Pertemuan Ke-I Pertemuan Ke-II Pertemuan Ke-III Rata-rata


83.33 25.00 0.00 36.11
Sangat Baik
Hampir Seluruhnya Sebagian Kecil Tidak Ada Hampir Separuhnya
0.00 11.11 0.00 3.70
Baik
Tidak Ada Sebagian Kecil Tidak Ada Sebagian Kecil
16.67 22.22 33.33 24.07
Sedang
Sebagian Kecil Sebagian Kecil Hampir Separuhnya Sebagian Kecil
0.00 5.56 0 1.85
Kurang
Tidak Ada Sebagian Kecil Tidak Ada Sebagian Kecil
0.00 36.11 66.67 34.26
Sangat Kurang
Tidak Ada Hampir Separuhnya Sebagian Besar Hampir Separuhnya

145
Lampiran 15. Tabel Nilai GCL Indikator Retrieval

Skor maksimal 4 2 3
Nilai
Pertemua ke- I II III Kategori
Akhir
No. Nama Skor Nilai Kategori Skor Nilai Kategori Skor Nilai Kategori
1 Nama1 4 100 Sangat baik 2 100 Sangat baik 3 100 Sangat baik 100,00 Sangat baik
2 Nama2 4 100 Sangat baik 1 50 Sedang 3 100 Sangat baik 83,33 Sangat baik
3 Nama3 4 100 Sangat baik 2 100 Sangat baik 3 100 Sangat baik 100,00 Sangat baik
4 Nama4 4 100 Sangat baik 2 100 Sangat baik 3 100 Sangat baik 100,00 Sangat baik
5 Nama5 4 100 Sangat baik 2 100 Sangat baik 3 100 Sangat baik 100,00 Sangat baik
6 Nama6 4 100 Sangat baik 1 50 Sedang 3 100 Sangat baik 83,33 Sangat baik
7 Nama7 4 100 Sangat baik 2 100 Sangat baik 3 100 Sangat baik 100,00 Sangat baik
8 Nama8 4 100 Sangat baik 0 0 Sangat kurang 3 100 Sangat baik 66,67 Baik
9 Nama9 4 100 Sangat baik 2 100 Sangat baik 3 100 Sangat baik 100,00 Sangat baik
10 Nama10 4 100 Sangat baik 2 100 Sangat baik 3 100 Sangat baik 100,00 Sangat baik
11 Nama11 4 100 Sangat baik 2 100 Sangat baik 3 100 Sangat baik 100,00 Sangat baik
12 Nama12 4 100 Sangat baik 2 100 Sangat baik 3 100 Sangat baik 100,00 Sangat baik
13 Nama13 4 100 Sangat baik 1 50 Sedang 3 100 Sangat baik 83,33 Sangat baik
14 Nama14 4 100 Sangat baik 1 50 Sedang 3 100 Sangat baik 83,33 Sangat baik
15 Nama15 4 100 Sangat baik 1 50 Sedang 3 100 Sangat baik 83,33 Sangat baik
16 Nama16 4 100 Sangat baik 1 50 Sedang 3 100 Sangat baik 83,33 Sangat baik
17 Nama17 4 100 Sangat baik 1 50 Sedang 3 100 Sangat baik 83,33 Sangat baik
18 Nama18 4 100 Sangat baik 2 100 Sangat baik 3 100 Sangat baik 100,00 Sangat baik

146
Skor maksimal 4 2 3
Nilai
Pertemua ke- I II III Kategori
Akhir
No. Nama Skor Nilai Kategori Skor Nilai Kategori Skor Nilai Kategori
19 Nama19 4 100 Sangat baik 2 100 Sangat baik 3 100 Sangat baik 100,00 Sangat baik
20 Nama20 4 100 Sangat baik 2 100 Sangat baik 3 100 Sangat baik 100,00 Sangat baik
21 Nama21 4 100 Sangat baik 1 50 Sedang 3 100 Sangat baik 83,33 Sangat baik
22 Nama22 4 100 Sangat baik 2 100 Sangat baik 3 100 Sangat baik 100,00 Sangat baik
23 Nama23 4 100 Sangat baik 1 50 Sedang 3 100 Sangat baik 83,33 Sangat baik
24 Nama24 4 100 Sangat baik 2 100 Sangat baik 3 100 Sangat baik 100,00 Sangat baik
25 Nama25 4 100 Sangat baik 2 100 Sangat baik 3 100 Sangat baik 100,00 Sangat baik
26 Nama26 4 100 Sangat baik 2 100 Sangat baik 3 100 Sangat baik 100,00 Sangat baik
27 Nama27 2 50 Sedang 1 50 Sedang 3 100 Sangat baik 66,67 Baik
28 Nama28 4 100 Sangat baik 1 50 Sedang 3 100 Sangat baik 83,33 Sangat baik
29 Nama29 4 100 Sangat baik 0 0 Sangat kurang 3 100 Sangat baik 66,67 Baik
30 Nama30 2 50 Sedang 2 100 Sangat baik 3 100 Sangat baik 83,33 Sangat baik
31 Nama31 4 100 Sangat baik 2 100 Sangat baik 3 100 Sangat baik 100,00 Sangat baik
32 Nama32 4 100 Sangat baik 2 100 Sangat baik 3 100 Sangat baik 100,00 Sangat baik
33 Nama33 4 100 Sangat baik 2 100 Sangat baik 3 100 Sangat baik 100,00 Sangat baik
34 Nama34 4 100 Sangat baik 2 100 Sangat baik 3 100 Sangat baik 100,00 Sangat baik
35 Nama35 4 100 Sangat baik 1 50 Sedang 3 100 Sangat baik 83,33 Sangat baik
36 Nama36 4 100 Sangat baik 1 50 Sedang 3 100 Sangat baik 83,33 Sangat baik
Rata-rata 97,22 Sangat baik 76,39 Baik 100 Sangat baik 91,20 Sangat baik

147
Lampiran 16. Tabel Nilai GCL

Pertemuan ke-
Nilai
No. Nama I II III Kategori
Akhir
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
1 Nama1 38,03 Kurang 35,48 Kurang 40,83 sedang 38,11 Kurang
2 Nama2 79,70 baik 28,53 Kurang 39,55 Kurang 49,26 sedang
3 Nama3 83,33 sangat baik 38,25 Kurang 43,46 sedang 55,02 sedang
4 Nama4 38,03 Kurang 41,79 sedang 41,47 sedang 40,43 sedang
5 Nama5 70,89 baik 52,94 sedang 48,60 sedang 57,48 sedang
6 Nama6 84,83 sangat baik 28,53 Kurang 40,59 sedang 51,32 sedang
7 Nama7 89,81 sangat baik 53,48 sedang 55,49 sedang 66,26 baik
8 Nama8 89,81 sangat baik 44,84 sedang 45,24 sedang 59,96 sedang
9 Nama9 72,91 baik 23,81 Kurang 32,52 Kurang 43,08 sedang
10 Nama10 89,81 sangat baik 52,00 sedang 48,17 sedang 63,33 baik
11 Nama11 68,30 baik 27,14 Kurang 30,84 Kurang 42,09 sedang
12 Nama12 50,00 sedang 27,14 Kurang 32,92 Kurang 36,69 Kurang
13 Nama13 70,15 baik 51,75 sedang 46,79 sedang 56,23 sedang
14 Nama14 51,36 sedang 22,42 Kurang 24,02 Kurang 32,60 Kurang
15 Nama15 67,31 baik 43,21 sedang 44,70 sedang 51,74 sedang
16 Nama16 86,82 sangat baik 18,81 Sangat kurang 29,81 Kurang 45,15 sedang
17 Nama17 86,82 sangat baik 42,24 sedang 48,04 sedang 59,03 sedang
18 Nama18 85,30 sangat baik 43,18 sedang 44,35 sedang 57,61 sedang

148
Pertemuan ke-
Nilai
No. Nama I II III Kategori
Akhir
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
19 Nama19 86,82 sangat baik 49,18 sedang 50,35 sedang 62,12 baik
20 Nama20 86,82 sangat baik 39,96 Kurang 45,03 sedang 57,27 sedang
21 Nama21 82,25 sangat baik 30,71 Kurang 27,11 Kurang 46,69 sedang
22 Nama22 71,67 baik 57,30 sedang 52,48 sedang 60,48 baik
23 Nama23 78,33 baik 29,92 Kurang 40,35 sedang 49,53 sedang
24 Nama24 78,33 baik 41,03 sedang 45,05 sedang 54,81 sedang
25 Nama25 38,03 Kurang 39,01 Kurang 39,88 Kurang 38,97 Kurang
26 Nama26 76,67 baik 42,42 sedang 29,18 Kurang 49,42 sedang
27 Nama27 64,97 baik 57,36 sedang 56,12 sedang 59,48 sedang
28 Nama28 95,34 sangat baik 27,14 Kurang 32,51 Kurang 51,66 sedang
29 Nama29 73,30 baik 25,75 Kurang 35,46 Kurang 44,84 sedang
30 Nama30 66,63 baik 39,96 Kurang 43,99 sedang 50,19 sedang
31 Nama31 82,95 sangat baik 27,14 Kurang 32,92 Kurang 47,67 sedang
32 Nama32 80,00 sangat baik 39,01 Kurang 44,05 sedang 54,35 sedang
33 Nama33 80,00 sangat baik 42,42 sedang 29,18 Kurang 50,53 sedang
34 Nama34 80,00 sangat baik 28,51 Kurang 29,04 Kurang 45,85 sedang
35 Nama35 44,39 sedang 29,92 Kurang 47,64 sedang 40,65 sedang
36 Nama36 38,03 Kurang 44,60 sedang 43,41 sedang 42,01 sedang
Rata-rata 72,44 baik 37,97 Kurang 52,14 sedang 54,18 sedang

149
Lampiran 17. Tabel Kategori GCL

Indikator Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Nilai Akhir


97,22 76,39 100 91,20
Retrieval
Sangat Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik
76,67 57,22 69,79 67,89
Camprehension
Baik Sedang Baik Baik
50 57,41 60 55,80
Analisis
Sedang Sedang Baik Sedang
86,36 16,67 47,22 50,08
Untulization
Sangat Baik Sangat Kurang Sedang Sedang
72,43 15,53 66,67 51,54
Metakognisi
Baik Sangat Kurang Baik Sedang
46,39 4,60 77,78 42,92
Self
Sedang Sangat Kurang Baik Sedang
71,51 37,97 70,24 59,91
Nilai Akhir
Baik Kurang Baik Sedang

150
Lampiran 18. Tabel Data Sebaran Indikator Retrieval

Pertemuan Ke-
Kategori Pertemuan Ke-I Pertemuan Ke-II Nilai Akhir
III
94,44% 58,33% 100,00% 84,26%
Sangat Baik Hampir
Sebagian Besar Seluruhnya Hampir Seluruhnya
Seluruhnya
0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Baik
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
5,56% 36,11% 0,00% 13,89%
Sedang
Sebagian Kecil Hampir Separuhnya Tidak Ada Sebagian Kecil
0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Kurang
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
0,00% 5,56% 0,00% 1,85%
Sangat Kurang
Tidak Ada Sebagian Kecil Tidak Ada Sebagian Kecil

151
Lampiran 19. Tabel Data Sebaran Indikator Comprehension

Pertemuan Ke-
Kategori Pertemuan Ke-I Pertemuan Ke-II Nilai Akhir
III
86,11% 0,00% 25,00% 37,04%
Sangat Baik
Hampir Seluruhnya Tidak Ada Sebagian Kecil Hampir Separuhnya
2,78% 91,67% 61,11% 51,85%
Baik
Sebagian Kecil Hampir Seluruhnya Sebagian Besar Sebagian Besar
0,00% 5,56% 2,78% 2,78%
Sedang
Tidak Ada Sebagian Kecil Sebagian Kecil Sebagian Kecil
0,00% 0,00% 5,56% 1,85%
Kurang
Tidak Ada Tidak Ada Sebagian Kecil Sebagian Kecil
11,11% 2,78% 5,56% 6,48%
Sangat Kurang
Sebagian Kecil Sebagian Kecil Sebagian Kecil Sebagian Kecil

152
Lampiran 20. Tabel Data Sebaran Indikator Analisis

Kategori Pertemuan Ke-I Pertemuan Ke-II Pertemuan Ke-III Nilai Akhir


0,00% 30,56% 11,11% 13,89%
Sangat Baik
Tidak Ada Hampir Separuhnya Sebagian Kecil Sebagian Kecil
0,00% 30,56% 83,33% 37,96%
Baik
Tidak Ada Hampir Separuhnya Hampir Seluruhnya Hampir Separuhnya
100,00% 19,44% 0,00% 39,81%
Sedang
Seluruhnya Sebagian Kecil Tidak Ada Hampir Separuhnya
0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Kurang
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
0,00% 19,44% 5,56% 8,33%
Sangat Kurang
Tidak Ada Sebagian Kecil Sebagian Kecil Sebagian Kecil

153
Lampiran 21. Tabel Data Sebaran Indikator Utilization

Pertemuan Ke-
Kategori Pertemuan Ke-I Pertemuan Ke-II Nilai Akhir
III
72,22% 5,56% 2,78% 26,85%
Sangat Baik
Sebagian Besar Sebagian Kecil Sebagian Kecil Hampir Separuhnya
22,22% 13,89% 25% 20,37%
Baik
Sebagian Kecil Sebagian Kecil Sebagian Kecil Sebagian Kecil
2,78% 0,00% 55,56% 19,45%
Sedang
Sebagian Kecil Tidak Ada Sebagian Besar Sebagian Kecil
2,78% 0,00% 5,56% 2,78%
Kurang
Sebagian Kecil Tidak Ada Sebagian Kecil Sebagian Kecil
0,00% 80,56% 11,11% 30,56%
Sangat Kurang
Tidak Ada Hampir Seluruhnya Sebagian Kecil Hampir Separuhnya

154
Lampiran 22. Tabel Data Sebaran Indikator Metakognisi

Kategori Pertemuan Ke-I Pertemuan Ke-II Pertemuan Ke-III Nilai Akhir


69,44% 5,56% 41,67% 38,89%
Sangat Baik
Sebagian Besar Sebagian Kecil Hampir Separuhnya Hampir Separuhnya
5,56% 13,89% 11,11% 10,19%
Baik
Sebagian Kecil Sebagian Kecil Sebagian Kecil Sebagian Kecil
2,78% 0,00% 33,33% 12,04%
Sedang
Sebagian Kecil Tidak Ada Hampir Separuhnya Sebagian Kecil
0,00% 0,00% 5,56% 1,85%
Kurang
Tidak Ada Tidak Ada Sebagian Kecil Sebagian Kecil
22,22% 80,56% 8,33% 37,04%
Sangat Kurang
Sebagian Kecil Hampir Seluruhnya Sebagian Kecil Hampir Separuhnya

155
Lampiran 23. Tabel Data Sebaran Indikator Self

Kategori Pertemuan Ke-I Pertemuan Ke-II Pertemuan Ke-III Nilai Akhir


33,33% 0,00% 77,78% 37,04%
Sangat Baik
Hampir Separuhnya Tidak Ada Hampir Seluruhnya Hampir Separuhnya
5,56% 0,00% 0,00% 1,85%
Baik
Sebagian Kecil Tidak Ada Tidak Ada Sebagian Kecil
22,22% 0,00% 0,00% 7,41%
Sedang
Sebagian Kecil Tidak Ada Tidak Ada Sebagian Kecil
8,33% 5,56% 0,00% 4,63%
Kurang
Sebagian Kecil Sebagian Kecil Tidak Ada Sebagian Kecil
30,56% 94,44% 22,22% 49,07%
Sangat Kurang
Hampir Separuhnya Hampir Seluruhnya Sebagian Kecil Hampir Separuhnya

156
Lampiran 24. Tabel Nilai ECL Indikator 1. A.
Skor
20 20 20
maksimal Nilai
Pertemua ke- I II III kategori
Akhir
No. Nama skor Nilai kategori skor Nilai kategori skor Nilai kategori
1 Nama1 11 55,00 Sedikit Kesulitan 11 55,00 Sedikit Kesulitan 9 45,00 Sedikit Kesulitan 51,67 Sedikit Kesulitan
2 Nama2 12 60,00 Kesulitan 13 65,00 Kesulitan 13 65,00 Kesulitan 63,33 Kesulitan
3 Nama3 12 60,00 Kesulitan 11 55,00 Sedikit Kesulitan 11 55,00 Sedikit Kesulitan 56,67 Sedikit Kesulitan
4 Nama4 13 65,00 Kesulitan 13 65,00 Kesulitan 11 55,00 Sedikit Kesulitan 61,67 Kesulitan
5 Nama5 12 60,00 Kesulitan 10 50,00 Sedikit Kesulitan 10 50,00 Sedikit Kesulitan 53,33 Sedikit Kesulitan
6 Nama6 10 50,00 Sedikit Kesulitan 15 75,00 Kesulitan 15 75,00 Kesulitan 66,67 Kesulitan
7 Nama7 12 60,00 Kesulitan 12 60,00 Kesulitan 11 55,00 Sedikit Kesulitan 58,33 Sedikit Kesulitan
8 Nama8 8 40,00 Sedikit Kesulitan 8 40,00 Sedikit Kesulitan 8 40,00 Sedikit Kesulitan 40,00 Sedikit Kesulitan
9 Nama9 12 60,00 Kesulitan 9 45,00 Sedikit Kesulitan 16 80,00 Sangat Kesulitan 61,67 Kesulitan
10 Nama10 13 65,00 Kesulitan 14 70,00 Kesulitan 12 60,00 Kesulitan 65,00 Kesulitan
11 Nama11 12 60,00 Kesulitan 12 60,00 Kesulitan 12 60,00 Kesulitan 60,00 Kesulitan
12 Nama12 10 50,00 Sedikit Kesulitan 10 50,00 Sedikit Kesulitan 10 50,00 Sedikit Kesulitan 50,00 Sedikit Kesulitan
13 Nama13 12 60,00 Kesulitan 10 50,00 Sedikit Kesulitan 14 70,00 Kesulitan 60,00 Kesulitan
14 Nama14 15 75,00 Kesulitan 15 75,00 Kesulitan 16 80,00 Sangat Kesulitan 76,67 Kesulitan
15 Nama15 16 80,00 Sangat Kesulitan 10 50,00 Sedikit Kesulitan 10 50,00 Sedikit Kesulitan 60,00 Kesulitan
16 Nama16 12 60,00 Kesulitan 11 55,00 Sedikit Kesulitan 11 55,00 Sedikit Kesulitan 56,67 Sedikit Kesulitan
17 Nama17 10 50,00 Sedikit Kesulitan 10 50,00 Sedikit Kesulitan 5 25,00 Tidak Kesulitan 41,67 Sedikit Kesulitan
18 Nama18 12 60,00 Kesulitan 13 65,00 Kesulitan 13 65,00 Kesulitan 63,33 Kesulitan
19 Nama19 11 55,00 Sedikit Kesulitan 9 45,00 Sedikit Kesulitan 11 55,00 Sedikit Kesulitan 51,67 Sedikit Kesulitan

157
Skor
20 20 20
maksimal Nilai
Pertemua ke- I II III kategori
Akhir
No. Nama skor Nilai kategori skor Nilai kategori skor Nilai kategori
20 Nama20 12 60,00 Kesulitan 11 55,00 Sedikit Kesulitan 10 50,00 Sedikit Kesulitan 55,00 Sedikit Kesulitan
21 Nama21 9 45,00 Sedikit Kesulitan 9 45,00 Sedikit Kesulitan 9 45,00 Sedikit Kesulitan 45,00 Sedikit Kesulitan
22 Nama22 10 50,00 Sedikit Kesulitan 12 60,00 Kesulitan 11 55,00 Sedikit Kesulitan 55,00 Sedikit Kesulitan
23 Nama23 9 45,00 Sedikit Kesulitan 16 80,00 Sangat Kesulitan 15 75,00 Kesulitan 66,67 Kesulitan
24 Nama24 15 75,00 Kesulitan 15 75,00 Kesulitan 15 75,00 Kesulitan 75,00 Kesulitan
25 Nama25 15 75,00 Kesulitan 15 75,00 Kesulitan 15 75,00 Kesulitan 75,00 Kesulitan
26 Nama26 12 60,00 Kesulitan 15 75,00 Kesulitan 14 70,00 Kesulitan 68,33 Kesulitan
27 Nama27 7 35,00 Tidak Kesulitan 10 50,00 Sedikit Kesulitan 11 55,00 Sedikit Kesulitan 46,67 Sedikit Kesulitan
28 Nama28 13 65,00 Kesulitan 11 55,00 Sedikit Kesulitan 11 55,00 Sedikit Kesulitan 58,33 Sedikit Kesulitan
29 Nama29 6 30,00 Tidak Kesulitan 6 30,00 Tidak Kesulitan 6 30,00 Tidak Kesulitan 30,00 Tidak Kesulitan
30 Nama30 6 30,00 Tidak Kesulitan 11 55,00 Sedikit Kesulitan 9 45,00 Sedikit Kesulitan 43,33 Sedikit Kesulitan
31 Nama31 10 50,00 Sedikit Kesulitan 10 50,00 Sedikit Kesulitan 10 50,00 Sedikit Kesulitan 50,00 Sedikit Kesulitan
32 Nama32 11 55,00 Sedikit Kesulitan 15 75,00 Kesulitan 15 75,00 Kesulitan 68,33 Kesulitan
33 Nama33 12 60,00 Kesulitan 14 70,00 Kesulitan 14 70,00 Kesulitan 66,67 Kesulitan
34 Nama34 12 60,00 Kesulitan 14 70,00 Kesulitan 11 55,00 Sedikit Kesulitan 61,67 Kesulitan
35 Nama35 13 65,00 Kesulitan 13 65,00 Kesulitan 13 65,00 Kesulitan 65,00 Kesulitan
36 Nama36 9 45,00 Sedikit Kesulitan 9 45,00 Sedikit Kesulitan 7 35,00 Tidak Kesulitan 41,67 Sedikit Kesulitan
Rata-rata 56,39 Sedikit Kesulitan 58,61 Sedikit Kesulitan 57,50 Sedikit Kesulitan 57,50 Sedikit Kesulitan

158
Lampiran 25. Tabel Nilai Akhir ECL
Pertemuan ke-
Pertemuan Nilai
I II III Kriteria
Ke- Akhir
No. Nama Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
1 Nama1 56,55 Sedikit Kesulitan 55 Sedikit Kesulitan 51,67 Sedikit Kesulitan 54,52 Sedikit Kesulitan
2 Nama2 47,86 Sedikit Kesulitan 61 Kesulitan 52,02 Sedikit Kesulitan 53,53 Sedikit Kesulitan
3 Nama3 57,74 Sedikit Kesulitan 44 Sedikit Kesulitan 43,69 Sedikit Kesulitan 48,37 Sedikit Kesulitan
4 Nama4 61,31 Kesulitan 60 Kesulitan 56,67 Sedikit Kesulitan 59,37 Sedikit Kesulitan
5 Nama5 45,48 Sedikit Kesulitan 48 Sedikit Kesulitan 49,40 Sedikit Kesulitan 47,78 Sedikit Kesulitan
6 Nama6 48,21 Sedikit Kesulitan 65 Kesulitan 65,95 Kesulitan 59,80 Sedikit Kesulitan
7 Nama7 52,98 Sedikit Kesulitan 53 Sedikit Kesulitan 52,26 Sedikit Kesulitan 52,74 Sedikit Kesulitan
8 Nama8 41,07 Sedikit Kesulitan 42 Sedikit Kesulitan 42,26 Sedikit Kesulitan 41,87 Sedikit Kesulitan
9 Nama9 47,86 Sedikit Kesulitan 48 Sedikit Kesulitan 72,14 Kesulitan 55,91 Sedikit Kesulitan
10 Nama10 59,17 Sedikit Kesulitan 67 Kesulitan 62,86 Kesulitan 62,94 Kesulitan
11 Nama11 49,76 Sedikit Kesulitan 50 Sedikit Kesulitan 49,76 Sedikit Kesulitan 49,76 Sedikit Kesulitan
12 Nama12 59,40 Sedikit Kesulitan 59 Sedikit Kesulitan 59,40 Sedikit Kesulitan 59,40 Sedikit Kesulitan
13 Nama13 44,17 Sedikit Kesulitan 50 Sedikit Kesulitan 69,40 Kesulitan 54,40 Sedikit Kesulitan
14 Nama14 63,45 Kesulitan 60 Sedikit Kesulitan 70,71 Kesulitan 64,68 Kesulitan
15 Nama15 58,81 Sedikit Kesulitan 50 Sedikit Kesulitan 52,62 Sedikit Kesulitan 53,89 Sedikit Kesulitan
16 Nama16 63,69 Kesulitan 59 Sedikit Kesulitan 59,17 Sedikit Kesulitan 60,67 Kesulitan
17 Nama17 50,60 Sedikit Kesulitan 39 Tidak Kesulitan 25,00 Tidak Kesulitan 38,06 Tidak Kesulitan
18 Nama18 52,26 Sedikit Kesulitan 62 Kesulitan 61,55 Kesulitan 58,45 Sedikit Kesulitan

159
Pertemuan ke-
Pertemuan Nilai
I II III Kriteria
Ke- Akhir
No. Nama Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
19 Nama19 56,55 Sedikit Kesulitan 46 Sedikit Kesulitan 56,67 Sedikit Kesulitan 53,13 Sedikit Kesulitan
20 Nama20 52,98 Sedikit Kesulitan 55 Sedikit Kesulitan 46,55 Sedikit Kesulitan 51,43 Sedikit Kesulitan
21 Nama21 51,19 Sedikit Kesulitan 45 Sedikit Kesulitan 45,24 Sedikit Kesulitan 47,22 Sedikit Kesulitan
22 Nama22 51,90 Sedikit Kesulitan 54 Sedikit Kesulitan 50,71 Sedikit Kesulitan 52,22 Sedikit Kesulitan
23 Nama23 51,19 Sedikit Kesulitan 58 Sedikit Kesulitan 59,64 Sedikit Kesulitan 56,39 Sedikit Kesulitan
24 Nama24 60,71 Kesulitan 61 Kesulitan 60,71 Kesulitan 60,71 Kesulitan
25 Nama25 60,71 Kesulitan 64 Kesulitan 64,17 Kesulitan 63,02 Kesulitan
26 Nama26 47,86 Sedikit Kesulitan 73 Kesulitan 59,05 Sedikit Kesulitan 60,04 Kesulitan
27 Nama27 55,83 Sedikit Kesulitan 51 Sedikit Kesulitan 40,95 Sedikit Kesulitan 49,25 Sedikit Kesulitan
28 Nama28 49,05 Sedikit Kesulitan 44 Sedikit Kesulitan 43,69 Sedikit Kesulitan 45,48 Sedikit Kesulitan
29 Nama29 38,33 Tidak Kesulitan 29 Tidak Kesulitan 29,05 Tidak Kesulitan 32,14 Tidak Kesulitan
30 Nama30 38,33 Tidak Kesulitan 56 Sedikit Kesulitan 56,90 Sedikit Kesulitan 50,48 Sedikit Kesulitan
31 Nama31 58,10 Sedikit Kesulitan 58 Sedikit Kesulitan 58,10 Sedikit Kesulitan 58,10 Sedikit Kesulitan
32 Nama32 52,74 Sedikit Kesulitan 61 Kesulitan 60,71 Kesulitan 58,06 Sedikit Kesulitan
33 Nama33 47,86 Sedikit Kesulitan 59 Sedikit Kesulitan 59,05 Sedikit Kesulitan 55,32 Sedikit Kesulitan
34 Nama34 47,86 Sedikit Kesulitan 53 Sedikit Kesulitan 56,67 Sedikit Kesulitan 52,54 Sedikit Kesulitan
35 Nama35 56,07 Sedikit Kesulitan 67 Kesulitan 66,79 Kesulitan 63,21 Kesulitan
36 Nama36 48,93 Sedikit Kesulitan 49 Sedikit Kesulitan 32,38 Tidak Kesulitan 43,41 Sedikit Kesulitan
Rata-rata 52,40 Sedikit Kesulitan 54,30 Sedikit Kesulitan 53,99 Sedikit Kesulitan 53,56 Sedikit Kesulitan

160
Lampiran 26. Tabel Kategori ECL
Indikator Pertemuan ke-I Pertemuan ke-II Pertemuan ke-III Nilai Akhir
Penyampaian materi oleh guru 56,39 58,61 57,50 57,50
1. A sesuai Kompetensi Dasar dan
Indikator Sedikit Kesulitan Sedikit Kesulitan Sedikit Kesulitan Sedikit Kesulitan
Penyampaian materi oleh guru 49,58 55,00 52,50 52,36
1. B dengan berpedoman pada RPP
Sedikit Kesulitan Sedikit Kesulitan Sedikit Kesulitan Sedikit Kesulitan
Penyampaian materi oleh guru 49,88 52,89 54,86 52,55
2. A dengan memberikan contoh-
contoh dan latihan soal Sedikit Kesulitan Sedikit Kesulitan Sedikit Kesulitan Sedikit Kesulitan
Guru memberikan kesempatan 56,94 49,77 51,16 52,62
2. B siswa untuk bertanya dan
mengemukakan pendapatnya Sedikit Kesulitan Sedikit Kesulitan Sedikit Kesulitan Sedikit Kesulitan
Guru menggunakan metode 45,14 47,57 48,15 46,95
2. C diskusi dan presentase Sedikit Kesulitan Sedikit Kesulitan Sedikit Kesulitan Sedikit Kesulitan
Guru menyampaikan materi 49,44 54,58 53,61 52,55
dengan menggunakan
3. A
powerpoint disertai dengan Sedikit Kesulitan Sedikit Kesulitan Sedikit Kesulitan Sedikit Kesulitan
tulisan, warna dan gambar
Guru memberikan LKS dengan 59,44 61,67 60,14 60,42
3. B tampilan yang menarik Sedikit Kesulitan Kesulitan Kesulitan Kesulitan
52,40 54,30 53,99 53,56
Rata-rata
Sedikit Kesulitan Sedikit Kesulitan Sedikit Kesulitan Sedikit Kesulitan

161
Lampiran 27. Tabel Data Sebaran Indikator 1. A.
Kategori Pertemuan Ke-I Pertemuan Ke-II Pertemuan Ke-III Nilai Akhir
2,78 2,78 5.56 2,78
Sangat Kesulitan
Sebagian Kecil Sebagian Kecil Hampir Seluruhnya Sebagian Kecil
55,56 44,44 36,11 45,37
Kesulitan
Sebagian Besar Hampir Separuhnya Hampir Separuhnya Hampir Separuhnya
33,33 50,00 50,00 44,44
Sedikit Kesulitan
Hampir Separuhnya Separuhnya Separuhnya Hampir Separuhnya
8,33 2,78 8,33 6,48
Tidak Kesulitan
Sebagian Kecil Sebagian Kecil Sebagian Kecil Sebagian Kecil
0,00 0,00 0,00 0,00
Sangat Tidak Kesulitan
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

162
Lampiran 28. Tabel Data Sebaran Indikator 1. B
Kategori Pertemuan Ke-I Pertemuan Ke-II Pertemuan Ke-III Nilai Akhir
2,78 2,78 0,00 1,85
Sangat Kesulitan
Sebagian Kecil Sebagian Kecil Tidak Ada Sebagian Kecil
13,89 41,67 38,89 31,48
Kesulitan
Sebagian Kecil Hampir Separuhnya Hampir Separuhnya Hampir Separuhnya
58,33 50,00 52,78 53,70
Sedikit Kesulitan
Sebagian Besar Separuhnya Sebagian Besar Sebagian Besar
25,00 5,56 8,33 12,96
Tidak Kesulitan
Sebagian Kecil Sebagian Kecil Sebagian Kecil Sebagian Kecil
0,00 0,00 0,00 0,00
Sangat Tidak Kesulitan
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

163
Lampiran 29. Tabel Data Sebaran Indikator 2. A
Kategori Pertemuan Ke-I Pertemuan Ke-II Pertemuan Ke-III Nilai Akhir
0 0,00 0,00 0,00
Sangat Kesulitan
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
8,33 19,44 36,11 21,29
Kesulitan
Sebagian Kecil Sebagian Kecil Hampir Separuhnya Sebagian Kecil
86,11 75,00 50,00 70,37
Sedikit Kesulitan
Hampir Seluruhnya Sebagian Besar Separuhnya Sebagian Besar
5,56 5,56 13,89 8,34
Tidak Kesulitan
Sebagian Kecil Sebagian Kecil Sebagian Kecil Sebagian Kecil
0,00 0,00 0,00 0,00
Sangat Tidak Kesulitan
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

164
Lampiran 30. Tabel Data Sebaran Indikator 2. B
Kategori Pertemuan Ke-I Pertemuan Ke-II Pertemuan Ke-III Nilai Akhir
0,00 0,00 2,78 0,93
Sangat Kesulitan
Tidak Ada Tidak Ada Sebagian Kecil Tidak Ada
19,44 5,56 5,56 10,19
Kesulitan
Sebagian Kecil Sebagian Kecil Sebagian Kecil Sebagian Kecil
80,56 80,56 77,78 79,63
Sedikit Kesulitan
Hampir Seluruhnya Hampir Seluruhnya Hampir Seluruhnya Hampir Seluruhnya
0,00 13,89 13,89 9,26
Tidak Kesulitan
Tidak Ada Sebagian Kecil Sebagian Kecil Sebagian Kecil
0,00 0,00 0,00 0,00
Sangat Tidak Kesulitan
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

165
Lampiran 31. Tabel Data Sebaran Indikator 2. C
Kategori Pertemuan Ke-I Pertemuan Ke-II Pertemuan Ke-III Nilai Akhir
0,00 0,00 0,00 0,00
Sangat Kesulitan
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
11.11 13,89 16,67 15,28
Kesulitan
Hampir Seluruhnya Sebagian Kecil Sebagian Kecil Sebagian Kecil
41.67 58,33 58,33 58,33
Sedikit Kesulitan
Hampir Seluruhnya Sebagian Besar Sebagian Besar Sebagian Besar
47.22 27,78 25,00 26,39
Tidak Kesulitan
Hampir Seluruhnya Hampir Separuhnya Sebagian Kecil Hampir Separuhnya
0,00 0,00 0,00 0,00
Sangat Tidak Kesulitan
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

166
Lampiran 32. Tabel Data Sebaran Indikator 3. A
Kategori Pertemuan Ke-I Pertemuan Ke-II Pertemuan Ke-III Nilai Akhir
0,00 0,00 0,00 0,00
Sangat Kesulitan
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
27,78 52.78 47,22 37,50
Kesulitan
Hampir Separuhnya Hampir Seluruhnya Hampir Separuhnya Hampir Separuhnya
44,44 33,33 38.89 38,89
Sedikit Kesulitan
Hampir Separuhnya Hampir Separuhnya Hampir Seluruhnya Hampir Separuhnya
27,78 13,89 13,89 18,52
Tidak Kesulitan
Hampir Separuhnya Sebagian Kecil Sebagian Kecil Sebagian Kecil
0,00 0,00 0,00 0,00
Sangat Tidak Kesulitan
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

167
Lampiran 33. TABEL DATA SEBARAN INDIKATOR 3. B
Kategori Pertemuan Ke-I Pertemuan Ke-II Pertemuan Ke-III Nilai Akhir
5,56 8.33 8,33 6,95
Sangat Kesulitan
Sebagian Kecil Hampir Seluruhnya Sebagian Kecil Sebagian Kecil
44,44 55,56 58.33 50,00
Kesulitan
Hampir Separuhnya Sebagian Besar Hampir Seluruhnya Separuhnya
50,00 33.33 25,00 37,50
Sedikit Kesulitan
Separuhnya Hampir Seluruhnya Sebagian Kecil Hampir Separuhnya
0,00 2,78 8.33 1,39
Tidak Kesulitan
Tidak Ada Sebagian Kecil Hampir Seluruhnya Sebagian Kecil
0,00 0,00 0,00 0,00
Sangat Tidak Kesulitan
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

168
169
Lampiran 34. Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Pertemuan I
LEMBAR OBSERVASI KEGIATAN GURU

Nama Sekolah : SMA Negeri 3 SAMARINDA


Kelas/Semester : XI MIPA 5/Genap
Pokok Bahasan : Larutan Penyangga
Pertemuan Ke- : Satu (I)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Hari/Tanggal : Selasa, 13 Februari 2018
Berikan tanda ceklist (√) pada kolom yang sesuai dengan perilaku siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.

Langkah Model
No Aspek Observasi Ya Tidak
Pembelajaran
Mengucapkan salam √
Meminta ketua kelas memimpin berdoa √
Menanyakan presensi siswa √
Mempersiapkan siswa untuk belajar
1 Pendahuluan dengan memberikan motivasi, apersepsi, √
judul dan topik kepada siswa

Menyampaikan tujuan pembelajaran √


Membagi siswa menjadi beberapa

kelompok
Memberikan LKS kepada siswa √
Fase I
Menampilkan gambar pada powerpoint
Menyampaikan
dan meminta siswa untuk mengamati √
konteks
gambar yang ditampilkan
Bertanya tentang respon siswa terhadap
gambar yang telah ditampilkan dan √
Fase II
meminta siswa untuk bertanya
2. Menetapkan hasil
Meminta siswa untuk membuat
atau posisi
hipotesa/dugaan sementara dari √
pertanyaan yang telah diajukan siswa
Meminta siswa berdiskusi dengan
FASE III
kelompoknya masing-masing untuk
Mengekspose
mengemukakan konsep awal atau √
kepercayaan
jawaban sementara dari pertanyaan yang
dibuat oleh siswa

170
Langkah Model
No Aspek Observasi Ya Tidak
Pembelajaran
Meminta siswa untuk menguji gagasan
yang telah diperoleh dengan aktivitas √
penyelidikan.
Memberikan jawaban terkait gambar di

awal pembelajaran
Fase IV
Mengkonfron-
tasikan
Memberikan tantangan kepada siswa √
kepercayaan
(menimbulkan
konflik kognitif)
Fase V
Mengakomodasi Mengarahkan siswa mengumpulkan

konsep-konsep informasi

Meminta siswa untuk memperluas konsep


dengan menjawab pertanyaan dan diskusi √
antar kelompok
Fase VI
Menantang siswa untuk
Memperluas √
mempresentasikan hasil diskusinya
konsep-konsep
Memberikan kesempatan kepada siswa
lain untuk memberikan tanggapannya √
kepada kelompok yang presentasi
Memberi penegasan dan mulai
FASE VII menjelaskan materi sesuai dengan tujuan √
Penyelesaian yang ingin dicapai
(pengujian Meminta siswa mengaplikasikan konsep
masalah) baru atau mengajukan pertanyaan dalam √
diskusi kelas
Memberikan latihan soal kepada siswa

yang ada pada LKS masing-masing
FASE VIII
Memberikan kesempatan bagi siswa
Evaluasi
untuk bertanya bagi yang masih belum √
paham mengenai konsep materi
Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh

murid mengenai konsep materi
Meminta siswa megumpulkan LKS √
Membagikan kuisioner untuk
3 Penutup mengevaluasi usaha siswa dalam √
pebelajaran
Memberikan soal Posttest √

171
Langkah Model
No Aspek Observasi Ya Tidak
Pembelajaran
Memberikan informasi kepada siswa
mengenai topik atau materi yang nantinya √
akan dibahas pada pertemuan selanjutnya
Mengakhiri pelajaran dan mengucapkan

salam

Keterangan:
Ya = Kegiatan pembelajaran terlaksana skor satu (1)
Tidak = kegiatan pembelajaran tidak terlaksana skor nol (0)
Perhitungan:
skor yang diperoleh
Nilai aktivitas guru = jumlah skor maksimum ×100%
24
= 28 ×100%

= 85,7%

Samarinda, 13 Februari 2018

Observer

Ani Suryani Simbolon, S. Pd.

172
LEMBAR OBSERVASI KEGIATAN GURU

Nama Sekolah : SMA Negeri 3 SAMARINDA


Kelas/Semester : XI MIPA 5/Genap
Pokok Bahasan : Larutan Penyangga
Pertemuan Ke- : Satu (I)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Hari/Tanggal : Selasa, 13 februari 2018
Berikan tanda ceklist (√) pada kolom yang sesuai dengan perilaku siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.

Langkah Model
No Aspek Observasi Ya Tidak
Pembelajaran
Mengucapkan salam √
Meminta ketua kelas memimpin berdoa √
Menanyakan presensi siswa √
Mempersiapkan siswa untuk belajar
1 Pendahuluan dengan memberikan motivasi, apersepsi, √
judul dan topik kepada siswa

Menyampaikan tujuan pembelajaran √


Membagi siswa menjadi beberapa

kelompok
Memberikan LKS kepada siswa √
Fase I
Menampilkan gambar pada powerpoint
Menyampaikan
dan meminta siswa untuk mengamati √
konteks
gambar yang ditampilkan
Bertanya tentang respon siswa terhadap
gambar yang telah ditampilkan dan √
Fase II
meminta siswa untuk bertanya
2. Menetapkan hasil
Meminta siswa untuk membuat
atau posisi
hipotesa/dugaan sementara dari √
pertanyaan yang telah diajukan siswa
Meminta siswa berdiskusi dengan
FASE III
kelompoknya masing-masing untuk
Mengekspose
mengemukakan konsep awal atau √
kepercayaan
jawaban sementara dari pertanyaan yang
dibuat oleh siswa

173
Langkah Model
No Aspek Observasi Ya Tidak
Pembelajaran
Meminta siswa untuk menguji gagasan
yang telah diperoleh dengan aktivitas √
penyelidikan.
Memberikan jawaban terkait gambar di

awal pembelajaran
Fase IV
Mengkonfron-
tasikan
Memberikan tantangan kepada siswa √
kepercayaan
(menimbulkan
konflik kognitif)
Fase V
Mengakomodasi Mengarahkan siswa mengumpulkan

konsep-konsep informasi

Meminta siswa untuk memperluas konsep


dengan menjawab pertanyaan dan diskusi √
antar kelompok
Fase VI
Menantang siswa untuk
Memperluas √
mempresentasikan hasil diskusinya
konsep-konsep
Memberikan kesempatan kepada siswa
lain untuk memberikan tanggapannya √
kepada kelompok yang presentasi
Memberi penegasan dan mulai
FASE VII menjelaskan materi sesuai dengan tujuan √
Penyelesaian yang ingin dicapai
(pengujian Meminta siswa mengaplikasikan konsep
masalah) baru atau mengajukan pertanyaan dalam √
diskusi kelas
Memberikan latihan soal kepada siswa

yang ada pada LKS masing-masing
FASE VIII
Memberikan kesempatan bagi siswa
Evaluasi
untuk bertanya bagi yang masih belum √
paham mengenai konsep materi
Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh

murid mengenai konsep materi
Meminta siswa megumpulkan LKS √
Membagikan kuisioner untuk
3 Penutup mengevaluasi usaha siswa dalam √
pebelajaran
Memberikan soal Posttest √

174
Langkah Model
No Aspek Observasi Ya Tidak
Pembelajaran
Memberikan informasi kepada siswa
mengenai topik atau materi yang nantinya √
akan dibahas pada pertemuan selanjutnya
Mengakhiri pelajaran dan mengucapkan

salam

Keterangan:
Ya = Kegiatan pembelajaran terlaksana skor satu (1)
Tidak = kegiatan pembelajaran tidak terlaksana skor nol (0)
Perhitungan:
skor yang diperoleh
Nilai aktivitas guru = jumlah skor maksimum ×100%
24
= 28 ×100%

= 85,7%

Samarinda, 13 Februari 2018

Observer

Diah Eka Puteri

NIM. 1305025028

175
LEMBAR OBSERVASI KEGIATAN GURU

Nama Sekolah : SMA Negeri 3 SAMARINDA


Kelas/Semester : XI MIPA 5/Genap
Pokok Bahasan : Larutan Penyangga
Pertemuan Ke- : Satu (I)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Hari/Tanggal : Selasa, 13 februari 2018
Berikan tanda ceklist (√) pada kolom yang sesuai dengan perilaku siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.

Langkah Model
No Aspek Observasi Ya Tidak
Pembelajaran
Mengucapkan salam √
Meminta ketua kelas memimpin berdoa √
Menanyakan presensi siswa √
Mempersiapkan siswa untuk belajar
1 Pendahuluan dengan memberikan motivasi, apersepsi, √
judul dan topik kepada siswa

Menyampaikan tujuan pembelajaran √


Membagi siswa menjadi beberapa

kelompok
Memberikan LKS kepada siswa √
Fase I
Menampilkan gambar pada powerpoint
Menyampaikan
dan meminta siswa untuk mengamati √
konteks
gambar yang ditampilkan
Bertanya tentang respon siswa terhadap
gambar yang telah ditampilkan dan √
Fase II
meminta siswa untuk bertanya
2. Menetapkan hasil
Meminta siswa untuk membuat
atau posisi
hipotesa/dugaan sementara dari √
pertanyaan yang telah diajukan siswa
Meminta siswa berdiskusi dengan
FASE III
kelompoknya masing-masing untuk
Mengekspose
mengemukakan konsep awal atau √
kepercayaan
jawaban sementara dari pertanyaan yang
dibuat oleh siswa

176
Langkah Model
No Aspek Observasi Ya Tidak
Pembelajaran
Meminta siswa untuk menguji gagasan
yang telah diperoleh dengan aktivitas √
penyelidikan.
Memberikan jawaban terkait gambar di

awal pembelajaran
Fase IV
Mengkonfron-
tasikan
Memberikan tantangan kepada siswa √
kepercayaan
(menimbulkan
konflik kognitif)
Fase V
Mengakomodasi Mengarahkan siswa mengumpulkan

konsep-konsep informasi

Meminta siswa untuk memperluas konsep


dengan menjawab pertanyaan dan diskusi √
antar kelompok
Fase VI
Menantang siswa untuk
Memperluas √
mempresentasikan hasil diskusinya
konsep-konsep
Memberikan kesempatan kepada siswa
lain untuk memberikan tanggapannya √
kepada kelompok yang presentasi
Memberi penegasan dan mulai
FASE VII menjelaskan materi sesuai dengan tujuan √
Penyelesaian yang ingin dicapai
(pengujian Meminta siswa mengaplikasikan konsep
masalah) baru atau mengajukan pertanyaan dalam √
diskusi kelas
Memberikan latihan soal kepada siswa

yang ada pada LKS masing-masing
FASE VIII
Memberikan kesempatan bagi siswa
Evaluasi
untuk bertanya bagi yang masih belum √
paham mengenai konsep materi
Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh

murid mengenai konsep materi
Meminta siswa megumpulkan LKS √
Membagikan kuisioner untuk
3 Penutup mengevaluasi usaha siswa dalam √
pebelajaran
Memberikan soal Posttest √

177
Langkah Model
No Aspek Observasi Ya Tidak
Pembelajaran
Memberikan informasi kepada siswa
mengenai topik atau materi yang nantinya √
akan dibahas pada pertemuan selanjutnya
Mengakhiri pelajaran dan mengucapkan

salam

Keterangan:
Ya = Kegiatan pembelajaran terlaksana skor satu (1)
Tidak = kegiatan pembelajaran tidak terlaksana skor nol (0)
Perhitungan:
skor yang diperoleh
Nilai aktivitas guru = jumlah skor maksimum ×100%
24
= 28 ×100%

= 85,7%

Samarinda, 13 Februari 2018

Observer

Vega Zulia Putri Adi


NIM. 1305025047

178
LEMBAR OBSERVASI KEGIATAN SISWA

Nama Sekolah : SMA Negeri 3 SAMARINDA


Kelas/Semester : XI/Genap
Pokok Bahasan : Larutan penyangga
Pertemuan Ke- : Satu (I)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Hari/Tanggal : Selasa, 13 Februari 2018
Berikan tanda ceklist (√) pada kolom yang sesuai dengan perilaku siswa selama proses

pembelajaran berlangsung.

Langkah Model
Pembelajaran
No Aspek Observasi 1 2 3 4 5
Perubahan
Konseptual
Menjawab salam √
Berdoa bersama √
Mengisi daftar hadir √
Mempersiapkan alat tulis,
1 Pendahuluan mendengarkan motivasi guru,

mendengarkan apersepsi, judul dan
topik pembelajaran
Mendengarkan tujuan pembelajaran

yang disampaikan guru
Duduk sesuai anggota kelompok √
Fase I Menerima LKS dari guru √
Menyampaikan mengamati gambar yang telah

konteks ditampilkan oleh guru
Menjawab pertanyaan guru dan
mengungkapkan pertanyaan yang

Fase II berkaitan dengan gambar yang
Menetapkan ditampilkan dislide
2.
hasil atau posisi Membuat hipotesa/dugaan sementara
dari pertanyaan yang telah diajukan √
siswa
FASE III Berdiskusi dengan kelompoknya
Mengekspose masing-masing untuk mengemukakan

kepercayaan konsep awal atau jawaban sementara
dari pertanyaan yang dibuat oleh siswa

179
Langkah Model
Pembelajaran
No Aspek Observasi 1 2 3 4 5
Perubahan
Konseptual
Menguji gagasan yang telah diperoleh

dengan aktivitas penyelidikan
Mendengarkan jawaban dari guru √
Fase IV
Mengkonfron- Membuka buku pelajaran sebagai
tasikan sumber informasi untuk mencari

kepercayaan jawaban dari tantangan yang ada.
(menimbulkan
konflik kognitif)
Fase V
Mengumpulkan informasi untuk
Mengakomodasi
memahami komposisi dan cara √
konsep-konsep
pembuatan larutan penyangga
Memperluas konsep dengan menjawab
pertanyaan yang ada di LKS dan √
Fase VI diskusi antar kelompok
Memperluas Mempresentasikan hasil diskusinya √
konsep-konsep
Bertanya kepada kelompok yang

presentasi
Mencatat penegasan materi dan
FASE VII memperhatikan penjelasan guru √
Penyelesaian melalui powerpoint.
(pengujian mengaplikasikan konsep baru atau
masalah) mengajukan pertanyaan dalam diskusi √
kelas.

mengerjakan LKS √
FASE VIII
Evaluasi
Bertanya mengenai materi yang belum

dipahami
Menyimak jawaban dari guru √
Megumpulkan LKS √
Mengisi kuisioner √
Mengerjakan soal posttest √
Mendengarkan informasi dari guru
3 Penutup
mengenai topik atau materi yang

nantinya akan dibahas pada pertemuan
selanjutnya
Menjawab salam √

180
Keterangan:

1 = Jika jumlah siswa melakukan 0-20 (%) = Sangat Kurang

2 = Jika jumlah siswa melakukan 21-40 (%) = Kurang

3 = Jika jumlah siswa melakukan 41-60 (%) = Cukup

4 = Jika jumlah siswa melakukan 61-80 (%) = Baik

5 = Jika jumlah siswa melakukan 81-100 (%) = Sangat Baik

Perhitungan:

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


Nilai aktivitas siswa = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 × 100 %

111
= 140 ×100%

= 79,3%

Samarinda, 13 Februari 2018

Observer

Diah Eka Puteri

NIM. 1305025028

181
LEMBAR OBSERVASI KEGIATAN SISWA

Nama Sekolah : SMA Negeri 3 SAMARINDA


Kelas/Semester : XI/Genap
Pokok Bahasan : Larutan penyangga
Pertemuan Ke- : Satu (I)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Hari/Tanggal : Selasa, 20 Februari 2018
Berikan tanda ceklist (√) pada kolom yang sesuai dengan perilaku siswa selama proses

pembelajaran berlangsung.

Langkah Model
Pembelajaran
No Aspek Observasi 1 2 3 4 5
Perubahan
Konseptual
Menjawab salam √
Berdoa bersama √
Mengisi daftar hadir √
Mempersiapkan alat tulis,
1 Pendahuluan mendengarkan motivasi guru,

mendengarkan apersepsi, judul dan
topik pembelajaran
Mendengarkan tujuan pembelajaran

yang disampaikan guru
Duduk sesuai anggota kelompok √
Fase I Menerima LKS dari guru √
Menyampaikan mengamati gambar yang telah

konteks ditampilkan oleh guru
Menjawab pertanyaan guru dan
mengungkapkan pertanyaan yang

Fase II berkaitan dengan gambar yang
Menetapkan ditampilkan dislide
2.
hasil atau posisi Membuat hipotesa/dugaan sementara
dari pertanyaan yang telah diajukan √
siswa
FASE III Berdiskusi dengan kelompoknya
Mengekspose masing-masing untuk mengemukakan

kepercayaan konsep awal atau jawaban sementara
dari pertanyaan yang dibuat oleh siswa

182
Langkah Model
Pembelajaran
No Aspek Observasi 1 2 3 4 5
Perubahan
Konseptual
Menguji gagasan yang telah diperoleh

dengan aktivitas penyelidikan
Mendengarkan jawaban dari guru √
Fase IV
Mengkonfron- Membuka buku pelajaran sebagai
tasikan sumber informasi untuk mencari

kepercayaan jawaban dari tantangan yang ada.
(menimbulkan
konflik kognitif)
Fase V
Mengumpulkan informasi untuk
Mengakomodasi
memahami komposisi dan cara √
konsep-konsep
pembuatan larutan penyangga
Memperluas konsep dengan menjawab
pertanyaan yang ada di LKS dan √
Fase VI diskusi antar kelompok
Memperluas Mempresentasikan hasil diskusinya √
konsep-konsep
Bertanya kepada kelompok yang

presentasi
Mencatat penegasan materi dan
FASE VII memperhatikan penjelasan guru √
Penyelesaian melalui powerpoint.
(pengujian mengaplikasikan konsep baru atau
masalah) mengajukan pertanyaan dalam diskusi √
kelas.

mengerjakan LKS √
FASE VIII
Evaluasi
Bertanya mengenai materi yang belum

dipahami
Menyimak jawaban dari guru √
Megumpulkan LKS √
Mengisi kuisioner √
Mengerjakan soal posttest √
Mendengarkan informasi dari guru
3 Penutup
mengenai topik atau materi yang

nantinya akan dibahas pada pertemuan
selanjutnya
Menjawab salam √

183
Keterangan:

1 = Jika jumlah siswa melakukan 0-20 (%) = Sangat Kurang

2 = Jika jumlah siswa melakukan 21-40 (%) = Kurang

3 = Jika jumlah siswa melakukan 41-60 (%) = Cukup

4 = Jika jumlah siswa melakukan 61-80 (%) = Baik

5 = Jika jumlah siswa melakukan 81-100 (%) = Sangat Baik

Perhitungan:

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


Nilai aktivitas siswa = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 × 100 %

112
= 140 ×100%

= 80%

Samarinda, 13 Februari 2018

Observer

Vega Zulia Putri Adi

NIM. 1305025047

184
Lampiran 35. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara

No. Pedoman wawancara Nomor


Pendapat siswa tentang model pembelajaran perubahan
1 1, 2, 3, dan 6
konseptual
2 Pendapat tentang LKS dan posttest 7, 8, 9 dan 11
3 Usaha siswa dalam belajar 4, 5 dan 12

184
185

Lampiran 36. Pedoman Wawancara Siswa


1. Apakah materi yang disampaikan guru berurutan/sistematis?
Jawaban:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………

2. Apakah cara mengajar guru membuat anda mudah memahami pelajaran?


Jawaban:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………

3. Apakah anda merasa terbebani dengan pemberian soal yang banyak dari guru saat
pembelajaran?
Jawaban:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………

4. Apakah dalam memahami maupun mengerjakan soal-soal yang diberikan


memerlukan usaha yang besar?
Jawaban:
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

5. Apakah isi lks membantu anda memahami materi selama pembelajaran?


Jawaban:
…………………………………………………………………………………
186

…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………

6. Apakah soal-soal di lks membantu anda memahami materi selama pembelajaran?


Jawaban:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………

7. Bagaimana waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal di lks? Cukup atau
kurang?
Jawaban:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………

8. Apakah soal-soal posttest yang diberikan dapat membantu mengasah


kemampuan berpikir anda?
Jawaban:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………

9. Bagaimana waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal posttest? Cukup atau
kurang?
Jawaban:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
187

10. Apakah soal postest yang diberikan guru termasuk mudah/sedang/sulit untuk
dikerjakan?
Jawaban:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………

11. Apakah pada proses diskusi kelompok yang anda lakukan dapat membantu anda
memahami materi?
Jawaban:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

12. Apakah anda sering bertanya kepada teman saat mengerjakan soal-soal yang
diberikan?
Jawaban:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
188

Lampiran 37. Hasil wawancara siswa

No. Pertanyaan Jawaban


1 Apakah materi yang Informan 1 : ”Iya berurutan, materi yang dijelaskan
disampaikan guru oleh guru bisa dipahami, lebih baik
berurutan/sistematis? lagi jika materi pertemuan sebelumnya
diulang kembali setiap pertemuan”
Informan 2 : “Iya sistematis”
Informan 3 : “Ya sistematis”
Informan 4 : “Sistematis”
Informan 5 : “Kurang sistematis, banyak teori membuat
saya kurang paham”
Informan 6 : “Cukup sistematis”
2 Apakah cara Informan 1 : “Iya, cara mengajar guru cukup membuat
mengajar guru saya memahami pelajaran, ketika
membuat anda pelajaran berlangsung paham materi
mudah memahami kemudian dipertemuan selanjutnya
pelajaran? sedikit lupa”
Informan 2 : “Mudah memahami pelajaran, karena
penjelasan guru simple dan mudah untuk
dipahami”
Informan 3 : “Ya, cukup membuat saya mudah
memahami pelajaran”
Informan 4 : “Cukup memahami pelajaran, maunya
cara singkat atau cepat, langsung ke poin
materi tidak perlu penjelasan yang terlalu
panjang”
Informan 5 : “Tidak memahami pelajaran”
Informan 6 : “Ya, karena guru menggunakan bahasa
penjelasan yang bisa dimengerti”
3 Apakah anda merasa Informan 1 : ”Tidak merasa terbebani, justru dengan
terbebani dengan pemberian soal yang banyak dari guru
pemberian soal yang membuat saya mudah memahami materi
banyak dari guru saat yang diajarkan”
pembelajaran? Informan 2 : “Sedikit terbebani, karena waktu yang
disediakan kurang mencukupi”
Informan 3 : “Sedikit terbebani”
Informan 4 : “saya senang dengan soal-soal yang
diberikan, karena membantu saya
memahami materi”
189

No. Pertanyaan Jawaban


Informan 5 : “Tidak terbebani, saya suka diberi soal
ketika pembelajaran”
Informan 6 : “Ya saya cukup terbebani, jumlah soal
terlalu banyak”
4 Apakah dalam Informan 1 : “Dalam memahami maupun mengerjakan
memahami maupun soal-soal cukup memerlukan usaha,
mengerjakan soal- karena kurang memahami soal-soal yang
soal yang diberikan diberikan”
memerlukan usaha Informan 2 : “Tidak membutuhkan usaha yang besar,
yang besar? karena soal yang diberikan mirip dengan
soal pada contoh”
Informan 3 : “Ya, cukup memerlukan usaha, karena
banyak soal yang harus dianalisis”
Informan 4 : “Cukup memerlukan usaha, tetapi bisa
bertanya kepada teman jadi bisa diatasi”
Informan 5 : “Sedang, karena saya bisa mengerjakan
soal-soal yang diberikan”
Informan 6 : “Tidak”
5 Apakah isi LKS Informan 1 : “Iya, Isi LKS yang diberikan guru
membantu anda membantu saya memahami materi dan
memahami materi sangat dibutuhkan selama pembelajaran
selama berlangsung”
pembelajaran? Informan 2 : “Iya, karena yang disampaikan membantu
sekali dan contoh soal di LKS berkaitan
dengan soal selanjutnya”
Informan 3 : “Ya, Isi LKS yang diberikan membantu
saya dan gambar yang ditampilkan
menarik”
Informan 4 : “Kurang membantu”
Informan 5 : “Tidak”
Informan 6 : “Ya membantu saya, karena guru
membuat gambar-gambar yang
berhubungan dengan materi”
6 Apakah soal-soal di Informan 1 : “Iya, Soal-soal di LKS yang diberikan
LKS membantu anda guru membantu saya memahami materi
memahami materi sehingga saya tau caranya dan mudah
selama dalam mengerjakan soal-soal”
pembelajaran?
190

No. Pertanyaan Jawaban


Informan 2 : “Sedikit membantu, karena soal-soal di
LKS memiliki pola yang sama dengan soal
post tes”
Informan 3 : “Cukup Membantu saya dalam memahami
materi”
Informan 4 : “Ya membantu, soalnya termasuk sedang
sehingga membuat saya mudah
memahami materi”
Informan 5 : “Tidak”
Informan 6 : “Kurang membantu, karena jumlah soal
terlalu banyak, tingkat kesulitannya tinggi
dan waktu yang diberikan sedikit”
7 Bagaimana waktu Informan 1 : “Sangat cukup waktu yang diberikan untuk
yang diberikan untuk mengerjakan soal di LKS”
mengerjakan soal di Informan 2 : “Kurang, waktu yang diberikan sedikit
lks? Cukup atau karena ada beberapa soal yang perlu
kurang? dianalisis dulu“
Informan 3 : “waktunya kurang banget, Soal yang
dikasih banyak”
Informan 4 : “Menurut saya waktu yang diberikan
cukup”
Informan 5 : “Cukup saja”
Informan 6 : “Menurut saya waktu yang dberikan
kurang”
8 Apakah soal-soal Informan 1 : ”Ya, soal-soal post tes yang diberikan
posttest yang membantu mengasah kemampuan
diberikan dapat berpikir saya, karena tingkat kesulitan
membantu mengasah soal yang tinggi”
kemampuan berpikir Informan 2 : “iya membantu, karena soal-soalnya
anda? berkaitan dengan yang di LKS dan
tingkat kesulitan berbeda pada tiap
jenjang”
Informan 3 : “Membantu, tapi waktunya yang diberikan
untuk mengerjakan kurang”
Informan 4 : “Ya, membantu saya mengasah
kemampuan berpikir saya dalam
mengerjakan soal”
Informan 5 : “Sedikit membantu mengasah kemampuan
berpikir saya”
191

No. Pertanyaan Jawaban


Informan 6 : “Membantu saya mengasah kemampuan
berpikir karena soal post tes bervariasi
dan harus dianalisis”
9 Bagaimana waktu Informan 1 : “Waktu yang diberikan untuk mengerjakan
yang diberikan untuk soal post tes kurang, meskipun soal nya
mengerjakan soal mudah tetapi cara mengerjakannya
posttest? Cukup atau banyak sehingga membutuhkan waktu
kurang? yang lebih lama lagi”
Informan 2 : “Kurang, waktu yang diberikan hanya
sedikit, sedangkan banyak soal
yang bercabang”
Informan 3 : “Soal post tes termasuk sedang, punya
level kesulitan yang cukup”
Informan 4 : “Menurut saya waktunya kurang untuk
mengerjakan soal post tes, butuh waktu
sekitar 1 jam”
Informan 5 : “Menurut saya cukup saja, tergantung
pemahaman saya pada materi yang
diajarkan”
Informan 6 : “Waktunya kurang untuk mengerjakan
soal post tes”
10 Apakah soal postest Informan 1 : “Soal post tes yang diberikan termasuk
yang diberikan guru sedang, jadi tidak membutuhkan banyak
termasuk usaha atau usaha yang besar”
mudah/sedang/sulit Informan 2 : “Soal yang diberikan bervariasi, soal-soal
untuk dikerjakan? awal bisa dengan mudah untuk
dikerjakan tetapi soal-soal terakhir
butuh analisis dan tingkatnnya cukup
sulit”
Informan 3 : “Soal post tes nya termasuk sedang untuk
saya kerjakan”
Informan 4 : “Soal post tes nya termasuk mudah saja,
tergantung saya memahami materinya”
Informan 5 : “Tingkat kesulitan soalnya termasuk
sedang untuk saya kerjakan”
Informan 6 : “Soal post tes termasuk sulit untuk
dikerjakan”
11 Apakah pada proses Informan 1 : “Proses diskusi yang dilakukan kurang
diskusi kelompok membantu, tergantung teman
192

No. Pertanyaan Jawaban


yang anda lakukan sekelompok aktif atau tidak, karena
dapat membantu terkadang teman sekelompok fokusnya ke
anda memahami yang lain-lain”
materi? Informan 2 : “Ya, karena bisa dapat pengetahuan lain
dari teman pada proses diskusi
kelompok”
Informan 3 : “Membantu, karena banyak anggota
kelompok yang dapat membantu saya
jika ada konsep yang tidak dimengerti”
Informan 4 : “Membantu, teman-teman sekelompok
oke, dan saya sendiri terlibat dalam
mengerjakan soal yang diminta guru
untuk didiskusikan”
Informan 5 : “Tidak membantu, kadang teman
sekelompok sibuk masing-masing”
Informan 6 : “Terkadang membantu memahami, karena
kadang anggota kelompok bisa diajak
bekerja sama”
12 Apakah anda sering Informan 1 : “Kalau saya lebih mengandalkan usaha
bertanya kepada sendiri dalam mengerjakan soal-soal
teman saat yang diberikan”
mengerjakan soal- Informan 2 : “Lebih mengandalkan usaha sendiri,
soal yang diberikan? tetapi terkadang bertanya pada teman
sesekali”
Informan 3 : “Ya, lebih sering bertanya karena ragu
dengan jawaban sendiri”
Informan 4 : “Lebih mengandalkan diri sendiri, tetapi
sesekali bertanya kepada teman”
Informan 5 : “Cukup sering bertanya kepada teman
saat mengerjakan soal”
Informan 6 : “Ya, saya sering bertanya kepada teman”
193

Lampiran 38. Dokumentasi


194

Lampiran 40. Surat Keterangan Melakukan Penelitian

Anda mungkin juga menyukai