Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN

KEMAMPUAN PERSONAL SOSIAL ANAK USIA 4-5 TAHUN


DI TK RADEN FATAH DESA PANIMBANG
KECAMATAN CIMANGGU
KABUPATEN CILACAP

OUTLINE

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan


Program Pendidikan S1 Keperawatan

Disusun oleh :
BAKTI WIDYANARTI
NIM : 4002180041

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERA BANJAR


JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2020
OUTLINE

Nama : Bakti Widyanarti


NPM : 4002180041
I. Masalah penelitian

Pada dasarnya pola asuh orang tua terhadap anak adalah mempertahankan

kehidupan fisik anak dan meningkatkan kesehatannya, memfasilitasi anak untuk

mengembangkan kemampuan sejalan dengan tahapan perkembangannya dan

mendorong peningkatan kemampuan berperilaku sesuai dengan nilai agama dan

budaya yang diyakininya (Supartini, 2013). Djamarah, (2013) mengatakan bahwa

pola asuh orang tua dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Karena anak

telah belajar banyak hal dari sikap dan perilaku yang didemonstrasikan oleh

orang tuanya. Efek negative dari sikap dan perilaku orang tua dapat berdampak

pada anak. Semua sikap dan perilaku anak yang telah dipolesi dengan sifat-sifat

tersebut diatas diakui dipengaruhi oleh pola pendidikan dalam keluarga dengan

kata lain, pola asuh orang tua mempengaruhi perkembangan jiwa anak.

II. Keilmuan

Ilmu Keperawatan Anak

III. Judul penelitian

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN

KEMAMPUAN PERSONAL SOSIAL ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TK

RADEN FATAH DESA PANIMBANG KECAMATAN CIMANGGU

KABUPATEN CILACAP.
IV. Latar belakang

Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana seseorang

yang sudah berkeluarga sangat berharap mempunyai anak. Jika anak dalam

keadaan sehat, orang tuapun senang, bangga dan bahagia. Suatu perjalanan hidup

yang harus dilalui oleh seorang anak adalah tumbuh dan berkembangnya.

Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan

perkembangan adalah segala perubahan yang terjadi pada anak baik secara fisik,

kognitif, emosi maupun psikofaktor (Soetjiningsih, 2012).

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, dimana

pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan

perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan

berbahasa, kreativitas, kesadaran faktor, emosional dan intelegensia berjalan

sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Dalam pada

fase ini juga berada pada fase anal dimana anak mulai mampu untuk mengontrol

buang air besar dan buang air kecil (Singgih, 2011).

Lima tahun pertama kehidupan bagi seorang anak merupakan letak dasar

bagi terpenuhinya segala kebutuhan fisik, maupun psikis di awal

perkembangannya, diramalkan akan dapat melaksanakan tugas-tugas

perkembangan selanjutnya. Pada masa ini juga disebut-sebut sebagai masa

keemasan (golden age) dalam perkembangan seorang anak, sebab diusia ini anak

mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan (Hurlock, 2013).

Setiap individu hidup akan melalui tahapan pertumbuhan dan

perkembangan, yaitu sejak masa embrio sampai akhir hayatnya mengalami


perubahan ke arah peningkatan baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara

perkembangan. Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel pada

saat membelah diri dan mensintesis protein baru. Perkembangan adalah

perubahan dan perluasan secara bertahap, perkembangan tahap kompleksitas dari

yang lebih rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas

seseorang melalui pertumbuhan, maturasi serta pembelajaran. Jadi, pertumbuhan

berkaitan dengan kuantitas fisik individu anak. Sedangkan perkembangan adalah

suatu proses yang terjadi secara simultan dengan pertumbuhan yang

menghasilkan kualitas individu untuk berfungsi, yang dihasilkan melalui proses

pematangan dan proses belajar dari lingkungannya (Supartini, 2012).

Terdapat berbagai pandangan tentang teori pertumbuhan dan perkembangan

anak diantaranya teori perkembangan yang membahas proses perkembangan

anak dalam lima tahapan perkembangan psikofaktor yaitu percaya versus tidak

percaya (0 sampai 1 tahun), otonomi versus rasa malu dan keraguan (1 sampai 3

tahun), inisiatif versus rasa bersalah (3 sampai 6 tahun), industri versus

inferioritas (6 sampai 12 tahun), dan identitas versus kebingungan peran (12

sampai 18 tahun). Tumbuh kembang anak terdiri dari beberapa tahapan dan tiap-

tiap tahapan mempunyai ciri tersendiri. Salah satu tahapan tumbuh kembang anak

adalah usia prasekolah (3 sampai 6 tahun) (Wong, 2011).

Anak pada usia prasekolah memiliki pribadi unik yang merupakan titik awal

tahap perkembangan manusia mulai mengenal lingkungan luar selain keluarga.

Perkembangan anak menurut Frankerburg, (1981) dalam Supartini, (2013)

terdapat empat perkembangan anak balita yaitu kepribadian atau tingkah laku
faktor (Personal sosial, motorik halus (fine motor adaptive), Motorik kasar

(gross motor), dan Bahasa (Language).

Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha

dengan diri sendiri. Sedangkan kemampuan personal sosial (perilaku sosial)

adalah kemampuam seorang anak yang berhubungan dengan kemampuan

mandiri seperti memakai baju sendiri, pergi ke toilet sendiri, berfaktorisasi dan

berinteraksi dengan lingkungannya. Perlakuan orang tua terhadap anak akan

mempengaruhi sikap anak dan perilakunya. Dalam proses penerapan pola asuh

pada anak tidak terlepas dari berbagai unsur antara lain dalam hal disiplin

dirumah, penetapan hukuman, adanya toleransi terhadap keinginan anak dan

dalam hal pengambilan keputusan. Dalam mengasuh anak orang tua cenderung

menggunaka pola asuh tertentu. Kemampuan personal sosial ini akan dipengaruhi

oleh pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anak, apabila pola asuh yang

diterapkan orang tua baik maka kemampuan personal sosia anak akan bersifat

positif (Maryunani, 2013).

Pola asuh orang tua merupakan segala sesuatu yang dilakukan orang tua

untuk membentuk perilaku anak-anak mereka meliputi semua peringatan dan

aturan, pengajaran dan perencanaan, contoh dan kasih sayang serta pujian dan

hukuman. Dalam mendidik dan membimbing anak merupakan pencerminan dan

karakteristik tersendiri dari orang tuanya yang dapat mempengaruhi pola sikap

anak dikemudian hari (Seftiansyah, 2012).

Menurut Hurlock, (2013) Jenis pola asuh ada 3 macam yaitu pola asuh

otoriter, pola asuh permisif, pola asuh demokratis. Ciri-ciri pola asuh otoriter
harus tunduk dan patuh pada kehendak orang tua, sering memberikan hukuman

fisik, sedangkan pola asuh demokratis memiliki ciri-ciri anak diberi kesempatan

untuk mandiri dan anak turut dilibatkan dalam pengambilan keputusan, Pola asuh

permisif memiliki ciri-ciri kontrol orang tua kurang, bersifat longgar atau bebas.

Walaupun dapat didasari bahwa tidak ada orang tua yang menerapkan salah satu

tipe pola asuh secara mutlak, tapi biasanya orang tua menerapkan salah satu pola

asuh yang paling dominan terhadap anak-anaknya. Dengan demikian pola asuh

orang tua memegang peranan penting pada seorang anak dalam bersikap dan

berperilaku dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Adapun faktor yang

mempengaruhi pola asuh antara lain usia orang tua, keteribatan ayah dan

pendidikan orang tua. Faktor lainnya orang tua yang telah memiliki pengalaman,

jumlah stress yang dialami orang tua dan karakteristik khusus bayi seperti

temperamen yang sulit.

Penelitian yang dilakukan Seftiansyah, (2012) tentang masalah faktor yang

dilakukan di Yogakarta, bahwa anak usia prasekolah membutuhkan perhatian

khusus dalam hal asuhan karena pada usia ini anak mulai belajar bernegosiasi,

kompromi, bekerjasama, dan melakukan eksplorasi mengembangkan berbagai

ide. Hal ini juga sangat berpengaruh dalam perkembangan fungsi kognitif,

akademik dan emosi anak.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis DI tk Raden

Fatah dengan metode wawancara didapat keterangan dari dua orang guru bahwa

melalui taman kanak-kanak, anak belajar berfaktorisasi, belajar mandiri,

menghadapi masalah, berinteraksi dengan sesama teman dan sebagainya sebagai


modal utama bagi anak untuk memasuki dunia yang lebih kompleks dan luas.

Melalui observasi awal siswa yang sudah mampu beradaptasi dimana mereka

ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar, siswa tidak mampu beradaptasi

seperti menghindar dan menangis ketika sedang bermain dengan teman-

temannya dan tidak ingin lepas dari orang tuanya. Berdasarkan hasil wawancara

dengan 5 orang tua, 3 orang tua menerapkan pola asuh yang demokratis yang

ditandai dengan orangtua menjelaskan pada anak tentang perbuatan baik dan

perbuatan buruk, agar anak dapat menentukan perbuatan mana yang akan ia pilih.

Namun masih terdapat 1 orang tua menerapkan pola asuh otoriter yaitu semua

keputusan berada di tangan orang tua dan 1 orang tua menerapkan pola asuh

permisif terhadap anak-anaknya yaitu dengan memperbolehkan anak untuk

bergaul dengan siapapun.

Berdasarkan literature yang sudah dijelaskan sebelumnya ditambah hasil

studi pendahuluan yang diperoleh oleh penulis, maka penulis tertarik untuk

mengetahui hubungan antara tipe pola asuh orang tua dengan kemampuan personal

sosial anak usia 4-5 tahun di TK Raden Fatah Desa Panimbang Kecamatan

Cimanggu Kabupaten Cilacap.

V. Tujuan

1. Tujuan umum

Tujuan umum yang ingin penulis capai melalui penelitian ini adalah

untuk mengetahui hubungan antara tipe pola asuh orang tua dengan

kemampuan personal sosial anak usia 4-5 tahun di TK Raden Fatah Desa

Panimbang Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap.


2. Tujuan khusus

a. Untuk mengidentifikasi tipe pola asuh orang tua di TK Raden Fatah

Desa Panimbang Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap.

b. Untuk mengidentifikasi kemampuan personal sosial anak usia 4-5 tahun

di TK Raden Fatah Desa Panimbang Kecamatan Cimanggu Kabupaten

Cilacap.

c. Untuk menganalisis Hubungan antara tipe pola asuh orang tua dengan

kemampuan personal sosial anak usia 4-5 tahun di TK Raden Fatah

Desa Panimbang Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap.

I. Metode penelitian

a. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yaitu metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

tertentu (Sugiyono, 2011). Penelitian ini menggunakan desain analitik

korelational. Penelitian korelational merupakan tipe penelitian dengan

karakteristik masalah berupa hubungan atau korelasional dua variabel atau

lebih. Peneliti dapat mencari, menjelaskan hubungan, memperkirakan, dan

menguji berdasarkan teori yang ada (Dharma, 2011).

b. Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kuantitatif.


c. Populasi dan sampel

 Populasi

Sugiono, (2011) membrikan pengertian, bahwa “Populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Berdasarkan

pengertian ini, dapat ditentukan, bahwa populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh orangtua dan anak usia 4-5 tahun di TK Raden Fatah

Desa Panimbang Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap yang

berjumlah ….. orang. Merekalah yang akan menjadi responden untuk

memberikan tanggapan dan keterangan sehubungan dengan

permasalahan penelitian.

 Sampel

Arikunto, (2012) mengemukakan, bahwa “Sampel adalah bagian dari

populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti)”. Teknik

pengambilan sampel penelitian ini menggunakan random sampling.

Besarnya sampel berdasarkan teknik ini, dikemukakan Arikunto, (2012)

sebagai berikut “Untuk sekadar ancer-ancer, apabila jumlah subjek

yang diteliti kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya, sehingga

penelitiannya disebut penelitian populasi. Sementara, apabila lebih dari

itu, peneliti dapat mengambil 10-15%, 20-25%, atau lebih, sehingga

penelitiannya disebut penelitian sampel.


d. Rencana analisa

1) Analisa Univariat

Pada umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan

prosentase dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2015) dengan rumus :

X
P x 100%
N

Keterangan

P = Prosentase

X = Kriteria hasil observasi

N = Jumlah responden

2) Analisa Bivariat

Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel

yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Analisis bivariat

menggunakan uji statistik yang sesuai dengan tujuan penelitian dan

skala data yang ada. Untuk menentukan hubungan antara variabel

independent dengan variabel dependen dilakukan dengan uji statistik

Chi - Square atau chi kuadrat (x2) adalah suatu tehnik statistik yang

digunakan untuk menguji perbedaan dua kelompok atau lebih. Bila

data penelitian berbentuk maupun ordinal (Arikunto, 2012), dengan

tingkat kesalahan yang dilakukan digunakan adalah x = 0,05

sedangkan prevalen ratio yang digunakan coviden interval ( cs ) adalah

95 %. Adapun rumus Chi Square dalam penelitian ini adalah:


2
(𝑓𝑜 − 𝑓ℎ)2
𝑋 =∑
𝑓ℎ

Keterangan :

² : Chi-square

fo : Frekuensi yang diobservasi/diperoleh, baik melalui pengamatan

maupun hasil kuesioner.

fh : Frekuensi yang diharapkan.

Ketentuannya adalah sebagai berikut :

Ho : Tidak ada hubungan antara tipe pola asuh orang tua dengan

kemampuan personal sosial anak usia 4-5 tahun di TK Raden

Fatah Desa Panimbang Kecamatan Cimanggu Kabupaten

Cilacap.

Ha : Ada hubungan antara tipe pola asuh orang tua dengan

kemampuan personal sosial anak usia 4-5 tahun di TK Raden

Fatah Desa Panimbang Kecamatan Cimanggu Kabupaten

Cilacap.

Anda mungkin juga menyukai