Anda di halaman 1dari 33

TUGAS BESAR

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL


BANGUNAN DERMAGA TENGAH

Disusun Oleh :

Dimas Rizki Hakikah (1117020031)


Ema Khoirunisa Ovilia (1117020033)
Nuhjatul Fuadi (1117020071)

Dosen Pengajar
Andi Indianto, Drs, S.T., M.T.
NIP 196109281987031002

JURUSAN TEKNIK SIPIL


PROGRAM STUDI KONSTRUKSI SIPIL
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas besar mata kuliah konstruksi bangunan sipil tentang bangunan
dermaga tengah. Dalam makalah ini, pemakalah membahas dan melaporkan hasil
kegiatan survey yang telah dilakukan ke dermaga tengah yang berada di Pelabuhan
Sunda Kelapa mulai dari bangunan pelengkap dermaga, menganalisa kelayakan
dari suatu dermaga, menganalisa kerusakan yang terjadi pada bangunan tersebut
serta membandingkan antara teori yang di dapat dengan kondisi di lapangan.

Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberikan informasi dan


membuka wawasan pembaca, khususnya mahasiswa mengenai bangunan dermaga
tengah dan mengetahui kerusakan yang mungkin terjadi pada suatu dermaga serta
mengetahui solusi untuk mengatasi kerusakan tersebut. Sehingga pembaca dan
mahasiswa dapat mengetahui standar keamanan dan kelayakan dalam merancang
suatu dermaga.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu kami dalam mengerjakan makalah ini sehingga dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.

Kami sebagai penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada


makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat membawa pemahaman
dan pengetahuan bagi kita semua tentang suatu bangunan dermaga tengah.

Depok, 28 Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dermaga adalah bangunan ditepi laut (sungai, danau, laut) yang berfungsi
untuk merapat dan menambat kapal guna melakukan bongkar muat barang dan
menaik-turunkan penumpang.

Dermaga dapat dibedakan menjadi 2(dua) tipe yaitu wharf atau quari.
Wharf atau dermaga tepi adalah dermaga yang dibuat sejajar pantai dan dapat
dibuat berimpit dengan garis pantai atau agak menjorok ke laut, bentuk struktur
dermaga tepi dibagi menjadi dua antara lain, dermaga konstruksi terbuka dan
dermaga konstruksi tertutup. Sedangkan, Jetty atau pier atau dermaga tengah
adalah dermaga yang dibuat agak menjorok ke tengah laut. Pier dapat
digunakan untuk merapatkan kapal pada satu sisi maupun pada kedua sisinya.

Semua konstruksi dermaga yang dibangun harus dapat didukung oleh


suatu pondasi, kesalahan dalam perencanaan pondasi akan mengakibatkan
runtuhnya dermaga karena pondasi tidak dapat menahan gaya yang berasal dari
konstruksi dermaga.

Di Jakarta terdapat dua dermaga, salah satunya yaitu Dermaga Pelabuhan


Sunda Kelapa. Agar bisa mengetahui apakah dermaga tersebut sudah memenuhi
standar kelayakan suatu dermaga, yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu
mengenai jetty atau pier atau dermaga tengah. Survey yang dilakukan yaitu
pada salah satu dermaga tengah yang berada di Pelabuhan Sunda Kelapa.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakag di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana keadan Pelabuhan Sunda Kelapa? Apakah sudah memenuhi
standar kelayakan?
2. Bagaimana syarat untuk standar kelayakan suatu dermaga tengah ?

1.3 Tujuan
Survey dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui keadaan dermaga tengah pada Dermaga Sunda Kelapa
2. Memberi informasi mengenai syarat untuk standar kelayakan suatu dermaga
tengah

1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari pembuatan makalah ini antara lain:
1. Mengetahui kelayakan dari dermaga tengah Sunda Kelapa
2. Menambah pengetahuan mengenai standar kelayakan suatu dermaga tengah
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Sejarah Sunda Kelapa


Sunda Kelapa adalah nama sebuah pelabuhan dan tempat sekitarnya
di Jakarta, Indonesia. Pelabuhan ini terletak di kelurahan Penjaringan,
kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan
salah satu pelabuhan tertua yang ada di Indonesia dan merupakan cikal
bakal terbentuknya kota Jakarta. Pelabuhan ini sempat berganti nama
beberapa kali namun berdasar SK Gubernur DKI Jakarta tanggal 6 Maret
1974 nama Sunda Kelapa ditetapkan sebagai nama resmi pelabuhan ini.
Pelabuhan Sunda Kelapa sejatinya sudah ada sejak abad ke-5 dan
merupakan pelabuhan yang berada dibawah kepemilikan Kerajaan
Tarumanegara. Namun pada abad ke-12 berpindah tangan menjadi milik
Kerajaan Sunda.
Sejak Kerajaan Sunda berhasil menguasai pelabuhan ini, Pelabuhan
Sunda Kelapa berhasil berkembang menjadi salah satu pelabuhan penting
yang ada di pulau Jawa, mengingat lokasinya yang cukup strategis.

Masa Hindu – Budha


Menurut penulis Portugis Tomé Pires, Kalapa adalah pelabuhan
terbesar di Jawa Barat, selain Sunda (Banten), Pintang, CIgede, Tamgara
dan Cimanuk yang juga dimiliki Pajajaran Sunda Kelapa yang dalam teks
ini disbeut Kapala dianggap pelabuhan yang terpenting karena dapat
ditempuh dari ibu kota kerajaan yang disebut dengan nama Dayo (dalam
bahasa Sunda modernL dayeuh yang berarti kota) dalam tempo dua hari.
Pelabuhan ini telah dipakai sejak zaman Tarumanagara dan
diperkirakan sudah ada sejak abad ke-5 dan saat itu disebut Sundapura. Pada
abad ke-12, pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk milik
Kerajaan Sunda, yang memiliki ibukota di Pakuan Pajajaran atau Pajajaran
yang saat ini menjadi Kota Bogor. Kapal-kapal asing yang berasal dari
Tiongkok, Jepang, India selatan, dan Timur Tengah sudah berlabuh di
pelabuhan ini membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, kail,
wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat warna untuk ditukar dengan rempah-
rempah yang menjadi komoditas dagang saat itu.

Masa Islam dan Awal Kolonialisme Barat


Pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, para penjelajah eropa
mulai berlayar mengunjungi sudut-sudut dunia. Bangsa Portugis berlayar ke
Asia dan pada tahun 1511, mereka bahkan bias merebut kota pelabuhan
Malaka, di Semenanjung Malaka, Malaka dijadikan basis untuk
penjelajahan lebih lanjut di Asia Tenggara dan Asia Timur.
Tome Pires, salah seorang penjelajah Portugis, mengunjungi
pelabuhan-pelabuhan di pantai utara Pulau jawa antara tahun 1512 dan
1515. Ia menggambarkan bahwa pelabuhan Sunda Kelapa ramai disinggahi
pedagang-pedangan dan pelau dari luar seperti dari Sumatra, Malaka,
Sulawesi Selatan, Jawa dan Madura. Menurut laporan tersebut, di Sunda
Kelapa banyak diperdagangkan lada, beras, asam, hewan potong, emas,
sayuran serta buah-buahan.
Laporan Portugis menjelaskan bahwa Sunda Kelapa terbuhur
sepanjang satu atau dua kilometer di atas potongan-potongan tanah sempit
yang dibersihkan di kedua tepi sungai Ciliwung. Tempat ini ada di dekat
muaranya yang terletak di teluk yang terlindungi oleh beberapa buah pulau.
Sungainya memungkinkan untuk dimasuki 10 kapal dagan yang masing-
masing memiliki kapasitas sekitar 100 ton. Kapal-kapal tersebut umumnya
dimiliki oleh orang-orang Melayu, Jepang dan Tionghoa. Disamping itu ada
pula kapal-kapal dari daerah yang sekarang disebut Indonesia Timur.
Sementara itu kapal-kapal Portugis dari tipe kecil yang memiliki kapasitas
muat antara 500 – 1.000 ton harus berlabuh di depat pantai. Tome Pires juga
menyatakan bahwa barang-barang komoditas dagang Sunda diangkut
dengan lanchara, yaitu semacam kapal yang muatannya sampai kurang lebih
150 ton.
Lalu pada tahun 1522 Gubernur Alfonso dÁlbuquerque yang
berkedudukan di Malaka mengutus Henrique Leme untuk menghadiri
undangan raja Sunda untuk membangun benteng keamanan di Sunda
Kalapa untuk melawan orang-orang Cirebon yang bersifat ekspansif.
Sementara itu kerajaan Demak sudah menjadi pusat kekuatan politik Islam.
Orang-orang Muslim ini pada awalnya adalah pendatang dari Jawad an
diantaranya merupakan keturunan Arab.
Maka pada tanggal 21 Agustus 1522 dibuatlah suatu perjanjian yang
menyebutkan bahwa orang Portugis akan membuat loji (perkantoran dan
perumahan yang dilekngkapi benteng) di Sunda Kalapa, sedangkan Sunda
Kalapa akan menerima barang-barang yang diperlukan. Raja Sunda akan
memberikan kepada orang-orang Portugis 1.000 keranjang lada sebagai
tanda persahabatan. Sebuah batu peringatan atau padraõ dibuat untuk
memperingati peristiwa itu, Padraõ dimaksud disebut sebagai laying salaka
domas dalam cerita rakyat Sunda Mundinglaya Dikusumah, Padraõ itu
ditemukan kembali pada tahun 1918 di sudut Prinsentraat (Jalan Cengkeh)
dan Groenestraat (Jalan Nelayan Timur) di Jakarta.
Kerajaan Demak menganggap perjanjian persahabatan Sunda -
Portugal tersebut sebagai sebuah provokasi dan suatu ancaman baginya.
Lantas Demak menugaskan Fatahillah untuk mengusir Portugis sekaligus
merebut kota ini. Maka pada tanggal 22 Juni 1527, pasukan gabungan
Demak - Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) merebut
Sunda Kelapa. Tragedi tanggal 22 Juni inilah yang hingga kini selalu
dirayakan sebagai hari jadi kota Jakarta. Sejak saat itu nama Sunda Kelapa
diganti menjadi Jayakarta. Nama ini biasanya diterjemahkan sebagai
kota kemenangan atau kota kejayaan, namun sejatinya artinya ialah "
kemenangan yang diraih oleh sebuah perbuatan atau usaha" dari Bahasa
Sansekerta, Jayakarta (Dewanagari जयकत).
Masa Kolonialisme Belanda
Kekuasaan Demak di Jayakarta tidak berlangsung lama. Pada akhir
abad ke-16, bangsa Belanda mulai menjelajahi dunia dan mencari jalan
ke timur. Mereka menugaskan Cornelis de Houtman untuk berlayar ke
daerah yang sekarang disebut Indonesia. Eskspedisinya walaupun biayanya
tinggi dianggap berhasil dan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC)
didirikan. Dalam mencari rempah-rempah di Asia Tenggara, mereka
memerlukan basis pula. Maka dalam perkembangan selanjutnya pada
tanggal 30 Mei 1619, Jayakarta direbut Belanda di bawah pimpinan Jan
Pieterszoon Coen yang sekaligus memusnahkannya. Di atas puing-puing
Jayakarta didirikan sebuah kota baru. J.P. Coen pada awalnya ingin
menamai kota ini Nieuw Hoorn (Hoorn Baru), sesuai kota asalnya Hoorn di
Belanda, tetapi akhirnya dipilih nama Batavia. Nama ini adalah nama
sebuah suku Keltik yang pernah tinggal di wilayah negeri Belanda dewasa
ini pada zaman Romawi.
Menurut catatan sejarah, pelabuhan Sunda Kelapa pada masa awal
ini dibangun dengan kanal sepanjang 810 meter. Pada tahun 1817,
pemerintah Belanda memperbesarnya menjadi 1.825 meter. Setelah
zaman kemerdekaan, dilakukan rehabilitasi sehingga pelabuhan ini
memiliki kanal sepanjang 3.250 meter yang dapat menampung 70 perahu
layar dengan sistem susun sirih.

Abad ke- 19
Sekitar tahun 1859, Sunda Kalapa sudah tidak seramai masa-masa
sebelumnya. Akibat pendangkalan, kapal-kapal tidak lagi dapat
bersandar di dekat pelabuhan sehingga barang-barang dari tengah laut
harus diangkut dengan perahu-perahu. Kota Batavia saat itu sebenarnya
sedang mengalami percepatan dan sentuhan modern (modernisasi), apalagi
sejak dibukanya Terusan Suez pada 1869 yang mempersingkat jarak tempuh
berkat kemampuan kapal-kapal uap yang lebih laju meningkatkan arus
pelayaran antar samudera. Selain itu Batavia juga bersaing dengan
Singapura yang dibangun Raffles sekitar tahun 1819.
Maka dibangunlah pelabuhan samudera Tanjung Priok, yang
jaraknya sekitar 15 km ke timur dari Sunda Kelapa untuk menggantikannya.
Hampir bersamaan dengan itu dibangun jalan kereta api pertama (1873)
antara Batavia - Buitenzorg (Bogor). Empat tahun sebelumnya (1869)
muncul trem berkuda yang ditarik empat ekor kuda, yang diberi besi di
bagian mulutnya.
Selain itu pada pertengahan abad ke-19 seluruh kawasan sekitar
Menara Syahbandar yang ditinggali para elit Belanda dan Eropa menjadi
tidak sehat. Dan segera sesudah wilayah sekeliling Batavia bebas dari
ancaman binatang buas dan gerombolan budak pelarian, banyak orang
Sunda Kalapa berpindah ke wilayah selatan.

Abad ke- 20
Pada masa pendudukan oleh bala tentara Dai Nippon yang mulai
pada tahun 1942, Batavia diubah namanya menjadi Jakarta. Setelah bala
tentara Dai Nippon keluar pada tahun 1945, nama ini tetap dipakai oleh
Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. Kemudian pada masa
Orde Baru, nama Sunda Kelapa dipakai kembali. Berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.D.IV a.4/3/74 tanggal 6 Maret
1974, nama Sunda Kelapa dipakai lagi secara resmi sebagai nama
pelabuhan. Pelabuhan ini juga biasa disebut Pasar Ikan karena di situ
terdapat pasar ikan yang besar.

Sunda Kelapa Masa Kini


Pada saat ini Pelabuhan Sunda Kelapa direncanakan menjadi
kawasan wisata karena nilai sejarahnya yang tinggi. Saat ini Pelabuhan
Sunda Kelapa adalah salah satu pelabuhan yang dikelola oleh PT Pelindo
II yang tidak disertifikasi International Ship and Port Security karena sifat
pelayanan jasanya hanya untuk kapal antar pulau.
Saat ini pelabuhan Sunda Kelapa memiliki luas daratan 760 hektare
serta luas perairan kolam 16.470 hektare, terdiri atas dua pelabuhan
utama dan pelabuhan Kalibaru. Pelabuhan utama memiliki panjang area
3.250 meter dan luas kolam lebih kurang 1.200 meter yang mampu
menampung 70 perahu layar motor. Pelabuhan Kalibaru panjangnya 750
meter lebih dengan luas daratan 343.399 meter persegi, luas kolam
42.128,74 meter persegi, dan mampu menampung sekitar 65 kapal antar
pulau dan memiliki lapangan penumpukan barang seluas 31.131 meter
persegi.
Dari segi ekonomi, pelabuhan ini sangat strategis karena berdekatan
dengan pusat-pusat perdagangan di Jakarta seperti Glodok, Pasar Pagi,
Mangga Dua, dan lain- lainnya. Sebagai pelabuhan antar pulau Sunda
Kelapa ramai dikunjungi kapal-kapal berukuran 175 BRT. Barang-barang
yang diangkut di pelabuhan ini selain barang kelontong adalah sembako
serta tekstil. Untuk pembangunan di luar pulau Jawa, dari Sunda Kelapa
juga diangkut bahan bangunan seperti besi beton dan lain-lain. Pelabuhan
ini juga merupakan tujuan pembongkaran bahan bangunan dari luar Jawa
seperti kayu gergajian, rotan, kaoliang, kopra, dan lain sebagainya.
Bongkar muat barang di pelabuhan ini masih menggunakan cara
tradisional. Di pelabuhan ini juga tersedia fasilitas gudang penimbunan,
baik gudang biasa maupun gudang api.
Dari segi sejarah, pelabuhan ini pun merupakan salah satu tujuan
wisata bagi DKI. Tidak jauh dari pelabuhan ini terdapat Museum Bahari
yang menampilkan dunia kemaritiman Indonesia masa silam serta
peninggalan sejarah kolonial Belanda masa lalu.
Di sebelah selatan pelabuhan ini terdapat pula Galangan Kapal
VOC dan gedung-gedung VOC yang telah direnovasi. Selain itu pelabuhan
ini direncanakan akan menjalani reklamasi pantai untuk pembangunan
terminal multifungsi Ancol Timur sebesar 500 hektare.
2.2 Pengertian Dermaga
Dermaga adalah suatu bangunan di tepi laut (sungai, danau) yang
berfungsi untuk merapat dan merambat kapal guna melakukan bongkar
muat barang dan menarik- turunkan penumpang.
Dermaga dibedakan menjadi dua tipe, yaitu wharf atau quari atau
dermaga tepi dan jetty atau pier atau dermaga tengah. Wharf adalah dermaga
yang paralel dengan pantai dan biasanya berhimpit dengan garis pantai.
Wharf juga dapat berfungsi sebagai penahan tanah yang ada di belakangnya.
Jetty atau pier adalah dermaga yang menjorok ke laut. Berbeda dengan
wharf yang digunakan untuk merapat pada satu sisinya, pier biasa
digunakan pada satu sisi atau dua sisinya. Jetty ini biasanya sejajar dengan
pantai dan dihubungkan dengan daratan menggunakan jembatan/approach
trestle yang biasanya membentuk sudut tegak lurus dengan jetty.

Gambar 2.1. Dermaga Tepi

2.2.1 Pengertian Dermaga Tepi


Wharf atau dermaga tepi adalah dermaga yang dibuat sejajar
pantai dan dapat dibuat berimpit dengan garis pantai atau agak
menjorok ke laut. Beberapa persyaratan dari dermaga tepi adalah :
 Memilik pantai yang curam, jika pantai landau perlu
pengerukan.
 Kapal yang bersandar cenderung berukuran sama.
 Pasang dan surut air laut kecil kurang dari 1,5 meter.
1. Jenis Dermaga Tepi Berdasarkan Strukturnya
a. Dermaga Konstruksi Terbuka
Dermaga konstruksi terbuka dimana lantai dermaga
didukung oleh tiang-tiang pancang.

Gambar 2.2. Dermaga Tepi Tipe Terbuka

Gambar 2.3. Struktur Dermaga Tepi Terbuka


b. Dermaga Konstruksi Tertutup
Dermaga konstruksi tertutup atau solid, seperti
dinding massa, kaison turap dan dinding penahan tanah.

Gambar 2.4. Dermaga Tepi Tipe Tertutup

2. Persyaratan Dermaga Tepi


a. Memiliki pantai yang curam, jika pantai landau maka
diperlukan pengerukan.
b. Kapal yang bersandar cenderung berukuran sama.
c. Pasang dan surut air laut kecil, yakni kurang dari 1,5 meter.

Gambar 2.5. Tampak Atas Dermaga Tepi


3. Ukuran Dermaga Tepi

Gambar 2.6. Detail Ukuran Dermaga Tepi

2.3 Bangunan Pelangkap Dermaga

Agar sebuah dermaga dapat berfungsi dengan baik, dermaga harus


dilengkapi dengan bangunan yang menunjangnya, Bangunan tersebut
berfungsi agar dermaga dapat memenuhi standar keamanan dan
kelayakannya. Bangunan tersebut adalah:

1. Mooring Dolphins
Adalah suatu bangunanyang berfingsi untuk mengikat kapal.
Syaratnya adalah dapat menahan gaya Tarik kapal akibat angina dan
arus yang bekerja pada kapal.

DWT T ( ton )
200 - 500 15
501 -1000 25
1001-2000 30
2001-3000 35
3001-5000 50
5001-10000 70
10001-15000 100
15001-20000 >100
Tabel 2.1. Mooring Dolphins

Gambar 2.7 Mooring Dolphins Gambar 2.8. Mooring Dolphins

Bertiang Tunggal Bertiang Ganda

2. Breasting Dolphins
Adalah struktur bangunan penahan tumbukan kapal dan dapat
difungsikan juga sebagai penahan tarikan kapal. Syarat breasting
dolphins yaitu dapat menahan tumbukan kapal pada saat merapat dan
tarikan kapal akibat angina dan arus yang bekerja pada kapal.
Gambar 2.9. Breasting Dolphins Gambar 2.10 Breasting Dolphins
Bertiang Tunggal Bertiang Ganda

3. Mooring Bouy
Adalah alat navigasi kapal, berupa pelampung yang ditempatkan
didepan dermaga yang berfungsi sebagai pemandu kapal ketika kapal
akan merapat. Mooring buoy ini dilengkapi dengan lampu yang menyala
pada malam hari.

Gambar 2..11. Mooring Buoy


Gambar 2.12. Penempatan Mooring Dolphins dan Mooring Buoy

4. Fender
Merupakan bangunan dermaga yang berfungsi untuk menahan
tumbukan kapal dan menyerap energy tumbukan kapal. Fender terbuat
dari bermacam bahan, seperti karet, kayu, maupun karet dan baja.
Fender dipasang pada tiap tiang atau pada jarak 1/10 dari panjang kapal.

Tabel 2.2. Pemasangan Fender


a. Fender karet

Gambar 2.13. Fender Karet


b. Fender baja

Gambar 2.14. Fender Baja


c. Fender kayu

Gambar 2.14. Fender Kayu

5. Bitt bollard (Alat pengikat boulder)


Bitt dengan ukuran yang lebih besar disebut dengan bollard. Kapal
yang berlabuh ditambatkan ke dermaga dengan mengikatkan tali-tali
penambatan ke bagian haluan, buritan dan badan kapal.
Bitt digunakan untuk mengikat kapal pada kondisi cuaca normal.
Sedang bollard selain untuk mengikat pada kondisi normal juga
digunakan pada kondisi badai.

Gambar 2.15. Bitt Bollard

Tabel 2.3. Penempatan Bollard/Bolder


6. Break Water
Adalah bangunan yang digunakan untuk melindungi daerah perairan
pelabuhan dari gangguan gelombang,. Break water berfungsi untuk
menahan gelombang agar tinggi gelombang di dalam kolam pelabuhan
kurang dari 40 cm. Pulau dalam posisi yang tepat dapat berfungsi
sebagai break water alami.

Gambar 2.16. Break Water


Tipe – tipe break water, yaitu :
 Break water sisi miring, untuk laut dangkal dan tanah dasar lunak.
 Break water sisi tegak, untuk laut dalam dan tanah dasar keras.
 Break water campurang, untuk laut sedang dan tanah dasar lunak.

Tipe – tipe break water dipilih berdasarkan pertimbangan :

 Material yang tersedia di dekat lokasi bangunan.


 Kedalaman air di lokasi banguan.
 Fungsi bangunan.

Menurut bentuknya, break water dapat dibedakan menjadi :

 Break Water Tipe Mount


Material break water tipe ini :
- Naturan rock (Batu alam)
- Concrete block
- Concrete shape (Tetrapod, Quadripod, dll)
- Kombinasi
Gambar 2.17. Break Water Tipe Mount
 Break Water Tipe Wall
Material break water tipe ini :
- Concrete gravity type wall
- Concrete caisson
- Sheet pile shell
- Sheet pile wall

Gambar 2.18 Break Water Tipe Wall


 Break Water Tipe Campuran
Material break water tipe ini :
- Natural rock (Batuan alam)
- Concrete block
- Concrete caisson
Gambar 2.19. Break Water Tipe Campuran

Selain itu, break water juga terbagi menjadi dua berdasarkan


ketinggian break water diatas permukaan, yaitu :
- Break water non overtopping : break water dengan t>0,75 h yakni
break water yang di desain agar gelombang tidak melewati break
water.
- Break water overtopping : break water dengan t = 0,5 h yakni break
water yang di desain tanpa pertimbangan gelombang tidak melewati
break water.
BAB III
SURVEY LAPANGAN
3.1 Peta Lokasi Dermaga

3.2 Data dan Informasi Hasil Survey


Waktu : Sabtu, 16 November 2019
Lokasi : Pelabuhan Sunda Kelapa
Jl. Maritim Raya No. 8, Sunda Kelapa, Penjaringan,
Jakarta Utara
Letak Astronomis : 6.127439°S 106.809034°E
Luas Lahan : 50.8 Ha
Panjang Dermaga : 3005,5 m

Data pasang surut air laut dari stasiun Meteorologi Maritim Pelabuhan Sunda
Kelapa:
a. Cuaca : Cerah
b. Angin : Barat Daya - Barat Laut, 3 - 20 knots
c. Gelombang : 0,2 m – 0,6 m
d. Visibility : 5 km
3.3 Kondisi Bangunan Pelengkap Dermaga
3.3.1 Bolder
Bolder merupakan salah satu fasilitas pendukung yang berfungsi
sebagai tempat mengaitkan tali atau mengikat tali-tali penambat ke bagian
huuluan, buritan, dan badan kapal dengan bangunan dermaga. Pada
dermaga tengah yang kami tinjau ini
3.3.2 Fender

Fender merupakan fasilitas penahan tumbukan kapal dan penyerap energi


tumbuk kapal yang dipasang di sisi tepi dermaga dimana tempat
bersandarnya kapal. Fender yang kami temui adalah fender yang terbuat
dari karet, berbentuk trapesium dan dan dipasang secara horizontal
karena pasang surut pada dermaga tengah bernilai 0 sampai 1,5 meter.
Terdapat beberapa fender dalam kondisi rusak, baik mengalami sobek,
pengelupasan, retak-retak, pecah, tidak terpasang dengan baik, dan
bahkan sudah tidak dapat digunakan.
3.3.3 Mercusuar

Mercusuar adalah sebuah bangunan menara dengan sumber cahaya di puncaknya


yang berfungsi untuk membantu navigasi. Sumber cahaya yang digunakan beragam
mulai dari lampu sampai lensa dan (pada zaman dahulu) api.

Lampu yang ada pada mercusuar akan dinyalakan dan berfungsi sebagai penunjuk
arah bagi kapal-kapal saat malam hari. Mercusuar juga dibangun untuk menandai
garis pantai yang berbahaya, menandai kawasan berbahaya seperti gugusan karang,
terumbu karang, dan sebagai jalur pintu masuk yang aman ke pelabuhan. Pada
pelabuhan sunda kelapa ini terdapat 2 mercusuar yang masih berfungsi dengan baik
dan tidak mengalami kerusakan.
3.3.4 Break Water
3.3.5 Drainase
3.3.6 Tepi Pelabuhan

3.4 Pengukuran Dermaga Tengah

Anda mungkin juga menyukai