di daerah Kecamatan Gunung Bintang Awai, Kabupaten Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah.
Sebelum PT Bina Insan Makmur Sentosan melakukan kegiatan eksplorasi Perusahaan ini
melakukan perencanaan atau persiapan terlebih dahulu, meliputi pengumpulan data sekunder,
persiapan peta dan perlengkapan survey lainnya. Peta dasar yang digunakan sebagai acuan daerah
penelitian adalah Peta topografi skala 1 : 50000 ( sumber : BAKOSURTANAL ) dan Peta Geologi Lembar
Buntok skala 1 : 250.000 ( sumber : Soetrisno, dkk, 1994 ), P3G Bandung waktu perencanaan dan
persiapan ini memakan waktu 1 minggu
2. Studi Literatur
A. Geologi Regional
Secara Geologi regional endapan batubara ditemukan dalam suatu cekungan sedimen melalui
proses pembatubaraan (Coalification). Endapan batubara biasanya hanya ditemukan dalam cekungan-
cekungan pengendapan cekungan yang pada saat pengendapan material sedimen muncul di permukaan
danau, delta, rawa dan bisa juga laut pada suatu sistem geologi tertentu. System geologi tertentu
tersebut meliputi daerah yang sangat luas dengan beberapa unsurnya seperti gunung, lautan, sungai,
jalur sesar dimana semua unsur tersebut dapat saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, Pulau Kalimantan memiliki sejarah geologi yang cukup
panjang ( sekitar 65 juta tahun yang lalu ) dan proses pembentukan batubara dimulai pada awal zaman
Tersier tepatnya pada Kala Eosen Tengah ( sekitar 45 juta tahun yang lalu ).
B. Geoteknik Kalimantan
factor letak geotektonik sangat memegang peran penting dalam hubungan dengan
pembentukan batubara .dengan memahami letak geotektonik suatu cekungan maka akan
terlihat topogrgafi purba dimana batu bara terbentuk sehingga bisa di ketahui atau di pikirkan
adanya daerah tepi daratan,arah pengendapan dan sumber material sedimen si suatu cekungan.
Elemen tektonik di Kalimantan terdiri dari tinggian-tinggian seperti terlihat pada gambar 3,yaitu:
Pegunungan schwaner di sebelah barat
Pegunungan meratus,tinggian patemoster dan patahan adang di sebelah timur
Punggungan mangkalihat, Kuching dan samporna di sebelah utara.
Daerah penelitian termasuk ke dalam cekungan barito, cekungan ini meliputi daerah
seluas 70.000 km2, terletak di antara dua elemen pra-tersier (Mesozoikum) ,(Gambar 2.1)
berumur sekitar 65 juta tahun yang lalu yaitu :
Pegunungan schwaner yang merupakan bagian paparan sunda di sebelah barat terdiri dari batu
granit (batuan kerak benua) dan dan batuan metamorf. Pegunungan schwaner telah stabil
menjadi daratan sepanjang zaman tersier hingga saat ini, dan terbentuk sejak akhir zaman
kapur. Pegunungan ini juga berperan sebagai sumber utama material sedimen klastik di
cekungan barito pada zaman tersier. (R. Haryanto dan baharuddin,1995)
Pegunungan meratus yang merupakan suatu jalur mélange dan ofiolit (Batuan metamorf), di
sebelah timur, muncul menjadi daratan sejak akhir kala miosen dan menjadi sumber material
sedimen pada kala pliosen di cekungan barito . (R. Haryanto dan Baharuddin, 1995).
Tinggian melintang patemoster atau patahan mendatar adang merupakan elemen struktur
besar yang memiliki sifat gerak mengirin(sinistral) yang memisahkan cekungan barito dan
cekungan kutai.patahan ini juga mendeformasi batuan sepanjang batas antara cekungan barito
dan kutai. (A.W. Satyana, 1997)
C. Stratigrafi Regional
Secara regional daerah penelitian termasuk ke dalam peta geologi Lembar Buntok skala
1:250.000, (S. Supriatna, dkk. 1994), Urutan stratigrafi regional dari tua ke muda adalah:
Formasi Berai
Formasi ini terdiri dari Batugamping dengan sisipan Batulempung, Napal dan Batubara, sebagian
tersilikakan dan mengandung Limonit. Batugamping berfosil foram besar. Formasi ini
diendapkan di laut dangkal menempati perbukitan Kars yang terjal.
Formasi Montalat
Formasi Montalat terdiri dari Batupasir kuarsa putih berstruktur silang siur, bersisipan
Batulanau/serpih dan Batubara. Formasi ini merupakan formasi pembawa Batubara, diendapkan
di laut dangkal terbuka dan mempunyai hubungan menjemari dengan Formasi Berai yang
berumur Oligosen sampai Miosen Awal.
Formasi Warukin
Formasi ini terdiri dari Batupasir kasar-sedang, sebagian konglomerat, Batulanau dan Batuserpih
sebagai sisipan, setengah padat berlapis dan berstruktur silang siur. Struktur lipatan terbuka
dengan kemiringan lapisan sekitar 10o. Formasi ini berumur Miosen Tengah – Miosen Atas,
dengan tebal bisa mencapai 500m, dan diendapkan di daerah transisi. Formasi Warukin berada
selaras di atas Formasi Berai dan Montalat. Formasi ini menempati daerah dataran
menggelombang landau, diluar wilayah PT BIMS
Pemahaman struktur geologi secara regional di daerah pengamatan akan sangat membantu
dalam memperkirakan pola sebaran batubara dibawah permukaan. Berdasarkan peta geologi regional
lembar Buntok 1:250.000 yang disusun oleh S. Supriatana, dkk. 1994, (P3G Bandung), diketahui bahwa
diatas batuan dasar, batuan Pra-Tersier telah mengalami struktur deformasi dan membentuk lipatan
antiklin, sinklin dan sesar.
Kemiringan sayap lipatan sangat bervariasi mulai dari 10o-45o. Sumbu lipatan umumnya berarah
Utara Selatan ada pula yang Utara Timurlaut – Selatan Baratdaya. Antiklin umumnya tidak simetris,
sayap antiklin dibagian Timur lebih tajam daripada sayap di sebelah barat. Sesar yang pada umumnya
sesar normal dan sesar normal geser.
Pada akhir Miosen Tengah kegiatan blok Meratus mengakibatkan Cekungan Barito menjadi
terisolir dari laut terbuka kea rah Timur.