Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH PLENO KEPERAWATAN KOMUNITAS II

“ASKEP KOMUNITAS PADA LANSIA”

Dosen Pembimbing:
Dr. Reni Zulfitri, M.kep., Sp.Kom

Disusun Oleh:
Kelompok 3 (A 2017 3)

Nama Anggota :
Jhodi Ibrahim (1711113681)
Maideni Fortuna (1711113684)
Maulia tri juliani putri (1711113701)
Megawati (1711123135)
Ranti Marisa (1711113708)
Nanik Sariyati Hutabarat (1711113717)
Netty Ami Ruhama (1711114901)
Novitasari wijayanti (1711121604)
Nur ela janniati (1711121838)
Permata regina sonia (1711121847)
Retno ayu widiastuti (1711122222)
Putri Melda (1711122243)
Mei Indah Novayani (1711123142)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Pleno tentang “Konsep
Puskesmas” ini dengan baik meskipun masih banyak kekurangan didalamnya. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Arneliwati, M.Kep sebagai dosen pembimbing
makalah pleno ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai konsep puskesmas semoga dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah ini dapat berguna untuk kami sendiri maupun orang yang
membaca.

Penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata ataupun ada kata-kata yang kurang
berkenan. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Pekanbaru, 13 Februari 2020

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 3
BAB II. PEMBAHASAN 4
A. Step 1 (Terminologi) 4
B. Step 2 (Membuat Rumusa Masalah) 4
C. Step 3 (Menjawab Rumusan Masalah) 5
D. Step 4 (Tema dan Skema) 6
E. Step 5 (Membuat Learning Objektif) 7
F. Step 6 (Mencari Jawaban Learning Objektif) 8
G. Step 7 (Membahas Learning Objektif) 8
1. Definisi Lansia 8
2. Jenis Penyakit pada Lansia 8
3. Masalah Kesehatan pada Lansia 9
4. Rencana Keperawatan Pada Lansia 14
5. Faktor yang mempengaruhi proses penuaan 15
6. Klasifikasi Umur 15
7. Perubahan yang Terjadi pada Lansia 16
8. Tugas Perkembangan pada Lansia 20
9. Asuhan Keperawatan pada Lansia 20
10. Strategi intervensi keperawatan 22
BAB III. PENUTUP 23
A. Kesimpulan 23
B. Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak


terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan,
penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam
sistem hayati tubuh manusia, baik secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan
ekosistem. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering
dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan
untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan
sehari-hari.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah – masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula
pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya
sendiri, tapi harus dilihat dari segi – segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “ sehat
sakit “ atau kesehatan tersebut.
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling
berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang
sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi
yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana
mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).
Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus
yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat
dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara
keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan
lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar,
ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu
mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan. Keperawatan kesehatan komunitas
menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang
dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat.
Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh dengan tidak
membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan
melibatkan masyarakat. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang
merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan
peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara
menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk
ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.

1
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu,
keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah
kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok siswa di
sekolah. Dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas pelajar intervensi dibuat
untuk seluruh pelajar dan lingkungan sekolah sehingga diharapkan suatu hasil yang
berarti untuk civitas akademika sendiri.
Professional kesehatan lebih banyak meluangkan waktu dengan lansia dalam
perawatan kesehatan, karena itu mereka harus berfokus untuk mengidentifikasi dan
memenuhi kebutuhan khususnya. Lansia memerlukan bantuan yang lebih besar dalam
identifikasi, definisi, dan resolusi masalah yang mempengaruhi mereka. Insiden masalah
kesehatan kronis yang lebih besar, kemajuan teknologi dan masalah ekonomi, social, dan
kesehatan kontemporer masa kini mendorong professional perawatan kesehatan berfokus
pada peningkatan harapan dan kualitas hidup.
Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang kompleks
terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH mengindikasikan
peningkatan taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi lain menimbulkan masalah
masalah karena dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat
semakin besarnya beban yang ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah,
terutama dalam menyediakan pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia.
Hal ini karena pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial
ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita
gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidak semua perubahan struktur
dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi penduduk lansia mengalami
keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18% diantaranya sama sekali
tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan 85% dari
kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai paling tidak satu masalah kesehatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi lansia?
2. Apa saja jenis penyakit yang bisa menyerang lansia?
3. Apa masalah kesehatan pada lansia?
4. Bagaimana rencana keperawatan pada lansia?
5. Apa saja faktor ynag mempengaruhi proses penuaan pada lansia?
6. Bagaimana klasifikasi lansia?
7. Apa saja perubahan yang terjadi pada seluruh sistem tubuh lansia?
8. Bagaimana tugas perkembangan pada lansia?
9.Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia?
10. Bagaimana strategi intervensi dalam keperawatan komunitas?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi lansia.
2
2. Untuk mengetahui apa saja jenis penyakit yang terdapat pada lansia.
3. Untuk mengetahui masalah kesehatan pada lansia.
4. Untuk mengetahui rencana keperawatan komunitas pada lansia.
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi proses penuaan.
6. Untuk mengetahui klasiikasi umur lansia.
7. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi disetiap sistem pada tubuh lansia.
8. Untuk mengetahui saja tugas perkembangan pada lansia.
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada lansia.
10. Untuk mengetahui strategi keperawatan komunitas yang dapat dilakukan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. STEP 1
Terminologi
3
1. Perawatan Komunitas
 Proses keperawatan dalam lingkup individu, kelompok, dan masyarakat dengan
kelompok resiko tinggi sebagai sasaran utamanya.
2. Psikososial
 Hubungan antara kesehatan mental dan sosial dan merupakan sebuah proses
interaksi antar indvidu.
3. Produktif
 Kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
4. Holistik
 Menyeluruh secara biologi, psiokososial, dan spiritual.
5. Penyakit Infeksi
 Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme.
6. Perawatan pada Lansia
 Perawatan yang dilakukan pada orang yang telah berumur diatas 60 tahun
(lansia).
7. Lansia
 Tahap akhir proses perkembangan manusia.

B. STEP 2
Merumuskan Pertanyaan
1. Bagaiman cara meningkatkan kesehatan lansia ?
2. Apa indikator lansia tersebut memiliki kesehatan yang tinggi?
3. Apa yang terjadi jika penurunan kesehatan terjadi secara holistik?
4. Apa yang menyebabkan lansia mengalami penurunan kesehatan secara holistik?
5. Apa kegiatan untuk mengatasi masalah yang dialami oleh lansia?
6. Apa pengkajian kesehatan pada masalah penurunan psikososial?
7. Apa indikator penurunan kesehatan ?
8. Mana masalah utama yang akan diselesaikan lebih dulu, dan mengapa?
9. Cara untuk mengatasi angka kunjungan puskesmas yang rendah?
10. Apa yang menyebabkan lansia mengalami penurunan spiritual ?
11. Apa contoh penyakit kronis tidak menular dan apa contoh enyakit infeksi yang ada
pada lansia?
12. Bagaimana cara mengetahui kondisi kesehatan masyarakat di Desa Melur sementara
kunjungan puskesmasnya rendah?
13. Bagaimana cara menyusun rencana keperawatan?
14. Apa tindakan promotif yang dapat dilakukan untuk mengatasi asalah kesehatan lansia
di Desa Melur ?
15. Titik fokus utama memahami konsep kesehatan lansia?
16. Apa kategori tertentu sasaran utama komunitas?
17. Syarat tententu menjadi perawat komunitas ?
18. Apakah ada perbedaan pemberian askep pada lansia dengan kelompok umur tertentu?
19. Apa yang menjadi kebutuhan kesehatan lansia tersebut?
20. Bagaimana apabila upaya yang dilakukan pada lansia tidak berhasil?

C. STEP 3

4
Menjawab Pertanyaan
1. Dengan cara meningkatkan kesehatan lingkungan, meningkatkan kesadaran individu,
meningkatkan kesadaran keluarga sebagai support system bagi lansia. Selain itu sebagai
tenaga kesehatan juga melakukan upaya kesehatan secara holistik dan komprehensif baik
secara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
2. Fisik : Tidak memiliki penyakit fisik ; Mental : Tidak ada penyakit mental; Sosial :
dapat berbaur dan berinteraksi dengan baik di lingkungan; Spiritual : Dilihat dari kegiatan
ibadahnya yang baik.
3. Penurunan kesehatan pada lansia adalah hal yang wajar, namun apabila seorang lansia
mengalami penurunan kesehatan disemua aspek kehidupannya dapat mengakibatkan
kehidupan lansia tersebut terganggu dan juga mengganggu kondisi mentalnya.
4. Psikososial : Merasa tidak berguna dan terlihat menyindiri,
Spiritual : Tidak ada kepercayaan dan support system yag membantunya untuk dapat
melaksanakan ibadah
5. Melakukan kegiatan senam, membuat kelompok lansia, mengikuti kegiatan pengajian.
6. Hasil Pengkajian
7. Dikatakan mengalami penurunan holistik apabila lansia mengalami penurunan disegala
aspek secara holistik baik bio, psiko, sosial, dan spiritual.
8. Dikatakan prioritas apabila menjadi induk atau masalah utama dan terbanyak didaerah
tersebut.
9. Melakukan pendekatan pada masyarakat atau individu supaya lansia merasa
dipedulikan atau dihargai :
- Tempat atau lokasi fasilitas kesehatan yang terjangkau
- Adanya puskesmas keliling
- Membangun komunitas lansia
- Memperbaiki kualitas tempat pelayanan kesehatan
- Pelayanan tenaga kesehatan yang baik dan ramah.
- Pelayanan yang mudah
10. Fisik yang tidak memungkinkan dan tidak adanya support system
11. - Penyakit Kronis : Hipertensi, Diabetes Melitus, dan penyakit kardiovaskuler.
- Penyakit Infeksi : TBC, ISPA
12. Adanya kunjungan tenaga kesehatan ke masyarakat.
13. Melakukan pengkajian dan membina hubungan saling percaya serta menyusun asuhan
keperawatan.
14. Upaya Promosi : - melakukan pemeriksaan gratis
- menerapkan program yang dapat menjadi kebiasaan lansia sekitar
- melakukan discharge planning
- memperbaiki sistem pelayanan kesehatan
15. Indiviu, kelompok, masyarakat dan kelompok-kelompok beresiko.
16. Masalah dalam masyarakat.
17. Perbedaannya terletak pada perawatan lansia yang lebih berfokus pada berbagai
masalah kesehatan lansia itu sendiri sehingga dalam melaksanakan berbagai program harus
menyesuaikan dengan kondisi dari lansia.

5
18. Kebutuhan fasilitas kesehatan yang mudah terjangkau, mampu melakukan kegiatan
secara produktif, dan kebutuhan makanan pada lansia sesuai penyakitnya.
20. Untuk mengetahui apakah proses keperawataan berhasil atau tidak yaitu dengan
melakukan pretest dan posttest untuk melihat hasilnya.

D. STEP 4
Skema

PUSKESMAS DESA
MELUR

TIM PERAWAT
KOMUNITAS

LANSIA

PENGKAJIAN

Psikososial :
Kunjungan Aspek Fisik : Spiritual :
Tidak
ke :- PTM 78% Tidak
Prouktif
Puskesmas -Infeksi 56% beribadah
90% 6
30% lagi 40%
Tidak
sosialisas
65%
Konsep Kesehatan
Lansia

Asuhan Keperawatan Komunitas pada


Lansia

E. STEP 5
Learning Objektif
1. Apa definisi lansia?
2. Apa saja jenis penyakit yang terdapat pada lansia?
3. Apa masalah kesehatan pada lansia?
4. Bagaimana rencana keperawatan komunitas pada lansia?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses penuaan?
6. Sebutkan klasifikasi umur lansia?
7. Apa saja perubahan yang terjadi setiap sistem pada tubuh lansia?
8. Apa saja tugas perkembangan pada lansia?
9. Sebutkan asuhan keperawatan pada lansia?
10. Sebutkan strategi keperawatan komunitas yang dapat dilakukan?

F. STEP 6
Mandiri (mencari dan menjawab pertanyaan LO)

G. STEP 7
Tinjauan Teori
1. Definisi Lansia
Definisi lansia, lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Lansia juga merupakan suatu
keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan (Nugroho, 2006).

7
Definisi lansia, menurut pasal 1 ayat (2,3,4) UU No.13 Tahun 1998 tentang
kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia
lebih dari 60 tahun.

2. Jenis Penyakit Pada Lansia

- DM: kurangnya produksi insulin (gangguan pada pangkreas)


- Hipertensi: meningkatnya tekanan darah, menyebabkan stroke, gagal jantung
- Gagal jantung: kegagalan jantung memompa darah
- Osteoartritis: penyakit degeneratif sendi. Contoh: asam urat
- Osteoporosis: penyakit tulang massa tulang rendah mengakibatkan menurunnya
kualitas jaringan pada tulang, kerapuhan pada tulang.
- PPOK: rokok, asap polusi udara, sesak nafas yang progresif, memburuk dengan
adanya aktifitas, batuk kronik, riwayat merokok, asap dan gas berbahaya
dilingkungan luar.

3. Masalah Kesehatan Pada Lansia


Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang
dewasa, yang sering disebut dengan sindroma geriatri yaitu kumpulan gejala-gejala
mengenai kesehatan yang sering dikeluhkan oleh para lanjut usia dan atau keluarganya
(istilah 14 I), yaitu :
- Immobility (kurang bergerak)
- Instability (mudah jatuh)
- Incontinence (beser BAB/BAK)
- Intellectual impairment (gangguan intelektual/ demensia)
8
- Infection (infeksi)
- Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatan dan
penciuman)
- Isolation (Depression)
- Inanition (malnutrisi)
- Impecunity (kemiskinan)
- Iatrogenic (menderita penyakit pengaruh obat-obatan)
- Insomnia(sulit tidur)
- Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh)
- Impotence(Gangguan seksual)

 Immobility (kurang bergerak)

o Keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih.

o Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,
ketidak seimbangan,masalah psikologis, depresi atau demensia.

o Komplikasi yang timbul adalah luka di bagian yang mengalami penekanan terus
menerus timbul lecet bahkan infeksi, kelemahan otot, kontraktur/kekakuan otot
dan sendi, infeksi paru-paru dan saluran kemih, konstipasi dan lain-lain.

o Penanganan : latihan fisik, perubahan posisi secara teratur, menggunakan kasur


anti dekubitus, monitor asupan cairan dan makanan yang berserat.

 Instability (Instabilitas dan Jatuh)

o Penyebab jatuh misalnya kecelakaan seperti terpeleset, sinkop/kehilangan


kesadaran mendadak, dizzines/vertigo, hipotensi orthostatik, proses penyakit dan
lain-lain.

o Dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada pasien misalnya
kekakuan sendi, kelemahan otot, gangguan pendengaran,penglihatan, gangguan
keseimbangan, penyakit misalnya hipertensi, DM, jantung,dll ) dan faktor risiko
ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan misalnya alas kaki tidak sesuai,
lantai licin, jalan tidak rata, penerangan kurang, benda-benda dilantai yang
membuat terpeleset dll).

o Akibat yang ditimbulkan akibat jatuh berupa cedera kepala, cedera jaringan lunak,
sampai patah tulang yang bisa menimbulkan imobilisasi.

o Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan riwayat jatuh
adalah: mengobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas dan jatuh,
memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan, penguatan

9
otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang sesuai, serta mengubah lingkungan agar
lebih aman seperti pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai yang tidak licin.

 Incontinence Urin dan Alvi (Beser BAB dan BAK)

o Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak dikehendaki


dalam jumlah dan frekuensi tertentu sehingga menimbulkan masalah sosial dan
atau kesehatan.

o Inkontinensia urin akut terjadi secara mendadak dapat diobati bila penyakit yang
mendasarinya diatasi misalnya infeksisaluran kemih, gangguan kesadaran, obat-
obatan, masalah psikologik dan skibala.

o Inkontinesia urin yang menetap di bedakan atas: tipe urgensi yaitu keinginan
berkemih yang tidak bisa ditahan penyebanya overaktifitas/kerja otot detrusor
karena hilangnya kontrol neurologis, terapi dengan obat-obatan antimuskarinik
prognosis baik, tipe stres kerena kegagalan mekanisme sfingter/katup saluran
kencing untuk menutup ketika ada peningkatan tekanan intra abdomen mendadak
seperti bersin, batuk, tertawa terapi dengan latihan otot dasar panggul prognosis
baik, tipe overflow yaitu menggelembungnya kandung kemih melebihi volume
normal, post void residu > 100 cc terapi tergantung penyebab misalnya atasi
sumbatan/retensi urin..

o Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau ketidakmampuan untuk


mengendalikan pembuangan feses melalui anus, penyebab cedera panggul,
operasi anus/rektum, prolaps rektum, tumor dll.

o Pada inkontinensia urin ntuk menghindari sering mengompol pasien sering


mengurangi minum yang menyebabkan terjadi dehidrasi.

 Intelectual Impairement (Gangguan Intelektual Seperti Demensia dan Delirium)

o Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang


disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat
kesadaran sehingga mempengaruhi aktifitas kerja dan sosial secara bermakna.

o Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia mencakup berkurangnya


kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau mengingat pengalaman
yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh, pasien menjadi perasa, dan
terganggunya aktivitas.

o Faktor risiko : hipertensi, DM, gangguan jantung, PPOK dan obesitas.

10
o Sindroma derilium akut adalah sindroma mental organik yang ditandai dengan
gangguan kesadaran dan atensi serta perubahan kognitif atau gangguan persepsi
yang timbul dalam jangka pendek dan berfluktuasi.

o Gejalanya: gangguan kognitif global berupa gangguan memori jangka pendek,


gangguan persepsi (halusinasi, ilusi), gangguan proses pikir (diorientasi waktu,
tempat, orang), komunikasi tidak relevan, pasien mengomel, ide pembicaraan
melompat-lompat, gangguan siklus tidur.

 Infection (infeksi)

o Pada lanjut usia terdapat beberapa penyakit sekaligus, menurunnya daya


tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya komunikasipada lanjut usia
sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi secara dini.

o Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan meningkatnya
temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai pada usia lanjut, malah suhu
badan yang rendah lebih sering dijumpai.

o Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain berupa konfusi/delirium
sampai koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-tiba, badan menjadi lemas, dan
adanya perubahan tingkah laku sering terjadi pada pasien usia lanjut.

 Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatandan


penciuman)

o Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada lanjut usia dan menyebabkan
pasien sulit untuk diajak komunikasi

o Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada geriatri adalah dengan cara


memasangkan alat bantu dengar atau dengan tindakan bedah berupa implantasi
koklea.

o Gangguan penglihatan bisa disebabkan gangguan refraksi, katarak atau


komplikasi dari penyakit lain misalnya DM, HT dll, penatalaksanaan dengan
memakai alat bantu kacamata atan dengan operasi pada katarak.

 Isolation (Depression)

o Isolation (terisolasi) / depresi, penyebab utama depresi pada lanjut usia adalah
kehilangan seseorang yang disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan binatang
peliharaan.

11
o Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan, menyebabkan
dirinya terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang mulai mengacuhkan karena
merasa direpotkan menyebabkan pasien akan merasa hidup sendiri dan menjadi
depresi. Beberapa orang dapat melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang
berkepajangan.

 Inanition (malnutrisi), Asupan makanan berkurang sekitar 25% pada usia 40-70 tahun.
Anoreksia dipengaruhi oleh faktor fisiologis (perubahan rasa kecap, pembauan, sulit
mengunyah, gangguan usus dll), psikologis (depresi dan demensia) dan sosial (hidup dan
makan sendiri) yang berpengaruh pada nafsu makan dan asupan makanan.

 Impecunity (Tidak punya penghasilan)

o Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan
berkurang secara berlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh
dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaan sehingga tidak dapat
memberikan penghasilan.

o Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya mengandalkan hidup dari
tunjangan hari tuanya.

o Selain masalah finansial, pensiun juga berarti kehilangan teman sejawat, berarti
interaksi sosial pun berkurang memudahkan seorang lansia mengalami depresi.

 Iatrogenic(penyakit karena pemakaian obat-obatan)

o Lansia sering menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan
obat yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering menggunakan obat dalam
jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter sehingga dapat menimbulkan
penyakit.

o Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari interaksi obat-
obat tersebut yang dapat mengancam jiwa.

 Insomnia(Sulit tidur)

o Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang menyebabkan seorang


lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga dapat menyebabkan
insomnia seperti diabetes melitus dan gangguan kelenjar thyroid, gangguan di
otak juga dapat menyebabkan insomnia. Jam tidur yang sudah berubah juga dapat
menjadi penyebabnya.

12
o Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh lansia yaitu sulit
untuk masuk kedalam proses tidur, tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun,
jika terbangun sulit untuk tidur kembali, terbangun dini hari, lesu setelah bangun
di pagi hari.

o Agar bisa tidur : hindari olahraga 3-4 jam sebelum tidur, santai mendekati waktu
tidur, hindari rokok waktu tidur, hindari minum minuman berkafein saat sore hari,
batasi asupan cairan setelah jam makan malam ada nokturia, batasi tidur siang 30
menit atau kurang, hindari menggunakan tempat tidur untuk menonton tv, menulis
tagihan dan membaca.

 Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh),Daya tahan tubuh menurun bisa


disebabkan oleh proses menua disertai penurunan fungsi organ tubuh, juga disebabkan
penyakit yang diderita, penggunaan obat-obatan,keadaan gizi yang menurun.

 Impotence(Gangguan seksual), Impotensi/ ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual


pada usia lanjut terutama disebabkan oleh gangguan organik seperti gangguan hormon,
syaraf, dan pembuluh darah dan juga depresi

 Impaction (sulit buang air besar)

o Faktor yang mempengaruhi: kurangnya gerak fisik, makanan yang kurang


mengandung serat, kurang minum, akibat obat-obat tertentu dan lain-lain.

o Akibatnya pengosongan usus menjadi sulit atau isi usus menjadi tertahan, kotoran
dalam usus menjadi keras dan kering dan pada keadaan yang berat dapat terjadi
penyumbatan didalam usus dan perut menjadi sakit.

Pendapat lain menjelaskan bahwa lansia mengalami perubahan dalam


kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa masalah. Permasalahan tersebut
diantaranya yaitu :

a. Masalah fisik
Masalah yang hadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai melemah, sering terjadi
radang persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat, indra pengelihatan yang
mulai kabur, indra pendengaran yang mulai berkurang serta daya tahan tubuh yang
menurun, sehingga seringsakit.
b. Masalah kognitif ( intelektual )
Masalah yang hadapi lansia terkait dengan perkembangan kognitif, adalah
melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal (pikun), dan sulit untuk bersosialisasi
dengan masyarakat di sekitar.
c. Masalah emosional
13
Masalah yang hadapi terkait dengan perkembangan emosional, adalah rasa ingin
berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat perhatian lansia kepada
keluarga menjadi sangat besar. Selain itu, lansia sering marah apabila ada sesuatu yang
kurang sesuai dengan kehendak pribadi dan sering stres akibat masalah ekonomi yang
kurang terpenuhi.
d. Masalah spiritual
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan spiritual, adalah kesulitan
untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai menurun, merasa kurang tenang
ketika mengetahui anggota keluarganya belum mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah
ketika menemui permasalahan hidup yang cukup serius.

3. Rencana Keperawatan Pada Lansia

Perencanaan keperawatan gerontik adalah suatu proses penyusunan berbagai


intervensi keperawatan yang berguna untuk untuk mencegah, menurunkan atau
mengurangi masalah-masalah lansia. Penentuan prioritas diagnosis ini dilakukan pada
tahap perencanaan setelah tahap diagnosis keperawatan. Dengan menentukan diagnosis
keperawatan, maka perawat dapat mengetahui diagnosis mana yang akan dilakukan atau
diatasi pertama kali atau yang segera dilakukan. Terdapat beberapa pendapat untuk
menentukan urutan prioritas, yaitu:

a. Berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa)

Penentuan prioritas berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa) yang


dilatarbelakangi oleh prinsip pertolongan pertama, dengan membagi beberapa prioritas
yaitu prioritas tinggi, prioritas sedang dan prioritas rendah.

1. Prioritas tinggi

Prioritas tinggi mencerminkan situasi yang mengancam kehidupan (nyawa seseorang) sehingga
perlu dilakukan terlebih dahulu seperti masalah bersihan jalan napas (jalan napas yang tidak
effektif).

2. Prioritas sedang

Prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak gawat dan tidak mengancam hidup klien seperti
masalah higiene perseorangan.

3. Prioritas rendah
Prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak berhubungan langsung dengan
prognosis dari suatu penyakit yang secara spesifik, seperti masalah keuangan atau
lainnya.

14
4. Faktor yang Mempengaruhi Proses Penuaan
Proses penuaan :
a. Jam Ginetik
Menurut Hay ick (1965) secara genetik sudah terprogram bahwa material di dalam
inti sel dikatakan bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan frekuensi mitosis.
Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa spesies-spesies tertentu memiliki harapan
hidup (life span) yang tentunya pula. yang memiliki rentang kehidupan maksimal
sekitar 110 tahun, Sel-selnya diperkirakan hanya mampu membelah sekitar 50 kali,
sesudah itu akan mengalami deteriorasi.
b. Rantai silang ( Cross-linkage)
Yang merupakan unsur penyusun tulang di antara susunan Molucular, lama-
kelamaan akan meningkatkan kekuatan (tidak elastis). Hal ini disebabkan oleh
karena sel-sel yang sudah tua dan reaksi kimianya menyebabkan jaringan yang
sangat kuat.
c. Radikal bebas
Radikal bebas merusak membran sel yang menyebabkan kerusakan dan kemunduran
secara fisik.
d. Genetic
Menua telah terprogram secara secara genetic untuk spesies spesies tertentu.Menua
terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang di program oleh molekul-
molekul/ DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
e. Immunologi
Dalam proses metabolisme tubuh saat diproduksi suatu zat khusus. Pada jaringan
tubuh tertentu yang tidak dapat tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh
menjadi lemah.Sistem imun menjadi kurang efektif dalam mempertahankan diri
regulasi dan responsibilitas.
f. Stres-adaptasi
Terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasanya digunakan tubuh. Reggaenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha
dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

6. Klasifikasi Lanjut Usia


Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur.

 Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Lanjut Usia meliputi:


o Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
o Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usiaantara 60 dan 74 tahun.
o Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.
o Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.

 Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai berikut:


15
o Pralansia (prasenilis) :Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
o Lansia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
o Lansia risiko tinggi : Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
o Lansia potensial : Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan / atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang / jasa (Depkes RI, 2003).
o Lansia tidak potensial : Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

 Klasifikasi lansia menurut Notoatmodjo dalam buku kesehatan masyarakat ilmu dan seni,
2007

o Kelompok pertengahan umur : kelompok usia masa varilitas, sebagai masa persiapan
lansia yang masih menunjukkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa (45-54
tahun)
o Kelompok lansia dini : masa presenium yakni kelompok yang mulai memasuki usia
lanjut (55-64 tahun)
o Kelompok lansia kelompok dalam masa senium (65 tahun keatas)
o Kelompok lansia dengan resiko tinggi : kelompok lansia berusia diatas 70 tahun atau
kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, menderita penyakit berat atau
cacat.
7. Perubahan Yang Terjadi pada Lansia
Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung rambut sampai
ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya umur. Menurut Nugroho (2000)
perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:
a. Perubahan Fisik
- Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra seluler,
menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak menurun,
terganggunya mekanisme perbaikan sel.
- Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak menurun
10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan berkurangnya respon
penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitif
terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitif terhadap
sentuhan.
- Sistem Penglihatan
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram (kekeruhan pada
lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna menurun.
- Sistem Pendengaran
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada yang
tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65
tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
16
- Sistem Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah,
kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisi dari
tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65
mmHg dan tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah
perifer, sistole normal ±170 mmHg, diastole normal ± 95 mmHg.
- Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat yaitu
menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa faktor yang
mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain: temperatur tubuh menurun,
keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga
terjadi rendahnya aktifitas otot.
- Sistem Respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat,
kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk
menurun (menurunnya aktivitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri
tidak berganti.
- Sistem Gastrointestinal
Banyak gigi yang tanggal, sensitivitas indra pengecap menurun, pelebaran esophagus,
rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan menurun, peristaltik
lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
- Sistem Genitourinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200 mg,
frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir
mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual
intercrouse berefek pada seks sekunder.
- Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan sekresi
hormon kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.
- Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan
kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan
vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan
fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.
- Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang,
persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi
serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.
- Kartilago
Jarringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya
permukaan sendi menjadi rata, kemudian kemampuan kartilago untuk regenerasi
17
berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya
kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan.
- Tulang
Berkurangnya kepadatan tulang setelah diobservasi adalah bagian dari penuaan fisiologi,
akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut dan dapat mengakibatkan nyeri, deformitas
hingga fraktur.
- Otot
Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi. Penurunan jumlah dan ukuran
serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot
mengakibatkan efek negatif.

b. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:
- Perubahan fisik.
- Kesehatan umum.
- Tingkat pendidikan.
- Hereditas.
- Lingkungan.
- Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya kekakuan sikap.
- Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
- Kenangan lama tidak berubah.
- Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya
penampilan, persepsi, dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya
membayangkan karena tekanan dari faktor waktu.

c. Perubahan Psikososial
a. Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan rasa tidak
aman, takut, merasa penyakit selalu mengancam sering bingung panik dan depresif.
b. Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi.
c. Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan status, teman atau
relasi.
d. Sadar akan datangnya kematian.
e. Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.
f. Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
g. Penyakit kronis.
h. Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial.
i. Gangguan syaraf panca indra.
j. Gizi
k. Kehilangan teman dan keluarga.
l. Berkurangnya kekuatan fisik.

18
4. Perubahankognitif
PerubahanKognitif
1) Memory (Dayaingat, Ingatan)
2) IQ (Intellegent Quotient)
3) KemampuanBelajar (Learning)
4) KemampuanPemahaman (Comprehension)
5) PemecahanMasalah (Problem Solving)
6) PengambilanKeputusan (Decision Making)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi

Berdasarkan beberapa evidence based yang telah dilakukan terdapat perubahan


psikososial yang dapat terjadi pada lansia antara lain:

a. Kesepian

Septiningsih dan Na’imah (2012) menjelaskan dalam studinya bahwa lansia


rentan sekali mengalami kesepian. Kesepian yang dialami dapat berupa kesepian
emosional, situasional, kesepian sosial atau gabungan ketiga-tiganya. Berdasarkan
penelitian tersebut beberapa hal yang dapat memengaruhi perasaan kesepian pada lansia
diantaranya: a) merasa tidak adanya figur kasih sayang yang diterima seperti dari suami
atau istri, dan atau anaknya; b) kehilangan integrasi secara sosial atau tidak terintegrasi
dalam suatu komunikasi seperti yang dapat diberikan oleh sekumpulan teman, atau
masyarakat di lingkungan sekitar. Hal itu disebabkan karena tidak mengikuti pertemuan-
pertemuan yang dilakukan di kompleks hidupnya; c) mengalami perubahan situasi, yaitu
ditinggal wafat pasangan hidup (suami dan atau istri), dan hidup sendirian karena
anaknya tidak tinggal satu rumah.

b. Kecemasan Menghadapi Kematian

Ermawati dan Sudarji (2013) menyimpulkan dalam hasil penelitiannyabahwa


terdapat 2 tipe lansia memandang kematian. Tipe pertama lansia yang cemas ringan
hingga sedang dalam menghadapi kematian ternyata memiliki tingkat religiusitas yang
cukup tinggi. Sementara tipe yang kedua adalah lansia yang cemas berat menghadapi
kematian dikarenakan takut akan kematian itu sendiri, takut mati karena banyak tujuan
hidup yang belum tercapai, juga merasa cemas karena sendirian dan tidak akan ada yang
menolong saat sekarat nantinya.

8. Tugas Perkembangan pada Lansia


Menurut Erikson (dalam Maryam, 2008) kesiapan lansia untuk menyesuaikan diri
terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap
sebelumnya. Apabila tahap tumbuh kembang sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan
teratur dan baik dan bisa membina hubungan yang serasi dengan orang-orang sekitarnya, pada
19
otomatis di usia lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan ketika tahap
perkembangan sebelumnya, seperti olahraga, mengembangkan hobi, bercocok tanam dan lain-
lain. Tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut:
 Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun
 Mempersiapkan dir untuk pensiun
 Mebentuk hubungan baik dengan orang seusianya
 Mempersiapkan kehidupan baru
 Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai
 Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangannya.

9. Asuhan Keperawatan

Diagnosis
Data NOC NIC
Keperawatan

- Kunjungan Ketidakefektifa Prevensi Primer - Pendidikan


Lansia ke n Pemeliharaan : kesehatan
pelayanan Kesehatan - Fasilitas
kesehatan - Pengetahuan : pembelajaran
30% promosi - Mengajar :
- Mengalami kesehatan kelompok
PTM 78% - Pengetahuan : - Manajemen kasus
- Mengalami Perilaku - Pengembangan
penyakit kesehehatan kesehatan
infeksi - Pengetahuan : komunitas
sumber - Dukungan
56%
- Lansia kesehata pembuatan
tidak - Perilaku keputusan
meningkatkan - Panduan sistem
produkti
status kesehatan kesehatan
lagi 90%
- Tidak atif - Perilaku
kegiatan mencari
sosial 65% pelayanan
- 6. Tidak kesehatan
menjalanka - Partisipasi
n ibadah dalam
40% pembuatan
keputusan di
pelyanan
kesehatan
- Motivasi

20
Prevensi - Skrining
sekunder kesehatan
- Identifikasi resiko
- Status - Dukungan
kesehatan pengambilan
personal keputusan
- Perilku - Peningkatan
meningkatkan keterlebatan
statuskesehatan keluarga
- Perilaku -
pencarian
kesehtan
- Kepercyaan
kesehatan :
merasa mampu
untuk
mengontrol
- Efektifitas
skrining
kesehatan
komunitas
- Efektifitas
progrm
komunits
- Deteksi resiko
- Efektivitas
program
Prevensi tersier - Rujukan
- Dukungan
- Perilaku kelompok
mencari
pelayanan
kesehatan
- Kepuasan klien

10. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas


a. Kemitraan (partnership)
Kerja sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling
menguntungkan atau memberikan manfaat (Depkes RI, 2005)
b. Pemberdayaan (empowerment)
Proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif
kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan

21
kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Hitchcock, Scubert, & Thomas,
1999). Pemberdayaan merupakan kemampuan masyarakat untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi (Ervin, 2002)
c. Pendidikan kesehatan
Strategi utama upaya prevensi terhadap kejadian adalah dilakukannya kegiatan
pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan mengurangi disabilitas serta mengaktualisasikan potensi kesehatan yang
dimiliki oleh individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Swanson & Nies, 192011).
d. Proses kelompok
Proses kelompok merupakan salah satu strategi intervensi keperawatan yang dilakukan
bersama-sama dengan masyarakat melalui pembentukan sebuah kelompok atau kelompok
swabantu (self-help group). Intervensi keperawatan di dalam tatanan komunitas menjadi
lebih efektif dan mempunyai kekuatan untuk melaksanakan perubahan pada individu,
keluarga dan komunitas apabila perawat komunitas bekerja bersama dengan masyarakat.
Misalnya: selfhelp grup
e. Intervensi profesional keperawatan
Adalah bentuk tindakan keperawatan profesiosal, dapat berupa terapi modalitas dan
komplementer, misal: terapi relaksasi progresif, story telling, dll.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lansia adalah seseorang yang telah berusia diatas 60 tahun dan memiliki banyak
permasalahan kesehatan yang holistik dimulai dari bio, psiko, sosial, dan spiitual. Maka dalam
perawatannya juga diperlukan pendekatan yang komprehensif dimulai dari promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Apabila banyak terjadi masalah kesehatan disuatu wilayah tertentu,
maka perawat komunitas di puskesmas yang memiliki wilayah kerja tersebut wajib mengatasi
dan mencegah agar masalah tersebut tidak bertambah semakin parah.

B. Saran

Sebaiknya setiap puskesmas yang memiliki wilayah kerja yang banyak mempunyai
populasi kelompok usia lanju agar melakukan skrinning kesehatan sesering mungkin. Agar
masalah kesehatan yang ada dapat segera teratasi dan tdak bertambah semakin parah.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Jakarta : EGC.

Basford, Lynn. & Slevin, Oliver. (2006). Teori & Praktik Keperawatan Pendekatan Integral
pada Asuhan Pasien. Jakarta : EGC

Ismayadi. (2004). Asuhan Keperawatan Dengan Reumatik (Artritis Treumatoid) Pada Lansia.
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Kushariyadi. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Lanjut Usia dengan Demensia pada Home
Care. Universita Muhammadiyah Malang

Kushariyadi. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta: EGC

Potter, Patricia. A. & Anne Griffin Perry.(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC
23
Riyadi. Sugeng (2007), Keperawatan Kesehatan Masyarakat, retieved may 12nd

Stanlet, Mickey. & Beare, Patricia Gauntlett. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi
kedua. Jakarta : EGC

24

Anda mungkin juga menyukai