sudarmaji,
sudarmaji_fkm_ua@yahoo.com
janokopari@gmail.com
FB: janopari@yahoo.com (Sudarm Aji)
+62857 3079 7888
+62813 3030 3279
+62 878 5271 6288
@sudarm_aji
79CDE780
- Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Ada banyak pendapat yang sering terjadi di
masyarakat, misalnya seseorang mengatakan bahwa
sungai telah tercemar, tetapi ada juga yang
mengatakan bahwa sungai tersebut masih baik.
Untuk mengatasi perbedaan pendapat yang sering
terjadi, dan supaya seseorang tidak memandang
sesuatu dari sudut kepentingannya sendiri, maka
perlu adanya tolak ukur yang dapat digunakan
bersama. Diantaranya yaitu untuk mengatakan atau
menilai bahwa lingkungan telah rusak atau tercemar
dipakai baku mutu lingkungan.
Kemampuan lingkungan sering diistilahkan dengan daya dukung
lingkungan, daya toleransi daan daya tenggang, atau istilah
asingnya disebut carrying capacity. Sehubungan dengan baku
mutu lingkungan, ada istilah nilai ambang batas yang merupakan
batas-batas daya dukung, daya tenggang dan daya toleransi atau
kemampuan lingkungan. Nilai ambang batas tertinggi dan
terendah dari kandungan zat-zat, makhluk hidup atau
komponen-komponen lain dalam setiap interaksi yang
berkenaan dengan lingkungan khususnya yang mempengaruhi
mutu lingkungan. Jadi jika terjadi kondisi lingkungan yang telah
melebihi nilai ambang batas ( batas maksimum dan minimum )
yang telah ditetapkan berdasarkan baku mutu lingkungan maka
dapat dikatakan bahwa lingkungan tersebut telah tercemar.
- Daya dukung lingkungan hidup adalah
kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia dan
makhluk hidup lain.
1. Alokasi sumberdaya
2. Penyusunan urutan/ peringkat lokasional
3. Pengamanan baku mutu
4. Trend analysis
5. Informasi publik
6. Kajian-kajian ilmiah
PARAMETER = Environmental variable,
menyatakan kualitas lingkungan yang diukur
Misalnya:
Indikator taraf pencemaran SO2 = banyaknya hari
dimana konsentrasi SO2 atmosfer melampaui baku
mutu
Particulates
Berasal – also
dariknown as particulate
proses pembakaran matter (PM), suspended
particulate matter (SPM), fine particles, and soot – are tiny
subdivisions of solid matter suspended in a gas or liquid. In
Konsentrasinya: 0.1 – 10 µ
contrast, aerosol refers to particles and/or liquid darioplets and
the gas together. Sources of particulate matter can be man made
or natural. Air pollution and water pollution can take the form
of solid particulate matter, or be dissolved.
Salt is an example of a dissolved contaminant in water, while
sand is generally a solid particulate.
httapi://en.wikipedia.org/wiki/Particulates
SULFUR OKSIDA: SOx
Fungsi matematik:
Fungsi yang menyatakan hubungan antara variabel polutan
dengan efeknya terhadap manusia dan lingkungan hidupnya
Linear
Ambang
Ambang
Polutan Polutan
STRUKTUR INDEKS lingkungan
port of entry
Health Effects
biotransformation
- Individuals
target cells / organs - population
Biological Process
EFEK PENCEMARAN UDARA
THD.KESEHATAN
3 NH3 1. Iritasi selaput lendir hidung dan tenggorokan, pada kadar 5000 ppm
dapat menyebabkan edema laryng, paru dapat menimbulkan
kematian.
2. Iritasi mata (mata merah, pedih, berair), bias menyebabkan
kebutaan total
3. Iritasi kulit dan menyebabkan luka bakar.
4. Bersifat tertogenik pada paparan yang menahun.
Lanjutan.....Tabel : Dampak Efek Non Karsinogen Risk Agent Udara
Agnia Laylia
1. Identifikasi Bahaya
Gangguan Pernafasan yang Terjadi pada Pedagang Kaki Lima di Sekitar Perempatan Jl.
Demak Dan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Perempatan PT. SIER Kota Surabaya
Gangguan Pernafasan yang Terjadi pada Pedagang Kaki Lima di Sekitar Perempatan Jl.
Demak Dan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Perempatan PT. SIER Kota Surabaya
Kristiyana Sandra
Kesimpulan
Fungsi paru Polantas Polwiltabes Surabaya lebih buruk
daripada fungsi paru polisi staf dan keluhan pernafasan
yang dirasakan Polantas lebih banyak daripada yang
dirasakan oleh polisi staf.
Polantas memiliki risiko 4 kali lebih besar mengalami
restriksi dan 1,4 kali lebih besar mengalami obstruksi
daripada polisi staf. Risiko Polantas mengalami keluhan
pernafasan adalah 2 kali lebih besar daripada polisi staf,
terutama keluhan batuk kering dan batuk berdahak.
Diketahui kadar SO2 di udara berpengaruh terhadap status
fungsi paru dan keluhan pernafasan Polantas.
Kualitas udara yang buruk dan dosis kumulatif rokok
Polantas bekerja secara sinergi atau bersamaan dapat
menurunkan fungsi paru Polantas.
Kajian 3)
Corie Indria P
Kesimpulan:
Lanjutan....Kesimpulan
Wiranita Wulandari
Tujuan penelitian
Responden
Status Fungsi
Kota Surabaya Kabupaten
Paru
Mojokerto
n % n %
------------------------------------------------------------------
COPD TERPAPAR TDK TERPAPAR JUML
------------------------------------------------------------------
+ 129 9 138 ( 22,5 %)
- 366 110 476 ( 77,5 %)
------------------------------------------------------------------
JUMLAH 495 119 614
(80,62%) (19,38%) (100 %)
------------------------------------------------------------------
X2 = 17,79 DF = 1 P = 0,00002
SUMBER : DISERTASI ( MUKONO, 1994)
“Hubungan antara Sindroma Mata Kering
pada Anggota PolRI dengan Kualitas
Udara Ambien di Surabaya”
“Kualitas
Udara Ambien Hubungannya
dengan Kualitas Sperma Angota PolRI di
Surabaya”
HASIL LABORATORIUM PENGUJIAN
KUALITAS AIR WADUK
Parameter yang diuji
Temperatur, Residu Terlarut, pH, BOD, COD,
DO, Total Fosfat sebagai P, Nitrat sebagai N,
NH3-N, Kadmium (Cd), Krom Heksavalen (Cr),
Tembaga (Cu), Besi (Fe), Timbal (Pb), Mangan
(Mn), Raksa (Hg), Seng (Zn), Klorida (Cl), Sianida
(CN), Fluorida (F), Nitrit sebagai N (NO2),
Sulfat (SO4), Khlorin bebas, Belerang sebagai
H2S, Minyak dan Lemak (M/L), Deterjen sebagai
MBAS, dan Senyawa Fenol sebagai Fenol.
Tabel: Nilai Rata-rata Parameter Lingkungan yang Diukur pada
Masing-masing Lokasi Pengambilan Sampel, 2010
Parameter Telaga Waduk Waduk Ranu Telaga Kriteri
Ngebel Selorejo Sumber Glabag Saranga a Mutu
Suko n Air *)
Tujuan Umum
Menganalisis kualitas kesehatan lingkungan (udara, air
badan air, tanah, makanan dan air minum) di sekitar
aktivitas daerah Industri serta potensi dampaknya
terhadap kesehatan masyarakat yang tinggal di kawasan
tersebut.
Tujuan Khusus
[(n1-1)S12+(n2-1)S22]
Sp2=-------------------------------
(n1-1)+(n2-1)
1 SO2, (µg/m3) 0.70 2.80 1.76 2.20 0.98 0.90 4.80 2.63 2.45 1.30
2 NO2, (µg/m3) 9.0 127.0 55.5 29.3 45.6 5.7 39.2 17.7 13.9 11.1
3 H2S, (µg/m3) 0.1 4.5 1.7 1.1 1.5 0.1 0.8 0.4 0.3 0.3
PM 10,
4 (µg/m3) 74.1 155.7 101.8 96.4 22.8 64.9 211.7 109.4 96.1 40.9
• Udara indoor (PM2,5, SO2, NO2, NH3 dan H2S dan
meteorologi)
Baku Mutu :
1. Permenkes RI No.1077 Th 2011 ttg Pedoman
Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah (kecuali:
untuk parameter H2S dan NH 3)
Baku Mutu:
PP RI No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air
Distribusi Rumah Tangga Menurut Jenis Sumber Air untuk
Seluruh Keperluan, Kualitas Fisik Air dan Klasifikasi Daerah
Sampel, Rikhus PL Tahun 2012
Klasifikasi Daerah Sampel
Variabel Peruntukan Bukan Peruntukan
n % N %
Sumber air terbanyak untuk keperluan RT
- Air ledeng/PDAM 103 51.5 25 12.6
- Sumur bor/pompa 45 22.5 69 34.7
- Sumur gali terlindung 45 22.5 47 23.6
- Sumur gali tak terlindung 1 0.5 7 3.5
- Penampungan air hujan 2 1.0 1 0.5
- Sungai/danau/irigasi 0 0 22 11.1
- Lainnya 4 2.0 28 14.1
Kualitas fisik air
- Jernih 184 92.0 175 87.9
- Tidak berbusa 184 82,4 194 95,5
- Tidak berwarna 180 90.0 185 93.0
- Tidak berbau 183 83,4 189 97,0
- Tidak berasa 172 86.0 186 93.5
Hasil Pengukuran Kualitas Kimia Air Badan
Air
Baku Mutu:
1. Pb = 0,03 (kelas dua dan kelas tiga)
2. Cd = 0,01 (kelas dua dan kelas tiga)
Makanan (Pb, Cd, As)
KH : Beras dan jagung
P : Ikan Asin, Ikan bandeng, ikan mujair, udang geragoh, telur
bebek
Sayur/Buah : kangkung, sawi, pisang, mangga, seledri, pepaya,
terong, waluh, labu panjang lodrong
Baku Mutu :
SNI 7387: 2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat
dalam Pangan
1. Pb = buah/sayur: 0,5 ppm; serealia/beras: 0,3 ppm; ikan: 0,3 ppm;
2. Cd = buah/sayur: 0,2 ppm; serealia/beras: 0,4 ppm; ikan: 0,1 ppm;
3. As = buah/sayur: 1 ppm; serealia/biji-bijian: 0,5 ppm; ikan: 1 ppm;
Faal Paru
Normal 158 86,3 169 90,4
Obstruktif 1 0,5 3 1,6 0,328
Restriktif 12 6,6 7 3,7
Campuran 12 6,6 8 4,3
SDMJ
Kandungan bahan pencemar air minum (parameter
kimia)
No Pencemar Baku Konsentrasi (mg/l)
Air Mutu Maksim Minimal Keterangan
(mg/l) al
1. Fe melebihi
1,3475 0,0037 baku mutu
0,3
2. F Memenuhi
0,48 0,12
1,5 baku mutu
3. Mn Melebihi
0,9812 0,0491
0,1 baku mutu
4. NO2 Memenuhi
0,8343 0,0035
3 baku mutu
5. Kesadahan Melebihi
1762,2 39,6
500 baku mutu
Analisis Bahan Pencemar Kimia dalam Air dengan
Metode ARKL
Identifikasi Bahaya
1.
Parameter pencemar air yang mempunyai bahaya non
karsinogenik adalah Fe, F, Mn, NO2, dan Kesadahan.
No Parameter Efek Kritis
1 Menyebabkan gangguan penyerapan oksigen dalam darah,
Fe ditandai gejala pusing, mual. Jika dikonsumsi dalam jumlah tinggi
dapat merusak saraf.
2 F- Flourisis gigi dan efek kosmetik dalam studi epidemiologi .
3 Hipokolesterolemia, epilepsi, kekurangan pankreas eksokrin,
sklerosis berganda, katarak, osteoporosis, fenilketonuria &
Mn
penyakit kencing maple syrup (inborn) pada ingesi kronik
manusia
4 Methemoglobinemia pada bayi yang terpajan kronik air nitrogen
NO2
minum
5 Menimbulkan kerak pada ketel yang dapat menyumbat katup-
Kesadahan
katup ketel
2. Penilaian Dose Respon
Menetapkan kuantitas toksisitas risk agent untuk setiap
spesi kimia. Toksisitas dinyatakan sebagai dosis referensi
(RfD untuk pajanan melalui ingesti dan RfC untuk pajanan
melalui inhalasi). RfD dan RfC sudah ada dalam website
Risiko Terpadu Sistem Informasi (IRIS) www.epa.gov/iris.com
:
Fe = 3x10-1
F = 6x10-2
Mn = 1,4x10-1
NO2 = 1x10-1
Dose Respon (RfD) untuk parameter kesadahan belum
diketahui, oleh karena itu untuk analisis parameter
kesadahan dilakukan secara kualitatif (deskriptif).
3. Penilaian Pajanan
Dalam kajian ini, risk agent (polutan)
yang berasal dari kandungan unsur hara
alami, kontaminasi limbah rumah tangga
maupun industri terekspos masuk ke dalam
tubuh manusia dengan jalan ingesti
(tertelan) melalui air minum. Masyarakat
yang paling sering terekspos adalah
penduduk di sekitar lokasi (residensial).
Adapun jumlah asupan risk agent dapat dihitung dengan
rumus :
C x R x t E x f E x D t
I
W b x t avg
Keterangan:
I : Intake (Asupan), jumlah Risk Agent yang masuk
(mg/kg/hari)
C : Konsentrasi Risk Agent , mg/M3 (udara), mg/L (air minum),
mg/kg (makanan)
R : Laju (Rate) asupan, 20 M3/hari (udara), 2 L/hari (air minum)
tE : Waktu pajanan harian, jam/hari
fE : Frekuensi pajanan tahunan, hari/tahun
Dt : Durasi pajanan, Real Time atau 30 tahun proyeksi
Wb : Berat badan, kg
tavg : Periode waktu rata-rata, 30 tahun x 365 hari/tahun (non-
karsinogenik) atau 70 tahun x 365 hari (karsinogenik)
satu contoh perhitungan untuk asupan jenis
polutan Fluorida :
C x R x f E x D t
I
W b x t avg
= 0,016737 (mg/kg/L)
I nk
RQ
RfD atau R fC
RQ : Risk Quotient
Ink : Intake (asupan) non karsinogenik
RfD : Reference Dose (untuk pajanan melalui ingesti)
RfC : Reference Consentration (untuk pajanan melalui inhalasi)
Dalam kajian ini RQ akan dihitung
berdasarkan hasil konsentrasi sample air.
Berikut ini adalah tabel nilai RQ maksimal
risk agent kimia air di benerapa lokasi
tersebut.
Berikut ini adalah contoh perhitungan untuk nilai RQ pada
salah satu jenis polutan Fluorida
I nk
RQ
RfD
= 0,016737(mg/kg/L)
0,06
= 0,278954
Tingkat risiko dampak non karsinogenik akibat
pajanan pencemar air yang dinyatakan dalam nilai RQ
No Pencemar Air RQ
Maksimal Minimal
1. 0,156621 0,00043
Fe
2. 0,278954 0,069738
F
3. 0,244384 0,012229
Mn
4. 0,290914 0,00122
NO2