Anda di halaman 1dari 25

BLOK 13

SKENARIO 2

WRAP UP

KELOMPOK 9

Dosen tutorial :

Ketua : Lia Fitriyani 1112018021


Sekertaris : Latifah Hannum Nasution 1112018033
Anggota : Rif’ah Oktavia 1112018071
Ais Anisa 1112018078
Nazillah Lulu Khaer 1112018063
Aulia Zahro 1112018019
Putri SyavieraAmalia 1112018021
Viyani Putri Nabila 1112018052

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS YARSI

2018-2019
DAFTAR ISI

Daftar Isi ............................................................................................ i

Skenario............................................................................................. 1

Kata Sulit.............................................................................................

Pertanyaan ...........................................................................................

Jawaban ...............................................................................................

Skema ..................................................................................................

LO 1. Bedah Flap ................................................................................

1.1 Prinsip – prinsip Bedah Flap ...........................................


1.2 Kalsifikasi Bedah Flap ....................................................

1.3 Teknik Bedah Flap ...........................................................


1.3.1 Desain Bedah Flap ....................................................
1.3.2 Insisi ..........................................................................
1.3.3 Hemostasis bila perdarahan ....................................
1.3.1.1 Kelas I................................................................
1.3.1.2 Kelas II..............................................................
1.3.1.3 Kelas III ...........................................................
1.4 Kebutuhan Utama ...........................................................
1.4.1 Alat – alat Bedah Flap .............................................
1.4.2 Teknik Asepsis .........................................................
1.4.2.1 Cara menangan Jaringan ....................................
LO. 2 Tenik Penyembuhan Luka .......................................................
LO.3 Debridment dan Dekontaminasi.............................................
Daftar Pustaka ...................................................................................
SKENARIO
KATA SULIT

1. Debridment

2. Bedah Flap
3. Teknik Hemostasi
4. Dekontaminasi
5. Insisi
PERTANYAAN
JAWABAN
SKEMA

Bedah Flap

Teknik
Prinsip - prinsip Kalsifikasi Teknik Debridment dan
Kebutuhan utama Penyembuhan
Bedah Flap Bedah Flap Bedah Flap Dekontaminasi
Luka

Desain Flap Alat - alat

Insisi Teknik Asepsis

Hemostasis Cara menangani


bila pendarahan Jaringan

LO.1 Bedah Flap


1.1.Prinsip bedah flap
1. Insisi harus dilakukan dengan tegas, tekanan terus menerus, tidak terputus . Selama
insisi, pisau bedah harus berada dalam kontak konstan dengan tulang.tekanan berulang
di tempat yang sama, berkali-kali, mengganggu penyembuhan luka.
2. Desain Flap dan insisi harus dilakukan sedemikian rupa, cedera struktur anatomi
dihindari, seperti: neurovaskular mentalis, pembuluh darah palatal muncul dari foramen
palatina dan foramen insisif, saraf infraorbital, nervus lingual, submandibular, parotis
duct, pleksus vena hypoglossal, arteri bukal, saraf fasialis dan arteri fasialis dan vena,
yang menjadi perhatian pada dasarnya untuk drainase abses dilakukan dengan sayatan
ekstraoral.
3. Insisi vertikal harus dimulai kira-kira pada vestibulum bukal dan berakhir pada papilla
interdental gingiva.
4. Insisi envelope dan insisi semilunar, yang digunakan dalam apicoectomies dan
pengangkatan ujung akar, harus minimal 0,5 cm dari sulkus gingiva
5. Lebar flap harus memadai, sehingga bidang operasi ini mudah diakses, tanpa
menciptakan ketegangan dan trauma selama pembedahan.
6. Dasar flap harus lebih luas daripada margin gingiva bebas, untuk menjamin pasokan
darah yang memadai dan untuk mempercepat penyembuhan.
7. Flap sendiri harus lebih besar dari defisit tulang sehingga margin flap, ketika dijahit,
tidak tegang dan tetap berkontak, , sehingga mencegah dehisensi dan robek.
8. Mukosa dan periosteum harus terefleksi bersama-sama. Hal ini dicapai (setelah sayatan
yang dalam) terus menerus dan ditekan tegas terhadap tulang. Ketika sayatan tidak
dibuat sepanjang sulkus gingiva, untuk alasan estetika, dan terutama pada orang dengan
senyum yang lebar, bekas luka yang akan diakibatkan harus dipertimbangkan, terutama
pada permukaan labial gigi depan.
9. Selama prosedur pembedahan, menarik berlebihan dan merusak atau flap harus
dihindari, karena aliran darah terganggu dan penyembuhan menjadi tertunda.
10. Menurut Barnes, prinsip–prinsip dalam disain flap yaitu: Flap harus memperoleh suplai
darah yang cukup, mukosa mulut penuh dengan pembuluh darah dan dasar flap tidak
terlalu sempit maka nekrosis karena iskemia tidak akan terjadi; flap harus sesuai
ukurannya dan terbuka penuh ( fully reflected ); bila sebuah luka sembuh dengan
penutupan primer maka penyatuannya adalah berhadapan dan bukan menurut
panjangnya sehingga sebuah insisi yang tidak terinfeksi diharapkan akan sembuh
secepatnya. Flap yang dibuat terlalu kecil dapat menyebabkan operasi tidak dapat
dilakukan secara baik karena aksesnya tidak memadai serta kurang luas daerah
pandang; tambahan pula jaringan akan mudah teregang atau robek sehingga
menimbulkan rasa nyeri sesudah operasi dan memperlambat penyembuhan. Flap harus
dapat terbuka penuh dan bersih, serat periosteum yang masih melekat pada tulang akan
berdarah serta menempel pada bur sewaktu pengambilan tulang dan menyulitkan
identifikasi tanda – tanda anatomis yang kecil, bila flap tidak terbuka dengan bersih
maka akan dapat menimbulkan banyak masalah sejak operasi dimulai; tepi – tepi flap
harus berada pada tulang yang sehat. Bila flap dijahit di atas bagian berongga akan
memudahkan terjadinya infeksi dan kehancuran bekuan darah dibawahnya, akibatnya
kesembuhan akan tertunda atau, bila antrum terlibat, akan terjadi fistula oroantral.1

1.2.Kalsifikasi Bedah Flap


Flap periodontal dapat diklasifikasikan berdasarkan atas beberapa kategori sebagai
berikut :
1. Klasifikasi berdasarkan jaringan yang terlibat :
a) Flap ketebalan penuh atau flap mucoperiosteal
(fullthicknessflap/mucoperiosteal flap), yaitu f1ap yang terdiri dari epitel,
jaringan ikat dan periosteum tulang alveolar. Pembukaan (ref1eksi) flap ini
akan menyebabkan tersingkapnya tulang alveolar.Tipe flap ini digunakan
apabila diperlukan akses ke permukaan tulang seperti pada bedah tulang.
b) Flap ketebalan sebagian atau flap mukosal (partial thickness flap / mucosal
flap), yaitu flap yang hanya mencakup epitel dan jaringan ikat di bawahnya.
Tulang alveolar masih ditutupi oleh lapisan jaringan ikat, termasuk
periosteum. Tipe flap ini dinamakan juga split thickness flap. Flap ini
diindikasikan apabila tidak diperlukan penyingkapan tulang alveolar, atau
flep akan di posisikan ke apikal.
Gambar 1. Disain flep berdasarkan jaringan yang terlibat. A. Flep ketebalan penuh; B. Flep
ketebalan sebagian.

2. Kalsifikasi berdasarkan penempatan flap sebelum di jahit :


a) Flap tidak diposisikan (unrepositioned/undisplacedflap), yaitu f1ap yang
dikembalikan pada posisi semula pada waktu hendak dijahit.
b) Flap yang diposisikan (repositioned/displacedflap), yaitu flap yang
diposisikan apikal, koronal atau lateral dari posisi semula pada waktu akan
dijahit. Flap dapat diposisikan karena dengan insisi gingiva cekat dipisahkan
dari tulang alveolar, sehingga bagian gingiva yang sudah tidak melekat
dapat digeser. Flap pada sisi palatal tidak dapat diposisikan, karena pada sisi
palatal tidak ada gingiva cekat. 2

1.3. Teknik Bedah Flap


1. Pencegahan dari flap nekrosis
Memiliki prinsip yaitu:
 Ujung akar tidak boleh lebih besar dari pada dsar kecuali arteri besar yang
terlihat oada dasar flap harus memiliki siss yang parallel satu sama lain atau
dipindahkan dari dasar ke akar flap
 Secara umum panjang flap tidak boleh lebih panjang 2x dari dasar. Panjang
dasar harus lebih besar dari pada panjang flap.
 Ketika memungkinkan suplai darah aksial harus termasuk kedalam dasar
dari pada flap tersebut.
 Dasar flap tidak boleh terlalu berlebihan diputar
2. Pencegahan dari dehisensi luka
Dehinsesi margain flap (pemisahan) adalah pencegahan dengan memperkirakan
tepi atau ujung flap terhadap kesehatan tulang dengan peroroangan secara lembut
ujung flap dan tidak menematkan flap dibawah tekann. Dehisensi mengekspos
dasar tulang dan jaringan lain yang menumbulkan rasa sakit kehilangan tulang dan
meningkatnya jaringan parut.
3. Pencegahan dari robeknya flap
Robeknya flap merupakan komplikasi oleh ahli bedah yang tidak berpengalaman
yang mencoba melakukan prosedur menggunakan flap dengan akses yang tidak
cukup. Enevelope flap dibuat dengan menginsisi sehingga menghasilkan flap satu
sisi. Apabila envelope flap tidak memberikan akses yang cukup, insisi lainnya harus
dibuat untuk mencegah robeknya flap. Insisi vertical dilepaskan atau dilakukan
pada gigi anteriror untuk mengantisipasi area pengambilan tulang.3

1.3.1. Desain Flap


a. Pencegahan nekrosis flap
Terdapat 4 prinsip, antara lain :
1. Ujung akar tidak boleh lebih lebar daripada dasar kecuali arteri besar yang terlihat pada
dasar. Flap harus memiliki sisi yang pararel satu sama lain atau dipindahkan dari dasar ke
arah flap.
2. Secara umum, panjang flap tidak boleh lebih dua kali lebih panjang daripada dasar.
Panjang dasar harus lebih besar daripada panjang flap.
3. Ketika memungkinkan, suplai darah aksial harus termasuk di dalam dasar flap. Sebagai
contoh, flap di palatum harus berdasar pada arteri palatina besar.
4. Dasar flap tidak boleh terlalu diputar berlebihan.

b. Pencegahan dari dehisensi luka


Dehisensi margin flap (pemisahan) adalah pencegahan dengan memperkirakan tepi/ujung flap
untuk kesehata tulang dengan penanganan secara lembut pada ujung flap dan flap tidak berada
dibawah tekanan. Dehisensi mengekspos dasar tulang dan jaringan lainnya yang menimbulkan
rasa sakit, kehilangan tulang dan meningkatnya jaringan parut.

c. Pencegan terobeknya flap


Robeknya flap merupakan komplikasi yang dilakukan oleh ahli bedah yang tidak
berpengalaman yang mencoba untuk melakukan prosedur menggunakan flap dengan tidak
cukupnya akses untuk melalukan pembedahan. Envelope flap dibuat dengan pensayatan atau
insisi sehingga dapat menghasilkan flap satu sisi. Apabila envelope flap tidak dapat
memberikan akses yang cukup, maka insisi lainnya harus dibuat untuk mencegah terobeknya
flap. Insisi vertikal dilakukan pada gigi anterior untuk mengantisipasi hilangnya tulang.4

1.3.2. Insisi
1. Insisi horizontal, Flep periodontal menggunakan insisi horizontal dan insisi vertikal.
Insisi horizontal diarahkan sepanjang tepi gingiva ke arah mesial atau distal ( gambar 2
). Ada dua insisi horizontal yang direkomendasikan, yaitu insisi bevel kedalam (
internal bevel incision ) dan insisi krevikular atau insisi sulkular ( crevicular/sulcular
incision ). Insisi ketiga berupa insisi interdental ( interdental incision ) dilakukan setelah
flep dibuka.
Insisi bevel kedalam adalah insisi yang digunakan pada kebanyakan prosedur
flep periodontal. Tipe insisi ini memungkinkan flep direfleksikan untuk
menyingkapkan tulang alveolar dan akar gigi. Insisi bevel kedalam memberikan tiga
keuntungan, yaitu :
a) Epitel saku tersingkirkan dengan tuntas.
b) Permukaan luar gingiva yang relatif tidak terlibat inflamasi dipertahankan
sebanyak mungkin, bagian gingiva mana apabila diposisikan ke apikal akan
menjadi gingiva cekat.
c) Menghasilkan tepi flep yang runcing dan tipis sehingga mudah diadaptasikan
ke batas tulang – gigi.
Insisi ini dinamakan juga insisi pertama ( first incision ) karena merupakan insisi
pertama yang dilakukan dalam pembukaan flep, dan insisi bevel terbalik ( reverse bevel
incision ) karena bevelnya terbalik dengan bevel pada gingivektomi. Insisi biasanya
dilakukan dengan skalpel. Bagian gingiva yang tinggal sekeliling gigi setelah insisi
terdiri dari epitel dinding saku dan jaringan granulasi, jaringan mana akan disingkirkan
setelah insisi krevikular dan insisi interdental dilakukan ( gambar 2 ).
Insisi bevel kedalam dimulai pada daerah tertentu di gingiva dan diarahkan ke
atau dekat ke krista tulang alveolar. Titik bermulanya insisi pada gingiva adalah
tergantung apakah flepnya mau diposisikan ke apikal atau tidak diposisikan. Insisi
krevikular atau yang dinamakan juga insisi kedua ( second incision ), dimulai dari dasar
saku menuju ke krista tulang alveolar. Insisi ini bersama-sama dengan insisi bevel
kedalam membentuk hasil sayatan berbentuk huruf V pada atau dekat ke krista tulang
alveolar. Sayatan jaringan berbentuk huruf V tersebut terutama terdiri dari jaringan
terinflamasi dan jaringan granulasi yang membentuk dinding saku, dan epitel penyatu
serta serat-serat jaringan ikat yang masih tertinggal antara dasar saku dengan krista
tulang alveolar. Insisi dilakukan sekeliling gigi dengan menggunakan skalpel berbentuk
paruh bebek.
Untuk membuka flep, elevator periosteal ( raspatorium ) diselipkan ke insisi
bevel kedalam dan flep dilepaskan dari tulang alveolar. Setelah flep terbuka, dilakukan
insisi interdental atau insisi ketiga ( third incision ) dengan menggunakan pisau Orban.
Insisi tidak hanya disekeliling daerah radikular pada sisi vestibular dan oral, tetapi juga
pada sisi interdental sehingga gingiva terbebas dari gigi. Setelah ketiga insisi dilakukan,
gingiva sekeliling gigi yang mencakup epitel saku dan jaringan granulasi disingkirkan
dengan skeler kasar. Setelah sebagian besar jaringan tersingkirkan, jaringan ikat dan
jaringan granulasi yang tersisa pada daerah cacat tulang dikuret secara hati-hati
sehingga keseluruhan permukaan akar yang tersingkap dan tulang alveolar dapat
terlihat.
Flep dapat disingkapkan hanya dengan insisi horizontal saja apabila dengan
insisi tersebut dapat diperoleh akses yang memadai, dan bila flepnya tidak akan
diposisikan ke apikal, lateral atau koronal. Apabila flep dibuka tanpa melakukan insisi
vertikal, maka flepnya dikategorikan sebagai flep amplop ( envelope flap ).

Gambar 2. Insisi pada flep periodontal. A. Insisi pertama (bevel kedalam); B. Insisi
kedua (krevikular); C. Insisi ketiga (interdental).

2. Insisi vertikal, Insisi vertikal atau oblik untuk melonggarkan flep dapat dilakukan pada
salah satu atau kedua ujung insisi horizontal, tergantung pada disain flepnya dan
kegunaan flep. Insisi vertikal pada kedua ujung insisi horizontal diperlukan apabila flep
hendak diposisikan ke apikal. Insisi vertikal dibuat sampai melewati batas mukosa
gingiva agar flepnya bebas untuk diposisikan ke apikal.
Insisi vertikal pada sisi palatal dan lingual harus dihindari. Insisi vertikal pada sisi
vestibular tidak dibenarkan untuk dilakukan pada bagian tengah dari papila interdental,
atau pada sepanjang permukaan radikular gigi. Insisi harus dibuat pada sudut gigi, baik
dengan menyertakan papila interdental kedalam flep ataupun tidak menyertakannya
kedalam flep. Insisi vertikal harus didisain sedemikian untuk mencegah flep yang
terlalu pendek ( dalam arah mesio-distal ) dengan insisi horizontal yang panjang yang
diarahkan ke apikal, karena hal yang demikian menyebabkan terganggunya pasok darah
pada daerah flep.

Gambar 3. Cara insisi vertikal. A. Salah; B. Benar.

1.3.3. Hemostasis bila pendarahan


Seorang ahli bedah dapat menggunakan tekanan langsung; bantalan kain, kain kasa, atau
spons; jahitan; staples; atau klip untuk mengontrol pendarahan secara mekanis.

1) Tekanan langsung. Penggunaan tekanan langsung atau kompresi dengan satu atau lebih
jari pada lokasi perdarahan biasanya merupakan pilihan pertama dokter bedah untuk
mengendalikan perdarahan, karena ini mungkin metode paling sederhana dan tercepat.
Perdarahan arteri lebih mudah dikontrol dengan tekanan langsung daripada perdarahan
vena. Perdarahan vena tidak selalu dapat dikontrol dengan tekanan langsung, dan
dalam beberapa kasus, tekanan langsung dapat meningkatkan cedera pembuluh darah
dan perdarahan. Secara umum, mempertahankan tekanan selama 15 hingga 20 detik
akan menyebabkan gumpalan kecil terbentuk di ujung pembuluh darah.
2) Bantalan kain / kasa / spons. Bahan-bahan ini juga dapat digunakan dalam memberikan
tekanan langsung dan mengemas rongga tubuh. Spons stick sering digunakan untuk
memberikan tekanan pada relung rongga tubuh dalam; kehati-hatian harus diambil
ketika mengeluarkan sponge stick untuk menghindari copotnya gumpalan segar.13
Mengemas area perdarahan vena dapat membantu mengurangi kehilangan darah ketika
kontrol tekanan langsung bukanlah suatu pilihan atau ketika ada pendarahan umum dari
koagulopati sistemik yang telah terjadi sebagai akibat infeksi, trauma, kehilangan
banyak darah, atau disfungsi trombosit. Ketika spons digunakan untuk mengemas
rongga anggota tim yang menempatkannya harus mengkomunikasikan jumlah spons
yang telah dikemas untuk memastikan semua barang yang digunakan diambil sebelum
penutupan luka dan untuk mencegah benda bedah yang tertinggal. Penghapusan
kemasan juga harus dilaporkan. Kompresi atau metode mekanis lainnya mungkin tidak
selalu sesuai dalam kasus perdarahan ekstrem, tekanan mungkin hanya merupakan
tindakan sementara dan penggunaan jahitan, staples, atau klip pengikat mungkin
diperlukan untuk mencapai hemostasis yang adekuat.
3) Jahitan / staples / klip pengikat. Metode mekanis ini bermanfaat jika sumber
perdarahan mudah diidentifikasi dan dapat disegel.
4) Sebuah. Jahitan. Jahitan dan ikatan digunakan selama prosedur operasi sebagai
pengikat untuk mengikat pembuluh darah dan mengontrol perdarahan. Tiga
karakteristik utama bahan jahitan adalah konfigurasi fisik ( misalnya, untai tunggal atau
multi-untai; diameter, kekuatan tarik, elastisitas; memori ), penanganan ( misalnya
kelenturan, seret jaringan, kemampuan mengikat simpul, kualitas selip ), dan jaringan
Reaksi yang ditimbulkannya ( mis. reaksi inflamasi, efek penyerapan, potensiasi
infeksi, reaksi alergi ). Karena reaksi alergi terhadap bahan jahit telah dilaporkan, tim
perioperatif harus menilai apakah pasien alergi terhadap bahan jahit tertentu.
Pertimbangan saat menggunakan jahitan termasuk jenis jaringan yang akan digunakan,
kekuatan tariknya dan apakah kekuatannya sekuat jaringan yang harus kira – kira, dan
apakah akan bertahan lama ( yaitu, bukan resorb ) sampai jaringan sembuh. Jahitan
berdiameter sekecil mungkin harus digunakan untuk meminimalkan reaksi dan cedera
jaringan.
Staples, Perangkat stapel yang steril dan sekali pakai menempatkan barisan staples
titanium dan kemudian membagi jaringan yang terletak di antara barisan staples.
Perangkat ini dapat digunakan dalam prosedur terbuka dan invasif minimal dan
merupakan metode yang aman dan efisien untuk mencapai hemostasis saat membagi
jaringan. Instruksi pabrikan harus diikuti untuk penggunaan yang tepat dari perangkat
stapel apa pun.
Klip pengikat 1,13 Klip pengikat, atau hemostatik, digunakan untuk mengikat
pembuluh darah. Karena mereka cepat dan mudah diaplikasikan, mereka mencapai
hemostasis secara efisien dan juga mengurangi risiko reaksi benda asing yang mungkin
terjadi dengan bahan jahit. Klip pengikat tersedia dalam berbagai ukuran dan harus
digunakan dengan applier ukuran yang sesuai. Sebelum penerapan klip, dokter bedah
harus menentukan kelayakan menggunakan klip. Orang scrub harus memeriksa alat
klip untuk memastikan bahwa mereka berfungsi dengan baik. Rahang harus simetris
dan harus memegang klip dengan aman dan menutup tanpa tumpang tindih. Sebelum
aplikasi, ahli bedah atau asisten harus membersihkan tempat yang berdarah dengan
spons dan memberikan tekanan langsung jika perlu untuk membuat situs lebih terlihat.6

1.4.Kebutuhan Utama
1.4.1. Alat – alat Bedah Flap
Alat pembedahan diklasifikasikan atas: (1) alat eksisi dan insisi; (2) kuret dan sabit
bedah; (3) elevator periosteal; (4) pahat bedah; (5) kikir bedah; (6) gunting; dan (7)
hemostat serta penjepit jaringan.
1. Alat Eksisi dan Insisi
Alat eksisi dan insisi (excisional and incisional instruments) yang biasa digunakan
adalah:
- PISAU GINGlVEKTOMI.- Salah satu contoh pisau gingivektomi adalah pisau
Kirkland ( gambar 4 ) yang berbentuk seperti ginjal. Sisi pemotongnya adalah
keseluruhan tepi dari bentuk ginjal.
- PISAU INTERDENTAL.- Salah satu contoh pisau interdental yang digunakan pada
gingivektomi adalah pisau Orban ( gambar 4 ). Pisau yang berbentuk lembing ini
mempunyai sisi pemotong pada kedua sisi pisau.
- PISAU BEDAH.- Pisau bedah ( scalpel ) terdiri dari gagang dan mata pisau yang
dapat dibuka-pasang. Mata pisaunya terdiri dari bermacam bentuk maupun ukuran.
Mata pisau yang digunakan adalah hanya untuk sekali pakai ( gambar 4 ).
Gambar 4. A1at insisi dan eksisi manual. Kiri. Pisau gingivektomi, (A) pisau Kirkland, (B).
pisau interdental Orban; Kanan. Pisau bedah, A) No. 12D, 15C dan 15; (B) gagang skalpel
yang membentuk sudut.

- Alat Bedak Elektro/Diatermi .- Alat bedah elektro atau diatermi (electrosurgery


atau surgical diathermy) menggunakan arus listrik 1,5 - 7,5 juta Hz ( gambar 5 ).
Ada tiga macam elektroda yang digunakan, yaitu :
a. Elektroda berbentuk kawat tunggal untuk insisi atau eksisi.
b. Elektroda berbentuk lingkaran untuk penyerutan.
c. Elektroda berbentuk batang atau guli untuk koagulasi darah.

Alat bedah elektro yang digunakan mempunyai daya kerja :


a. Elektroseksi (elektrotomi atau akuseksi) yaitu untuk insisi, eksisi dan
penyerutan.
b. Elektrokoagulasi untuk menghentikan pendarahan.

Gambar 5. Alat bedah elektro. (A) Plat pasif atau konduktif; (B) Gagang dan tip elektrod yang
aktif, (B) Foot switch.

1) KURET DAN SABIT BEDAH


Kuret dan sabit yang lebih besar ukurannya digunakan pada prosedur bedah.
Contoh kuret bedah adalah kuret Kramer dan kuret Kirkland, sedangkan contoh
sabit bedah adalah sabit Ball (gambar 17).
2) ELEVATOR PERIOSTEAL
Elevator periosteal atau raspatorium (gambar 17) digunakan untuk membuka
dan menggeser flep setelah dilakukannya insisi pada bedah flep.
3) PAHAT BEDAH
Pahat bedah digunakan untuk membentuk tulang alveolar pada waktu bedah
tulang.
4) KIKIR BEDAH
Kikir bedah digunakan untuk meratakan permukaan cacat tulang berparit.
5) GUNTING
Gunting bedah, baik yang berbentuk seperti gunting biasa maupun nipper
(gambar 17) yang berbentuk seperti tang potong, digunakan untuk menying-
kirkan sisa-sisa jaringan pada prosedur gingivektomi, memangkas tepi flep,
memperbesar insisi pada abses periodontal dan menyingkirkan perlekatan otot
dan fenulum pada bedah mukogingival.7

1.4.2. Teknik Asepsis


Teknik asepsis adalah segala upaya untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam
tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi.
Teknik asepsis dibagi menjadi 2 yaitu :
Asepsis medis dimaksudkan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme . contohnya
mencuci tangan, mengganti lien, menggunakan cangkir untuk obat. Asepsis bedah adalah
teknik steril yang merupakan prosedur untuk menghilangkan mikroorganisme.
Prinsip – prinsip teknik asepsis :
 Semua benda yang menyentuh kulit yang merekah atau dimasukkan ke dalam kulit
untuk menyuntikkan sesuatu ke dalam tubuh atau yang di masukkan ke dalam rongga
badan yang dianggap steril haruslah steril.
 Jangan sekali-kali menjauhi atau membelakangi tempat yang steril
 Peganglah objek-objek yang steril setinggi atas pinggang dengan demikian objek itu
selalu akan terlihat jelas dan ini mencegah terjadinya kontaminasi diluar pengawasan
 Hindari berbicara, batuk, bersin atau menjangkau suatu objek yang steril
 Jangan sampai menumpahkan larutan apapun pada kain atau kertas yang sudah steril
 Bukalah bungkusan yang steril sedemikian rupa sehingga ujung pembungkusnya tidak
mengarah pada si petugas.
 Objek yang steril menjadi tercemar dengan objek yang tidak steril
 Cairan mengalir menurut arah daya Tarik bumi, jika forcep dipegang sehingga cairan
disinfektan menyuntuh bagian yang steril maka forcep itu sudah tercemar.

Prosedur aseptik di ruang operasi Dalam pembedahan prosedur aseptik meliputi tindakan
sebelum, saat maupunsesudah tindakan bedah, yaitu :

a. Pemakaian masker dan penutup kepala Masker.


digunakan oleh operator untuk menghindari terjadinya penyebaran bakteridari
operator kepada penderita pada saat operator berbicara, bersin, batuk atau
saatbernafas. Masker juga akan melindungi operator dari percikan darah dari
penderita. Penutup kepala digunakan untuk mencegah kotoran atau bakteri dari
kepalaoperator mengkontaminasi medan operasi.
b. Mencuci tangan .
Walaupun operator telah menggunakan sarung tangan steril, tetapi dengan
mencucidan menggosok tangan akan mengurangi risiko infeksi karena kontaminasi
mikroorganismedari tangan operator. Hal ini karena pada saat menggunakan sarung
tangan akan memberikan kondisi yang hangat dan lembab, yang akan menyebabkan
bakteri mudah tumbuh, sehingga dengan mencuci tangan sebelummenggunakan
sarung tangan steril akan meminimalkan dan menghambat pertumbuhanbakteri di
dalam sarung tangan. Mencuci tangan juga harus disertai dengan menyikat tangan
dan lengan dengansikat yang lembut agar tidak mengiritasi kulit. Gunakan sabun
untuk mencuci tangan.
Syarat surgical soap adalah :

 Tidak bersifat iritatif pada kulit.


 Efektif, artinya jumlah bakteri yang tertinggal di kulit hanya sedikit.
 Mempunyai masa antibakteri yang panjang.
 Dapat larut dan berbusa dalam air, baik air dingin maupun panas. Jumlah
yang dibutuhkan sedikit (± 8 ml) setiap kali mencuci tangan.
c. Memakai jubbah operasi
d. Persiapan penderita.
Teknik aseptik yang baik terhadap pasien yang akan menjalani operasi akan dapat
mengurangi jumlah organisme pada kulit pasien. Seluruh daerahoperasi harus
dibersihkan seluruhnya.Pada daerah kulit yang berambut tidak
direkomendasikanuntuk mencukur rambut dengan shaver karena goresan dan luka
pada kulit dapat menjaditempat pertumbuhan bakteri.Lebih disarankan untuk
menggunakan clipper . Lakukan pencukuran sesaat sebelum dilakukantindakan.
Cara melakukan antiseptik pada kulit penderita adalah :
 Setelah kulit dibersihkan dengan air dan sabun, operator menggosok kulit
medan operasi menggunakan kasa atau kapas yang dibasahi cairan
antiseptik dan dijepit dangan klem kasa.
 Kasa yang telah dibasahi antiseptik diusapkan secara lembut dengan arah
sirkuler, dimulai dari tangah medan operasi melingkar ke arah luar. Jangan
menggunakan alkohol untuk mencuci mukosa.
e. Memelihara sterilitas medan operasi
Sterilitas medan operasi dilakukan dengan cara memasang duk steril berlubangpada
daerah operasi dan melapisi meja yang digunakan untuk meletakkan alat-alat
yangakan digunakan untuk operasi dengan duk steril.
 Hanya benda-benda steril yang boleh berada disekitar medan operasi.
 Perhatikan jangan sampai mengotori alat operasi pada saat membuka dari
bungkusansteril.
 Ganti alat yang terkontaminasi.
 Jangan tempatkan medan steril dekat dengan pintu atau jendela.
 Bila anda ragu masih steril atau telah terkontaminasi, anggaplah sudah
terkontaminasi.
f. Menggunakan teknik operasi yang aman.
Menggunakan teknik operasi yang halus, mengendalikan perdarahan dengan
baikdan memperlakukan jaringan dengan baik, akan dapat mengurangi risiko
infeksi pasca operasi, karena bakteri akan mudah menyerang setelah perlakuan
yang kasar danberlebihan pada jaringan dan perdarahan yang tidak terkontrol.
g. Sterilisasi ruang operasi.
1) Sterilisasi ruang operasi dapat dijaga dengan cara-cara sebagai berikut :
Membatasi jumlah orang di dalam ruang operasi.
2) Menutup pintu ruang operasi.
3) Membatasi orang yang keluar dan masuk ruang operasi. Yang diijinkan
masuk hanya petugasyang berkepentingan dalam prosedur ini.
4) Setiap petugas yang masuk harus mengenakan penutup kepala, alas kaki,
masker, danbaju khusus ruang operasi.
5) Menjaga kelembaban ruang operasi
6) Membersihkan lingkungan dan peralatan di ruang operasi menggunakan
disonfektan yang adekuat (misalnya chlorin) dan dengan frekuensi
pembersihan yang tepat.
7) Menjaga sirkulasi udara tetap baik di ruang operasi (misalnya dengan
pemasangan exhaust).8

1.4.2.1.Cara Menangani Jaringan


Insisi atau penyayatan yang baik dan desain flap yang dibuat, sangat penting dalam
menangani jaringan. Saat menggunakan forceps jaringan, alat tersebut tidak boleh
ditekan dan terlalu tegang. Dalam kata lain, jaringan tidak boleh diretraksi atau
ditarik terlalu kasar atau agresif untuk mendapatkan akses bedah yang besar. Hal
ini termasuk tidak menarik flap secara berlebihan saat meretraksi pipi atau lidah
saat operasi berlangsung. Ketika tulang diangkat, irigasi yang dilakukan harus juga
mengurangi kerusakan tulang dari gesekan panas. Jaringan lunak harus terlindungi
dari gesekan panas atau trauma langsung akibat pemakaian instrumen atau alat
pengeboran. Jaringan tidak boleh dikecilkan ; luka terbuka harus dilapisi sponge
apabila bagian tersebut tidak sedang dikerjakan. Ahli bedah yang menangani
jaringan dengan penuh kehati-hatian akan menghasilkan luka tersebut menjadi lebih
cepat sembuh dengan sedikit atau tanpa komplikasi.9

LO.2 Teknik Penyembuhan Luka


Proses penyembuhan pasca bedah sangat dipengaruhi oleh disain flap,beberapa peneliti,
menemukan bahwa flap dengan insisi lurus submarginal / envelope penyembuhannya lebih
baik dan lebih cepat bila dibandingkan flap dengan insisi triangular dan flap dengan insisi
scalloped submarginal, dan penyembuhan lebih cepat dengan sedikit pengerutan jaringan.10

LO.3 Debridment dan Dekontaminasi


A. Debridement
Debridement merupakan menghilangkan jaringan mati, juga membersihkan luka dari kotoran
yang berasal dari luar yang masuk ke benda asing dari tubuh. Untuk mendapatkan hasil yang
optimal, pemotongan jaringan sehat harus diminimalkan dan kelainan bentuk yang dapat
memicu kekambuhan ulkus harus dicegah. Debridemen bedah biasanya dilakukan untuk ulkus
dengan jaringan nekrotik yang luas. Benda asing seperti rumput, tanah, kayu, pakaian, harus
dikeluarkan dari luka karena merupakan sumber infeksi.

B. Dekontaminasi
 Lakukan tindakan dekontaminasi dengan larutan klorin 0,5% pada instrument atau alat
yang masih akan digunakan lagi, baik sementara dalan ruangan tindakan maupun
sebelum dilakukan pencucian.
 Lakukan dekontaminasi pada meja operasi, meja instrument, lamu dan benda/
perlengkapan lain yang mungkin terkontaminasi selama tindakan berlangsung.

Dekontaminasi sendiri merupakan tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa petugas
kesehatan dapat menangani secara aman berbagai benda yang terkontaminasi cairan ataupun
darah.11
DAFTAR PUSTAKA

1. Barnes IE. Petunjuk Bergambar Endodontik Bedah, Hipokrates. Jakarta ; 2002, hal 28
– 32
2. Takei HH and Carranza F A Jr. The periodontal flap, in: Carranza F A Jr & Newman
MG ( eds ), Clinical Periodontology, 8th edition, Philadelphia, WB Saunders Co.,
1996, p: 592-604.
3. King ML. 2017. Surgical site infection event. USA: Centers for Disease Control and
Prevention.
4. Hupp, James R. Ellis, Edward. Tucker, Myron. Contemporary Oral and Maxillofacial
Surgery. Ed 6. Elsevier : Missouri. 2014. p. 38-9.
5. Carranza FA, Takei HH. The Periodontal Flap, Dalam Carranza’s Clinical
Periodontology, Newman MG, Carranza FA, Takei HH. Ed ke-9,W.B. Saunders Co.
Philadelphia; 2002. hal 795-800.
6. Anmar Widitaputra (2015). " Dekontaminasi dan Disinfeksi ". Surabaya. Hal.12-13
7. Morris ML. The unrepositione mucoperiosteal flap, Periodontics 1965; 3 : 147-51.
8. Peterson LJ, Ellis E, Hupp JR, Tucker MR. Contempory oral and maxillofacial
surgery. Elsevier, India. 2003
9. Pedersen GW.Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, Jakarta: EGC. 1996.
10. HoweGL. Minor Oral Surgery, Ed ke-3, Wright Ltd., Bristol ; 1985.
11. Pattison AM, Pattison GL and Takei HH. The periodontal instrumentarium, in :
Carranza FA Jr & Newman MG (eds), Clinical Periodontology, 8th edition,
Philadelphia, WB Saunders Co., 1996, p: 427-43.

Anda mungkin juga menyukai